AYO SEKOLAH
Suatu malam, Adi sedang belajar matematika. Dengan serius dia menghitung soal-soal pekerjaan rumahnya. Tak terasa hari sudah mulai larut malam. Mungkin karena sulitnya soal, Adi berpikir keras, hingga akhirnya dia tertidur. Dalam tidurnya dia bermimpi dia bermimpi …. Pagi menjelang, tiba-tiba Adi bangun dan tersentak kaget. Jam weker di meja belajarnya sudah menunjukkan pukul 06.30. Terlambat, pikir Adi. Dengan terburu-buru dia pergi ke kamar mandi, tak lupa gosok gigi, dan karena sudah terlambat Adi hanya cuci muka saja. Kemudian dia berganti pakaian dengan seragam sekolahnya. Waduh, sudah jam 06.30 lewat! Dengan lebih cepat lagi, dia mengambil tas sekolahnya, menyambar sepeda pancalnya, lalu berangkat dengan cepat. Di perjalanan Adi ngebut. Salip kanan, salip kiri, meluncur dengan cepat, tapi tak lupa menyapa tetangga. Tiba-tiba ada penyeberang jalan, dia mengerem mendadak sepedanya. Namun, untung tak dapat diraih, malang menimpanya. Tabrakan tak bisa dihindari. Adi jatuh bergulung-gulung, tapi anehnya dia tidak apa-apa, luka pun dia tidak merasa, sepedanya juga baik-baik saja. Dia langsung bangun dan mengambil sepedanya. Sembari membungkuk bungkuk, dia meminta maaf dan menjelaskan mengapa terburu-buru; karena terlambat ke sekolah. Wah! Sudah jam 7, rasanya kena marah Pak Guru. Adi meneruskan perjalanannya. Dia pacu sepedanya, tapi kali ini dia tidak berani mengebut. Sampai akhirnya, akhirn ya, gerbang sekolah sudah kelihatan. Dengan wajah penuh ketakutan, dia menoleh ke kanan ke kiri. Mungkin ada teman yang terlambat juga. Sesampai di depan sekolah, Adi membuka gerbang. Terkunci. Waduh, bagaimana ini? Dia melihat-lihat ke dalam lalu menggapai atas pagar, siapa tahu kelihatan penjaga sekolah. Sepi …, tidak ada seorang pun di dalam sekolah. Tiba-tiba Tiba-tiba pundaknya ditepuk seseorang. Ternyata Joko teman sekelasnya. Ah, ternyata hari ini tanggal merah, hari libur. Lega dan malu bercampur jadi satu perasaan dalam hati Adi. Akhirnya, Adi pulang dengan tersenyum malu. Sesampainya di rumah, Adi mengambil buku dalam tasnya untuk dibaca hingga akhirnya tertidur di meja belajarnya. Tiba-tiba Tiba-tiba … “Adi, bangun! Kamu tidak berangkat sekolah? Ayo bangun, Nak!” ibunya membangunkan. Antara sadar dan tidak, Adi menunjuk kalender. “Hari ini libur, Bu”. “Lho, hei, lihat lagi kalendernya, ini bukan bukan hari libur! Ayo bangun. Kamu sudah terlambat!” Ha! Iya, hari ini bukan hari libur. Waduh, kurang lima menit lagi bel sekolah. Aduh Mak, ini kenyataan, yang tadi adalah ad alah mimpi. Wah, terlambat lagi …. “Ayo, sekolah!!” bentak ibunya.
“SORE YANG SIAL”
Saat sore menjelang saya keluar rumah untuk berjalan-jalan mencari udara segar tiba-tiba bertemu dengan satu keluarga yang harmonis mereka sedang menikmati jalan-jalan sore dengan anak mereka dan berpapasan dengan saya. Saya menyapa orang tua anak itu dengan senyuman yang tulus dari hati. Lantas saya bermain dengan anak mereka dengan lelucon-lelucon aneh, sehingga membuat anak itu tertawa dan saya menggendongnya. Setelah itu saya melanjutkan jalan-jalan saya, asik berjalan saya melihat batu kecil didepan saya dan dengan spontan menendangnya.
Batu
itu
melambung
tinggi
dan
mengenai
kaca
diseberang
jalan…
duaaaaaaaaaang….kacanya pecah. Saya lari terbirit-birit, setelah jauh dari tempat kaca itu pecah saya beristirahat dan kelelahan karena berlari.tiba-tiba saya ingin buang air kecil karena kelelahan berlari ketakutan tadi. Selesai buang air kecil saya menarik retsleting celana saya dengan tergesa-gesa, tidak sengaja sangkut dengan yang itu,,,….^_^. Saya berteriak keras dan berusaha untuk melepaskanya, berapa menit kemudian terlepas dan retsleting celana saya bisa dinaikan tapi saya berjalan agak aneh dari sebelumnya karena kesakitan, dan seya mengambil sesuatu di saku celana…..taram…..
