Perpustakaan Nasional RI Katalog Dalam Terbitan RAYUDASWATI BUDI
PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI Oleh : Rayudaswati Budi, S.Sos, M.Si Cet. I - 2010 KRETAKUPA Print, Makassar vi. 106 hal. : 23x15 ISBN : 978-602-976 92 1-0
Hak Cipta 2010, pada penulis Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apapun, termasuk dengan cara penggunaan mesin foto copy tanpa izin penerbit Layout & Desain Cover : Taufiq “IMAGI Design” Hidayat Dicetak oleh Percetakan : KRETAKUPA Print Makassar Jl. Racing Centre (Komp. UMI) Blok H/21, Makassar Telp. 0411-443944, HP. 081342541747
102
Rayudaswati Budi
I T A Pengantar W S ILMU KOMUNIKASI A I D D U Y U B A R KRETAKUPA Print, Makassar
3. Bapak Drs. H. M. Dahlan Abubakar (Kepala Humas Universitas Hasanuddin) yang tiada hentinya memberi dukungan termasuk membantu penulis dalam pengurusan ISBN dan percetakan. Juga kepada bapak Prof. Dr. H. Hafied Cangara, M. Sc., Dr. Muh. Iqbal Sultan, M. Si., Dr. Muh. Najib, M. Ed., M. Lib., Dr. Muh. Farid, M.Si., Dr. Jeanny Maria Fatima, M. Si., Drs. Sudirman Karnay, M. Si. serta seluruh dosen penulis selama menempuh pendidikan S1 dan S2 di Unhas yang menjadi motivator dan inspirator penulis.
Daftar Isi
I T A W S A I D D U Y U B A R
4. Suami tercinta Taufiq Hidayat yang dengan penuh perhatian dan pengertian serta senantiasa selalu mendampingi dan menyemangati penulis dalam penyusunan buku ini. “I love you honey !” 5. Kedua orangtua tercinta, ayah H. Budisterang (alm) dan ibu Hj. A. Mas’Illang (alm.a) penulis ucapkan terima kasih banyak atas didikan dan asuhannya semasa hidup, walau karya ini belum sempat kalian lihat. Juga kepada kesembilan saudara tercinta, penulis juga ucapkan terima kasih atas kasih sayang serta perhatian yang diberikan selama ini.
6. Pengurus Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (HIMAKOM-UMI) atas interaksi dan komunikasi, ketika penulis harus sejenak berpikir untuk memberikan masukan terhadap program-program himpunan yang berkaitan dengan akademik.
7. Kepada siapa pun yang tak mungkin penulis sebutkan, terimakasih atas kontribusinya, sehingga selesainya buku ini. Semoga semua amal baik bapak/ibu/Sdr. mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT, Amin. Seperti pepatah mengatakan “tiada gading yang tak retak,” tentunya penulisan buku ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis menunggu tegur sapa, saran, kritik yang membangun untuk penyempurnaan buku ini. Makassar, 27 September 2010
Penulis, Rayudaswati Budi
ii
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
BAB I Sejarah, Definisi, dan Tingkatan Proses Komunikasi A. Komunikasi dan Pertumbuhannya B. Para Tokoh Pendiri Komunikasi C. Definisi Komunikasi D. Tingkatan Proses Komunikasi
1 1 3 6
BAB II Fungsi dan Prinsip Komunikasi A. Fungsi Komunikasi B. Prinsip-prinsip Komunikasi C. Hakekat Komunikasi
8 9 10
BAB III Proses dan Unsur-unsur Dasar Komunikasi A. Proses Komunikasi B. Unsur-Unsur Komunikasi
12 15
BAB IV Model Dasar Komunikasi I. Pengertian dan Fungsi Model A. Model Komunikasi Barnlund B. Model Komunikasi Laswell C. Model Sirkulasi Sirkuler dari Osgood dan Schramm D. Model Komunikasi Gerbner E. Model Komunikasi Riley& Riley F. Model Komunikasi Newcomb G. Model Komunikasi Shannon dan Weaver H. Model Komunikasi Defleur
22 23 25 25 26 28 29 29 30
iii
II. Model-model Pengaruh Komunikasi A. Model Stimulus-Response (S-R) B. Model Pengaruh Psikologis TV dari Comstock C. Model Komunikasi Dua Tahap Katz & Lazarfeld D. Model Spiral Keheningan
31 31 32 33 34
I T A W S A I D D U Y U B A R
BAB V Konsep dan Teori Informasi A. Pandangan tentang Informasi 36 B. Teori Informasi 38 C. Sifat Informasi 39 D. Mengatasi Ketidakpastian dengan Redudancy 40 E. Jenis dan Kualitas Informasi 40 BAB VI Pesan dan Makna : Antara Wadah dan Isi A. Makna tentang Makna B. Teori Makna
43 44
BAB VII Perbedaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal A. Maksud dan Tujuan Pesan B. Perbedaan Simbolik C. Mekanisme Proses D. Pertimbangan Perilaku E. Jenis Komunikasi Nonverbal F. Fungsi Komunikasi Nonverbal
46 47 47 48 50 57
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
Sejarah, Definisi dan Tingkatan Proses Komunikasi
A. Komunikasi dan Pertumbuhannya Ilmu komunikasi, seperti juga antropologi atau sosiologi, adalah disiplin ilmu deskriptif. Dalam sejarah pertumbuhannya, ilmu komunikasi berawal sejak retorika terlahir sebagai pengetahuan dan seni berbicara secara lisan, tatap muka dalam konteks publik (lihat Effendy, 2000). Ilmu dan seni dalam menyampaikan pesan ini kemudian berkembang bukan saja dalam tataran tatap muka dengan publik, tapi juga melalui media massa. Di Eropa, ia berkembang menjadi publizistikwissenschaft atau publisitik, sedangkan di Amerika ia lebih dikenal sebagai communication science atau ilmu komunikasi. B. Para Tokoh Pendiri Komunikasi Baru belakangan ini, utamanya setelah paruh berakhirnya Perang Dunia II, bidang studi komunikasi relatif menemukan identitasnya sendiri. Perkembangan sebe-lumnya masih terkait erat pada disiplin ilmu-ilmu murninya, seperti sosiologi, psikologi, atau politik. Sebelum itu, dapat dikatakan ilmu komunikasi masih mencari bentuknya. Karena itu, perintis dan bapak ilmu komunikasi umumnya berasal atau terkait dengan disiplin ilmu-ilmu murni itu. Berikut ini uraian ringkas para tokoh peletak batu pertama ilmu komunikasi di Amerika yang disarikan dari berbagai sumber :
iv
1
Bab I: Sejarah, Definisi dan Tingkatan Proses Komunikasi
• John Dewey (Psikologi dan Filsafat): ia adalah ahli psikologi dan filsafat. Sebagai pengajar dan peneliti di University of Michigan (1884 -1894), Dewey menginginkan adanya surat kabar sebagai alat perubahan sosial. Meskipun surat kabar yang diinginkan Dewey tidak pernah terwujud dalam hidupnya, ia tidak sangsi akan potensi surat kabar untuk membawa reformasi sosial.
Pengantar Ilmu Komunikasi
studi eksperimen banyak mengkaji dinamika kelompok dalam hubungannya dengan komunikasi. la juga menaruh perhatian terhadap studi gatekeeping tentang pengendalian arus informasi melalui saluran komunikasi hingga akhir hayatnya 1947.
I T A W S A I D D U Y U B A R
• Charles H. Cooley (Sosiologi): lahir pada 1864. Cooley melihat bahwa proses komunikasi antarpribadi merupakan basis sosialisasi dari studi sosiologi. la meninggal pada 1920, dan sepanjang kariernya melakukan observasi atas hal ini.
• Robert E. Park (Filsafat dan Sosiologi): sarjana pada 1887, menjadi wartawan selama 11 tahun. Selama karier kewartawanannya, ia menganalisis perilaku menyimpang pada masyarakat miskin kota. la melihat bagaimana tipe jurnalistik memiliki kekuatan untuk menciptakan perubahan sosial. Perhatiannya sangat besar terhadap peranan berita dalam membentuk pendapat umum, mendorongnya mengambil program master di bidang filsafat pada Harvard University dan melanjutkan program doktornya di University of Berlin. Kembali ke Amerika, ia menjadi petugas public relations untuk Congo Reform Association. Pada 1914, ia menjadi staf pengajar di University of Chicago dan memberi perhatian mendalam pada riset terhadap isu-isu yang menjadi prioritas penerbitan surat kabar, yang kemudian dikenal sebagai studi Agenda Setting. • George H. Mead (Filsafat dan Psikologi): ia banyak terpengaruh Dewey dan Cooley dengan menempatkan komunikasi sebagai basis sosialisasi. Melalui pendekatan ilmu jiwa sosial, Mead mengakui komunikasi sebagai hal yang paling mendasar bagi hubungan antarmanusia. • Kurt Lewin (Psikologi): Lewin adalah ilmu wan Jerman keturunan Yahudi, mengajar di Universitas Berlin. Ketika Nazi berkuasa tahun 1933, ia melarikan diri dan masuk ke University of Iowa. Wilbur Schramm adalah salah seorang muridnya. Lewin, yang juga terpengrauh pemikiran Freud, dengan menggunakan 2
• Nobert Weiner (Matematika): lahir pada 1894, meraih doktor pada usia 19 tahun. Pada 1919, menjadi profesor matematika di MIT. la juga tertarik mempelajari fisika, jaringan saraf, dan kedokteran jiwa. Ketika PD II pecah, Weiner mengembangkan teori Cybernetics. Dalam proyek itu ia bekerja sama dengan Warren Weaver serta John Neuman dari Princeton University, yang kelak mencetuskan komputer pertama ENIAC. Weiner meninggal pada 1964, mewarisi teori cybernetics yang membahas tentang kelanjutan arus informasi dilihat dari segi recording, encoding, storage, transmisi, dan diseminasi antara satu sistem dengan sistem lainnya.
• Harold D. Laswell (Ilmu Politik): lahir pada 1902, di usia 16 tahun menjadi mahasiswa University of Chicago. la banyak dipengaruhi John Dewey, George Mead, dan Robert Park. la adalah ahli ilmu sosial Amerika pertama yang tertarik pada bidang psikoanalisis dari Sigmund Freud. Kontribusi Lasswell pada ilmu komunikasi banyak ditemukan dalam bukunya Propaganda and Communication in World History, yang memuat formulasi yang kelak banyak digunakan dalam riset komunikasi massa: who, says what, in with channel, to whom, with what effect.
• Paul F. Lazarsfeld (Matematika dan Sosiologi): lahir 1901, meraih gelar doktor ilmu matematika dari University of Viena, Austria, pada 1920. Ketika Nazi Jerman datang tahun 1933, ia keluar dari Austria. Pada 1939, Lazarsfeld masuk ke Columbia University, New York, sebagai profesor sosiologi. Seperti halnya Lewin, Lazarsfeld terpengaruh pemikiran Freud yang menyebabkannya tertarik melakukan studi terhadap sumber-sumber perilaku. Ketika itu, radio menjadi kehidupan utama masyarakat Amerika dan ia aktif melakukan riset di bidang khalayak dan efek dengan metode survei dan interview. Kegiatan ini memberi kontribusi 3
Bab I: Sejarah, Definisi dan Tingkatan Proses Komunikasi
terhadap ilmu komunikasi dan menjadikan riset di bidang komunikasi sebagai usaha yang melembaga. la memformulasi teori komunikasi dua langkah (two-step-flow), bahwa pengaruh media sangat kecil terhadap perilaku pemilihan dibanding dengan saluran antarpribadi yang mengandalkan peran pemuka pendapat (opinion leader).
Pengantar Ilmu Komunikasi
dalam bidang komunikasi pada 1950. la mengabdi pada bidang komunikasi hingga akhir hayatnya, 1987. Schramm adalah orang pertama yang menjalin bidang-bidang ilmu sosial seperti psikologi sosial, antropologi, ilmu politik, dan ekonomi untuk pengembangan ilmu komunikasi.
I T A W S A I D D U Y U B A R
• Carl I. Hovland (Psikologi Eksperimen): apabila pelopor komunikasi sebelumnya banyak dipengaruhi pemikiran Eropa, Hovland dapat dikatakan murni Amerika. Ketika PD II meletus, ia dipanggil kantor penerangan AS untuk mempelajari pengaruh film terhadap moral tentara. Hovland mengkaji pengaruh film dari segi kredibilitas sumber, penyajian pesan dalam satu sisi (one-side) atau dua sisi (two-side), aspek kekuatan dan efeknya terhadap tentara. Kelak, eksperimen Hovland banyak memberi manfaat dalam studi komunikasi persuasif.
• Claude E. Shannon (Elektronika): lahir 1916, meraih gelar sarjana muda di Michigan dan meraih doktor dari MIT. Di sini, ia menjadi murid Norbert Weiner, walau tidak terlalu banyak berhubungan dengan dosennya itu. Sebagai sarjana elektronika, Shannon lebih banyak menghabiskan waktu di laboratorium Bell. Kontribusi Shannon terhadap ilmu komunikasi adalah tulisannya yang membicarakan teori informasi. Bersama Weaver, ia mengembangkan the Mathematical Theory of Communication, memperkenalkan model komunikasi yang kelak banyak dikutip sarjana komunikasi dan dipandang sebagai model komunikasi pertama yang dilukiskan secara visual.
• Wilbur Schramm (Kesusastraan): lahir pada 1908, memperoleh gelar master dari Harvard University dan doktor bidang kesusastraan Amerika dari University of Iowa. la mengajar mata kuliah creative writing. Ketika PD II pecah, ia bekerja di kantor penerangan angkatan perang AS, di mana ia bertemu Lasswell. Empat tahun kemudian, ia pindah ke University of Ilionis, mendirikan lembaga pendidikan dan riset komunikasi. Di sini, Schramm pertama kali menerima mahasiswa program doktor 4
• Everett M. Rogers (Sosilogi Pedesaan): meraih gelar master di Iowa University dan melanjutkan studinya di bidang sosiologi. Meraih doktor pada 1957, saat Scramm meluluskan doktor angkatan pertama di bidang ilmu komunikasi. Disertasi Rogers membicarakan difusi inovasi pada masyarakat pedesaan Iowa. Pada 1964, ketika pindah ke Michigan University, Rogers bersama David K. Berlo - doktor komunikasi angkatan pertama yang diluluskan Schramm pada 1957 - membina jurusan ilmu komunikasi.
C. Definisi komunikasi Komunikasi, sebagai kata yang abstrak, pada dasarnya sulit didefinisikan. Komunikasi memiliki sejumlah arti. Para pakar telah membuat banyak upaya untuk mendefinisikan komunikasi. Namun, menetapkan satu definisi tunggal terbukti tidak mungkin dan tidak berguna, utamanya melihat pada berbagai ide yang dibawa dalam istilah itu. Definisi mana yang kita pilih, tergantung kegunaannya, dalam hal apa definisi itu kita perlukan. Dalam tahap awal pembahasan ini, cobalah Anda kaji, manakah di antara peristiwa di bawah ini yang merupakan obyek kajian ilmu komunikasi? 1. Suatu petang Anda berdiri takjub di tepi padang ilalang dan berkata,” Wahai rumput yang bergoyang, sungguh indah pemandangan yang kau berikan padaku di petang ini...” 2. Suatu hari Anda berkunjung ke makam kakek Anda. Sambil menabur bunga, lirih Anda berkata, ”Kakek, jika selama hidup cucumu ini selalu membuatmu kesal, maafkanlah...” 3. Suatu malam Anda berdoa, ”Ya Allah, maafkanlah segala kesalahan Ibu dan Bapakku...” 5
Bab I: Sejarah, Definisi dan Tingkatan Proses Komunikasi
4. Anda berkata pada kucing kesayangan, ”Pus, mari sini, biar aku elus”. Kucing itu, sambil mengibas ekor, datang menghampiri. 5. Anda berkata kepada seorang teman, ”Wah, maaf, kemarin saya lupa menelepon”. 6. Teman Anda tertawa-tawa. Kepada teman Anda yang menjadi pasien RS Jiwa itu, Anda bertanya, ”Apa kabar, bagaimana kesehatanmu?”
Pengantar Ilmu Komunikasi
Bukankah penerima pesan, kawan yang sedang dirawat di rumah sakit jiwa itu adalah manusia juga?
I T A W S A I D D U Y U B A R
Manakah di antara peristiwa di atas yang menjadi obyek kajian ilmu komunikasi? Untuk dapat mengidentifikasi hal ini, kita perlu memiliki satu definisi komunikasi yang dapat kita pegang bersama. Definisi ini kita perlukan guna memberi pengertian dan pembatasan tentang komunikasi dan ilmu komunikasi yang kita maksud. Komunikasi: Definisi dan Obyek Kajian Untuk menyatukan pemahaman, mari kita definisikan komunikasi sebagai usaha penyampaian pesan antarmanusia, dan karenanya, kita nyatakan ilmu komunikasi sebagai ilmu yang mempelajari usaha penyampaian pesan antar manusia. Syarat suatu ilmu, sebagaimana disimpulkan pada bagian terdahulu, harus memiliki obyek kajian; di mana obyek kajian itu harus terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifatnya (Poedjawijatna, 1983; Hatta, 1987). Obyek Ilmu Komunikasi adalah komunikasi itu sendiri, yakni usaha penyampaian pesan antarmanusia.
Kembali pada enam peristiwa di atas, berdasarkan definisi yang kita gunakan, dapat kita nyatakan bahwa ilmu komunikasi hanya mengkaji peristiwa nomor lima. Karena, hanya peristiwa nomor lima yang mengkaji perilaku manusia (obyek materia), yakni dalam hal penyampaian pesan antarmanusia (obyek forma). Ilmu komunikasi tidak mengkaji penyampaian pesan kepada makhluk yang bukan manusia, walau tidak dipungkiri bahwa manusia juga menyampaikan ”pesan” kepada makhluk yang bukan manusia - seperti kepada hewan atau tumbuhan dan bahkan Tuhan - biarlah hal itu menjadi obyek kajian ilmu yang lain. Jika halnya demikian, bagaimanakah dengan peristiwa nomor 6? 6
Tiga Kategori Definisi Komunikasi Tahun 1976, Dance dan Larson mengumpulkan 126 definisi komunikasi yang berlainan. Saat ini, jumlah itu telah meningkat lebih banyak lagi. Namun, Dance dan Larson mengidentifikasi tiga dimensi konseptual penting yang mendasari perbedaan dari ke-126 definisi temuannya itu;
(1) Tingkat observasi atau derajat keabstarakannya: yang bersifat umum, misalnya definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan. Yang bersifat terlalu khusus, misalnya definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah alat untuk mengirimkan pesan militer, perintah, dan sebagainya melalui telepon, telegraf, radio, kurir, dan sebagainya. (2) Tingkat kesengajaan: yang mensyaratkan kesengajaan, misalnya definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah situasi-situasi yang memungkinkan suatu sumber mentransmisikan suatu pesan kepada seorang penerima dengan disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima. Sedangkan definisi yang mengabaikan kesengajaan, misalnya dari Code (1959), yang menyatakan komunikasi sebagai proses yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki oleh seseorang atau monopoli seseorang menjadi dimiliki dua orang atau lebih. (3) Tingkat keberhasilan dan diterimanya pesan: yang menekankan keberhasilan dan diterimanya pesan, misalnya definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah proses pertukaran informasi untuk mendapatkan saling pengertian. Sedangkan yang tidak menekankan keberhasilan, misalnya definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah proses transmisi informasi (lihat Littlejohn, 2002). Kata atau istilah “komunikasi” (Bahasa Inggris “communication”) berasal dari Bahasa Latin “communicatus” yang berawal dari kata ”communico” yang berarti “berbagi” atau “menjadi milik bersama”. Dengan demikian, kata komunikasi menurut kamus bahasa mengacu pada suatu upaya yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan(Stuart, 1983). 7
Bab I: Sejarah, Definisi dan Tingkatan Proses Komunikasi
Menurut Webster New Collogiate Dictionary dijelaskan bahwa komunikasi adalah “suatu proses pertukaran informasi di antara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku”.
Pengantar Ilmu Komunikasi
mengubah atau membentuk perilaku. Definisi Berelson dan Steiner, menekankan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian, yaitu penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain.
I T A W S A I D D U Y U B A R
Berikut ini adalah bebarapa definsi tentang ilmu komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut : Hovland, Janis & Kelley Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak). Berelson & Steiner Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar, angka-angka, dan lain-lain.
Harold Laswell Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa” “mengatakan “apa” “dengan saluran apa”, “kepada siapa” , dan “dengan akibat apa” atau “hasil apa”.(who says what in which channel to whom and with what effect).
Barnlund Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego. Weaver Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya.
Gode Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari semula yang dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih.
Dari berbagai definisi tentang ilmu komunikasi tersebut di atas, terlihat bahwa para ahli memberikan definisinya sesuai dengan sudut pandangnya dalamelihat komunikasi. Masing-masing memberikan penekanan arti, ruang lingkup, dan konteks yang berbeda.Hal ini menunjukkan bahwa, ilmu komunikasi sebagai bagian dari ilmu sosial adalah suatu ilmu yang bersifat multi-disipliner. Definisi Hovland Cs, memberikan penekanan bahwa tujuan komunikasi adalah 8
Definisi Laswell, secara eksplisit dan kronologis menjelaskan tentang lima komponen yang terlibat dalam komunikasi, yaitu : - siapa (pelaku komunikasi pertama yang mempunyai inisiatif atau sumber. - mengatakan apa ( isi informasi yang disampaikan) - kepada siapa (pelaku komunikasi lainnya yang dijadikan sasaran penerima) - melalui saluran apa (alat/saluran penyampaian informasi) - dengan akibat/hasil apa (hasil yang terjadi –pada diri penerima)
Definisi Laswell ini juga menunjukkan bahwa komunikasi itu adalah suatu upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan. Definisi Gode, memberi penekanan pada proses penularanpemilikan, yaitu dari yang semula (sebelum komunikasi) hanya dimiliki oleh satu orang kemudian setelah komunikasi menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih. Definisi Barnlund, menekankan pada tujuan komunikasi, yaitu untuk mengurangi ketidakpastian, sebagai dasar bertindak efektif, dan untuk mempertahankan atau memperkuat ego. Berdasarkan definisi-definisi tentang komunikasi tersebut di atas, dapat diperoleh gambaran bahwa komunikasi mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut : Komunikasi adalah suatu proses Komunikasi sebagai suatu proses artinya bahwa komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahapan atau sekuensi) serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu. Komunikasi adalah suatu upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan. Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja, serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari pelakunya. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari 9
Bab I: Sejarah, Definisi dan Tingkatan Proses Komunikasi
para pelaku yang terlibat kegiatan komunikasi akan berlangsung baik apabila pihak-pihak yang berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan yang disampaikan.
Pengantar Ilmu Komunikasi
dengan peran dan kedudukannya dalam kelompok. Pesan atau informasi yang disampaikan juga menyangkut kepentingan seluruh anggota kelompok, bukan bersifat pribadi.Misalnya, ngobrol-ngobrol antara ayah, ibu, dan anak dalam keluarga, diskusi guru dan murid di kelas tentang topik bahasan, dsbnya.
