CRI FUEL SYSTEM
SG (male) Between (1) and (2) Between (1)(2) and ground
ELECTRICAL SYSTEM
Resistance value 1.4 k – 3.5 k Ώ Min. 1 M Ώ
Dari kedua sensor G revolution sensor dan NE revolution sensor akan menentukan silinder no.1 yang selanjutnya akan memberikan informasi ke controller silinder nomor berapa yang akan di injeksikan. Kombinasi dari G revolution sensor dan NE revolution sensor dapat disebut sebagai pengganti cam shaft lobe injector dan juga berfungsi sebagai engine speed sensor. Dari kedua grafik G dan NE sensor akan di dapat grafik sebagai berikut :
Controller akan menetukan : Silinder 1 TDC : * G sensor bertemu dengan groove/notch reset. * Ne sensor bertemu dengan ”NO Hole Area”. Silinder 6 TDC : * G sensor bertemu tidak bertemu dengan groove/notch reset. * Ne sensor bertemu dengan ”NO Hole Area”. Apabila controller membaca engine speed melebihi dari standardnya, maka controller akan memberhentikan fuel ke ruang bakar dengan cara menonaktifkan arus listrik ke injector sampai engine speed kembali normal. Error E-22 akan muncul apabila controller mengindikasikan engine speed melebihi standard (over speed ).
TC SANGATTA
60
CRI FUEL SYSTEM
ELECTRICAL SYSTEM
Apabila controller membaca engine speed melebihi dari standardnya, maka controller akan memberhentikan fuel ke ruang bakar dengan cara menonaktifkan arus listrik ke injector sampai engine speed kembali normal.
THROTTLE SENSOR SYSTEM
Throttle control system berfungsi untuk mengetahui untuk power engine berdasarkan keinginan operator. Throttle sensor yang dipakai pada engine 6D140E-3 atau 6D125E-3 terdiri dari dua tipe yaitu : a. Accelerator pedal (with Idle Validation Switch). b. Fuel control dial. Kedua tipe throttle sensor tersebut sama – sama menggunakan potensiometer sebagai sensornya. Seperti yang telah kita ketahui bahwa potensiometer memiliki 3 terminal yaitu : power (4,6 – 5,4 V), signal dan ground. Ketiga terminal tersebut terhubung dengan controller.
TC SANGATTA
61
ELECTRICAL SYSTEM
CRI FUEL SYSTEM
Pada saat accelerator pedal ditekan atau fuel control dial diputar, maka posisi potensiometer menjadi berubah. Perubahan posisi potensiometer mengakibatkan perubahan resistance atau hambatan yang juga sebanding dengan perubahan tegangan. Perubahan tegangan ini dibaca oleh controller untuk menentukan pengaturan fuel. Apabila terjadi ketidaknormalan pada potensiometer (error E-31) maka controller : a. Membaca 100% throttle signal (engine speed akan di set ke kondisi high idle) apabila error yang muncul hanya error E-31. b. Membaca 0% throttle signal (engine speed akan di set ke kondisi low idle ) apabila error yang muncul error E-31 dan diikuti dengan E-24 (Drop in engine oil pressure) dan E-36 (Abnormality in engine oil pressure switch).
Accelerator Pedal
Table 1 TS (male) Between (1) and (3) Between (2) and (1) Between (2)(3) and ground
Resistance value 4.0 k – 6.0 k Ώ 0.5 – 2.7 k Ώ Min. 1 M Ώ
Table 2 TS (male) Between (4) and (11) Between (6) and (11) Between (4)(6) and ground
TC SANGATTA
Resistance value 4.0 k – 6.0 k Ώ 0.5 – 2.7 k Ώ Min. 1 M Ώ
62
ELECTRICAL SYSTEM
CRI FUEL SYSTEM
Fuel Control Dial
Table 1 TS (male) Between (1) and (3) Between (2) and (1) Between (2)(3) and ground
Resistance value 4.0 k – 6.0 k Ώ 0.5 – 2.7 k Ώ Min. 1 M Ώ
Table 2 TS (male) Between (4) and (11) Between (6) and (11) Between (4)(6) and ground
Resistance value 4.0 k – 6.0 k Ώ 0.5 – 2.7 k Ώ Min. 1 M Ώ
Idle Validation Switch. Idle validation switch adalah switch yang terdapat pada accelerator pedal yang berfungsi untuk menentukan apakah accelerator sedang ditekan atau tidak. Input signal ke controller berupa signal digital.