CUCI TANGAN SEBELUM MAKAN Cucitangan sebelum makan merupakan salah satu tema yang digarap sebagai ide dasar pantomim ini. Amel dan Naraya sebagai peraga atau pemainnya memiliki karakter yang berbeda, dimana Amel sebagai anak yang mandiri, seseorang yang menghargai waktu, dan selalu melakukan hal-hal yang baik pula. Berbeda jauh dengan Naraya yang merupakan tergolong anak manja, sesuka hatinya melakukan kegiatan apapun, dan yang pasti tidak menghargai waktu. Cucitangan sebelum makan diawali dari minggu pagi yang cerah dimana Amel sendang mencuci bajunya, ditengah-tengah kegiatannya Naraya berkunjung kerumah Amel, karena begitu sibuknya Amel, sampai tidak tahu kalau Naraya sudah cukup lama mengetuk pintu rumahnya. Beberapa kali diketuknya pintu rumah Amel, barulah Amel mendengarnya dan secepat mungkin membukakan pintu. Amel mulai mencari kunci pintu di saku bajunya dan membuka pintu, setelah pintu dibuka ternyata tidak ada seorangpun yang berdiri di depannya, Amel dengan bingung mencari. Ternyata apa yang Amel cari telah jatuh terkena pintu. Naraya dengan sekuat tenaga memanggil Amel, dengan harapan akan menolongnya. Amel dengan perasaan bersalah menolong Naraya, sembari berdiri dan membersihkan bajunya Naraya mengajak Amel bermain tanah di samping rumah Amel. Amel melihat jam tangannya memastikan apakah sudah waktunya untuk bermain, ternyata jam tangannya menunjukkan pukul 09.00, yaitu waktu untuk bermain, tidak lupa Amel mengunci pintun dan dengan riang gembira mereka bermain tanah. Amel mendapat tugas mengambil tanah dan meletakkannya diatas meja, dengan cekatan Naraya mulai membuat pondasi istana tanah yang akan mereka buat. Amel dan Naraya senang sekali bermain bersama, sampai akhirnya perut Naraya berbunyi menandakan bahwa Naraya lapar. Naraya meminta permainan ini diakhiri dan bergegas makan. Amelpun melihat jam tangannya memang waktunya makan siang, Amel mulai berfikir dan memutuskan makan siang dirumahnya, dengan hati riang gembira Naraya menyetujui.
Bergegaslah Amel membuka pintu rumah dan mereka mulai menuju dapur dimana tempat makanan berada, dengan cepat Naraya langsung mengambil nasi, lauk-pauk, dan mulai memakan makanan yang ada. Amel dengan spontan menegur Naraya meminta untuk cucitangan dulu sebelum makan. Naraya menolak permintaan temannya itu sembari terus makan dengan rakus. Amelpun meninggalkan Naraya sejenak memcucitangannya dengan sesekali bermain buih yang ada di tangan, selesai mencuci tangan Amel bergegas mengambil makanan, dan mulai memakannya bersama Naraya dimeja makan rumahnya. Naraya dengan kejailannya sesekali menggoda Amel yang makan dengan tenang, namun amel dengan sabar menyikapi ulah temannya itu. Makan siangpun telah usai Amel langsung menuju dapur untuk mencuci piring dan peralatan makan yang digunakan, berbeda dengan Naraya yang menyusul dibelakang amel ternyata hanya untuk menaruh peralatan makannya untuk dicucikan oleh Amel, dan dengan tanpa bersalah langsung bermain sepeda di depan halaman rumah Amel dengan tangan penuh sisa-sisa makan. Amel dengan sabar menyikapi perbuatan temannya sembari berfikir tak apalah berbuatat baik akan mendapatkan kebaikan pula. Setelah mencuci peralatan makan Amel bergegas menuju halaman rumahnya, dengan latang Naraya mengajak Amel bersepeda bersamanya, Amel menganggukkan kepala bertanda bahwa menyetujui ajakan. Mereka dengan hati yang gembira bersepeda mengitari halaman rumah Amel yang cukup luas itu. Cukup lama kegiatan itu berlangsung sampai tiba-tiba perut Naraya sakit dan merasa kalau ingin buang air besar, bergegaslah Naraya menuju kamar mandi rumah Amel dan secepat mungkin langsung memasuki kamar mandi itu. Amel menyusul di belakang Naraya sembari khawatir dengan keadaan Naraya. Amel dengan hati yang resah mengetuk pintu kamar mandi memastikan bahwa Naraya dalam keadaan baik. Narayapun bergegas keluar dari kamar mandi berkata bahwa baik baik saja, berselang tidak lama Naraya bergegas memasuki kamar mandi lagi karena merasakan bahwa memang ingin buang air besar lagi. Kegiatan itu berulang-ulang beberapa kali, dan diselasela kegiatan itu Amel mulai berfikir penyebab sakit perut Naraya. Ternyata sakit itu diakibatkan bahwa Naraya tidak cucitangan sebelum makan, pastilah kuman, penyakit yang ada menyerang perut Naraya sehingga mengakibatkan sakit perut yang berkepanjangan. Melihat temannya kesakitan Amel bergegas mengajak Naraya kedokter terdekat untuk meminta obat agar Naraya segera sembuh dari sakitnya. Sesampainya di dokter akibat sakit perut Naraya terditeksi dan hasilnya sama dengan apa yang difikirkan Amel, yaitu Naraya tidak mencucitangan sebelum makan. Naraya dengan mimik muka malu bercampur sedih, kecewa bahwa tadi tidak mendengarkan perkataan temannya. Dengan kejadian tersebut Naraya berjanji bahwa akan selalu mencuci tangan sebelum makan. Cerita ini diharap dapat dijadikan pedoman bahwa cucitangan sebelum makan termasuk upaya menjadikan hidup sehat, dan mencegah terjadinya sakit, dengan hal sekecil ini memiliki dampak yang cukup besar. Diharap dengan pantomim yang mengusung tema cucitangan sebelum makan dapat memberi contoh yang baik bagi semua kalangan. Peraga/ pemain:
