2
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia terletak di kawasan tropis dengan luas perairan mencapai 70 % yang terdiri dari perairan laut dan tawar. Perairan laut Indonesia dikenal sebagai kawasan yang memiliki beberapa ekosistem khas, di antaranya adalah terumbu karang. Ekosistem ini memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi dengan keindahan panorama yang mempesona. Berbagai habitat yang ada di dalamnya merupakan tempat yang cocok untuk kehidupan berbagai jenis invertebrata laut. Teripang (holothurians) adalah kelompok hewan invertebrata laut dari kelas Holothuroidea (filum Echinodermata), dibedakan dalam enam bangsa (ordo) yaitu Dendrochirotida, Aspidochirotida, Dactylochirotida, Apodida, Molpadida, dan Elasipoda (Darsono, 2003).
Komoditi perikanan ini mempunyai prospek cukup baik dan bernilai ekonomis tinggi, baik di pasar lokal maupun internasional. Jenis biota ini dikenal pula dengan nama ketimun laut, suala, sea cucumber (Inggris), beche de-mer (Perancis), atau dalam istilah pasaran internasional dikenal dengan nama teat fish. Komoditi ini mempunyai nilai ekonomis penting karena kandungan atau kadar nutrisinya yang tinggi (Martoyo dkk, 1994).
Sebagai produk perikanan, teripang tidak hanya dikonsumsi di Indonesia. Beberapa negara seperti Eropa, Jepang, Hongkong, dan Amerika Serikat (AS) juga menyukainya. Saat ini perdagangan dunia mengalami kemajuan yang cukup pesat. Prospek ekspor binatang lunak ini terutama ke kawasan Asean dan Asia Timur. Negara pengimpor utama teripang Indonesia adalah Hongkong, Malaysia, Singapura dan Taiwan. Korea Selatan impornya tidak tetap, sedangkan AS baru memulainya pada tahun 1989. Perlu dikemukakan, Hongkong dan Singapura, di samping mengimpor teripang, kedua negara tersebut juga ekspansif melakukan ekspor hasil olahan teripang impor mereka. Pasar ekspor teripang Hongkong adalah Cina, Taiwan, AS, dan Singapura. Sedangkan pasar ekspor teripang Singapura adalah Korea Selatan, Malaysia, Brunei, Taiwan, Thailand, Myanmar dan AS (Ghufran, 2010).
Teripang merupakan sekelompok biota laut yang kehadirannya tidak menarik perhatian, baik dari kalangan yang seharusnya memberikan perhatian (concerned) terhadap kekayaan jenis biota (biodiversity) dan pelestarian alam, apalagi masyarakat awam. Kekayaan jenis teripang secara keseluruhan mungkin belum terungkap. Sementara itu beberapa jenis teripang yang komersil telah mengalami tekanan eksploitasi. Beberapa jenis teripang merupakan komoditi perikanan yang diperdagangkan secara internasional. Pada saat ini perburuan teripang tidak saja pada jenis-jenis yang berharga mahal, tapi juga terhadap jenis-jenis yang murah yang pada awalnya tidak menjadi perhatian. Tekanan eksploitasi terhadap jenis-jenis teripang tersebut telah menyebabkan populasi alaminya sangat menurun. Hal ini bisa menjadi masalah yang dilematis, karena tidak ada usaha pengelolaan dan pelestariannya. Bila terjadi kepunahan suatu jenis teripang, berarti kehilangan plasma nutfah yang sangat mungkin belum dimanfaatkan (Darsono 2007).
Sehingga perlu dilakukan berbagai upaya untuk menjaga kelestarian teripang di perairan Indonesia khususnya di wilayah Kecamatan Siau Barat Kabupaten Siau, Tagulandang, Biaro.
1.2 TujuanPenelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
Mengiventarisasi jenis-jenis teripang yang ditemukan di kawasan pantai Ondong Kecamatan Siau Barat Kabupaten Siau, Tagulandang, Biaro.
Menganalisis struktur komunitas teripang yang meliputi kepadatan spesies, indeks keanekaragaman, indeks dominasi, asosiasi antarspesies dan pola sebaran.
1.3 ManfaatPenelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah mendapatkan informasi terbaru dalam upaya pengelolaan sumberdaya teripang, dan diharapkan dapat berguna dalam mengungkap struktur komunitas teripang serta memberikan tambahan informasi yang telah ada untuk penelitian, pengembangan sumberdaya hayati atau hal-hal yang berkaitan dengan teripang di kawasan pantai Ondong Kecamatan Siau Barat Kabupaten Siau, Tagulandang, Biaro.
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi
Teripang (Holothuroidea) secara taksonomi menurut Fecter (1974) adalah sebagai berikut :
Kelas : Holothuroidea
Sub-kelas : Dendrichirotacea
Ordo : Dendrichirotida
Phylum : Echinodermata
Famili : Placothuriidae
: Paracucumidae
:Heterothyonidae
: Psolidae
: Phyllophoridae
:Scleroegtylidae
: Cucumariidae
Ordo : Dactylochirotida
Famili : Ypsilothuriidae
: Vaneyellidae
: Rhapolodinidae
Sub kelas : Aspidochirotacea
Ordo : Aspidochirotida
Famili : Holothuriidae
: Stichopodidae
: Synollactidae
Ordo : Elasipoda
Famili : Deimatidae
: Laetmogonidae
: Psychropotidae
: Elpidiidae
: Pelagothuriidae
Sub kelas : Apodacea
Ordo : Apodida
Famili : Synaptidae
: Chiridotidae
: Myriotrochidae
Ordo : Molpadiida
Famili : Gephyrothuriidae
: Gaudinidae
: Molpadiidae
: Eupyrgidae
Morfologi
Secara morfologi teripang umumnya berbentuk bulat panjang atau silendris, panjang tubuh sekitar 10-30 cm. Mulutnya dikelilingi oleh tentakel-tentakel atau lengan peraba yang kadang-kadang bercabang-cabang. Mulut terdapat pada salah satu ujungnya dan dubur pada ujung lainnya. Tubuhnya berotot, tipis dan tebal, lembek atau licin serta kulitnya dapat kasar atau berbintil bintil (Normayanti, 2012). Di bawah ini adalah gambaran umum teripang beserta
bagian-bagiannya (Gambar 1).
Gambar 1. Morfologi umum teripang (Holothuroidea).