TC SANGATTA
63
CRI FUEL SYSTEM
ELECTRICAL SYSTEM
Pada saat accelerator pedal tidak ditekan maka signal voltage ke controller adalah signal 2. Tegangan signal ke controller adalah 15 – 30 V (signal 2). Pada saat accelerator pedal ditekan maka signal voltage ke controller adalah signal 3. Tegangan signal ke controller adalah 0 – 1 V (signal 3).
Engine Oil Pressure Switch
Engine oil pressure sensor terletak pada oil main gallery. Engine oil pressure switch terdiri dari dua macam, yaitu : a. Engine oil low pressure switch. b. Engine oil high pressure switch.
TC SANGATTA
64
CRI FUEL SYSTEM
ELECTRICAL SYSTEM
Engine oil low pressure switch berfungsi untuk memonitor tekanan oli minimal pada lubrication system engine. Switch tersebut mempunyai tipe normally close. Pada saat engine mati atau engine oil pressure masih dibawah 0,5 kg/cm 2 switch tersebut akan close (terhubung). Pada saat kondisi tersebut tegangan listrik 24V dari controller akan mengalir melalui switch dan terhubung dengan ground/body. Switch tersebut akan “OFF” apabila rpm engine melebihi 600 rpm. Hampir serupa dengan engine oil low pressure switch, engine oil high pressure switch mempunyai tipe normally close. Pada saat engine mati, pressure switch dalam kondisi close (terhubung). Pada saat itu tegangan 24 V dari engine controller mengalir ke switch dan terhubung dengan ground/body. Switch akan open (terputus) pada saat engine speed mencapai 1300 rpm.
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan, engine oil pressure akan termonitor oleh controller antara minimal sampai dengan maksimal sesuai dengan rpm engine. Apabila terjadi ketidak normalan pada engine oil pressure dan terdeteksi oleh engine controller sehingga timbul controller E-24 (Drop in engine oil pressure) atau E36 (abnormality in engine oil pressure switch system).
TC SANGATTA
65
CRI FUEL SYSTEM
ELECTRICAL SYSTEM
PROCESS
Engine controller pada intinya berfungsi untuk mengatur fuel system pada engine, selain itu engine controller berfungsi untuk mencegah kerusakan pada engine, misalnya pada saat temperature cooling system engine naik, engine oil pressure drop dsb. Process yang dilakukan oleh CRI engine controller tergantung dari input. Engine controller input terdiri dari input dari sistem engine tersebut (temperature sensor, pressure sensor, pressure switch, position sensor dan speed sensor), selain itu input engine controller dapat berupa input dari controller lain menggunakan controller network system. CRI control system mengatur jumlah fuel yang dinjeksikan ke ruang bakar, selain itu CRI control system mengatur fuel injection timing. Disamping itu, CRI control system akan menghitung (calculation) data – data yang diperoleh dari input dan kemudian mengatur waktu (timing) dan lamanya waktu (length of time) arus listrik ke injector solenoid sehingga didapatkan pengontrolan yang optimum. 1. Pengontrolan Jumlah Fuel Pengontrolan jumlah fuel yang dinjeksikan ke ruang bakar. Fungsi tersebut sama halnya dengan fungsi mechanical governor. Controller akan mengatur jumlah fuel yang dinjeksikan berdasarkan signal dari engine speed dan accelerator angle. 2. Pengontrolan Fuel Injection Timing. Pengontrolan injection timing berfungsi untuk mengatur kapan fuel tersebut dinjeksikan ke ruang bakar. Fungsi tersebut sama halnya dengan fungsi mechanical advance timer. Pengaturan fuel injection timing bekerja berdasarkan signal dari engine speed dan fuel injection amount. 3. Pengontrolan Fuel Injection Pressure (Common Rail Fuel Pressure Control Function) Pengontrolan fuel injection pressure berfungsi untuk mengukur besarnya fuel pressure lewat common rail pressure sensor. Sensor tersebut akan menginformasikan ke engine controller, selanjutnya mengatur fuel output discharge daari fuel supply pump.
