ETIKA BISNIS DAN PROFESI Analisis Kecurangan pada Perusahaan Parmalat, Italia Dosen pengampu: pengampu: Nur Cahyonowati, SE, M.Si, Akt.
Yuliani
(12030113220079)
PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2014
BAB I PENDAHULUAN
A. Profil Parmalat
Parmalat SpA (Societa per Azione) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi makanan dan produk dairy, dengan induk perusahaan yang terletak di Italia. Perusahaan ini pertama kali didirikan pada tahun 1961 oleh Calisto Tanzi, seorang mahasiswa drop-out, yang membuka pusat pasteurisasi di Parma. Parmalat berasal dari bahasa Italia, kata Parma yang berarti “lembah makanan” dan Lat singkatan dari latte yang
berarti susu. Tahun 80-an adalah saat ekspansi dari Parmalat. Parmalat mengkonsolidasikan posisinya sebagai pemimpin dunia dalam pasar susu dan kemudian memperluas ke pasar makanan lain, seperti produk roti, saus tomat, dan jus buah. Penawaran saham perdana (IPO) ke Milan Stock Exchange tahun 1990 dan sejak saat itu, Parmalat terus berekspansi. Inovasi utama Parmalat adalah susu UHT (Ultra High Temperature) yang dikembangkan di Swedia, yang memungkinkan susu bisa disimpan dalam waktu yang lama tanpa harus didinginkan. Produk tersebut sukses dengan iklan olahraga, termasuk Formula One Racing dan Alphine Sky Championships. Penjualan Parmalat berkembang pesat di seluruh Eropa, Amerika Latin, dan secara total di lebih dari 30 negara. Parmalat dengan cepat berkembang menjadi sebuah kerajaan keluarga, perusahaan makanan terbesar di Italia, perusahaan makanan terbesar keempat di Eropa dengan lebih dari 36.000 karyawan di 139 pabrik dan bercabang ke berbagai industry termasuk minuman, televisi, pariwisata, cookies, dan sepak bola. Pada tahun 1997, Parmalat mulai mengakuisisi perusahaan lain, khususnya di Amerika. Salah satu pembelian besar pada tahun 1997 adalah Beatrice Foods, produsen besar AS. Sebagian besar akuisisi Parmalat dibiayai dengan utang, sehingga secara bertahap utang Parmalat semakin memburuk. Namun, pada tahun 2002, penjualan Parmalat mencapai €13 miliar.
B. Latar Belakang Masalah
Pada tahun 2003, pendiri Parmalat yaitu Calisto Tanzi terlibat kasus manipulasi keuangan yang menyebabkan bangkutnya perusahaan Parmalat. Kasus ini melibatkan 16 tersangka, antara lain Chief Financial Officer Parmalat, saudara dan dua anak Calisto Tanzi, akuntanakuntan Parmalat, dan direktur-direktur Parmalat. Kasus ini juga melibatkan auditor-auditor yang mengaudit Parmalat, yaitu Italaudit, Deloitte & Touche, dan Grant Thornton, serta bank-bank seperti Bank of America. Tanzi dan rekan-rekannya diduga melakukan manipulasi harga saham, menerbitkan laporan keuangan palsu, menyesatkan regulator laporan pasar saham di Italia, dan menghalangi audit. Terkait laporan keuangan palsu, Parmalat menggelapkan dana sebesar €14.000.000.000 dari laporan keuangan. Kasus ini berakhir dengan diberikannya hukuman 10 tahun penjara kepada Tanzi, dimana hukuman ini lebih ringan dari tuntutan jaksa yaitu 13 tahun. Sanksi juga diberikan kepada auditor Parmalat sebesar €240.000 dan aset mereka sebesar €455.000 disita. Bank of America juga diberi sanksi sebesar $98.500.000.000. Kepengurusan Parmalat diserahkan kepada Enrico Bondi, yang ditunjuk oleh pemerintah, dimana ia melakukan tuntutan kepada bank-bank yang terlibat dalam kasus Parmalat untuk mendapatkan kembali sejumlah dana bagi Parmalat dan investornya.