1. Naraya 2. Amel
Antara Aku, Nyamuk dan Kekasihku Ide Cerita : @ MIME Penulis Naskah: Andy Sri Wahyudi Tokoh : Pemuda Borju / si Borju Status : Seorang pengusaha, Bangsawan Karakter : Sombong, sok ganteng, menang sendiri Kostum : Mengenakan kemeja, celana panjang, bersepatu dan berdasi. Pemuda Desa Status : Ketua Pemuda Karakter : Jujur dan pemberani Kostum : Mengenakan baju batik, celana kain sopan, bersepatu sandal dan berkaus kaki Gadis Manis Status : Gadis remaja yang centil dan cantik Karakter : Perayu, manja dan suka mengadu domba Kostum : Mengenakan rok selutut, t-shirt cerah dan rambut berkepang dua Tokoh imajiner: Nyamuk Taman Setting
: Sebuah Taman di tengah kota
Properti
: Bangku Panjang
Pementasan Music pembuka Music berganti
: Mozart Eanecleane : Serenada
1. Si Pemuda Borju datang dengan langkah tegap dan mimik wajah yang congkak, selalu menyepelekan orang yang dilihatnya. Suara burung-burung berkicauan. Si Pemuda borju sedikit merespon suara burung dengan mendongak lalu tersenyum tipis, ia berhenti sejenak, memasukan tangan kanan di saku celana, dan melihat jam tangan. Gayanya bak peragawan, berjalan mondar-mandir gelisah menunggu seseorang, sesekali masih melihat jam tangan. Dilihatnya sekuntum bunga lalu dipetiknya, diciumnya, dan dipasang di saku kemejanya. Ia tersenyum lalu mengambil sisir dari saku celana belakang, menyisir rambutnya dengan penuh percaya diri. Setelahnya dikembalikan sisir di saku celana. Lalu meludah dikedua telapak tangan untuk sedikit merapikan rambut dan membasahi alis. Mimik wajah semakin tampak congkak. Ia berjalan ke arah bangku taman, duduk menunggu sendirian, sambil membaca koran yang kebetulan tergeletak di bangku taman. Music Pengiring bernuansa tradisional 2. Pemuda Desa datang, berjalan penuh percaya diri dan tak banyak tingkah. Ia tersenyum setiap kali bertemu dengan orang-orang. Menengok ke kanan dan ke kiri seperti menantikan seseorang. 3. Sesekali si pemuda Borju melihat Pemuda Desa sambil nyengir dan menyepelekan. 4. Pemuda Desa akhirnya duduk di bangku taman berdampingan dengan si Pemuda Borju. Mereka berdua harap-arap cemas. 5. Suara nyamuk terdengar, mendatangi dua lelaki yang tengah menunggu. Keduanya mulai terganggu, sesekali mengibaskan tangan untuk mengusir nyamuk. Namun semakin lama makin mengganggu, kedua lelaki mulai resah. Si Borju sebel, lantaran nyamuk itu terus menggangu. Ia menggulung Koran menjadi pentungan untuk mengusir nyamuk. Demikian juga dengan si Pemuda Desa, ia sebel dengan denging suara nyamuk, berkali ditepuki nyamuk itu tapi nggak pernah kena. Hingga Nyamuk itu menempel di jidat si Borju lalu di tepuknya jidat si Borju oleh Pemuda Desa. Si Borju tidak terima lalu mebalas memukulnya, hingga terjadi pukul-pukulan. 6. Pertikaian mereka terhenti ketika seorang gadis manis muncul tiba-tiba, kedua pemuda itu melongo seperti patung melihat kehadiran sang Gadis.
Kemunculan Gadis diiringi suara musik ceria dan suara siulan 7. Sang gadis berlari kecil, menari riang dan centil, kedua pemuda tersadar lalu berdandan merapikan diri masing-masing. Sang gadis berjalan dengan anggun mendekati dua pemuda yang tampak malu-malu. Lalu mengajak dua pemuda itu duduk di bangku taman , duduk diapit dua pemuda. 8. Sang gadis tampak senang, dua pemuda terlihat malu duduk bersanding dengan seorang gadis manis. Diam-diam pemuda Desa dan Pemuda Borju itu menggerakkan kakinya agar menyentuh kaki si Gadis, tapi dihindarinya kedua kaki pemuda itu. Maka kedua kaki pemuda itu yang bersentuhan, mereka berdua sangat gembira. Ditariknya lagi kaki mereka dengan cepat lantaran malu. (Jeda) Kali ini gantian tangan mereka yang bermainmain hendak menyentuh tangan sang Gadis, namun lagi-lagi sang gadis menghindarinya, dan tangan tangan mereka bersentuhan, saling beremasan. (Jeda) keduanya menengok dan tersadarkan, lalu sama-sama terkejut. Kedua pemuda itu melompat dari bangku, sementara tangan mereka masih berpegangan seperti orang beradu panco. Suara seekor nyamuk kembali terdengar 9. Nyamuk itu mengganggu kedua pemuda dan gadis manis dengan bersuara semaakin keras dan sesekali menggigit pipi leher. Kedua pe muda itu marah, lantas dikejarnya si nyamuk itu hinggga sang gadis terjatuh. Dua pemuda itu kaget dan berebut ingin menolong sang gadis, hingga terjadi perkelahian lantaran keduanya ingin menjadi pahlawan. Si gadis berdiri sendiri, tak disangka ia berdiri di tengah perkelahian dua Pemuda itu. Keduanya saling memukul tak peduli si gadis berada ditengah perseteruan itu. Keduannya terpental karena sama sama kena pukulan. Adegan Perkelahian digarap dengan gerak lamban /slomotion diiringi musik mission imposible/ musik pengiring yang mendukung aksi perkelahian. 