LAPORAN PENDAHULUAN ELIMINASI URINE DAN FEKAL
A.
Definisi
Elimi Eliminas nasii merup merupaka akan n suatu suatu proses proses pengel pengeluar uaran an zat-za zat-zatt sisa sisa yang yang tidak tidak diperlukan oleh tubuh. Eliminasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : eliminasi urine dan eliminasi fekal. Eliminasi Eliminasi merupakan merupakan proses proses pembuanga pembuangan n sisa-sisa sisa-sisa metabolism metabolismee tubuh. tubuh. Pembuangan dapat melalui urine dan bowel (tarwoto, wartonah, 2!". Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urine atau al#i (buang air besar". $ebutuhan eliminasi terdiri dari atas dua, yakni eliminasi urine (kebutuhan buang air ke%il" dan eliminasi al#i (kebutuhan buang air besar". Eliminasi Eliminasi merupakan merupakan proses proses pembuanga pembuangan n sisa-sisa sisa-sisa metabolism metabolismee tubuh. tubuh. Pembuangan tersebut dapat melalui urin ataupun bowel. Eliminasi materi sampah merupakan salah satu dari proses metaboli% tubuh. Produk sampah dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pen%ernaan. Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh baik yan berupa urin maupun fekal. Eliminasi Eliminasi adalah proses pembuanga pembuangan n sisa metabolisme metabolisme tubuh baik berupa berupa urin atau bowel (feses".
1. Elim Elimiinas nasi urin urinee
&istem &istem yang yang berperan berperan dalam eliminasi eliminasi urine urine adalah adalah sistem sistem perkemiha perkemihan. n. 'imana 'imana sistem sistem ini terdiri dari ginjal, ginjal, ureter, ureter, kandung kemoh, dan uretra. uretra. Proses Proses pembentukan urine di ginjal terdiri dari proses yaitu : filtrasi , reabsorpsi dan sekresi . Pros Proses es filt filtra rasi si berl berlan angs gsun ung g di glom glomel elur urus us.. Pros Proses es ini ini terj terjad adii kare karena na permukaan aferen lebih besar dari dari permukaan eferen.
Proses reabsorpsi terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat, dan beberapa ion karbonat. Proses sekresi ini sisa reabsorpsi diteruskan keluar. 2. Elim Elimiinas nasi fek fekal
Eliminasi fekal sangat erat kaitannya dengan saluran pen%ernaan. &aluran pen%ernaan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan mem mempers persia iapk pkan anny nyaa untu untuk k dise disera rap p oleh oleh tubu tubuh h deng dengan an pros proses es pene penern rnaa aan n (pengunyahan, penelanan, dan pen%ampuran" dengan enzim dan zat %air dari mulut sampai anus. )rgan utama yang berperan dalam eliminasi fekal adla usus besar. *sus besar memiliki beberapa fungsi utama yaitu mengabsorpsi %airan dan elektrolit, proteksi atau perlindungan dengan mensekresikan mukus yang akan melindungi dinding usus dari trauma oleh feses dan akti#itas bakteri, mengantarkan sisa makanan sampai ke anus dengan berkontraksi. Proses eliminasi fekal adalah suatu upaya pengosongan intestin. Pusat refleks ini terdapat pada medula dan spinal %ord. +efleks defekasi timbul karena adanya feses dalam rektum.
B.
Fak!r"Fak!r Fak!r"Fak!r #an$ Mem%en$aru&i Eliminasi . Elim Elimin inas asii *rin *rinee a. 'iet iet dan inta intak ke
umlah dan tipe makanana mempengaruhi output urine, seperti protein dan sodium mempengaruhi jumlah urine yang keluar. b. +espon keinginan awal awal untuk berkemih eberapa masyarakat mempunyai kebiasaan yang mengabaikan respon awal untuk berkemih dan hanya pada akhir keinginan berkemih menjadi lebih lebih kuat. kuat. /kibatn /kibatnya ya urine banyak tertahan tertahan dalam kandung kemih. 0asyarakat ini mempunyai kapasitas kamdung kemih yang lebih dari normal. %.
1aya hidup anyak segi gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam hal eliminasi urine. ersedianya fasilitas toilet atau kamar mandi dapat mempengaruhi frekuensi frekuensi eliminasi eliminasi.. Praktek Praktek eliminasi eliminasi keluarga keluarga dapat mempengar mempengaruhi uhi tingkah laku.
d. &tress psikologi 0eningkatnya stres seseorang dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih. 3al ini karena meningkatnya sensitif untuk keinginan berkemih dan atau meningkatnya jumlah urine yang diproduksi. e. ingkat akti#itas /ktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot. Eliminasi urine membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus spingter internal dan eksternal. f.
ingkat perkembangan ingkat pertumbuhan dan perkembangan juga akan mempengaruhi pola berkemih. Pada wanita hamil kapasitas kandung kemihnya menurun karena adanya tekanan dari fetus atau adanya
g. $ondisi patologis &aat seseorang dalam keadaan sakit,produksi urinnya sedikit hal ini disebabkan oleh keinginan untuk minum sedikit.
