Tugas Makalah Filsafat Pendidikan
I M PLEMENT PL EMENT ASI AS I FILSAFA FILSAFAT T PENDI PE NDI DIK AN PADA PA DA K U R I K U LU LU M 2 0 1 3
Oleh :
Iwan Sunarya Panjaitan NIM. 8136132065 Program Studi Administrasi Pendidikan Konsentrasi Kepengawasan
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSI UNIVERSITAS TAS NEGERI NEGERI MEDAN 2013
1
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat berkat kemurahanNya kemurahanNya makalah makalah ini dapat dapat kami selesaikan selesaikan sesuai yang yang diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas “Analisis Filsafat Pendidikan yang diterapka diter apkan n Pada Kurikulum Kurikulum 2013.” 2013.” Makalah Maka lah ini dibuat dibuat dalam rangka rangka memperdalam memperdalam pema pemahama haman n akan bebe beberapa rapa aliran aliran filsafat pendidikan pendidikan yang yang akan akan menentukan sistem pendidikan pendidikan terkhususnya terkait dengan deng an kurikulum kurikulum yang yang diterapk diterapkan an suat suatu u bangsa bangsa dan sekalig sekaligus us melakuka melakukan n apa yang yang “ Filsafat Ilmu Pendidikan ” menjad men jadii tugas tugas mah mahas asisw iswaa yang mengikuti mata kuliah “Filsafat Dala Da lam m
pros pr oses es pen penda dala lama man n mate materi ri Fi Fils lsaf afat at Pen Pendi didi dika kan n ini, ini,
tent te ntun uny ya kami kami
mendapatkan bimbingan, arahan, dan pengetahuan, untuk itu rasa terima kasih yang dalamdal am-da dalam lamny nyaa kam kamii sa sampa mpaika ikan n kep kepad ada: a: •
“Filsafat Ilmu Bapak Dr. Irsan Rangkuti, M.Pd, M.si, M.si, selaku dosen mata kuliah “Filsafat Pendidikan” Pendidikan”
•
RekanRek an-rek rekan an
mahas ma hasiwa iwa
yang ya ng
telah tela h
banya ban yak k
member mem berika ikan n
masukan masu kan
untu un tuk k ma maka kala lah h ini. ini.
Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat,
Meda dan n, 31 Ok Okto tob ber 20 201 13 Penyusun
Iwan Sunarya Panjaitan
2
DAFTAR ISI
Halaman Kata Pengantar
i
Daftar Isi
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B.
3
Rumusan Masalah
C. Batasan Masalah
3
D. Tujuan
3
E.
3
Manfaat Makalah
BAB II PEMBAHASAN DAN ANALISIS
A. Defenisi Kurikulum
4
B. Landasan Filosofis Pengembangan Kurikulum
5
1. Filsafat dan Tujuan Pendidikan
5
2. Kurikulum dan Filsafat Pendidikan
6
C. Pola Pengembangan Kurikulum 2013
10
1.
Latar Belakang Lahirnya Kurikulum 2013
10
2.
Konsep dan Struktur Kurikulum 2013
11
D. Analisis Filsafat Pendidikan sebagai Landasan Filosofis
14
Kurikulum 2013 BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
19
B. Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
20
3
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Proses pendidikan dalam kegiatan pembelajaran atau dalam kelas, akan bisa berjalan dengan lancar, kondusif, dan interaktif apabila dilandasi oleh dasar kurikulum yang baik dan benar. Pendidikan bisa dijalankan dengan baik ketika kurikulum menjadi penyangga utama dalam proses belajar mengajar. Kurikulum mengandung sekian banyak unsur konstruktif supaya pembelajaran terlaksana dengan optimal. Baik buruknya hasil pendidikan ditentukan oleh kurikulumnya, apakah mampu membangun kesadaran kritis terhadap peserta didik ataukah tidak. Kurikulum merupakan program dan isi dari suatu sistem pendidikan yang berupaya melaksanakan proses akumulasi pengetahuan antar
generasi dalam masyarakat.
Kurikulum berkaitan erat dengan proses pembelajaran sebagai ruang beraktivitas belajar peserta didik supaya mereka mendapat bekal pengetahuan yang baik dan mampu membangun kekuatan kecerdasan baik kognitif, afektif dan psikomotorik. Untuk itu kurikulum harus dibangun dengan sedemikian cerdas, mencakup segala kebutuhan peserta didik, dan meliputi segenap alat penggali dan pengembangan potensi sekaligus bakat peserta didik sehingga mampu melakukan pertunjukan diri terhadap bakat dan potensi yang dimiliki. Proses pendidikan yang menerapkan kurikulum yang cerdas ini akan melahirkan generasi yang berkualitas, berdaya saing tinggi, dan bisa berkompetisi secara elegan. Landasan pengembangan kurikulum memiliki peranan yang sangat penting, sehingga kurikulum sering diibaratkan dengan sebuah fondasi rumah atau gedung. Gedung yang tidak memiliki landasan atau fondasi yang kuat, maka ketika diterpa angin atau terjadi goncangan, bangunan tersebut akan mudah roboh. Demikian pula halnya dengan kurikulum, apabila tidak memiliki dasar pijakan yang kuat, maka kurikulum tersebut akan mudah terombang-ambing dan yang akan dipertaruhkan adalah peserta didik. Yamin (2012 :17) mengemukakan bahwa landasan pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai suatu gagasan, suatu asumsi, atau prins ip yang menjadi sandaran atau titik tolak dalam mengembangkan kurikulum.