Sumber : Kerr (2000) http://tolweb.org/Holothuroidea
Gerakannya sangat lamban sehingga hampir seluruh hidupnya berada di dasar laut. Warnanya bermacam-macam dari hitam, abu-abu, kecokelat-cokelatan, kemerah-merahan, kekuning-kuningan, sampai putih. Ukuran tubuh teripang berbeda-beda untuk setiap jenisnya. Misalnya jenis Holothuria atra dapat mencapai panjang 60 cm dengan berat 2 kg, jenis Actinopyga mauritiana mencapai panjang 30 cm dengan berat 2,8 kg, jenis Thelenota ananas mencapai panjang 100 cm dengan berat 6 kg, sedangkan teripang putih atau teripang pasir Holothuria scabra panjangnya antara 25-35 cm dengan berat antara 0,250-0,350 kg (Martoyo dkk, 1994).
Reproduksi
Holothuroidea termasuk hewan dioceous meskipun secara morfologi tidak dapat dibedakan mana organisme jantan ataupun betina. Namun juga terdapat beberapa spesies merupakan hermaprodit yaitu pada kelas Cucumaria laevigata, Masothuria intestinali. Cara reproduksi mereka yaitu secara seksual, namun ada juga spesies yang mampu bereproduksi secara aseksual (membelah diri), contohnya pada jenis Synapta, Holothuria atra, Holothuria difficilis. Pemijahan secara seksual, terjadi di luar tubuh yaitu dengan disemprotkannya sel telur dan sperma ke kolom air untuk kemudian mengalami pembuahan (Aidia, 2010).
Faktor-Faktor Yang Berperan Terhadap Keberadaan Teripang
Arus
Kondisi perairan dan keberadaan arus mempengaruhi keberadaan teripang, di mana ruang geraknya relatif terbatas dan sangat lambat. Pada umumnya teripang hidup bergerombol dan berada di daerah-daerah yang memiliki arus serta gelombang yang tidak terlalu besar. Biasanya banyak terdapat di daerah teluk, laguna atau perairan terbuka dan terlindung (Sutaman 2002).
Suhu
Menurut Yusron (2009), kisaran suhu perairan bagi kehidupan teripang berkisar antara 29,20° C – 30,13° C. Sedangkan menurut Manu (1988), di Perairan Likupang teripang di temukan pada kisaran suhu 29° C - 33° C.
Salinitas dan pH
Menurut Aziz (1997), pada umumnya teripang menyukai perairan yang bersih dan jernih dengan salinitas laut normal berkisar antara 30 - 33 .Selain itu pH perairan juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme laut, pH yang terlalu ekstrim dapat menyebabkan kematian, menurut Yusron (2009), pH yang baik untuk kehidupan teripang laut berkisar antara 7,8 – 8,1.
Kecerahan
Kecerahan menggambarkan penetrasi cahaya ke dalam perairan. Secara tidak langsung kecerahan dapat mempengaruhi produktifitas perairan. Makin tinggi kecerahan maka akan semakin dalam penetrasi cahaya, sehingga proses fotosintesis dapat berlangsung pada lapisan air yang lebih dalam. Dengan demikian produktifitas perairan akan semakin tinggi (Sukmiwati dkk, 2012). Kondisi perairan yang jernih dan bebas pencemaran dengan nilai kecerahan 5- 15 m yang diukur dengan alat sechi disk, menjadi areal tempat hidup kebanyakan teripang (Sutaman, 1993).
Makanan
Pada umumnya teripang adalah pemakan deposit pasir yang penting di daerah coral reef. Sedangkan sumber utama makanannya adalah plankton, potongan serasah karang atau detritus yang terdapat dalam lumpur pasir. Selain itu teripang juga memakan organisme-organisme kecil, seperti diatom, protozoa, nematode, copepoda, ostracoda, algae filament dan rumput laut. Disamping itu juga memakan foraminifera, radiolaria dan cangkang-cangkang hewan lainnya (Normayanti, 2012).
Distribusi Teripang
Teripang tersebar luas di lingkungan laut di seluruh dunia, mulai dari zona pasang surut sampai laut dalam terutama di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik Barat. Untuk wilayah Indonesia, teripang banyak ditemukan di perairan bagian Timur Indonesia, seperti di perairan Kalimantan (Anonimous, 2013).
Teripang ditemukan pada habitat yang selalu berada di bawah garis surut terendah. Topograpi dan tingkat kekeringan dari rataan terumbu pada lokasi setempat sangat berpengaruh terhadap distribusi teripang yang ada pada lokasi tersebut. Habitat dengan dasar pasir karang yang sebagian ditumbuhi lamun (sea grass) merupakan tempat hidup teripang. Beberapa jenis teripang, ada yang hidup di daerah dengan habitat yang berbongkah karang (boulders), dan di sekitar kelompok karang hidup (Darsono, 2003).
Masing-masing jenis memiliki habitat yang spesifik. Misalnya, teripang putih atau teripang pasir (Holothuria scabra) banyak ditemukan di daerah yang berpasir atau pasir becampur lumpur pada kedalaman 1-40 meter. Sering pula ditemukan di perairan yang dangkal dan banyak ditumbuhi lamun. Teripang lotong (Holothuria nobilis), Holothuria fuscogilva dan teripang pandan (Thelenota ananas) menyukai daerah di sekitar karang pada kedalaman 10-30 meter. Jenis teripang kapuk (Actinopyga miliaris), Actinopyga echinites umumnya ditemukan di sekitar terumbu karang. Ada juga teripang yang ditemukan di perairan yang sangat dalam. Di Laut Banda yang kedalamannya sekitar 7.000 meter terdapat teripang Paroriza grevei. Di Palung Jawa yang dalamnya juga sekitar 7.000 meter ditemukan teripang jenis Periamna naresi dan Elpidia sundensis (Ghufran, 2010).
Menurut Gremli dan Newman (1993), di Laut Cina Selatan terdapat beberapa jenis teripang di antaranya : Black and White Sea Cucumber (Bohadschia graeffei), Marbled Sea Cucumber, Leopardfish Sea Cucumber (Bohadschia argus), Edible Sea Cucumber (Halodeima edulis), Prickly Redfish Sea Cucumber (Thelenota ananas), Grey Leathery Sea Cucumber (Holothuria sp.), Mottled Sea Cucumber dan Sea Apple.
