BIOSISTEMATIK Biosistematika adalah suatu cabang biologi yang mempelajari keragaman hidup mencakup taksonomi dan terlibat dalam rekonstruksi sejarah filogenetik. Secara fundamental, sistematika bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan keanekaragaman suatu organisme dan merekonstruksi hubungan kekerabatannya terhadap organisme lainnya, dan juga mendokumentasikan perubahanperubahan perubahanperubahan yang terjadi selama evolusinya dan merubahnya ke dalam sebuah sistem klasifikasi yang mencerminkan evolusinya tersebut. Objek utama biosistematika bukanlahmenemukan nama tumbuhan tetapi menemukan hubungan dan kedekatan suatu organisme tumbuhan dengan yang lainnya, sehingga dapat dikenali sepenuhnya kemiripan dan perbedaannya. Karakter umum yang dimiliki bersamadan karakter spesifik yang dimililki hanya oleh kelompoknya. Hasil analisis inilah yang nantinya dipakai untuk menata organisme tumbuhan teersebut kedalam tingkatan taksa sehingga menjadi lebih sistematis, berdasarkan asal usulnya, suatu organisme dikarakterisasi menjadi dua jenis asal usul, monofiletik dan non-monofiletik.Asal usul makhluk hidup dikatakan monofiletik apabila nenek moyang tunggalnya hanya menghasilkan semua species turunandalam takson tersebut dan bukan spesies takson lain sehingga anggota dari genusnya berdiri sendiri dan tidak terkait dengan species dari genus lain. Asal usul makhluk hidup dikatakan non-monofiletik apabila turunan dalam takson yang dihasilkanberasal dari nenek moyang yang berbeda. Tujuan dari sistematika adalah untuk menciptakan suatu k lasifikasi yang mencerminkan sejarah evolusi organisme. Untuk melakukan hal tersebut, diperlukan pengelompokan spesies ke dalam taksa : 1.
yaitu jika nenek moyang tunggalnya hanya menghasilkan semua spesies Monofiletik yaitu
turunan dalam takson tersebut dan bukan spesies pada t akson lain./ Monofiletik (monophyletic) : Asal-usul suatu takson yang bermula dari satu nenek moyang, contoh: tumbuhan berkeping satu (monokotil) berasal dari tumbuhan primitif Magnoliales/Secara umum cladistic penggunaan, monofiletik menggambarkan sekelompok organisme yang membentuk clade , terdiri dari satu nenek moyang terakhir dan seluruh keturunannya.
2.
Polifiletik yaitu yaitu jika anggotanya diturunkan dari dua atau lebih bentuk nenek moyang yang
tidak sama bagi semua anggotanya./(polifiletik Yunani "banyak" ras) adalah salah satu grup untuk nenek moyang yang umum 'terakhir anggota bukan anggota kelompok.
3.
yaitu jika takson itu tidak meliputi spesies yang memiliki nenek moyang yang Parafiletik yaitu
sama yang menurunkan spesies yang termasuk dalam takson tersebut./ ikatakan paraphyletic jika
kelompok berisi yang terakhir nenek moyang yang sama tetapi tidak mengandung semua keturunan leluhur itu.
diagramnya
Monofiletik, polifiletik dan parafiletik di ilustrasikan dalam bagan sebagai berikut: a.
Monofiletik
Takson 1 yang terdiri dari tujuh spesies (B-H), memenuhi kualifikasi sebagai suatu pengelompokan monofiletik, yang merupakan bentuk ideal dalam ta ksonomi. Takson tersebut meliputi semua spesies terutama dan juga nenek moyang bersama yang paling dekat (spesies B). b.
Polifi
letik
Takson 2 suatu subkelompok di dalam takson 1 adalah polifiletik (spesies E dan G) diturunkan dari dua nenek moyang yang paling dekat (spesies C dan F). c.