4
Salah satu landasan pengembangan kurikulum adalah landasan filosofis, yaitu filsafat-filsafat pendidikan yang sangat dibutuhkan dalam menentukan arah dan tujuan pendidikan. Filsafat akan menentukan arah kemana peserta didik akan dibawa. Kurikulum pada hakikatnya adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Karena tujuan pendidikan sangat dipengaruhi oleh filsafat atau pandangan hidup suatu bangsa, maka kurikulum yang dikembangkan juga harus mencerminkan falsafah atau pandangan hidup yang dianut oleh bangsa tersebut. Oleh karena itu, terdapat hubungan yang erat antara kurikulum pendidikan si suatu negara dengan filsafat negara yang dianutnya. Tujuan pendidikan Nasional Indonesia yang tertuang dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu : Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Maka untuk mencapai tujuan pendidikan Nasional Indonesia diterapkanlah kurikulum bagi sekolah penyelenggara pendidikan Indonesia. Dalam sejarah pendidikan Indonesia Tercatat sudah ada 9 kurikulum yang pernah diterapkan; kurikulum pertama tahun 1947, kurikulum tahun 1964, kurikulum 1976, kurikulum 1984, kurikulum 1994, Kurikulum edisi revisi 1999 dan yang terbaru Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004, yang dilanjut dengan lahirnya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, dan yang terakhir Kurikulum 2013. Masingmasing kurikulum memiliki warna dan ciri khas tersendiri. Warna dan ciri khas tiap kurikulum menunjukkan kurikulum berusaha menghadirkan sosok peserta didik yang paling sesuai dengan jamannya. Adapun orientasi pengembangan kurikulum 2013 adalah tercapainya kompetensi yang berimbang antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan, disamping cara pembelajarannya yang holistik dan menyenangkan. Perubahan yang paling berdasar adalah nantinya pendidikan akan berbasis science dan tidak berbasis hafalan lagi.
5
Dengan adanya deskripsi diatas, penulis mencoba untuk menganalisa kurikulum 2013
tersebut
dengan
pendekatan
beberapa
teori
dan Mazhab-mazhab filsafat
pendidikan seperti; Idealisme, Realisme, Materialisme, Pragmatisme, Eksistensialisme, Progresivisme, Perenialisme, Esensialisme, dan Rekonstruksionalisme.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan akan dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana aliran-aliran filsafat pendidikan akan mempengaruhi kurikulum pendidikan? 2. Bagaimana implementasi filsafat pendidikan pada pengembangan kurikulum 2013? C. Batasan Masalah
Mengingat ada beberapa landasan pokok dalam pengembangan kurikulum di Indonesia, dan keterbatasan waktu dalam membuat makalah ini, maka makalah ini hanya membahas analisis pengembangan kurikulum 2013 dan landasan filosofisnya. D. Tujuan Makalah
Bertitik tolak dari masalah yang akan dibahas secara umum, makalah ini bertujuan sebagai berikut : 1.
Untuk
mengetahui
bagaimana
aliran-aliran
filsafat
pendidikan
akan
implementasi
filsafat
pendidikan
pada
mempengaruhi kurikulum?. 2.
Untuk
mengetahui
bagaimana
pengembangan kurikulum 2013. E. Manfaat Makalah
Dengan tercapainya tujuan makalah ini, makalah ini mempunyai manfaat praktis, yaitu makalah ini akan dapat menambah wawasan tentang filsafat pendidikan yang menjadi landasan filosofis kurikulum 2013, dan dapat memberikan gambaran mengenai kurikulum 2013 dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. 6
BAB II PEMBAHASAN DAN ANALISIS
A. Defenisi Kurikulum
Istilah kurikulum (curriculum) berasal dari kata curir (pelari) dan curere (tempat berpacu), dan pada awalnya digunakan dalam dunia olahraga. Pada saat itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish
untuk memperoleh medali/penghargaan. Kemudian, pengertian tersebut
diterapkan dalam dunia pendidikan menjadi sejumlah mata pelajaran ( subject ) yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari awal sampai akhir program pelajaran untuk memperoleh penghargaan dalam bentuk ijazah. J. Lloyd Trump dan Delmas F. Miller (dalam Yamin, 2012: 23) berpendapat bahwa kurikulum mencakup metode mengajar dan belajar, cara mengevaluasi murid dan semua program, perubahan tenaga mengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervisi dan administrasi,
dan
hal-hal
struktural
mengenai
waktu,
jumlah
ruangan
serta
memungkinkan memilih mata pelajaran. Pendapat senada dikemukan oleh Alice Mikel (dalam Yamin, 2012: 23) yang menyatakan bahwa kurikulum meliputi keadaan gedung, suasana sekolah keinginan, keyakinan, pengetahuan, dan sikap orang-orang yang melayani dan dilayani sekolah, yakni peserta didik, masyarakat, para pendidik dan personalia (termasuk penjaga sekolah, pegawai administrasi, dan orang lain yang memiliki hubungan dengan murid). Oleh karenanya, kurikulum meliputi segala pengalaman dan pengaruh yang bercorak pendidikan yang di dapat anak di sekolah. Nasution (2009: 5) memandang bahwa kurikulum adalah suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar dibawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya. Pendapat senada dan menguatkan pengertian tersebut dikemukakan oleh Saylor, Alexander dan Lewis yang menganggap kurikulum sebagai segala upaya sekolah untuk memengaruhi siswa supaya belajar, baik dalam ruangan kelas, di halaman sekolah, maupun di luar sekolah. Di sistem pendidikan Indonesia ditegaskan defenisi kurikulum sebagaimana dalam UU SPN No 20 Tahun 2003 pada bab I pasal 1 ayat 19, yaitu seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
7
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Jadi kurikulum bukan hanya meliputi semua kegiatan yang direncanakan melainkan juga peristiwa-peristiwa yang terjadi di bawah pengawasan sekolah, selain kegiatan kurikuler yang formal juga kegiatan yang tak formal yang terakhir ini sering disebut ekstrakurikuler. Jadi dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan perangkat perencanaan dan pengaturan tentang tujuan, kompetensi dasar, materi dasar, hasil belajar, serta penerapan pedoman pelaksanaan aktivitas belajar guna meraih kompetensi dasar dan tujuan pendidikan.