2. Eliminasi 4ekal a. ingkat perkembangan Pada bayi sistem pen%ernaannya belum sempurna. &edangkan pada lansia proses mekaniknya berkurang karena berkurangnya kemampuan fisiologis sejumlah organ. b. 'iet 5ni bergantung pada kualitas, frekuensi, dan jumlah makanan yang dikonsumsi. &ebagai %ontoh, makanan berserat akan memper%epat produksi feses. &e%ara fisiologis, banyaknya makanan yang masuk kedalam tubuh juga berpengaruh terhadap keinginan defekasi. %.
/supan 6airan /supan %airan yang kurang akan menyebabkan feses lebih keras. 5ni karena jumlah absorpsi %airan dikolon meningkat.
d. onus )tot onus otot terutama abdomen yang ditunjang dengan akti#itas yang %ukup akan membantu defekasi. 1erakan peristaltik akan memudahkan materi feses bergerak disepanjang kolon. e. 4aktor psikologis Perasaan %emas atau takut akan mempengaruhi peristaltik atau motilitas usus sehingga dapat menyebabkan diare. f.
Pengobatan eberapa jenis obat dapat menimbulkan efek konstipasi. 7aksatif dan katartik dapat melunakkan feses dan meningkatkan peristaltik. /kan tetapi, jika digunakan dalam waktu lama, kedua obat tersebut dapat menurunkan tonus usus sehingga usus menjadi kurang responsif terhadap stimulus laksatif. )bat-obat lain yang dapat mengganggu pola defekasi antara lain: analgesik narkotik,opiat, dan anti kolinergik.
g. Penyakit eberapa penyakit pen%ernaan dapat menyebabkan diare atau konstipasi. h. 1aya hidup /kti#itas harian yang biasa dilakukan, bowel training pada saat kanakkanak, atau kebiasaan menahan buang air besar. i.
/kti#itas fisik )rang yang banyakn bergerak akan mempengaruhi mortilitas usus.
j.
Posisi selama defekasi Posisi jongkok merupakan posisi paling sesuai untuk defekasi. Posisi tersebut memungkinkan indi#idu mengerahkan tekanan yang terabdomen dan mengerutkan otot pahanya sehingga memudahkan proses defekasi.
k. $ehamilan $onstipasi adalah masalah umum ditemui pada trimester akhir kehamilan . seiring bertambahnya usia kehamilan , ukuran janin dapat menyebabkan obstruksi yang akan menghambat pengeluaran feses . /kibatnya , ibu hamil sering kali mengalami hemoroid permanen karena seringnya mengedan saat defekasi .
'.
KLASIFIKASI 1. Eleminasi urine a. +etensi urine
+etensi urine adalah akumulasi urine yang nyata didalam kandung kemih akibat ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih . b. 'ysuria /danya rasa setidaksakit atau kesulitan dalam berkemih . %.
Polyuria Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal , seperti 28 ml 9 hari , tanpa adanya intake %airan .
d. 5nkontinensi urine $etidaksanggupan sementara atau permanen otot spingter eksternal untuk mengontrol keluarnya urine dari kantong kemih . e. *rinari suppresi /dalah berhenti mendadak produksi urine.
2.
Fekal
a.
$onstipasi $onstipasi adalah penurunan frekuensi defekasi , yang diikuti oleh pengeluaran feses yang lama atau keras dan kering .
b. 5mpaksi
5mfaksi feses merupakan akibat dari konstipasi yang tidak diatasi . 5mfaksi adalah kumpulan feses yang mengeras , mengendap di dalam rektum , yang tidak dapat dikeluarkan.
%.
'iare 'iare adalah peningkatan jumlah feses dan peningkatan pengeluaran feses yang %air dan tidak berbentuk . 'iare adalah gejala gangguan yang mempengaruhi proses pen%ernaan , absorpsi , dan sekresi di dalam saluran 15 .
d. 5nkontinensia 5nkontinensia feses adalah ketidakmampuan mengontrol keluarnya feses dan gas dari anus . e.
4latulen 4latulen adalah penyebab umum abdomen menjadi penuh , terasa nyeri , dan kram.
f.
3emoroid adalah #ena #ena yang berdilatasi , membengkak dilapisan rektum .
D.
(E)ALA KLINIS . Eleminasi urine
+etensi urine • • • •
$etidaknyamanan daerah pubis. 'istensi kandung kemih. $etidaksanggupan untuk berkemih. &ering berkemih dalam kandung kemih yang sedikit ( 28 8 ml ".
