----------------------------------------------------------------------------------------------
B. Pengkajian Kelompok Usia Lanjut
A. DATA UMUM : 1. Identitas Posyandu Lansia/Karang wredha /Panti Werda: a. N a m a
:
b. Alamat
:
B. DATA INTI
a. Sejarah berdirinya Posyandu lansia/Karang werda/Panti Werda b. Data Demografi (Distribusi lansia ) -Jumlah anggota :
orang
- Distribusi lansia menurut : Jenis kelamin, umur, status perkawinan, pekerjaan, agama, pendidikan pendidikan terakhir, tinggal tinggal di rumah : sendiri, bersama anak/cucu, anak/cucu, dll. ). Buat tabel distribusi frekwensi. c. Vital Statistik Data status kesehatan Kelompok Usia Lanjut: o Masalah
kesehatan saat ini : ( angka prevalensi dan insiden penyakit )
o Kegiatan
hidup sehari - hari : ( makan/minum, istirahat tidur,
eleminasi, o kebersihan
diri, kemandirian dalam ADL )
o <.span>Perilaku
terhadap kesehatan : merokok, minum kopi, alcohol, gula,
garam, ,lemak
d. Nilai dan kepercayaan terhadap kesehatan : tentang Posyandu lansia, pencegahan penyakit, gizi lansia ( Wawancara terhadap beberapa orang lansia, hasilnya dinarasikan) C. DATA SUB SISTEM
1. Lingkungan fisik a) Sarana Perumahan : ( Konstruksi, luas, lantai, penerangan, pencahayaan, ventilasi, ventilasi, kebersihan, jumlah dan jenis jenis ruangan ) b) Pekarangan : ( Luas, keadaan , pemanfaatan ) c) Sarana Sumber air bersih d) Sarana Pembuangan sampah e) Sarana Pembuangan kotoran manusia f) Sarana Mandi g) Sarana SPAL 2. Pelayanan Kesehatan dan sosial a. Jumlah a. Jumlah kader kader :
orang
b. Pengalamam mengikuti pelatihan kader : - Pernah :
orang
- Belum :
orang
c. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan : o Posyandu o Kegiatan
lansia : (hari, tanggal, tempat) :
Kelompok :( Senam, pengajian, arisan, rekreasi, dll)
3. Pendidikan Status pendidikan anggota kelompok 4. Transportasi, Transportasi, Keamanan Keamanan dan keselamatan keselamatan a. Sarana jalan dan transportasi di lingkungan lingkungan kelompok lansia b. Keamanan lingkungan : security, pencegahan kebakaran, kualitas air dan udara c. Keselamatan : pola penggunaan alat bantu jalan, lingkungan yang berisiko terjadinya kecelakaan pada lansia 5. Politik dan pemerintahan pemerintahan - Struktur Organisasi Posyandu Lansia/ Karang Werda/Panti werda - Keikutsertaan kelompok lansia dalam program-program program-program kesehatan 6. Komunikasi - Sarana komunikasi yang digunakan - Pola komunikasi antar anggota kelompok - Penyebaran informasi kegiatan kelompok - Komunikasi kelompok dengan Puskesmas, RW, Kelurahan 7. Ekonomi a. Sumber pendaan Posyandu lansia/ karang werda/Panti werda b. Status pekerjaan anggota kelompok lansia c. Tingkat pendapatan anggota kelompok d. Sarana ekonomi yang tersedia di masyarakat (Pasar, toko, warung) 8. Rekreasi a. Sarana rekreasi yang tersedia di masyarakat b. Kebiasaan rekreasi/ pola pemanfaatan waktu luang
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA USIA LANJUT
A. Diagnosis Keperawatan Individu Diagnosis keperawatan pada individu, adalah mengacu pada Daftar Diagnosis Keperawatan NANDA, Berdasarkan 11 Pola kesehatan fungsional menurut Gordon,1991:
1.
Pengelolaan Pengelolaan kesehatan dan persepsi kesehatan
2.
Nutrisi dan metabolik
3.
Eliminasi
4.
Aktifitas dan latihan
5.
Persepsi-Kognitif
6.
Tidur dan istirahat
8.
7. Konsep diri Hubungan-peran
9.
Seksualitas dan reproduksi
10.
Toleransi dan koping
11.