BAB II PEMBAHASAN
A. Financial Fraud (2002 – 2005)
Pada tahun 1997, Parmalat mulai terjun ke dunia pasar keuangan secara besar besaran, membiayai beberapa akuisisi internasional dengan utang. Tapi, pada tahun 2001, banyak dari divisi Parmalat mengalami penurunan kinerja, sehingga menimbulkan kerugian, dan pembiayaan perusahaan sebagian besar bergeser ke penggunaan derivatif, kelihatannya dengan maksud untuk menyembunyikan tingkat kerugian dan utang. Pada Februari 2003, kepala keuangan, Fausto Tonna tiba-tiba mengumumkan €500.000.000 obligasi baru. Hal ini menjadi kejutan untuk pasar maupun CEO Parmalat,
Calisto
Tanzi.
Calisto
Tanzi
memaksa
Tonna
untuk
mengundurkan
diri
dan
menggantikannya dengan Alberto Ferraris. Ferraris terkejut setelah mengetahui bahwa dirinya seorang CFO, tetapi masih tidak memiliki akses ke beberapa buku perusahaan yang sedang ditangani oleh kepala bagian akuntansi, Luciano Del Soldato. Ferraris mulai mencurigai bahwa total utang perusahaan lebih dari 2x lipat dari yang disajikan di necara.
B. Epicurum
Rencana untuk mengupayakan penggalangan dana senilai €300.000.000.000 dijatuhkan pada bulan September 2003, dan saham perusahaan disusutkan secara signifikan. Krisis Parmalat mengemuka ke public saat sejumlah pertanyaan dilontarkan seputar transaksi reksadana Epicerum – sebuah perusahaan asal Cayman yang menyebabkan Parmalat jatuh. Kemudian Ferraris mengundurkan diri kurang dari seminggu setelah kejadian tersebut, dan digantikan oleh Del Soldato. Del Soldato juga mengundurkan diri pada bulan Desember, karena tidak bisa mendapatkan dana dari Epicurum untuk membayar utang dan obligasi yang telah jatuh tempo, sebesar minimal €150.000.000, jumlah yang kelihatannya kecil mengingat Parmalat perusahaan besar dan menonjol.
C. Rekening Palsu di Bank Amerika
Enrico Bondi dipanggil untuk menyelamatkan Parmalat. Sementara itu, Tanzi mengundurkan diri dari posisi chairman dan CEO. Bank kreditur Parmalat, Bank of America
kemudian mengeluarkan dokumen yang menunjukkan bahwa akun bank Bonlat senilai €3.950.000.000 adalah palsu.
Perdana Menteri Silvio Berlusconi memulai penyelidikan atas penipuan itu dan menunjuk Bondi untuk menyelamatkan Parmalat. Ratusan ribu investor kehilangan uang mereka dan tak mungkin kembali. Parmalat resmi bangkrut. Beruntung pemerintah Italia masih menggunakan aksi legal „commisariamento‟ untuk menyelamatkan merek Parmalat. Diluar segala karut marut di atas, Parmalat mensponsori banyak event olah raga. Pedro Diniz mengendarai Forti di tahun 1995, Niki Lauda di tahun 1976 di German Grand Prix. Selain di Forti, logo Parmalat bertebaran di Arrows, Ligier, San Sauber dari tahun 1995 sampai 2000. Sekitar seminggu kemudian, Tanzi, yang mengaku mengambil alih €500.000.000 untuk dirinya sendiri dan bisnis yang lain, dipenjara.
D. Lubang di Rekening Parmalat
Pada tanggal 24 Desember 2003, Parmalat SpA mengajukan perlindungan kebangkrutan ke pengadilan di Parma, Italia, kebangkrutan terbesar dalam sejarah Eropa. Sejak Desember 2003, Parmalat telah terjerat dalam kasus penipuan keuagan terbesar dalam sejarah Eropa, dengan sekitar €14.000.000.000 lenyap begitu saja. Sebagian besar kerugian ini tampaknya terkait dengan utang Parmalat yang lebih dari €14.000.000.000, hampir 2x
lipat dari apa yang telah dilaporkan sebelumnya dalam uraian perusahaan. Selama bertahun-tahun, Parmalat menyembunyikan kerugian, membesar-besarkan asetnya, tercatat tidak adanya aset, mengecilkan utangnya, dan kas dialihkan ke anggota keluarga Tanzi. Perusahaan menciptakan lebih dari 260 entitas asing, seperti Bonlat, anak
perusahaan di kepulauan Cyman untuk membuang asset fiktif dan menyembunyikan utangutangnya. Menariknya, banyak penipuan Parmalat yang tidak terdeteksi selama 13 tahun.
