PERILAKU MAKAN BERDASARKAN PRAKTIK BUDAYA SUNDA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GRIYA ANTAPANI BANDUNG TAHUN 2017
Ermiati, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat1 Ira Kartika, S.ST., M.Keb2, Nurjana Lamangga S.Kep3 123Program studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes Dharma Husada Bandung Jl. Terusan Jakarta 75 Bandung ABSTRAK
Budaya dapat menyediakan suatu kerangka yang koheren dalam praktik budaya yang berpengaruh secara negatif terhadap perilaku kesehatan ibu hamil, sehingga berisiko lebih besar untuk mengalami anemia, infeksi pada saat persalinan dan BBLR. Angka kejadian BBLR di Jawa Barat sebanyak 58 kasus. Hal tersebut terjadi karena kekurangan gizi yang didasari oleh perilaku makan pada ibu hamil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah perilaku makan berdasarkan praktik budaya sunda pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani Bandung. Jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan survey deskriptif. Populasi penelitian sebanyak 32, dengan teknik purposive sampling sehingga diperoleh 32 responden. Instrumen pada penelitian ini menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukan rata-rata ibu hamil usia 26-35 tahun sebanyak 18 orang (56,3%), status pekerjaan tidak bekerja yaitu 26 orang (81,3%), dan pendidikan ibu menengah sebanyak 18 orang (56,3%). Pantangan Makan Dalam Praktik Budaya Sunda yaitu ada pantangan makan pada ibu hamil yaitu pisang dempet sebanyak 27 orang (84,4%), pantangan makanan lainnya yaitu tape dan keong mas masing-masing sebanyak 16 orang (50,0%). sebanyak 18 orang (56,3%) yang dilihat dari 5 kategori nilai terbesar yaitu pantang makan nanas, durian, pisang dempet, daging kambing, dan pantangan lain makan menggunakan piring besar, serta makan tape dan keong. Kesimpulan ada pantang makan pada ibu hamil yaitu nanas, durian, pisang dempet, daging kambing, dan makan menggunakan piring besar. Oleh karena itu pihak puskesmas dapat melakukan penyuluhan kesehatan bagi ibu hamil untuk memberikan pengetahuan mengenai kesehatan kehamilannya dalam konteks budaya sunda terutama pada pantangan makan.
Culture can provide a coherent framework or harmony and cohesion between communities. Culture can provide a coherent framework within cultural practices that adversely affect the health behavior of pregnant women, thus at greater risk for experiencing anemia, infection during delivery and low birth weight. The incidence of LBW in West Java were 58 cases. This happens due to malnutrition based on the eating behavior in pregnant women. This study aims to determine how the feeding behavior by Sundanese culture practices in among pregnant women in Puskesmas Antapani Griya Bandung. Descriptive research with a descriptive survey approach. The study population were 32, with a purposive sampling techniques in order to obtain 32 respondents. Instruments in this study using a questionnaire. The results showed the average maternal age of 26-35 years as many as 18 people (56.3%), employment status does not work with 26 votes (81.3%), and secondary maternal education as many as 18 people (56.3%) , Abstinence Spot in Practice Sundanese culture that is no prohibition on pregnant women eat bananas attached that as many as 27 people (84.4%), other food taboos that tape and snails each as many as 16 people (50.0%). as many as 18 people (56.3%) were seen from 5 categories of greatest value is to abstain from eating pineapple, durian, bananas attached, mutton, and other taboo to eat using a large plate, and eat tape and conch. Conclusion No abstinence eat in pregnant women are pineapple, durian, bananas attached, goat meat, and eat using a large plate. Therefore, the clinic can perform health education for pregnant women to provide knowledge about the health of her pregnancy in the context of Sundanese culture, especially on restrictions to eat.
Kata Kunci
: Budaya Sunda, Ibu Hamil, Perilaku Makan
STIKes Dharma Husada Bandung
1
Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang dihadapi berbagai negara di dunia terutama negara berkembang. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), angka kematian ibu di seluruh dunia diperkirakan 400/100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan wilayah, di negara berkembang 440/100.000 kelahiran hidup, di Afrika 830/100.000 kelahiran hidup, di Asia, 330/100.000 kelahiran hidup dan Asia Tenggara 210/100.000 kelahiran hidup. Indonesia termasuk dalam 13 negara penyumbang angka kematian ibu terbesar di dunia (WHO, 2012). Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2013-2015 angka kematian ibu di Indonesia adalah 307/100.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan target yang ingin dicapai oleh pemerintah pada tahun 2010 sebesar 125/100.000 kelahiran hidup angka tersebut masih tergolong tinggi (SDKI, 2015). Data di Jawa Barat angka kematian ibu menurun dari 1054 kematian Ibu di 2012 menjadi 776 kematian Ibu di 2014, Sedangkan di Kota Bandung 2010-2015, kematian ibu terdapat sebanyak 21 kasus, kematian bayi
penyebab seperti: agama, kepercayaan dan faktor supranatural. Persepsi tersebut menyebabkan perhatian terhadap kesehatan ibu menjadi lebih rendah. Masyarakat akan bersikap pasrah jika dihadapkan pada ibu yang mengalami gawat pada saat hamil saat melahirkan. Berdasarkan pada aspek budaya pola penyesuaian pada kehamilan (Marta, 2014). Ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan. Di daerah Subang, ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang besar Karena khawatir bayinya akan besar sehingga akan mempersulit persalinan. Selain itu, larangan untuk memakan buah-buahan seperti pisang, nenas, ketimun dan lain-lain bagi wanita hamil juga masih dianut oleh beberapa kalangan masyarakat terutama masyarakat di daerah pedesaan (Wibowo, 2013). Pengetahuan ibu dapat mempengaruhi gizi ibu hamil, diantaranya adalah berat badan, budaya pantang makan, status ekonomi, pengetahuan zat gizi dalam makanan, umur, suhu lingkungan, serta status kesehatan. Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan
terdapat 43 kasus. Pada tahun 2013-2009 kematian ibu sebanyak 24 kasus, dan angka kejadian bayi lahir rendah sebanyak 58 kasus. (Dinas Kesehatan Kota Bandung, 2015). Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang dihadapi di dunia yang dipandang Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku dengan latar belakang budaya berbeda yang salah satunya adalah budaya sunda sebagai faktor pengaruh terhadap tingkah laku kehidupan masyarakat, termasuk perilaku kesehatan terutama kesehatan ibu dan anak. Banyak praktik budaya yang berpengaruh secara negatif terhadap perilaku kesehatan masyarakat, sehingga berisiko lebih besar untuk mengalami infeksi pada saat persalinan. Pada beberapa budaya, pantang makan pada ibu
komplikasi pada ibu antara lain : anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi. Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (premature), pendarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat. Kekurangan gizi pada ibu hamil juga dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi,asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) (Kristianasari, 2013). Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh.