B. Landasan Filosofis Pengembangan Kurikulum 1. Filsafat dan Tujuan Pendidikan
Pandangan-pandangan filsafat sangat dibutuhkan dalam pendidikan, terutama dalam menentukan arah dan tujuan pendidikan. Filsafat akan menentukan arah dan tujuan pendidikan. Filsafat akan menentukan arah kemana peserta didik akan dibawa. Untuk itu harus ada kejelasan tentang pandangan hidup manusia atau tentang hidup dan eksistensinya. Filsafat atau pandangan hidup yang dianut oleh suatu bangsa atau kelompok masyarakat tertentu atau bahkan yang dianut oleh perorangan akan sangat memengaruhi tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Sedangkan tujuan pendidikan sendiri pada dasarnya merupakan rumusan yang komprehensif mengenai apa yang seharusnya terjadi. Nasution (2009: 15) berpendapat bahwa filsafat suatu negara tidak bisa dipungkiri akan memengaruhi tujuan pendidikan di negara tersebut. Oleh karena itu, tujuan pendidikan disuatu negara akan berbeda dengan tujuan pendidikan di negara lainnya, sebagai implikasi dari adanya perpedaan filsafat pendidikan yang dianutnya. Tujuan pendidikan Nasional Indonesia bersumber pada
pandangan hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yaitu Pancasila. Ini berarti bahwa pendidikan di Indonesia harus membawa peserta didik agar menjadi manusia yang ber-Pancasila. Nilai-nilai filsafat Pancasila yang dianut bangsa Indonesia dicerminkan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional seperti tertuang dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang
8
Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya segenap potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggungjawab” (UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). 2. Kurikulum dan Filsafat Pendidikan
Kurikulum pada hakikatnya adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Karena tujuan pendidikan sangat dipengaruhi oleh filsafat atau pandangan hidup suatu bangsa, maka kurikulum yang dikembangkan juga harus mencerminkan falsafah atau pandangan hidup yang dianut oleh bangsa tersebut. Oleh karena itu, Sukirman dan Asra (dalam Tim Pengembang MKDP 2012: 21) mengatakan terdapat hubungan yang sangat erat antara kurikulum pendidikan di suatu negara dengan filsafat negara yang dianutnya. Perumusan tujuan pendidikan, penyusunan program pendidikan, pemilihan dan penggunaan pendekatan atau strategi pendidikan, peranan yang harus dilakukan pendidik/peserta didik senantiasa harus sesuai dengan falsafah hidup bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Keberadaan aliran-aliran filsafat lainnya dalam pengembangan kurikulum di Indonesia dapat digunakan sebagai acuan, akan tetapi hendaknya dipertimbangkan dan dikaji kesuaiannya dengan nilai-nilai falsafah hidup bangsa Indonesia, karena tidak semua konsep aliran filsafat dapat diadopsi dan diterapkan dalam sistem pendidikan kita. Pandangan tentang apa yang baik, demikian pula tentang berbagai aspek filsafat lainnya berbeda-beda secara esensial menurut alirannya. Dibawah ini akan diberikan uraian singkat mengenai enam aliran utama dalam filsafat, yakni (1) pragmatisme, (2) eksistensialisme, (3) Progresivisme, (4) Humanisme, (5) Perelianisme, dan (6) Rekontruksionisme. Dalam garis besarnya pendirian tiap aliran itu dirangkum dalam
tabel berikut. Sekaligus untuk membandingkan pendirian keenam aliran itu mengenai pandangan tentang kurikulum.
9
Tujuan Pendidikan
E M S I T A M G A R P
Memampukan anak didik hidup dimasyarakat; membentuk pengetahuan menjawab kebutuhan sosial
Anak Didik
Murid belajar hal yang dibutuhkan dan diminatinya
Guru Guru berperan
sebagai rekan dialog peserta didik menghadapi kenyataan hidup.
Kurikulum
Metode
Ikuti perubahan Metode dan kompetensi sosial; tekankan pemecahan masalah dan proses bukan isi. partisipatif diutamakan. Keberhasilan pendidikan dilihat Suasana belajar dari penilaian menyenangkan; sosial demokratis; karyawisata.
Pendidikan bertujuan Pembelajaran sangat Tugas dan peran Kurikulum selalu Pengajaran pengetahuan membebaskan individual; unik bagi guru sebgai berubah dan harus dasar dan humaniora manusia dari setiap orang. Anak pembantu menjawab ditekankan. tekanan dan didik mengambil menemukan makna; kebutuhan anak keterikatan sosial keputusan apa yang fasilitator didik dan menemukan ingin dipelajarinya realisasi diri secara optimal Pendidikan membantu anak didik menyadari dirinya sebagai pribadi yang memilih, bebas dan bertanggung jawab
E M S I L A I S N E T S I S K E
10
Tujuan Pendidikan
E M S I V I S E R G O R P
Membentuk anak didik mampu hidup dalam masyarakat Pendidikan bertolak dari anak didik (yang belajar)
E M S I N A M U H
Membentuk peserta didik menjadi dirinya sendiri (menemukan kemampuan/potensi dan makna dirinya)
Anak Didik Pribadi mandiri: aktif,
dan penuh minat; bukan pasif Anak didik bukan pribadi yang harus senantiasa bergantung paa orang lain.