TC SANGATTA
66
CRI FUEL SYSTEM
ELECTRICAL SYSTEM
OUTPUT CRI control system mempunyai 2 buah output utama, yaitu : PCV solenoid dan injector solenoid. PCV PCV solenoid terletak pada PCV assy yang terpasang pada masing – masing high pump. PCV solenoid berfungsi untuk membuka atau menutup PCV valve.
Untuk mengetahui penjelasan mengenai PCV system dapat dilihat pada bahasan Fuel Supply Pump.
Apabila terjadi ketidaknormalan pada PCV solenoid atau pada PCV solenoid wiring harness akan menimbulkan error sebagai berikut : 1. E-74 atau E-75 Disconnection in fuel supply pump PCV1 / PCV2 system. Apabila PCV solenoid terputus, atau wiring harness dari controller ke PCV solenoid terputus akan menimbulkan error E-74 atau E-75. 2. E-70 atau E-71 Excess current in fuel supply pump PCV1 / PCV2 system. Apabila PCV solenoid short atau wiring harness dari controller ke PCV solenoid short ke ground atau short ke pin/wiring lain, maka akan menimbulkan error E-70 atau E-71.
TC SANGATTA
67
CRI FUEL SYSTEM
ELECTRICAL SYSTEM
CRI INJECTOR
CRI injector berfungsi untuk menginjeksikan fuel ke ruang bakar. CRI Injector mempunyai solenoid yang bekerja berdasarkan signal dari engine controller. CRI Injector solenoid dialiri arus listrik dari controller sebesar 110 V – 130 V. Untuk cara kerja CRI Inyector dapat dilihat pada bahasan CRI Injector.
Injector wiring harness terdiri dari 2 kabel yang terhubung langsung dengan engine controller. Selain itu kabel injector dilapisi dengan kabel co axial (shield) yang terhubung dengan ground. Fungsi dari kabel tersebut adalah untuk mencegah terjadinya interferensi dari luar.
TC SANGATTA
68
CRI FUEL SYSTEM
ELECTRICAL SYSTEM
CRI Injector No.1
IJ1 (Male) Pin No.1 and Pin No.2
Resistance Value 0.4 – 1.1 Ω
CN6 (Female) Pin No.7 and Pin No.8
Resistance Value 0.4 – 1.1 Ω
Apabila terjadi ketidaknormalan pada electrical system injector No.1 maka akan timbul error E-81 (Disconnection in No. 1 fuel injector system).
CRI Injector No.2
IJ2 (Male) Pin No.1 and Pin No.2
Resistance Value 0.4 – 1.1 Ω
CN6 (Female) Pin No.4 and Pin No.10
Resistance Value 0.4 – 1.1 Ω
Apabila terjadi ketidaknormalan pada electrical system injector No.2 maka akan timbul error E-82 (Disconnection in No. 2 fuel injector system).
TC SANGATTA
69
CRI FUEL SYSTEM
ELECTRICAL SYSTEM
CRI Injector No.3
IJ3 (Male) Pin No.1 and Pin No.2
Resistance Value 0.4 – 1.1 Ω
CN6 (Female) Pin No.3 and Pin No.9
Resistance Value 0.4 – 1.1 Ω
Apabila terjadi ketidaknormalan pada electrical system injector No.3 maka akan timbul error E-83 (Disconnection in No. 3 fuel injector system).
CRI Injector No.4
IJ4 (Male) Pin No.1 and Pin No.2
Resistance Value 0.4 – 1.1 Ω
CN7 (Female) Pin No.3 and Pin No.9
Resistance Value 0.4 – 1.1 Ω
Apabila terjadi ketidaknormalan pada electrical system injector No.4 maka akan timbul error E-84 (Disconnection in No. 4 fuel injector system).
TC SANGATTA
70
CRI FUEL SYSTEM
ELECTRICAL SYSTEM
CRI Injector No.5
IJ5 (Male) Pin No.1 and Pin No.2
Resistance Value 0.4 – 1.1 Ω
CN7 (Female) Pin No.1 and Pin No.7
Resistance Value 0.4 – 1.1 Ω
Apabila terjadi ketidaknormalan pada electrical system injector No.5 maka akan timbul error E-85 (Disconnection in No. 5 fuel injector system).
