BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kanker
merupakan
suatu
kelompok
penyakit
yang
melibatkan
pertumbuhan abnormal dari sel. Pada seluruh tipe kanker, beberapa sel tubuh terus membelah membelah secara berlebihan, dan berpotensi untuk untuk menginvasi jaringan lain di sekitarnya.
1,2
ke
Dalam keadaan normal sel tubuh memiliki
mekanisme kontrol terhadap siklus sel, sel akan tumbuh, membelah sesuai yang dibutuhkan, dan bila rusak atau mati akan digantikan di sel baru, namun bila tumbuh sel kanker maka seluruh kontrol siklus sel akan hilang, sel akan membelah terus menerus dan jika tidak dihentikan akan membunuh organisme.2 Kanker menyebabkan morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia, Situs resmi WHO menyebutkan bahwa kanker bertanggung jawab pada 8,8 juta kematian di tahun 2015. Secara global satu dari 6 kematian disebabkan oleh kanker. Sekitar 70% kematian tersebut pada negara-negara dengan pendapatan menengah ke bawah. Dampak ekonomi dari kanker signifikan dan terus meningkat. Total pembiayaan untuk kanker pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 1,16 triliun US dolar. 3 Kanker dapat menimpa semua jenis sel dalam tubuh, termasuk serviks. Kanker serviks (kanker leher rahim) adalah keganasan yang menyerang sel sel serviks. Menurut WHO saat ini penyakit kanker serviks merupakan termasuk satu dari 4 besar kanker pada wanita. 3 Data dari Globocan-IARC (International Agency for Research on Cancer), menyebutkan tahun 2012 estimasi prevalensi kasus kanker serviks di dunia mencapai 1,5 juta dengan 528 kasus baru dan 266.000 kematian. Dari data tersebut 85% penderita berasal dari negara berkembang.4 Menurut data Riskesdas 2013, di Indonesia kanker serviks merupakan kanker dengan prevalensi tertinggi, yakni sebesar 0,8% dengan estimasi penderita 98.692 kasus dengan penyebab kematian nomor 2 setelah kanker payudara. 5 Faktor risiko kanker serviks terbesar
adalah infeksi Human Paviloma Virus dimana infeksi HPV berhubungan dengan 90% kasus kanker serviks. Faktor risiko berikutnya adalah kebiasaan merokok, infeksi HIV dan terapi hormonal. 6 Penanganan kanker secara umum ialah pembedahan, radiasi, kemoterapi dan terapi biologis (peningkatan daya tahan tubuh), dimana pembedahan merupakan cara penanganan yang tertua.
7
Pembedahan telah mengurangi
angka kematian secara signifikan, dengan terapi tambahan kemoterapi dan radioterapi hanya mengurangi kurang dari 5% angka kematian dan menimbulkan efek samping bagi pasien. 8 Pembedahan dan radioterapi merupakan penanganan sifatnya local. Kemoterapi termasuk hormonal dapat mencapai sirkulasi sistemik dan secara teoritis diperkirakan dapat menjangkau tumor primer dan juga metastasesnya.7 Umumnya obat obat kemoterapi antikanker bekerja dengan target mempengaruhi alur sinyal transduksi, sinyal yang mengatur siklus sel, faktor pertumbuhan dan reseptornya, proses perbaikan DNA, dan apoptosis (Alison, 2001). Apoptosis adalah jenis kematian sel secara terprogram dan merupakan proses fisiologi pada mahluk hidup untuk mengeliminasi sel-sel agar keseimbangan jaringan dan integritas organisme tetap terjaga (Herr and Debatin, 2001). Kegagalan terapi antikanker dapat berkaitan dengan kegagalan obat antikanker untuk menginduksi terjadinya apoptosis (Fisher, 1994). Pencarian pengobatan kanker menjadi tantangan tersendiri, karena selama ini terapi kanker dinilai sulit dikarenakan sering tidak efektif dan obat yang mahal dengan sekian banyak efek samping. Hal ini mendorong identifikasi komponen yang memiliki aktifitas antikanker dari natural product untuk dijadikan terapi kanker. Metabolit sekunder yang berasal dari tanaman, semi sintetis maupun sintetisnya merupakan sumber yang penting dalam pengobatan antikanker. Tidak kurang dari 92 obat anticancer yang digunakan di Amerika antara tahun 1983-1994, 60% nya berasal dari natural product. Sebagai salah satu contohnya adalah alkaloid seperti vinblastin dan vincristine diisolasi dari Catharanthus roseus, yang saat ini sudah dipakai sebagai kombinasi dengan kemoterapi untuk berbagai jenis kanker.. Begitu pula