2. Eleminasi 4ekal 'iare • • • •
;yeri atau kejang abdomen. $adang disertai darah atau mukus. $adang #omitus atau nausea. ila berlangsung lama dapat mengakibatkan terjadinya kelemahan dan kurus.
E.
PA*OFISIOLO(I
. 1angguan Eliminasi *rin 1angguan pada eliminasi sangat beragam seperti yang telah dijelaskan di atas. 0asing-masing gangguan tersebut disebabkan oleh etiologi yang berbeda. Pada pasien dengan usia tua, trauma yang menyebabkan %edera medulla spinal, akan menyebabkan gangguan dalam mengkontrol urin9 inkontinensia urin. 1angguan traumatik pada tulang belakang bisa mengakibatkan kerusakan pada medulla spinalis. 7esi traumatik pada medulla spinalis tidak selalu terjadi bersama-sama dengan adanya fraktur atau dislokasi. anpa kerusakan yang nyata pada tulang belakang, efek traumatiknya bisa mengakibatkan efek yang nyata di medulla spinallis . 6edera medulla spinalis (60&" merupakan salah satu penyebab gangguan fungsi saraf termasuk pada persyarafan berkemih dan defekasi. $omplikasi %edera spinal dapat menyebabkan syok neurogenik dikaitkan dengan %edera medulla spinalis yang umumnya dikaitkan sebagai syok spinal. &yok spinal merupakan depresi tiba-tiba akti#itas refle< pada medulla spinalis (arefle", pada komplikasi syok spinal terdapat tanda gangguan fungsi autonom berupa kulit kering karena tidak berkeringat dan hipotensi ortostatik serta gangguan fungsi kandung kemih dan gangguan defekasi. Proses berkemih melibatkan 2 proses yang berbeda yaitu pengisian dan penyimpanan urine dan pengosongan kandung kemih. 3al ini saling berlawanan dan bergantian se%ara normal. /kti#itas otot-otot kandung kemih dalam hal penyimpanan dan pengeluaran urin dikontrol oleh sistem saraf otonom dan somatik. &elama fase pengisian, pengaruh sistem saraf simpatis terhadap kandung kemih menjadi bertekanan rendah dengan meningkatkan resistensi saluran kemih. Penyimpanan urin dikoordinasikan oleh hambatan sistem simpatis dari akti#itas kontraktil otot detrusor yang dikaitkan dengan peningkatan tekanan otot dari leher kandung kemih dan proksimal uretra. Pengeluaran urine se%ara normal timbul akibat dari kontraksi yang simultan otot detrusor dan relaksasi saluran kemih. 3al ini dipengaruhi oleh sistem saraf parasimpatis yang mempunyai neurotransmiter utama yaitu asetilkholin, suatu agen kolinergik. &elama fase pengisian, impuls afferen ditransmisikan ke saraf sensoris
pada ujung ganglion dorsal spinal sakral segmen 2-> dan informasikan ke batang otak. 5mpuls saraf dari batang otak menghambat aliran parasimpatis dari pusat kemih sakral spinal. &elama fase pengosongan kandung kemih, hambatan pada aliran parasimpatis sakral dihentikan dan timbul kontraksi otot detrusor. 3ambatan aliran simpatis pada kandung kemih menimbulkan relaksasi pada otot uretra trigonal dan proksimal. 5mpuls berjalan sepanjang ner#us pudendus untuk merelaksasikan otot halus dan skelet dari sphin%ter eksterna. 3asilnya keluarnya urine dengan resistensi saluran yang minimal. Pasien post operasi dan post partum merupakan bagian yang terbanyak menyebabkan retensi urine akut. 4enomena ini terjadi akibat dari trauma kandung kemih dan edema sekunder akibat tindakan pembedahan atau obstetri, epidural anestesi, obat-obat narkotik, peregangan atau trauma saraf pel#ik, hematoma pel#ik, nyeri insisi episiotomi atau abdominal, khususnya pada pasien yang mengosongkan kandung kemihnya dengan manu#er ?alsal#a. +etensi urine pos operasi biasanya membaik sejalan dengan waktu dan drainase kandung kemih yang adekuat. 2. 1angguan Eliminasi 4ekal 'efekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. 3al ini juga disebut bowel mo#ement. 4rekwensi defekasi pada setiap orang sangat ber#ariasi dari beberapa kali perhari sampai 2 atau kali perminggu. anyaknya feses juga ber#ariasi setiap orang. $etika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan indi#idu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi. 'efekasi biasanya dimulai oleh dua refleks defekasi yaitu refleks defekasi instrinsik. $etika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum memberi suatu signal yang menyebar melalui pleksus mesentrikus untuk memulai gelombang peristaltik pada kolon desenden, kolon sigmoid, dan didalam rektum. 1elombang ini menekan feses kearah anus. egitu gelombang peristaltik mendekati anus, spingter anal interna tidak menutup dan bila spingter eksternal tenang maka feses keluar. +efleks defekasi kedua yaitu parasimpatis. $etika serat saraf dalam rektum dirangsang, signal diteruskan ke spinal %ord (sakral 2 >" dan kemudian kembali ke kolon desenden, kolon sigmoid dan rektum. &inyal sinyal parasimpatis ini meningkatkan gelombang peristaltik, melemaskan spingter anus internal dan meningkatkan refleks defekasi instrinsik. &pingter anus indi#idu duduk ditoilet atau bedpan, spingter anus eksternal tenang dengan sendirinya.
Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut dan diaphragma yang akan meningkatkan tekanan abdominal dan oleh kontraksi muskulus le#ator ani pada dasar panggul yang menggerakkan feses melalui saluran anus. 'efekasi normal dipermudah dengan refleksi paha yang meningkatkan tekanan di dalam perut dan posisi duduk yang meningkatkan tekanan kebawah kearah rektum. ika refleks defekasi diabaikan atau jika defekasi dihambat se%ara sengaja dengan mengkontraksikan muskulus spingter eksternal, maka rasa terdesak untuk defekasi se%ara berulang dapat menghasilkan rektum meluas untuk menampung kumpulan feses. 6airan feses di absorpsi sehingga feses menjadi keras dan terjadi konstipasi.
F.
PEMERIKSAAN FISIK 1. Eleminasi urine
a.
/bdomen, kaji dengan %ermat adanya pembesaran , distensi kandung kemih , pembesaran ginjal , nyeri tekan pada kandung kemih .
b. 1enitalia. $aji kebersihan daerah genetalia . /mati adanya bengkak , rabas , atau radang pada meatus uretra . %.
*rine, kaji karakteristik urine klien bandingkan dengan karakteristik urine normal.
2. Eleminasi fekal a. /bdomen, pemeriksaan dilakukan pada posisi terlentang , hanya pada bagian
yang tampak saja 5nspeksi. /mati abdomen untuk melihat bentuknya , simetrisitas , adanya • •
distensi atau gerak peristaltik . /uskultasi , dengarkan bising usus , lalu perhatikan intensitas , frekuensi
•
dan kualitasnya. Perkusi , lakukan perkusi pada abdomen untuk mengetahui adanya distensi berupa %airan , massa , atau udara . mulailah pada bagian kanan
•
atas dan seterusnya . Palpasi , lakukan palpasi untuk mengetahui konstitensi abdomen serta adanya nyeri tekan atau massa di permukaan abdomen .
b. +ektum dan anus , pemeriksaan dilakukan pada posisi litotomi atau sims. a. 4eses , amati feses klien dan %atat konstitensi, bentuk , bau , warna , dan jumlahnnya. Pemeriksaan Penunjang " Pemeriksaan *&1 2" Pemeriksaan foto rontgen " Pemeriksaan laboratorium urin dan feses
(. K!nse% Dasar Asu&an Ke%era+aan A. Pen$ka,ian ke%era+aan
.
Pola defekasidan keluhan selama defekasi
Pengkajian ini antara lain : bagaimana pola defekasi dan keluhannya selama defekasi, se%ara normal, frekuensi buang air besar pada bayi sebanyak >-! kali9hari, sedangkan orang dewasa adalah 2- kali9hari dengan jumlah rata-rata pembuangan per hari adalah 8 g. 2.
$eadan feses, meliputi:
;o $eadaan
;ormal
/bnormal
Penyebab
.
ayi, kuning.
Putih, hitam9tar, atau merah
$urang kadar empedu, perdarahan saluaran saluaran %erna bagian atas, atau peradangan saluran %erna bagian bawah
'ewasa: %oklat
Pu%at berlemak
0alabsorpsi lemak
warna
2.
au
$has feses dan dipengaruhi oleh makanan
/mis dan perubahan bau
'arah dan infeksi
.
konsistensi
7unak dan berbentuk.
%air
'iare dan absorpsi kurang.
>.
bentuk
&esuai diameter rektum
8.
konsituen
0akanan yang 'arah, pus, benda 5nternal belding, infeksi, di%erna, bakteri asing, mukus, atau trtelan bendam iritasi, atau yang maati, lemak, %a%ing. inflamasi. pigmen, empedu, mukosa usus, air
.
$e%il, bentuknya )bstruksi dan peristaltik yang sesperti pensil. %epat
4aktor yang mempengaruhi eliminasi fekal:
4aktor yang meningkatkan Eliminasi : .
7ingkungan yang bebas
2.
$emampuan untuk mengikuti pola defekasi pribadi, pri#asi.