hamil dapat berpengaruh terhadap asupan gizi (Rina, 2013). Tingkat pengetahuan masyarakat yang rendah sangat mempengaruhi kesehatan ibu. Di Nigeria, masyarakat yang berpengetahuan rendah akan pasrah pada sayatan gishiri yang merupakan tindakan pembedahan pada vagina yang dilakukan oleh dukun beranak pada kasus persalinan macet. Persepsi masyarakat terhadap kematian ibu sebagian besar diwarnai oleh
budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosiobudaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggotaanggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja
PENDAHULUAN
STIKes Dharma Husada Bandung
2
untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup berbudaya (Munandar, 2013). Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren (keserasian atau ke kompakan) untuk mengorganisasikan pantangan seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain. Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak (Ahmadi, 2012). Membicarakan mengenai mitos dan fakta seputar kehamilan maupun kelahiran memang tidak akan pernah ada habisnya. Mitos telah menjadi adat istiadat yang bersifat turun temurun dari orang tua kita terdahulu, menjadi suatu hal yang biasa dan sangat mereka yakini, sehingga sosial budaya yang diduga ikut mempengaruhi status kesehatan masyarakat termasuk didalamnya Kesehatan Ibu Anak (KIA). Perkataan lain, bahwa tinggi rendahnya status kesehatan suatu masyarakat bukanlah hasil dari upaya seperti perbaikan ekonomi dan faktor medis saja, tetapi tinggi rendahnya status kesehatan masyarakat adalah hasil dari
pandangan dunia dan level sistem sosial, mengenai dunia diluar budaya, suatu suprasistem, dalam sistem umum. menyediakan pengetahuan tentang individu, keluarga, kelompok dan institusi pada sistem pelayanan kesehatan yaitu untuk menyediakan langkahlangkah perawatan yang selaras dengan individu atau kelompok budaya kepercayaan, praktik, dan nilai-nilai. Menciptakan budaya kongruen perawatan jangka panjang, yang merupakan tujuan utama transkultural keperawatan praktik budaya perawatan sebangun adalah mungkin bila tindakan terjadi dalam hubungan perawat-klien. Pada level ini unsur budaya mulai tampak jelas, khususnya budaya tertentu, ekspresi dan hubungannya dengan pelayanan kesehatan yang sudah ada. Level tiga, fokus pada sistem budaya lokal, tradisi, yang ada dimasyarakat, sistem pelayanan professional, medis dan keperawatan. Informasi pada level ini menunjukkan karakteristik tiap sistem termasuk kekhususan masing-masing, kesamaan dan perbedaan pelayanan berdasarkan budaya profesi yang bervariasi dan pelayanan universal. Ada pengambilan keputusan keperawatan dan tindakan-tindakan, melibatkan kultur penyediaan atau
berbagai faktor termasuk faktor budaya seperti pantangan atau larangan-larang yang harus diikut sertakan dengan pandangan ibu hamil terhadap budaya. Untuk itu pemahaman tentang faktor non medis yang merupakan kearifan budaya masyarakat setempat terkait dengan masalah kesehatan ibu terutama saat masa kehamilan perlu diperhatikan. Demikian setiap orang dari masing-masing pandangan dilihat dari segi budaya mengetahui dan dapat mendefinisikan cara-cara sesuai pengalaman dan persepsi mereka terhadap dunia keperawatan dan dapat menghubungkan pengalaman dan persepsi mereka terhadap keyakinan sehat secara umum dan praktiknya. Maka, teori ini dikembangkan dari konteks budaya. Kultur yang dimaksud adalah
mempertahankan pelayanan, kultur pelayanan akomodasi/ negosiasi & kultur pelayanan dipola kembali atau restrukturisasi (Nursalam, 2013). Menurut hasil penelitian Suryawati (2007) Faktor Sosial Budaya dalam Praktik Perawatan Kehamilan, Persalinan, dan Pasca Persalinan (Studi di Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara) menemukan hasil hampir 65% Perilaku positif yang masih dijalankan oleh sebagian besar responden seperti halnya kebiasaan para ibu dari suku tersebut setelah melahirkan yaitu kebiasaan minum jamu dengan tujuan agar ASI mereka lancar serta untuk menjaga kesehatan dan kebugaran ibu. Jamu wejah diminum agar ASI lancar dan jamu beras kencur agar badan tidak terasa capek dan jamu pilis yang
pembelajaran, pertukaran dan transmisi nilainilai, keyakinan-keyakinan, norma-norma dan praktik hidup dari suatu kelompok khusus yang menjadi petunjuk berpikir, mengambil keputusan, dan tindakan-tindakan dalam polapola tertentu (Nursalam, 2013) Menurut Leininger dan Marilyn R. Mc.Farland, (2006), dalam tulisan memberi nama model dari teori Culture Care/ Budaya Lokal “Sunrise model”. Model ini mempunyai 7
ditempelkan di dahi agar kepala terasa ringan dan tidak pusing. Selama masa nifas ada pantangan berhubungan seksual. Hal positif ini sejalan dengan kesehatan dan larangan dalam agama Islam yang mayoritas mereka anut. Hasil penelitian Sukandi (1993) tentang pandangan dan perilaku ibu selama kehamilan dan pengarunya pada kematian bayi di desa Jalancagak Subang, Jawa Barat. Hasil penelitianya menunjukan bahwa sebagian ibu
STIKes Dharma Husada Bandung
3
hamil pantangan menggunakan piring besar oleh ibu hamil untuk makan. Hal tersebut merupakan bersifat simbolik yang muncul dari anggapan penduduk sekitar, pada masa kehamilanya harus sesering mungkin makan dengan menggunakan piring kecil demi kesehatanya, menurut anggapanya agar bayi yang lahir sehat, badanya tidak melebar, ramping dan berbibir mungil. Jika sang calon ibu sering makan menggunakan piring besar, mereka beranggapan sang bayi akan tumbuh menjadi orang yang berbadan besar dan mulutnya lebar. Kelahiran anak berwajah buruk tidak diharapkan. Hasil studi pendahuluan di Puskesmas Griya Antapani pada bulan Februari-Juli tahun 2016 terdapat 156 orang ibu hamil dengan usia 15-40 tahun. Wawancara yang didapat pada 10 orang ibu hamil, 8 orang ibu hamil melakukan praktik budaya sunda terhadap kesehatan masyarakat diantaranya 2 orang ibu hamil dilarang mengkonsumsi telur ayam dan telur bebek selama kehamilannya karena dapat mempersulit pada saat proses persalinan, hal tersebut didapatkan informasi dari orang tua, 1 orang ibu hamil dilarang mengkonsumsi daging selama kehamilannya karena dapat menyebabkan pendarahan pada saat proses
paraji bahwa ibu hamil tidak boleh makan tutut (keong mas), tidak boleh makan tape, karena menyebabkan panas dan bayi sulit dilahirkan. Pada beberapa budaya, pantang makan pada ibu hamil dapat berpengaruh terhadap asupan gizi, sehingga berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah, selain asupan gizi juga dapat menyebabkan gangangguan tumbuh kembang pada janin, risiko terjadi perdarahan pada saat persalinan dan peryakit-penyakit yang diderita oleh ibu hamil seperti anemia, hipertensi, hepatitis dan dapat membawa resiko kematian ketika akan, sedang atau setelah persalinan. Kesakitan pada ibu hamil sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada. Disadari atau tidak, faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak. Pola makan, misalnya, fakta dasarnya adalah merupakan salah satu selera manusia dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola
persalinan dan hal tersebut juga didapatkan dari kakek dan nenek ibu hamil, 1 orang ibu hamil dilarang untuk memakan buah buahan seperti pisang, nanas, ketimun karena akan mengeluarkan ketuban yang banyak. Informasi tersebut didapat dari orang tua, 2 orang ibu hamil dilarang makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin, berdasarkan kepercayan nenek moyang informasi didapat dari orang tua, Sedangkan 2 orang ibu hamil dilarang makan menggunakan piring yang besar dikhawatir bayinya menjadi besar sehingga mempersulit persalinan, hal tersebut didapat kepercayaan nenek moyang mereka informasi didapat dari orang tua. Wawancara terhadap paraji yang berada tempat
makan ibu hamil dan anak yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan, tabu, dan anjuran terhadap beberapa makanan tertentu (Wibowo, 2013). Bisa jadi budaya masyarakat di Wilayah Kerja Antapani yang bertumpu pada sistem nilai budaya merupakan salah satu faktor yang ikut menunjang kesehatan masyarakat terutama kesehatan ibu hamil seperti pendarahan sehingga dapat menekan angka kesakitan dan kematian ibu melahirkan dan tumbuh kembang bayi yang dilahirkan akan terhambat, karena nutrisi asupannya kurang. Faktor non medis dalam kaitan ini menyangkut berbagai pantangan dan anjuran yang harus dilakukan oleh seorang ibu saat mengandung berlandaskan pada sistem nilai budaya yang
tinggal mereka. Menurutnya makanan yang dipantangkan pada ibu hamil antara lain, sayur atau buah yang bentuknya tidak wajar seperti pisang dempet, rambutan berbiji dua. dilakukan agar anak yang dikandung tidak kembar siam. Jangankan memakannya, melihat buah atau sayur yang tak wajar sebaiknya ibu hamil segera mengatakan, “Utun inji ulah saturut-turutna, amit-amit jabang bayi”. Selain itu menurut mitos kepercayaan
masih dipegang kuat dan dianut oleh masyarakat. Sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi, yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup Begitupun dengan latar belakang kakek nenek mereka yang percaya akan adat istiadat budaya mereka yang seringkali mengatur pantangan untuk menyambutnya kehamilan anak mereka.
STIKes Dharma Husada Bandung
4
Faktor kekerabatan (orang tua, nenek) masih memberikan peran yang penting dalam tindakan-tindakan ibu berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan pasca persalinan, baik dalam memberikan nasehat (karena mereka sudah berpengalaman menjalani peristiwa tersebut) maupun pengambilan keputusan siapa penolong persalinan dan sarana pelayanan apakah yang akan dipergunakan. Peran perawat yang terkait dalam transkultural menghubugkan antara sistem perawat yang dilakukan oleh masyarakat dengan perawatan profesional melalui asuhan keperawatan. Keperawatan lintas budaya merupakan bidang studi dan praktik formal yang berfokus pada analisis komparatif budaya dan sub budaya di dunia dalam kaitanya dengan keperawatan kultural, kepercayaan tentang kesehatan dan penyakit, nilai-nilai dan praktik yang bertujuan untuk menggunakan pengetahuan ini dalam memberikan perawatan sesuai budaya tertentu atau sesuai budaya universal kepada ibu hamil yang berkaitan dengan perilaku makan yang bertentangan berdasarkan praktik budaya sunda. Keperawatan lintas budaya memberikan kerangka budaya kerja untuk memenuhi kebutuhan keperawatan kesehatan dari kelompok dengan latar budaya beraneka ragam.
hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani Bandung.
Berdasarkan dari persamaan dan perbedaan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul praktik budaya sunda pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani Bandung. Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimanakah praktik budaya sunda pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani Bandung.
digunakan yaitu dengan Purposive Sampling, yaitu di dasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang di buat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat dan kriteria populasi yang sudah diketahui sebelumnya yaitu sebanyak 32 ibu hamil berdasarkan kriteria Inklusi : Ibu hamil dengan suku Sunda dan pasangan suku Sunda
METODOLOGI P ENELITIAN
Instrumen Penelitian Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan lembar kuesioner dengan jumlah pernyataan sebanyak 13 soal dengan butir soal meliputi (tebu, gula merah, cumi-cumi, ikan asin, mangga kweni, telur, piring besar, nanas, durian, jantung pisang, pisang dempet, ikan lele, daging kambing). Ada
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif suatu metode penelitian untuk mendeskriptifkan atau menguraikan suatu keadaan di dalam suatu komunitas atau Masyarakat (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini praktik budaya sunda pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani Bandung. Pendekatan waktu dalam pengumpulan data menggunakan pendekatan survey deskriptif adalah suatu desain penelitian yang digunakan untuk menyediakan informasi yang menggambarkan tentang prevalensi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui praktik budaya sunda pada ibu
Variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain. Definisi lain mengatakan bahwa variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2012). Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel pada penelitian ini yaitu Variabel Tunggal yaitu pantangan makanan pada ibu hamil. Populasi dan sampel Populasi yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani Bandung dengan jumlah kunjungan 156 orang pada bulan Februari 30, Maret 20, April 27, Mei 32, Juni 24, Juli 23 sehingga rata-rata kunjungan dalam 1 bulan sebanyak 32 orang.