Sedangkan untuk di wilayah Sulawesi penyebarannya meliputi sepanjang Pantai Selatan, Tenggara, Tengah, Utara termasuk Sangir Talaud (Manu dkk, 1999). Sulawesi Utara contohnya terutama di perairan Likupang dan sekitarnya menurut Manu (1988) terdapat delapan jenis teripang yaitu jenis Bohadschia argus (Jaeger), Holothuria scabra (Jaeger), Holothuria cinerascens (Brandt), Holothuria atra (Jaeger), Holothuria discrepans (Semper), Holothuria hilla (Lesson), Stichopus chloronotus (Brandt), Stichopus horrens (Selenka). Dari kedelapan jenis teripang yang telah disebutkan di atas, salah satu yang dipandang berpotensi dan bernilai ekonomis yaitu jenis teripang pasir Holothuria scabra (Jaeger).
Nama ilmiah dan nama daerah untuk beberapa jenis teripang Indonesia yang bernilai ekonomis penting dapat dilihat pada Tabel 1 (Martoyo dkk, 1994).
Tabel 1. Nama Lokal Beberapa Spesies Teripang Di Indonesia
No
Nama ilmiah
Nama Lokal/Daerah
Lokasi
1.
Bohadschia argus
Teripang raja
Teripang batu klin
Teripang timba kolong
Teripang Darah
Manado
Kep. Seribu
Padang
P. Baru, Tual
2.
Holothuria vacabunda
Teripang talengku
Teripang hidung/hitam
Teripang babuta
Teripang batu klin
Teripang kunting/getah
Teripang getah
Maddau bola/Maddau benang
P. Laut
Banten
Madura
Bangka
Lampung
Kep. Seribu
P. Makiyan, Bacan Timur
3.
Holothuria impatiens
Teripang uler-uler
Kep. Seribu
4.
Holothuria scabra
Teripang kapur/putih
Teripang pasir
Teripang gamat betul
Teripang tai kucing
Teripang buang kulit
Teripang kaos
Teripang susuan
Teripang
Maddau bulang/maddau nyanyana
P. Roti
Kep. Seribu
Riau
Bangka
Lampung
Seram
Manado
Maluku Utara
Bacan Timur, P. Makiyan
5.
Stichopus ananas
Teripang nanas
Teripang ebnas
Maddau nanasi
Manado, Maluku Utara
Manado, Aru, Banda, Ternate
Bacan Timur, P. Makiyan
6.
Muelleria lecanora
Teripang batu
Teripang belong bulu
Teripang betul
Teripang beureum
Teripang kasur, bilulu
Teripang kalong
Teripang koro
Teripang jepung
Maddau
Kutai, Tual
P. Laut
Bali
Banten
Kep. Seribu
Belitung, Bangka
Lombok
Seram
Bacan Timur, P. makiyan
Sumber : Martoyo dkk, (1994)
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di kawasan pantai Ondong Kecamatan Siau Barat. Untuk lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 01. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Desember tahun 2013. Untuk identifikasi sampel dilakukan di Laboratorium Hidrobioekologi dan Manajemen Sumberdaya Perairan (HBMSP).
Prosedur Pengambilan Data
Pengambilan sampel teripang dilakukan di kawasan pantai Ondong Kecamatan Siau Barat. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode sampling dengan teknik pengambilan sampel menggunakan line transek (transek garis) dan kuadrat berukuran 1m x 1m. Penggunan line transek (transek garis) sebanyak 3 transek diletakkan secara horizontal sejajar terhadap garis pantai dengan panjang masing-masing transek 100 m, dengan jarak antara transek satu dengan transek lainnya yaitu 100 m. Pada masing-masing transek diletakkan 10 kuadrat, yang ditempatkan berselang seling secara kontinyu sepanjang garis transek dengan jarak tiap kuadrat 10 m, sehingga total jumlah penempatan kuadrat sebanyak 30 kuadrat. Pengambilan sampel teripang dikerjakan pada saat surut terendah pada malam hari dengan menggunakan senter atau lampu petromaks sebagai alat penerang. Untuk penempatan garis transek dan kuadrat dapat dilihat pada Gambar 2.
L A U T
10 m
100 m 100m
Kuadrat 1m x 1m
Garis Transek
Transek ITransek IITransek III
Transek I
Transek II
Transek III
D A R A T A N
Gambar 2. Penempatan Garis Transek dan Kudarat
3.3 Penanganan dan Pengamatan sampel
Teripang yang terdapat dalam setiap kuadrat dihitung dan dicatat jumlah individunya serta mikrohabitatnya. Untuk keperluan identifikasi, diambil dua individu untuk setiap spesies yang secara morfologi dianggap berbeda jenisnya, selanjutnya sampel setiap jenis (terdiri dari dua individu) dimasukkan secara terpisah ke dalam botol plastik yang telah diisi alkohol menjaga agar sampel tidak rusak, kemudian direkatkan penutupnya dan diberi label.
Untuk mengidentifikasi bentuk morfologi dan bentuk spikula dikerjakan di Laboratorium Hidrobioekologi dan Manajemen Sumberdaya Perairan. Sebagai penuntun identifikasi menggunakan Clark and Rowe (1971).
Adapun prosedur identifikasi selain pengamatan morfologi juga dilakukan pengamatan spikula sebagai berikut :
Proses kerjanya adalah membuat sayatan tipis pada dinding tubuh teripang yang telah dibersihkan dari segala kotoran yang menempel, kemudian hasil sayatan tersebut di masukkan kedalam wadah sampel yang berisikan 5 ml aquades dan diberi cairan bayclin ± 10 ml, setelah itu dibiarkan beberapa saat sampai terjadi reaksi yakni hancurnya jaringan.
Mikroskop disiapkan dan diatur pada pembesaran yang sesuai. Selanjutnya kaca objek telah siap dan bersih dari segala kotoran.
Selanjutnya sayatan teripang yang telah hancur akan meninggalkan endapan berupa bentuk kristal yang terdiri dari endapan spikula dan kapur, kemudian diambil dengan menggunakan pipet lalu diletakkan di atas kaca objek yang dilanjutkan dengan pengamatan di bawah mikroskop.
Spikula yang tampak di bawah mikroskop, selanjutnya dicocokkan pada buku pedoman identifikasi gambar bentuk spikula Clark and Rowe (1971).