10. Sang Gadis bengong melihat kedua pemuda itu jatuh tersungkur. Beberapa saat kemudian kedua pemuda bangun dengan sempoyongan, kembali mereka bersiap mengumpulkan tenaga untuk bertarung lagi. Kali ini pertarungan bergaya cowboy, mereka beradu tembak: a. Pemuda Borju lebih dulu menembak dengan dua pistolnya, namun pemuda Desa berhasil mengindari setiap peluru dan menangkisnya dengan tangan berkali-kali, beberapa peluru ada yang hanya disentil. b. Sang gadis berteriak-triak melihat kejadian itu, sesekali menutup matanya dengan tangan. Hingga suara tembakan selesai ia masih menutup tangan. Pelan-pelan ia mengintip di sesela jari. Ia merasa senang ketika sang pemuda Desa selamat. c. Pemuda Desa giliran menembaki dengan pistol andalannya, si Borju tak bisa menghindar semua peluru berserang ditubuhnya. Tapi satu persatu peluru dicabutinya dengan tenang, dan keduanya saling maju menembak hingga jarak paling dekat. Tiba - tiba musik berubah musik ala Cina atau Spanyol 11. Dua pemuda berpandangan tajam, berputar saling menantang. Mereka bersiap tarung kembali, kini keduanya menghunus pedang. Sang Gadis terkejut dan menutup mata. Mereka berduel dengan sengit hingga saling tertusuk pedang. Mereka saling pamer kekuatan karena pedang yang menembus tubuh tak membuat mereka mati. Akhirnya keduanya terpental tak sadarkan diri ketika saling memukul dada. Pertarungan terjadi dalam berbagai gaya dan gerak yang terkoreografi. 12. Perlahan sang gadis membuka mata, wajahn ya terlihat sedih sekali melihat kedua pemuda itu jatuh tak berdaya di atas tanah. Gadis itu meangis dan berjalan mendekati kedua pemuda, diangkatnya tangan kedua pemuda itu lalu dilepaskannya lagi. Tangan si Borju sempat memantul naik turun ketika dilepaskan lalu terjatuh lemas. Keduanya mati. Sang Gadis bersedih, ia menangis tersedu. Terdengar suara dengingan nyamuk yang semakin mendekat. Nyamuk itu terbang memutari sang gadis yang tengah bersedih.
13. Si Nyamuk menarik tangan sang Gadis, namun sesekali lepas karena sang Gadis menolaknya. Si Nyamuk terus berjuang, hingga tarikan ke tiga, sang Gadis menuruti ajakan si Nyamuk meski malu-malu. mereka berjalan berkeliling taman, Sang Gadis mulai tresenyum sambil berlarian kecil. Si Nyamuk mengajak sang Gadis menari-nari hingga di atas bangku taman. Adegan ini lebih diperjelas gerakan tari riang dipandu oleh nyamuk yang selalu memegang tangan sang Gadis. Tarian semakin mesra b erubah gerakan dansa (diiringi lagu Sway cipt:….) 14. Si Nyamuk mulai nakal, kini ia tak hanya memegang tangan akan tetapi mulai merambat ke rambut, wajah, leher, lengan, dada, perut, pinggang, paha lalu…., dan sang gadis semakin menikmatinya. Si Nyamuk bergerilya ke seluruh tubuh sang Gadis. Suara Nyamuk mulai mengganas, sesekali terdengar suara desahan. Mereka bercumbu dengan penuh gairah hingga sang Gadis terkulai lemas, lalu pingsan. Nyamuk pergi meninggalkan sang Gadis. Nging…. Nging…. **** 15. Kedua Pria terbangun, mereka terkejut melihat gadis yang pingsan. Mereka kebingungan dan semakin terkejut saat melihat sang Gadis hamil, mereka saling tuduh. Kemudian keduanya berusaha tenang dan mencoba memeriksa perut sang gadis dengat alat stetoskop. Terdengar suara Nyamuk dari dalam perut sang Gadis. Dua pemuda itu bingung dan saling mengelak, mereka pergi meninggalkan sang Gadis. 16. Sang Gadis terbangun, ia terkejut melihat dirinya telah hamil dalam waktu yang singkat. Ia bingung, tapi tiba-tiba perutnya sakit sekali seperti hendak melahirkan. Ternyata benar. Suara Nyamuk semakin terdengar keras. Sang Gadis siap-siap dengan posisi melahirkan, ia berusaha sekuat tenaganya.Maka lahirlah si jabang Bayi Nyamuk*. Suara Nyamuk terdengar seperti Bayi. Si Bayi Nyamuk langsung terbang, sang Gadis kaget lalu menariknya dengan benang dari ariarinya. Seperti bermain layang-layang dengan lihai. Pelan-pelan ditariknya dan digendong dalam pelukan sang gadis. Disayang dan dibelainya bayi nyamuk nan mungil itu. Sang gadis tiba-tiba menangis menyesali perbuatannya dengan si Nyamuk. ia mulai bingung, ia putuskan membuang si Bayi nyamuk dalam kardus. Lalu pergi… 17. Dua Lelaki datang lagi menemukan si bayi. Si Pemuda Desa penasaran mendengar suara tangis Banyi Nyamuk. ia dekati kardus sumber sua ra tangis itu, lalu dibuka dan mengambil si Bayi. Pemuda Desa memberikan bayi kepada si Borju, di timangnya si bayi. Tapi ia tak mau lama menimangnya, lalu diberikan lagi pada Pemuda Desa tapi tak mau menerima. Mereka saling menuduh. Si Borju dengan nekad melemparkan si bayi pada Pemuda Desa, tangkapnya dan terjadi saling lempar bayi. Adegan ini digarap dengan lebih dinamis, masuk adegan yang janggal dan hiperbolis. Kadang si bayi luput dari tangkapan lalu menancap dalam tanah, temangsang di pohon saking kuat melemparnya, hingga bisa berubah kock bulu tangkis. 18. Sang Bayi akhirnya terbang berputar-putar hingga sang Gadis datang, ia bersiul lalu diikuti suara nyamuk kecil lalu digendongnya si bayi. Terdengar suara nyamuk besar mendekati sang Gadis dan menggandengnya. 19. Dua pemuda terdiam menatap Gadis yang berjalan mesra dengan Nyamuk…
Naskah Pantomim Bengkel Mime Theatre Kupersembahkan Buat: mbah Harjo Karyono(Alm), Kakekku (alm), Pakde Misrhal Hadi (alm) yang menginspirasi Naskah ini juga para pejuang disemua bangsa.