Pengambialan sampel pada penelitian ini yang
1 soal yang menyatakan alasan atau pantangan makanan lain yang dilarang dimakan oleh ibu hamil, 1 soal untuk soal kategori pendidikan, usia, pekerjaan. Kuesioner yang berhubungan dengan adat budaya sunda pada ibu hamil pantangan makan pada ibu hamil jumlah pertanyaan sebanyak 14 soal. Masing-masing pertanyaan yang peneliti dilihat berdasarkan materi yang diambil dari tinjauan pustaka, kemudian masing-masing soal diketahui
STIKes Dharma Husada Bandung
5
berdasarkan skor jawaban ya = 0 tidak = 1 dan tidak tahu = 2 Teknik pengolahan dan analisa data Dalam statistik, informasi yang diperoleh dipergunakan untuk proses pengambilan keputusan, terutama dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh, diantaranya : Editing data, Coding (Pengkodean), Data Entry (Pemasukan Data), Cleaning Data (Pembersihan Data) Analisis Data Analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Univariat yaitu untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel diantaranya perilaku makan, usia, pendidikan, pekerjaan dilakukan menggunakan rumus persentase frekuensi sebagai berikut: = % Dalam membedakan kategori perilaku makan diketahui dari hasil uji normalitas dengan skor terendah-tertinggi yang kemudian diketahui jika jawaban responden ya=tidak berpantangan, jika jawaban responden tidak=memiliki pantangan dan jika jawaban responden tidak tahu=ibu hamil tidak keduanya.
Setelah terlihat dari suatu kategori kemudian dilakukan analsis berdasarkan distribusi frekuensi tersebut dan menghasilkan data hasil output data dan hasilnya ditentukan berdasarkan nilai persentase pada setiap kategori. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 4.1 Gambaran Karakteristik Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani Bandung (n=32) Karakteristik
f
%
2 18 12
6,3 56,3 37,5
6 26
18,8 81,3
9 18 5
28,1 56,3 15,6
Usia Remaja akhir 17-25 tahun Dewasa awal 26-35 tahun Dewasa Akhir 36-45 tahun Pekerjaan Bekerja IRT Pendidikan Pendidikan Dasar (SD, SMP) Pendidikan Menengah (SMA) Pendidikan Tinggi (DIII, SI, SII)
Antapani Bandung didapatkan sebagian besar rata-rata usia ibu hamil berada pada kategori dewasa awal yaitu usia 26-35 tahun sebanyak 18 orang (56,3%), status pekerjaan pada ibu hamil didapatkan hampir seluruhnya ibu rumah tangga yaitu 26 orang (81,3%), Sedangkan untuk tingkat pendidikan pada ibu hamil sebagian besar tingkat pendidikan menengah yaitu sebanyak 18 orang (56,3%). Tabel 4.2 Pantang Makan Dalam Praktik Budaya Sunda Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani Bandung (n=32) Pantang Makan
Tebu Gula merah Cumi-cumi Ikan asin Mangga kweni Telur ayam,bebek Nanas Durian Jantung pisang Pisang dempet Ikan lele Daging kambing Tape Keong Piring besar
f 15 23 17 16 23
% 46,9 71,9 53,1 50,0 71,9
f 15 9 11 11 7
% 46,9 28,1 34,4 34,4 21,9
Tidak Tahu f % 2 6,3 4 12,5 5 15,6 2 6,3
20
62,5
11
34,4
1
3,1
7 7 1 3 16
21,9 21,9 3,1 9,4 50,0
24 20 21 27 15
75,0 62,5 65,6 84,4 46,9
1 5 10 2 1
3,1 15,6 31,3 6,3 3,1
Ya
Tidak
Total f
%
32 32 32 32 32 32
100 100 100 100 100 100
32 32 32 32 32 32
100 100 100 100 100 100
8
25,0
22
68,8
2
6,3
11
34,4
16
50,0
5
15,6
32
100
7 9
21,9 28,1
16 21
50,0 65,6
9 2
28,1 6,3
32 32
100 100
Berdasarkan bagan 4.2 diketahui pantangan makan dalam praktik budaya sunda pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani Bandung didapatkan pantang makan tebu dan ikan lele sebanyak 15 orang (46,9%), pantang makan gula merah sebanyak 9 orang (28,1%), pantang makan cumi-cumi, ikan asin, dan makan telur ayam dan telur bebek sebanyak 11 orang, pantang makan mangga kweni sebanyak 7 orang (21,9%), pantang makan piring besar dan jantung pisang sebanyak 21 orang (65,6%), pantang makan nanas sebanyak 24 orang (75,0%), pantang makan durian sebanyak 20 orang (62,5%), pantang makan pisang dempet yaitu makan sebanyak 27 kambing orang (84,4%), dan pantang daging sebanyak 22 orang (68,8%). Sedangkan untuk pantangan makanan lain yang dipantang pada ibu hamil yaitu tape dan keong mas masingmasing sebanyak 16 orang (50,0%).
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui karakteristik Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Griya
STIKes Dharma Husada Bandung
6
Karakteritik Berdasarkan Pantangan Makan Dalam Praktik Budaya Sunda Pada Ibu Hamil Berikut jenis pantangan makanan dalam praktik budaya sunda yang paling banyak dipantang oleh ibu berdasarkan 3 hasil jawaban teratas yang dilihat dari karakteristik ibu hamil serta pantangan makan lain yaitu sebagai berikut : Tabel 4.3 Perilaku Makan Dalam Praktik Budaya Sunda Dilihat Berdasarkan Usia Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani Bandung (n=32) Perilaku Makan
Tebu Gula merah Cumi-cumi Ikan asin Mangga kweni Telur ayam & bebek Nanas Durian Jantung pisang Pisang dempet Ikan lele Daging kambing Tape Keong mas Piring besar
17-25 th f % 1 6,7 2 22,2 1 9,1 2 18,2 2 28,6 2 18,2 2 8,3 2 10,0 2 9,5 2 7,4 2 13,3 1 4,5 1 6,3 2 9,5
Usia Ibu Hamil 26-35 th 36-45 th f % f % 8 53,3 6 40,0 4 44,4 3 33,3 5 45,5 5 45,5 5 45,5 4 36,4 2 28,6 3 42,9 6 54,5 3 27,3 9 37,5 13 54,2 10 50,0 8 40,0 7 33,3 12 57,1 9 33,3 16 59,3 8 53,3 5 33,3 12 54,5 9 40,9 9 56,3 6 37,5 9 56,3 7 43,8 10 47,6 9 42,9
f 15 9 11 11 7 11 24 20 21 27 15 22 16 16 21
Total % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui perilaku makan berdasarkan praktik budaya sunda pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani Bandung menunjukan pantang makan berdasarkan karakteritik ibu hamil paling banyak didapatkan pada usia 26-36 tahun yaitu pantang makan pisang dempet 16 orang (59,3%), pantang makan nanas 13 orang (54,2%) dan pantang makan jantung pisang 57,1%, Sedangkan pantangan makan lainya yaitu tape dan keong masing-masing sebanyak 9 orang (56,3%) dan pantang makan menggunakan piring besar 10 orang (47,6%).