3.4 Analisis Data
Beberapa indeks yang digunakan untuk mengetahui struktur komunitas dari teripang (Holothuroidea) yaitu :
Kepadatan Spesies (Cox, 1967)
Kepadatan = Jumlah individu per spesies
Luas wilayah contoh (m2)
Kepadatan relatif (%) = Jumlah individu tiap spesies
x 100
Jumlah individu seluruh spesies
Indeks Keanekaragaman dan Kemerataan Spesies
Keanekaragaman spesies dianalisa dengan menggunakan rumus indeks keanekaragaman dan kemerataan (Shannon – Wienner)
Indeks keanekaragaman H' =i=1sniNln(niN)
di mana : H' = Indeks keanekaragaman spesies
N = Jumlah individu seluruh spesies
ni = Jumlah individu tiap spesies
s = Jumlah spesies
Indeks kemerataan H'
e =
ln s
di mana : H' = Indeks keanekaragaman spesies Shannon-
Wienner
s = Jumlah spesies
Indeks Dominasi (Odum, 1993)
C = (ni / N)2
di mana : C = Indeks dominasi spesies
N = Jumlah individu seluruh spesies
ni = Jumlah individu tiap spesies
Asosiasi antar spesies
Asosiasi antar spesies dianalisis menggunakan koefisien korelasi titik (Poole, 1974), melalui tabel kontengensi dan frekuensi bertemunya spesies dalam setiap kuadran.
Tabel 2. Tabel kontingensi 2 x 2 untuk asosiasi antar spesies
Sp. A
Sp. B
Ada
Tidak ada
Total
Ada
a
b
a + b
Tidak ada
c
d
c + d
Total
a + c
b + d
N
Berdasarkan tabel kontingensi 2 x 2, koefisien (V) dihitung sebagai berikut :
ad - bc
V =
(a + b) (a + c) (b + d) (c + d)
di mana : a = spesies A dan B ada bersama-sama
b = spesies A ada, spesies B tidak ada
c = spesies A tidak ada, spesies B ada
d = spesies A dan B tidak ada bersama-sama
HASIL
Pengamatan Mikrohabitat
Pengamatan mikrohabitat teripang meliputi kehadiran teripang di pasir, rumput laut dan karang. Pada mikrohabitat pasir, teripang ditemukan membenamkan sebagian tubuhnya ke dalam pasir. Pada mikrohabitat rumput laut, di mana pada saat surut masih tersisa genangan air ditemukan teripang menutupi tubuhnya di antara tegakan rumput laut. Pada mikro habitat karang teripang ditemukan di atas atau di bawah bongkahan karang mati yang ditumbuhi alga dan di celah karang mati. Kehadiran spesies teripang pada berbagai mikrohabitat dapat dilihat pada Lampiran 2.
Klasifikasi dan Ciri Morfologi Spesies Teripang
Berdasarkan teknik / metode garis transek dengan kuadrat 1m x 1m yang dilakukan di kawasan pantai Ondong Kecamatan Siau Barat, ditemukan 7 spesies teripang (Lampiran 3). Klasifikasi dan ciri-ciri morfologi serta bentuk spikula tiap spesies teripang sperti yang diuraikan sebagai berikut :
Holothuria atra Jaeger, 1833
Kelas : Holothuroidea
Ordo : Aspidochirotida
Famili : Holothuridae
Genus : Holothuria
Spesies : Holothuria atra
Deskripsi umum
Badan berbentuk bulat panjang dengan punggung kehitaman berbintik putih atau kuning, jika diraba tubuhnya agak kasar. Spikula berbentuk meja (tables) tampak samping dan roset (rossete) merupakan batang pendek yang ujungnya bercabang cabang pendek. Teripang ini banyak ditemukan di sekitar bebatuan atau pasir terbuka di perairan laut, atau di kolam kecil. Umumnya hidup di perairan yang dangkal hingga kedalaman 100 kaki. Jika teripang ini diambil dari air, bentuknya terlihat padat, tetapi ketika air telah hilang, maka akan berbentuk seperti jeli dan mengeluarkan ususnya yang beracun (Anonimous, 2004).
a. Sumber Identifikasi
b. foto hasil identifikasi
Gambar 3. Holothuria atra Jaeger, 1957
Holothuria leucospilota Brandt, 1835
Kelas : Holothuroidea
Ordo : Aspidochirotida
Famili : Holothuridae
Genus : Holothuria
Spesies : Holothuria leucospilota
Deskripsi umum
Bentuk tubuh bulat panjang, warna tubuh umumnya berwarna cokelat tua kemerahan. Spikula berbentuk meja (tables) dan bentuk kancing (buttons) dengan jumlah lubang yang bervariasi tersusun dalam dua baris. Hewan ini sering ditemukan pada daerah terumbu karang, lebih khusus lagi ditemukan di dasar laut berpasir atau di bawah bebatuan dengan kedalaman hingga 3 meter (Anonimous, 2001).
a. Sumber Identifikasi
b. foto hasil identifikasi
Gambar 4. Holothuria leucospilota Brandt, 1835
Actinopyga echinites Jaeger, 1833
Kelas : Holothuroidea
Ordo : Aspidochirotida
Famili : Holothuridae
Genus : Actinopyga
Spesies : Actinopyga echinites
Deskripsi umum
Bentuk tubuh bulat lonjong, memiliki tonjolan-tonjolan kecil dibagian punggung, warna tubuh hitam keabu-abuan bercampur coklat, mulut dan anus terletak pada bagian anterior dan posterior. Spikula berbentuk roset (rosette) batang panjang dengan ujung bercabang sederhana (Gambar 5). Teripang jenis ini umumnya ditemukan di dasar perairan pasir berbatu atau karang.
a. Sumber Identifikasi
b. foto hasil identifikasi
Gambar 5. Actinopyga echinites Jaeger, 1833
Actinopyga lecanora Jaeger, 1833
Kelas : Holothuroidea
Ordo : Aspidochirotida
Famili : Holothuridae
Genus : Actinopyga
Spesies : Actinopyga lecanora
Deskripsi umum
Bentuk tubuh agak lonjong, jika diraba terasa agak kasar karena memiliki tonjolan-tonjolan di bagian punggunggnya, warna tubuh kuning emas berbintik hitam. Spikula berbentuk roset (rosettes) batang pendek dengan ujung bercabang pendek (Gambar 6). Teripang jenis ini dapat ditemukan di daerah bebatuan atau patahan terumbu karang.