.
'iet tinggi serat
>.
/supan %airan normal (jus buah, %airan hangat"
8.
)lahraga
!.
$emampuan untuk mengambil posisi jongkok
@.
7aksatif atau katartik se%ara tepat
4aktor yang merusak eliminasi : .
&tress emosional
2.
1agal men%etuskan refleks defekasi, kurang waktu atau kurang pri#asi
.
'iet tinggi lemak, tinggi $3
>.
/supan %airan berkurang
8.
5mobilitas atau tidak aktif
!.
idak mampu jongkok, mis : usila, deformitas muskulo, nyeri defekasi
>.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaaan fisik yang meliputi keadaan abdomen seperti ada atau tidaknya distensi, simetris atau tidak, gerakan peristaltik, adanya massa pada perut, dan tenderness. B. Dia$n!sa Ke%era+aan
.
$onstipasi berhubungan dengan:
idak adekuatnya diet berserat
5mmobilisasi9 tidak adekuatnya aktifitas fisik
idak adekuatnya intake %airan
;yeri saat defekasi
Perubahan kebiasaan rutin (pemasukan diet"
Penyalahgunaan laksatif
0enunda defekasi
Penggunaan obat yang menyebabkan konstipasi (anti analgesi%, anta%id dan antikolinergal" 2.
'iare sehubungan dengan:
&tress emosinal, %emas
idak toleransi terhadap makanan (makanan busuk, bera%un"
1angguan diet
5nflamasi (radang" bowel
Efek samping obat
/lergi
.
indakan huknah 5nkontinensia bowel sehubungan dengan:
1angguan system syaraf sentral
5njuri spinal %ord
$etidakmampuan menahan defekasi
'iare
5mpaktion fekal
1angguan proses fakir9persepsi
$elemahan
>.
Potensial kekurangan #olume %airan sehubungan dengan diare
'. Peren-anaan Ke%era+aan
ujuan: a.
0engenal eliminasi normal.
b.
$embali kekebiasaan defekasi yang regular
%.
6airan dan makanan yang sesuai
d.
)lah raga teratur
e.
+asa nyaman terpenuhi
f.
5ntegritas kulit dapat dipertahankan
g.
$onsep diri baik
+en%ana tindakan: .
$aji perubahan fakor yang memengaruhi maslah eliminasi fekal.
2.
$urang faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah seperti:
a.
$onstipasi se%ara umum
0embiasakan pasien untuk buang air se%ara teratur, misalnya pergi ke kamar mandi satu jam setelah makan pagi dan tinggal di sana sampai ada keinginan untuk buang air. -
0eningkatkan asupan %airan dengan banyak minum.
-
'iet yang seimbang dan makan bahan makanan yang banyak mengandung serat.
-
0elakukan latihan fisik, misalnya melatih otot perut.
0engaturposisi yang baik untuk buang air besar, sebaiknya posisi duduk dengan lutut melentur agar otot punggung dan perut dapat membantu prosesnya. -
/njurkan untuk tidak memaksakan diri dalam buang air besar.
-
erikan obat laksanatif, misalnya dul%ola< 0 atau jenis obat supositoria.
b.
7akukan enema (huknah" $onstipasi akibat nyeri
-
ingkatkan asupan %airan.
-
'iet tingkat serat
-
ingkatkan latihan setiap hari
-
erikan pelumas disekitar anus untuk mengurangi nyeri
-
$ompres dingin sekitar anus mengurangi rasa gatal.
+endamduduk atau mandi di bak dengan air hangat (>->! derjat %el%ius, selama 8 menit" jika nyeri hebat. -
erikan pelunak feses.
6egah duduk lama apabila hemoroid, dengan %ara berdiri tiap jam kurang lebih 8- menit untuk menurunkan tekanan. %.
$onstipasi kolonik akibat perubahan gaya hidup
-
erikan stimulus untuk defekasi, seperti minum kopi atau jus
-
antu pasien untuk menggunakan pispot bila memungkinkan.
-
1unakan kamar mandi daripada pispot bila memungkinkan.
/jarkan latihan fisik dengan memberikan ambulasi, latihan rentang gerak, dan lain-lain. d.
ingkatkan diet tinggi serat buah dan sayuran. 5nkontinensia usus
-
Pada waktu tertentu setiap 2 atau jam, letakkan pot di bawah pasien.
-
erikan latihan buang air besar dan anjurkan pasien untuk selalu berusaha latihan.
$alau inkon tinensia hebat, diperlukan adanya pakaian dalam yang tahan lembab, supaya pasien dan sprei tidak begitu kotor. -
Pakai laken yang dapat dibuang dan menyenangkan untuk dipakai.