I T A W S A I D D U Y U B A R
Komunikasi bersifat simbolis Komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang. Lambang yang paling umum digunakan dalam komunikasi antar manusia adalah bahasaverbal dalam bentuk kata-kata, kalimat, angka-angka atau tanda-tanda lainnya. Komunikasi bersifat transaksional Komunikasi pada dasarnya menuntut dua tindakan, yaitu memberi dan menerima. Dua tindakan tersebut tentunya perlu dilakukan secara seimbang atau porsional.
Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu Maksudnya adalah bahwa para peserta atau pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang sama. Dengan adanya berbagai produk teknologi komunikasi seperti telepon, internet, faximili, dan lain-lain, faktor ruang dan waktu tidak lagi menjadi masalah dalam berkomunikasi. D. Tingkatan Proses Komunikasi
Menurut Denis McQuail, secara umum kegiatan/proses komunikasi dalam masyarakat berlangsung dalam 6 tingkatan sebagai berikut :
Komunikasi antar-kelompok/asosiasi Yakni kegiatan komunikasi yang berlangsung antara suatu kelompok dengan kelompok lainnya. Jumlah pelaku yang terlibat boleh jadi hanya dua atau beberapa orang, tetapi masing-masing membawa peran dan kedudukannya sebagai wakil dari kelompok/asosiasinya masing-masing. Komunikasi Organisasi Komunikasi organisasi mencakup kegiatan komunikasi dalam suatu organisasi dan komunikasi antar organisasi. Bedanya dengan komunikasi kelompok adalah bahwa sifat organisasi organisasi lebih formal dan lebih mengutamakan prinsip-prinsip efisiensi dalam melakukan kegiatan komunikasinya. Komunikasi dengan masyarakat secara luas Pada tingkatan ini kegiatan komunikasi ditujukan kepada masyarakat luas. Bentuk kegiatan komunikasinya dapat dilakukan melalui dua cara : Komunikasi massa Yaitu komunikasi melalui media massa seperti radio, surat kabar, TV, dsbnya. Langsung atau tanpa melalui media massa Misalnya ceramah, atau pidato di lapangan terbuka.
Komunikasi intra-pribadi (intrapersonal communication) Yakni proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang, berupa pengolahan informasi melalui pancaindra dan sistem syaraf.Contoh : berpikir, merenung, menggambar, menulis sesuatu, dll.
Komunikasi antar-pribadi (interpersonal communication) Yakni kegiatan komunikasi yang dilakukan secara langsung antara seseorang dengan orang lainnya.Misalnya percakapan tatap muka, korespondensi, percakapan melalui telepon, dsbnya. Komunikasi dalam kelompok (group communication) Yakni kegiatan komunikasi yang berlangsung di antara suatu kelompok. Pada tingkatan ini, setiap individu yang terlibat masing-masing berkomunikasi sesuai 10
11
I T A W S A I D D U Y U B A R BAB II
Fungsi dan Prinsip Komunikasi
A. Fungsi Komunikasi Secara umum fungsi Komunikasi adalah : 1. Dapat menyampaikan pikiran atau perasaan 2. Tidak terasing atau terisolasi dari lingkungan 3. Dapat mengajarkan atau memberitahukan sesuatu 4. Dapat mengetahui atau mempelajari dari peristiwa di lingkungan 5. Dapat mengenal diri sendiri 6. Dapat memperoleh hiburan atau menghibur orang lain. 7. Dapat mengurangi atau menghilangkan perasaan tegang 8. Dapat mengisi waktu luang 9. Dapat menambah pengetahuan dan merubah sikap serta perilaku kebiasaan 10. Dapat membujuk atau memaksa orang lain agar berpendapat bersikap atau berperilaku sebagaimana diharapkan. Deddy Mulyana dalam bukunya Ilmu komunikasi suatu pengantar mengutip Kerangka berpikir William I. Gorden mengenai fungsifungsi komunikasi yang dibagi menjadi empat bagian. Fungsi-fungsi suatu peristiwa komunikasi (communication event) tampaknya tidak sama sekali independen, melainkan juga berkaitan dengan fungsifungsi lainnya, meskipun terdapat suatu fungsi dominan.
12
13
Bab II: Fungsi dan Prinsip Komunikasi
FUNGSI KOMUNIKASI SOSIAL komunikasi itu penting membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, kelangsungan hidup untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan.Pembentukan konsep diriKonsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Pernyataan eksistensi diri Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang disebut aktualisasi diri atau pernyataan eksistensi diri. Ketika berbicara, kita sebenarnya menyatakan bahwa kita ada.
FUNGSI KOMUNIKASI RITUAL Komunikasi ritual sering dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dalam acara tersebut orang mengucapakan kata2 dan menampilkan perilaku yang bersifat simbolik.
FUNGSI KOMUNIKASI INSTRUMENTAL Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan dan juga untuk menghibur (persuasif) Suatu peristiwa komunikasi sesungguhnya seringkali mempunyai fungsi-fungsi tumpang tindih, meskipun salah satu fungsinya sangat menonjol dan mendominasi.
Prinsip-prinsip komunikasi seperti halnya fungsi dan definisi komunikasi mempunyai uraian yang beragam sesuai dengan konsep yang dikembangkan oleh masing-masing pakar. Istilah prinsip oleh William B. Gudykunst disebut asumsi-asumsi komunikasi. Larry A. Samovar dan Richard E.Porter menyebutnya karakteristik komunikasi. Deddy Mulyana, Ph.D membuat istilah baru yaitu prinsip-prinsip 14
komunikasi. Terdapat 12 prinsip komunikasi yang dikatakan sebagai penjabaran lebih jauh dari definisi dan hakekat komunikasi yaitu : Prinsip 1 : Komunikasi adalah suatu proses simbolik. Komunikasi adalah sesuatu yang bersifat dinamis, sirkular dan tidak berakhir pada suatu titik, tetapi terus berkelanjutan.
I T A W S A I D D U Y U B A R
FUNGSI KOMUNIKASI EKSPRESIF Komunikasi ekspresif dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi kita) melalui pesanpesan non verbal.
B. Prinsip – Prinsip Komunikasi
Pengantar Ilmu Komunikasi
Prinsip 2 : Setiap prilaku mempunyai potensi komunikasi. Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang tersebut sudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi suatu stimulus.
Prinsip 3 : Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan. Setiap pesan komunikasi mempunyai dimensi isi dimana dari dimensi isi tersebut kita bisa memprediksi dimensi hubungan yang ada diantara pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi. Percakapan diantara dua orang sahabat dan antara dosen dan mahasiswa di kelas berbeda memiliki dimesi isi yang berbeda.
Prinsip 4 : Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan. Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat kesengajaan yang rendah artinya tindakan komunikasi yang tidak direncanakan (apa saja yang akan dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan secara rinci dan detail), sampai pada tindakan komunikasi yang betul-betul disengaja (pihak komunikan mengharapkan respon dan berharap tujuannya tercapai)
Prinsip 5 : Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu. Pesan komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikan baik secara verbal maupun non-verbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu berlangsung. Prinsip 6 : Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi. Tidak dapat dibayangkan jika orang melakukan tindakan komunikasi di luar norma yang berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum maka 15
Bab II: Fungsi dan Prinsip Komunikasi
Pengantar Ilmu Komunikasi
kita dapat memprediksi bahwa pihak penerima akan membalas dengan senyuman, jika kita menyapa seseorang maka orang tersebut akan membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu akan membuat seseorang menjadi tenang dalam melakukan proses komunikasi.
Prinsip 12 : Komunikasi bukan panasehat untuk menyelesaikan berbagai masalah. Dalam arti bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah.
I T A W S A I D D U Y U B A R
Prinsip 7 : Komunikasi itu bersifat sistemik. Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai, adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal internal tersebut. Sisi internal seperti lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia bersosialisasi mempengaruhi bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi.
Prinsip 8 : Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi. Jika dua orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang sama, maka ada kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk saling dikomunikasikan. Kedua pihak mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol yang saling dipertukarkan.
Prinsip 9 : Komunikasi bersifat nonsekuensial. Proses komunikasi bersifat sirkular dalam arti tidak berlangsung satu arah. Melibatkan respon atau tanggapan sebagai bukti bahwa pesan yang dikirimkan itu diterima dan dimengerti. Prinsip 10 : Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional. Konsekuensi dari prinsip bahwa komunikasi adalah sebuah proses adalah komunikasi itu dinamis dan transaksional. Ada proses saling memberi dan menerima informasi diantara pihak-pihak yang melakukan komunikasi. Prinsip 11 : komunikasi bersifat irreversible. Setiap orang yang melakukan proses komunikasi tidak dapat mengontrol sedemikian rupa terhadap efek yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan. Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, jika seseorang sudah berkata menyakiti orang lain, maka efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja pada diri orang lain tersebut. 16
C.
Hakekat Komunikasi Memahami komunikasi berarti memahami apa yang terjadi selama komunikasi berlangsung, mengapa itu terjadi, manfaat apa yang dirasakan, akibat-akibat apa yang ditimbulkannya, apakah tujuan dari aktifitas berkomunikasi sesuai dengan apa yang diinginkan, memahami hal-hal yang dapat mempengaruhi dan memaksimalkan hasil-hasil dari kejadian tersebut. Menurut Anwar Arifin (1988:17), komunikasi merupakan suatu konsep yang multi-makna. Makna komunikasi dapat dibedakan berdasarkan:
Komunikasi sebagai proses sosial Komunikasi pada makna ini ada dalam konteks ilmu sosial. Dimana para ahli ilmu sosial melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan komunikasi yang secara umum menfokuskan pada kegiatan manusia dan kaitan pesan dengan perilaku. Harold D. Lasswell meneliti masalah identifikasi simbol dan image yang bertolak belakang dengan realitas/efek pada opini publik. Berkaitan dengan efek-efek teknik propaganda pada perang dunia 1 (1927). Beliau seorang ahli politik, meneliti dengan cara meyebarkan leaflet mengenai perang. Kurt Lewin meneliti fungsi-fungsi komunikasi pada kelompok sosial informal. Lewin meneliti tipe-tipe gatekeeper yang dilakukan oleh pemimpin-pemimpin autokratik, demokratik. Lewin juga meneliti individu-individu yang ada pada kelompok-kelompok penekan dan individu-individu yang berada pada kelompok (members group). Soearang ahli psikologi. Carl Hovland meneliti kredibilitas sumber (komunikator) hubungannya dengan efek persuasi (perubahan sikap). Hovland adalah peneliti 17
Bab II: Fungsi dan Prinsip Komunikasi
yang memperkenalkan penelitian-peneltian eksperimental dalam komunikasi massa. Seorang ahli sosiologi, meneliti melalu pemutaran film berbeda kepada 2 kelompok berbeda, dan melihat efek dari film tersebut terhadap individu. Kredibiltas terdiri dari:
Pengantar Ilmu Komunikasi
penting. Antara komunikasi dan bidang profesional terdapat kaitan yang signifikan. Dalam menunjang suatu profesi atau karir yang menuntut kemampuan pemahaman pada sifat dasar komunikasi, berkomunikasi secara kompeten dan efektif diperlukan dalam bidang kemampuan berkomunikasi (speech communication), komunikasi massa, komunikasi organisasi, komunikasi politik, public relations, periklanan, penyiaran (broadcasting) dan pemasaran.
I T A W S A I D D U Y U B A R
1. Expert (ahli dalam bidang tersebut) 2. Competency (memiliki kompetensi) 3. Skill (harus memiliki kemampuan dalam bidang nya) 4. Trust (harus bisa di percaya)
Paul F.Lazarsfeld mengungkapkan hubungan antara status sosial, ekonomi, mass media exposure dan pengaruh interpersonal atau efek pengetahuan, sikap dan perubahan perilaku. Teknik-teknik analisis yang digunakan oleh para peneliti tersebut memberikan contoh bagaimana menjelaskan sistem komunikasi dalam konteks proses sosial.
Pengetahuan dan kemampuan komunikasi adalah dasar untuk kualitas kepemimpinan. Merupakan hal pokok untuk hubungan interpersonal, mempengaruhi dan perkembangan informasi dalam organisasi. Komunikasi juga memainkan peran penting dalam perencanaan, pengambilan keputusan, pemikiran strategis, memperoleh pengetahuan teknis dan menilai hasil.
Komunikasi sebagai Peristiwa Dalam hal ini komunikasi mempunyai pengertian, bahwa komunikasi merupakan gejala yang dipahami dari sudut bagaimana bentuk dan sifat terjadinya. Peristiwa komunikasi dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria tertentu. Ada yang membedakan komunikasi massa dengan komunikasi tatap muka, komunikasi verbal dan non verbal, komunikasi yang menggunakan media dan tanpa media.
Komunikasi sebagai Ilmu Struktur ilmu pengetahuan meliputi aspek aksiologi, epistomologi dan ontologi. Aksiologi mempertanyakan dimensi utilitas (faedah, peranan dan kegunaan). Epistomologi menjelaskan norma-norma yang dipergunakan ilmu pengetahuan untuk membenarkan dirinya sendiri. Sedangkan ontologi mengenai struktur material dari ilmu pengetahuan. Komunikasi sebagai kiat atau keterampilan Komunikasi dipandang sebagai skill yang oleh individu dipergunakan untuk melakukan profesi komunikasi. Perkembanagan dunia komunikasi di Indonesia pada masa yang akan datang menunjukkan prospek yang semakin cerah. Dengan demikian, masalah-masalah yang berhubungan dengan profesi komunikasi tetap menjadi agenda 18
19
I T A W S A I D D U Y U B A R BAB III
Proses dan Unsur-unsur Dasar Komunikasi
A. Proses Komunikasi Secara linear proses komunikasi sedikitnya melibatkan empat elemen atau komponen sbb: 1. Sumber/pengirim pesan/ komunikator yakni: seseorang atau sekelompok orang atau suatu organisasi/institusi yang mengambil inisiatif menyampaiakan pesan 2. Pesan, berupa lambang atau tanda seperti kata-kata tertulis atau secara lisan, gambar, angka, gestura (gerakan). 3. Saluran, yakni sesuatu yang dipakai sebagai alat penyampaian/ pengiriman pesan (misalnya telepon, radio, surat, surat kabar, majalah, TV, gelombang udara dalam konteks komunikasi antar pribadi secara tatap muka) 4. Penerima/komunikan, yakni seseorang atau sekelompok orang atau organisasi/ institusi yang dijadikan sasaran penerima pesan.
Di samping keempat elemen tersebut di atas (lazim disebut sebagai model S-M-C-R atau Source-Message-Channel-Receiver, ada 3 (tiga) elemen atau faktor lainnya yang juga penting dalam proses komunikasi, yakni : 1. Efek/akibat/ dampak/ hasil yang terjadi pada pihak penerima/ komunikan 20
21
Bab III: Proses dan Unsur-unsur Dasar Komunikasi
Pengantar Ilmu Komunikasi
2. Umpan balik/ feedback, yakni tanggapan balik dari pihak penerima/ komunikan atas pesan yang diterima. 3. Gangguan /noise, yakni faktor-faktor fisik atau psikologis yang dapat mengganggu atau menghambat kelancaran proses komunikasi.
I T A W S A I D D U Y U B A R
Secara sederhana proses komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut :
Sumber/ penerima a
pesan saluran
Penerima/ Sumber
Efek/akibat/ hasil
Source/receiver
Interpreting Decoding
Channel
Keterangan : Source Encoding Decoding Interpreting Messages Channel Receiver Feedback 22
Decoding
Source/receiver
Interpreting Encoding
Messages Channel
Tanggapan yang disampaikan penerima pesan kepada sumber disebut sebagai umpan balik. Pihak sumber kemudian akan mengartikan dan menginterpretasikan tanggapan tadi, dan kembali ia akan melakukan pembentukan dan penyampaian pesan baru. Demikianlah proses ini terus berlanjut secara sirkuler, dimana kedudukan sebagai sumber dan penerima berlaku secara bergantian. Menurut Wilbur Schramm (1973), suatu proses atau kegiatan komunikasi akan berjalan baik apabila terdapat overlaping of interest (pertautan minat dan kepentingan) diantara sumber dan penerima pesan.
Messages Channel
Encoding
Proses komunikasi yang digambarkan diatas dapat dijelaskan demikian : pertama, pihak sumber membentuk (encode) pesan dan menyampaikannya melalui satu saluran tertentu ( misalnya melalui surat, telepon, gelombang udara) jika komunikasi berlangsung secara tatap muka. Kemudian pihak penerima mengartikan dan menginterpretasikan pesan tersebut. Apabila ia (penerima) punya tanggapan maka ia akan membentuk pesan dan menyampaikannya kembali kepada sumber.
Channel
: Sumber pengirim pesan : Membentuk kode-kode pesan : Memecahkan/membaca kode-kode pesan : Menginterpretasikan kode pesan : Pesan : Saluran : Penerima pesan : Umpan balik
A
Frame Frameofof
Reference
M
reference
Frame Frame of of Reference
B
reference
Overlapping of Interest
A dan B : para pelaku komunikasi M : message/pesan
Untuk terjadinya overlaping of interest dituntut adanya persamaan (dalam tingkat yang relatif) dalam hal kerangka referensi (frame of reference) dari kedua pelaku komunikasi (sumber, penerima). Yang dimaksud dengan kerangka referensi disini, antara lain menunjukkan pada tingkat pendidikan, pengetahuan, latar belakang budaya, 23
Bab III: Proses dan Unsur-unsur Dasar Komunikasi
kepentingan, orientasi. Semakin besar tingkat persamaan dalam hal kerangka referensi, semakin besar pula overlaping of interest, dan ini berarti akan semakin mudah proses komunikasi berlangsung.
Pengantar Ilmu Komunikasi
Sementara faktor-faktor psikologis yang dapat mengganggu proses komunikasimisalnya rasa takut, „grogi“ atau „emosi“ (marah).
I T A W S A I D D U Y U B A R
Sebagai contoh : Si A seorang mahasiswa ingin berbincang-bincang soal perkembangan nilai valuta asing dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Bagi si A tentunya akan lebih mudah dan lancar apabila pembicaraan mengenai hal tersebut dilakukan dengan si B yang juga sama-sama mahasiswa. Seandainya si A membicarakan hal tersebut dengan si C, seorang pemuda desa tamatan SD, tentu proses komunikasinya tidak berjalan sebagaimana diharapkan si A, karena antara si A dengan si C terdapat perbedaan yang menyangkut tingkat pengetahuan, pengalaman, budaya, orientasi dan mungkin juga kepentingannya.
Contoh di atas, memberikan gambaran bahwa proses komunikasi akan berjalan baik atau mudah apabila diantara para pelaku komunikasi yang terlibat terdapat banyak persamaan dalam hal kerangka referensi. Namun demikian, tidak berarti bahwa komunikasi baru terjadi apabila kerangka referensi dari masingmasing pelaku (sumber dan penerima) relatif sama. Artinya, apabila kita ingin berkomunikasi dengan baik dengan seseorang maka kita harus mengolah dan menyampaikan pesan dalam bahasa dan caracara lain yang sesuai dngan tingkat pengetahuan, pengalaman, orientasi dan latar belakang budayanya. Dengan kata lain pihak sumber perlu mengenali karakteristik individual, sosial dan budaya dari pihak penerima. Dalam praktek, komunikasi yang terjadi antara sumber dan penerima ini sering tidak dapat berjalan dengan baik karena ada gangguan (noise). Gangguan yang dimaksud disini umumnya menunjukkan pada faktor-faktor fisik ataupun psikologis yang dapat mempengaruhi penyampaian pesan. Suara gaduh atau bising, gema suara yang timbul karena konstruksi ruangan, suhu udara yang panas sehingga mempengaruhi tingkat konsentrasi, adalah contoh-contoh fisik yang dapat menngganggu proses komunikasi. 24
feedback
A
noise
M
B
feedback
A dan B : pihak yang terlibat dalam kegiatan komunikasi M : pesan
Berdasarkan tingkat partisipasi para pelaku yang terlibat, proses komunikasi dapat dibagi dalam 2 (dua) jenis atau bentuk Komunikasi satu arah (one way communication) dan Komunikasi dua arah (two way communication). Komunikasi satu arah adalah suatu bentuk proses komunikasi dimana yang aktif terlibat hanyalah pihak sumber. Pihak penerima pesan bersifat pasif dalam arti hanya menerima saja semua pesan yang disampaikan sumber tanpa memberikan umpan balik berupa tanggapan, reaksi atau pendapat atas pesan-pesan yang diterimanya. Penyampaian pesan melalui media massa seperti radio, TV, surat kabar, majalah, lazimnya disebut komunikasi satu arah. Sementara itu pada komunikasi dua arah sumber dan penerima masing-masing terlibat aktif dalam penyampaian pesan dan umpan balik. Proses komunikasi antar pribadi, seperti percakapan secara tatap muka antara dua orang atau lebih atau pembicaraan melalui telepon, lazimnya bersifat dua arah. 25
Bab III: Proses dan Unsur-unsur Dasar Komunikasi
Pengantar Ilmu Komunikasi
A. Unsur-unsur Komunikasi Komunikasi telah kita definisikan sebagai usaha penyampaian pesan antarmanusia. Dari definisi ini terlihat bahwa untuk dapat terjadi proses komunikasi minimal terdiri dari tiga unsur utama: pengirim pesan, pesan itu sendiri, serta target penerima pesan. Namun, komunikasi bukan semata terdiri atas tiga unsur itu. Perhatikan kasus berikut ini!
mengambil inisiatif dalam berkomunikasi; disini kita sebut komunikator. Pesan disampaikan komunikator untuk mewujudkan motif komunikasi. Karena itu, komunikator kita definisikan sebagai manusia berakal budi yang berinisiatif menyampaikan pesan untuk mewujudkan motif komunikasinya. Lebih jauh tentang motif komunikasi akan dibahas kemudian.
Surat bagi Kekasih Anda menuntut ilmu di negeri seberang, rindu pada kekasih. Karena keterbatasan dana, Anda putuskan menggunakan surat sebagai medium pengantar pesan. Kekasih menerima surat Anda. la pun sama rindunya, membalas surat Anda sambil menangis. Tanpa sadar, ia meneteskan air mata, jatuh pada surat yang ditulisnya. Anda menerima surat itu. Namun, pada bagian tertentu, tulisan kekasih Anda tidak terbaca, luntur terkena tetesan air matanya.
Dilihat dari jumlahnya, komunikator dapat terdiri dari : (a) satu orang,
I T A W S A I D D U Y U B A R
Kasus di atas mengindikasikan adanya unsur-unsur komunikasi sebagai berikut :
(a) Anda sebagai penyampai pesan, (b) Pesan yang Anda sampaikan, (c) Surat sebagai medium pengantar pesan, (d) Kekasih Anda sebagai penerima pesan, (e) Efek atau pengaruh pesan yang membuat kekasih Anda menangis, (f) Jawaban kekasih Anda yang ditulis dengan menggunakan surat sebagai medium, (g) Adanya gangguan pada tulisan di surat itu karena terteteskan air matanya, serta (h) Anda yang menerima jawaban dari kekasih. Berikut ini adalah pembahasan atas masing-masing unsur tersebut: 1. Pengirim Pesan: Komunikator Pengirim pesan yang dimaksud di sini adalah manusia yang 26
(b) banyak orang dalam pengertian lebih dari satu orang, serta (c) massa.
Apabila lebih dari satu orang - yakni banyak orang - di mana mereka relatif saling kenal sehingga terdapat ikatan emosional yang kuat dalam kelompoknya, maka kumpulan banyak orang ini kita sebut kelompok kecil. Apabila lebih dari satu orang - atau banyak orang - relatif tidak saling kenal secara pribadi dan karenanya ikatan emosionalnya kurang kuat, maka kita sebut sebagai kelompok besar atau publik.