Pribadi yang
mempunyai potensi dan kreativitas untuk dikembangkan dalam sepanjang hayatnya
Pribadi yang
mempunyai kebebasan belajar.
Guru
Kurikulum
Metode
Guru berperan Hal yang dipelajari Kegiatan dikelas sarat sebagai penasihat, anak bersesuaian dengan pemecahan pembimbing, rekan dengan masalah masalah ( problem perjalanan anak dan kebutuhan solving); bukan didik, bukan sebagai masyarakat. menguasai informasi pribadi yang otoriter yang diajarkan guru atau dan pengatur. yang ditulis dalam buku tidak boleh sumber. Guru mengharuskan anak Suasana belajar didik menerima kooperatif (kerjasama) gagasan yang dan demokratis (politik dianggap guru pembelajaran). absolut. Guru berperan Hal yang dipelajari Kelas terbuka; sekolah sebagai apa yang dirasakan bebas; dan anak tidak pembimbing, anak bagi dirinya. boleh gagal dalam motivator, serta kegiatan belajarnya. pendamping anak didik. Suasana terbuka, penggunaan imajinasi rasa dan kreativitas Membangun percaya diri untuk ditekankan. berhasil
11
Tujuan Pendidikan
E M S I V I S E R G O R P
Membentuk anak didik mampu hidup dalam masyarakat Pendidikan bertolak dari anak didik (yang belajar)
E M S I N A M U H
Membentuk peserta didik menjadi dirinya sendiri (menemukan kemampuan/potensi dan makna dirinya)
Anak Didik Pribadi mandiri: aktif,
dan penuh minat; bukan pasif Anak didik bukan pribadi yang harus senantiasa bergantung paa orang lain.
Pribadi yang
mempunyai potensi dan kreativitas untuk dikembangkan dalam sepanjang hayatnya
Pribadi yang
mempunyai kebebasan belajar.
Guru
Kurikulum
Metode
Guru berperan Hal yang dipelajari Kegiatan dikelas sarat sebagai penasihat, anak bersesuaian dengan pemecahan pembimbing, rekan dengan masalah masalah ( problem perjalanan anak dan kebutuhan solving); bukan didik, bukan sebagai masyarakat. menguasai informasi pribadi yang otoriter yang diajarkan guru atau dan pengatur. yang ditulis dalam buku tidak boleh sumber. Guru mengharuskan anak Suasana belajar didik menerima kooperatif (kerjasama) gagasan yang dan demokratis (politik dianggap guru pembelajaran). absolut. Guru berperan Hal yang dipelajari Kelas terbuka; sekolah sebagai apa yang dirasakan bebas; dan anak tidak pembimbing, anak bagi dirinya. boleh gagal dalam motivator, serta kegiatan belajarnya. pendamping anak didik. Suasana terbuka, penggunaan imajinasi rasa dan kreativitas Membangun percaya diri untuk ditekankan. berhasil
11
Tujuan Pendidikan
E M S I N A I L E R E P
E M S I N O I S K U R T N O K E R
Membentuk dan menyiapkan anak didik menjadi cerdas, elit, berpengetahuan, berdisiplin tinggi, agar mampu menunaikan tugas hidupnya. Menentang konsep progresivisme Pendidikan bersifat aristokratik Pendidikan bertujuan menyiapkan anak didik berperan aktif memperbaharui tatanan kehidupan sosialnya yang dilanda berbagai ragam krisis dan masalah.
Anak Didik Anak didik dianggap
“Hewan” rasional/berpikir. Sebagai manusia, semua anak didik sama hakekatnya, jadi membutuhkan pendidikan yang serupa.
Anak didik bagian dari
Guru
Memiliki Bahan-bahan pengetahuan yang pelajaran dasar luas yang berisi yang berisi hakiki kebenaran hakiki harus diajarkan harus diajar. Bahan pemikiran ilmumasa lalu harus Menguasai ilmu dan terus dilestarikan pengetahuan masa dan diajarkan lalu yang teruji dan kepada anak didik. diajarkan kepada anak didik.
Guru berperan sebagai pemrakarsa gagasan untuk pembaruan sosial.
Guru berperan sebagai pembimbing, fasilitator, motivator, dan transformator.
masyarakatnya dan harus aktif.
Anak didik sebagai
agen pembaharuan sosial, bukan hanya penerima pengetahuan.
Kurikulum
12
Metode
Fokuis pembelajaran kepada penguasaan bahan pelajaran melalui olah pikiran. Metode disiplin dan latihan perlu dikembangkan agar anak mampu menguasai pengetahuan.
Hal yang dipelajari Pendekatan belajar di adalah masalahkelas menekankan masalah sosial, prinsip demokratis; keluarga, berpikir cerdas dan kritis masyarakat-isu dalam rangka kemiskinan, pemecahan masalah korupsi, sosial ketidakadilan, penderitaan, HAM. Proyek, aksi, dan refleksi ditekankan.