Parafilretik
Takson 3 adalah parafiletik, spesies A dimasukan tanpa menggabungkan semua keturunan dari nenek moyang tersebut. Contoh tumbuhan berbunga atau Spermatophyta adalah kelompok terbesar tumbuhan yang hidup di data-data molekular, mendapati bahwa monokotil merupakan kelompok monofiletik atau Tumbuhan paku (atau paku-pakuan, Pteridophyta atau Filic ophyta), adalah satu divisio dengan empat kelas monofiletik: Psilotopsida, mencakup Ophioglossales. Contoh lain adalah pengelompokkan berbagai monofiletik, terdapat kelompok besar dikotil yang monofiletik yang dinamai, sebagai contoh misalnya : Oryza sativa (padi), Zea mays (jagung), dan Musa paradisiaca. Kelompok semacam itu dikatakan sebagai kelompok monofiletik, yang dapat digambarkan. Kajian di atas membuktikan bahwa monokots adalah monofiletik dan dikot adalah parafiletik. Satu contoh lain adalah zaitun ( Olea europaea). Ada juga tumbuhan runjung atau Pinophyta, atau lebih dikenal dengan nama konifer (Coniferae), merupakan sekelompok tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae) dengan ciri yang paling jelas
yaitu memilikirunjung ("cone") sebagai pembawa biji. Kelompok ini dulu dalam klasifikasi berada pada takson "kelas" namun sekarang menjadi divisio tersendiri setelah diketahui bahwa pemisahan Gymnospermae dan Angiospermae secarakladistik adalah polifiletik .
3 diagram pembagian lima kingdom
4. singkatan istilahh dalam biosistematika
Singkatan "sp." (zoologi) atau "spec." (botani) digunakan jika nama spesies tidak dapat atau tidak perlu dijelaskan.
Singkatan "spp." (zoologi dan botani) merupakan bentuk jamak. Contoh: Canis sp., berarti satu jenis dari genus Canis; Adiantumspp., berarti jenis-jenis Adiantum.
Singkatan "ssp." (zoologi) atau "subsp." (botani) digunakan untuk menunjukkan subspesies yang belum diidentifikasi. Singkatan ini berarti "subspesies", dan bentuk jamaknya "sspp." atau "subspp."
Singkatan "cf." (dari confer ) dipakai jika identifikasi nama belum pasti. Contoh: Corvus cf. splendens berarti "sejenis burung mirip dengan gagak ( Corvus splendens) tapi belum dipastikan sama dengan spesies ini".
·
Jika suatu spesies digolongkan dalam genus yang berbeda dari yang berlaku sekarang, nama
autoritas ditulis dalam tanda kurung. ·
Contoh: Glycine max Merr., Passer domesticus (Linnaeus, 1978), dll.
http://rezanurhidayat29.blogspot.com/2013/05/biosistematika.html
Filogeni dan Penggunaannya dalam Biosistematik
Posted by Mahmuddin pada Agustus 27, 2012 Evolusi merupakan fenomena yang kontroversi dalam dunia bio logi. Pemahaman yang beragam menjadikan teori ini semakin diperdebatkan sampai saat i ni. Perdebatan dan pengkajiannya menjadi semakin popular sejak Darwin pada tahun 1859 menerbitkan buku The Origin of Species. Teorinya kemudian berkembang sampai saat ini. Fenomena evolusi ini menjadi lebih besar, setelah kelompokkelompok tertentu menjadikannya sebagai komoditas ideologi. Namun, evolusi dalam konteks ilmu pengetahuan tetaplah sebuah bidang kajian yang merajut asal-usul makhluk hidup serta kemungkinan arah perkembangannya saat ini. Makluk hidup yang ada saat ini memiliki keragaman yang sangat tinggi. Setiap makhluk hidup memiliki kemampuan adaptasi terhadap perubahan lingkungan. Namun, perubahan lingkungan yang sangat ekstrim dalam sejarah evolusi menyebabkan makhluk hidup mengalami kematian m assal. Kondisi ini menjadi tantangan alami yang memicu terjadinya penyesuaian yang