a. Sumber Identifikasi
b. foto hasil identifikasi
Gambar 6. Actinopyga lecanora Jaeger, 1833
Bohadschia argus Jaeger, 1833
Kelas : Holothuroidea
Ordo : Aspidochirotida
Famili : Holothuridae
Genus : Bohadschia
Spesies : Bohadschia argus
Deskripsi umum
Badan berbentuk bulat panjang, punggung terdapat warna coklat kehitam-hitaman, warna perut kuning putih susu dan terdapat bercak-bercak, badan jika di raba terasa agak kasar. Spikula berbentuk roset (rosettes) bercabang banyak dan granula (Gambar 7). Umumnya dapat ditemukan di dasar perairan karang berpasir halus.
a. Sumber Identifikasi
b. foto hasil identifikasi
Gambar 7. Bohadschia argus Jaeger, 1833
Bohadschia marmorata Jaeger, 1833
Kelas : Holothuroidea
Ordo : Aspidochirotida
Famili : Holothuridae
Genus : Bohadschia
Spesies : Bohadschia marmorata
Deskripsi umum
a. Sumber Identifikasi
b. foto hasil identifikasi
Ditandai dengan tubuh yang berwarna kekuning-kuningan disertai dengan gelang lebar berwarna cokelat. Papillae halus dan tersebar merata di seluruh permukaan tubuh. Spikula berbentuk batang bercabang sederhana dan granula (Gambar 8). Hidup di antara vegetasi tegakan lamun yang umumnya dangkal dan mempunyai substrat pasir dan kerikil dari pecahan batu karang (Anonimous, 2007).
Gambar 8. Bohadschia marmorata Jaeger, 1833
Bohadschia vitiensis Semper,1868
Kelas : Holothuroidea
Ordo : Aspidochirotida
Famili : Holothuridae
Genus : Bohadschia
Spesies : Bohadschia vitiensis
Deskripsi umum
Bentuk tubuh bulat lonjong, ditandai warna tubuh berwarna kekuning-kuningan disertai dengan bintik-bintik hitam di seluruh tubuhnya, jika diraba tubuhnya agak lembek. Spikula berbentuk (rods) batang bercabang sederhana (Gambar 9). Pada umumya dapat ditemukan di dasar perairan berpasir serta memiliki tegakan lamun.
a. Sumber Identifikasi
b. foto hasil identifikasi
Gambar 9. Bohadschia vitiensis Semper, 1868
4.3 Kepadatan Populasi spesies teripang
Kepadatan spesies yang diperoleh memiliki kisaran nilai 0,3 - 0,133 ind/m2. maka total kepadatan individu dari keseluruhan spesies adalah 0,797 ind/m2. Perhitungan kepadatan dan kepadatan relatif tertera pada Lampiran 5. Kepadatan relatif individu spesies teripang di areal penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
4.4 Keanekaragaman dan Kemerataan spesies
Nilai indeks keanekaragaman spesies teripang (H') yang diperoleh yaitu 1,718 dan indeks kemerataan spesies diperoleh 0,882. Perhitungan indeks keanekaragaman dan kemerataan spesies dapat dilihat pada Lampiran 6.
4.5 Indeks Dominasi
Indeks dominasi diperoleh 0,218. Perhitungan indeks dominasi dapat di lihat pada Lampiran 7.
4.6 Asosiasi antar spesies
Untuk asosiasi antar spesies teripang di kawasan pantai Ondong Kecamatan Siau Barat membentuk pasang positif dan negatif berdasarkan lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel 3 dan untuk perhitungan indeks asosiasi antar spesies dapat dilihat pada Lampiran 8.
Tabel 3. Asosiasi antar spesies teripang di kawasan pantai Ondong
Spesies
Sepasang Spesies
A
B
C
D
E
F
G
A
0,015
-0,147
-0,102
0,168
0,015
-0,147
B
0,288
-0,072
0,288
-0,153
-0,104
C
-0,049
-0,071
-0,104
-0,071
D
-0,049
-0,072
-0,049
E
-0,104
-0,071
F
-0,104
Keterangan : A = Holothuria atra
B = Holothuria leucospilota
C = Actinopyga echinites
D = Actinopyga lecanora
E = Bohadschia argus
F = Bohadschia marmorata
G = Bohadschia vitiensis
PEMBAHASAN
5.1 Jumlah Spesies dan Kepadatan Spesies
Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan di lapangan ditemukan 7 spesies teripang yang termasuk dalam famili Holothuridae. spesies-spesies ini tergolong kedalam ordo Aspidochirotida. Seperti yang di uraikan Bakus (1973) dalam Yusron (2004) ordo Aspidochirotida merupakan karakteristik yang hidup di perairan tropis yang jernih. hal ini juga diperkuat oleh Hyman (1955) dalam Yusron (2004) mengemukakan bahwa daerah Indo-Pasifik bagian Barat merupakan daerah yang kaya akan jenis teripang dari genus Holothuria, Stichopus dan Actinopyga.
Hasil penelitian yang dilakukan di kawasan pantai Ondong hanya ditemukan 7 spesies. Total kepadatan dari seluruh spesies yaitu 0,797 ind/m2, spesies teripang yang memiliki kepadatan tertinggi terdapat pada spesies Holothuria atra yaitu 0,3 ind/m2, besarnya nilai kepadatan spesies Holothuria atra diduga dari kehadirannya di semua mikrohabitat yang diamati meliputi dasar perairan pasir, rumput laut ataupun karang. hal ini dapat dipandang sebagai kemampuan spesies tersebut dalam menempati bebagai habitat yang ada. penyebab lain dikaitkan dengan kurangnya penangkapan oleh masyarakat setempat sehingga dapat memberikan kesempatan spesies ini untuk berkembang. Sedangkan pada spesies H. leucospilota, Actinopyga echinites, A.lecanora, Bohadschia argus, B. marmorata, B. vitiensis memiliki kepadatan yang relatif rendah yaitu berkisar antara 0,033 - 0,133 ind/m2. spesies yang memiliki kepadatan relatif rendah ini disebabkan kurangnya kemampuan bersaing dalam menempati habitat. selain itu diperkirakan juga akibat adanya eksploitasi yang berlebihan dari masyarakat setempat, karena spesies-spesies ini merupakan spesies yang memiliki nilai ekonomis. sedangkan dari hasil penelitian Yusron, (2003) di dua lokasi yang meliputi Pulau Santigi dan Pulau Batu diperairan Teluk Saleh - Sumbawa, NTB nilai kepadatan tertinggi di Pulau Santigi didapatkan pada spesies Holothuria scabra (1,32 ind/m2), H. atra (1,02 ind/m2), untuk lokasi Pulau Batu yaitu spesies Holothuria scabra (1,26 ind/m2) H. atra (1,24 ind/m2) dan Bohadschia argus (1,02 ind/m2). Yusron, (2004) diperairan Tanjung Pai Padaido Biak Numfor, Papua. kepadatan tertinggi terdapat pada spesies Holothuria scabra (1,12 ind/m2), H. atra (1,06 ind/m2). Yusron, (2009) diperairan Minahasa Sulawesi Utara di 3 lokasi Kima Bajo, Wori dan Tiwoho diperoleh nilai kepadatan cukup tinggi yaitu pada spesies Holothuria atra (1,26 ind/m2) dan Bohadschia argus (0,72 ind/m2). Radjab, (2001) di perairan Pasarwajo, Pulau Buton, Sulawesi Tenggara,menurut penelitiannya spesies teripang yang memiliki kepadatan tertinggi yaitu pada spesies H. hilla (0,012 ind/m2). sedangkan spesies yang memiliki kepadatan terendah yaitu pada spesies H. scabra (0,001 ind/m2). Tamanampo dkk,. (1989) di perairan Pulau Bunaken di Sulawesi Utara ditemukan 10 spesies dengan kepadatan tertinggi pada jenis Stichopus chloronotus (1,02 ind/m2), B. argus (0,97 ind/m2) dan H. atra (0,78 ind/m2). Sukmiwati dkk,. (2012) di perairan bagian timur pantai Natuna Kepulauan Riau, kepadatan spesies teripang tertinggi didapatkan dari spesies H. atra (0,0032 ind/m2) dan S. vastus (0,0028 ind/m2).