Tujuan Pendidikan
E M S I N A I L E R E P
E M S I N O I S K U R T N O K E R
Membentuk dan menyiapkan anak didik menjadi cerdas, elit, berpengetahuan, berdisiplin tinggi, agar mampu menunaikan tugas hidupnya. Menentang konsep progresivisme Pendidikan bersifat aristokratik Pendidikan bertujuan menyiapkan anak didik berperan aktif memperbaharui tatanan kehidupan sosialnya yang dilanda berbagai ragam krisis dan masalah.
Anak Didik Anak didik dianggap
“Hewan” rasional/berpikir. Sebagai manusia, semua anak didik sama hakekatnya, jadi membutuhkan pendidikan yang serupa.
Anak didik bagian dari
Guru
Memiliki Bahan-bahan pengetahuan yang pelajaran dasar luas yang berisi yang berisi hakiki kebenaran hakiki harus diajarkan harus diajar. Bahan pemikiran ilmumasa lalu harus Menguasai ilmu dan terus dilestarikan pengetahuan masa dan diajarkan lalu yang teruji dan kepada anak didik. diajarkan kepada anak didik.
Guru berperan sebagai pemrakarsa gagasan untuk pembaruan sosial.
Guru berperan sebagai pembimbing, fasilitator, motivator, dan transformator.
masyarakatnya dan harus aktif.
Anak didik sebagai
agen pembaharuan sosial, bukan hanya penerima pengetahuan.
Kurikulum
Metode
Fokuis pembelajaran kepada penguasaan bahan pelajaran melalui olah pikiran. Metode disiplin dan latihan perlu dikembangkan agar anak mampu menguasai pengetahuan.
Hal yang dipelajari Pendekatan belajar di adalah masalahkelas menekankan masalah sosial, prinsip demokratis; keluarga, berpikir cerdas dan kritis masyarakat-isu dalam rangka kemiskinan, pemecahan masalah korupsi, sosial ketidakadilan, penderitaan, HAM. Proyek, aksi, dan refleksi ditekankan.
12
C. Pola Pengembangan Kurikulum 2013 1. Latar Belakang Lahirnya Kurikulum 2013
Dalam sejarah pendidikan Indonesia Tercatat sudah ada 9 kurikulum yang pernah diterapkan; kurikulum pertama tahun 1947, kurikulum tahun 1964, kurikulum 1976, kurikulum 1984, kurikulum 1994, Kurikulum edisi revisi 1999 dan yang terbaru Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004, yang dilanjut dengan lahirnya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, dan yang terakhir Kurikulum 2013. Masingmasing kurikulum memiliki warna dan ciri khas tersendiri. Warna dan ciri khas tiap kurikulum menunjukkan kurikulum berusaha menghadirkan sosok peserta didik yang paling sesuai dengan jamannya. Mulai tahun ajaran 2013/2014 kurikulum 2013 telah dilaksanakan secara bertahap, menggantikan kurikulum sebelumnya. Berkaitan dengan pentingnya penerapan kurikulum 2013, berbagai latar belakang yang dikemukakan oleh pemerintah Menurut .
Mendikbud Muhamad Nuh, Penerapan kurikulum 2013 penting dan genting terkait
C. Pola Pengembangan Kurikulum 2013 1. Latar Belakang Lahirnya Kurikulum 2013
Dalam sejarah pendidikan Indonesia Tercatat sudah ada 9 kurikulum yang pernah diterapkan; kurikulum pertama tahun 1947, kurikulum tahun 1964, kurikulum 1976, kurikulum 1984, kurikulum 1994, Kurikulum edisi revisi 1999 dan yang terbaru Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004, yang dilanjut dengan lahirnya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, dan yang terakhir Kurikulum 2013. Masingmasing kurikulum memiliki warna dan ciri khas tersendiri. Warna dan ciri khas tiap kurikulum menunjukkan kurikulum berusaha menghadirkan sosok peserta didik yang paling sesuai dengan jamannya. Mulai tahun ajaran 2013/2014 kurikulum 2013 telah dilaksanakan secara bertahap, menggantikan kurikulum sebelumnya. Berkaitan dengan pentingnya penerapan kurikulum 2013, berbagai latar belakang yang dikemukakan oleh pemerintah Menurut .
Mendikbud Muhamad Nuh, Penerapan kurikulum 2013 penting dan genting terkait bonus demografi pada 2010-2035 jumlah penduduk yang meledak harus bisa terserap -
pasar. Artinya pendidikan hanya menciptakan buruh-buruh pabrik – pasar tenaga kerja sistem kapitalisme Alasan lain adalah akhlak generasi muda yang semakin brutal: tidak .
jujur, tidak disiplin, kecenderungan menyelesaikan persoalan dengan kekerasan dan kasus pemaksaan kehendak sering muncul di Indonesia. Disamping isu moral, juga dikemukakan isu ekonomi, yaitu untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan ketahanan pangan (kompas.com). Alasan lain yang dikatakan Muhammad Nuh adalah hasil pembandingan antara materi TIMSS (Trends in International Mathematichs and Science Study) 2011 dan materi kurikulum 2006, untuk mata pelajaran Matematika dan IPA, menunjukkan kurang dari 70 persen materi TIMSS yang telah diajarkan sampai dengan kelas VIII SMP. Hasil studi TIMSS menunjukkan siswa Indonesia berada pada ranking amat rendah dalam kemampuan (1) memahami informasi yang komplek, (2) teori, analisis dan pemecahan masalah, (3) pemakaian alat, prosedur dan pemecahan masalah dan (4) melakukan investigasi.