*ntuk mengurangi rasa malu pasien, perlu didukung semangat pengertian perawatan khusus. .
elaskan mengenai eliminasi yang normal kepada pasien.
>.
Pertahankan asupan makanan dan minuman.
8.
antu defekasi se%ara manual.
!.
antu latihan buang air besar, dengan %ara:
-
$aji pola eliminasi normal dan %a%atwaktu ketika inkontinensia terjadi.
-
Pilih waktu defekasi untuk mengukur kontrolnya.
erikan pelunak feses (oral" setiap hari atau katartik supostoria setengah jam sebelum waktu defekasi ditentukan. /njurkan pasien untuk minum air hangat atau jus buah ( minuman yang merangsang peristaltik" sebelum waktu defekasi. antu pasien ke toilet (program ini kurang efektif jika pasien mengggunakan pispot". -
aga pri#asi pasien dan batasi waktu defekasi (8-2 menit".
5nstruksikan pasien untuk duduk di toilet, gunakan tangan untuk menekan perut terus ke bawah dan jangan mengendan untuk merangsang pengeluaran feses. D. Pelaksanaan Ke%era+aan Men#ia%kan Fases Unuk Ba&an Pemeriksaan
0enyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan merupakan %ara yang dilakukan untuk mengambil fases sebagai bahan pemeriksaan, yaitu pemeriksaan lengkap dan pemeriksaan kultur (pembiakan" . Pemeriksaan fases lengkap merupakaan pemeriksaan fases yang terdiriatas pemeriksaan warna, bau konsistensi, lendir, darah, dan lain-lain. 2. Pemeriksaaan fases kultur merupakan pemeriksaan fases melalui biakan dengna %ara taou%her (prosedur pengambilan fases melalui tangan". /lat:
empat penampung atau botol penambung beserta penutup.
Etiket khusus.
'ua batang lidi kapas sebagai alat untuk mengambil fases.
Prosedur kerja: .
6u%i tangan.
2.
elas prosedur yang dilakukan.
. /njurkan pasien untuk buang air besar lalau ambil fases melalui lidi kapas yang elah di keluarkan, setelah selesai anjurkan pasien untuk membersihkan daerah sekitar anusnya. >.
0asukkan bahan pemeriksaan kedalam botolyang telah disediakan..
8.
6atat nama pasien dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan.
!.
6u%i tangan.
E. Ealuasi ke%era+aan
E#aluasi terhadap masalah kebutuhan eliminasi fekal dapat dinilai dengan adanya kemampuan dalam. .
0emahami %ara eliminasi yang normal.
2. 0elakukan latihan se%ara teratur, seperti rentang gerak atau lain (jalan, berdiri, dan lain-lain". . 0empertahankan defekasi se%ara normal yang ditunjukkan ddenga keampuan pasien dalam pengontrol pasien dalam mengontrol defekasi tanpa bantuan obat9enema, berpatisipasi dalam program latihanse%ara teratur,defekasi tanpa harus mengedan. >. 0empertahankan rasa nyaman yang ditunjukkan dengan kenyamanan dalam kemampuan defekasi, tidak terjadi bleeding,tidak terjadi imflamasi, dan lain-lain. 8. 0empertahankan integrasi kulit yang ditunjukkan keringnya area perianal, tidak adainflamasi atau ekskoriasi, keringnya kulit sekitar stoma, dan lain-lain.
1. Pen$ka,ian a. Ke/iasaan /erkemi&
Pengkajian ini meliputi bagaimana kebisaan berkemih serta hambatannya. 4rekuensi berkemih tergatung pada kebiasaan dan kesempatan. anyak orang berkemih setiap hari pada waktu bangun tidur dan tidak memerlukan waktu untuk berkemih pada waktu malam hari. /. P!la /erkemi&
A 4rekuensi berkemih : frekuesi berkemih menentukan berapa kali indi#idu berkemih dalam waktu 2> jam A *rgensi : Perasaan seseorang untuk berkemih seperti seseorang ke toilet karena takut megalami inkotinensia jika tidak berkemih A 'isuria : $eadaan rasa sakit atau kesulitan saat berkemih. $eadaan ini ditemukan pada striktur uretra, infeksi saluran kemih, trauma pada #esika urinaria. A Poliuria : $eadaan produksi urine yang abnormal yang jumlahnya lebih besar tanpa adanya peingkata asupa %aira. $eadaan ini dapat terjadi pada penyekit diabetes, defisiensi /'3, da pen yakit kronis ginjal. A *rinaria supresi : $eadaan produksi urine yang berhenti se%ara medadak. ila produksi urine kurag dari ml9hari dapat dikataka anuria, tetapi bila produksiya atara 8 ml9hari dapat dikataka sebagai oliguria. -. 0!lume urine
?olume urine menentukan berapa jumlah urine yang dikeluarka dalam waktu 2> jam.