E. Bagaimana Cara Parmalat Melakukan Kecurangan?
1. Parmalat menyembunyikan kerugian, membesar-besarkan asetnya, tercatat tidak adanya aset, mengecilkan utangnya, dan kas dialihkan ke anggota keluarga Tanzi. 2. Untuk menyembunyikan kerugiannya, Parmalat menggunakan berbagai entitas yang dimilikinya, yang paling signifikan adalah Bonlat di kepualauan Cayman, yang merupakan tempat pembuangan di group Parmalat selama 5 tahun terakhir, dan pemegang rekening palsu di Bank of America. 3. Piutang tak tertagih dipindahkan dari perusahaan utama ke entitasnya, di mana nilai riil mereka tersembunyi. 4. Perdagangan dan transaksi keuangan fiktif dilakukan untuk mengimbangi kerugian dari anak-anak perusahaan dan untuk menaikkan asset dan pendapatan. 5. Skema sekuritas berdasarkan piutang usaha palsu dan faktur yang sama digunakan berkali-kali untuk membiayai group. 6. Parmalat mengecilkan utangnya melalui: a. Skema penipuan yang berbeda. Mencatat tidak adanya pembelian kembali obligasi. b. Menjual piutang palsu digambarkan sebagai jalan lain untuk menghapus kewajiban dari catatan. c. Menyalahartikan utang atau utangnya tidak dicatat. 7. Dana yang dialihkan ke anggota keluarga Tanzi dan perusahaan mereka
Skema berulang untuk mencatat pembayaran sebagai piutang dan kemudian memindahkan piutang palsu tersebut melalui web entitas lepas pantai untuk mengaburkan sifat asli mereka.
F. Muncul Kembali dari Kebangkrutan
Setelah mengajukan perlindungan kebangkrutan, administrator pengadilan menyewa kembali spesialis, Enrico Bondi, untuk membenahi perusahaan. Bondi segera mulai menangani Parmalat untuk focus hanya pada bisnis inti susu.
Sejumlah anak perusahaan non-inti, seperti tim sepak bola yang tidak menghasilkan yang beroperasi di Amerika Latin, Thailand, dan Irlandia, dan beberapa merek yang berkinerja buruk dihentikan. Bondi berusaha untuk mengurangi operasi Parmalat menjadi 16 perusahaan berbasis susu dan jus di seluruh dunia dengan 30 merek global dan regional, termasuk susu Bonlat, Santal jus, dan Kyr yoghurt, pengurangan yang substansial dari 120 merek di bawah Tanzi. Sebelum muncul dari kebangkrutan, kreditur Parmalat setuju untuk menukar sekitar €20.000.000.000 utang perusahaan untuk ekuitas, pendapatan mulai muncul kembali dan
perusahaan segera mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Italia di Milan. Parmalat mulai bangkit dari kebangkrutan dan Bondi diangkat sebagai CEO setelah disetujui oleh pemegang saham baru perusahaan. Bondi juga mulai mencari miliaran euro sebagai kompensasi dari bank-bank yang memiliki partisipasi dalam krisis Parmalat, menuduh mereka berkolusi untuk menyembunyikan masalah Parmalat. Bondi menuduh bahwa beberapa bank memberikan bantuan dalam menciptakan laporan keuangan palsu dan bunga dari obligasi yang tertunda mengungkap masalah keuangan Parmalat. Di antara bank-bank yang disebutkan beberapa membela diri terhadap tuduhan, seperti Deutsche Bank (kira-kira €17.000.000), UBS (€290.000.000), dan Citigroup (lebih dari €8.000.000.000). Selain itu, Selain itu, Parmalat menggugat auditor dari Deloitte & Touched an Grant Thornton untuk sekitar €20.000.000.000, meskipun mereka mengaku
menjadi korban penipuan Parmalat.