lebih ekstrim pula bagi makhluk hidup. Penelusuran dan penemuan fosil-fosil diklaim sebagai fakta ilmiah yang menjadi bahan justifikasi bagi penguatan dalam penyusunan teori evolusi. Keanekaragaman makhluk hidup memicu daya intelektual manusia untuk memahami setiap makhluk hidup secara lebih detail. Proses ini pun melahirkan beragam sistem pengelompokan makluk hidup dengan mengacu pada persamaan dan perbedaan pada struktur tubuh. Salah satu sistem pengelompokan yang ada saat ini adalah mengacu pada sejarah perkembangan evolusi. Di mana dengan mengetahui sejarah evolusi, makhluk hidup dapat diketahui hubungan kekerabatannya. Contohnya, perkembangan embrio semua vertebrata memperlihatkan keseragaman yang mencolok. Hal ini terlihat jelas pada fase pembelahan zigot, morfogenesis, dan tahap dif erensiasi awal. Perkembangan biologi molekuler ternyata telah menghasilkan fakta-fakta yang mendukung penyediaan informasi bagi penelusuran sejarah evolusi makhluk hidup. Fa kta-fakta tersebut digunakan menginferensi adanya kesamaan nenek moyang beberapa kelompok makhluk hidup yang memiliki hubungan kekerabatan. http://mahmuddin.wordpress.com/2012/08/27/filogeni-dan-penggunaannya-dalam-biosistematik/ Biosistematika
Posted on April 9, 2010by Fadhil Almasyhur http://sw3at.wordpress.com/2010/04/09/biosistematika/ Dalam mempelajari Biosistematika ada 4 hal penting yang perlu diketahui. Keempat hal itu yaitu: pengenalan, pertelaan, penggolongan, pengkajian kekerabatan. Pengenalan, merupakan penentuan atau pendeterminasian semua jenis tumbuh-tumbuhan yang ada di dunia. Untuk keperluan ini biasanya para ahli melakukan hal: menciptakan sistem tata nama yang universal, menyusun berbagai macam kunci determinasi, menghimpun koleksi specimen acuan dll. Pertelaan merupakan penyajian data yang lengkap dan teratur. Penyajian data ini dapat merupakan suatu karangan seperti: monografi suku kangkung-kangkungan ( Convolvulaceae), flora pulau jawa, revisi marga Durio, siklopedia tumbuh-tumbuhan ekonomi, buku pangan tentang sifat -sifat semai atau penyerbukan dan pembuahan, pertelaan tanaman yang baik untuk sayur atau tanaman hias, daftar tanaman penghasil minyak atsiri dll. Klasifikasi merupakan pengelompokan berdasarkan kesamaan sifat ciri yang dimiliki oleh suatu organisme. Sistem klasifikasi yang tersusun hendaknya dapat mencerminkan jauh dekatnya hubungan kekerabatan atau dengan memata-matai jalan bekerjanya evolusi, yang juga merupakan hal yang keempat yang perlu diketahui Dalam melakukan tahap pengenalan maka kita hendaknya mengetahui sifat ciri suatu organisma. Sifat ciri mengacu pada bentuk, susunan, kelakuan tumbuhan yang dapat digunakan untuk membanding, mendeterminasi, menginterpretasi atau memisahkan suatu tumbuhan dari yang lainnya. Sifat ciri yang dapat digunakan sebagai bukti taksonomi adalah morfologi, anatomi, sitologi, embriologi, fisiologi, fitokimia, dsb. Morfologi Ciri morfologi sering digunakan karena sifat ciri ini begitu banyak, mudah terlihat jika dibandingkan sifat ciri lainnya. Misalnya: -
Tinggi pohon 5 meter atau 70 meter
-
Pinggir daun mungkin rata, beringgit, bercangap atau lainnya lagi.
-
Bentuk daun jantung sungsang, bulu kasar
-
Warna tajuk/ mahkota lembayung atau kuning.
Anatomi Ciri anatomi digunakan untuk memperkuat ciri morfologi atau bila secara morfologi suatu jenis masih meragukan maka digunakan ciri anatomi. Misalnya:
-
bentuk dan kerapatan stomata.