Tabel 4.4 Perilaku Makan Dalam Praktik Budaya Sunda Dilihat Berdasarkan Pekerjaan Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani Bandung (n=32)
Tebu Gula merah Cumi-cumi Ikan asin Mangga kweni Telur ayam, bebek
Pekerjaan Ibu Hamil Bekerja IRT f % f % 3 20,0 12 80,0 1 11,1 8 88,9 1 9,1 10 90,9 1 9,1 10 90,9 7 100 1 9,1 10 90,9
f 15 9 11 11 7 11
Total % 100 100 100 100 100 100
Nanas Durian Jantung pisang Pisang dempet Ikan lele Daging kambing Tape Keong Mas Piring Besar
3 2 4 5 1 4 3 3 2
24 20 21 27 15 22 16 16 21
100 100 100 100 100 100 100 100 100
Pantangan makan
12,5 10,0 19,0 18,5 6,7 18,2 18,8 18,8 9,5
21 18 17 22 14 18 13 13 19
87,5 90,0 81,0 81,5 93,3 81,8 81,3 81,3 90,5
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui pantangan makan berdasarkan karakteritik pekerjaan ibu hamil didapatkan IRT dengan jumlah pantangan terbanyak yaitu pisang dempet sebanyak 22 orang (81,5%), nanas sebanyak 21 orang (87,5%) dan durian sebanyak 18 orang (90,0%). Sedangkan pantangan makanan lain yaitu tape dan keong mas masing-masing sebanyak 13 orang (81,3%) dan piring besar sebanyak 19 orang (90,0%). Tabel 4.5 Perilaku Makan Dalam Praktik Budaya Sunda Dilihat Berdasarkan Pendidikan Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani Bandung (n=32)
Tebu Gula merah Cumi-cumi Ikan asin Mangga kweni Telur ayam, bebek Nanas Durian Jantung pisang Pisang dempet Ikan lele
Pendidikan Ibu Hamil Dasar Menengah Lanjutan (SD,SMP) (SMA) (DIII-SII) f % f % f % 4 26,7 8 53,3 3 20,0 1 11,1 7 77,8 1 11,1 3 27,3 7 63,6 1 9,1 4 36,4 7 63,6 1 14,3 6 85,7 3 27,3 7 63,6 1 9,1 7 29,2 2 8,3 15 62,5 4 20,0 3 15,0 13 65,0 5 23,8 13 61,9 3 41,3 7 25,9 4 14,8 16 59,3 6 40,0 7 46,7 2 13,3
f 15 9 11 11 7 11 24 20 21 27 15
% 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Daging kambing Tape Keong Mas Piring Besar
6 5 8 8
22 16 16 21
100 100 100 100
Pantangan makan
27,3 31,3 50,0 38,1
13 11 5 11
59,1 68,8 31,3 52,4
3 3 2
13,6 18,8 9,5
Total
Berdasarkan 4.5 diketahui bahwa pantangan makan dilihat dari karakteristik pendidikan ibu hamil yaitu menengah (SMA) dengan pantangan makan paling banyak pisang dempet sebanyak 16 orang (59,3%), nanas sebanyak 15 orang (62,5%) dan durian sebanyak 13 orang
STIKes Dharma Husada Bandung
7
(65,0%). Sedangkan pantangan lain paling banyak tape 11 orang (68,8%) dan keong mas dengan pendidikan ibu dasar (SD, SMP) sebanyak 8 orang (50,0%) dan piring besar dengan pendidikan yang sama yaitu orang 11 orang (52,4%). Pembahasan Gambaran Karakteristik Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani Bandung Berdasarkan hasil penelitian diketahui karakteristik Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani Bandung didapatkan sebagian besar rata-rata usia ibu hamil 26-35 tahun yaitu sebanyak 16 orang (50,5%), status pekerjaan pada ibu hamil didapatkan hampir seluruhnya ibu rumah tangga yaitu 26 orang (81,3%), Sedangkan untuk tingkat pendidikan pada ibu hamil sebagian besar tingkat pendidikan menengah yaitu sebanyak 18 orang (56,3%). Karakterstik dilihat berdasarkan umur ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani Bandung yaitu untuk mengalami suatu kehamilan dan persalinan yang baik adalah 2635 tahun. Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau terlalu muda, perkembangan organ-
Wintrobe (2012) menyatakan bahwa kebiasaan makan sebagai suatu kompleks kegiatan masak memasak, masalah kesukaan dan ketidaksukaan, kearifan rakyat, kepercayaankepercayaan, pantangan pantangan serta tahyul yang berkaitan dengan persiapan dan komsumsi makanan (Herimanto, 2011). Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam suku bangsa mempunyai perbedaan dalam hal tersebut. Kebiasaan dalam persiapan dan komsumsi makanan ini dapat mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil. Kaitan pantangan makan yang menyebabkan anemia yaitu cumicumi, ikan asin dan ikan lele, karena asupan makanan tersebut sangat baik dan banyak kalori yang dibutuhkan oleh ibu hami. Usia ibu dapat mempengaruhi pantang makan sehingga timbulnya anemia, yaitu semakin rendah usia ibu hamil maka semakin rendah kadar hemoglobinnya. Hal tersebut karena kurangnya asupan nutrisi pada ibu hamil pada saat kehamilan. Karakteristik dilihat berdasarkan status pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani Bandung yaitu didapatkan hasil penelitian pada ibu hamil menunjukan hampir seluruhnya ibu rumah tangga yaitu 26 orang (81,3%). Status pekerjaan sangat erat kaitanya
organ reproduksi belum maksimal, kematangan emosi dan kejiwaan yang kurang serta fungsi fisiologis organ reproduksi yang belum optimal sehingga lebih sering terjadi komplikasi yang tidak diinginkan selama kehamilan. Sebaliknya pada umur ibu yang terlalu tua telah terjadi kemunduran fungsi fisiologis organ reproduksi secara umum sehingga lebih sering terjadi akibat yang merugikan bagi bayi dan ibu hamil. Menurut Kemenkes RI (2009) menyatakan bahwa umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat beberapa tahun. Usia dengan bertambahnya usia seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan, pertama perubahan
dengan Status ekonomi dimana merupakan suatu kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu. tingkat sosial ekonomi hubungan erat dengan status pekerjaan. Status pekerjaan terhadap ekonomi dan pendapatan seseorang mempengaruhi dalam pemilihan makanan yang akan dikonsumsi sehari-hari. Maka seseorang dengan ekonomi yang tinggi kemungkinan besar gizi yang dibutuhkan akan tercukupi serta adanya pemeriksaan kehamilan membuat gizi ibu semakin terpantau Karakteristik dilihat berdasarkan tingkat pendidikan pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani Bandung sebagian besar menunjukan ibu hamil dengan tingkat pendidikan menengah yaitu sebanyak 18 orang
ukuran, kedua perubahan proporsi, ketiga hilangnya ciri-ciri lama, keempat timbul ciriciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa tingkatan umur diketahui bahwa Masa remaja Akhir =17 - 25 tahun, Masa dewasa Awal =2635 tahun, Masa dewasa Akhir =36- 45 tahun, dan pada usia 26-35 tahun wanita masih dalam masa kesuburan tinggi dan masih bisa hamil.
(56,3%). Pada dasarnya pendidikan sangat berhubungan dengan pengetahuan yaitu semakin rendah tingkat pendidikan ibu hamil maka semakin kurang pengetahuan tentang perilaku makan yang banyak di pantang oleh sebagian ibu hamil. Pendidikan merupakan perilaku yang berasal dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain setelah mengikuti pendidikanya pada saat ibu hamil sekolah diantaranya tentang perilaku makan yang baik
STIKes Dharma Husada Bandung
8
bagi kesehatan bayi dan kehamilanya. Sebagai contoh ibu hamil yang telah memiliki ijazah terakhir setelah tamat pendidikannya dan memiliki pengetahuan yang diketahuinya. Artinya pendidikan sangat berhubungan erat dengan pengetahuan seseorang, dimana pengetahuan yang dimiliki oleh ibu hamil sangat ditentukan oleh pendidikan yang dimiliki. Karena dengan pendidikan yang baik, maka ibu hamil dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang pentingnya keteraturan perilaku kepercayaan pada ibu hamil. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pendidikannya yang rendah maka pengetahuannya tentang kaidahkaidah atau pantangan sebagai akibatnya sikap dan perilaku yang ditunjukkannya juga tidak sesuai dengan nilai-nilai yang diharapkan (Sri, 2006). Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Retnaningsih (2010). mengungkapkan bahwa banyak pantangan makan selama kehamilan, makan senakin memiliki kurang pengetahuan tentang gizi, dan tidak berarti seseorang mau mengubah kebiasaan makanannya karena adanya suatu larangan dan seseorang mungkin paham
menyatakan ada pantangan makan saat kehamilanya yaitu sebanyak 16 orang (50,0%). Dalam istilah lokal di daerah penelitian, pantangan makanan dikenal dengan sebutan tarak atau sirik. Seiring perkembangan zaman, adat memantang makanan kian lama semakin memudar. Hal ini terjadi karena pengetahuan masyarakat akan kesehatan yang semakin luas. Sehingga mereka bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk untuk dikonsumsi dari segi medis. Namun tidak menutup
tentang protein, karbohidrat, vitamin dan zat gizi lainnya yang diperlukan untuk keseimbangan tetapi tidak pernah mengaplikasikan pengetahuan gizi ini kedalam kehidupan sehari-hari. Menurut UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2014 bahwa pendidikan yang rendah ini maka pengetahuannya tentang pantangan perilaku makan pada ibu hamil yang ditunjukan oleh sikap dan perilaku yang dilakukan oleh ibu hamil terhadap pantangan makanan yang sangat merugikan bagi janin dan kehamilanya. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.
masyarakat untuk tidak mengonsumsi atau menghindari bahan makanan tertentu karena terdapat larangan yang bersifat budaya dan diperoleh secara turun-temurun pada kondisi tertentu. Diketahui berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan yaitu menunjukan dari 32 ibu hamil pada jenis pantangan makan dalam praktik budaya sunda pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani Bandung didapatkan pantang makan tebu dan ikan lele sebanyak 15 orang (46,9%). Hal tersebut diketahui menurut pernyataan responden bahwa makan tebu perut menjadi sakit dan ikan lele akan membuat kepala bayi besar, selain itu menurut kepercayaan salah satu paraji disekitar wilayah tersebut kepercayaan orang
Gambaran Pantangan Makan Dalam Praktik Budaya Sunda Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani Bandung Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan dari 32 responden tentang Pantangan Makan Dalam Praktik Budaya Sunda Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani Bandung yaitu menunjukan sebagian besar
tua terdahulu yaitu pada tebu dapat membuat pertumbuhan janin mengalami masalah seperti cacat, bibirnya sumbing, Sedangkan ikan lele membuat anaknya lahir kelak menjadi galak atau pemarah, akan tetatapi menurut pandangan kesehatan ikan lele boleh dikonsumsi untuk ibu hamil , karena ikan lele mengandung protein yang baik dan dapat membuat bayi menjadi pintar dan kreatif pada saat kelak dewasa.