5.2 Keanekaragaman, Kemerataan dan Dominasi spesies
Berdasarkan nilai analisis indeks keanekaragaman spesies dari komunitas teripang diperoleh 1,718. ini menunjukkan bahwa nilai indeks keanekaragaman spesies teripang tergolong rendah. menurut Sugiarto (1994) mengatakan bahwa suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman yang tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak spesies, sebaliknya jika komunitas itu disusun sangat sedikit spesies maka keanekaragamannya rendah. Odum (1993) mengemukakan bahwa keanekaragaman yang rendah terjadi pada komunitas-komunitas yang dipengaruhi oleh gangguan musiman atau secara periodik oleh manusia dan alam.
Berdasarkan indeks kemerataan/keserasian menunjukkan nilai indeks e = 0, 8828 (88,28 %). hal ini menunjukkan setiap populasi spesies teripang memiliki kepadatan yang tidak mencolok perbedaannya. Indeks dominasi (C) spesies teripang berdasarkan jumlah individu menunjukan spesies yang dominan yaitu Holothuria atra. Hal ini dikarenakan kemampuannya mengisi ruang di berbagai mikrohabitat yang ada. Hubungan diperoleh antara indeks keanekaragaman dan indeks dominasi adalah keanekaragaman yang rendah menunjukkan adanya spesies dominan yang menempati hampir seluruh habitat yang ada. Seperti yang dikemukakan Odum (1993) bahwa indeks keanekaragaman bersifat kebalikan terhadap indeks dominasi.
5.3 Asosiasi Antar Spesies
Asosiasi antar 7 spesies teripang membentuk 2 kelompok pasangan asosiasi (lihat Tabel 3). Di mana terdapat 5 pasang asosiasi positif, dengan kekuatan asosiasi berkisar antara 0,015 - 0,288. Bentuk asosiasi positif terdapat 3 kemungkinan yang akan terjadi seperti yang dikemukakan oleh Schluther (1984) dalam Ludwig & Reynolds (1988), bahwa :
a. Spesies mempunyai suatu respon yang sama terhadap suplai sumberdaya yang tidak terbatas.
b. Spesies saling mempertinggi peluang survival.
c. Spesies berfluktuasi serempak dalam merespon sumberdaya yang terbatas.
Sedangkan asosiasi negatif terdapat 16 pasang spesies dengan kekuatan asosiasi berkisar antara 0,049 - 0,147. dan pada bentuk asosiasi ini juga terdapat 3 kemungkinan seperti yang dikemukakan oleh Schluther (1984) dalam Ludwig dan Reynolds (1988), bahwa :
a. Spesies mempunyai perbedaan kebutuhan sumberdaya .
b. Spesies bersaing menggunakan sumberdaya secara eksklusif.
c. Persaingan antar spesies kadang-kadang berakibat pengusiran.
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Hasil penelitian yang dilakukan di kawasan pantai Ondong Kecamatan Siau Barat Kabupaten Siau, Tagulandang dan Biaro dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Spesies teripang yang ditemukan di lokasi penelitian berjumlah 7 spesies, yaitu : Holothuria atra, Holothuria leucospilota, Actinopyga echinites, Actinopyga lecanora, Bohadschia argus, Bohadschia marmorata, Bohadschia vitiensis.
2. Kepadatan tertinggi dari spesies Holothuria atra (0,3 ind/m2) ini menunjukkan bahwa spesies ini mampu mengisi ruang di berbagai mikrohabitat.
3. Nilai indeks keanekaragaman dan kemerataan spesies (H' = 1,718) ini tergolong sedang oleh karena jumlah penyusun komunitas rendah.
4. Berdasarkan hasil analisis nilai indeks dominasi diperoleh (C = 0,2186) yang didominasi dari spesies Holothuria atra. sedangkan untuk asosiasi antar spesies dimana terdapat 5 pasang asosiasi positif, dengan kekuatan asosiasi berkisar antara 0,015 - 0,288. Sedangkan asosiasi negatif terdapat 16 pasang spesies dengan kekuatan asosiasi berkisar antara 0,049 - 0,147.
6.2 Saran
Berkurangnya populasi teripang disebabkan oleh eksploitasi yang berlebihan sehingga berpengaruh terhadap proses keberadaan teripang untuk itu ada hal-hal yag perlu diperhatikan yaitu :
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai komposisi spesies dan potensi teripang khususnya spesies-spesies yang bernilai ekonomis.
2. Perlu adanya penelitian tentang indeks dan tingkat kematangan gonad untuk mengetahui perkembangan gonad dan musim pemijahan, agar supaya keberadaan spesies teripang bisa berkelanjutan.