CRI Injector No.6
IJ6 (Male) Pin No.1 and Pin No.2
Resistance Value 0.4 – 1.1 Ω
CN7 (Female) Pin No.2 and Pin No.8
Resistance Value 0.4 – 1.1 Ω
Apabila terjadi ketidaknormalan pada electrical system injector No.6 maka akan timbul error E-86 (Disconnection in No. 6 fuel injector system).
TC SANGATTA
71
CRI FUEL SYSTEM
ELECTRICAL SYSTEM
Injector Wiring Harness Pada CRI fuel system terdapat 2 injector wiring harness, yaitu supply arus/tegangan listrik ke injector no.1, no.2 dan no.3 serta supply arus/tegangan listrik ke injector no. 4, no.5 dan no. 6. Saat engine running, injector wiring harness dialiri tegangan listrik sebesar 110 – 130 V.
Apabila terjadi ketidaknormalan pada injector wiring harness akan muncul error E-8A (Short circuit in No. 1, No. 2, No. 3 fuel injector system)
Apabila terjadi ketidaknormalan pada injector wiring harness akan muncul error E-8B (Short circuit in No. 3, No. 4, No. 5 fuel injector system).
TC SANGATTA
72
CRI FUEL SYSTEM
ELECTRICAL SYSTEM
Model Selection Signal
CONTROLLER NETWORK SYSTEM Engine controller selain terdiri dari input dan output, Engine controller juga mempunyai sistem network yang berfungsi sebagai komunikasi dengan controller lain atau dengan perangkat lain. Komatsu controller atau controller lain yang dipakai oleh Komatsu, pada umumnya menggunakan tipe komunikasi dengan tipe sebagai berikut : 1. 2. 3. 4.
Komatsu S-Net (RS232) SAE J1587/1708 CAN Network/SAE J1939 CAN Network with other protocol
Network dengan tipe RS232 mempunyai system yang sederhana, tetapi RS232 mempunyai kelemahan yaitu data yang di transfer terbatas hanya mencapai 256 kbps (kilo byte per second) dengan panjang kabel data ± 15 m atau kurang. Baik buruknya data yang ditransfer tergantung pada kecepatan untuk mentransfer data dan kualitas dari kabel data. Data link adalah suatu system saluran komunikasi computer yang dipakai untuk berinteraksi dengan computer lain atau perangkat lain. System data link pada umumnya menggunakan J1587 / J1708 / J1939 / CAN. Communication link digunkan untuk mentransfer data antar controller dalam satu unit. Data – data yang dapat ditransfer antara lain : - Engine/transmission/vehicle control. - Change programmable parameters - Service info ( faults, performance data, history data,dll ).
TC SANGATTA
73
CRI FUEL SYSTEM
ELECTRICAL SYSTEM
Model Selection Signal
CONTROLLER NETWORK SYSTEM Engine controller selain terdiri dari input dan output, Engine controller juga mempunyai sistem network yang berfungsi sebagai komunikasi dengan controller lain atau dengan perangkat lain. Komatsu controller atau controller lain yang dipakai oleh Komatsu, pada umumnya menggunakan tipe komunikasi dengan tipe sebagai berikut : 1. 2. 3. 4.
Komatsu S-Net (RS232) SAE J1587/1708 CAN Network/SAE J1939 CAN Network with other protocol
Network dengan tipe RS232 mempunyai system yang sederhana, tetapi RS232 mempunyai kelemahan yaitu data yang di transfer terbatas hanya mencapai 256 kbps (kilo byte per second) dengan panjang kabel data ± 15 m atau kurang. Baik buruknya data yang ditransfer tergantung pada kecepatan untuk mentransfer data dan kualitas dari kabel data. Data link adalah suatu system saluran komunikasi computer yang dipakai untuk berinteraksi dengan computer lain atau perangkat lain. System data link pada umumnya menggunakan J1587 / J1708 / J1939 / CAN. Communication link digunkan untuk mentransfer data antar controller dalam satu unit. Data – data yang dapat ditransfer antara lain : - Engine/transmission/vehicle control. - Change programmable parameters - Service info ( faults, performance data, history data,dll ).
TC SANGATTA
73