-
Bentuk sel epidermis.
-
Jumlah lapisan palisade.
-
Lapisan kutikula
-
Trikoma
-
Tipe ikatan pembuluh.
Contoh pada anggrek Rananthera coccinea sebetulnya ada dua kelompok yang berbeda secara morfologi daun, tetapi dari morfologi bunga sulit dibedakan. Hasil pengamatan anatomi daun maka kedua kelompok dapat dibedakan pada tingkat varietas. SITOLOGI Sitologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk sel. Dalam botani sistematika biasa diberi pengertian sempit yaitu hanya meliputi bahan inti saja. Khususnya bentuk dan jumlah kromosom serta kelakuan kromosom pada meiosis. Untuk bukti taksonomi biasany a dibandingkan kariotipe, yaitu keadaan kromosom pada tingkat metafase daripada proses mitosis yang meliputi: sifat-sifat panjang kromosom, letak sentromer, ada tidaknya satelit dan jumlah kromosom. Ukuran kromosom mantap untuk masing-masing jenis. Pada mo nokotil ukurannya lebih besar daripada dikotil. Sedangkan tumbuhan berkayu mempunyai ukuran kromosom yang lebih kecil dari pada tumbuhan terna sekerabat. Jumlah kromosom semua individu dalam satu jenis umumnya sama kecuali pada jenis jenis tertentu. Sampai sekarang kira-kira baru 10 % dari seluruh tumbuhan yang ada yang sudah diperiksa secara sitologi. Jumlah kromosom bervariasidari n (jumlah haploid atau jumlah satu set kromosom) = 2 untuk Haplopappus gracilis (Compositae/Asteraceae) sampai n = 631 Ophioglosum reticulatum (tumbuhan paku).
Secar garis besar terdapat tiga macam jumlah kromosom: 1. Jumlah kromosom yang sama untuk seluruh anggota go longan Contoh : Pinus n = 12. 1. Adanya kelipatan jumlah kromosom sehingga terjadi deret poliploid Contoh: Taraxacum (Compositae) 2n = 16, 24, 32, 40, 48. Dalam deret ini 8 merupakan kromosom dasar yang ditandai dengan x. Pada Dryopteris jenis jenis yang ada merupakan kelipatan jumlah dasar kromosom gamet (x = 41) : 82, 123, 164. 1. Jumlah kromosom yang tidak beraturan, bisa bertambah atau berkurang satu demi satu jika dibanding jumlah dasar haploidnya disebut aneuploid. Contoh: Clarkia. Pada kelompok ini bisa decending seri dari 6-5 sedangkan 6-7-8-9 adalah ascending seri. Pada contoh ini 6 adalah kromosom dasar.
Beberapa perubahan-perubahan yang terjadi pada struktur tumbuhan dari ciri morfologi, Penggunaan Filogeni dalam Biosistematika
Posted by Mahmuddin pada Agustus 27, 2012 Pengelompokan mahluk hidup (biosistematika) dilakukan atas dasar dengan memiliki ciri-ciri / keunikan yang sama. Misalnya, kucing dikelompokan bersama kucing, yang disebut sebagai spesies kucing. Lalu, kelompok kucing ini dikelompokan lagi bersama dengan kelompok anjing dan kelompok beruang yang kemudian disebut sebagai ordo caniformia, atau kelompok hewan pemakan daging. Proses pengelompokan ini disebut sebagai “klasifikasi”. Sedangkan hubungan
filogenetik/kekerabatan adalah hubungan antara suatu mahluk hidup dengan orang-tuanya, seperti hubungan silsilah. Jika dirunut silsilah hingga ke masa silam, dapat dicapai nenek-moyang suatu mahluk hidup. Jika terus dirunut sedemikian jauh ke masa silam, mungkin bisa merunut seluruh mahluk hidup/kelompok besar mahluk hidup (seperti berbagai jenis hewan), dan mencapai/menginferensi nenek moyangnya. Hubungan antara klasifikasi dan filogenetik akan dijelaskan dibawah. Pengklasifikasian mahluk hidup umumnya menggunakan beberapa parameter yang dijadikan sebagai “penanda” kemiripan anggota dalam kelompok tersebut. Penanda tersebut umumnya berupa ciri -