Namun, apabila banyak orang - atau lebih dari satu orang ini - memiliki tujuan yang sama dan untuk mencapai tujuan tersebut terdapat pembagian kerja di antara para anggotanya, maka wadah kerja sama yang terbentuk sebagai kesatuan banyak orang ini lazim kita sebut organisasi. Organisasi dilihat dari tujuan pendiriannya, ada yang bermotif komersial mengejar laba (misalnya dalam bentuk badan hukum perseroan terbatas) atau bermotif ideal yang bersifat nirlaba (misalnya lembaga swadaya masyarakat). Jadi, selain komunikator dapat berupa banyak orang dalam bentuk kelompok kecil dan kelompok besar, juga dapat berbentuk organisasi. Misalnya, dalam tataran komunikasi massa, komunikator biasanya adalah organisasi penerbitan, yakni tim redaksi surat kabar. Sementara itu, sebagai bentuk ”banyak orang” lainnya, massa mengandung dua pengertian. Apabila banyak orang berada di satu tempat yang sama, kemudian terjadi peristiwa yang menyebabkan menurunnya kesadaran masing-masing individu sehingga menimbulkan ”jiwa massa”- yaitu ketika satu orang berteriak ”pukul” dan semua 27
Bab III: Proses dan Unsur-unsur Dasar Komunikasi
orang memukul; satu orang teriak ”bakar” dan semua tanpa pikir membakar; satu orang teriak ”bunuh” dan semua pun membunuh - maka ini adalah massa dalam pengertian pertama, yang dianut ilmu jiwa sosial. Massa dalam pengertian kedua adalah banyak orang yang tersebar dalam area geografis relatif luas, tidak harus berada di tempat yang sama, namun memiliki minat dan perhatian yang sama. Untuk menjangkau massa dalam pengertian kedua ini, agar pesan dapat diterima dalam waktu yang relatif sama, maka media yang digunakan disebut media massa. Disini, massa yang dimaksud cenderung pada pengertian kedua, kecuali disebutkan lain.
Pengantar Ilmu Komunikasi
Satu orang
Banyak orang Homogen, saling kenal Ikatan Emosional kuat Banyak orang
I T A W S A I D D U Y U B A R
Pada buku lain, pengirim pesan atau komunikator biasa disebut pengirim saja atau disebut juga sumber. Sebagian buku juga menyebut pengirim sebagai encoder. Dalam buku ini, encoder tidak didefinisikan sebagai manusia yang berinisiatif mengirimkan pesan guna mewujudkan motif komunikasinya. Encoder, disini diartikan sebagai alat penyandi; dan encoding adalah proses penyandian, yang disandikan adalah pesan. Kelak kita akan membicarakan lebih jauh tentang proses penyandian (encoding) dan alat penyandi (encoder) ini saat mengupas pesan di bagian lain.
Komunikator
Banyak Orang
Kelompok Kecil
Kelompok Besar/ publik
Heterogen, tidak saling kenal Ikatan Emosional rendah Banyak orang
Motif Ideal : Organisasi
LSM, Yayasan
Punya Tujuan sama,
Motif Komersil:
Ada pembagian kerja
Perseroan Terbatas
Banyak orang Di tempat dan waktu sama
Massa
Peristiwa
- menurunkan kesadaran individu Banyak orang - menimbulkan jiwa massa Tersebar dalam area geografis luas
Komunikator Dilihat dari Jumlahnya
Dengan demikian, komunikator dapat terdiri dari satu orang, banyak orang (kelompok kecil, kelompok besar/publik, organisasi), dan massa sebagaimana terlihat pada gambar di atas.
1. Penerima Pesan: Komunikan Kembali pada kasus di awal bagian ini. Dalam kasus itu, ketika kekasih Anda menerima pesan yang Anda sampaikan melalui surat, kekasih Anda berperan sebagai penerima pesan.
Disini, penerima pesan kita sebut komunikan. Komunikan kita definisikan sebagai manusia berakal budi, kepada siapa pesan komunikator ditujukan. Dalam proses komunikasi, utamanya dalam tataran antarpribadi, peran komunikator dan komunikan bersifat dinamis, saling berganti. Ketika kekasih Anda menulis surat sebagai jawaban atas surat Anda, ia telah bertindak sebagai 28
29
Bab III: Proses dan Unsur-unsur Dasar Komunikasi
komunikator-2. Ketika Anda menerima surat yang ditulis kekasih, dari kacamata kekasih Anda itu, Anda adalah komunikannya, sehingga Anda kita sebut komunikan-2, demikian seterusnya.
Pengantar Ilmu Komunikasi
Jumlah kemungkinan di atas akan makin beragam manakala kita lebih jauh mengurai unsur ”banyak orang” atas kelompok kecil, kelompok besar/publik, dan organisasi. Misal, komunikasi antara satu orang dengan organisasi terjadi ketika seorang pelanggan (komunikator) mengajukan ketidakpuasannya atas kinerja produk suatu organisasi produsen (komunikan) yang baru ia beli. Maka, manakala perusahaan produsen tersebut melalui petugas humasnya memberikan jawaban atas ketidakpuasan konsumen, terjadilah komunikasi antara organisasi (produsen) selaku komunikator dengan satu orang (pelanggan) selaku komunikan. Lebih jauh tentang manusia komunikan akan dibahas pada bagian lain.
I T A W S A I D D U Y U B A R
Dalam komunikasi yang dinamis, peran ini saling dipertukarkan. Karena itu, uraian tentang komunikator juga berlaku pada unsur komunikan, bahwa komunikan dapat terdiri dari satu orang, banyak orang (kelompok kecil, kelompok besar, termasuk dalam wujud organisasi), dan massa. Karenanya pula, dilihat dari jumlah komunikator dan komunikannya, maka proses komunikasi dapat terjadi dalam sembilan kemungkinan, yaitu: - antara satu orang dengan satu orang (saya dengan Anda),
- antara satu orang dengan banyak orang (saya dengan satu kelas siswa) - antara satu orang dengan massa (saya bertindak selaku komunikator massa yang menyampaikan pesan melalui media massa).
Satu orang
Komunikator
Massa
- antara banyak orang dengan satu orang (sekelompok siswa berbicara kepada saya), - antara banyak orang dengan banyak orang (sekelompok siswa dengan kelompok lainnya), d - antara banyak orang dengan massa (sekelompok polisi mencanangkan antikorupsi, menyampaikan pesan melalui media massa). - antara massa dengan satu orang (khalayak pembaca media massa mempertanyaan penyataan saya di media massa).
- antara massa dengan banyak orang (khalayak media massa mempertanyakan sikap sekelompok polisi yang katanya antikorupsi) - antara massa dengan massa (sebagian khalayak massa pembaca Tempo yang setuju atas suatu pemberitaan, sementara sebagian khalayak lainnya tidak setuju atas pemuatan berita di majalah itu). 30
Banyak orang
Satu orang
Komunikan
Banyak orang Massa
Proses Komunikasi dilihat dari Kemungkinan jumlah Komunikator dan Komunikan
Seperti yang kita pahami, bahwa komunikan disebut juga penerima. Dalam konteks komunikasi massa, komunikan lazim disebut khalayak, tujuan (destination), pemirsa, pendengar, pembaca, target sasaran. Dalam komunikasi pemasaran disebut target pasar atau target konsumen. Sebagian buku lain menyebutkan bahwa penerima adalah decoder. Namun dalam pembahasan ini, decoder tidak diartikan sebagai manusia kepada siapa pesan komunikator ditujukan, melainkan adalah alat penyandi balik; dan decoding adalah proses penyandian balik, yang disandibalikkan adalah 31
Bab III: Proses dan Unsur-unsur Dasar Komunikasi
Pengantar Ilmu Komunikasi
pesan. Kelak kita akan membicarakan lebih jauh tentang proses penyandian balik (encoder) dan alat penyandi (decoder) ini.
Suara Nonverbal
I T A W S A I D D U Y U B A R
1. Pesan Pesan pada dasarnya bersifat abstrak. Untuk membuatnya konkret agar dapat dikirim dan diterima oleh komunikan, manusia dengan akal budinya menciptakan sejumlah lambang komunikasi berupa suara, mimik, gerak-gerik, bahasa lisan, dan bahasa tulisan. Pesan bersifat abstrak; komunikan Anda tidak akan tahu apa yang ada dalam benak Anda sampai Anda mewujudkannya dalam salah satu bentuk atau kombinasi lambang-lambang komunikasi ini. Karena itu, lambang komunikasi disebut juga bentuk pesan, yakni wujud konkret dari pesan, berfungsi mewujudkan pesan yang abstrak menjadi konkret. Suara, mimik, dan gerak gerik lazim digolongkan dalam pesan nonverbal, sedangkan bahasa lisan dan bahasa tulisan dikelompokkan dalam pesan verbal.
Awalnya manusia berkomunikasi hanya dengan mimik dan gerak gerik serta suara yang relatif tanpa makna, kecuali untuk mempertegas mimik dan gerak gerik. Pesan disampaikan komunikator kepada komunikan untuk mewujudkan motif komunikasi: apa yang ia pikir dan rasakan. Karena itu, pesan kita definisikan sebagai segala sesuatu, verbal maupun nonverbal, yang disampaikan komunikator kepada komunikan untuk mewujudkan motif komunikasinya.
Penekanan terhadap motif komunikasi dianggap penting, karena pembahasan ini menganut pandangan bahwa obyek kajian ilmu komunikasi adalah penyampaian pesan secara sengaja, walau derajat kesengajaan itu sulit ditentukan. Selain bentuk pesan, pemahaman atas makna pesan dan penyajian pesan juga penting untuk dikaji. Makna pesan terkait dengan makna denotatif, yakni makna formal yang biasanya tertera sebagaimana di kamus, sedangkan makna konotatif terkait dengan konotasi dari lambang komunikasi yang digunakan. Selain itu, cara penyajian dan teknik penyajian pesan juga merupakan sesuatu yang mutlak diperhatikan agar 32
Bentuk Pesan
Pesan
Lambang komunikasi
Denotatif
Gerak-gerik
Verbal
Makna Pesan
Penyajian Pesan
Mimik
Gerak-gerik Gerak-gerik
Konotatif Cara Penyajian
Struktur Penyajian
Dimensi Pesan
1. Saluran Komunikasi dan Media Komunikasi Saluran komunikasi adalah jalan yang dilalui pesan komunikator untuk sampai ke komunikannya. Terdapat dua jalan agar pesan komunikator sampai ke komunikannya, yaitu tanpa media (nonmediated communication yang berlangsung face-to-face, tatap muka) atau dengan media. Media yang dimaksud di sini adalah media komunikasi. Media merupakan bentuk jamak dari medium. Medium komunikasi kita artikan sebagai alat perantara yang sengaja dipilih komunikator untuk menghantarkan pesannya agar sampai ke komunikan. Jadi, unsur utama dari media komunikasi adalah pemilihan dan penggunaan alat perantara yang dilakukan komunikator dengan sengaja. Artinya, hal ini mengacu kepada pemilihan dan penggunaan teknologi media komunikasi. Dalam komunikasi tatap muka, saluran atau jalan yang dilalui pesan komunikator untuk sampai ke komunikannya adalah gelombang cahaya atau gelombang suara. Dengan pengertian media di atas, yaitu alat perantara yang sengaja dipilih komunikator untuk menghantarkan pesan komunikator agar sampai ke komunikannya, maka gelombang cahaya dan gelombang suara tidak termasuk media komunikasi, melainkan alternatif saluran komunikasi, karena manusia tidak melakukan pemilihan dengan sengaja atas gelombang cahaya dan suara. 33
Bab III: Proses dan Unsur-unsur Dasar Komunikasi
Media komunikasi dilihat dari jumlah target komunikannya dapat dibedakan atas media massa dan nonmedia massa. Media massa dilihat dari waktu terbitnya dapat dibedakan atas media massa periodik dan media massa nonperiodik. Periodik berarti terbit teratur pada waktu-waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Media massa periodik dapat dibedakan atas yang elektronik (radio, TV) dan non-elektronik atau cetak (surat kabar, majalah). Media massa nonperiodik dimaksudkan pada media massa yang bersifat eventual, tergantung pada event tertentu. Setelah event usai, selesai pulalah penggunaannya. Untuk itu, media massa non-periodik dapat dibedakan atas manusia (juru kampanye atau sales promotion girl) dan benda (poster, spanduk, leaflet, baligo). Kembali kepada nonmedia massa. Dilihat dari sifatnya, dapat dibedakan atas nonmedia massa manusia (kurir pembawa pesan) dan nonmedia massa benda. Nonmedia massa benda dapat dibedakan atas yang elektronik (telepon, faks) dan yang nonelektronik (surat). Perkembangan teknologi komunikasi terkini, yakni teknologi komputer dengan internetnya, melahirkan media yang bersifat multimedia. Dikatakan multimedia karena hampir seluruh bentuk media komunikasi yang telah dikenal umat manusia menyatu dalam elektronik digitalnya. Di internet kita dapat menemukan surat elektronik, i-phone (telepon internet), surat kabar/majalah elektronik, radio internet, TV internet, bahkan kegiatan tatap muka melalui internet (video conference).
Pengantar Ilmu Komunikasi
Langsung tatap muka
- Forum
- Diskusi panel
- Rapat (dengan berbagai jenisnya)
Aktivitas
I T A W S A I D D U Y U B A R
Kembali pada komunikasi langsung tatap muka. Pada dasarnya, yang dilakukan adalah aktivitas komunikasi. Aktivitas komunikasi tatap muka ini bentuknya bermacam-macam, mulai dari perbincangan, wawancara, konseling, rapat, seminar, lokakarya, hingga pameran di mana target komunikan (calon konsumen) dapat berbincang langsung tatap muka dengan wakil dari perusahaan guna membicarakan produk yang dipamerkan. Gambar berikut mengurai berbagai bentuk media dan saluran komunikasi yang kita singgung di atas.
- Pertemuan tatap muka
Komunika si
Saluran komunikasi
Media Massa
Dengan media
Non Media Massa
- Ceramah
- Simposium
Elektron - Konferensi pers Periodik ik Cetak Komuni Komuni kasi kasi Komuni Non Manusia kasi periodik/ Eventual Manusia Komuni Benda kasi Komuni
Komuni Benda kasi Komuni Kurir/Massangg kasi er Elektron ik NonElektronik Komuni
Radio, TV, - Seminar Film Surat Kabar, Komunikasi Majalah SPG, Juru kampanye Komunikasi Spanduk, Leaflet,Umbul2, Booklet,Baligo Komunikasi Telepon/fax Komunikasi Surat Komunikasi
Saluran dan Media Komunikasi
1. Efek Komunikasi
Efek komunikasi kita artikan sebagai pengaruh yang ditimbulkan pesan komunikator dalam diri komunikannya. Terdapat tiga tataran pengaruh dalam diri komunikan, yaitu kognitif (seseorang menjadi tahu tentang sesuatu), afektif (sikap seseorang terbentuk, misalnya setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu), dan konatif (tingkah laku, yang membuat seseorang bertindak melakukan sesuatu). Lebih jauh tentang efek komunikasi dan komunikasi efektif akan kita bahas di Bagian-10.
Umumnya, kita mengenal tiga bidang studi utama di bawah program studi ilmu komunikasi, yaitu periklanan, kehumasan, dan jurnalistik. Ilmu komunikasi, sebagaimana diutarakan, mempelajari penyampaian pesan antarmanusia. Bagaimana cara menyampaikan pesan agar ide, barang, atau jasa yang dijual laku sebanyak-banyaknya; maka hal ini dipelajari dalam bidang studi periklanan/advertising. Bagaimana cara menyampaikan pesan agar publik internal maupun eksternal memberikan dukungan yang positif dan terus-menerus kepada organisasi; hal ini dipelajari dalam bidang studi humas/public relations.
Bagaimana cara menyampaikan pesan melalui media massa agar 34
35
Bab III: Proses dan Unsur-unsur Dasar Komunikasi
dipahami sebagaimana adanya; maka hal ini dipelajari dalam bidang studi jurnalistik/ journalistic.
Efek
I T A W S A I D D U Y U B A R
Kognitif
— Tahu
Afektif
— Sikap: setuju/tidak setuju
Konatif
— Tingkah laku nyata
BAB IV
Model Dasar Komunikasi
Efek Komunikasi
1. Umpan Balik
Umpan balik dapat kita maknai sebagai jawaban komunikan atas pesan komunikator yang disampaikan kepadanya. Dalam komunikasi yang dinamis, sebagaimana diutarakan, komunikator dan komunikan terus-menerus saling bertukar peran. Karenanya, umpan balik pada dasarnya adalah pesan juga, yakni ketika komunikan berperan sebagai komunikator-2. Karenanya, pembahasan tentang umpan balik pada dasarnya sama dengan pembahasan kita tentang pesan. Pesan
Komunikator
Komunikan
Komunikan-2
Komunikator 2 feedback
36
I.
Pengertian dan Fungsi Model
Apa yang dimaksud dengan model? Apakah model sama atau berbeda dengan teori? Dalam buku-buku dan jurnal jurnal komunikasi, masih banyak ditemui kerancuan tentang penggunaan konsep teori dan model. Akibatnya pembaca menjadi sulit untuk membedakan yang mana yang disebut teori dan yang mana yang disebut sebagai model. Bahkan tidak jarang ditemui teori X disebut sebagai model x atau sebaliknya. Meskipun penjelasan dan batasan tentang kedua konsep tersebut masih merupakan sesuatu yang dapat diperdebatkan, untuk keperluan buku ini uraian tentang teori dan model yang diberikan oleh Littlejohn (1983) dan Hawes (1975) akan dijadikan sebagai patokan.
Menurut Littlejohn (1983: 12) “In a broad sense the term model can apply to any symbolic representation of a thing, process, or idea” (dalam pengertian luas pengertian model menunjukkan setiap representasi simbolis dari suatu benda, proses atau gagasan/ide). Pada level konseptual model merepresentasikan ide-ide dan proses. Dengan demikian model bisa berbentuk gambar-gambar grafis, verbal atau maternatika. Biasanya model dipandang sebagai analogi dari beberapa fenomena. fcrbcdaan antara teori dan model menurut Littlejohn dan Hawes (1983) adalah, teori merupakan penjelasan (explanation), sedangkan model hanya merupakan representasi (representation). Dengan demikian, model komunikasi dapat diartikan sebagai representasi 37
Bab IV: Model Dasar Komunikasi
Pengantar Ilmu Komunikasi
dari suatu peristiwa komunikasi. Melalui model komunikasi bisa dilihat faktor-faktor yang terlibat dalam proses komunikasi. Akan tetapi, model tidak berisikan penjelasan mengenai hubungan dan interaksi antara faktor-faktor atau unsur-unsur yang menjadi bagian dari model. Penjelasannya diberikan oleh teori. Ini berarti terdapat kaitan antara teori dan model.Menurut Deutsh (1966), model dalam konteks ilmu pengetahuan sosial, mempunyai empat (4) fungsi. Pertama, fungsi mengorganisasikan. Artinya, model membantu kita mengorganisasikan sesuatu hal dengan cara menguruturutkan serta mengaitkan satu bagian/sistem dengan bagian sistem lainnya, sehingga kita memperoleh gambaran yang menyeluruh, tidak sepotong-sepotong. Aspek lainnya dari fungsi pertama ini adalah, bahwa model memberikan gambaran umum tentang suatu hal dalam kondisi-kondisi tertentu. Kedua, model membantu menjelaskan. Meskipun model pada dasarnya tidak berisikan penjelasan, namun model membantu kita dalam menjelaskan tentang suatu hal melalui penyajian informasi yang sederhana. Tanpa model, informasi tentang suatu hal akan tampak rumit atau tidak jelas. Ketiga, fungsi “heuristik”. Artinya melalui model, kita akan dapat mengetahui sesuatu hal secara keseluruhan. Karena, model membantu kita dengan memberikan gambaran tentang komponen-komponen pokok dari sebuah proses atau sistem. Keempat, fungsi prediksi. Melalui model, kita dapat memperkirakan tentang hasil atau akibat yang akan dapat dicapai.
dari unsur-unsur/ faktor-faktor yang ada dalam sistem. Pengertian struktur menunjuk pada tatanan kedudukan dan garis hubungan antara satu unsur/faktor dengan unsur-unsur/faktor-faktor lainnya yang ada dalam sebuah sistem. Pengertian struktur menunjuk pada tatanan kedudukan dan garis hubungan antara satu unsur/faktor dengan unsur-unsur/faktor-faktor lainnya dalam sebuah sistem. Pengertian fungsional menunjuk pada tugas dan peran dari setiap unsur/faktor dalam sebuah sistem. Oleh karena itu, melalui model, kita akan dapat memahami secara mudah dan komprehensif mengenai struktur dan fungsi dari unsur-unsur/faktor-faktor yang terlibat dalam proses komunikasi, baik dalam konteks individual, di antara dua orang atau lebih, kelompok/organisasi ataupun dalam konteks komunikasi dengan masyarakat secara luas.
I T A W S A I D D U Y U B A R
Oleh karena itu, dalam dunia ilmiah model ini sangat penting, karena dapat dipergunakan sebagai dasar bagi para peneliti dalam merumuskan hipotesis, yakni pernyataan-pernyataan yang berisikan penjelasan mengenai kemungkinan adanya hubungan sebab-akibat antara satu faktor dengan faktor-faktor lainnya.
Komunikasi adalah suatu proses yang dinamis dan melibatkan banyak unsur atau faktor. Kaitan antara satu unsur/faktor dengan unsur/faktor lainnya dapat bersifat struktural atau fungsional. Dengan demikian, model-model komunikasi juga memberikan gambaran kepada kita tentang struktur dan hubungan fungsional 38
Sebagai pengantar, contoh-contoh model komunikasi yang akan dibahas dalam Bab ini hanyalah terbatas pada beberapa model yang tergolong kelompok model-model dasar dan kelompok model pengaruh personal, penyebaran dan dampak komunikasi massa. Model-model dasar yang akan diuraikan adalah: (1) model komunikasi intrapribadi dan komunikasi antarpribadi dari Barnlund, (2) model komunikasi klasik dari Lasswell, (3) model komunikasi sirkuler dari Osgood dan Schramm, (4) model komunikasi dari Webner, (5) model komunikasi dari Riley & Riley, (6) model ABX Newcomb, (7) model komunikasi dari Shannon dan Weaver, dan (8) model komunikasi DeFleur. Model-model pengaruh personal, penyebaran dan dampak komunikasi yang akan dibahas adalah: (1) model S-R dari DeFleur, (2) model pengaruh psikologis TV dari Comstock, (3) model komunikasi massa dua tahap dari Katz dan Lazarfeld, serta (4) model “spiral keheningan” dari Noelle-Neumann.