3. Perlu adanya perlindungan laut untuk konservasi spesies teripang terutama yang bernilai ekonomis.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 2001. Partnership for Global Education: Queensland Term 2001
http://people.hws.edu/fieldguide/show.asp?ID=121 31 Maret 2013 jam 21.02
Anonimous, 2002. Teripang : Sumber Daya Alam yang Beratus Tahun Memanjakan Kita. (http:// www.Oceanologi hpi. Go. di/teripang-1.html) : 1-2
Anonimous, 2004."Echinoderms. Indonesians clearing house mechanism for biodiversity"http://www.bluforman.com/intertidal/test/species/speciesPages/groups/echinoderms/Holothuriaatra.html 31 maret 2013 jam 20.06
Anonimus, 2007." Program rehabilitasi dan pengelolaan terumbu karang" http://www.coremap.or.id/datin/echino/index.php?keyid=36&act=detail 23 mei 2014 jam 17.00
Anonimous, 2013. "Potensi Teripang dan Manfaatnya". Artikel Pos Informasi Pasar dan Perdagangan (PIPP) http://pipp.rembangkab.go.id/index.php/informasi-data/data-pasar/potensi-pasar-daerah/87-potensi-teripang-dan-manfaatnya
Aidia, 2010. "Echinodermata (Echinoderm) : Overview Lifestyle". http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/02/echinodermata-echinoderm-overview.html. 4 desember 2012 jam 10.35
Aziz, A. 1997. "Status Penelitian Teripang Komersial di Indonesia". Balitbang Biologi Laut, Puslitbang Oseanologi-LIPI, Jakarta. 9-19 hal.
Clark M. and Rowe F.W.E. 1971. Monograph of Shallow – Water Indo – West Pacific Echinoderms. Trustees of The British Museum (Natural History). London. 238 hal.
Cox, G.W., 1967. Laboratory Manual of General Ecology. Brown Company Publisher. USA. 165 hal.
Darsono, P. 2003. Sumber Daya Teripang dan Pengelolaannya. Bidang Sumberdaya Laut, Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI, Jakarta. 1-9 hal.
Fecter, H., 1974. The Sea Cucumbers In Grzimek's Animal Life Encyclopedia Vol. 3. Mollusks and Echinoderms. Van Nostrand Reinhold Company. New York. 325 hal.
Ghufran H. 2010. Cara Gampang Membudidayakan Teripang. Penerbit Lily Publisher. Yogyakarta. 122 hal.
Gremli, M and Newman, H. 1993. Marine Life In The South China Sea. APA Publications (HK) Ltd. 218 hal.
Kerr, A. M 2000. Holothuroidea. Tree of Life web project. Universitas Guam, Mangilao, Guam, Amerika Serikat http://tolweb.org/Holothuroidea 2 Desember 2012 jam 16.09
Ludwig. J. A dan J. F. Reynolds. 1988. Statistical Ecology. A Primer on Methods and computing. Jhon Wiley & Sons. New York. Hal 337.
Manu, G.D. 1988. Telaah Beberapa Aspek Biologi Holothuria Scabra (Jaeger) di Perairan Likupang. Tesis FPIK Unsrat. Manado. 36 hal.
Manu, G. R. C. Kepel dan D. J. Katili. 1999. Telaah Beberapa Aspek Bioekologi Holothuria Scabra di Perairan Likupang. Jurnal Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. UNSRAT. Manado. Hal. 33-39.
Martoyo, J. Nugroho, A dan Winanto. 1994. Budidaya Teripang. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. 69 hal.
Normayanti, 2012. Teripang (Holothurians). http://norma yanti. blogspot.com /2012/ 01/teripang-holothurians.html 2 desember 2012 jam 16.05
Odum, E.P., 1993. Dasar - dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Cetakan Pertama. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 697 hal.
Poole, R.W., 1974. An Introduction to Quantitative Ecology. Mc Gra Hill Book Company. 397 hal.
Radjab W.A,. 2001. "Teripang di Perairan Pasarwajo, Pulau Buton, Sulawesi Tenggara". Pusat Penelitian Oseanografi - LIPI. Jakarta. 61-66 hal.
Sugiarto, A., 1994. Ekologi Kuantitatif (Metode Analisis Populasi dan Komunitas). Usaha Nasional. Surabaya. 173 hal.
Sukmiwati, M. Salmah, S. Ibrahim, S. Handayani, D dan Purwati, P. 2012. Keanekaragaman Teripang (Holothuroidea) di Perairan Bagian Timur Pantai Natuna Kepulauan Riau. Jurnal Natur Indonesia LIPI. Jakarta. 131-137 hal.
Sutaman. 1993., Petunjuk Praktis Budidaya Teripang. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 68 hal.
Sutaman. 2002., Prinsip - Prinsip Budidaya Teripang. Penerbit Kanisius. Jakarta. 74 hal.
Tamanampo. F.W.S., M. Rondo dan M.S. Salaki. 1989. Potensi dan komunitas teripang (Holothuroidea) di Rataan terumbu karang pulau Bunaken, Sulawesi Utara. Jur. Fak. Per. Unsrat I (I) : 25-32.
Yusron, E. 2001,. Sumberdaya Teripang (Holothuroidea) di Perairan Teluk Kotania, Seram Barat. Maluku Tengah dalam Pesisir dan Pantai Indonesia VIII. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi - LIPI, Jakarta : 129 - 133.
Yusron, E. dan Pitra W. 2004,. Struktur Komunitas Teripang (Holothuroidea) di Beberapa Perairan Pantai Kai Besar, Maluku Tenggara. Jurnal Makara, Sains, Vol. 8, No. 1, April 2004 : 15-20
Yusron, E. 2009., Keanekaragaman Jenis Teripang (Holothuroidea) di Perairan Minahasa Utara Sulawesi Utara. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. LIPI, Jakarta. 19-28 hal
Lampiran 1. PETA LOKASI PENELITIAN
Lampiran 2. Kehadiran Spesies Teripang Berdasarkan Habitatnya di Lokasi Penelitian.
No
Spesies
Pasir
Rumput laut
Karang
1
Holothuria atra
Ada
Ada
Ada
2
Holothuria leucospilota
Ada
Tidak ada
Ada
3
Actinopyga echinites
Ada
Tidak ada
Ada
4
Actinopyga lecanora
Ada
Tidak ada
Ada
5
Bohadschia argus
Ada
Ada
Tidak ada
6
Bohadschia marmorata
Ada
Ada
Tidak ada
7
Bohadschia vitiensis
Ada
Tidak ada
Ada
Lampiran 3. Spesies teripang yang ditemukan di lokasi penelitian pada bulan Desember 2013.