2. Dia$n!sa Ke%era+aan
a. Perubahan pola eliminasi urine berdasarkan : A $etidakmampuan salurab kemih akibat anomali saluran urinaria A Penurunan kapsitas atau iritasi kandung kemih akibat penyakit A $erusakan pada saluran kemih A Efek pembedahan pada saluran kemih b. 5nkontinensia fungsional berdasarkan : A Penurunan isyarat kandung kemih dan kerusakan kemampuan untuk mengenl isyarat akibat %edera atau kerusakan k. $emih A $erusakan mobilitas A $ehilangan kemampuan motoris dan sensoris
%. 5nkontinensia refleks berdasarkan gagalnya fungsi rangsang di atas tingkatan arkus refleks akibat %edera pada m. spinalis d. 5nkontinensia stress berdasarkan : A ingginya tek. 5ntraabdimibal dan lemahnya otor pe#iks akibat kehamilan A Penurunan tonus otot e. 5nkontinensia total berdasarkan defisit komnikasi atau persepsi f. 5nkontinensia dorongan berdasarkan penurunan kapasitas k. $emih akibat penyakit infeksi, trauma, tindakan pembedahan, faktor penuaan g. +etesi urine berdasarkan adanya hambatan pada sfingter akibat penyakit struktur, 3P h. Perubahan body image berdasarkan inkontinensia dan enuresis i. +esiko terjadinya infeksi salura kemih berdasarkan pemasangan kateter, kebersihan perineum yang kurang j. +esiko perubahan keseimbangan %airan dan elektrolit b9d gangguan drainase ureterostomi.
. Peren-anaan Ke%era+aan
ujuan : a. 0emahami arti eliminasi urine b. 0embantu mengosongkan kandung kemih se%ara penuh %. 0en%egah infeksi d. 0empertahankan integritas kulit e. 0emberikan rasa nyaman f. 0engembalikan fungsi kandung kemih g. 0emberikan asupan se%ara tepat h. 0en%egah kerusakan kulit i. 0emulihkan self sistem atau men%egah tekanan emosional +en%anakan indakan : a. 0onitor9ober#asi perubahan faktor, tanda dan gejala terhadap masalah perubahan eliminasi urine, retensi dan urgensia
b. $urangi faktor yang mempengaruhi9penyebab masalah %. 0onitor terus perubahan retensi urine d. 7akukan kateterisasi urine 5nkontinensia dorongan a. Pertahankan hidrasi se%ara optimal b. /jarkan untuk meningkatkan kapasitas kandung kemih dengan %ara %. /jarkan pola berkemih teren%ana (untuk mengatasi kontraksi kandung kemih yang tidak biasa" d. /njurkan berkemih pada saat terjaga seperti setelah makan, latihan fisik, mandi e. /njurkan untuk menahan sampai waktu berkemih f. lakukan kolaborasi dengan tim dokter dalam mengatasi iritasi kandung kemih 5nkontinensia total a. Pertahankan jumlah %airan dan berkemih b. +en%anakan program kateterisasi intermiten apabila ada indikasi %. /pabila terjadi kegagalan pada latihan kandung kemih pertimbangan untuk pemasangan kateter indweeling 5nkontinensia stress, kurangi faktor penyebab seperti : a. ehilangan jaringan atau tonus otot, dengan %ara : A /jarkan untuk mengidentifikasi otot dasar pel#iks dan kekuatan dan kelemahannya saat melakukan latihan A *ntuk otot dasar pel#iks anterior bayangkan anda men%oba menghentikan aliran urine, ken%angkan otot-otot belakang dan depan dalam waktu detik, kemudian lepaskan atau rileks, ulangi hingga kalidan lakukan > kali sehari b. 0eningkatkan tekanan abdomen dengan %ara : A 7atih untuk menghindari duduk lama A 7atih untk sering berkemih sedikitnya tiap 2 jam. 5nkontinensia fungsional, /jarkan teknik merangsang refleks berkemih, dengan berkemih seperti : mekanisme supra pubis kutaneus a. $etuk supra pubis se%ara dalam, tajam dan berulang
b. /njurkan pasien untuk A Posisi setengah duduk A 0engetuk kandung kemih se%ara langsug denga rata-rata @-B kali 9 detik A 1unakan sarung tangan A Pindahkan sisi rangsangan di atas kandung kemih untuk menentukan posisi saling berhasil A 7akukan hingga aliran baik A unggu kurang lebih menit dan ulangi hingga kandung kemih kosong A /pabila rangsangan dua kali lebih dan tidak ada respon, berarti sudah tidak ada lagi yang dikeluarkan. %. /pabila belum berhasil, lakukan hal berikut ini selama 2- menit dan berikan jeda waktu menit di antara setiap kegiatan A ekan gland penis A Pukul perut di atas ligamen inguinalis A ekan paha bagian dalam d. 6atat jumlah asupan dan pengeluaran e. adwalkan program kateterisasi pada saat tertentu
. *in3akan Ke%era+aan
Pengumpulan Urine untuk bahan pemeriksaan 0engingat tujuan pemeriksaan berbeda-beda, maka pengambilan sampel urine juga dibeda bedakan sesuai dengan tujuannya. 6ara pengambilan urine tersebut atara lain : pegambilan urine biasa, pegambila urine steril dan pengumpulan selama 2> jam. a. Pengambilan urine biasa merupaka pengambilan urine dengan %ara mengeluarkan urine seperti biasa, yaitu buang air ke%il. iasanya untuk memeriksa gula atau kehamilan. b. Pengambilan urine steril merupakan pengambilan urine dengan %ara dengan menggunakan alat steril, dilakukan dengan menggunakan alat steril, dilakukan dengan keteterisasi atau pungsi supra pubis. Pengambilan urine steril bertujuan mengetahui adanya infeksi pada uretra, ginjal atau saluran kemih lainnya. %. Pengambilan urine selama 2> jam merupakan pengambilan urine yang dikumpulkan dalam 2> jam, bertujuan untuk mengeetahui jumlah urine selama 2> jam dan mnegukur berat jenis urine, asupan dan pengeluaran serta mengetahui fungsi ginjal.