A. Model Komunikasi Barlund Dean Barlund, seorang ahli komunikasi Amerika Serikat membuat dua model komunikasi, yaitu: model komunikasi intrapersonal (intrapribadi) dan model komunikasi antarpribadi. Gambaran mengenai kedua model tersebut adalah sebagai berikut:
39
Bab IV: Model Dasar Komunikasi
Pengantar Ilmu Komunikasi
1. Model Komunikasi Intrapribadi (Intrapersonal Communication Model) Komunikasi intrapribadi sebagaimana telah dijelaskan di bagian depan adalah komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang. Pengertian komunikasi di sini menunjuk pada proses pengolahan dan pembentukan informasi melalui sistem syaraf dan otak manusia sehubungan dengan adanya stimulus yang ditangkap melalui panca indra. Proses berpikir (mencerna dan memahami suatu simbol), serta melakukan reaksi atas suatu stimulus, adalah bagian dari proses komunikasi yang terjadi dari dalam diri manusia. Jalannya proses komunikasi intrapribadi ini, menurut Barnlund dapat digambarkan sebagai berikut:
dialami atau sampai kepada dirinya. Rasa gembira karena baru mendapat kiriman uang, atau perasaan senang karena habis makan goreng ayam yang enak, adalah contoh isyarat pribadi yang bervalensi positif (Cpr+). Ruangan kuliah yang dingin karena berAC, atau tempat duduknya yang rapi, bersih, dan empuk, adalah contoh-contoh isyarat publik yang bervalensi positif (Cpu+). Apabila contohcontoh di atas dialami oleh seorang mahasiswa yang akan kuliah maka begitu masuk dan duduk di ruang kuliah kemungkinan ia akan tampak ceria, mengangguk-anggukkan kepalanya tanda gembira, atau bersiul kecil pertanda senang (Cbeh-nv+). Dalam kenyataannya, seseorang tentu saja akan mengalami berbagai isyarat (baik pribadi, ataupun publik) yang bervalensi positif, netral maupun of gatif. Namun, menurut model ini, semua isyarat ini setelah di-decode, akan membentuk (encode) suatu isyarat tingkah laku nonverbal tertentu (positif, netral atau negatif).
I T A W S A I D D U Y U B A R
2. Model Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication Model)
Keterangan: P = Person (orang) D = Decoding (pemecahan arti kode) E = Encoding (pembentukan kede) Cpu = Public cues (isyarat publik) Cpr = Private cues (isyarat pribadi) Cbeh-nv = Nonverbal behavioral cues (isyarat tingkah laku nonverbal) +, 0 = Valensi positif, netral, negatif.
Gambar model di atas menjelaskan bahwa pada dasarnya tingkah laku nonverbal seseorang apakah bervalensi positif, netral, atau negatif, dipengaruhi oleh isyarat-isyarat pribadi dan publik yang 40
M Cbeh-v
= Message (pesan) = Verbal Behavioral Cues (Isyarat tingkah laku verbal)
41
Bab IV: Model Dasar Komunikasi
Pengantar Ilmu Komunikasi
Proses komunikasi antarpribadi seperti digambarkan dalam model di atas, pada dasarnya merupakan kelanjutan daripada proses komunikasi intrapribadi sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Ada dua elemen tambahan, yakni pesan (M) dan isyarat tingkah laku verbal (Cbeh-v).
I T A W S A I D D U Y U B A R
Dengan demikian pola dan bentuk komunikasi yang terjadi antara dua orang dipengaruhi oleh hasil proses komunikasi intrapribadi yang terjadi dalam dirinya masing-masing. B. Model Laswell
Harold D. Lasswell, adalah seorang ilmuwan politik yang juga tertarik mendalami komunikasi. Bidang studi yang ditekuninya terutama yang menyangkut propaganda dan komunikasi politik. Karena kontribusinya yang besar terhadap perkembangan ilmu komunikasi, sebagaimana telah dijelaskan dalam Bab 1, oleh Wilbur Schramm dipandang sebagai salah seorang dari empat tokoh yang mendapat sebutan The Founding Fathers. Menurut Lasswell, persoalan komunikasi menyangkut 5 (lima) pertanyaan sederhana sebagai berikut: WHO? (siapa?) SAYS WHAT? (mengatakan apa?) IN WHICH CHANNELS? (melalui saluran apa?) TO WHOM? (kepada siapa?) WITH WHAT EFFECT? (dengan akibat apa?)
2
Siapa
Mengatakan apa
4
5
6
Dengan
Kepada siapa
Dengan akibat apa
saluran apa
Gambar 3.3.
42
Model komunikasi klasik dari Lasswell ini menunjukkan bahwa pihak pengirim pesan (komunikator) pasti mempunyai suatu keinginan untuk mempengaruhi pihak penerima (komunikasi), dan karenanya komunikasi harus dipandang sebagai upaya persuasi. Setiap upaya penyampaian pesan dianggap akan menghasilkan akibat, baik positif ataupun negatif. Dan hal ini, menurut Lasswell banyak ditentukan oleh bentuk dan cara penyampaiannya. Salah satu kelemahan dari model Lasswell ini adalah tidak digambarkannya unsur feedback (umpan balik) sehingga proses komunikasi yang dijelaskan bersifat linear/ searah.
C. Model Sirkulasi Sirkuler dari Osgood dan Schramm Model proses komunikasi yang digambarkan oleh Osgood dan Schramm ini terutama berlaku untuk bentuk-bentuk komunikasi antarpribadi. Dijelaskan bahwa proses komunikasi berjalan secara sirkuler, di mana masing-masing pelaku secara bergantian bertindak sebagai komunikator/ sumber dan komunikan/penerima.
Formula Lasswell tersebut di atas secara sederhana dapat digambarkan dalam model sebagai berikut.
1
1 : Komunikator ................analisis sumber/ kontrol 2 : Pesan .................... analisis isi pesan 3 : Medium .................... analisis media 4 : Khalayak .................... analisis khalayak 5 : Akibat .................... analisis dampak
Proses komunikasinya dapat digambarkan demikian. Pertama, pelaku komunikasi pertama kali mengambil inisiatif sebagai sumber/ komunikator membentuk pesan (encoding) dan menyampaikannya melalui saluran komunikasi tertentu kepada lawan komunikasinya yang bertindak sebagai penerima/komunikan. Saluran komunikasi yang dipergunakan dapat bermacam-macam. Misalnya, telepon, surat, atau kalau bentuk komunikasinya adalah percakapan langsung secara tatap muka yang menjadi salurannya adalah gelombang udara. Kedua, pihak penerima/komunikan kemudian setelah menerima pesan akan mengartikan (decoding) dan menginterpretasikan (interpreting) pesan yang diterimanya. Apabila ia (penerima/komunikan) mempunyai 43
Bab IV: Model Dasar Komunikasi
Pengantar Ilmu Komunikasi
tanggapan atau reaksi maka selanjutnya ia akan membentuk pesan (encoding) dan menyampaikannya kembali. Kali ini ia bertindak sebagai sumber, dan tanggapan atau reaksinya disebut sebagai umpan balik. Ketiga, pihak sumber/komunikator yang pertama sekarang bertindak sebagai penerima/komunikan. Ia akan mengartikan dan menginterpretasikan pesan yang diterimanya, dan kalau ada tanggapan/ reaksi, kembali ia akan membentuk pesan dan menyampaikannya kembali ke pasangan komunikasinya. Demikianlah proses ini berlangsung secara terus menerus secara sirkuler. Dengan demikian, menurut model ini masing-masing pelaku komunikasi akan terlibat dalam proses pembentukan pesan (encoding), penafsriran (interpreting) pesan, serta penerimaan dan pemecahan kode pesan (decoding). Gambar mengenai model komunikasi sirkuler dari Osgood dan Schramm ini dapat dilihat dalam materi Bab III. D. Model Komunikasi Gerbner
Model verbal dari Gerbner memberikan gambaran bahwa komunikasi mencakup sebelas (11) komponen: pelaku komunikasi (komunikator dan komunikan), objek peristiwa, persepsi terhadap objek peristiwa, reaksi, situasi, saluran/media, distribusi, bentuk/struktur/pole, konteks, makna isi pesan, dan akibat/hasil. Dengan demikian, komunikasi menurut Gerbner adalah suatu proses di mana seseorang (komunikator atau komunikan), mempersepikan suatu objek peristiwa, dan bereaksi dalam suatu situasi, dengan menggunakan alat atau saluran tertentu agar sesuatu yang disampaikan itu menjadi ada, dalam bentuk dan konteks tertentu, dengan makna atau arti tertentu, dan dengan tujuan memperoleh suatu akibat atau hasil tertentu.
I T A W S A I D D U Y U B A R
Dimensi Persepsi :
M
E1
Model komunikasi yang dikemukakan Gerbner hampir sama bentuknya dengan model Lasswell. Tapi prosesnya lebih kompleks karena melibatkan elemen-elemen komunikasi yang lebih banyak. Model komunikasi yang dibuat Gerbner ada dua, yaitu: model verbal dan model gambar. 1. Model Verbal
44
E peristiwa
Seleksi, konteks, keberadaan
Saluran, media, pengendalian
Model komunikasi verbal yang dikembangkan Gerbner mencakup sepuluh (10) unsur sebagai berikut: Someone perceives an event and react in a situation through some means to make available materials in some form and context conveying content of some consequence
Hubungan antara pelaku komunikasi dan dunia peristiwa
komunikator dan komunikan persepsi persepsi reaksi situasi fisik/psikologi/sosial saluran/media distribusi, administrasi bentuk, struktur, pola konteks, setting makna pesan akibat, hasil
Dimensi kontrol dan alat : Hubungan antara perilaku komunikasi dan produk komunikasi
S
E2
Gambar 3.4. M S E El E2
= Manusia atau mesin = Bentuk = Peristiwa = Persepsi = Isi
45
Bab IV: Model Dasar Komunikasi
Pengantar Ilmu Komunikasi
2. Model Gambar Model gambar yang dibuat Gerbner menjelaskan bahwa proses komunikasi diawali dengan satu tindakan pemahaman (persepsi). Meskipun proses komunikasi baru dimulai dari adanya persepsi (E1), namun persepsi tersebut tidak dapat lepas dari adanya suatu peristiwa (E). Tanpa adanya peristiwa (E), tidak akan pernah muncul persepsi (E1), dan dengan tidak munculnya persepsi (E1) maka tidak akan terjadi proses komunikasi. Oleh karena itu, Gerbner melihat model gambar melalui dua dimensi pendekatan, yaitu pendekatan transaksional dan pendekatan psychophysical (psikologi fisik);
bahkan mengendalikan aksi dan reaksinya terhadap suatu pesan yang diterimanya. Faktor-faktor yang dimaksud adalah terutama berkaitan dengan peran dari kelompok primer (misalnya keluarga) dan kelompok lainnya yang menjadi rujukan (referensi) dari si komunikan. Nilai-nilai yang berlaku pada kelompok primer dan kelompok rujukan inilah yang lazimnya mempengaruhi komunikan dalam menentukan sikap dan tindakannya. Hal ini terjadi karena umumnya orang akan selalu berusaha agar sikap dan tindakannya tidak terlalu menyimpang dari nilai-nilai kelompok di lingkungannya.
I T A W S A I D D U Y U B A R
Model dari Riley dan Riley ini dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Pendekatan transaksional E1 semata-mata dianggap sebagai fungsi asumsi, pandangan pengalaman dan faktor lain yang berkaitan dengan pengalaman si M. Seperti apa-E1 bagi si M tergantung pada faktor yang ada di dalam M sendiri.
b. Pendekatan psychophysical E itu sendiri merupakan faktor terpenting, yang menimbulkan persepsi yang jelas dan akurat dalam kondisi yang menguntungkan. Bagaimana pemahaman M ditentukan oleh caranya memilih, konteksnya, serta ketersediaan E. E. Model Komunikasi Riley & Riley Proses komunikasi pada model-model yang terdahulu sepertinya mengasumsikan terjadinya suatu kevakuman sosial di mana pengaruh lingkungan tidak perlu dipersoalkan. Hal ini dikritik oleh John W. Riley dan Mathilda W. Riley (1959) dalam tulisannya tentang Mass Communication The Social System.
Manusia, menurut mereka, sebagai Homo Comunicas sebenarnya merupakan bagian dari suatu lingkungan atau sistem dengan struktur yang berbeda-beda. Oleh karena itu, pengamatan terhadap tingkah laku komunikasi manusia perlu dipandang secara- sosiologis. Riley dan Riley mengatakan bahwa komunikan dalam menerima pesan yang disampaikan oleh komunikator tidak langsung bereaksi begitu saja. Ada faktor-faktor di luar dirinya yang turut mempengaruhi dan 46
c
Primary group
R
Primary group
Gambar 3.5. Primary group
Primary group
Primary group
Larger social cultural
c
Message
R
Primary group
Larger social cultural
Gambar 3.6. 47
Bab IV: Model Dasar Komunikasi
Pengantar Ilmu Komunikasi
F. Model Newcomb Model komunikasi yang dikembangkan Newcomb merupakan model komunikasi antarpribadi. Melalui modelnya ini Newcomb menggambarkan tentang dinamika hubungan komunikasi antara dua individu tentang suatu objek yang dipersoalkan mereka.
I T A W S A I D D U Y U B A R
Menurut model Newcomb, yang kemudian dikenal dengan sebutan “model keseimbangan”, pola komunikasi yang terjadi antara dua individu mempunyai dua bentuk apabila dua orang yang berkomunikasi tentang suatu hal/objek sama-sama mempunyai sikap menyukai atau memiliki selera yang sama terhadap hal/objek yang dibicarakan. Keadaan tidak seimbang terjadi apabila terdapat perbedaan sikap di antara kedua orang tersebut. Namun, apabila keadaan tidak seimbang ini terjadi, umumnya masing-masing pihak berupaya untuk mengurangi perbedaan sehingga keadaan “relatif seimbang” biasa tercapai. Sementara kalau keadaan seimbang terjadi masing-masing pihak berusaha untuk terus mempertahankannya. Menjaga keseimbangan inilah yang menurut Newcomb merupakan hakikat utama dari komunikasi antarpribadi.
X
A
B
Gambar 3.7.
G. Model Komunikasi Shannon & Weaver Model komunikasi dari Shannon dan Weaver melibatkan tujuh (7) komponen komunikasi. Ketujuh komponen komunikasi tersebut adalah information source (sumber informasi), message (pesan), transmiter (alat/saluran penyampaian), signal (tanda, sinyal), receiver 48
(alat penerima), destination (sasaran penerima pesan), noise source (sumber gangguan). Gambar proses komunikasi menurut model ini adalah sebagai berikut:
Information source
I-S
T
signal
Received signal
R
message
D
Noise source
Gambar 3.8.
I-S M T S R D N-S
= Information Source (sumber informasi) = Message (pesan) = Transmiter (alat/saluran penyampaian) = Signal (tanda, sinyal) = Receiver (alat penerima) = Destination (sasaran penerima pesan) = Noise source (sumber gangguan)
Gambar model komunikasi dari Shannon dan Weaver di atas menjelaskan bahwa proses komunikasi dimulai dengan adanya suatu sumber informasi (I-S). Sumber informasi tersebut kemudian membentuk pesan atau serangkaian pesan (M) untuk dikomunikasikan melalui alat/saluran penyampaian pesan tertentu (T). Pesan yang disampaikan tersebut berbentuk sinyal (S) atau tanda (kata-kata verbal lisan atau tertulis, gambar, dan lain-lain). Tahap berikutnya, Sinyal tersebut (R-S) diterima melalui alat penerima tertentu (R) dan menjadi pesan (M) yang diterima oleh pihak sasaran penerima (D). Dalam prakteknya, proses penyampaian pesan ini juga tidak terlepas dari adanya gangguan atau noise yang timbul dari suatu sumber gangguan (N-S). Gangguan tersebut antara lain dapat berupa gangguan fisik (gaduh, suara bising, dan lain-lain). Apabila gangguan tersebut tidak dapat diatasi maka makna atau arti pesan yang ditangkap oleh 49
Bab IV: Model Dasar Komunikasi
Pengantar Ilmu Komunikasi
penerima (D), kemungkinan berbeda dengan makna atau arti pesan yang dimaksud oleh sumber pengirim (I-S). H. Model Komunikasi Defleur
I T A W S A I D D U Y U B A R
Model komunikasi yang dibuat oleh Melvin DeFleur pada dasarnya merupakan pengembangan dari model komunikasi yang dibuat oleh Shannon dan Weaver. Model DeFleur ini cocok untuk menggambarkan proses komunikasi melalui media massa (komunikasi massa). Di dalamnya tercakup 8 (delapan) komponen proses komunikasi massa, yaitu: source, transmitter, channel, receiver, destination, noise, mass medium device (sarana medium massa), dan feedback device (sarana penyampai umpan balik). Media Massa Sumber
Transmiter
Saluran
Penerima
Tujuan
II. Model-model Pengaruh Komunikasi
Gangguan
Tujuan
Penerima
Saluran
Transmiter
Sumber
Perangkat Umpan Balik
Gambar 3.9.
Gambar model komunikasi dari DeFleur dapat dijelaskan sebagai berikut. Sumber (source) yang bermaksud mengkomunikasikan sesuatu hal kepada sasaran penerima (destination) pertama-tama akan terlibat dalam proses pengolahan atau pembentukan simbolsimbol pesan melalui transmiter, sehingga menghasilkan suatu pesan yang bermakna. Simbol-simbol pesan ini kemudian disampaikan 50
melalui suatu saluran atau channel (medium komunikasi massa seperti surat kabar, majalah, radio, TV, dan lainlain). Pihak penerima (receiver) menerima simbol-simbol pesan tersebut melalui alat penerima tertentu. Pihak penerima dalam menerima pesan tersebut juga terlibat dalam proses pengolahan dan pengartian makWpesan dan kemudian bertindak menjadi sumber informasi (source) membentuk simbol-simbol pesan tanggapannya melalui transmitter, selanjutnya menyampaikannya kembali pesannya tersebut melalui suatu saluran medium komunikasi massa (channel) kepada pihak sasaran penerima (yakni sumber pertama yang mengirim pesan clan sekarang bertindak sebagai destination). Demikianlah proses ini terns berlangsung secara dinamis dan berjalan secara timbal batik. Namun, dalam prakteknya proses komunikasi yang terjadi tidak bisa luput dari adanya gangguangangguan. Gangguan dapat timbul pada unsur pengirim, transmitter, saluran yang dipergunakan, pihak penerima atau pada pengartian makna pesan. Namun, menurut DeFleur, adanya gangguan inilah yang menyebabkan proses komunikasi yang terjadi berjalan lebih dinamis.
Pada bagian sebelumnya telah dikemukakan beberapa model dasar yang menjelaskan tentang bagaimana jalannya proses komunikasi. Materi dalam bagian ini secara khusus akan difokuskan pada pembahasan mengenai model-model tentang pengaruh komunikasi, khususnya dalam konteks komunikasi massa. Terdapat banyak model yang menjelaskan tentang proses dan pengaruh komunikasi massa. Empat di antaranya yang akan dibahas dalam bagian ini adalah model stimulus-response dari DeFleur, model “pengaruh psikologis televisi” dari Comstock, model “komunikasi dua tahap” dari Katz dan Lazarsfeld, dan model “spiral keheningan” (the spiral o f silence) dari NoelleNeumann. A. Model Stimulus-Response (S-R) Model Stimulus-Response (Rangsangan-Tanggapan), atau lebih populer dengan sebutan model S-R menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima (receiver) sebagai akibat dari 51
Bab IV: Model Dasar Komunikasi
Pengantar Ilmu Komunikasi
komunikasi. Menurut model ini, dampak atau pengaruh yang terjadi pada pihak penerima, pada dasarnya merupakan suatu reaksi tertentu dari “stimulus” (rangsangan) tertentu. Dengan demikian, besar kecilnya pengaruh serta dalam bentuk apa pengaruh tersebut terjadi, tergantung pada isi dan penyajian stimulus. Model S-R dapat digambarkan sebagai berikut:
personalitas sendiri-sendiri. Hal ini berarti, bahwa pengaruh yang terjadi, tidak semata-mata diakibatkan oleh adanya stimulus, tetapi juga ditentukan oleh faktor-faktor personalitas. Dengan kata lain, meskipun pesan (stimulus) yang disampaikan media massa sama, namun akibat yang terjadi di kalangan khalayak akan berbeda antara satu orang dengan yang lainnya. Sebagai contoh: Si A dan si B, sama-sama menonton TV yang menayangkan acara lawak. Si A merasa terhibur dan tertawa tergelak-gelak karena merasa lucu. Sementara si B, diam saja karena lawakan yang disajikan baginya tidak menimbulkan rasa lucu.
I T A W S A I D D U Y U B A R
S --------- O --------- R Gambar 3.10.
Sebagaimana terlihat dalam gambar di atas, model ini memberikan gambaran tentang tiga (3) elemen penting: Stimulus (S), yakni pesan Organisme (O), dalam hal ini pihak penerima (receiver); dan Response (R), yakni akibat atau pengaruh yang terjadi. Model S-R ini ada kaitannya dengan asumsi dari model “jarum suntik” yang berpandangan bahwa media massa mempunyai pengaruh langsungkepada khalayaknya. Isi media massa diibaratkan sebagai jarum yang disuntikkan ke tubuh khalayak sehingga menghasilkan pengaruh yang sesuai dengan isinya. Dalam dunia kedokteran kita mengetahui bahwa apabila seorang pasien disuntik obat tidur, ia akan tidur. Asumsi mengenai kekuatan pengaruh dari media massa ini didasarkan atas pemikiran bahwa masyarakat, ibarat atom-atom sosial merupakan sekumpulan individu-individu yang terpisahpisah dan bertingkah laku sesuai keinginannya masing-masing. Dalam masyarakat yang atomatis demikian, kendala-kendala sosial jarang terjadi dan pengaruh dari ikatan-ikatan sosial sangat kecil. Model S-R ini kemudian banyak dikritik karena masyarakat dalam menerima pesan dari media massa dipandang tidak bersikap dan bertindak pasif, melainkan aktif dan selektif. Atas dasar hal tersebut DeFleur kemudian melakukan modifikasi terhadap model S-R. Menurut DeFleur, penerimaan khalayak atas berbagai stimulus yang disampaikan melalui media massa berbeda antara satu orang dengan orang lainnya: Karena, setiap orang mempunyai karakteristik 52
B. Model Pengaruh Psikologis TV dari Comstock Model yang dibuat oleh Comstock ini secara khusus mengungkapkan tentang pengaruh televisi (TV) terhadap tingkah laku seseorang. Menurut model ini, TV dapat disejajarkan dengan pengalaman, tindakan atau observasi perorangan yang dapat menimbulkan konsekuensi terhadap pemahaman ataupun tingkah laku. Dengan demikian, TV tidak hanya dipandang mampu mengajarkan tingkah laku, tetapi juga mampu bertindak sebagai stimulus (rangsangan) untuk membangkitkan tingkah laku yang telah dipelajari dari sumber-sumber lain. Gambaran mengenai proses pengaruh TV menurut model ini (lihat Gambar 3.11) adalah sebagai berikut: Apabila seseorang menonton suatuacara TV yang menggambarkan suatu tingkah laku tertentu maka ia akan mendapatkan masukan-masukan (input) yang berkaitan dengan tingkah laku tersebut. Masukan utama adalah gambaran mengenai aksi tertentu (TV act). Masukan-masukan lainnya mencakup tingkat kesenangan, getaran yang ditimbulkan dalam diri penonton (arousal), daya tarik (attractiveness), minat atau kepentingan (interest) dan motivasi (motivation) untuk bertindak sesuai dengan apa yang disajikan dalam acara TV tersebut (semuanya ini secara kolektif disebut sebagai TV arousal), serta aksi-aksi alternatif atau bentuk-bentuk tingkah laku lainnya yang ditayangkan TV dalam konteks yang sama. Di samping itu ada dua faktor lainnya yang menjadi masukan, yakni: persepsi mengenai akibat sebagaimana digambarkan dalam TV (TV perceived consequences), dan persepsi mengenai realitas dari apa 53
Bab IV: Model Dasar Komunikasi
Pengantar Ilmu Komunikasi
TV arousal
yang digambarkan dalam TV (TV perceived reality). Proporsi utama dari model ini adalah: Suatu gambaran mengenai tingkah laku yang disampaikan TV akan mendorong khalayak untuk cenderung mempelajarinya. Semakin menonjol atau dianggap penting (secara psikologis) gambaran tingkah laku tersebut oleh seseorang, semakin kuat getaran-getaran yang muncul (arousal), dan semakin kuat pengaruhnya terhadap pembentukan tingkah laku dari orang tersebut. Gambar model pengaruh TV dari Comstock ini adalah sebagai berikut :
I T A W S A I D D U Y U B A R Point of entry
Inputs :
TV Arousal
TV act
TV perceived cosequences
TV alternative
TV perceived reality
P TV act
P= 0
P 0
Opprtunity
Gambar 3.11
NO
Display behavior
Gambar 3.11.