Sang Veteran Buah Karya: Andy Sri Wahyudi
Ah, mengapa harus ada perang dan kenangan? Kini aku hanya duduk terpaku memandangi cerita masa lalu yang selalu datang menghantu. Aku masih ingin bicara tentang perjuangan, cinta dan cita-cita tapi masa jaya telah berlalu dan pekik merdeka telah berubah tawa. Sungguh, Sulit kulupakan desing peluru dan ledakan granat, juga Rohayati, gadis manis yang abadi dalam pelukan mudaku. Tak ada yang tahu masih ada bara api dalam tubuh rapuh ini. Lalu untuk apa dan siapa bara api dan perjuanganku…? No
Setting dan
Musik
Lampu
Tokoh
Kostum
Adegan
Properti LAMUNAN SEHARI-HARI
1
Panggung
Suara Kereta
Warna biru
Kosong
Api
redup
Sang Veteran
Berseragam
Suara batuk-batuk Tokoh: Sang
coklat dengan
Veteran.
atribut merah putih di lenggannya, Garuda di dada kiri, dan nama: Suryadi, di dada kanan. Mengenakan berpeci ala Veteran Indonesia. Tanpa sepatu. 2
Panggung
Hening
kosong
General
Sang Veteran
Sang Veteran berjalan pelan
menerangi
Kostum Sang
sambil sesekali terbatuk. Ia
Tokoh
Veteran selalu
berhenti memandang jauh ke arah
sama hingga
diagonal. Diam. Tiba-tiba
akhir cerita
terdengar suara tawa yang mengejek dari luar panggung.
3
Panggung kosong
Hening
General
Sang Veteran
Badut: Topi
Seorang Badut datang dengan tawa
panjang ke atas
ejekannya sambil membawa kursi
berwarna merah,
kayu yang diangkat ke atas. Badut
panggung
ber-Kace warna
berjalan sambil berputar-putar lalu
lebih luas
kuning. Baju
berhenti meletakkan kursi. Badut
dalam biru muda
berlari kecil memutari kursi sambil
tanpa lengan,
bersenandung riang: lalalalala…
menerangi bagian tengah
Badut
bercelana panjang warna
Badut berhenti dihadapan Sang
kuning dan ungu
Veteran yang masih diam, ia
berbentuk tidak
mengejeknya dengan menirukan
lazim: Lobang
suara batuk. Dan tertawa lagi
bagian atas
sambil menuding dan berlari kecil
membesar
memutar Sang Veteran, ia berhenti
melingkari
sebentar dan semakin keras
pinggang
menertawai lalu berlari pergi.
disambung dengan gasper dicantelkan ke bahu. Bersepatu besar warna kuning. Kostum Badut tidak berubah hingga akhir cerita. 4
Sebuah
Hening
Fokus
Sang Veteran
Sang Veteran berjalan pelan ke
Kursi
menerangi
arah kursi kayu lalu duduk dan
Kayu
Sang Veteran
suara batuknya masih keluar
selalu ada
di tengah
sesekali.
di
Panggung
panggung,
Dari saku bajunya diambil sebotol
letaknya
obat-obatan, dikeluarkan beberapa
tidak
butir ke telapak tangan kirinya lalu
berubah
ditelan. Ia mengambil secangkir air
hingga
di samping bawah kursi,
akhir
meminumnya dengan hati-hati. Ia
cerita.
kembali terbatuk pelan. Diam sebentar memandang jendela rumah yang masih tertutup. Perlahan ia beranjak dari kursi kayu, berjalan mendekati jendela lalu dibukanya jendela itu.
5
Hening
Lampu warna
Sang Veteran
Sang Veteran menatap ke luar
biru
jendela. Perlahan ia tersenyum,
menerangi
seperti melihat kebahagiaan masa
Panggung.
lalu. Lalu perlahan ia menghormat.