kemungkinan bahwa masih ada beberapa yang masih mempercayai dan mempraktekkan pantangan makan ketika masa kehamilan. Orang yang melakukan pantang makanan sudah tidak seketat dahulu. Upayaupaya untuk memperbaiki gizi telah dilakukan oleh tenaga medis dalam bentuk pengarahan kepada masyarakat, khususnya ibu hamil. Masyarakat pun banyak yang menerima pengetahuan baru tentang makanan untuk ibu hamil dari segi medis, pantang makanan sangat tidak dianjurkan karena semua makanan itu pada dasarnya baik untuk tubuh asalkan tidak berlebihan dalam mengonsumsinya. Sejalan dengan hasil penelitian (Foster & Anderson, 2006 Pantangan makanan merupakan suatu perilaku individu dalam
STIKes Dharma Husada Bandung
9
Ikan lele untuk ibu hamil merupakan makanan yang disarankan dan pada prinsipnya, ibu hamil dianjurkan untuk rajin mengonsumsi ikan lele, yang memiliki kandungan asam lemak omega 3 yang amat baik untuk otak bayi. peran omega tiga untuk otak bayi yaitu membantu untuk membentuk cereberal cortase otak. Ikan lele adalah tipe ikan yang mempunyai kandungan asam lemak omega 3 amat tinggi. keunggulannya, lele besar atau lele kecil, telah mempunyai citarasa sedikit gurih pada dagingnya lele dikenal rendah lemak serta kolesterol. manfaat ikan lele bagi ibu hamil dan bayinya cukup baik untuk menolong ibu melakukan aktivitas, dikarenakan dengan cepat dirubah jadi daya. Manfaat ikan lele tidak cuma baik untuk janin yang dikandung, namun juga amat baik untuk ibu yang memiliki kandungan. Manfaat ikan lele yaitu kaya protein serta mineral yang tinggi dan dibutuhkan untuk perkembangan janin didalam kandungan (Kristianasari, 2013). Sedangkan tebu memiliki kandungan gula alami membantu dalam proses metabolisme memberi nutrisi dan menjaga jaringan otot ibu dan janin tetap sehat. Air tebu merupakan suatu jenis minuman pelepas dahaga yang efektif untuk memberi efek kesegaran pada
balita kelak. Sedangkan menurut paraji bahwa ibu hamil boleh memakan gula merah, karena gula merah baik dikonsumsi untuk menambah energi pada ibu hamil dengan ramuan tajen, selain itu gula merah dapat membuat kelak bayi menjadi kuat. Manfaat dari gula meredakan sakit perut, mencegah anemia, merawat kesehatan kulit, menambah energi pada ibu hamil dan janin. Menurut Achmadi (2014) gula merah adalah salah satu makanan yang wajib disertakan dalam diet saat kehamilan. Ini memiliki berbagai manfaat kesehatan yang berhubungan dengan kesehatan ibu hamil. Gula merah benarbenar aman untuk dikonsumsi selama kehamilan. karena mencegah risiko kekurangan zat besi dan anemia, Membantu untuk menjaga berat badan bayi yang sehat. Menggabungkan dalam makanan sehari-hari membantu untuk menghilangkan kotoran dari ASI. Namun disarankan untuk mengatur asupan gula merah setelah 7 bulan kehamilan. Selain itu, gula merah juga bermanfaat sebagai antioksidan, melawan berbagai penyakit, seperti kanker, penyakit jantung, katarak, melawan radikal bebas dalam tubuh, mencegah tanda-tanda penuaan serta memyehatkan kulit pada ibu hamil.
tubuh. Kandungan gula alaminya yang terbukti aman serta ampuh untuk menambah asupan bahan energi tubuh, sehingga memberi kekuatan tubuh untuk mengerjakan bermacam aktvfitas dengan lebih semangat setelah meminumnya. Keterkaitan antara kandungan dari air tebu yang segar dan baik bagi kehamilan. Semua ibu hamil dan janin membutuhkan asupan ekstra sehat, untuk menjaga kesehatan dan perkembangan janin yang optimal. Manfaat kandungan nutrisi air tebu bagi kehamilan yaitu takaran tebu sebanyak 100 gram, dengan jumlah air tebu layak konsumsi sebanyak 20% yang mengandung kalori total sebanyak 25 kkal. Manfaat ibu hamil dari satu sumber kalori tubuh yang utama dan hal ini sangat baik jika
Pantang makan cumi-cumi, ikan asin, dan makan telur ayam dan telur bebek sebanyak 11 orang. Hal tersebut pada ibu hamil percaya bahwa pantang makan cumi-cumi, ikan asin dan makan telur ayam dan telur bebek saat hamil dapat mempersulit pada saat proses persalinan. Menurut paraji bahwa cumi-cumi boleh dan baik untuk dimakan oleh ibu hamil, karena sebagai tambahan untuk kecerdasan otak untuk bayi kelak setelah dilahirkan pintar dan kreatif. Sedangkan pantang makan ikan asin paraji menyatakan bahwa ikan asin tergantung pada ibu hamil itu sendiri yang mengkonsumsi apakah ibu hamilnya sehat atau tidak, Ibu hamil hipertensi atau tidak, apakah ibu hamil alergi atau tidak terhadap ikan asin itu sendiri dan tidak ada batasan atau pantangan
dikonsumsi ibu hamil. diketahui bahwa kebutuhan kalori ibu hamil akan terus semakin meningkat sesuai pertambahan usia kandungan (Kristianasari, 2013). Pantang makan gula merah sebanyak 9 orang (28,1%). Hal tersebut menurut pernyataan responden bahwa pada saat ibu hamil sering mengkonsumsi gula merah mitos dan kepercayaan masyarakat disekitar bahwa gula merah dapat membuat kencing manis pada
makan pada ikan asin, selain itu telur ayam dan telur bebek juga boleh dimakan pada ibu hamil karena telur ayam dan telur bebek sebagai penambahan energi atau kekuatan pada ibu hamil dan janin. Sedangkan ditinjau dari segi kesehatan cumicumi bermanfaat sebagai pembentukan sel darah merah dan mengoptimalkan sel darah putih, ikan asin sebagai pertumbuhan tulang dan gigi, telur ayam dan telur bebek membantu
STIKes Dharma Husada Bandung
10
perkembangan syaraf otak serta mengurangi resiko cacat pada janin. Menurut Retno (2015) cumi-cumi ikan asin dan telur ayam dan telur bebek mempunyai upaya memiliki keistimewaan pada kadar dan nilai gizi yang terkandung pada ikan asin dan ikan cumi-cumi dibandingkan jenis ikan lainnya. Ikan ikan asin dan ikan cumi-cumi sangat kaya kalsium, zat yang penting untuk menunjang pertumbuhan tulang dan gigi janin. Selain itu, ikan asin dan ikan cumi-cumi juga kaya akan protein, fosfor, zat besi, beberapa vitamin, serta mineral lainnya sehingga aman dikonsumsi selama kehamilan. Pantang makan mangga kweni sebanyak 7 orang (21,9%) dan pantang makan durian sebanyak 20 orang (62,5%). Hal tersebut berdasarkan responden karena buah mangga kweni dan durian mengandung senyawa alkohol yang dapat membuat ibu hamil keguguran. Menurut paraji didaerah tempat tinggal mereka, bahwa ibu hamil boleh mengkonsumsi dan makan mangga kweni, karena mangga kweni baik dan untuk menyegarkan ibu hamil dan menambah energi pada bayinya, akan tetapi buah durian tidak boleh dimakan pada saat hamil, karena akan menyebabkan panas dan dapat membuat janin
juga. Ibu hamil disarankan mengkonsumsi makanan dengan porsi sedikit tapi sering dengan menu makanan bergizi seimbang Hasil penelitian sejalan dengan Sukandi (1993) tentang pandangan dan perilaku ibu selama kehamilan dan pengarunya pada kematian bayi di desa Jalancagak Subang, Jawa Barat. menunjukan bahwa sebagian ibu hamil pantangan menggunakan piring besar oleh ibu hamil untuk makan. Hal tersebut merupakan bersifat simbolik yang muncul dari anggapan penduduk sekitar, pada masa kehamilanya harus sesering mungkin makan dengan menggunakan piring kecil demi kesehatanya, menurut anggapanya agar bayi yang lahir sehat, badanya tidak melebar, ramping. Jika sang calon ibu sering makan menggunakan piring besar, mereka beranggapan sang bayi akan tumbuh menjadi orang yang berbadan besar. Pantang makan nanas sebanyak 24 orang (75,0%). Hal tersebut menurut kepercayaan masyarakat dapat menyebabkan keguguran, menurut paraji menyebabkan keguguran pada usia kehamilan trimester awal Sedangkan pada usia kehamilan di atas trimester 2 boleh mengkonsumsi nanas tapi bisa menyebabkan bayi bopeng. Nanas mengandung vitamin C, B6, B1 menjaga sistem saraf dan jantung
dalam rahim ibu tidak berkembang. memang secara medis juga dilarang bagi ibu hamil, Buah durian misalnya ia mengandung senyawa alkohol yang dapat membuat ibu hamil mengalami kontraksi dan berpotensi menyebabkan kandungannya keguguran akan tetapi gizi yang terdapat dalam durian yaitu meningkatkan kecerdasan otak, melancarkan BAB, meredahkan nyeri lambung, Sedangkan kweni mengandung serat, vitamin A, C, dan B6. Pantang makan di piring besar dan jantung pisang sebanyak 21 orang (65,6%). Menurut kepercayaan masyarakat sekitar berdasarkan nenek moyang ibu hamil jika ibu makan dengan piring yang besar maka janin akan menjadi besar dan susah dilahirkan lebih dari 12 bulan, jantung pisang menyebabkan anak kelak
Menurut Sinsin, (2008) nanas sangat baik untuk ibu hamil, karena pada buah nanas kaya akan vitamin C dan serat yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh dan melancarkan proses pembuangan sisa-sisa pencernaan. Adapun keputihan tidak selalu membahayakan. Saat hamil maupun melahirkan adalah normal jika ibu mengalami keputihan. Kecuali jika keputihan tersebut terinfeksi oleh bakteri, jamur, dan virus yang biasanya ditandai dengan keluhan gatal, bau tidak sedap dan warnanya kekuningan, kehijauan, atau kecoklatan. Pantang makan pisang dempet yaitu sebanyak 27 orang (84,4%). Hal tersebut bahwa ibu hamil tidak boleh makan pisang yang dempet, nanti anaknya jadi kembar. Lahirnya anak kembar dempet/kembar siam tidak