dengan penemuan paclitaxel (Taxol) yang berasal dari Taxus brevifolia merupakan penemual sukses lain dari antikanker yang berasal dari tanaman 9,10
Pencarian antikanker berasal dari tanaman tidak pernah berhenti dilakukan, Antidesma
merupakan genus dari tanaman tropis dari family
Phillantaceae telah dikenal Thailand, India dan Indonesia sebagai tanaman yang memiliki khasiat bagi kesehatan. 8 Penelitian beberapa tumbuhan yang termasuk dalam genus Antidesma menunjukkan adanya efek hayati yakni aktivitas
antibakteri dari Andidesma madagascariensis
11
, Antidesma
thwaitessianum dan Antidesma acidum telah diketahui memiliki aktifitas sitotoksik tinggi terhadap cell line kanker paru (A549 dan COR L23) 8. Efek sitotoksik lain ditunjukan oleh Antidesma bunius (L) spreng terhadap sel Hela 12
dan Antidesma pentandrum terhadap sel kanker payudara (MCF-7) dan sel
kanker saraf pusat (SF-268) . 13 Antidesma tetrandrum dikenal nama daerah Kiseuer di Jawa Barat atau Pelangas di Riau, merupakan salah satu spesies yang ditemukan di kawasan Gunung Salak
14
, Taman Gunung Gede Pangrango
15
, kawasan hutan Cisujen
Sukabumi, Jawa Barat. 16 dan Taman Nasional Bukit Tigapuluh Riau. tanaman yang dimanfaatkan masyarakat sekitar adalah buah
16
17
Bagian
dan daun
17
.
Berdasarkan uji pra skrining antikanker dari kulit batang Antidesma tetrandrum dengan metode Brine Shrimp Lethality test diperoleh hasil bahwa spesies ini memiliki potensi kuat sebagai agen anticancer dengan LC 50 sebesar 19,7
14
Berdasarkan analisis fitokimia kualitatif, ekstrak kulit kayu kiseueur ini terdeteksi mengandung senyawa kimia dari golongan alkaloid, flavonoid, dan tanin dengan intensitas kuat dan kuinon, triterpenoid, serta saponin dengan intensitas deteksi yang tergolong sedang. Senyawa kimia yang terdeteksi dengan intensitas kuat tersebut berperan terhadap aktivitasnya sebagai agen antidiabetes dan antikanker.
14
Sebagian flavonoid juga memiliki sifat
sitotoksik dan membuat cell cycle arrest.
18
.
Hingga kini penelitian aktivitas hayati dari Antidesma tetrandrum
khususnya antikanker belum diketahui. Menggunakan dasar kemotaksonomi dan hasil uji praskrining antikanker sangat dimungkinkan jika tanaman Kiseueur (Antidesma tetrandrum) mengandung senyawa yang bersifat sitotoksik dan potensial untuk dikembangkan menjadi obat antikanker. Oleh karena itu evaluasi aktivitas antiproliferasi dari Antidesma tentrandrum penting dilakukan. . B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah ekstrak dan fraksi kulit kayu dari Antidesma tentrandrum memiliki aktivitas antiproliferasi terhadap sel kanker serviks (Sel Hela) dengan metode MTT dan berapa nilai IC50-nya ? 2. Bagaimana mekanisme kerja antiproliferasi ekstrak atau fraksi terpilih tersebut terhadap sel kanker serviks (Sel Hela) dengan metode western blot?
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengevaluasi aktivitas antiproliferasi ekstrak dan fraksi kulit kayu Antidesma tetrandrum
terhadap sel kanker serviks (Sel Hela) dengan
menentukan nilai IC50-nya menggunakan metode MTT Assa y. 2. Untuk mengetahui mekanisme kematian sel kanker serviks setelah pemberian ekstrak atau fraksi terpilih dari kulit batang Antidesma tentrandrum
D. Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai potensi antiproliferasi ekstrak dan fraksi kulit batang Antidesma tentrandrum
terhadap kanker serviks sehingga dapat memberikan kontribusi pada pengembangan penggunaan daun kiseuer sebagai kemoprevensi. 2. Membuka alur penelitian lebih lanjut dari Antidesma tentrandrum dapat dimanfaatkan sebagai salah satu obat antikanker serviks Kegunaan Praktis Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan daun Kiseueur sebagai antikanker khususnya kanker serviks
E. Ruang Lingkup Penelitian dilakukanpada kulit kayu Antidesma tentrandrum yang diambil dari Kawasan Gunung Salak Bogor. Dilakukan ekstraksi dengan … dan fraksinasi… Uji sitotoksik dilakukan dengan metode MTT pada cell line kanker seerviks yakni sel Hela. Uji Apoptosis dialkukan dengan metode Western blot.