6
Terdengar
Sang Veteran
Kemudian Ia berjalan di seputar
Lagu
Lampu general
kursi sambil mengikuti irama lagu
Indonesia
menerangi
dengan menggerakkan tangannya
Raya versi
Sang Veteran
seperti dirigen. Hingga ia terbawa
lama cipt:
emosi, mengepalkan tangan dan
WR
mengacung-acungkan. Tubuhnya
Supratman
yang sudah tua mulai kelelahan. Ia berhenti sejenak. Dan kembali menghormat.
7
Lagu
Lampu warna
Kereta
Indonesia
merah
dari kursi
Raya versi
menerangi
kayu yang
lama cipt:
panggung
dirangkai
WR
bagian
dan
Supratman
belakang.
beroda.
Ir. Soekarno
Ir. Soekarno:
Sebuah kereta dari kursi kayu
Berpeci Hitam,
ditarik oleh Badut melintas di
Drs. Mohamad
Kemeja dan
belakang sang Veteran. Kereta itu
Hatta
Celana panjang
membawa dua pemimpin bangsa
warna putih.
Indonesia: Soekarno - Hatta yang
Bersepatu
tengah menghormat kepada
pantofel hitam
rakyatnya.
Badut
Dan berhias
Drs Mohamad
bendera
Hatta: Berpeci
merah
Hitam,
putih.
berkacamata frame bundar. Kemeja dan Celana panjang warna putih. Bersepatu pantofel hitam.
8
Lagu
Lampu general
Sang Veteran
Setelah kereta melintas membawa
Indonesia
meredup
dua pemimpin, batuk batuk sang
Raya semakin
menyinari
Veteran semakin menjadi. Lalu
lirih terdengar
sang Veteran
berjalan mengambil secangkir air
hingga
minum di samping bawah kursi.
berhenti.
Lega…
Hening PERAYAAN KEMERDEKAAN
9
Suara Drum
Lampu general
Sang
Tiba-tiba terdengar suara
band
meredup
Veteran
drumband perayaan
menyinari
kemerdekaan dari kejauhan
sang Veteran
seperti suara drumband hantu. Sang Veteran menengadahkan wajah dan matanya mencari arah datangnya suara drumband tersebut. Dia sedikit berlari menengok ke arah jendela, berlari lagi ke arah samping kanan, ia semakin khusyuk mendengar suara itu. Ia tersenyum, berjalan terbungkuk sambil menggerakkan kedua tangannya menabuh genderang. Lalu berhenti mematung, pose tangannya menabuh genderang.
10
Hening
Lampu general
Badut
mulai terang.
Si badut muncul dengan tawanya, ia menabuh
Menyinari
Sang
genderang dengan riang
panggung.
Veteran
sambil berbaris menyamping mendekati sang Veteran yang masih terdiam. Ia berhenti dan melihat sang Veteran, memandangi dengan heran dan tertawa kecil. Kemudian si Badut menaruh stick drum di kedua tangan sang Veteran dan mengalungkan drum ke leher sang Veteran. Si Badut menyuruh memukul dengan peragaan tangannya sambil tertawa-tawa menuding sang Veteran. Badut bergegas pergi.
11
Lampu general
Suara Drum
Sang Veteran membalikan
semakin
Veteran/
badan dan tubuhnya berubah
terang.
Tentara
tegap. Ia menabuh drum
Muda
dengan gagah seperti masa mudanya ketika pekik merdeka menggema dimanamana
12
Paduan Drum
Lampu
Dua orang
Dua Tentara:
Dua tentara masuk panggung
dan terompet
General
Tentara
Celana pendek
meniup terompet seirama
coklat komprang,
dengan bunyi drum sang
peci coklat, kemeja
Veteran. Mereka berbaris
coklat dan sepatu
dengan penuh semangat.
semakin terang
hitam. (adegan ini di koreografi agar tertata) 13
Setangkai
Suara Paduan
Lampu
Rakyat:
Petani: kaos putih,
Muncul Petani mengibar-
Bendera merah
Drum dan
General
petani,
bercelana hitam
kibarkan bendera merah putih
putih
terompet
semakin terang
Pemuda
komprang, berpeci
kecil. Di susul Pedagang,
Pelajar,
sekenanya,
pemuda pelajar, gadis remaja
Pedagang,
berselempang
dan Badut.Tokoh tokoh itu
gadis remaja
sarung tanpa alas
muncul dari berbagai penjuru
kaki.
arah lalu berkumpul menjadi satu.
Pedagang:
Mereka berteriak:
mengenakan kain
Merdeka..merdeka..merdeka…
kebaya, berjarik.
dengan gembira.
Pemuda pelajar:
Dua tentara pergi di susul satu
berbelangkon, jas
persatu tokoh pergi.
dasi kupu-kupu, bersepatu dan
(Adegan perayaan ini harus
celana panjang
dikoreografi agar tertata
rapih.
dengan bagus dan mendukung suasana)
Gadis remaja: Rok kembang-kembang, kemeja bersepatu hak pendek dan berkuncir dua ekor kuda. 14
Hening
Lampu
Badut
meredup
Suasana kembali sepi, sang
berubah warna
Veteran diam, berhenti
biru
Sang
memukul dan berubah menjadi
Veteran
tua.
Si Badut kembali menertawai lalu mendekati sang Veteran dan melepas atribut drumband satu persatu. Si Badut pergi sambil tertwa-tawa. Sang Veteran sendirian. Perang dan Kenangan
15
Hening
Lampu berubah
Sang
Sang Veteran memandang ke
warna Biru
Veteran
satu arah dekat jendela. Ia berjalan mendekati sebuah foto yang menempel di dinding. Di ambilnya foto itu dan kembali dipandangi sambil dibersihkan dari debu. Ia tersenyum, masih juga memandangi foto itu sambil berjalan lalu duduk di kursi. Perlahan ia mencium bingkai foto dan mendekapnya.