13
Belum lagi rumusan kompetensi pada kurikulum yang lama belum sesuai dengan tuntutan UU dan praktik terbaik di dunia, ketidaksesuaian materi mata pelajaran dan tumpang tindih yang tidak diperlukan pada beberapa materi mata pelajaran, kecepatan pembelajaran yang tidak selaras antarmata pelajaran, dangkalnya materi, proses, dan penilaian pembelajaran, sehingga peserta didik kurang dilatih bernalar dan berfikir. Generasi muda Indonesia perlu disiapkan dalam kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Muhammad Nuh juga menegaskan bahwa Dalam memenuhi kebutuhan kompetensi Abad 21, UU Sisdiknas juga memberikan arahan yang jelas, bahwa tujuan pendidikan harus dicapai salah satunya melalui penerapan kurikulum berbasis kompetensi. Kompetensi lulusan program pendidikan harus mencakup tiga kompetensi, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan, sehingga yang dihasilkan adalah manusia seutuhnya. Dengan demikian, tujuan pendidikan nasional perlu dijabarkan menjadi himpunan kompetensi dalam tiga ranah kompetensi (sikap, pengetahuan, dan keterampilan). Di dalamnya terdapat sejumlah kompetensi yang harus dimiliki seseorang agar dapat menjadi orang beriman dan bertakwa, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggungjawab. 2. Konsep dan Struktur Kurikulum 2013
Konsep kurikulum 2013 berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianutnya. Yang perlu mendapatkan penjelasan dalam teori kurikulum adalah konsep kurikulum. Hidayat dalam artikelnya tentang konsepsi kurikulum menjelaskan ada tiga konsep tentang kurikulum 2013 yaitu : kurikulum sebagai substansi, sebagai sistem, dan sebagai bidang studi. Konsep Pertama, kurikulum sebagai suatu substansi. Kurikulum dipandang
sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajarmengajar, jadwal, dan evaluasi. Konsep ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan konsep kurikulum sebelumnya, namun dalam kurikulum 2013 ini lebih bertumpu kepada kualitas guru sebagai implementator di lapangan.
14
Konsep Kedua, adalah kurikulum 2013 sebagai suatu sistem, yaitu sistem
kurikulum. Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia,
dan
prosedur
kerja
bagaimana cara
menyusun
suatu
kurikulum,
melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Konsep Ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi yaitu bidang studi
kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum, mempelajari konsep-konsep dasar tentang kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian dan percobaan, mereka menemukan hal-hal baru yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum. Berubahnya kurikulum KTSP ke kurikulum 2013 ini merupakan salah satu upaya untuk memperbaharui setelah dilakukannya penelitian untuk pengembangan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak bangsa dan atau generasi muda. Inti dari Kurikulum 2013 ada pada upaya penyederhanaan dan sifatnya yang tematik-integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi tantangan masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Titik berat kurikulum 2013 adalah bertujuan agar peserta didik atau siswa memiliki kemampuan yang lebih baik dalam melakukan : 1. Observasi, 2. Bertanya (wawancara), 3. Bernalar, dan 4. Mengkomunikasikan (mempresentasikan) apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Adapun obyek pembelajaran dalam kurikulum 2013 adalah : fenomena alam, sosial, seni, dan budaya. Melalui pendekatan itu diharapkan siswa kita memiliki kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa depan yang lebih baik. Pelaksanaan
penyusunan
kurikulum
2013
15
adalah
bagian
dari
melanjutkan
pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu, sebagaimana amanat UU 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal 35, di mana kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Konsep kurikulum 2013 menekankan pada aspek kognitif, afektif, psikomotorik melalui penilaian berbasis test dan portofolio saling melengkapi. Kurikulum baru tersebut akan diterapkan untuk seluruh lapisan pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas maupun Kejuruan. Siswa untuk mata pelajaran kurikulum 2013 sudah tidak lagi banyak menghafal, tapi lebih banyak kurikulum berbasis sains. Orientasi pengembangan kurikulum 2013 adalah tercapainya kompetensi yang berimbang antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan, disamping cara pembelajarannya yang holistik dan menyenangkan. Struktur kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, beban belajar, dan kalender pendidikan. Mata pelajaran terdiri atas: -
Mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik di satu satuan pendidikan pada setiap satuan atau jenjang pendidikan
-
Mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik sesuai dengan pilihan mereka.