KETERANGAN : Input
54
: Getaran yang merangsang munculnya motivasi penonton untuk meniru/ melakukan tingkah laku yang digambarkan dalam TV. TV perceived consequences : Persepsi mengenai akibat dari tingkah laku sebagaimana digambarkan dalam TV. TV perceived reality : Persepsi mengenai realitas dari tingkah laku yang digambarkan dalam TV. TV alternatives : Tingkah laku sosial lainnya yang digambarkan TV. TV act : Kemungkinan ditirunya tingkah laku yang digambarkan dalam TV. Opportunity : Kesempatan atau peluang untuk melakukan tingkah laku yang digambarkan dalam TV dalam kehidupan sehari-hari. Display behaviour : Penampilan tingkah laku sosial sebagaimana digambarkan melalui TV dalam kehidupan sehari-hari. P=0 : Kemungkinan tidak ada (nol). P0 : Kemungkinan ada. NO : Kesempatan atau peluang tidak ada. Point of entry : Titik masuk (jalur masuk).
: Masukan-masukan berupa pesanpesan dan atribut-atribut yang menyertainya.
C. Model Komunikasi Dua Tahap Katz & Lazarfeld Model dari Katz dan Lazarsfeld lazim disebut dengan two step flow model of communication (model komunikasi bertahap dua), menjelaskan tentang proses pengaruh penyebaran informasi melalui media massa kepada khalayak. Menurut model ini, penyebaran dan pengaruh informasi yang disampaikan melalui media massa kepada khalayaknya tidak terjadi secara langsung (satu tahap), melainkan melalui perantara seperti misalnya “pemuka pendapat” (opinion 55
Bab IV: Model Dasar Komunikasi
Pengantar Ilmu Komunikasi
leaders). Dengan demikian proses pengaruh penyebaran informasi melalui media massa terjadi dalam dua tahap: pertama, informasi mengalir dari media massa ke para pemuka pendapat; kedua, dari pemuka pendapat ke sejumlah orang yang menjadi pengikutnya. Model ini dapat digambarkan demikian.
I T A W S A I D D U Y U B A R
Media Massa
4
1 2
3
Gambar 3.12.
1,2,3,4 = Pemuka pendapat O = Para individu yang mempunyai hubungan dengan pemuka pendapat
Asumsi-asumsi yang melatarbelakangi model komunikasi dua tahap ini adalah: 1. Warga masyarakat pada dasarnya tidak hidup secara terisolasi, melainkan aktif berinteraksi satu sama lainnya, dan menjadi anggota dari sate atau beberapa kelompok sosial. 2. Tanggapan dan reaksi terhadap pesan-pesan media massa tidak terjadi secara langsung dan segera, tetapi melalui perantara yakni hubunganhubungan sosial. 3. Para pemuka pendapat uinumnya merupakan sekelompok orang yang aktif menggunakan media massa serta berperan sebagai sumber dan rujukan informasi yang berpengaruh. 56
Studi-studi yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa di kebanyakan negara berkembang (termasuk Indonesia), proses penyebaran informasi melalui media massa ke khalayak luas memang cenderung mengikuti pola “komunikasi dua tahap”. Namun, dalam perkembangan selanjutnya, para ahli menemukan bahwa terdapat variasi dalam proses penyebaran informasi. Polapenyebaran informasi tidak selamanya berjalan secara dua tahap, tetapi dapat juga hanya satu tahap, atau lebih dari dua tahap, tergantung dari kondisi individu khalayaknya. Model ini kemudian disebut sebagai multi step flow communications atau komunikasi banyak tahap (Schramm, 1973). Bagi kebanyakan orang di kotakota besar dan berlatar belakang sosial dan ekonomi relatif tinggi, penyebaran informasi dari media massa kepada mereka umumnya berjalan secara langsung (satu tahap). Sementara bagi orang-orang yang berada di daerah pedesaan dengan latar belakang sosial dan ekonomi yang relatif rendah, proses penyebaran informasi dari media massa tidak berjalan secara langsung, tetapi mengalami beberapa tahap. Misalnya dari media massa, kepada teman dan tetangga yang punya akses terhadap media, baru kepada dirinya, kemudian dikonfirmasikan kepada pemuka pendapat. Atau, dari media massa, ke pemuka pendapat, kepada teman atau tetangga, baru ke dirinya. Dengan demikian, dalam hal pengaruh penyebaran informasi melalui media massa banyak faktor yang menjadi “perantara” (intervening variables).
D. Model Spiral Keheningan Noelle-Neumann Model spiral keheningan (the spiral of silence) yang dikemukakan oleh Elisabeth Noelle-Neumann (1974), juga menjelaskan tentang dampak penyebaran informasi melalui media massa. Menurut model ini, besar kecilnya pengaruh media massa tergantung pada interaksi antara media massa, komunikasi antarpribadi, dan persepsi seseorang mengenai pendapat dirinya dikaitkan dengan pendapat orang lain yang ada di lingkungan masyarakat sekitarnya. Gambar mengenai model ini adalah sebagai berikut:
57
Bab IV: Model Dasar Komunikasi
Pendapat yang diekspresikan sebagai dominan oleh media massa
I T A W S A I D D U Y U B A R Dukungan antar pribadi bagi pendapat yang berbeda
BAB V
Konsep & Teori Informasi
Jumlah orang yang secara terbuka menentang pendapat dominan yang dikemukakan media massa
Gambar 3.13.
Asumsi dari model ini, sebagaimana terlihat dalam gambar di atas, adalah bahwa semakin sering media massa mengemukakan pendapat yang dominan di kalangan masyarakat, semakin memudar atau melemah pendapat pendapat di kalangan masyarakat yang menentang pendapat dominan tersebut. Jumlah orang yang secara terbuka menentang pendapat dominan yang dikemukakan media massa akan semakin mengecil. Dengan kata lain, suara-suara yang menentang akan semakin hening. Asumsi ini didasarkan pada pertimbangan bahwa pada dasarnya, kebanyakan orang dalam masyarakat cenderung tidak mau mengisolasikan dirinya dari lingkungan masyarakat di sekitarnya. Oleh karena itu, biarpun seseorang mempunyai sikap atau pendapat yang berlainan ia akan berusaha untuk tidak menentang secara terbuka terhadap sikap dan pendapat orangorang lain di lingkungan sekitarnya.
58
A. Pandangan tentang Informasi Kendati pun semua orang setuju bahwa informasi merupakan unsur dasar dalam komunikasi, tidak seluruhnya sepakat mengenai pengertian informasi itu sendiri. Ada yang mengaitkannya dengan hal-hal yang baru, misalnya seseorang yang membaca berita-berita di surat kabar atau majalah. Ada pula yang menyamakan dengan ilmu pengetahuan, misalnya informasi yang dikandung dalam sebuah buku ilmiah. Ada yang mengidentikkan dengan data dan angka-angka hasil penelitian. Bahkan ada pula yang menyebut isu yang tidak diketahui kebenarannya sebagai informasi. Untuk memperjelas pemahaman mengenai informasi, Fisher (1986) mengelompokkan berbagai pandangan mengenai konsep informasi ke dalam tiga buah variasi.
Pertama, penggunaan istilah informasi untuk menunjukkan fakta atau data yang dapat diperoleh selama tindakan komunikasi berlangsung. Manakala kita berbincang-bincang dengan lawan bicara kita pada saat membaca koran, majalah, buku, selebaran, spanduk, papan reklame atau pada saat kita mendengarkan radio atau menonton TV, ketika itulah sejumlah data dan fakta kita serap dan kita simpan dalam ingatan kita. Pengumpulan data dan fakta seperti yang dilakukan wartawan dalam menghimpun keterangan dan penjelasan 59
Bab V: Konsep dan Teori Informasi
dari sumber peristiwa berita, atau seorang detektif mengumpulkan bukti tentang kejahatan, adalah contoh-contoh lainnya tentang pencarian informasi. Dalam pandangan yang pertama ini, informasi dikonseptualisasikan sebagai kuantitas fisik yang dapat dipindahkan dari satu titik ke titik lain, dari suatu medium ke medium lain, dari satu orang ke orang lain. Dengan demikian informasi identik dengan wujud material yang dapat dikirimkan dan diterima melalui berbagai saluran, baik melalui media massa seperti surat kabar, radio dan TV, media komunikasi lainnya seperti telepon, faksimile, surat, telegram, kartu, gambar, buku maupun komunikasi tatap muka, dan bahasa isyarat. Oleh karena itu, menurut pandangan ini, kuantitas informasi dapat “dihitung” dalam arti semakin banyak usaha seseorang mengumpulkan data dan fakta, makin banyak informasi yang dimilikinya. Pelajar dan mahasiswa yang rajin mengikuti perkembangan berbagai informasi melalui segala bentuk media komunikasi, tentu akan mempunyai lebih banyak informasi dibandingkan dengan pelajar atau mahasiswa yang ticlak mempunyai minat mengetahui perkembangan yang terjadi di sekitarnya.
Pengantar Ilmu Komunikasi
akan memperoleh banyak data, tetapi belum tentu memperoleh informasi yang banyak. Kenapa? Karena mungkin, kata atau ungkapan dalam tulisan itu yang kurang Anda pahami dengan sempurna. Coba, kalau tulisan itu disusun dalam bahasa yang anda kuasai dengan baik, tentunya akan banyak informasi yang akan Anda dapatkan bahkan boleh jadi lebih dari sekadar yang disajikan melalui tulisan itu karena mungkin Anda mampu mengembangkan lebih jauh makna data yang ada dan menghubungkannya dengan makna data yang pernah Anda peroleh sebelumnya di tempat lain.
I T A W S A I D D U Y U B A R
Kedua, penggunaan informasi untuk menunjukkan makna data. Jadi, menurut pandangan ini, informasi berbeda dari data. Informasi adalah arti, maksud dan makna yang dikandung data. Dalam hal ini peran seseorang untuk memberikan maksud pada data memegang posisi yang sangat penting. Suatu data baru dikatakan mempunyai nilai informasi jika dianggap memiliki arti oleh penafsirnya. Misalnya, ketika Anda mendaki gunung, lalu menemui tanda panah putih di suatu tempat. Pada tempat yang lain, tanda panah itu ditulis secara ganda. Bagi Anda yang naik gunung secara bebas, tanda panah itu mungkin ditafsirkan sebagai petunjuk jalan saja. Tetapi bagi rekan Anda yang mendaki dengan mengikuti tanda-tanda, boleh jadi tanda panah satu artinya jalan biasa, sedangkan dua tanda panah maksudnya supaya berlari. Perbedaan kemampuan memberikan makna juga bisa membuat orang hanya memperoleh banyak data, tetapi sedikit informasi. Sebagai contoh, misalkan Anda membaca sebuah tulisan dalam bahasa asing yang belum Anda kuasai dengan baik. Di sana Anda 60
Oleh karena konsep informasi yang satu ini berkaitan dengan soal penafsiran, akan bisa jadi makna suatu data dapat berbeda antara satu orang dengan orang lainnya. Umumnya masalah penafsiran erat kaitannya dengan tingkat pengetahuan seseorang dengan objek yang hendak ditafsirkannya. Semakin banyak pengetahuan seseorang terhadap sesuatu objek semakin besar kemungkinannya memperoleh informasi dari objek (data) tersebut. Bagi yang tidak mengerti statistik, tabel-tabel angka dalam sebuah buku mungkin hanya dianggap sebagai penghias halaman dan memusingkan. Tetapi bagi ahli statistik, tabel itu mengandung banyak sekali informasi, bahkan termasuk informasi yang belum ditulis dalam bentuk kalimat-kalimat di dalam buku tersebut.
Latar belakang disiplin ilmu seseorang juga turut andil dalam pemberian makna. Umpamanya makna air. Bagi ahli biologi atau pertanian, air merupakan zat yang sangat diperlukan oleh setiap makhluk hidup. Sedangkan bagi ahli kimia, air berarti senyawa H2O, dan bagi penduduk yang sering terkena banjir, boleh jadi air diartikan sebagai ancaman yang membahayakan. Pemahaman akan makna atau arti data, juga berkaitan dengan nilai budaya. Dalam khasanah budaya Indonesia banyak sekali perbedaan makna akibat faktor budaya ini. Misalnya kata “cokot” dalam bahasa Sunda artinya ambil, tetapi dalam bahasa Jawa, artinya gigit. Dalam hubungan antarbangsa, hal demikian juga banyak ditemukan. Contoh: acungan jempol bagi kebanyakan bangsa artinya baik atau bagus, tetapi hati-hati Anda jangan mengacungkan jempol kepada orang India, kemungkinan Anda dikira menantang berkelahi. Mengenai kaitan makna dan kata 61
Bab V: Konsep dan Teori Informasi
ini, lebih lanjut dapat Anda baca pada bagian pembahasan tentang konsep makna. Ketiga, istilah informasi menurut teori informasi, yang menganggap informasi sebagai jumlah ketidakpastian yang dapat diukur dengan cara mereduksikan sejumlah alternatif pilihan yang tersedia. Menurut teori ini, informasi berkaitan erat dengan situasi yang tidak pasti. Semakin tidak pasti suatu situasi, dan semakin banyak pula alternatif pilihan (baca: informasi) yang dapat digunakan secara berturut-turut dan bertumpang tindih (reduktif) untuk mengurangi ketidakpastian tersebut. Dengan kata lain, informasi adalah sesuatu yang mengurangi ketidakpastian.
Pengantar Ilmu Komunikasi
Anda miliki, Anda reduksi hingga tercapai kepastian, siapa pemilik dompet tersebut.
I T A W S A I D D U Y U B A R
Untuk mengurangi ketidakpastian, dibutuhkan paling sedikit dua alternatif pilihan informasi, sebab jika hanya satu informasi namanya sudah pasti. Karena itu menurut teori ini, informasi bersifat memilih (selektif). Contoh sederhana, Anda sedang bermain-main dengan mata uang logam. Anda ingin mengetahui apakah hasil setiap lemparan selalu menunjukkan gambar? Anda dalam situasi yang tidak pasti, sebab boleh jadi yang selalu muncul adalah angka. Tanda “gambar” dan “angka” tidak lain adalah alternatif pilihan untuk mengurangi ketidakpastian Anda karena setiap muncul salah satu alternatif berarti ketidakpastian Anda sudah berkurang (hilang).
Contoh lain, sewaktu Anda berjalan jalan di taman, Anda menemukan sebuah dompet berwarna cokelat, bermotif bunga melati, bermerek “Wang”, dan tentu saja penuh berisi uang. Sebagai orang yang jujur Anda bermaksud mengembalikan dompet itu kepada pemiliknya. Tetapi Anda tidak menemukan keterangan apa pun di sana, kecuali sebuah pas foto yang diperkirakan si pemilik. Dalam kasus ini sejumlah informasi telah Anda miliki, yakni berupa ciri-ciri dompet dan pas foto. Semua informasi yang Anda miliki tersebut dapat digunakan untuk mengurangi ketidakpastian Anda mengenai pemilik dompet tersebut. Jika ada seseorang yang mengaku sebagai pemilik dompet datang kepada Anda, dan sebagai orang yang suka berhati-hati tentu Anda akan menyesuaikan informasi yang anda miliki dengan keterangan yang disampaikan orang itu. Pada saat menyesuaikan informasi itu sejumlah informasi yang 62
B. Teori Informasi Mengapa teori informasi memandang informasi sebagai ukuran kebebasan kita memilih alternatif guna mengurangi ketidakpastian? Pertanyaan ini dapat dijawab dengan menelusuri asal mula timbulnya teori informasi. Teori informasi muncul setelah Claude Shannon dan Werren Weaver membuat model yang dipublikasikan pada tahun 1949 melalui bukunya yang berjudul The Mathematical Theory of Communication. Model yang dibuat mereka terkenal dengan nama model Shannon-Weaver. Tentu Anda masih ingat dengan model tersebut. Salah satu ciri khas model Shannon-Weaver adalah adanya unsur noise. Adanya faktor gangguan (noise) pada komunikasi, memungkinkan lahirnya konsep entrophy, situasi yang tidak pasti atau tak teratur. Entrophy inilah yang kemudian melahirkan konsep informasi. Menurut teori informasi, pengertian informasi sangat dekat dengan entrophy dalam ilmu pasti, yaitu ukuran tingkat “keacakan” (Severin Tankard, 1982). Oleh sebab itulah, informasi menurut teori informasi adalah jumlah ketidakpastian yang dapat diukur dengan mengurangkannya melalui pemakaian sejumlah alternatif pilihan yang tersedia. Mengapa Severin-Tarkand menyinggung ilmu pasti? Karena kelahiran teori informasi memang tidak bisa dilepaskan dari latar belakang pencetusnya. Shannon-Weaver adalah dua ahli matematika dan bekerja di laboratorium Telepon Bell. Pada awal pembentukannya, teori informasi ini dipakai secara sistematis. Setiap penggunaan alternatif pilihan guna mengurangi ketidakpastian dihitung dengan angka-angka yang rumit. Dari segi matematis ini, informasi diukur dengan satuan pokok informasi yang disebut binary digit, yang populer disingkat bit. Pemakaian satu bit informasi setara dengan pengurangan 5% dari keseluruhan alternatif yang tersedia.’ Misalnya, Anda diminta menebak dengan menjawab ya atau tidak. Kedua alternatif menjawab tersebut bernilai satu bit. Sehingga bila 63
Bab V: Konsep dan Teori Informasi
misalnya Anda menjawab tidak, berarti alternatif yang tersedia telah berkurang sebanyak 50%. Demikianlah awal mula penerapan teori informasi, bersifat teknik sekali.
Pengantar Ilmu Komunikasi
ketidakpastian, sedangkan ketidakpastian mendorong tersedianya alternatif pilihan, yang tiada lain adalah informasi itu sendiri. Jadi, sesuai dengan teori informasi, makin banyak gangguan makin besar ketidakpastian dan makin melimpah informasi.
I T A W S A I D D U Y U B A R
Dalam perkembangan selanjutnya teori informasi lebih mengacu pada soal komunikasi antarmanusia. Oleh karena itu, pengertian konsepkonsepnya juga bergeser, terutama konsep entropy dan noise. Jika pada awalnya, entropy dikaitkan dengan ketidakpastian yang diakibatkan oleh gangguan (noise) terhadap mesin maka sekarang kedua konsep itu dihubungkan dengan tersedia atau tidaknya sejumlah alternatif pilihan guna mengurangi ketidakpastian tersebut. Perkembangan lebih lanjut adalah diberlakukannya ciri informasi yang harus bersifat memilih (selektif) karena jika tidak ada alternatif atau hanya satu alternatif, berarti semuanya sudah pasti, dan itu bukan karakter informasi yang selamanya mengacu pada situasi yang tidak pasti. C. Sifat Informasi : Ketidakpastian dan Memilih Seperti telah disebutkan salah satu ciri khas model Shannon-Weaver adalah adanya komponen noise menurut model ini, sumber gangguan (noise) ketika kita berkomunikasi itu bermacam-macam, bisa terjadi pada pembicaraannya, salurannya, situasinya maupun pesannya. Pada pembicara (sumber) mungkin tidak jelas siapa yang berbicara sehingga si penerima bertanya-tanya. Pada saluran kemungkinan adanya kerusakan pada kabel telepon, gelombang radio, gambar televisi, atau cetakan huruf yang kurang jelas. Pada situasi mungkin adanya suara berisik ketika pesan diterima. Pada pesan kemungkinan terikutsertakannya tambahan pesan yang tidak mendukung pokok pembicaraan. Suatu hal yang dapat dirasakan, jika kita sedang berkomunikasi lalu muncul gangguan, adalah komunikasi kita menjadi kurang lancar, teristimewa pesan yang diterima tidak jelas. Ketidakjelasan inilah yang menimbulkan tanda tanya mengenai pesan yang kita terima, kita menjadi merasa serba tidak pasti. Dalam keadaan tidak pasti itu kita hanya mendugaduga dan sejumlah alternatif jawaban pun kita susun. Dengan kata lain, faktor noise dapat menimbulkan 64
Sebaliknya kita dapat merasakan suatu pesan yang disusun secara baik, dikirimkan dalam suatu situasi yang tanpa gangguan, ketidakpastian pun menjadi tidak ada atau menjadi serba pasti. Dalam keadaan demikian, informasi juga tidak ada, misalnya ketika Anda dipersilakan boleh datang dan boleh tidak, Anda punya pilihan untuk mengurangi ketidakpastian yang ada pada diri Anda, tetapi jika Anda diminta secara tegas harus datang, Anda hanya punya satu pilihan, yaitu harus datang (kecuali Anda membantah atau Tuhan menghendaki lain), dan itu berarti semuanya telah serba pasti. Jadi, faktor gangguan (noise) telah melahirkan sifat-sifat informasi: ketidakpastian dan memilih. Ini logis saja. Jika banyak gangguan, timbul ketidakpastian maka lahir sejumlah pilihan. Kalau tak ada gangguan keadaan pun menjadi serba pasti, alternatif pilihan juga tidak ada. Hanya perlu ditegaskan bahwa dalam hal alternatif, seseorang tidak bertindak secara serampangan, melainkan dengan cara tertentu untuk mengurangi jumlah alternatif yang tersedia (ingat, sifat reduktij) sampai mendapatkan alternatif yang benar benar dapat menghilangkan ketidakpastian. Umpamanya, Anda sedang tidak enak badan. Mungkin Anda bertanya, penyakit apa yang menyerang. Flu, stres, atau hanya kelelaj~an? Lantas Anda ingat, siang tadi Anda hehujanan. Anda pun menarik kesimpulan menurut pengalaman bahwa cuaca cepat berubah, flu sering mengancam. Anda sadar bahwa Anda sedang terserang flu berat, bukan terkena stres atau kelelahan. Dalam contoh ini Anda telah mengurut-urutkan informasi yang Anda miliki (dalam ingatan Anda secara cepat) sampai pada alternatif yang benar-benar menghilangkan ketidakpastian, dalam hal ini alternatif terserang flu. Dalam memilih alternatif tersebut, pengalaman masa lalu, motif, nilai, kebutuhan, dan tujuan masing-masing individu ikut menentukan pilihan (Schramm dan Kincaid, 1987). Sedangkan 65
Bab V: Konsep dan Teori Informasi
jika berbicara latar belakang ini maka setiap orang mempunyai pengalaman, motif, nilai, kebutuhan, tujuan yang relatif berbeda antara satu individu dengan individu lainnya. Dalam contoh Anda terserang Flu, itu bukti adanya pengalaman masa lalu (pengetahuan) yang Anda miliki tentang gejala flu sehingga Anda menjatuhkan pilihan padanya.