G. Kelalaian Bank
Peran jelek beberapa bank internasional yang terkenal, seperti Citigroup dan UBS terungkap. Kelemahan dari bank-bank besar dan lembaga keuangan tersebut meminjamkan pinjaman kepada Parmalat tanpa jaminan berdampak negatif. Bank dan lembaga keuangan begitu
sibuk
mengumpulkan
dana
melalui
hubungannya
dengan
Parmalat
tanpa
mempertimbangkan konsekuensi jangka panjangnya. Dalam hal yang serupa, peringkat kredit Parmalat mendapatkan peringkat kredit yang tinggi tanpa memeriksa data keuangan Parmalat.
H. Isu Utama Pelanggaran
1. Parmalat tidak memiliki dewan kebebasan 2. Parmalat adalah perusahaan milik keluarga Tanzi, Tanzi adalah pendiri sekaligus chairman dan CEO perusahaan. 3. Parmalat juga lemah di komposisi inti dewan komite. 4. Parmalat tidak memiliki direktur independen sesuai dengan SOX. 5. Komite audit dan komite renumerasi sangat tergantung pada keluarga Tanzi.
I. Pelanggaran Hukum
1. Tanggung jawab dari keduanya (chairman dan CEO) tidak berbeda (sama). 2. Perusahaan induk mengontrol hak suara, yang pada akhirnya menjadi milik keluarga Tanzi. 3. Kesalahan pengungkapan laporan keuangan. Perusahaan menghadapi utang yang lebih dari 2x lipat dari yang telah diungkapkan dalam laporan keuangan. 4. Sesuai SOX, dewan seharusnya mempunyai lebih dari 50% direktur independen. Tetapi di Parmalat, dewan terdiri dari 3 direksi independen, sisanya adalah eksekutif direksi. 5. Kurangnya pemantauan operasi perusahaan oleh dewan direksi. 6. Parmalat memiliki 3 auditor internal yang ditunjuk oleh perusahaan, dan tidak satupun dari mereka yang ditunjuk oleh pemegang saham minoritas untuk melindungi hak-hak mereka. 7. Kurangnya rotasi auditor eksternal, sesuai tata kelola perusahaan Italia, auditor eksternal harus diputar setelah 3 tahun.
J. Manajemen Parmalat
1. Pendiri, Chairman, dan CEO : Calisto Tanzi
Tidak ada perbedaan antara peran CEO dan chairman
Tanpa memahami kondisi keuangan perusahaan yang diakuisisi, banyak perusahaan di industri makanan yang mengalami kerugian secara financial.
Memanipulasi laporan keuangan dengan menyembunyikan kerugian.
Mengalihkan €500.000.000 dari cadangan perusahaan untuk Parmatour (yang
termasuk anak perusahaannya) tanpa meminta persetujuan dari pemegang saham dan pemangku kepentingan yang lainnya.
2. CFO
: Fausto Tonna
Semuanya tergantung pada auditor internal perusahaan, bahkan tidak mengakses buku perusahaan yang ditangani oleh auditor internal.
Mengumumkan penerbitan obligasi €500.000.000 tanpa membicarakannya terlrbih dahulu dengan pemegang saham, pemangku kepentingan, dan anggota yang lainnya.
3. Direktur Independen :
Menjadi direktur independen dari Parmalat, mereka tidak mempertanyakan malpraktek perusahaan.
4. Internal Auditor:
Memanipulasi laporan keuangan (neraca) dengan mengurangi setengah utang Parmalat, dengan tujuan untuk memberikan gambaran keuangan Parmalat yang baik.
Menutupi kerugian Parmalat.
5. Auditor Eksternal
Lorenz Penca dari KAP Grant Thomton, kepala auditor selama 9 tahun, padahal pemerintah Italia memiliki aturan harus merotasi auditor setelah 3 tahun.
Tidak menjadi direktur independen yang berhubungan dengan salah satu anak perusahaan.
Terlibat dalam aktivitas penipuan dan pencucian perusahaan.