Struktur Kurikulum 2013 untuk SD/MI. Kelompok A (Wajib) : Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan; Bahasa Indonesia; Matematika; Ilmu Pengetahuan Alam; Ilmu Pengetahuan Sosial. Kelompok B (Wajib) : Seni Budaya dan Prakarya; Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Salah satu ciri kurikulum 2013, khususnya untuk SD, adalah bersifat tematik integratif. Dalam pendekatan ini mata pelajaran IPA dan IPS sebagai materi pembahasan pada semua pelajaran, yaitu dua mata pelajaran itu akan diintegrasikan kedalam semua mata pelajaran Struktur Kurikulum 2013 untuk SMP/MTs. Kelompok A (Wajib): Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan; Bahasa
16
Indonesia; Matematika; Ilmu Pengetahuan Alam; Ilmu Pengetahuan Sosial; Bahasa Inggris. Kelompok
B(Wajib): Seni Budaya; Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan; Prakarya. Struktur Kurikulum 2013 untuk SMA/MA. Kelompok A (Wajib): Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan; Bahasa Indonesia; Matematika; Ilmu Pengetahuan Alam; Ilmu Pengetahuan Sosial; Bahasa Inggris; Sejarah Indonesia. Kelompok B(Wajib): Seni Budaya; Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan; Prakarya dan Kewirausahaan. Kelompok C (Peminatan) Matematika dan Sains: Matematika, Biologi, Fisika,Kimia. Peminatan Sosial Geografi, Sejarah, Sosiologi dan Ekonomi. Sedangkan Peminatan Bahasa: Bahasa dan Sastra Indonesia, Bahasa dan Sastra Inggris Bahasa dan Sastra Asing lainnya; Antropologi. D. Analisis Filsafat Pendidikan sebagai Landasan Filosofis Kurikulum 2013
Bangsa Indonesia baru memiliki filsafat umum atau filsafat negara ialah Pancasila. Sebagai filsafat negara, Pancasila patut menjadi jiwa bangsa Indonesia, menjadi semangat dalam berkarya pada segala bidang, dan mewarnai segala segi kehidupan dari hari ke hari. Tetapi pada kenyataannya Pidarta (2007: 95) berpendapat bahwa belum ada upaya mengoperasionalkan dalam kegiatan-kegiatan masyarakat, termasuk dalam dunia pendidikan. Pendapat ini didukung oleh Simanjuntak (2013: 61) yang menyatakan filsafat pendidikan di Indonesia sekarang dapat dikatakan sudah tidak jelas karena selama ini dalam setiap jenjang studi yang ada selalu belajar filsafat dari barat sebagai referensi untuk mengkritisi pendidikan. Dunia pendidikan di Indonesia belum punya konsep atau teori-teori sendiri yang cocok dengan kondisi, kebiasaan atau budaya Indonesia tentang pengertian pendidikan dan cara-cara mencapai tujuan pendidikan. Sebagian besar konsep atau teori pendidikan diimpor dari luar negeri sehingga belum tentu valid untuk diterapkan di Indonesia. Teori-teori bisa didapat dengan cara belajar di luar negeri, atau dengan cara melakukan studi banding. Dan yang paling banyak dilakukan adalah dengan mendatangkan buku atau membeli buku dari negara lain itu. Inilah sumber-sumber konsep pendidikan di Indonesia. Dengan demikian dapat diibaratkan manusia Indonesia yang dicita-citakan seperti menempa patung dengan cetakan luar negeri (Pidarta, 2007: 95). Hasilnya tentu
17
tidak persis seperti manusia yang dicita-citakan, karena cetakan itu sendiri belum ada di Indonesia. Berangkat dari anggapan inilah, kita mencoba membangun filsafat pendidikan sendiri, yaitu filsafat Pancasila sebagai landasan pendidikan bangsa. Oleh sebab itu, perumusan tujuan pendidikan, penyusunan program pendidikan, pemilihan dan penggunaan pendekatan atau strategi pendidikan, peranan yang harus dilakukan pendidikan/ peserta didik senantiasa harus sesuai dengan falsafah hidup bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Keberadaan aliran-aliran filsafat lainnya dalam pengembangan kurikulum di Indonesia dapat digunakan sebagai acuan, akan tetapi hendaknya dipertimbangkan dan dikaji kesesuaiannya dengan nilai-nilai falsafah hidup bangsa Indonesia, karena tidak semua konsep aliran filsafat dapat diadopsi dan diterapkan dalam sistem pendidikan Indonesia. Pengembangan kurikulum membutuhkan filsafat sebagai acuan atau landasan berpikir. Sukirman dan Asra (dalam Tim Pengembang MKDP 2012: 22) menjelaskan kajian-kajian filosofis tentang kurikulum akan berupaya menjawab permasalahanpermasalahan sekitar: (1) bagaimana seharusnya tujuan pendidikan itu dirumuskan, (2) isi atau materi pendidikan yang bagaimana yang seharusnya disajikan kepada siswa, (3) metode pendidikan apa yang seharusnya digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan, dan (4) bagaimana peranan yang seharusnya dilakukan pendidik dan peserta didik. Jawaban atas permasalahan tersebut akan sangat bergantung pada landasan filsafat mana yang digunakan sebagai asumsi atau sebagai titik tolak pengembangan kurikulum. Kurikulum 2013 adalah nama baru dari berbagai nama atau istilah yang disandangkan pada kurikulum sebelum-sebelumnya, istilah baru ini tentunya merupakan upaya pemerhati ahli terhadap kurikulum untuk kemajuan dan kebutuhan dimasa mendatang.
Sebagai
alasan
mengapa
kurikulum
harus
berubah
adalah, untuk
mempersiapkan generasi sekarang agar mampu menjawab tantangan masa depan Indonesia. Untuk mengetahui filsafat mana yang digunakan sebagai asumsi atau titik tolak pengembangan kurikulum 2013, maka diberikan jawaban atas pertanyaan permasalahan seperti yang dikemukakan di atas.