ciri yang dapat dilihat dari luar, meliputi bentuk tubuh/morfologi, fisiologi, tingkah laku, habitat, dan lain-lain. Contohnya, dalam kelompok kucing kita melihat adanya taring, kuku yang bisa ditarik masuk, suara mengeong, dan sebagainya. Dalam biologi kontemporer, seringkali untaian DNA juga dipakai sebagai penanda pengklasifikasian. Dalam setiap mahluk hidup pasti terdapat DNA, yang merupakan zat pembawa keturunan. Karena setiap mahluk hidup itu berasal dar i nenek-moyang yang sama, seringkali banyak dijumpai gen yang sama pada mahluk yang berbeda. Misalnya, gen pax6 ditemukan pada lalat, tikus, dan manusia, dan bahkan mempunyai fungsi yang sama dalam pembentukan mata. Walaupun nenek-moyangnya sama dan gen yang sama digunakan, akan tetapi karena waktu berevolusinya sudah sangat lama/terpisah jauh, tetap saja akan terdapat mutasi-mutasi dalam gen tersebut (khususnya pada bagian yang tidak krusial) yang menyebabkan untaian DNA-nya berbeda. Perbandingan gen-gen inilah yang digunakan sebagai penanda dalam pengklasifikasian mahluk hidup metode pengklasifikasian makhluk hidup dengan menggunakan penanda untaian DNA disebut marker molekuler. Contoh 1:
Pada contoh 1, dapat dilihat bahwa untaian DNA yang dimiliki oleh mahluk A dan D lebih dekat daripada mahluk B dan C. Dengan dasar itu, hewan A dan D mengklasifikasikan makhluk A dan D dalam satu kelompok, serta makhluk B dan C dalam satu kelompok. Walaupun anggota dalam satu kelompok (misalnya A dan D) memiliki perbedaan di beberapa asam nukleat (untuk A dan D: misalnya pada kolom ke 5, atau untuk B dan C, pada kolom 5, 22, 25), namun sebagian besar dari untaian asam nukleat yang dikandungnya mirip, sehingga dapat dikelompokan dalam suatu
kelompok yang sama. Dari pengelompokan ini, berdasarkan jumlah kemiripan dan perbedaan asam nukleat dalam untaian DNA yang kita bandingkan, dapat diinferensi hubungan kekerabatan/filogeni dari mahluk-mahluk yang diperbandingkan. Contoh 2:
Pada contoh 2, dari jumlah perubahan asam nukleat (komponen/mata rantai untaian DNA) yang terjadi, dapat diinferensi jika mahluk B dan C berhubungan kekerabatan lebih dekat dibandingkan dengan A. Maka dapat diperkirakan bahwa hubungan filogenetiknya adalah sebagai berikut:
Dari diagram hubungan filogenetik/kekerabatan (filogeni) di atas, dapat dijelaskan bahwa: 1. E, F, dan G berasal dari satu nenek-moyang (yang mungkin sudah punah), yaitu X 2. F dan G berasal dari satu nenek-moyang, Y 3. Nenek moyang E lebih dulu “berpisah” dari X dan Y, dan berevolusi menjadi satu kelompok tersendiri 4. Secara klasifikasi, kita dapat mengatakan bahwa F-G berada dalam satu kelompok klasifikasi, dan E merupakan kelompok terpisah. Jika digunakan lebih banyak sampel dalam analisis filogenetik (misalnya, hewan dalam Contoh 1 dan Contoh 2), akan didapatkan sebuah “pohon” filogenetik seperti berik ut:
Dari hasil ini kita dapat menginferensi, pengelompokan mahluk hidup/hubungan kekerabatan yang seperti berikut:
1. Ada dua kelompok besar, yaitu kelompok I yang terdiri dari E, F, dan G (latar belakang merah) dan kelompok II yang terdiri dari A, B, C, dan D (latar belakang biru). 2. Dalam kelompok I, F dan G berkerabat dekat (hubungan “sister relationship”). E adalah kerabat dekat dari kelompok F+G. 3. Kelompok II terbagi lagi menjadi 2 kelompok, yaitu A+D dan B+C. 4. Kelompok I berasal dari satu nenek- moyang “putatif” (X), dan kelompok II berasal dari (Y) 5. X dan Y berasal dari satu nenek moyang awal (O) Dari contoh-contoh di atas, dapat dilihat bahwa hubungan kekerabatan/hubungan filogenetik dapat memberikan “dasar” klasifikasi mahluk hidup yang lebih tepat. Makhluk hidup dikelompokkan sama
memiliki kemiripan baik secara genetik ( lewat DNA dan penanda molekuler lainnya) maupun secara morfologis. Pengklasifikasian mahluk hidup yang disesuaikan dengan hubungan filogenetik ini disebut sebagai “klasifikasi natural”. Klasifikasi ini sebagai mana klasifikasi artifisial yang umumnya
bersifat anthropocentric dikenal sebagai bidang ilmu Kladistika atau Sistematika. Hubungan filogenetik menunjukan hubungan kekerabatan, dan hubungan kekerabatan menunjukan pula hubungan evolusi. Oleh karena i tu, pengklasifikasian yang berdasarkan hubungan filogenetik ini lazim dianggap lebih tepat, karena dapat menjelaskan evolusi berbagai karakter, sifat, dan ciri-ciri suatu mahluk hidup. Di samping itu, dapat menunjukkan “kedekatan” suatu mah luk hidup yang satu
dengan lainnya sesuai dengan hubungannya di al am. Hubungan kekerabatan yang diinferensi dari penanda molekuler, ataupun gabungan antara penanda molekuler dan ciri-ciri morfologis dianggap jauh lebih tepat dan lebih “natural” dibandingkan dengan yang diinferensi hanya dari sifat-sifat morfologis dan kasat-mata lainnya. Umumnya para ilmuwan menamakan hubungan kekerabatan lewat sifat morfologis sebagai “pola pandang tradisional”.
http://mahmuddin.wordpress.com/2012/08/27/penggunaan-filogeni-dalam-biosistematika/
mODEL Biosistematika LAPORAN TRAKEOPHYTA TRAKEOPHYTA
Bougainville sp. 1.
Deskripsi analitik
Bougainville sp. merupakan tumbuhan yang sudah memiliki akar, batang, dan daun sejati. Oleh sebab itu, tumbuhan ini dimasukkan ke dalam kelompok Tracheophyta. Karena dengan adanya organ-organ tersebut, memungkinkan tumbuhan ini memiliki jaringan angkut berupa xylem dan floem. Bougenville sp. memiliki tipe gametofit bergantung, dan alat penyebaran berupa biji. Selain itu, tumbuhan ini memiliki endosperm 3n. Biji dan endosperm 3n ini merupakan hasil fertilisasi ganda antara sel sperma I dan ovum yang menghasilkan biji, dan sel sperma II denga badan polar I yang menghasilkan endosperm 3n. Sel ovum dan sel sperma berada dalam alat reproduksi yang disebut dengan bunga. Selain sebagai alat reproduksi, bunga juga berperan sebagai alat perhiasan (perian), dimana periannya masih
belum berdiferensiasi. Calon bakal buah (kotiledon) pada Bougenville sp. berbelah dua, sedangkan biji yang terbentuk terdiri atas 1-2 biji (tidak bergrombol). Bougainville sp. memiliki bentuk daun lembaran, dan termasuk tumbuhan evergreen (hijau sepanjang tahun). 2.
Deskripsi diagnostik
Bougainville sp. memiliki tipe gametofit bergantung, alat penyebaran berupa biji dengan fertilisasi ganda, endosperm 3n, organ reproduksi berupa bunga, kotiledon lebih dari satu, memiliki kambium pembuluh, dan perian yang belum berdiferensiasi. Tumbuhan ini tidak memiliki umbi, bentuk daun berupa lembaran, tipe biji tersusun 1-2 biji, dan merupakan tumbuhan evergreen. 3.