dewasa suka melamun/diam, menurut paraji makan menggunakan piring besar menyebabkan ari-ari menjadi besar, Sedangkan jantung pisang membuat anak jantungan (melamun/diam). Manfaat jantung pisang dapat mengurangi perdarahan, mengobati luka persalinan, meningkatkan produksi Asi, jika ibu hamil makan dengan piring yang lebih besar maka porsi makan ibu hamil akan berlebih, yang berujung pada janin nantinya akan besar
dipengaruhi oleh makanan pisang dempet yang dimakan oleh ibu hamil. Kembar siam disebabkan oleh pembelahan sel telur pada saat setelah dibuahi yang tidak sempurna. Sejalan dengan penelitian Ilmi (2016) tentang Kajian Budaya Dan Makna Simbolis Perilaku Ibu Hamil Dan Ibu Nifas. Hasil penelitianya menjabarkan pantangan dalam hal makan pada ibu hamil yaitu Pantangan makanan yang dipantang oleh ibu hamil yaitu ibu hamil tidak
STIKes Dharma Husada Bandung
11
boleh makan pisang dempet, karena dikhawatirkan anak akan lahir kembar siam atau dempet (indepth interview). Secara medisbiologis lahirnya anak kembar dampet atau kembar siam tidak dipengaruhi oleh makanan dempet yang dimakan oleh ibu hamil. Kasus kembar siam menurut Madjid menyatakan bahwa kasus kembar siam ini adalah kembar monozigot, dimana yang terjadi adalah kelainan perkembangan dari embrio itu sendiri, yang gagal berpisah diatas 12 hari setelah pembuahan dan sifat anak pemarah. Pantang makan daging kambing sebanyak 22 orang (68,8%). Hal tersebut sebagian besar ibu hamil tidak boleh makan daging kambing karena akan memyebabkan rasa panas . Pada dasarnya pantangan ini ada benarnya bagi Ibu hamil yang memiliki kelebihan kolesterol dan sakit jantung, karena daging kambing memiliki kadar lemak jenuh tinggi yang akan memengaruhi metabolisme asam urat. Namun apabila tidak memiliki masalah kolesterol dan jantung, Ibu hamil diperbolehkan menyantap daging kambing asalkan dengan porsi yang wajar. Menurut Ahmadi (2014) bahwa ibu hamil tidak boleh atau jangan makan daging kambing karena dapat menyebabkan perdarahan saat
makanan ibu hamil di tatar Sunda sangat banyak sekali, salah satu contohnya mulai dari buah sampai daging, misalnya buah nanas. Mulai dari sayuran tertentu, daging dan masih banyak lagi lainnya. Saat hamil, tidak boleh sembarangan dalam mengkonsumsi makanan. Hal ini dikarenakan apa yang dimakan oleh ibu hamil juga akan dimakan oleh janin yang ada di dalam perut ibu hamil. Banyak mitos kehamilan yang beredar luas di masyarakat bahwa ibu hamil tidak boleh memakan makanan tersebut. Budaya berfungsi sebagai “alat” yang paling efektif dan efisien dalam menghadapi lingkungan kebudayaan bukan sesuatu yang dibawa bersama kelahiran, melainkan diperoleh dari proses belajar dari lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Hubungan antara manusia dengan lingkungannya dijembatani oleh kebudayaan yang dimilikinya. Dilihat dari segi kebudayaan dapat dikatakan bersifat adaptif karena melengkapi manusia dengan cara-cara menyesuaikan diri pada kebutuhan fisiologis dari diri mereka sendiri, penyesuaian pada lingkungan yang bersifat fisik geografis maupun lingkungan sosialnya (Mulyana, 2012). Menurut pandangan peneliti walaupun ada
persalinan, karena pada dasarnya wanita suku sunda dalam menjalani kehamilannya harus melakukan dan mematuhi berbagai pantangan yang ada Selain yang telah dipaparkan diatas ada makanan lain yang dipantang untuk ibu hamil yaitu berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa ada 18 orang (56,3%). Hal tersebut besar kemungkinan pada ibu kurang memahami terhadap makanan yang dikonsumsi. Pernyataan tersebut sesuai dengan paraji sekitar Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapni yaitu ibu hamil dilarang makan “tutut (keoang mas) dengan alasan ibu hamil ketika melahirkan akan susah, selain itu “salak” (salak) dengan alasan karena pada ibu hamil akan menyebabkan “borok”, “buduk” kata lain gatal-
beberapa responden yang menyadari bahwa kebutuhan akan makanan yang sangat diperlukan oleh ibu hamil tetapi karena adanya ikatan budaya yang memaksa mereka untuk melakukan patangan-pantangan padahal mereka mengetahui makanan tersebut sangat berguna untuk dirinya dan bayi yang akan dilahirkannya nanti. Jadi dalam hal ini perlu penyuluhan kesehatan untuk ibu hamil, karena penyuluhan tersebut dapat memberikan pengetahuan mengenai risiko kehamilannya. Hasil penelitian Nurpuji Utami (2003) menemukan ada kepercayaan itu diyakini tentang makanan yang berlebih dapat menyebabkan anak menjadi lebih besar dapat
gatal dan alergi. Kemudian selain dari tutut (keong mas) dan salak. Ibu hamil dilarang makan tape dengan alasan karena tape mengandung ragi yang dipermaentasikan sehingga mengandung zat yang keras dan hal ini dapat menyebabkan bayi susah keluar, selain itu nanas merah akan menyebabkan bayi merah dan bayi kuning. Budaya suku sunda secara turun temurun salah satunya adalah adat-istiadat, pantang
membawa konsekuensi pada persalinan bias menjadi lebih lama atau persalinan obstruksi, sehingga membuat ibu membatasi makanannya selama hamil untuk menghindari kesulitan proses persalinan. Faktor sosial budaya merupakan salah satu faktor dalam kaitannya dengan angka kematian ibu (AKI). Karena faktor ini berpengaruh terhadap prilaku ibu hamil dan perlakuan lingkungan terhadap perempuan. Sehingga
STIKes Dharma Husada Bandung
12
kepercayaan terhadap aspek tradisional (sosialbudaya) bila tidak disaring dan diikuti dengan penuh kesadaran akan berdampak pada kesehatan perempuan. Sehingga dikhawatirkan tidak lagi berorientasi pada upaya perlindungan kesehatan jiwa ibu hamil (Saifuddin, 2012). Pantangan perilaku makan yang dilihat berdasarkan karakteritik ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani Bandung Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan bahwa perilaku makan berdasarkan praktik budaya sunda pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani Bandung karakteritik ibu hamil paling banyak didapatkan pada usia 26-36 tahun yaitu pantang makan pisang dempet 16 orang (59,3%), pantang makan nanas 13 orang (54,2%) dan pantang makan jantung pisang 57,1%, Sedangkan pantangan makan lainya yaitu tape dan keong masing-masing sebanyak 9 orang (56,3%) dan pantang makan menggunakan piring besar 10 orang (47,6%). Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Kristiyanasari, 2010). Dari segi kepercayaan masyarakat pada ibu hamil di
dapat merugikan kesehatan pada ibu dan bayi seperti Anemia dan BBLR pada bayi. Pantangan makan berdasarkan karakteritik pekerjaan ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani Bandung didapatkan IRT dengan jumlah pantangan terbanyak yaitu pisang dempet sebanyak 22 orang (81,5%), nanas sebanyak 21 orang (87,5%) dan durian sebanyak 18 orang (90,0%). Sedangkan pantangan makanan lain yaitu tape dan keong mas masing-masing sebanyak 13 orang (81,3%) dan piring besar sebanyak 19 orang (90,0%). Pantangan makan pada ibu hamil dilihat dari pekerjaan paling banyak yaitu ibu rumah tangga, dengan pekerjaan IRT besar kemungkinan mereka sering komunikasi antar tetangga yang paling erat berhubungan dengan perilaku makan paling banyak yang mengatakan dan menyarankan untuk makan pada ibu hamil yang berpantangan. Pada dasarnya pada ibu hamil sebaiknya makan dengan seuai porsinya yaitu tidak ada pantangan dalam hal makanan, dan makanan akan memberikan nutrisi yang cukup untuk mampu memenuhi kebutuhan ibu dan janin justru lebih baik. Termasuk bagi ibu hamil yang masih melakukan aktivitas bekerja. Makan
Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani Bandung menyatakan bahwa seseorang yang lebih dewasa lebih dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini dilihat dari pengalaman dan kematangan jiwanya pada ibu hamil dalam berpantangan makan pisang dempet 16 orang (59,3%), pantang makan nanas 13 orang (54,2%) dan pantang makan jantung pisang 57,1% serta pantangan makanan lain yaitu tape dan keong masing-masing sebanyak 9 orang (56,3%) dan pantang makan menggunakan piring besar 10 orang (47,6%). Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang. Menurut Kwick (2014) ibu hamil yang menjalani hidup secara normal dapat diasumsikan bahwa semakin lama hidup yaitu
sesuai dengan waktunya diimbangi dengan makanan yang bernutrisi cukup, itu akan membuat kondisi dan ketahanan tubuh bagi ibu hamil dan si janin tidak mudah terserang virus penyakit. Berdasarkan penelitian yang didapatkan bahwa pantangan makan dilihat dari karakteristik pendidikan ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani Bandung yaitu menengah (SMA) dengan pantangan makan paling banyak pisang dempet sebanyak 16 orang (59,3%), nanas sebanyak 15 orang (62,5%) dan durian sebanyak 13 orang (65,0%). Sedangkan pantangan lain paling banyak tape 11 orang (68,8%) dan keong mas dengan pendidikan ibu dasar (SD, SMP) sebanyak 8 orang (50,0%) dan piring besar dengan
usia 26-35 tahun maka pengalaman semakin banyak, pengetahuan semakin luas, keahliannya semakin mendalam dan kearifannya semakin baik dalam pengambilan keputusan tindakannya. Demikian juga ibu, semakin lama hidup usia 26-35 tahun, maka akan semakin terpengaruh oleh budaya, dalam melakukan tindakannya yaitu kepercayaan ibu hamil tentang pantangan makan, sehingga