18
(1) Bagaimana tujuan pendidikan dirumuskan dalam kurikulum 2013? Penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah kurikulum 2013, sebagaimana yang dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 bertujuan membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur; berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif; sehat, mandiri, dan percaya diri; dan toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan. Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa depan selalu menjadi kepedulian kurikulum, hal ini mengandung makna bahwa kurikulum adalah rancangan pendidikan untuk mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa. Dengan demikian, tugas mempersiapkan generasi muda bangsa menjadi tugas utama suatu kurikulum. Untuk mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan peserta didik, Kurikulum
2013
mengembangkan
pengalaman
belajar
yang
memberikan
kesempatan luas bagi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan di masa kini dan masa depan, dan pada waktu bersamaan tetap mengembangkan kemampuan mereka sebagai pewaris budaya bangsa dan orang yang peduli terhadap permasalahan masyarakat dan bangsa masa kini. (2) isi atau materi pendidikan yang bagaimana yang disajikan kepada siswa pada kurikulum 2013? Adapun obyek pembelajaran dalam kurikulum 2013 adalah : fenomena alam, sosial, seni, dan budaya. Melalui pendekatan itu diharapkan siswa kita memiliki kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa depan yang lebih baik. Perubahan Standar Isi dari kurikulum sebelumnya yang
19
mengembangkan kompetensi dari mata pelajaran menjadi fokus pada kompetensi yang dikembangkan menjadi mata pelajaran melalui pendekatan tematik-integratif (Standar Proses). Pendidikan
ditujukan
untuk
mengembangkan
kecerdasan
intelektual
dan
kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism). Filosofi ini mewajibkan kurikulum memiliki nama matapelajaran yang sama dengan nama disiplin ilmu, selalu bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kecemerlangan akademik. (3) metode pendidikan apa yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan pada Kurikulum 2013? Perubahan pada Standar Proses berarti perubahan strategi pembelajaran. Guru wajib merancang dan mengelola proses pembelajaran aktif yang menyenangkan. Peserta didik
difasilitasi
untuk
mengamati,
menanya,
mengolah,
menyajikan,
menyimpulkan, dan mencipta. Pembelajaran menggunakan metode scientific. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa lampau adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari peserta didik. Proses pendidikan adalah suatu proses yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional dan kecemerlangan akademik dengan memberikan makna terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca, dipelajari dari warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan psikologis serta kematangan fisik peserta didik. Selain mengembangkan kemampuan berpikir rasional dan cemerlang dalam akademik, Kurikulum 2013 memposisikan keunggulan budaya tersebut dipelajari untuk menimbulkan rasa bangga, diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi, dalam interaksi sosial di masyarakat sekitarnya, dan dalam kehidupan berbangsa masa kini.
20
(4) bagaimana peranan yang dilakukan pendidik dan peserta didik pada kurikulum 2013? Peserta didik bebas mengembangkan bakat dan kepribadiannya. Pendidik bekerjs sama dengan alam dalam proses pengembangan kemampuan ilmiah. Tugas utama pendidik menciptakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik dapat belajar secara efektif dan efisien. Pengembangan kurikulum yang mempunyai posisi yang jelas tentang pertanyaanpertanyaan di atas telah memiliki dasar yang memungkinkannya mengambil keputusan yang sehat dan konsisten. Nasution (2009: 15) mengemukakan bahwa boleh dikatakan tidak ada kurikulum yang menganut satu aliran sepenuhnya. Suatu kurikulum mungkin mempunyai gabungan dari beberapa aliran filsafat pendidikan yang mendasarinya. Berdasarkan uraian diatas, terdapat tiga sistem pemikiran filsafat yang sangat besar pengaruhnya dalam landasan filosofis kurikulum 2013 Humanisme, Idealisme dan Progresivisme.
21
yaitu
: Perenialisme,
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan : 1.
Terdapat hubungan yang sangat erat antara kurikulum pendidikan di suatu negara dengan filsafat negara yang dianutnya. Kurikulum pada hakikatnya adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Karena tujuan pendidikan sangat dipengaruhi oleh filsafat atau pandangan hidup suatu bangsa, maka kurikulum yang dikembangkan juga harus mencerminkan falsafah atau pandangan hidup yang dianut oleh bangsa tersebut.
2.
Perumusan tujuan pendidikan, penyusunan program pendidikan, pemilihan dan penggunaan pendekatan atau strategi pendidikan, peranan yang harus dilakukan pendidik/peserta didik senantiasa harus sesuai dengan falsafah hidup bangsa Indonesia, yaitu Pancasila.
3.
Terdapat tiga sistem pemikiran filsafat yang sangat besar pengaruhnya dalam landasan filosofis kurikulum 2013 yaitu : Perenialisme, Humanisme, Idealisme dan Progresivisme. Kurikulum 2013 mengembangkan pengalaman belajar yang memberikan kesempatan luas bagi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan di masa kini dan masa depan, dan pada waktu bersamaan tetap mengembangkan kemampuan mereka sebagai pewaris budaya bangsa dan orang yang peduli terhadap permasalahan masyarakat dan bangsa masa kini.
B. Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan kesimpulan yang dikemukakan sebelumnya, maka disarankan agar mencari sumber informasi yang lebih banyak, dan membahas filsafat pendidikan yang lebih banyak juga dan membandingkan dengan kurikulum yang lama.
22
DAFTAR PUSTAKA
Jayagiri, Hidayat. 2012. ”Kurikulum 2013 : Latar Belakang, Perubahan Konsep Belajar, dan Jam Belajar”. [online] http://www.hidayatjayagiri.net/2012/12/kurikulum2013-latar-belakang-perubahan.html [diakses 01 November 2013] Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2012. Dokumen Kurikulum 2013. Muhammad Nuh. 2013. “Kurikulum 2013”. Harian Kompas Kamis, 07 Maret 2013 Nasution, S. 2009. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta : Bumi Aksara Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan-Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta Rosidi, Sakban. 2013.”Kurikulum 2013, menghina Filsafat Pendidikan?”. [online]. http://filsafat.kompasiana.com/2013/06/23/kurikulum-2013-menghina-filsafat-pendidikan567702.html [diakses 01 November 2013]
Sadulloh, Uyoh. 2008. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung : Alfabeta Simanjuntak, Junihot. 2013. Filsafat Pendidikan dan Pendidikan Kristen. Jogjakarta : Andi Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Yamin, Mohammad. 2013. Panduan Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan. Jogjakarta : Diva Press
23