Dipeluknya sebingkai foto itu dengan mata terpejam dalam. 16
Suara Bom dan
Lampu warna
Sang
Dari kejauhan terdengar suara
tembakan
biru menerangi
Veteran
Bom jatuh dari langit… ciuuuu…..ngg….Duaarrr…!!!
panggung.
dua – tiga kali bom itu berjatuhan dan membuat sang Veteran kadang terkaget dalam diam dan keterpejamannya. Lalu disusul suara rentetan tembakan, suara helicopter, suara letusan pistol. 17
Musik
Lampu warna
Dua orang
Kostum masih
Dua orang tentara muncul dari
pengiring
merah
Tentara
sama
samping, mereka mengendap-
perang
menerangi
endap seperti hendak menyerang
bagian
musuh (gerilya). Sesekali
belakang
berhenti mengintai lalu
panggung.
meneruskan langkah. Tentara
(menerangi
satu terus berjalan meninggalkan
kemunculan dua
tentara 2. Tentara dua berhenti
Tentara)
lalu berjalan mundur sambil sesekali menembak.
18
Musik
Lampu warna
Sang
Sang Veteran perlahan berubah
pengiring
merah
Veteran
muda lagi lalu mengendap –
perang
menerangi
endap sambil membawa senjata,
seluruh
bersama dengan tentara dua.
panggung. 19
Suara bom dan
Sang
Sang Veteran dan Tentara dua
rentetan
Veteran
berlari lintang pukang, jatuh
tembakan
bangun. Hingga mereka berdua Tentara dua
semakin
menyerah, angkat tangan.
menjadi 20
(Adegan ini perlu dikoreografi)
Suara rentetan
Lampu general
Sang
Tentara satu:
Muncul tentara 1 berlari dikejar-
tembakan
menerangi
Veteran
Tanpa sepatu,
kejar Badut. Kepala tentara satu
seragam tidak
dipukul dengan palu oleh Badut,
rapi, topi terpakai
sementara Tentara satu
sekenanya.
membalas menyerang dengan
panggung. tempat badut
Tentara dua
dan tentara 1 berkejaran.
Badut
tembakan air. Mereka berdua berkejaran, saling memukul dan
Tentara satu
menembak dengan riang gembira. Sang Veteran dan Tentara satu berhasil berlari dan tiarap mengendap-endap. (Adegan ini perlu dikoreografi)
21
Suara rentetan
Lampu merah
Sang
Tubuh sang Veteran dan tentara
tembakan dan
menerangi sang
Veteran
2 bergetaran dan Jatuh
Suara teriakan-
veteran dan
teriakan ala
Tentara 2 di
anak-anak
tempat berbeda.
bermain
tersungkur setiapkali terdengar Tentara dua
suara rentetan tembakan.
Badut
Tentara 2 berlari m enyelamatkan diri.
tembakan dari Tentara satu
mulut Badut
(Adegan ini perlu dikoreografi)
dan Tentara 1. 22
Suara teriakan-
Lampu general
Sang
Si Badut menangis lantaran
teriakan ala
menerangi ruag
anak-anak
badut dan
bermain
tentara 1.
Veteran
ditembaki oleh Tentara 1. Hingga tak sempat membalas.
Badut
tembakan dari Tentara satu
Badut dan Tentara 1. 23
Suara rentetan
Lampu merah
Sang
Sang Veteran sesekali masih
tembakan
menerangi sang
Veteran
jatuh bangun ketika terdengar
Veteran
rentetan tembakan. Badut Tentara satu
24
Suara Bazoka
Lampu berubah
Sang
Tentara 1 memperbaiki pistolnya
warna biru tua.
Veteran
lalu berbalik ingin menembak si Badut, tapi sudah dihadang
Badut
dengan Bazoka dari palu oleh sang badut. BoooM…!
Tentara satu Tentara 1 jatuh terkapar bersamaan dengan dengan sang Veteran yang juga jatuh terkapar. 25
Lagu Padamu
Lampu warna
Sang
Si Badut menyeret Tentara 2
Negri (dari
biru tua
Veteran
keluar panggung. sang Veteran
instrument
menerangi
biola)
panggung.
mencoba bangkit tapi jatuh lagi. Badut Tentara satu
26
Hening
Perawat
Perawat:
Sang Veteran bangkit dengan
Seragam putih
seluruh tenaga. Dan ketika akan
Sang
perawat lengkap.
terjatuh datanglah seorang
Veteran
Bersepatu keds
perawat yang manis.ia berlari
putih atau coklat.
mendekap tubuh sang Veteran. Akhirnya ia terjatuh dalam
(Kostum perawat
dekapan Perawat manis.
tidak berubah
Diusapnya keringat di kening
hingga akhir
sang Veteran.
cerita)
27
Suara
Sang
Si Perawat membangkitkan sang
tembakan.
Veteran
Veteran dan membawanya berlari.
Perawat Mereka berdua berlari diantara terjangan peluru. Dan… 28
Suara Bom
Sang
Mereka berdua terjatuh.
Veteran Perawat 29
Suara tembakan
Sang
Kemudian si Perawat bangkit
Veteran
dan menolong sang Veteran muda.