Perusahaan tidak memiliki rekening di Bank of America. Grant Thomton menyatakan bahwa rekening ini ada untuk menunjukkan konfirmasi pihak ketiga.
6. Senior Manajemen
Tidak efisien dalam meminimalkan resiko perusahaan dan tidak mempertanyakan kegiatan direktur utama.
7. Direktur Utama
Perusahaan memiliki 7 direktur utama, semuanya sama-sama terlibat dalam malpraktek perusahaan. Mereka juga menerima kompensasi atas keterlibatan mereka.
8. Investor institusi:
Tidak menemukan kondisi keuangan perusahaan yang sesungguhnya dan berincestasi €150.000.000.
Membantu perusahaan go public, mengumpulkan dana dari pasar.
9. Bank of America, Citigroup, dan J.P. Morgan
Penempat obligasi terbesar yang membantu Parmalat untuk memalsukan neraca dan menyembunyikan kondisi keuangan Parmalat yang sesungguhnya.
Bank of America memberikan rating tinggi untuk obligasi Parmalat berdasarkan rekening palsu yang tidak pernah ada.
Citigroup dan J.P. Morgan membantu Parmalat untuk membangun penipuan praktek akuntansi.
10. Deloitte and Tousche : Kantor Akuntan Publik
Setelah rotasi auditor eksternal selama 3 tahun, menyetujui untuk melanjutkan Lorenz Penca untuk menjadi kepala auditor perusahaan.
Mengijinkan Parmalat untuk mengikuti praktek akuntansi yang salah dan membantu mereka menutupi kecurangan.
Regulator juga bertanggung jawab karena mereka tidak dapat mendeteksi kelalaian dan pola penipuan Parmalat.
K. Aksi Sipil
Secara terpisah, jaksa Italia melakukan percobaan untuk 27 orang. 11 dari mereka, termasuk 3 mantan kepala keuangan Parmalat, dijatuhi hukuman hingga 2,5 tahun penjara, sementara siding terpisah dimulai pada bulan Januari untuk 2 akuntan yang bekerja di Grant Thornton.
Jaksa di Parma, mengadili Tanzi dan puluhan lainnya dikarenakan tuduhan yang lebih serius. Alessandro Bassi, akuntan yang bekerja selama 32 tahun di bawah kepemimpinan CFO Tonna, bunuh diri dengan melemparkan dirinya dari jembatan dekat dengan kantor pusat perusahaan di Italia Utara. Pendiri Parmalat, Calisto Tanzi akhirnya harus mendekam di penjara selama 10 tahun. Tanzi dinyatakan bersalah dalam kasus manipulasi keuangan sekaligus kebangkrutan korporasi terbesar dalam sejarah Eropa pada tahun 2003. Tanzi, 70 tahun, merupakan pendiri Parmalat yang sukses mengubah perusahaan susu miliknya menjadi produsen makanan terkemuka dunia, sekaligus menjadi simbol kemakmuran pasca perang dunia II. Namun kisah sukses Tanzi itu akhirnya berakhir setelah Parmalat bangkrut. Tanzi dituduh melakukan manipulasi harga saham, membuat laporan keuangan palsu sekaligus menghalangi audit.
L. Keruntuhan
Skandal Parmalat telah dijelaskan oleh SEC sebagai “salah satu penipuan keuangan perusahaan terbesar dan paling tidak bermoral dalam sejarah.” Kasus Parmalat melambangkan masalah yang paling penting, pemegang saham pengendali yang lebih mementingkan untuk memanfaatkan perusahaan daripada memantau manajernya. Struktur pemerintahan Parmalat sangat kurang terbuka. Meskipun kurang terbuka masalah struktur pemerintahannya, Parmalat menikmati peringkat investasi kredit dan mampu meminjam sejumlah modal dari investor. Dua jaringan besar auditor (Grant Thornton International dan Deloitte Tousche Tohmatsu) gagal untuk mendeteksi penipuan. Beberapa bank internasional yang ada di peringkat atas diduga membantu senior manajer Parmalat dalam menata dan melaksanakan transaksi keuangan yang kompleks yang bertujuan untuk menyembunyikan situasi Parmalat yang sesungguhnya.