Deskripsi differensial
Bougainville sp. vs Hibiscus rosa-sinensis Bougainville sp. memiliki perian yang belum berdiferensiasi, sedangkan pada Hibiscus rosa sinensis periannya sudah berdiferensiasi. Bougainville sp.vs rumput teki Bougainville sp. memiliki kotiledon lebih dari satu, sedangkan pada rumput teki kotiledonnya satu. Bougainville sp. vs rumput lamuran Bougainville sp. tipe gamtofitnya bergantung, sedangkan rumput lamuran tipe gametofitnya bebas. Bougainville sp. vs Gnetum gnemon Bougainville sp. tipe
gametofit
bergantung,
sedangkan
pada Gnetum
gnemon tipe
gametofitnya bebas. Bougainville sp. vs Pinus sp. Bougainville sp. fertilisasi ganda, Pinus sp. fertilisasi tunggal. Bougainville sp. vs Adiantum sp. Bougeinville sp. alat penyebarannya biji, Adiantum sp. alat penyebarannya spora. Bougainville sp. vs Cycadophyta Bougainville sp. endospermnya 3n, sedangkan Cycadophyta endospermnya 2n. Bougainville sp. vs Ginkgophyta Bougainville sp. merupakan tumbuhan evergreen, sedangkan Ginkgophyta merupakan tumbuhan decidous. B. Hibiscus rosa-sinensis 1. Deskripsi analitik
Hibiscus rosa-sinensis merupakan tumbuhan yang sudah memiliki akar, batang, dan daun sejati. Oleh sebab itu tumbuhan ini dimasukkan ke dalam kelompok Tracheophyta. Karena dengan adanya organ-organ tersebut, memungkinkan tumbuhan ini memiliki jaringan angkut berupa xylem dan floem. Hibiscus rosa-sinensis memiliki tipe gametofit bergantung, dan alat penyebaran berupa biji. Selain itu, tumbuhan ini memiliki endosperm 3n. Biji dan endosperm 3n ini merupakan hasil fertilisasi ganda antara sel sperma I dan ovum yang menghasilkan biji, dan sel sperma II denga bada polar I yang menghasilkan endosperm 3n. Sel ovum dan sel sperma berada dalam alat reproduksi yang disebut dengan bunga. Selain sebagai alat reproduksi, bunga juga berperan sebagai alat perhiasan (perian), dimana periannya sudah berdiferensiasi calon bakal buah (kotiledon) pada Hibiscus rosa-sinensis berbelah dua, sedangkan biji yang terbentuk terdiri atas 1-2 biji (tidak bergrombol). Hibiscus rosa sinensis memiliki bentuk daun lembaran, dan termasuk tumbuhan evergreen (hijau sepanjang tahun). 2.
Deskripsi diagnostic
Hibiscus rosa-sinensis memiliki tipe gametofit bergantung, alat penyebaran berupa biji dengan fertilisasi ganda, endosperm 3n, organ reproduksi berupa bunga, kotiledon lebih dari satu, memiliki kambium pembuluh, dan perian sudah berdiferensiasi. Tumbuhan ini tidak memiliki umbi, bentuk daun berupa lembaran, tipe biji 1-2, dan merupakan tumbuhan evergreen. 3.