Perawat 30
Hening
Sang
Didudukannya sang Veteran di
Veteran
sebuah kursi. dirawatnya sang Veteran. Lengannya di bebat
Perawat
kain oleh Perawat. Mata sang Veteran selalu memandangi wajah si Perawat sambil
menahan rasa sakit. Si Perawat hendak bergegas pergi setelah membebat lengan, tapi sang Veteran segera meraih tangan si Perawat seperti melarangnya untuk pergi. Lalu beranjak mendekati si Perawat yang tampak tersipu malu. Sang Veteran semakin nakal, ia hendak menjawil janggut si Perawat, namun si Perawat sedikit menghindar. Si Perawat berjalan menjauh, sang Veteran mengejarnya hingga mereka berkejaran. 31
Suara – suara
Sang
Sang Veteran segera meraih
tembakan
Veteran
tangan si Perawat untuk membawanya lari menghidari
Perawat
dari tembakan musuh dan ledakan granat. Mereka bersembunyi.
32
Hening
Sang
Keadaan telah aman tak ada
Veteran
suara tembakan. Mereka muncul dari persembunyian dengan
Perawat
senyum yang merekah. Sang Veteran Muda kembali ingin menjawil janggut si perawat, tapi si perawat lari menghindar, sang Veteran mengejar dan meraih tangannya untuk mengajak ke sebuah taman kecil. Mereka berhadapan, mereka berpandangan. Mereka Jatuh Cinta! Sang Veteran muda memetik sekuntum bunga lalu berjalan mendekat hendak menyelipkan bunga di antara rambut dan telinga perawat tapii….
33
Satu Tembakan
Lampu berubah
Sang
Satu tembakan mengenai
menggema
biru muda.
Veteran
punggung Perawat seketika itu juga si Perawat jatuh lungsai
Perawat
dalam dekapan sang Veteran muda.
34
Lagu Putih-
Lampu biru
Sang
Sang Veteran mendekap erat
putih Melati
muda
Veteran
tubuh Perawat dengan mata
menerangi mereka berdua
berkaca-kaca. Perlahan si Perawat
Perawat lepas dari dekapannya, pergi sambil melambaikan tangan.
35
Hening
Lampu perlahan
Sang
Sang Veteran kembali menua. Ia
berubah terang.
Veteran
berjalan ke kursi kayu, duduk sambil mendekap sebingkai foto.
Kembali ia memandangi foto itu Badut
sambil mengusap airmatanya. Si badut datang dengan tawa ejekannya. Ia membawa jam weker lalu membunyikan di dekat telinga sang Veteran yang tengah melamun panjang. Sang Veteran tersadar, perlahan ia beranjak dari tempat duduk mengembalikan foto ke dinding lalu duduk kembali sambil terbatuk-batuk. Ia mengambil segelas air untuk melegakan tenggorokannya.
36
Hening
Lampu
Sang
menerangi sang
Veteran
Sang Veteran terdiam.
Veteran. Mas Kini dan Keresahan dan Para Penguasa Gila
37
Kursi Kayu
Musik
Lampu
Orang-
Pejabat berdasi:
Orang-orang berdasi muncul, mereka
bernuansa
berubah-ubah:
orang
telanjang dada,
tampak sibuk sekali. Berjalan hilir
Industri
Hijau, biru,
berdasi
Berdasi,
mudik. Sesekali berhenti dan tertawa
merah, kuning.
atau
berhidung merah
sombong. Mereka berlari-lari saling
Pejabat
bulat
mendahului berebut menjadi yang
berdasi.
diujungnya,
pertama. Mereka terus berjalan sambil
berkacamata
menghitung uang dan sesekali tertawa
Sang
hitam, bersepatu
sombong.
Veteran
hitam dan membawa tas
(Adegan ini perlu koreografi gerak)
warna silver mengkilap. 38
Kereta kayu
Suara deru
Lampu mulai
Orang-
Si Badut muncul menggeret kereta
datang
kereta api
focus
orang
berputar sambil tertawa-tawa dan
mengusung
dan peluit
berwarna
berdasi
menuding-nuding sesuatu. Ia berhenti
benda-benda
panjang
sebagian biru
atau
setelah berputar satu kali. Berhenti di
dan merah.
Pejabat
pojok kiri depan, kereta melintang. Ia
berdasi
masih tertawa-tawa.
atau makanan ber merek terkenal dan elektronik
Sang
produk luar
Veteran
negri. Badut 39
Kereta kayu
Suara deru
Lampu warna
Orang-
Sang Veteran berjalan sambil
datang
kereta api
biru menyinari
orang
terbatuk-batuk. Ia membuka pintu.
mengusung
dan peluit
panggung
berdasi
Matanya tampak bingung dan
benda-benda
panjang
atau
wajahnya ketakutan.
atau makanan
Pejabat
ber merek
berdasi
terkenal dan elektronik
Sang
produk luar
Veteran
negri. Badut 40
Kereta kayu
Suara deru
Lampu warna
Orang-
Perawat datang membawa setangkai
datang
kereta api
biru menyinari
orang
bunga, ia memandangi sang Veteran
mengusung
dan peluit
panggung
berdasi
dari kejauhan, ia hendak memberikan
benda-benda
panjang
atau
setangkai bunga itu dari kejauhan.
Pejabat
Setangkai bunga itu terjatuh.
atau makanan
ber merek
berdasi Badut masih tertawa-tawa.
terkenal dan elektronik
Sang
produk luar
Veteran
negri. Badut Perawat.