M. Efek Pasar dari Skandal Parmalat
Karena skandal Parmalat, Consob (otoritas pemerintah Italia yang bertanggung jawab untuk mengatur pasar surat berharga Italia) melakukan penyelidikan yang lebih luas lagi mengenai obligasi. Perusahaan yang terdaftar diminta untuk memberikan informasi tambahan, auditor mengadopsi pendekatan yang lebih ketat lagi.
Efek dari penipuan Parmalat di pasar obligasi sangat signifikan. Menurut laporan dari Fitch Rating, banyak perusahaan Italia mengalami kebangkrutan setelah mengakses pasar obligasi. Perusahaan lain mengalihkan perhatian mereka ke pasar kredit.
N. Dampak dan Reformasi
Salah satu dampak skandal dari Parmalat adalah anjloknya pasar saham perusahaan (€1.800.000.000 sebelum skandal) – saham menjadi hampir tidak berharga dan nilai nominal
hanya 20% yang dialokasikan untuk obligasi. Ini merupakan penurunan yang sangat tajam. Berbagai pihak yang terkena dampak dari kasus Parmalat, karyawan di berbagai Negara yang kehilangan pekerjaan mereka, peternak sapi perah di Brasil dan Australia tidak dibayar untuk pengiriman susu. Di tahun 2005, Parmalat direstrukturisasi dan kembali mencatatkan diri di Milan Stock Exchange setelah mulai dengan berbagai bisnis senilai €2.950.000.000 dan kapitalisasi pasar senilai €5.000.000.000.
Untuk memastikan menjadi perusahaan yang berkembang, perubahan utama adalah memperbaiki kesalahan pemerintahan perusahaan terdahulu untuk menunjukkan transparansi perusahaan. Selanjutnya, biro dibentuk untuk memantau pasar keuangan Italia. Italia membentuk kelompok pengawas yang sebelumnya dibentuk oleh US Public Company Accounting Oversight Board setelah skandal seperti Enron, WorldCom, dll. Beberapa praktek lain yang diperkenalkan adalah pernyataan yang dibuat oleh auditor pada praktek akuntansi internal perusahaan masing-masing, yang bernama Basle II dan aturan mengenai kecukupan modal yang menggeser resiko kredit, mengingat berbagai resiko keuangan 15 tahun terakhir. Pada kenyataannya, Parmalat adalah merek konsumen global yang merupakan salah satu alasan untuk skandal yang dramatis dan diberi julukan “Enron Eropa”. Skandal ini juga
telah diberi label sebagai salah satu penipuan keuangan yang terbesar dalam sejarah Eropa. Sistem keuangan perusahaan benar-benar sangat tidak transparan dan sulitnya menghitung tingkat kewajiban perusahaan yang sebenarnya.
O. Parmalat Saat Ini
Saat ini, Parmalat memiliki keberadaan global, memiliki operasi di Eropa, Amerika Latin, Amerika Utara, Australia, China, dan Afrika Selatan. Sejak 2011, Parmalat adalah anak perusahaan dari French Group Lactalis. Masih spesialisasi di susu UHT dan variasi susu (yogurt, keju, mentega, es krim, dll), Parmalat juga memproduksi jus buah. Produk-produk ini didistribusikan dengan merek seperti Lactis, Santal, Malù, Kyr. Operasinya ada di seluruh dunia, termasuk hampir 140 pusat produksi dan lebih dari 36.000 karyawan, dan 5.000 peternakan Italia tergantung pada Parmalat untuk sebagian besar bisnis mereka.