Deskripsi differensial
Hibiscus rosa-sinensis vs Bouganville sp. Hibiscus
rosa-sinensis memiliki
perian
yang
sudah
berdiferensiasi,
sedangkan
pada Bougainville sp. periannya belum berdiferensiasi. Hibiscus rosa-sinensis vs rumput teki Hibiscus rosa-sinensis memiliki kotiledon lebih dari satu, sedangkan pada rumput teki kotiledonnya satu. Hibiscus rosa-sinensis vs rumput lamuran Hibiscus rosa-sinensis tipe gamtofitnya bergantung, sedangkan rumput lamuran tipe gametofitnya bebas. Hibiscus rosa-sinensis vs Gnetum gnemon Hibiscus rosa-sinensis tipe gametofit bergantung, sedangkan pada Gnetum gnemon tipe gametofitnya bebas. Hibiscus rosa-sinensis vs Pinus sp. Hibiscus rosa-sinensis fertilisasi ganda, Pinus sp. Fertilisasi tunggal. Hibiscus rosa-sinensis vs Adiantum sp. Hibiscus rosa-sinensis alat penyebarannya biji, Adiantum sp. Alat penyebarannya spora.
Hibiscus rosa-sinensis vs Cycadophyta Hibiscus rosa-sinensis endospermnya 3n, sedangkan Cycadophyta endospermnya 2n. Hibiscus rosa-sinensis vs Ginkgophyta Hibiscus rosa-sinensis merupakan tumbuhan evergreen, sedangkan Ginkgophyta merupaka tumbuhan decidous. C. Rumput teki 1.
Deskripsi analitik
Rumput teki merupakan tumbuhan yang sudah memiliki akar, batang, dan daun sejati. Oleh sebab itu tumbuhan ini dimasukkan ke dalam kelompok Tracheophyta. Karena dengan adanya organ-organ tersebut, memungkinkan tumbuhan ini memiliki jaringan angkut berupa xylem dan floem tanpa adanya kambium pembuluh. Rumput teki memiliki tipe gametofit bergantung, dan alat penyebaran berupa biji. Selain itu, tumbuhan ini memiliki endosperm 3n. Biji dan endosperm 3n ini merupakan hasil fertilisasi ganda antara sel sperma I dan ovum yang menghasilkan biji, dan sel sperma II denga bada polar I yang menghasilkan endosperm 3n. Sel ovum dan sel sperma berada dalam alat reproduksi yang disebut dengan bunga, akan tetapi bunga ini sudah mereduksi. Calon bakal buah (kotiledon) pada Rumput teki berbelah satu, sedangkan biji yang terbentuk terdiri atas 1-2 biji (tidak bergrombol). Rumput teki memiliki bentuk daun lembaran, berumbi, dan termasuk tumbuhan decidous (musiman). 2.
Deskripsi diagnostik
Rumput teki memiliki tipe gametofit bergantung, alat penyebaran berupa biji dengan fertilisasi ganda, endosperm 3n, organ reproduksi berupa bunga yang sudah mereduksi, kotiledon satu, tidak memiliki kambium pembuluh. Tumbuhan ini memiliki umbi, bentuk daun berupa lembaran, tipe biji 1-2, dan merupakan tumbuhan decidous. 3.
Deskripsi differensial
Rumput teki vs Bougainville sp. Rumput teki memiliki kotiledon satu, sedangkan pada Bougainville sp.kotiledonnya dua. Rumput teki vs Hibiscus rosa-sinensis Rumput teki memiliki kotiledon satu, sedangkan pada Hibiscus rosa-sinensis kotiledonnya dua. Rumput teki vs rumput lamuran Rumput teki memiliki tipe gametofit bergantung, sedangkan rumput lamuran memiliki tipe gametofit bebas. Rumput teki vs Gnetum gnemon Rumpu teki memiliki tipe gametofit bergantung, sedangkan Gnetum gnemon memiliki tipe gametofit bebas.
Rumput teki vs Pinus sp. Rumput teki endospermnya 3n, sedangkan Pinus sp. endospermnya 2n. Rumput teki vs Adiantum sp. Rumput teki fertilisasi ganda, sedangkan Adiantum sp. fertilisasinya tunggal. Rumput teki vs Cycadophyta Rumput teki fertilisasi ganda, Cycadophyta fertilisasi tunggal. Rumput teki vs Ginkgophyta Rumput teki fertilisasi ganda, Ginkgophyta fertilisasi tunggal. http://hebert4bio4unair4forum4.blogspot.com/2011/02/model-biosistematika-laporan.html