Menolong untuk buang air kecil dengan menggunakan urinal 0enolong /$ dengan menggunakan urinal merupakan tindakan keperawatan dengan membantu pasien yang tidak mampu /$ sendiri dikamar ke%il dengan menggunakan alat penampung dengan tujuan menampung urine dan mengetahui kelainan urine (warna dan jumlah" Melakukan kateterisasi 5ndikasi : a. ipe 5ntermitten A idak mampu berkemih B 2 jam setelah operasi A +etensi akut setelah trauma uretra A idak mampu berkemih akibat obat sedatif atau analgesi% A 6edera pada tulang belakang A 'egenerasi neuromuskular se%ara progresif A Pengeluaran urine residual b. ipe 5ndwelling A )bstruksi aliran urine A Pas%a operasi saluran uretra dan struktur disekitarnya A )bstruksi uretra A 5nkontinensia dan disorientasi berat Menggunakan kondom kateter 0enggunakan kondom kateter merupakan tindakan keperawata dengan %ara memeberikan kondom kateter pada pasine yang tidak mampu mengontrol berkemih. 6ara ini bertujuan agar pasine dapat berkemih dan mempertahankannya.
4. Ealuasi Ke%era+aan
E#aluasi keperawatan terhadap gangguan kebutuhan eliminasi urine se%ara umum dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam : a. 0iksi dengan normal, ditunjukkan dengan kemampuan berkemih sesuai dengan asupan %airan dan pasien mampu berkemih tanpa menggunakan obat, kompresi pada kandung kemih atau kateter.
b. 0engosongkan kandung kemih, ditunjukkan dengan berkurannya distensi, #olume urine residu, dan lan%arnya kepatenan drainase %. 0en%egah infeksi9 bebas dari infeksi, ditunjukkan dengan tidak adanya infeksi, tidak ditemukan adanya disuria, urgensi, frekuensi, dan rasa terbakar d. 0empertahankan intergritas kulit, ditunjukkan dengan adanya perineal kering tanpa inflamasi an kulit di sekitar uterostomi kering. e. 0emberikan pasa nyaman, ditunjukkan dengan berkurangnya disuria, tidak ditemukan adanya distensi kandung kemih dan adanya ekspresi senang. f. 0elakukan ladder training, ditunjukkan dengan berkurangnya frekuensi inkontinensia dan mampu berkemih di saat ingin berkemih.
DAF*AR PUS*AKA •
3arnawatiaj. 2. $onsep 'asar Pemenuhan $ebutuhan Eliminasi 4ekal. erdapat pada: http:99harnawatiaj.wordpress.%om92B99>9konsep-dasar-pemenuhan-kebutuhaneliminasi-fe%al9
•
3idayat /limul, /ziz. 2!. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia . akarta: &alemba
•
0edika. http:99
• •
• • •
eliminasi.html Perry, Potter. 28. 4undamental keperawatan, edisi >, #olume . akarta : E16 &eptiawan, 6atur E. 2B. Perubahan Pada Pola *rinarius. erdapat pada: www.ki#a.org &jamsuhidajat. 2>. uku /jar 0edikal edah. Penerbit $edokteran E16: akarta. &upratman. 2. askep $lien 'engan &istem Perkemihan arwoto = Dartonah. 2>. $ebutuhan Dasar manusia dan Proses Keperawatan. akarta: salemba medika