pendidikan yang sama yaitu orang 11 orang (52,4%). Banyak masyarakat Sunda yang tidak bisa melanjutkan sekolah hingga perguruan tinggi. Berdasarkan status pendidikan, kebanyakan wanita sunda hanya sampai Sekolah Dasar sampai menenagh yaitu SMA. Rendahnya pendidikan ibu akan berdampak pada rendahnya pengetahuan ibu yang berpengaruh pada kesadaran ibu dalam perilaku makan yaitu
STIKes Dharma Husada Bandung
13
pantangan makanan selama kehamilan. Makin rendah pengetahuan ibu, makin banyak keinginannya untuk melakukan pantangan yang dipercayai oleh ibu hamil dan merugikan pada kehamilanya termasuk anemia dan status gizi yang banyak dialami oleh sebagian ibu hamil karena pola prilaku terhadap pantangan makanan yang salah. Oleh sebab itu pendidikan ibu adalah faktor yang cukup berpengaruh terhadap terjadinya perilaku makan (Marta, 2014).Mengacu pada teori Leininger dan Marilyn R. Mc.Farland, (2006), dalam tulisan memberi nama model dari teoriCulture Care/ Mengenai suatu pemikiran atau suatu kepercayaan tradisional ada sisi baik dan tidaknya (pengaruh kepercayaan tradisional), namun permasalahan yang cukup besar pengaruhnya pada seorang Ibu pada masa kehamilan adalah masalah gizi. Kegiatan ibu hamil sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi dengan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil. Apabila kurangnya asupan energy dari makanan, tentunya akan berdampak negative terhadap kesehatan ibu dan janin. Karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantanganpantangan terhadap beberapa makanan.
sebagai nilai budaya. Selanjutnya, bertitik tolak dari pendapat diatas, maka dapat dikatakan bahwa setiap individu dalam melaksanakan perilaku makan dalam pantangan-pantangan makan yang memaksa ibu untuk menuntut didalam sosial masyarakatnya selalu berdasarkan serta berpedoman kepada nilai – nilai atau system nilai yang ada dan hidup dalam masyarakat itu sendiri. Artinya nilai – nilai itu sangat banyak mempengaruhi tindakan dan perilaku manusia, baik secara individual, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan tentang baik buruk, benar salah, patut atau tidak patut serta berpantangan dan tidak berpantangan dalam perilku makan yang dipaksakan oleh ibu hamil. Aspek implikasi bagi ilmu pengetahuan yang didasarkan atas fakta-fakta di mana pengujian kebenarannya diatur menurut suatu tingkah laku sistem yang diatur oleh budaya dan nenek moyang tentang pantangan dan laranganlarangan yang ada di masyarakat. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu. Pengetahuan ibu tentang pantangan makan
Demikian setiap orang dari masing-masing pandangan dilihat dari segi budaya mengetahui dan dapat mendefinisikan cara-cara sesuai pengalaman dan persepsi mereka terhadap dunia keperawatan dan dapat menghubungkan pengalaman dan persepsi mereka terhadap keyakinan sehat secara umum dan praktiknya. Maka, teori ini dikembangkan dari konteks budaya. Kultur yang dimaksud adalah pembelajaran, pertukaran dan transmisi nilainilai, keyakinan-keyakinan, norma-norma dan praktik hidup dari suatu kelompok khusus yang menjadi petunjuk berpikir, mengambil keputusan, dan tindakan-tindakan dalam polapola tertentu seperti pola dan perilaku makan yang memaksakan budaya untuk melakukan pantangan (Nursalam, 2013).
yang dilarang didalam sistem budaya Sunda dapat mempengaruhi kesehatan dan Pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan, seperti pengetahuan tentang penyakit kehamilan yaitu Anemia, BBLR, hipertensi pada ibu hamil. Penyakit tersebut merupakan faktor-faktor risiko yang akan mengancam ibu hamil terhadap diri dan kesehatannya (Mulyana, 2012). Aspek implikasi pelayanan kesehatan pada ibu hamil adalah mengacu pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan. Pada satu sisi dapat menimbulkan dan mempengaruhi kode etik standar profesi yang ditetapkan. Kesehatan dan pengetahuan untuk
Masalah nilai budaya dan kaitannya dalam pembangunan wilayah berkaitan dengan hampir seluruh aspek kehidupan manusia dan masyarakat. Sedangkan menurut Marpaung (2013) mengatakan bahwa pada perkembangan, pengembangan, penerapan budaya dalam kehidupan, berkembang pula nilai – nilai yang melekat di masyarakat yang mengatur keserasian, keselarasan, serta keseimbangan. Nilai tersebut dikonsepsikan
menghindari faktor risiko kehamilan yang dialami oleh ibu hamil. Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia yang sangat mendasar. Perilaku tidak boleh disalahartikan sebagai perilaku sosial, yang
STIKes Dharma Husada Bandung
14
merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain. Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap norma sosial (Mulyana, 2012). Bila ditinjau dari perspektif kesehatan maka pantangan perilakupun ada yang dapat berdampak positif dan negatif. Adanya pantangan perilaku bagi ibu hamil menunjukkan keinginan tradisi agar ibu peduli dengan perawatan kehamilan. Hal ini merupakan potensi untuk dimanfaatkan oleh para petugas kesehatan untuk melibatkan ibu dalam perawatan kehamilan. Pantangan ibu hamil dalam makan-makanan tertentu yang ditakutkan risiko kehamilanya atas kelahiran bayinya nanti, dan membuat ibu hamil yang tidak sempat memeriksakan diri ke tempat pelayanan kesehatan. Mengubah kepercayaan terkait pantangan makan dan perilaku pada ibu hamil bukanlah hal yang mudah tetapi bukan tidak mungkin untuk dilakukan. Para penyedia layanan kesehatan dan para petugas kesehatan perlu memahami makna simbolik yang terkandung dalam setiap pantangan sehingga dapat melakukan perubahan melalui cara yang tepat dan tidak menyinggung nilai baik yang ada dalam setiap pantangan Keterbatasan Penelitian Keterbatasan pada penelitian ini, penulis masih terbatas dalam hal pengumpulan data, sehingga jumlah sampel yang diteliti data yang dilakukan hanya 32 orang ibu hamil yang ada di wilayah kerja Puskesmas Griya Antapani, dan tidak secara keseluruhan jumlah ibu hamil yang ada di kecamatan Antapani Bandung, jika dilakukan keseluruhan peneliti memiliki ketrebatasan waktu yang cukup lama dan memerlukan biaya yang mahal. Selain itu peneliti mengalami kesulitan dalam mencari jurnal atau teori, karena untuk sumber dan literatur yang peneliti cari masih kurang. Salah satu penyebab keterbatasan jurnal atau teori
yang diperoleh terutama praktik budaya Sunda, selain jumlah jurnal yang diperoleh sulit diakses, tinjauan mengenai teori dan bahan yang digunakan masih jarang ditemui dan bahan atau materi masih terbatas.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Didapatkan gambaran Karakteristik Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani Bandung menunjukan ratarata ibu hamil usia 26-35 tahun yaitu sebanyak 18 orang (56,3%), hampir seluruhnya memiliki status pekerjaan ibu rumah tangga yaitu 26 orang (81,3%) dan tingkat pendidikan yaitu menengah sebanyak 18 orang (56,3%). 2. Gambaran Pantangan Makan Dalam Praktik Budaya Sunda Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani Bandung yaitu ada pantangan makan pada ibu hamil diantaranya ibu hamil pantang makan pisang dempet yaitu sebanyak 27 orang (84,4%) dan pantangan makanan lainnya yaitu tape dan keong mas masing-masing sebanyak 16 orang (50,0%). Berdasarkan Pantangan Makan Dalam Praktik Budaya Sunda Pada Ibu Hamil yang dilihat dari karakteritik usia yaitu didapatkan usia 26-36 tahun yaitu pantang makan pisang dempet 16 orang (59,3%), pantang makan nanas 13 orang (54,2%) dan pantang makan jantung pisang 57,1%,
Sedangkan pantangan makan lainya yaitu tape dan keong masing-masing sebanyak 9 orang (56,3%) dan pantang makan menggunakan piring besar 10 orang (47,6%). Berdasarkan Pantangan Makan Dalam Praktik Budaya Sunda Pada Ibu Hamil yang dilihat dari karakteritik pekerjaan didapatkan IRT dengan jumlah pantangan terbanyak yaitu pisang dempet sebanyak 22 orang (81,5%), nanas sebanyak 21 orang (87,5%) dan durian sebanyak 18 orang (90,0%). Sedangkan pantangan makanan lain yaitu tape dan keong mas masingmasing sebanyak 13 orang (81,3%) dan piring besar sebanyak 19 orang (90,0%). Berdasarkan Pantangan Makan Dalam Praktik Budaya Sunda Pada Ibu Hamil yang dilihat dari karakteritik pendidikan menengah (SMA) dengan pantangan makan paling banyak pisang dempet sebanyak 16 orang (59,3%), nanas sebanyak 15 orang (62,5%) dan durian sebanyak 13 orang (65,0%). Sedangkan pantangan lain paling banyak tape 11 orang (68,8%) dan keong mas dengan pendidikan ibu dasar (SD, SMP) sebanyak 8 orang (50,0%) dan piring
STIKes Dharma Husada Bandung
15
besar dengan pendidikan yang sama yaitu orang 11 orang (52,4%
untuk dirinya dan bayi yang akan dilahirkannya nanti. 2. Bagi Ibu Hamil Diharapkan dari hasil penelitian ini bagi ibu hamil yang berpantangan terhadap makanan tertentu (ikan asin, cumi-cumi, ikan lele) ibu dapat menambah pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan gizi yang sangat berguna pada kehamilanya, sehingga ibu tidak memiliki gizi kurang dan tidak menyebabkan anemia. 3. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan peneliti lebih lanjut agar dapat meneliti tentang pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pantangan makan yang dilihat dari konteks budaya.