Pengantar Ilmu Komunikasi
menggantinya dengan kata panas. Itulah redudancy. Ketidakpastian (entrophy) juga dapat diatasi dengan menambah tenaga (power) penyampaian pesan. Dalam contoh di atas, Anda dapat menambah tenaga (power) dengan memperkeras volume suara Anda, misalnya dengan cara berteriak. Tenaga (power) dapat pula diperoleh dengan cara memberi pesan tambahan pada pesan utama. Umpamanya, sambil menyebut teh hangat, Anda memperagakan orang minum dan menggerak-gerakkan tangan agar pelayan menghampiri. Setelah itu, tenaga tambahan juga dapat diperoleh dengan cara memberikan pesan secara langsung ke pesan utama, dan dikirimkan secara jelas. Hal ini dapat dilakukan dengan cara (seolaholah) mengeja kata-kata pesan, misalnya, teh hangat.
I T A W S A I D D U Y U B A R
Jika kita melanjutkan contoh mengenai flu ini, kalau memang Anda terserang flu Anda harus minum tablet obat flu. Di sini latar belakang kebutuhan yang berbicara. Tetapi merek apa? Karena banyak ragam obat flu yang beredar, menurut iklannya semuanya mengaku paling cepat menyembuhkan derita flu. Anda dalam keadaan tidak pasti, obat flu mana yang harus diminum. Jadi, ketidakpastian baru menyusul timbul setelah Anda merasa pasti bahwa Anda terserang flu. Untuk cepat menyembuhkan flu yang Anda derita, Anda memutuskan untuk meminum tablet bermerek “manjur” misalnya, karena merek tersebut Anda anggap mempunyai khasiat yang mujarab. Penilaian Anda yang positif terhadap obat tersebut menyebabkan Anda memilih obat tersebut sebagai alternatif yang benar-benar mengurangi ketidakpastian Anda. Tentu saja, Anda meminum obat merek tersebut karena Anda mempunyai motivasi dan tujuan ingin lekas sembuh.
D. Mengatasi Ketidakpastian dengan “Redudancy” Tentunya Anda tidak merasa nyaman kalau selalu berada dalam ketidakpastian (entrophy). Dengan demikian dibutuhkan cara untuk mengatasinya. Shannon-Weaver mengeluarkan konsep redudancy sebagai lawan dari entrophy. Redudancy artinya pengulangan, baik dengan kata yang sama ataupun kata yang artinya sama, dengan tujuan agar pesan yang dikirimkan dipahami maksudnya oleh komunikasi. Misalnya, di tengahtengah hiruk-pikuknya pesta yang ditingkahi pula oleh berisiknya suara musik, Anda bermaksud meminta secangkir teh hangat pada pelayan yang berdiri agak jauh dari Anda. Ditambah dengan perhatian si pelayan yang lebih terpusat pada alunan lagu, suasana ramai itu membuat permintaan Anda akan secangkir teh hangat, dibalas dengan pertanyaan: Angkat? Agar permintaan Anda terkabul, mungkin anda mengulangi kata hangat itu, atau 66
E. Jenis dan Kualitas Informasi Dari fungsi informasi untuk mengurangi ketidakpastian, secara tersirat dapat dilihat bahwa informasi sangat penting dalam proses pengambilan keputusan. Bukankah dalam ketidakpastian berarti tiada atau belum adanya keputusan? Adapun sebuah keputusan dapat menimbulkan ketidakpastian baru, itu akan menuntut diambilnya keputusan lain begitu seterusnya hingga diperoleh keputusan yang benar-benar mengurangi (menghilangkan) ketidakpastian. Jika demikian, jenis informasi apa yang kita butuhkan untuk mengurangi ketidakpastian? Jawabannya kembali ke tingkat ketidakpastian itu sendiri. Ada tiga bentuk ketidakpastian. Pertama, tidak pasti kepada objek tertentu (nama benda, musim, masa) atau lingkungan sekitar lainnya. Misalnya, ketika kita melihat sebuah jejak kaki di tanah gembur, kita menduga-duga jejak kaki apa itu? Jejak kaki manusia atau kaki binatang? Jika binatang, jenis hewan apa? ketidakpastian di sini sebatas sadar tahu (awareness). Kedua, ketidakpastian pada hubungan antara satu alternatif pilihan dengan alternatif lainnya. Dalam kasus telapak kaki itu, misalnya kita telah menetapkan bahwa jejak itu adalah jejak orang yang berlari dan terjadi tadi malam. Lantas kita pun ingin mengaitkan keduanya; ketidakpastian pada hubungan antara satu alternatif pilihan dengan 67
Bab V: Konsep dan Teori Informasi
alternatif lainnya, dan mengambil kesimpulan bahwa jejak itu adalah jejak orang asing, sebab tak mungkin warga kampung lewat melalui jalan berlumpur itu, mereka sudah kenal betul medan kampungnya sendiri. Ketiga, ketidakpastian pada penilaian, baik nilai objek maupun nilai hubungan. Jika kita sudah menyimpulkan bahwa jejak kaki itu adalah jejak kaki orang asing, lalu mengapa ia melewati jalan itu? Penilaian pun timbul, disimpulkan bahwa kemungkinan besar ads orang yang bermaksud jahat (penilaian negatif) kepada warga kampung.
Pengantar Ilmu Komunikasi
Banna memutuskan untuk memakai pil KB. Sepengetahuannya, pil KB mempunyai tingkat kegunaan (useful) yang lebih besar dari pada alatalat yang lain sehingga ia menilai positif (valuable) pada kontrasepsi pil. Fakta-fakta (factual) yang lebih menunjukkan keberhasilan pemakaian pil sehingga dapat diandalkan (reliable) karena dosis obatnya juga tepat (precise). Sebab itu bagi Nyonya Banna informasi mengenai pil KB dapat dipercaya karena dinilainya mengandung banyak kebenaran (true).
I T A W S A I D D U Y U B A R
Tiga jenis informasi yang terdapat dalam contoh tersebut merupakan rangkaian informasi dari sebuah peristiwa. Akan tetapi masingmasing jenis dapat berdiri sendiri. Siulan seseorang menunjuk ads seseorang yang sedang bergembira (bentuk informasi objek dan lingkungan), teriakan awas mengingatkan adanya bahaya yang mengancam (bentuk informasi hubungan). pernyataan bersedia seseorang, berarti si individu menilai positif pada sebuah ajakan atau perintah (bentuk informasi menilai).
Hanya perlu diingat, seperti telah kita singgung, oleh karena informasi berkaitan dengan proses kemaknaan yang dapat berbeda dari satu orang ke orang lain maka tingkat kualitas informasi pun bisa berbeda untuk masing masing individu. Akan tetapi keenam ciri itu akan selalu melekat pada setiap pilihan informasi, hanya tingkatannya berbeda. Seperti dalam kasus Nyonya Banna mungkin pilihan informasi pil tak memenuhi kebutuhan Nyonya Tina. Bagi Nyonya Tina boleh jadi yang lebih memenuhi pilihannya adalah informasi mengenai alat kontrasepsi jenis suntikan.
Terutama dalam bentuk menilai, setiap orang cenderung mempunyai informasi yang berbeda-beda, tergantung si individu menafsirkan pesan yang diterimanya. Bagi konglomerat, apalah artinya uang sebesar satu juta rupiah (bernilai rendah). Tapi untuk si miskin uang sebesar itu menjadi dambaan (bernilai tinggi) karena dalam benaknya sudah tersedia sejumlah alternatif pilihan, misalnya ia berangan-angan menjadihannya sebagai uang muka kredit rumah sederhana.
Di samping dilihat dari jenisnya, kebutuhan seseorang akan informasi juga ditinjau dari segi kualitasnya. Tinggi rendahnya kualitas informasi dapat dilihat dari tingkat kegunaannya (usefull), nilainya (valuable), faktualitasnya (factual), keterandalannya (reliable), ketepatannya (precision), dan kebenarannya (truth). Tentu saja makin tinggi tingkat masing-masing ciri tersebut, makin tinggi kualitas informasi. Ciriciri kualitas ini bisa terdapat dalam serangkaian informasi, misalnya dalam pidato atau ceramah, maupun melekat pada satu objek atau peristiwa. Hal yang disebut terakhir ini contohnya informasi mengenai alat kontrasepsi. Dari berbagai macam jenis alat, Nyonya 68
69
I T A W S A I D D U Y U B A R BAB VI
Pesan dan Makna : Antara Wadah dan Isi
Dari uraian pada bagian sebelumnya, secara implisit tampak bahwa pembahasan informasi tidak dilepaskan dari pembicaraan mengenai makna. Data, makna, kata dan isyarat bukanlah informasi jika tidak diberi makna oleh orang-orang yang mengindrainya. Jadi, informasi tiada lain adalah makna dari simbol-simbol komunikasi, sedangkan jika kita ingat, baik dalam model Shannon-Weaver maupun dalam model-model lainnya, yang tiada lain data, makna, kata, simbol dan isyarat.
Dengan kata lain, informasi adalah makna pesan. Jika dikatakan bahwa makna, kata, dan isyarat tidak mengandung informasi jika tidak ditafsirkan oleh penerimanya maka dapatlah dikemukakan bahwa tidaklah mempunyai arti apa pun jika tidak diberi makna oleh komunikasi. Sebaliknya pesanlah yang mengandung makna apabila pesan tersebut ditafsirkan. Maka dengan rumusan sederhana, dapat kita katakan bahwa hubungan pesan dan makna ibarat wadah dengan isinya. Seperti sebuah wadah kosong, suatu istilah dapat diisi (diberi makna) apa pun menurut selera pemakainya. Hanya perlu diingat, tentu suatu istilah tidak dapat diberi makna seenaknya oleh si pemakainya karena kita mengenal makna yang disepakati umum. Misalnya kata makan tentu saja maknanya berbeda dengan kata minum. Demikian pula halnya setiap wadah (secara fisik) tidak dapat diisi secara sembarangan, melainkan diisi dengan hal-hal yang pantas mengisinya. Kecuali terjadi situasi khusus dan situasi itu menyebabkan patut maka gelas selalu di isi air, piring di isi nasi, dan sebagainya.
70
71
Bab VI: Pesan dan Makna: Antara Wadah dan Isi
Dari pengertian pesan tersebut, dapat pula diketahui bahwa wujud (bentuk) informasi adalah berupa pesan-pesan yang dikirimkan dan tentu diterima baik dalam bentuk kata, simbol, atau isyarat. Tentu saja baru bisa disebut informasi jika diberi makna. Maka, jika Anda menemukan stiker bertuliskan “Belajar pangkal pandai”, itu adalah pesan. Makna atau informasi yang Anda peroleh dari kalimat tersebut antara lain perlunya belajar bila ingin pandai. Belajar itu sendiri dapat berarti membaca, membuat ringkasan, mencari contoh, mengerjakan soal latihan, dan membandingkan dengan sumber-sumber lainnya. Kalau ada orang berteriak, “Tolooong ....” pesan ini bermakna adanya orang yang terkena musibah dan butuh bantuan. “Lampu merah menyala” adalah pesan. Maknanya, kendaraan harus berhenti. Jika ada seseorang mengerdipkan sebelah matanya kepada Anda, itu isyarat yang artinya orang itu ingin dekat dengan Anda.
Pengantar Ilmu Komunikasi
Anda ingin tampil sebagai sosok pelajar (intelek). Jika Anda selalu tampil rapi dengan memakai merek baju-baju terkenal, itu maknanya Anda ingin masuk pada kalangan masyarakat kelas atas.
I T A W S A I D D U Y U B A R
Dari contoh-contoh di atas dapat pula diketahui, bahwa pesan tidak selalu berbentuk kata-kata (pesan verbal) seperti kita titip pesan secara lisan ke tetangga sebelah rumah atau titip pesan melalui telepon, melainkan pesan juga bisa berupa simbol dan isyarat (pesan nonverbal). Mengenai hal ini akan kita bahas lebih lanjut pada saat kita mengupas tentang peran bahasa dalam komunikasi di depan nanti.
Yang perlu disadari adalah suatu pesan bisa mempunyai makna yang berbeda dari satu individu ke individu lain karena makna pesan berkaitan erat dengan masalah penafsiran yang menerimanya. Mendung di langit merupakan pesan yang senantiasa menggembirakan bagi petani yang hendak memasuki musim tanam, tetapi bagi pegawai kantor kesan tersebut sangat boleh jadi merupakan pesan yang membebani karena berarti harus menyiapkan alat bantu yang agak ekstra, misalnya payung, jas hujan. Dalam kehidupan sosial, rupanya masih ada anggapan bahwa banyak anak banyak rezeki, sementara pandangan lainnya melihat banyak anak itu membebani. Yang menjadi pertanyaan, mengapa terjadi perbedaan pemberian makna? Ini akan dijelaskan pada pasal makna. Tetapi sebelumnya perlu ditambahkan bahwa terdapat pandangan yang mengatakan, media adalah pesan (medium is message). Jadi, media sendiri adalah pesan. Misalnya, ke mana pun Anda pergi, Anda selalu membawa buku-buku tebal, majalah berbahasa asing, dan surat kabar hari itu maka semua media tersebut menunjukkan (bermakna) bahwa 72
A. Makna tentang Makna Apa makna dari istilah makna? Studi tentang makna bukanlah khas disiplin komunikasi, tetapi jika kita membicarakan komunikasi kita harus membahas makna. Persoalan makna kelak menarik perhatian para filsuf, ahli bahasa, psikologi, sosiologi, dan antropologi, sejak 2000 tahun yang lalu. Sayangnya, setiap usaha untuk memberikan jawaban apa arti makna secara langsung telah gagal (Fisher, 1986). Upaya untuk menjelaskan makna misalnya terlihat dari diterbitkannya dua buku Meaning of Meaning dan Understanding-Understanding, tetapi isinya menurut Fisher, lebih sedikit dari apa yang ditawarkan judulnya. Uraian panjang lebar yang diberikan lebih sering membingungkan dari pada menjelaskan. Masalah makna memang persoalan yang pelik. Untunglah Brodback (1963) seperti dikutip Fisher membantu kita merumuskan tiga macam makna.
Pertama, makna referensial, yakni makna suatu istilah mengenai objek, pikiran, ideal, atau konsep yang ditunjukkan oleh istilah itu. Makna itu lahir dari pikiran seseorang ketika suatu istilah menunjuk pada suatu objek. Misalnya, istilah “kendaraan” merujuk pada mobil, motor, sepeda, bahkan kuda, artinya sesuatu yang dapat ditumpangi dan membawa penumpangnya pada jarak tertentu. lstilah “baik” mengacu kepada penilaian (pikiran) seseorang mengenai suatu hal, “keadilan” adalah istilah untuk sebuah konsep mengenai kesesuaian antara sebab dan akibat.
Kedua, makna yang menunjukkan arti suatu istilah sejauh dihubungkan dengan konsep-konsep lain. Misalnya, istilah Phlogiston yang dicontohkan Fisher. Kata itu dulu digunakan untuk menjelaskan proses pembakaran. Suatu benda bisa terbakar jika ada Phlogiston. Tetapi sejak ditemukannya istilah oksigen, Phlogiston tidak digunakan lagi untuk menjelaskan proses pembakaran. Istilah perang dingin kini tidak dipakai lagi setelah blok timur runtuh. Banyak istilah menjadi 73
Bab VI: Pesan dan Makna: Antara Wadah dan Isi
ticlak berarti lagi setelah ditemukan kesalahan pada konsep yang lama. Ketiga, makna intensional, yakni arti suatu istilah atau lambang tergantung pada apa yang dimaksudkan oleh si pemakai dengan arti lambang itu. Makna inilah yang melahirkan makna individual dari segi ini maka tak akan ada dua buah makna yang dimaksudkan identik, walaupun maknamakna itu boleh saja amat mirip. Ini merupakan makna yang disebabkan oleh tindakan mental individu tanpa dipengaruhi orang lain. Anda boleh menyebut jeruk Garut itu manis, mungkin manis yang dimaksud tanpa campuran dengan rasa asam, tetapi untuk kawan Anda boleh jadi yang diartikan manis mengandung sedikit rasa pahit. Manis bagi Anda adalah khas Anda begitu pula dengan kawan Anda maka janganlah Anda langsung menafsirkan demokrasi menurut barat sama maknanya dengan demokrasi di tempat lain. Masingmasing mempunyai pengalaman yang khas dengan istilah itu sehingga makna yang muncul pun berbeda-beda pula.
Pengantar Ilmu Komunikasi
isyarat. Misalnya, Anda mendengar orang menyebut kata permata. Di dalam benak, Anda terpikirkan tahwa permata adalah batu mulai untuk perhiasan yang mahal harganya. Kata “permata” adalah sign (simbol), batu permata adala~,objek rujukan, sedangkan sebagai pemakainya adalah Anda sendiri. Makna yang muncul dari ketiga hubungan elemen tersebut adalah kesimpulan Anda yang menyebut permata adalah batu mulia untuk perhiasan yang mahal harganya.
I T A W S A I D D U Y U B A R
B. Teori Makna Dari tiga corak makna tersebut, yang menarik adalah proses terjadinya pemaknaan. Kapankah makna itu muncul? Fiske (1980) menyatakan makna muncul ketika sebuah sign yang mengacu pada suatu objek, dipakai oleh pengguna sign, saat itulah terjadi proses pembentukan makna di dalam benak si pemakai. Yang dimaksud sign di sini dapat berupa kata, tulisan, simbol, maupun isyarat. Sedangkan objek bisa mengacu pada benda, ide, atau konsep.
Beberapa ahli` merumuskan ketiga hubungan antara sign, objek, dan pemakai itu dalam bentuk hubungan segitiga. Maka teori segitiga makna (triangle meaning theory) pun dibuat untuk menjelaskan proses terjadinya makna. Salah seorang ahli yang menyusun teori segitiga makna adalah Charles S. Pierce. Menurut Pierce, sebuah sign yang mengacu kepada sesuatu di luar dirinya, yaitu objek akan mempunyai pengaruh pada pikiran pemakainya karena adanya hubungan timbal balik antara ketiga elemen tersebut. Hasil hubungan timbal balik itulah yang menghasilkan makna suatu objek, dan dilambangkan oleh pemakainya dengan suatu simbol antara lain kata-kata, gambar, atau 74
Pikiran /referensi
Simbol
Objek sasaran
Teori segitiga makna juga dikembangkan oleh Ogden dan I.A. Richard, yang menyatakan bahwa makna muncul tatkala suatu simbol yang mengacu pada suatu objek mengena pikiran seseorang. Sebetulnya mekanisme berpikimya sama dengan Pierce. Bedanya hanya terletak pada hubungan antara objek dengan simbol (lihat gambar). Menurut model Ogden dan Richard, hubungan antara simbol dan objek bersifat tidak langsung karena simbol hanya mewakili objek tanpa objek itu harus hadir. Jadi, ketika kita menyebut istilah “hutan” objek hutan yang dirujuk oleh istilah itu tak selalu harus hadir di depan mata pemakai istilah itu. Dari beberapa studi tentang makna dan teori makna, kemudian Littlejhon menyimpulkan bahwa makna itu mempunyai tiga dimensi.
Pertama, dimensi referential yang berarti bahwa secara jelas katakata dan simbol yang lain dipakai untuk menunjukkan objek, situasi, kondisi, atau penyataan. Kata “Buku” untuk menunjukkan objek benda semacam yang sedang Anda baca ini. Simbol “huruf S disilang” menunjukkan larangan berhenti. Kata “gembira” untuk menunjukkan situasi dan suasana hati yang riang. Kata “panas” untuk menunjukkan kondisi suatu benda atau ruangan yang panas.
75
Bab VI: Pesan dan Makna: Antara Wadah dan Isi
Kedua, dimensi eksperential, artinya makna adalah bagian terbesar dari suatu pengalaman tentang objek. Tanpa kita mengenal objeknya, kita tak dapat memberinya makna. Makin tahu kita tentang suatu objek, makin banyak makna yang dapat kita peroleh. Bagi yang belum pernah mendengar kata diktator, tentu saja orang tak akan mengerti makna dari kata itu.
I T A W S A I D D U Y U B A R
Ketiga, dimensi purpossive yang maksudnya tujuan seseorang bertatap muka atau berkomunikasi (mengirim dan menerima simbol) adalah aspek penting dari makna. Dengan kata lain, dipakainya suatu simbol karena ada tujuan yang hendak dicapai oleh simbol itu. Hatihatilah dengan kawan dekat Anda yang selalu mengucapkan “sayang”, itu berarti is mempunyai maksud tertentu kepada Anda, mungkin ingin dekat. Kata “bagus” dipakai untuk menunjukkan maksud bahwa kita mempunyai penilaian yang baik pada sebuah lukisan, misalnya. Sebaliknya, kita katakan “jelek” pada suatu gambar untuk menunjukkan maksud kita mengenai gambar yang buruk. Jika dihubungkan secara segitiga makna maka hubungan antara ketiga dimensi itu dapat memperlihatkan bahwa pemakaian suatu simbol (referential) itu didasarkan pengalaman atau pengetahuan (experential) pada objek yang dirujuk simbol tersebut, adalah untuk menunjukkan tujuan (purpossive) si pemakai. Misalnya, jika seseorang menyatakan seseorang suka kepada temannya, ini didasarkan pada pengalamannya mengenai objek yang dirujuk istilah suka, untuk memperlihatkan bahwa maksud si orang tersebut adalah senang kepada temannya itu. Karena itu, hati-hatilah menggunakan istilah. Orang bisa senang kepada kita karena istilah yang kita gunakan, orang juga bisa marah besar pada kita karena penggunaan istilah juga.
BAB VII
Perbedaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Komunikasi verbal dan nonverbal dapat dibedakan ke dalam empat cara, yaitu: dilihat dari maksud atau tujuan, derajat simbolik, mekanisme proses informasi dan perilaku. Berikut ini adalah uraian mengenai empat cara tersebut. A. Maksud dan Tujuan Pesan Perbedaan utama antara komunikasi verbal dan nonverbal adalah perbedaan persepsi orang terhadap maksud atau tujuan dari suatu pesan komunikasi yang akan dikirimkan. Suatu pesan verbal memiliki maksud atau tujuan yang jelas. Maksud atau tujuan suatu pesan verbal baik dalam bentuk kata-kata maupun tulisan, dikomunikasikan kepada orang lain, yaitu pada saat: 1. Maksud atau tujuan pesan dirimkan oleh sumbernya 2. Maksud atau tujuan pesan diterima oleh penerimanya Suatu interpretasi tertentu terhadap maksud atau tujuan yang ada akan mengurangi makna isi yang terkandung di dalam pesan itu. Sebagai contoh, Amir berkata pada teman-temannya: “Aku ingin menjadi juara kelas!” Ketika kata-kata itu diucapkan dan di saat diterima orang lain, mengandung maksud atau tujuan yang jelas, yaitu Amir ingin menjadi juara kelas. Tetapi, ketika teman-temannya menilai dan menginterpretasikan “kata-kata” Amir maka mungkin akan muncul interpretasi sebagai berikut. Amir kok sombong ya;
76
77
Bab VII: Perbedaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Amir tidak seperti biasanya, Amir telah berubah, atau Amir semakin optimis. Keseluruhan maksud atau tujuan yang terkandung di dalam kata-kata tersebut akan berlainan, artinya bisa bertambah atau berkurang, dan menjadi positif atau negatif.