POSISI PARMALAT DI DUNIA (WARNA BIRU dan HIJAU)
BAB III KESIMPULAN
Dari kasus tersebut, dapat terlihat bahwa Parmalat tidak menjalankan bisnisnya secara etis. Mereka tidak menunjukkan integritas karena tidak melakukan apa yang mereka telah janjikan, yaitu membayar utang mereka kepada pemberi pinjaman dan memberi pembagian untung kepada shareholders. Untuk menjadi entitas yang berintegritas, perusahaan harus menyatakan secara bertanggung jawab apabila tidak dapat memenuhi kewajiban dan perjanjian mereka. Seharusnya Parmalat menyatakan kepada publik, terutama investor ketika mereka mengalami penurunan kinerja dan kesulitan untuk membayar utang. Sebaliknya, mereka menutupi informasi tersebut dengan kebohongan yaitu melakukan manipulasi informasi keuangan. Hal ini justru menimbulkan masalah yang lebih besar lagi. Parmalat juga tidak memiliki good corporate governance dan etika bisnis yang baik, karena terlihat bahwa adanya kolusi antar eksekutif dan pihak eksternal lain secara besar besaran. Ini menunjukkan bahwa budaya perusahaan tidak mendorong keterbukaan, kejujuran, dan integritas sehingga tidak dapat mencegah insentif berbagai pihak untuk melakukan kecurangan. Terlebih lagi sikap yang tercela dan tindakan fraud ini dilakukan salah satunya oleh pendiri perusahaan yang seharusnya dihormati dan menjadi model bagi karyawan lainnya. Sebagian besar eksekutif juga ikut terlibat, dimana mereka memiliki tanggung jawab untuk menurunkan budaya positif dan integritas ke karyawan yang berada di bawahnya. Pengawasan dari komisaris dan komite audit juga sangat lemah. Hal ini dikarenakan sebagian besar anggota board Parmalat adalah keluarga dan kerabat Calisto Tanzi. Menurut orang dalam yang terlibat dengan komisaris, para anggota sebenarnya melihat kejanggalan di keuangan Parmalat jauh sebelum kebangkrutan terjadi, namun mereka memilih untuk diam karena adanya subjektivitas akibat hubungan kekeluargaan tersebut. Para anggota juga pernah meminta Tanzi untuk menaikkan anggotan independen ke komisaris, namun hal ini ditolak oleh Tanzi dan anggota komisaris pun tidak lagi membahasnya. Kurangnya anggota independen pada dewan komisaris, juga menunjukkan bahwa perusahaan tidak menjalankan prinsip corporate
governance yang baik, dan design dari usahanya tidak etis karena ada unsur kesengajaan untuk
memberi kelongaaran bagi esksekutif untuk melakukan kecurangan. Parmalat mengambil keputusan yang menguntungkan secara jangka pendek yaitu cara untuk mendapatkan dana yang dibutuhkan perusahaan tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjangnya. Mereka tidak memperhatikan kepentingan shareholders dan perusahaan secara jangka panjang, dimana kedua pihak tersebut yang paling dirugikan. Hal ini menunjukkan bahwa para eksekutif Parmalat hanya memandang perusahaan sebagai tempat mencari profit jangka pendek. Mereka tidak memiliki contribution ethics atau insentif untuk memberi manfaat yang signifikan secara jangka panjang bagi perusahaan, shareholders, dan komunitas. Seharusnya kurangnya independensi dari komisaris menjadi red flag bagi pengawas pasar modal dan regulator di Italia, karena sangat rawan dengan fraud. Para regulator seharusnya dapat melihat bahwa design usaha dari Parmalat tidak mendukung integritas. Berbagai pihak menyatakan bahwa tindakan fraud yang dilakukan oleh eksekutif perusahaan sudah dilakukan sejak tahun 1980-an, namun baru terungkap pada tahun 2003. Ini dikarenakan adanya kolusi besar-besaran dengan banyak pihak yang menyebabkan sulitnya terungkap kasus yang disebut sebagai Enronnya Eropa. Oleh karena itu, sulit bagi regulator untuk menjadi pemikul tanggung jawab kepatuhan perusahaan terhadap regulasi, meskipun mereka seharusnya juga melakukan pengawasan dengan lebih teliti. Hal ini mengharuskan perusahaan yang mengambil tanggung jawab untuk menjunjung tinggi integritas dan etika bisnis yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
http://eunikekuswanti.blogspot.com/2012/08/parmalat.html http://www.slideshare.net/AbhishekYadav23/parmalat-scandalby-abhishek-yadav?related=1 http://www.slideshare.net/uplakshgupta/the-parmalat-scandal?related=2