Foster & Anderson, 2006. Pantangan pada perilaku. Jakarta : EGC Green (1980) dalam Notoatmodjo, 2010. Perilaku dan pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta. Herimanto, 2011. Kepercayaan dan Persiapan Konsumsi makan pada ibu hamil. Jakarta Rineka Cipta. Ilmi, 2016. Kajian Budaya Dan Makna Simbolis Perilaku Ibu Hamil Dan Ibu Nifas. Diakses dari http://ppjp.unlam.ac.id. Diunduh pada tanggl 21 Januari 2017 Kemenkes RI, 2009. Tahapan Pengembangan Usia. Kementrian Kesehatan Tahun 2008-2009 Koentjaraningrat, 2013. Pengantar Ilmu Antropologi dan kebudayaan. Jakarta. Rineka Cipta Kotler, 2000. Tindakan dan perilaku ibu hamil yang berbudaya. Jakarta : EGC Kristiyanasari, 2010. Gizi Ibu Hamil. Yogyakarta: Nuha Medika. Kusmiyati et all, 2008. Perawatan ibu hamil (Asuhan ibu hamil).Yogyakarta: Fitra Maya Kwick, 2014. Perilaku Dan Tindakan Pada Ibu Hamil. Jakarta : EGC
DAFTAR PUSTAKA Achmad, 2014. Ilmu sosial dasar. Jakarta: Penerbit PT Rineka Cipta. Ahmadi, 2012. Psikologi umum. Jakarta: Rineka Cipta. Allport (1954) dalam Notoatmodjo, 2012. Pendidikan Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Azwar, 2009. Sikap Dan Pengukuran Perilaku. Jakarta : EGC Badrujaman, 2008. Antropologi Budaya: Suatu Perspektif Kontemporer. Jakarta: Erlangga. Bagus Ida, 2013. Sinopsis Obstetry Jilid I. EGC. Jakarta. Neil-Wendy Rose. Perawatan Kehamilan. Dian Rakyat.
Marta, 2014. Pengaruh Penggunaan Jenis Gula dan Konsentrasi Saribuah Terhadap Beberapa Karakteristik pada ibu hamil Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran, Universitas Padjadjaran. Mulyana 2012. Komunikasi Lintas Budaya. Bandung. Munandar, 2013. Peran Budaya Organisasi Dalam Peningkatan Peran serta dan tokoh masyarakat, Bagian Psikologi Universitas Indonesia, Jakarta. Najoan, Et Al, 2010. Tingkat Sosial Ekonomi Hubungan Erat Dengan Status Pekerjaan Ngatimin, 2013. Kepercayaan dan Nilai-nilai sosial budaya. Yayasan PK3. Makasar. Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Saran 1. Bagi Puskesmas Diharapkan pada pihak puskesmas dapat melakukan penyuluhan kesehatan tentang pantangan makan yang baik terhadap status gizi bagi ibu hamil, sehingga ibu hamil dapat merubah perilaku pantangan tersebut yang berguna
Jakarta Bloom, 2001. Hereafter, this is referred to as the revised Taxonomy Dinkes Kota Bandung, 2015 Tentang Data Cakupan Ibu Hamil Tahun 2015. Dumatubun, 2012. Kebudayaan dan Kesehatan Dalam Perspektif Antropologi Kesehatan. Jakarta. EGC
Notoatmodjo, 2012 dalam Khomsan Et Al (2009. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, 2013. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Nurpuji Utami, 2003. Hubungan antara Pengetahuan dengan Perilaku Praktek BAB di Wilayah Kerja Puskesmas Karang Rayung Kabupaten Grobogan.
STIKes Dharma Husada Bandung
16
Diakses dari from http://situs.pendkeseh.info. Diunduh pada tanggal 21 Januari 2017 Nursalam 2013. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan. Pendekatan Praktis Edisi 3. Jakarta. Salemba Medika. Prawirohardjo, 2009. Buku Acuan Nasional Maternal dan. Neonatal. Jakarta: JPNKR-POGI. Proverawati, 2009. Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika Retnaningsih, Budiani, 2010. Hubungan pengetahuan ibu hamil tentang gizi Dengan status gizi ibu hamil trimester III di Puskesmas Colomadu II, Karanganyar. Program D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret: Universitas Retno, 2015. Pantangan dan larangan pada ibu hamil jakarta : EGC. Rina, 2013. Pantangan dalam Kehamilan, Kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi dalam Konteks. Budaya. Universitas Gajah Mada. Saifuddin, 2012. Faktor Sosial Budaya. Jakarta : EGC Saptandari P, 2012. Budaya Sebagai Warisan
Persalinan, dan Pasca Persalinan. Diunduh dari http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jpk i/article/viewFile/2800/2488. Diakses pada tanggal 12 September 2016 Sutrisno 2014. Budaya Organisasi. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Swasno, 2012. Aspek Sosial Budaya Dan Jamu-Jamuan Pantangan MakanMakanan. Jakarta. EGC. UU SISDIKNAS No. 20, 2014. Tingkat Pendidikan. WHO, 2012. Data angka kematian ibu di seluruh dunia. Diakses dari http://www.who.int/. diunduh pada tanggal 12 September 2016. Wibowo, 2013. Arsitektur Tradisional Sunda dan Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya, Pusat Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: EGC Winarno, 2012. Pewarisan Kebudayaan Yang Bersifat Vertikal. Jakarta. EGC Wintrobe, 2012. Perubahan perilaku pada ibu hamil Jakarta : EGC
Turun Temurun. Jakarta, Salemba Medika. Sarwono, 2008. Pengaruh Nilai Budaya Masyarakat Terhadap Ibu Hamil, Bersalin, Dan Nifas. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka SDKI, 2015. Survey Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2013-2015 angka kematian ibu di Indonesia Simamora et al, 2010. Falsafah Budaya dan Teori Penerapannya. Yogyakarta. Nugrha Sinsin, 2008. Manfaat Buah Nanas Pada Ibu Hamil. Jakarta : EGC Soekanto, 2012. Pola Hidup dalam Kebudayaan. Jakarta. Sri, 2006. Nilai-Nilai Dan Kepercayaan Pada Budaya. Jakarta : EGC Sukandi, 1993. Pandangan dan Perilaku Ibu Selama Kehamilan dan Pengaruhnya pada Kematian Bayi di Desa jalancagak, Subang, Jawa Barat. In M. F. Swasono, Kehamilan, 16 Kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi dalam Konteks Budaya (pp. 133-157). Jakarta: UI-Press. Suryawati, 2007. Faktor Sosial Budaya dalam Praktik Perawatan Kehamilan,
STIKes Dharma Husada Bandung
17