Pengantar Ilmu Komunikasi
Dalam kehidupan sehari-hari adalah wajar apabila kita memilih warnawarna tertentu di dalam berpakaian, selalu menyisir rambut ke sebelah kanan, memakai kaca mata “rayban”, memakai kaos sportif, membawa tas “echolac”, dan lain-lainnya. Tentunya, tindakantindakan tersebut didasarkan oleh motif-motif atau kebutuhankebutuhan tertentu. Misalnya, dengan memakai kacamata “rayban” akan mengamankan mata dari terik matahari atau dengan membawa tas “echolac” bisa menampung banyak buku. Namun, segala hal yang kita lakukan itu dapat diartikan secara berbeda oleh orang lain yang melihat. Bisa jadi kita dianggap “sok, bergaya, atau sok rajin”. Pada contoh yang lain, Rosa telah selesai memotong rambutnya di sebuah salon, tetapi is tampak kecewa karena rambutnya dipotong terlalu pendek.
I T A W S A I D D U Y U B A R
Berbeda dengan pesan verbal, pentbentukan makna dari perilaku nonverbal tidak ditentukan oleh maksud atau tujuan dari gerakangerakan nonverbalnya. Persepsi seseorang terhadap tindakantindakan nonverbal dari orang lain sudah dibenarkan dalam memberikan makna pesan nonverbal itu.
Tentunya suatu makna dari pesan-pesan nonverbal bersifat relatif dan berbeda-beda. Hal ini bisa dimengerti karena persepsi dan kepekaan interpretasi setiap orang tidak akan sama.
Dari penjelasan tentang komunikasi nonverbal di atas, diberikan suatu ilustrasi tentang norma fisik yang berlaku bagi manusia, yaitu kewajiban mengenakan pakaian. Setiap hari kita mengenakan pakaian yang berbeda beda, tetapi berapa kalikah kita menyadari bahwa kita berpakaian untuk seseorang atau untuk sesuatu tertentu? Kita tidak tahu. Demikian pula kits - sering tidak sadar akan penampilan diri, sedangkan teman-teman lain sering berkomentar tentang warna dan gays berpakaian kita. Dari contoh itu membuktikan bahwa suatu persepsi dan interpretasi orang terhadap pesan-pesan nonverbal yang dilihatnya sudah cukup memuaskan pendefinisian kualitatif terhadap pesan-pesan nonverbal tersebut. Setidaknya ada dua alasan mengapa pemberian makna dalam komunikasi nonverbal terjadi seperti di atas. Pertama, suatu tindakan nonverbal cenderung tidak disadari dan bersifat tidak murni seperti pesan pesan verbal. Kedua, perilaku nonverbal didasarkan pada norma-norma, sedangkan setiap orang akan berbeda perilaku nonverbalnya, meskipun norma mereka sama. B. Perbedaan Simbolik Kadang kala untuk memberikan makna terhadap tindakan-tindakan atau pesan-pesan nonverbal dipengaruhi oleh simbol-simbol yang muncul di dalam proses komunikasi. 78
Dia segan pergi ke kampus dengan penampilannya itu. Tetapi, ketika dia ke kampus, teman-temannya memberikan komentar positif: “Kamu cocok dan cantik dengan penampilan rambutmu”. Dengan demikian, apa yang kita tampilkan secara nonverbal merupakan simbol-simbol yang akan mempengaruhi pemberian makna terhadap tindakan-tindakan nonverbal tersebut. Sedangkan komunikasi verbal, baik kata-kata yang diucapkan maupun dituliskan “memberikan arti yang jelas”. Di samping itu, setiap kata memberikan “ alternatif makna”. Kata-kata bahasa ini terdefinisikan di dalam kamus dan terstruktur di dalam aturan-aturan tata bahasa atau struktur hubungan di dalam kalimat. Kata=katayang diucapkan sehari-hari merupakan abstraksi dari maknamakna yang terkandung di dalam kata-kata tersebut. Contohnya makna dari kata “bola” merupakan abstraksi dari suatu benda yang berbentuk bulat. Jadi, kata “bola” memang memberikan arti eksplisit yang jelas. Contoh lainnya adalah kata “sayang kepada orang tua”. Meskipun sebaris kata-kata itu mempunyai arti yang banyak, tetapi kata-kata tersebut bisa memberikan alternatif makna. Misalkan, yang dimaksudkan “sayang orang tua” adalah seseorang yang selalu menuruti perintah orang tuanya. Dari penjelasan dan contoh yang telah diberikan, dapat disimpulkan perbedaan-perbedaan antara komunikasi verbal dan nonverbal, sebagai berikut. 1) arti dari pesatll”verbal bersifat eksplisit; 79
Bab VII: Perbedaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal
sedangkan arti dari pesan nonverbal bersifat implisit; 2) arti dari pesan verbal berkaitan dengan keadaan yang spesifik, sedangkan arti dari pesan nonverbal berkenaan dengan rasa atau emosi; 3) arti dari pesan verbal bersifat menengahi (mediated) atau alternatif, sedangkan arti dari pesan nonverbal bersifat normatif.
Pengantar Ilmu Komunikasi
D. Pertimbangan Prilaku Perbedaan terakhir antara komunikasi verbal dan nonverbal dapat dilihat pada model berikut ini.
I T A W S A I D D U Y U B A R
C. Mekanisme Proses Perbedaan lainnya antara komunikasi verbal dan nonverbal berkaitan dengan bagaimana proses informasi terjadi di dalam tubuh manusia. Seluruh informasi termasuk komunikasi diproses oleh otak. Otak menginterpretasikan informasi ini melalui pikiran. Di dalam pikiran terjadi pengontrolan terhadap segala perilaku manusia, baik perilaku psikologis, dan atau gerak refleksi maupun perilaku sosiologis seperti belajar dan lain-lain. Cara-cara otak memproses informasi berbeda antara komunikasi verbal dan nonverbal. Perbedaan utama dari proses informasi di dalam otak adalah: pada belahan otak kiri memproses informasi yang bersifat diskontinu dan arbitrari (berubah-ubah), sedangkan bagian otak kanan memproses segala informasi yang bersifat kontinu dan ilmiah. Informasi yang bersifat diskontinu dan arbitrari dikenal sebagai informasi digital (angka-angka). Sedangkan, informasi yang bersifat kontinu dan alamiah disebut sebagai analogikal. Informasi digital ini mencerminkan simbol-simbol yang ada dalam bahasa. Sedangkan, proses analogi berkaitan dengan unit-unit alamiah yang menggambarkan emosi atau rasa. Berdasarkan perbedaan-perbedaan itu, pesan-pesan verbal dan nonverbal akan berbeda pada struktur pesannya. Artinya, aturanaturan di dalam komunikasi nonverbal adalah kurang terstruktur, lebih sederhana, dan diekspresikan di dalam gambaran. Komunikasi nonverbal juga akan tampak jelas pengertiannya apabila dihubungkan dengan konteks di mana interaksi terjadi. Lain halnya dengan komunikasi verbal, teratur di dalam tata bahasa dan hubunganhubungan kalimatnya. Komunikasi verbal juga dapat menciptakan konteks di mana hubungan itu terjadi.
Dari model tersebut dapat dijelaskan adanya hubungan antara informasi, perilaku, dan komunikasi (verbal dan nonverbal). Di sini, terlihat bahwa seluruh wilayah kehidupan dipenuhi oleh informasi, sedangkan beberapa bagiannya adalah perilaku. Bagian yang lebih kecil lagi adalah komunikasi. Di dalam wilayah komunikasi, komunikasi verbal merupakan sub-bagian dari komunikasi nonverbal. Dengan demikian, komunikasi verbal merupakan saringan dari komunikasi nonverbal. Yang paling penting dari model di atas, bahwa komunikasi nonverbal di dalam proses komunikasi merupakan suatu bentuk dari perilaku manusia. Komunikasi nonverbal bukanlah sebagai jumlah yang dapat dihitung. Sebagai perilaku, komunikasi nonverbal terjadi oleh adanya informasi yang tersebar dalam kehidupan manusia. Keberadaan informasi bisa disadari ataupun tidak disadari. Kita dapat menyadari warna suatu halaman buku, tetapi tidak akan menyadari bau yang halus. Informasi ini akan menuntun perilaku kita berdasarkan bentuk fisik kita sendiri (secara alamiah atau yang dibentuk) dan mental (yang diterima dan dipengaruhi oleh masa lalu atau masa datang). Informasi menuntun prilaku seseorang, baik aksi maupun reaksi terhadap sesuatu. Satu hal yang perlu ditambahkan di sini bahwa di samping penjelasan teoritis dari perbedaan komunikasi verbal dan
80
81
Bab VII: Perbedaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal
1.
Cobalah cari pasangan yang sekiranya cocok.
2.
Kemudian, masing-masing dari kalian duduk dalam satu tempat dengan berpunggungan. Pastikan bahwa satu sama lain saling merasakan kulit punggung yang berhimpitan. Kemudian buatlah suatu kesepakatan tentang tema tertentu untuk dibicarakan bersama dengan tidak menolehkan muka masing-masing. Berbicaralah selama dua menit.
1. Komunikasi Nonverbal Selalu Ada Pada saat kita dan pasangan berbicara dengan berpunggungan dapat mengetahui pendapat dan sikap masing-masing, namun tidak mampu memahami hal-hal lain dari pasangan masingmasing. Kemudian, di saat kita dan pasangan berbicara sambil mendengar dan bertatap wajah, kita dapat merasakan perasaan masing-masing melalui ekspresi wajah, gaya berbicara, gerakan tangan dan kaki, serta gerakan-gerakan yang khas. Di sana kita dapat temukan bentuk-bentuk bahasan yang lain, di samping ucapan-ucapan dari pasangan masing-masing.
3.
Setelah selesai berbicara, ubahlah posisi masing-masing saling berhadapan dengan jarak yang nyaman bagi kalian berdua. Sekarang, kalian bisa saling mendengar dan menatap. Mulailah berbicara dengan topik tertentu selama dua menit.
Di dalam kehidupan nyata sehari-hari, di sekeliling diri kita sangat banyak pesan-pesan yang bersifat nonverbal. Dengan kemampuan yang baik untuk menyadari dan menginterpretasikan tanpa-tanda nonverbal itu, membuat diri kita lebih baik untuk menyadari diri sendiri dan orang-orang lain.
4.
Selanjutnya, masih dalam posisi yang sama (bisa saling mendengar dan bertatap mata), kalian berdua sating berpegangan tangan. Jangan berbicara, tetapi komunikasikan seluruh pikiran dan keinginan masing masing melalui pandangan mata dan sentuhan tangan. Kerjakan selama dua menit.
nonverbal di atas, kita dapat membedakan keduanya secara praktis dengan percobaan langsung sebagai berikut:
I T A W S A I D D U Y U B A R
5. Jangan lupa, setiap tahap percobaan ini agar dihayati, dirasakan, dan dievaluasi.
Setelah selesai semua tahap percobaan itu, sekarang jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Apakah ada percobaan perasaan dari tahap satu menuju tahap yang lain? Apakah kalian merasakan kenyamanan, grogi, perhatian, atau malu? Dapatkah pasangan kalian mengungkapkan dengan argumen-argumennya tanpa melihat ekspresi masing-masing? Kalau bisa, bagaimana? Di sini, kalian bisa menambahkan sendiri pertanyaan-pertanyaan yang lainnya. Dari hasil percobaan tersebut, secara umum kita dapat membedakan antara komunikasi verbal dan nonverbal. Di samping itu, secara khusus kita dapat menyimpulkan beberapa hal yang merupakan ciriciri khas dari komunikasi nonverbal, antara lain: 82
Pengantar Ilmu Komunikasi
2. Kita Tidak Mungkin Tidak Berkomunikasi Dengan mengambil contoh yang ada, pada tahap tertentu kita dan pasangan berdiam diri dan tidak berbicara sate sama lain. Apakah yang terjadi ? Ketika saling bertatapan wajah, masingmasing dapat menangkap ekspresi atau mimik wajah. Sikap duduk di saat berpunggungan atau berhadapan dapat dirasakan apakah tubuhnya tegang atau rileks, gerakangerakan terbuka dan tertutup dari mata pasangan, dan tindakan-tindakan nonverbal lainnya. Sekarang dapat dipahami, bahwa setiap manusia merupakan “transmiter” atau saluran informasi yang tidak dimatikan atau dipisahkan. Ketika tidak melakukan apa-apa, kita memberikan informasi tentang diri sendiri. Tentunya, kita tidak selalu bermaksud atau mempunyai tujuan untuk mengirimkan pesanpesan nonverbal itu. Di saat berbicara dengan gagap, berkeringat, merah muka, atau berkerut dahi, semuanya dilakukan dengan tanpa sadar. Tetapi, orang lain menyadari dan menginterpretasikan sesuai apa yang dilihatnya. Dengan demikian, semua orang adalah sumber informasi bagi diri sendiri dan orang lain.
83
Bab VII: Perbedaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal
3. Komunikasi Nonverbal Terikat oleh Budaya Pengertian budaya di sini adalah luas, bisa berarti kebiasaan keluarga atau kelompok kecil, kebudayaan daerah (suku atau etnis) tertentu, atau kebudayaan bangsa. Dari percobaan di atas, apabila kita dan pasangan adalah orang Jawa dan Batak, tentunya dalam mengekspresikan pesan-pesan yang sama akan menampilkan tkpdakan-tindakan nonverbal yang berlainan. Contohnya, dalam mengambil sikap duduk orang Jawa yang masih memegang teguh tata perilakunya akan bersikap teratur dan rapi. Mungkin pasangannya yang bersuku Batak akan bersikap bebas dan terbuka. Yang lainnya, dalam mengekspresikan kegembiraan pada orang Jawa akan menampilkan sikap gembira yang terkendali, tetapi orang Batak akan bersikap gembira dan lepas.
Pengantar Ilmu Komunikasi
ekspresi yang berlainan. Di samping itu, ada 7.777 isyarat/gesture yang berbeda, dan sejumlah 1.000 sikap yang berbeda pula. Dari jenis dan jumlah yang digambarkan, pembagian tentang komunikasi nonverbal yang diberikan oleh para ahli cukup bervariasi. Namun, dalam Bab ini akan diuraikan secara rinci jenis jenis komunikasi nonverbal ke dalam 5 kelompok: komunikasi tubuh, komunikasi ruang, diam, paralanguage, dan komunikasi temporal (waktu).
I T A W S A I D D U Y U B A R
4. Komunikasi Nonverbal Mengungkapkan Perasaan dan Sikap Sesuai dengan percobaan yang telah dilakukan, pada saat kita dan pasangan saling berpungguggan atau berpegangan tangan, masingmasing dapat merasakan sentuhan dan ekspresi pasangannya dengan jelas. Mungkin masing-masing .mengekspresikan: grogi, malu, bermain-main, bersahabat, dan lain-lain. Kesemuanya merupakan ungkapan sikap dan perasaan.
5. Komunikasi Nonverbal Memodifikasi Pesan Verbal Membentuk Makna suatu Pesan Komunikasi Dari percobaan yang telah dilakukan, ketika pasangan berbicara dengan bertatap muka, sering kali apa-apa yang diucapkan oleh masing-masing pasangan dilengkapi dengan gerak tangan dan tubuh atau mimik wajah. Misalnya, salah seorang berkata: “Saya serius dengan pendapat ini.”, hal itu diucapkan dengan mata menatap tajam. Juga disertai dengan gerakan-gerakan tangan yang lain. E. Jenis Komunikasi Nonverbal Di dalam bukunya Communicating (1983), Anita Taylor dan kawankawan memberikan gambaran tentang aneka ragam bentuk komunikasi nonverbal. Dari hasil penelitian para psikolog diperkirakan gerak dan mimik wajah manusia mampu menghasilkan lebih dari 20.000 84
1. Komunikasi Tubuh Tampaknya, dari semua jenis komunikasi nonverbal komunikasi tubuh adalah yang paling penting. Hal ini bisa dimengerti karena dalam kehidupan manusia, komunikasi tubuh paling sering digunakan. Komunikasi tubuh dapat digolongkan menjadi empat, yaitu gesturalisyarat, ekspresi wajah, gerakan mata, dan sentuhan. Berikut disampaikan penyelesaian mengenai empat jenis komunikasi tubuh. Satu, komunikasi gestura: yaitu isyarat atau tanda yang berdasarkan keaslian, fungsi, dan bentuk perilakunya komunikasi gestura terdiri dari: a. Emblem Emblem adalah tanda-tanda yang akan menggantikan kata-kata atau frase-frase secara langsung. Misalnya, tanda setuju dengan lingkaran ibu jari, tanda perdamaian dengan membentuk huruf “V” dengan jari, ajakan dengan melambaikan tangan. b. Ilustrator Ilustrator berhubungan dengan upaya untuk menggambarkan suatu pesan. Contohnya, apabila kita ingin menggambarkan bola dunia kita memberikan ilustrasi dengan tangan yang membentuk lingkaran, menggambarkan panjangnya Kereta Api Mutiara dengan merentangkan kedua tangan. Bentuk-bentuk nonverbal yang bersifat menggambarkan ini, biasanya lebih universal bagi semua orang. Komunikasi 85
Bab VII: Perbedaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Ronverbal ini lebih umum dibandingkan tanpa-tanda (emblem). Tetapi, penggunaan bentuk komunikasi ini berkaitan dengan kehalusan sifat dan kepribadian seseorang. Orang Jawa atau Sunda mungkin tetap memegang tata krama bahwa di saat berbicara selalu menjaga diri dari prilaku yang atraktif.
Pengantar Ilmu Komunikasi
seseorang yang menggaruk kulit kepalanya. Apakah karena gatal atau sedang memikirkan sesuatu atau yang lainnya, sulit dipastikan.
I T A W S A I D D U Y U B A R
c. Penampilan afeksi Penampilan Afeksi adalah gerakan-gerakan wajah yang mengekspresikan makna- makna emosi, marah, ketakutan,bahagia, kaget, hasrat, atau kelelahan. Dibandingkan dengan emblem dan bentuk ilustrator, penampilan afeksi- sering disadari seperti aktor di dalam memainkan peran tertentu. Namun, penampilan bisa pula dilakukan dengan tanpa disadari.
d. Regulator Regulator adalah jenis perilaku nonverbal, yang bersif : t mengatur (monitor, menjaga, atau mengontrol) dalam pembicaraan dengan orang lain. Seperti, di dalam percakapan kita tidak pasif, menatap mata, menggelengkan kepala dan mengganggukan kepala, mengatupkan bibir, memfokuskan tubuh dan membuat berbagai paralaguage seperti suara “mm...,cck.... cck....” Jenis jenis nonverbal ini lebih terikat pada budaya dan tidak bersifat umum. Jadi, dalam suatu percakapan, sikap-sikap regulator akan mempengaruhi ucapan-ucapan dari orang yang berbicara. Misalnya, ofang akan senang berbicara apabila apa yang akan dikatakan diperhatikan dengan baik. e. Adaptor Adaptor adalah perilaku verbal yang dilakukan untuk menciptakan rasa nyaman dalam memenuhi kebutuhan tertentu. Misalkan merokok, pada saat menghadapi ujian, menggaruk kulit yang gatal, membetulkan letak kaca mata. Perilaku ini bisa disadari atau tidak disadari. Tetapi dalam keadaan tertentu kita sulit menebak perilaku ini. Misalnya 86
Dua, komunikasi wajah, yaitu gerakan-gerakan wajah yang akan dikomunikasikan dalam hubungan antarpribadi, terutama dalam hal mengekspresikan emosi. Secara umum ada 8 kategori komunikasi wajah, yaitu: bahagia, terkejut, ketakutan, marah, sedih, muak, jijik dan rasa tertarik. Dalam hal ini, Albert Mehrabian memberikan tiga kategori besar sebagai berikut: 1) rasa senang dan tidak senang; 2) arousal atau aktivitas fisik dan psikis/mental; 3) rasa dominan dan sikap menurut.
Dari tiga kategori komunikasi wajah ini masing-masing akan diberikan contoh. Di saat merasakan senang atau nyaman, lazimnya seseorang mengekspresikan dengan tertawa, tersenyum, sikap menikmati hidup, berbesar hati dalam berbicara dan bersikap. Sikap dominan dapat ditunjukkan dengan postur tubuh yang santai, suara yang keras/besar, sikap atau gaya mengatur, menjaga jarak, dan menggunakan ruang besar di ruang kerjanya. Sedangkan sikap aurosal dikomunikasikan dengan kecepatan ratarata berbicara dan tinggi rendah suara. Tiga kategori tersebut dapat juga berkombinasi dalam satu “paket” peri.aku nonverbal tertentu. Seperti rasa takjub atau kagum, rasa cinta dan terkesan oleh sesuatu. Misalnya, ketika seseorang merayakan kelulusan meraih gelar sarjana dia mengekspresikan rasa senang dengan selalu tertawa, sikap positif dengan menceritakan perjuangannya dalam ujian, dan sikap dominan dengan mentraktir teman-temannya. Oleh karena komunikasi wajah dapat berkombinasi ketika ditampilkan dalam gerakan-gerakan nonverbalnya, hal ini akan menimbulkan persoalanpersoalan sebagai berikut:
87
Bab VII: Perbedaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal
a. Keakuratan Ketepatan ekspresi emosi wajah yang akan ditampilkan dan hasil dari ekspresi yang diterima sering menimbulkan ketidaksesuaian. Persoalan ini, dalam studi komunikasi nonverbal sering menimbulkan kesulitan. Tetapi meskipun muncul persoalan tersebut, keakuratan komunikasi wajah dapat dilihat dalam semacam skala dari bentuk yang mudah sampai yang sulit. Salah satu studi yang cukup memberikan gambaran tgntang emosi wajah digambarkan sebagai berikut. Kebahagiaan memiliki keakuratan 55-100%, terkejut 3886%, dan kesedihan 19-88%. Dengan demikian, kebahagiaan memiliki keakuratan yang tinggi, artinya ekspresi bahagia mudah ditangkap maknanya apabila terjadi pada seseorang.
Pengantar Ilmu Komunikasi
pada tingkat kesadaran seseorang terhadap tindakannya. Misalnya, kita merasa tidak senang dengan yang lain. Ketika, orang lain menangkap rasa tidak senang itu, kita berusaha menutupinya dengan tersenyum. Senyuman itu akan terekspresikan sesaat, dan selanjutnya kita sulit menghindari sikap yang semula, yaldii “rasa tidak senang.