Kuadrat
Holothuria atra
Holothuria leucospilota
Actinopyga echinites
Actinopyga lecanora
Bohadschia argus
Bohadschia marmorata
Bohadschia vitiensis
T
r
a
n
s
e
k
I
K1
-
-
-
-
-
-
-
K2
-
-
-
-
-
-
-
K3
2
-
-
-
-
-
-
K4
-
-
-
-
-
-
-
K5
-
1
-
-
-
-
-
K6
-
-
-
-
-
1
-
K7
1
-
-
-
1
-
-
K8
-
1
1
-
-
-
-
K9
-
-
-
-
-
-
-
K10
1
-
-
-
-
1
-
T
r
a
n
s
e
k
II
K11
-
-
-
-
-
-
-
K12
-
-
-
-
-
-
1
K13
-
-
-
-
-
-
-
K14
2
-
-
-
-
-
-
K15
-
-
-
1
-
-
-
K16
-
-
-
-
-
1
-
K17
-
1
-
-
1
-
-
K18
1
-
-
-
-
-
-
K19
-
-
1
-
-
-
-
K20
-
-
-
-
-
-
-
T
r
a
n
s
e
k
III
K21
-
-
-
-
-
-
-
K22
1
1
-
-
-
-
-
K23
-
-
-
-
-
-
-
K24
-
-
-
-
-
-
1
K25
-
-
-
-
-
-
-
K26
1
-
-
-
-
-
-
K27
-
-
-
-
-
1
-
K28
-
-
-
-
-
-
-
K29
-
-
-
-
-
-
-
K30
-
-
-
-
-
-
-
Jumlah
9
4
2
1
2
4
2
Lampiran 4. Kepadatan (ind/m2) dan Kepadatan Relatif (%) Spesies Teripang yang ditemukan di Lokasi Penelitian Pada Bulan Desember 2013.
No
Nama Spesies
Jumlah Individu Setiap Spesies
Kepadatan Populasi
1
Holothuria atra
9
0,3
2
Holothuria leucospilota
4
0,133
3
Actinipyga echinites
2
0,066
4
Actinopyga lecanora
1
0,033
5
Bohadschia argus
2
0,066
6
Bohadschia marmorata
4
0,133
7
Bohadschia vitiensis
2
0,066
24
0,797
No
Nama Spesies
Jumlah Individu Setiap Spesies
Kepadatan Relatif (%)
1
Holothuria atra
9
37,5
2
Holothuria leucospilota
4
16,66
3
Actinipyga echinites
2
8,33
4
Actinopyga lecanora
1
4,16
5
Bohadschia argus
2
8,33
6
Bohadschia marmorata
4
16,66
7
Bohadschia vitiensis
2
8,33
24
100 %
Lampiran 5. Indeks Keanekaragaman dan Kemerataan Spesies Teripang yang ditemukan di Lokasi Penelitian Pada Bulan Desember 2013.
No
Indeks Keanekaragaman
Spesies
ni
ni/N
ln (ni/N)
(ni/N)(ln ni/N)
1
Holothuria atra
9
0,375
-0,98082
-0,3678
2
Holothuria leucospilota
4
0,1666
-1,79215
-0,2985
3
Actinipyga echinitess
2
0,0833
-2,48530
-0,2070
4
Actinopyga lecanora
1
0,0416
-3,17965
-0,1322
5
Bohadschia argus
2
0,0833
-2,48530
-0,2070
6
Bohadschia marmorata
4
0,1666
-1,79215
-0,2985
7
Bohadschia vitiensis
2
0,0833
-2,48530
-0,2070
N
24
H'
1,718
H' = i=1sni/Nln(ni/N) = 1,718 H Max = ln 7 = 1,9459
e = H' / ln s = 0,8828
Lampiran 6. Indeks Dominasi Spesies yang ditemukan di Lokasi Penelitian Pada Bulan Desember 2013.
No
Indeks Dominasi
Spesies
Jumlah Individu Setiap Spesies
(ni/N)
(ni/N)2
1
Holothuria atra
9
0,375
0,140625
2
Holothuria leucospilota
4
0,1666
0,027755
3
Actinipyga echinites
2
0,0833
0,006938
4
Actinopyga lecanora
1
0,0416
0,001730
5
Bohadschia argus
2
0,0833
0,006938
6
Bohadschia marmorata
4
0,1666
0,027755
7
Bohadschia vitiensis
2
0,0833
0,006938
24
0,2186
C = ( ni/N )2 = 0,2186
Lampiran 7. Data Tabulasi Indeks Asosiasi Antar Spesies
Sepasang Spesies
a
b
c
d
ad
bc
Koefisien Korelasi Titik (v)
a+b
a+c
b+d
c+d
ad-bc
A dan B
1
3
6
20
20
18
0,015
4
7
23
26
2
A dan C
0
2
7
21
0
14
-0,147
2
7
23
28
-14
A dan D
0
1
7
22
0
7
-0,102
1
7
23
29
-7
A dan E
1
1
6
22
22
6
0,168
2
7
23
28
16
A dan F
1
3
6
20
20
18
0,015
4
7
23
26
2
A dan G
0
2
7
21
0
14
-0,147
2
7
23
28
-14
B dan C
1
1
3
25
25
3
0,288
2
4
26
28
22
B dan D
0
1
4
25
0
4
-0,072
1
4
26
29
-4
B dan E
1
1
3
25
25
3
0,288
2
4
26
28
22
B dan F
0
4
4
22
0
16
-0,153
4
4
26
26
-16
B dan G
0
2
4
24
0
8
-0,104
2
4
26
28
-8
C dan D
0
1
2
27
0
2
-0,049
1
2
28
29
-2
C dan E
0
2
2
26
0
4
-0,071
2
2
28
28
-4
C dan F
0
4
2
24
0
8
-0,104
4
2
28
26
-8
C dan G
0
2
2
26
0
4
-0,071
2
2
28
28
-4
D dan E
0
2
1
27
0
2
-0,049
2
1
29
28
-2
D dan F
0
4
1
25
0
4
-0,072
4
1
29
26
-4
D dan G
0
2
1
27
0
2
-0,049
2
1
29
28
-2
E dan F
0
4
2
24
0
8
-0,104
4
2
28
26
-8
E dan G
0
2
2
26
0
4
-0,071
2
2
28
28
-4
F dan G
0
2
4
24
0
8
-0,104
2
4
26
28
-8