Kepercayaan-nilai B. Diagnosis Keperawatan Keluarga Diagnosa keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengkajian terhadap adanya masalah dalam tahap perkembangan perkembangan keluarga, keluarga, lingkungan keluarga, keluarga, struktur keluarga, fungsi-fungsi fungsi-fungsi keluarga dan koping koping keluarga, baik yang bersifat bersifat aktual, resiko maupun sejahtera sejahtera dimana perawat memiliki kewenangan kewenangan dan tanggung jawab untuk melakukan melakukan tindakan keperawatan keperawatan bersama-sama bersama-sam a dengan keluarga dan berdasarkan berdasar kan kemampuan dan sumber daya keluarga. 1. Diagnosa Keperawatan Keluarga pada masalah Lingkungan
-
Kerusakan penatalaksanaan penatalaksanaan pemeliharaan rumah r umah (Higienis lingkungan)
-
Resiko terhadap cidera
-
Resiko terjadi infeksi (penularan penyakit ) 2. Diagnosa Keperawatan Keluarga pada masalah Struktur Komunikasi
-
Komunikasi Keluarga Disfungsional 3. Diagnosa Keperawatan Keluarga pada masalah Fungsi Afektif, Sosial, Struktur Struktur Peran
-
Perubahan proses keluarga
-
Perilaku mencari bantuan kesehatan
-
Konflik peran orang tua
-
Perubahan menjadi orang tua
-
Potensial peningkatan menjadi orang tua
-
Perubahan pertumbuhan dan perkembangan perkembangan
-
Perubahan pemeliharaan kesehatan
-
Kurang pengetahuan
-
Isolasi sosial
-
Kerusakan interaksi sosial
-
Resiko terhadap tindakan kekerasan
-
Ketidakpatuhan
-
Gangguan identitas pribadi 4. Diagnosa Keperawatan Keluarga pada masalah Fungsi Perawatan Kesehatan
-
Perubahan pemeliharaan kesehatan
-
Potensial peningkatan pemeliharaan kesehatan
-
Perilaku mencari pertolongan kesehatan
-
Ketidakefektifan penatalaksanaan penatalaksanaan aturan terapeutik keluarga
-
Resiko terhadap penularan penyakit 5. Diagnosa Keperawatan Keluarga pada masalah Koping
-
Potensial peningkatan koping keluarga
-
Koping keluarga tidak efektif, menurun
-
Koping keluarga tidak efektif, ketidakmampuan ketidakmampuan
-
Resiko terhadap tindakan kekerasan Faktor-faktor yang berhubungan/Etiologi :
1. Patofisiologis (biologi atau psikologis) 2. Tindakan yang berhubungan 3. Situasional (lingkungan, personal) 4. Maturasional C. Diagnosa Keperawatan Kelompok Usia Lanjut
DOMAIN LINGKUNGAN
1. Pendapatan 2. Sanitasi 3. Pemukiman 4. Keamanan pemukiman/ tempat kerja DOMAIN PSIKOSOSIAL
5. Komunikasi dengan sumber masyarakat 6. Kontak sosial
7. Perubahan peranan 8. Hubungan Hubungan antar manusia 9. Kegelisahan agama 10. Kesedihan 11. Stabilitas emosi 12. Seksualitas 13. Pemeliharaan orangtua 14. Penelantaran anak, lansia 15. Perilaku kekerasan pada anak, dewasa, lansia 16. Pertumbuhan Pertumbuhan dan dan perkembangan perkembangan DOMAIN FISIOLOGIS
17. Pendengaran 18. Penglihatan 19. Berbicara Berbicara dan bahasa 20. Geligi 21. Pengamatan 22. Nyeri 23. Kesadaran 24. Integumen/kulit 25. Fungsi neuro-muskuloskeletal neuro-muskuloskeletal 26. Respirasi 27. Sirkulasi 28. Hidrasi 29. Fungsi digestive 30. Fingsi Genitourinaria 31. Ante partum/ pospartum DOMAIN PERILAKU YANG BERHUBUNGAN BERHUBUNGAN DENGAN KESEHATAN
32. Nutrisi 33. Pola istirahat dan tidur 34. Aktifitas fisik 35. Kebersihan perorangan 36. Penyalah gunaan obat 37. Keluarga berencana 38. Agen pelayanan kesehatan
39. Peraturan penulisan resep 40. Tekhnis prosedur/ketrampilan
III. PERENCANAAN PERENCANAAN KEPERAWATAN PADA USIA LANJUT
•
Rencana Keperawatan Keperawatan disusun dalam upaya membantu klien memperoleh dan mempertahankan mempertahankan kesehatan pada tingkatan yang optimal, kesejahteraan dan kualitas hidup, serta untuk mempersiapkan diri terhadap datangnya kematian secara damai.