I T A W S A I D D U Y U B A R
b. Pengaruh dari konteks Ekspresi wajah akan diterima artinya secara berbeda oleh orangorang apabila dikaitkan pada konteks yang berlainan. Suatu studi menunjukkan bahwa ketika seseorang sedang tersenyum dengan memperlihatkan muka masam, senyumannya akan dinilai sebagai sikap jahat atau mengejek. Tetapi, ketika senyuman itu memperlihatkan garis kerutan.,”ahi yang tegas, hal ini mencerminkan sikap senang dan bersahabat. Studi ini juga membuktikan bahwa gerakan-gerakan wajah akan mencerminkan emosi diri.
c. Universal atau relatif Ekspresi emosi wajah lebih bersifat universal. Orang Indonesia ketika berkomunikasi dengan orang Eropa, mampu merasakan dan membaca emosiemosi diri orang Eropa melalui ekspresi wajahnya. Seperti takut, senang, marah. Sifat relatif dari ekspresi wajah lebih pada apakah ekspresi tertentu diterima atau tidak, bukan pada cara-cara mengekspresikannya. Contohnya, pada suku tertentu rasa muak atau jijik, tabu untuk diekspresikan secara terbuka. Tetapi, pada suku yang lain hal itu boleh diekspresikan dengan terbuka. d. Ekspresi sesaat Apakah ekspresi wajah tersembunyi atau terbuka tergantung 88
Tiga, komunikasi mata; dalam hal ini ada tiga hal yang penting: a. Fungsi kontak mata Komunikasi kontak mata memiliki empat fungsi. Pertama, memonitor umpan balik (feedback) dalam percakapan. Dengan menatap dan kontak mata, kita membuat seorang teman merasa diperhatikan dan dia akan senang berbicara dengan kita. Suasana dialogis akan tercapai dalam percakapan itu. Kedua, tanda untuk kembali pada percakapan. Kontak mata juga sebagai tanda untuk kembali pada percakapan atau diskusi. Seorang dosen setelah menjelaskan sesuatu akan bertanya: “Apakah ada pendapat dari kalian?” Lalu dosen tersebut memejamkan mata sesaat. Hal itu menjadi tanda terbukanya percakapan atau diskusi. Ketiga, sebagai tanda hakikat suatu hubungan. Memejamkan mata atau memelototkan mata menunjukkan hakikat suatu hubungan. Seseorang yang tertarik dengan orang lain atau sesuatu akan meningkatkan kontak matanya. Di lain pihak, seorang mungkin akan memelototkan mata karena tidak senang dengan orang lain. Keempat, sebagai tanda kedekatan fisik. Ketika seorang wanita ingin menyanyi dalam suatu acara pesta atau melakukan sesuatu, ia meminta persetujuan pasangannya. Sang pria akan memejamkan mata sekejap yang berarti setuju dan juga mendukung secara penuh.
b. Fungsi menghindari Seseorang menghindari tatapan mata dapat berarti dia tidak tertarik atau bisa juga untuk menjaga jarak personalitasnya. Dalam percakapan, orang dapat saja menghindari tatapan 89
Bab VII: Perbedaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal
matanya karena is tidak tertarik. Sementara dalam bus, orang menghindari tatapan mata untuk menjaga personalitasnya. c. Melebarkan mata Bagi wanita, mata yang lebar adalah simbol kecantikan. Tetapi bisa juga, orang memelototkan mata karena dia kagum atau takjub terhadap sesuatu. Bisa juga karena seseorang sedang marah.
Pengantar Ilmu Komunikasi
Melalui sentuhan orang dapat menghibur dan memberi dukungan kepada orang lain. Contohnya, memegang tangan, membelai rambut, atau memeluk. Di samping itu, sentuhan merupakan bentuk pernyataan diri. Di mana dan bagaimana kita menyentuh menunjukkan seberapa luas dan dalam pemyataan diri itu. Misalkan, mengucapkan selamat dengan bersalaman adalah mencerminkan hubungan sosial. Sedangkan, mencium pipi menunjukkan hubungan antarpribadi yang intim.
I T A W S A I D D U Y U B A R
Empat, Komunikasi sentuhan; yaitu bahwa sentuhan manusia merupakan jenis komunikasi nonverbal yang paling primitif. Ketika seorang bayi masih di dalam kandungan, sang ayah sering menyentuh perut sang ibu untuk menunjukkan rasa bahagia dan kasih sayang. Setelah sang bayi lahir, kasih sayang, rasa aman, dan rasa memiliki diberikan oleh orang tuanya melalui sentuhansentuhan. Sentuhan bagi sang bayi adalah sebagai awal untuk belajar dan akan menjadi pengalaman hidupnya. Sang bayi sendiri mulai belajar menyentuh apa saja yang ada di sekitarnya. Dia juga belajar menyentuh dirinya sendiri, menyentuh kuping, jari tangan, hidung atau alat genitalnya. Setelah bayi itu dewasa, dia mulai belajar untuk melakukan sentuhan terhadap orang lain yang bukan’anggota keluarganya, juga segala sesuatu yang ada. Dengan demikian, sentuhan memang menjadi bahasa komunikasi yang penting. Bahasa sentuhan memiliki sejumlah fungsi dalam proses komunikasi, yaitu: a. Ungkapan seksual Fungsi seksual ini mudah dipahami dan sangat jelas. Seperti, seorang anak menyentuh alat vital, mencium, sentuhan yang berkaitan dengan “intercourse” atau hubungan badan, atau bentuk sentuhan yang lain. Seorang pria yang memelihara kumis dan cambang atau seorang wanita yang menghaluskan kulit tubuhnya, keduanya disadari atau tidak akan meningkatkan pecan sentuhan dalam berkomunikasi. b. Menghibur atau memberi dukungan 90
c. Kekuasaan dan dominasi Perilaku menyentuh bisa berarti perhatian sekaligus sikap menguasai dan dominasi. Sebagai contoh, seseorang berbicara sambil merangkul dan memegang punggung. Di lain pihak, sentuhan juga menunjukkan status dan kekuasaan. Contohnya, seorang pria di tempat umum, pesta, restoran, atau sekolah, selalu menyentuh pasangannya. Hal ini menunjukkan dominasi pria atas wanita. Tetapi, kalau sentuhan yang sama dilakukan oleh wanita kepada pasangannya, hal itu lazimnya tidak dipandang sebagai dominasi, tetapi sebagai rasa kasih sayang.
2. Komunikasi Ruang
Dalam kehidupan sehari-hari, sering terlihat dua orang berbicara dengan jarak yang jauh. Ada pula yang bercakap-cakap dengan berpegangan tangan. Ada lagi orang yang tidak senang didekati, tidak senang orang lain masuk ke kamarnya, atau duduk di mejanya. Orang ada juga yang sering mengganti dekorasi rumahnya atau menyenangi warna-warm tertentu. Semua itu adalah aspek-aspek dari komunikasi ruang. Dari contoh-contoh tersebut, komunikasi ruang dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis, yaitu: a. Proxemics atau komunikasi jarak Komunikasi jarak berhubungan dengan ruang fisik yang membatasi jarak orang-orang di dalam hubungan antarpribadi. Menurut Edward T. Hall (1963), manusia memiliki empat jarak 91
Bab VII: Perbedaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal
yang dapat menggambarkan empat hubungan manusia. Pertama, jarak intim, yang berjarak dari fase sentuhan sampai 45 cm. Pada jarak ini orang yang berkomunikasi mampu menyentuh, merasakan suara, bau atau napas dari pasangannya. Jarak intim dalam komunikasi juga terbentuk dari meningkatnya hubungan psikologis. Kedua, jarak personal. Jarak ini merupakan batas pribadi seseorang yang tidak bisa disentuh orang lain. Berjarak antara 75-120 cm. Ketiga, jarak sosial, yakni jarak di dalam hubungan sosial kita dengan orang-orang lain. Jarak 120-210 cm merupakan jarak yang berhubungan dengan urusan pekerjaan yang bersifat impersonal. Dan jarak 210-360 cm adalah jarak untuk urusan pekerjaan yang bersifat lebih formal. Keempat, jarak publik. Pada jarak 360450 cm orang lain bisa mengambil sikap mempertahankan diri dari ketakutan terhadap orang lain. Misalkan, di tempat-tempat umum atau di kendaraan umum. Sedangkan, jarak 450-750 cm merupakan jarak yang membatasi kita dengan suatu kelompok besar orang-orang. Seperti, jarak antara panggung opera dengan penontonnya.
Pengantar Ilmu Komunikasi
Keindahan akan berhubungan dengan cita rasa pemilik ruangan. Misalkan, ruang tamu yang cantik akan mempunyai jendela yang besar, warna dinding abu-abu kecokelatan, sinar lampu yang redup, kursi dan meja yang atrakti~- menyenangkan. Sedangkan, komunikasi warna berkaitan dengan arti-arti tertentu dan hubungan warna dengan personalitas. Warna merah bisa berarti berani, warna biru berarti kesedihan, atau merah “pink” berarti bahagia dan sehat. Seseorang yang menyukai warna merah biasanya impulsif, aktif, agresif, penuh semangat, simpatik, cepat menilai orang, tidak sabar, dan kuat dorongan seksualnya. Mereka yang menyukai warna biru lazimnya konservatif, introspeksi, dan selalu berarti-hati.
I T A W S A I D D U Y U B A R
b. Teritorial Hampir mirip dengan perilaku binatang jantan dalam mempertahankan wilayah kehidupannya, manusia pun di dalam proses komunikasi memiliki batas-batas teritorial. Batas-batas ini 6isa berarti menunjukkan kepemilikan. Contohnya, ruang kamar, ruang belajar, atau tempat duduk di sekolah, tidak boleh ditempati atau disentuh orang lain. Komunikasi teritorial ini juga menunjukkan status seseorang. Seorang manajer bisa dengan bebas masuk ruang kerja kaiyawannya, tetapi para karyawan tidak bisa sembarangan memasuki ruang kerja manajernya. Demikian pula, pada keluarga-keluarga tertentu seorang ayah bebas memasuki kamar anaknya, tetapi anak-anak tidak boleh secara bebas memasuki kamar orang tuanya. c. Estetika dan warna Estetika adalah komunikasi ruang yang berkaitan dengan dekorasi ruang atau tempat tertentu. Biasanya orang menciptakan ruang atau tempat tertentu agar mempunyai arti dan keindahan. 92
3. Diam
Ada pepatah “diam itu emas”. Pepatah ini memberikan makna yang sangat banyak, dapat berarti bersikap tidak memihak, tidak suka membicarakan orang lain, setuju dengan hal-hal yang baik, dan mudah memahami kesalahan-kesalahan orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa “diam” memberikan banyak informasi di dalam proses komunikasi manusia. Dalam proses komunikasi sehari-hari, “diam” berkaitan dengan beberapa fungsi berikut: a.
Memberi kesempatan berpikir Sering kali diam berfungsi untuk memberikan waktu berpikir bagi seorang pembicara. Seorang pembicara diam sesaat untuk melanjutkan apaapa yang akan dibicarakan selanjutnya. Kadang-kadang bukan hanya pesan pesan yang bersifat verbal, tetapi tindakan-tindakan apa yang sekiranya mendukung apa yang telah dibicarakan.
b.
Menyakiti Hampir semua orang pernah berpikir, “saya akan mendiamkan orang yang menjengkelkan itu”. Umumnya hal ini, dilakukan setelah dua orang selesai bertengkar, masing-masing saling berdiam diri. Fungsi lain dari diam adalah menolak keberadaan dan peran seseorang di dalam suatu kelompok. 93
Bab VII: Perbedaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal
c.
Mengisolasi diri sendiri Kadang kala diam juga berfungsi sebagai tanggapan seseorang terhadap rasa takut, malu, atau cemas. Misalkan, seseorang merasa cemas dan malu berada di dalam suatu kelompok orang-orang.
d.
Mencegah komunikasi Dengan diam dapat dimaksudkan sebagai upaya untuk menolak membicarakan hal-hal tertentu. Contohnya, seseorang menolak membicarakan pribadi orang lain. Di samping itu, diam juga berarti mencegah seseorang akan melakukan kesalahan atau berbicara salah.
e.
Mengkomunikasikan perasaan Diam juga dapat dimaksudkan memberikan tanggapantanggapan emosional. Misalkan seseorang diam untuk menolak dominasi satu terhadap yang lain di dalam hubungan antarpribadi.
f.
Tidak menyampaikan sesuatu pun Sering kali diam terjadi karena di sana tidak ada yang saling berbicara, atau seseorang memang sedang tidak ingin melakukan atau mengatakan apa-apa.
1. Paralanguage
paralanguage. Ketika mendengar pidato yang bersuara rendah, dinilai bahwa orang yang berpidato merasa “inferior” atau rendah diri dengan apa-apa yang disampaikan. Di pihak lain, pada orang yang berbicara keras, dinilai sebagai orang yang mempunyai “ego” tinggi. Hubungan persepsi dan paralanguage ada dua. Pertama, paralanguage dan formasi kesan. Suara-suara tertentu seseorang merupakan gejala dari tipe personal itasnya. Contohnya, di saat kita kuliah akan muncul kesan-kesan terhadap dosen. Formasi kesan ini meliputi: kesan-kesan fisik (postur tubuh, jenis kelamin, atau usia), kesan-kesan personal (sikap terbuka, malu, atau agresif), kesan-kesan evaluatif (berbicara lepas, suara keras dan mengancam, atau sikap bersahabat). Kedua, mengidentifkasi sikap emosional. Paralanguage menunjukkan sikap-sikap emagional diri. Misalnya, seseorang yang putus asa akan mengeluh, mungkin bersuara “ckk atau uh”.
I T A W S A I D D U Y U B A R
Paralanguage dapat diidentifikasikan sebagai suara-suara atau vokal nonverbal yang merupakan aspek-aspek dari percakapan. Paralanguage mencakup ketepatan berbicara; volume; ritme; resonansi; bentuk-bentuk vokal seperti tertawa, pekikan, rintihan, semburan, rengekan, suara-suara “uh-uh,shh “; dan tinggi rendah suara. Dalam hal ini, ada tiga hal yang berkaitan dengan paralanguage, yaitu: a. Paralanguage dan persepsi Orang sering cepat menilai orang lain berdasarkan suara-suara 94
Pengantar Ilmu Komunikasi
b. Paralanguage dan percakapan Suara-suara paralanguage dapat menjaga dan mengubah peranperan pembicara dan pendengar di dalam percakapan. Contohnya, apabila seseorang ingin berbicara terus-menerus, di selang dengan suara “ mm...,nn....” Sedangkan, apabila memberi kesempatan berbicara pada yang lain akan bersuara “yah” atau yang lainnya.
5. Komunikasi Temporal (Waktu) Penggunaan waktu pada setiap masyarakat akan berbeda-beda. Pada masyarakat tertentu ketepatan waktu dalam segala aktivitas sangat dianggap krusial. Tetapi, oleh masyarakat yang lain ketepatan waktu di dalam setiap kegiatan tidak dianggap penting, dan keterlambatan waktu tertentu masih ditolerir. Pentingnya ketepatan dan keterlambatan waktu bisa juga berbeda bagi setiap individu. Penggunaan waktu yang efisien dan efektif dianggap sebagai sesuatu yang penting bagi orangorang “penting”, kaum profesional, atau para eksekutif. Tetapi, hal itu mungkin tidak dianggap penting bagi masyarakat golongan yang lain. Ada dua hal penting yang berkaitan dengan penggunaan waktu di 95
Bab VII: Perbedaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal
dalam proses komunikasi, yaitu: a. Menunjukkan status Penggunaan waktu akan menunjukkan status seseorang dalam beberapa segi kehidupan. Misalkan, seorang mahasiswa akan berusaha “on time” atau tepat waktu apabila dia mempunyai janji dengan dosennya. Sebaliknya, tidak demikian dengan dosennya, apabila dia membuat janji dengan mahasiswanya.
Pengantar Ilmu Komunikasi
memodifikasi komunikasi verbal. Enam fungsi ini sesuai dengan pendapat Paul Ekman (1965) sebagai berikut:
I T A W S A I D D U Y U B A R 1.
Repetisi atau Pengulangan Perilaku-perilaku nonverbal mungkin merupakan pengulangan untuk memperkuat makna pesan-pesan verbal yang dikomunikasikan. Jika seseorang menanyakan agar ditunjukkan letak kampus UI Salemba; kita akan memberikan penjelasan dengan kata-kata “Setelah bapak menemukan perempatan jalan di depan, bapak belok ke arah utara.” Sesaat kemudian, kita masih perlu menegaskan atau memperkuat penjelasan terdahulu dengan menunjukkan jari ke mana arah utara tersebut. Bahkan sering kita masih menambahkan dengan memberikan gambaran dengan peragaan nonverbal yang lain. Untuk hal yang sama, fungsi repetisi ini bisa berlaku pula untuk pemakaian isyarat atau tanda. Penggunaan tanda atau isyarat biasanya berkaitan dengan kultur atau budaya. Seperti, menganggukkan kepala berarti “ya”, menggelengkan kepala berarti “tidak”, melambaikan tangan berarti “halo” atau “selamat tinggal”, dan meletakkan tangan di kuping bisa berarti “saya tidak mendengar”. Namun seperti yang dijelaskan di atas, penggunaan tandatanda gestura itu bisa berarti lain pada kebudayaan lain yang berbeda. Contohnya, di Amerika Serikat sikap setuju atau OK bisa diungkapkan orang dengan membuat bentuk lingkaran dari penggabungan ibu jari dan keempat jari yang lain. Tetapi, tanda ini bisa berarti berbeda di negara lain, di Perancis berarti orang bodoh (nol).
2.
Kontradiksi atau Perlawanan Sebagai manusia, kita sering melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya berlawanan. Tindakan-tindakan ini biasanya terekspresikan secara berbeda atau bahkan bertentangan dengan apa yang terucapkan. Sikap-sikap ini akan mfnimbulkan pesan-pesan yang bermakna rangkap. Contohnya, ketika wajah seseorang merah padam dan sikap yang menahan emosi, seorang teman bertanya, “Marah ya?” Namun, dia akan bilang
b. Waktu dan kesesuaian Artinya penggunaan waktu dalam proses komunikasi berkaitan dengan kesesuaian dari kegiatan yang dilakukan. Contohnya, seorang dosen yang sibuk akan menyempatkan hari-hari tertentu untuk dapat memberikan konsultasi kepada mahasiswanya karena waktu-waktu yang lain harus digunakan untuk kegiatankegiatan lain yang penting. Seorang dokter mempunyai jam jam praktek tertentu karena waktu-waktu yang lain dia harus menengok pasien-pasiennya di rumah sakit. Tetapi, seorang dosen akan memberi toleransi waktu lain untuk konsultasi bagi mahasiswa tertentu yang sudah saatnya mengikuti ujian sidang kelulusan kesarjanaannya. Juga, para dokter akan menerima telepon di luar jam kerjanya apabila harus menghadapi keadaan darurat yang menyangkut nyawa orang lain. F. Fungsi Komunikasi Nonverbal
Pada uraian terdahulu telah dijelaskan, bahwa sesungguhnya dalam beberapa hal komunikasi verbal berbeda dengan komunikasi nonverbal, tetapi keduanya dibutuhkan bersama untuk mencapai suatu komunikasi yang efektif Dengan menggabungkan keduanya, pembentukan makna suatu pesan komunikas: akan tercapai secara keseluruhan. Gambaran ini merupakan fungsi umum dari komunikasi nonverbal. Sebenarnya, ada beberapa fungsi umum dari komunikasi nonverbal, tetapi dalam modul ini akan dirinci enam fungsi komunikasi nonverbal bersama komunikasi verbal dalam pembentukan makna suatu pesan komunikasi. Dalam hal ini komunikasi nonverbal 96
97
Bab VII: Perbedaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal
“Tidak, saya tidak marah.” Jelas bahwa sikap dan ucapan orang tersebut bertentangan. Sungguhpun demikian, biasanya, kontradiksi antara kata-kata yang terucapkan dan tindakantindakan yang dilakukan tidak nampak dengan jelas, halus dan disamarkan. Ada banyak alasan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang atau bahkan diri kita sendiri melakukan tindakan-tindakan yang bermakna rangkap. Misalnya, orang menutupi rasa grogi di saat bicara di depan orang banyak dengan duduk terpaku, atau ketika seseorang menunjukkan sikap atraktif karena ingin akrab dengan orang lain, padahal biasanya dia tidak bersikap seperti itu. Namun, perlu diingat pesan-pesan ganda yang kita tampilkan dengan halus mempunyai akibat yang besar apabila orang lain melihat ketidakkonsistenan antara tindakan dan ucapan. Orang akan lebih percaya pada perilaku nonverbal dibandingkan pesan verbal di dalam komunikasi.
98
merentangkan tangan, atau curamnya kemiringan bukit-bukit dengan gerakan tangan dan tubuh yang dimiringkan. Dari contoh tersebut, banyak tindakan-tindakan nonverbal dari seluruh bagian tubuh digunakan untuk melengkapi pembentukan makna pada pesanpesan verbal. Contoh itu jugs menjelaskan, bahwa tindakan-tindakan nonverbal dapat berfungsi melukiskan suatu ungkapan verbal. Dengan gerakan-gerakan yang ilustratif, proses komunikasi akan lebih bermakna.
I T A W S A I D D U Y U B A R
3. Substitusi atau Pengganti Sering kali, suatu tanda juga menggantikan pesan verbal yang dikomunikasikan. Contohnya, ketika seorang teman menanyakan sesuatu, kita hanya “angkat bahu” untuk mengatakan tidak tahu. Dalam hal ini sering tidak disadari tindakan-tindakan nonverbal ini. Seperti tersenyum, menarik napas panjang, atau mengerutkan kening. yang bermakna ganda. Sering kali proses yang demikian itu akan mempengaruhi hubungan antarpribadi yang sudah ada. 4.
Pengantar Ilmu Komunikasi
5.
Regulasi atau Pengatur Perilaku nonverbal juga berfungsi sebagai alat kontrol atau peagatur pada komunikasi verbal. Fungsi mengatur ini biasanya berupa sikap-sikap untuk menyesuaikan atau menyatakan tidak setuju. Contohnya, ketika dua orang berbicara, yang lain mengangguk atau menggelengkan kepala. Hal itu dapat membuat percakapan berlangsung dengan baik. Sedangkan, apabila orang yang mendengar selalu menggelengkan kepala, percakapan tidak akan berlangsung dengan baik.
6.
Aksentuasi atau Penekanan Tanda-tanda nonverbal juga berfungsi menekankan atau menegaskan pesan-pesan verbal. Seperti, mengkritik seorang rekan dengan menunjukkan jari atau dengan intonasi suara yang tinggi. Fungsi aksentuasi ini sama prinsipnya dengan tanda-tanda italik (kursif atau garis miring) dalam bahasa verbal.
Komplemen atau Pelengkap Tindakan-tindakan nonverbal dapat berfungsi untuk melengkapi pesan verbal. Biasanya tindakan nonverbal mengadaptasi pesanpesan verbal. Misalkan, kita baru pulang dari pendakian gunung dan merasa bangga telah mencapai puncak serta kembali dengan selamat. Perasaan bangga tersebut kita ungkapkan kepada seorang teman dengan cara menceritakan tentang bagaimana sulitnya medan yang berbukit-bukit dengan peragaan gerakan gerakan tangan, luas dan indahnya puncak gunung dengan
99
Daftar pustaka
I T A W S A I D D U Y U B A R
Cangara. Hafied, Prof. Dr. M.Sc. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. DeVito, J.A. (1986). The Interpersonal Communication Book. Fourth Edition. New York: Harper & Row, Publishers.
Effendi, Onong Uchjana. (1993). Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT.Citra Aditya bakri. Forsdale, L. (1981). Perspective on Communication. Menlo Park, California: Addison-Wesley- Publishing Company.
McQuail, D. (1987). Mass Communication Theory: An Introduction. Beverly Hills, California: Sage Publication. McQuail. D. & Windahl, S. (1986). Communication Models For the Study of Mass Communication. New York: Longman
Rogers, Everett M. (1983). Diffusion of Innovation. Third Edition. New York: The Free Press ------------------------. (1994). A History of Communication Study: A Biographical Approach. New York: The Press. Hal 34-37.
Schramm, W. & Roberts, D.F. Eds. (1974). The Process and Effects of Mass Communications. Urbana: University ofIllinois Press.
Sendjaja, Sasa Djuarsa, et all (2009). Materi Pokok Pengantar Ilmu Komunikasi. Edisi 2. Jakarta: Universitas Terbuka
100