•
Kolaborasi dengan profesi kesehatan yang terkait
•
Dokumentasikan dengan benar dan akurat
•
Perlu dirumuskan prioritas masalah, tujuan keperawatan,dan pendekatan yang digunakan 1. Merumuskan Tujuan
•
Berorientasi pada klien
•
Berorientasi pada masalah dan faktor-faktor penyebabnya
•
Jangka waktu pencapaian (jangka panjang-jangka pendek ) 2. Merumuskan kriteria hasil
•
Menuliskan ukuran/standar ukuran/standar pencapaian hasil yang diharapkan sesuai tujuan 3. Menyusun tindakan/ Intervensi
•
Pendekatan 3 tingkat pencegahan
•
Kerjasama lintas program dan sektor Tujuan dapat disusun dalam jangka pendek (khusus) dan jangka panjang (umum).
Hal ini bertujuan untuk membedakan membedakan masalah yang dapat dapat diselesaikan sendiri oleh usia lanjut dan masalah yang harus diserahkan pada tim keperawatan atau kolektif. -
Tujuan khusus/jangka pendek sifatnya spesifik, dapat diukur, dapat di motivasi/memberi kepercayaan kepercayaan pada usia lanjut bahwa kemajuan sedang dalam proses dan membimbing usia lanjut ke arah tujuan yang jangka panjang/umum.
-
Tujuan jangka panjang/umum merupakan tujuan akhir yang menyatakan maksud-maksud maksud-maksud luas yang diharapkan oleh usia lanjut agar dapat tercapai. t ercapai. Contoh Penulisan Penulisan Tujuan jangka panjang panjang :
Keluarga dapat memelihara kesehatan penderita, penderita, yang meliputi : merubah gaya hidup, melakukan pencegahan pencegahan penyakit, penyakit, melakukan perawatan perawatan mandiri dalam waktu 6 bulan Contoh : Penulisan Penulisan Tujuan jangka pendek :
1. Klien dapat menyebutkan kembali tentang penyakit ………… setelah diberikan 2 kali penyuluhan Kriteria hasil :
Menyebutkan pengertian dengan singkat
Menyebutkan 3 faktor penyebab
Menyebutkan Menyebutkan 5 tanda-gejala utama
Menyebutkan 3 dampak penyakit 2. Klien dapat mengidentifikasi mengidentifikasi gaya hidup penderita penderita yang tidak sehat Kriteria hasil :
Menyebutkan Menyebutkan pola makan, kebiasaan-kebiasaan kebiasaan-kebiasaan tidak sehat yang dilakukan oleh penderita 3. Klien dapat menjelaskan kembali cara pencegahan dan prinsip perawatan penyakit setelah diberikan penyuluhan Kriteria hasil :
Menyebutkan dengan benar 5 cara pencegahan peyakit
Menyebutkan Menyebutkan dengan benar 5 prinsip perawatan penyakit Komponen kriteria hasil
1. Dalam jangka panjang atau jangka pendek (Time bound) 2. Mempunyai Mempunyai perilaku yang dapat diukur (Measureable) 3. Spesifik dalam isi dan waktu (Specifik) 4. Harus dapat dicapai (Achieveable) Rencana Intervensi Keperawatan
1. Upaya pencegahan primer (promotif, preventif) : a. Pendidikan kesehatan kesehatan : pencegahan pencegahan dan perawatan penyakit kronis b. Pelatihan kader usia lanjut (Askep komunitas)
c. Pelatihan pertolongan pertama pada kecelakaan d. Peningkatan kesehatan lingkungan untuk mencegah terjadinya cedera e. Aktivitas latihan fisik ( Senam lansia) f. Pelayanan bimbingan dan konseling psikologis g. Pengaturan diit khusus usia lanjut lanjut h. Promosi penggunaan penggunaan alat bantu jalan , alat bantu penglihatan penglihatan dan pendengaran pendengaran 2. Upaya Pencegahan Pencegahan sekunder sekunder dan tersier tersier (Kuratif dan Rehabilitatif) : a. Asuhan keperawatan langsung pada usia lanjut yang mengalami gangguan fisik akibat penyakit kronis dan degeneratif yang mengalami ketergantungan sedang sampai berat b. Asuhan keperawatan langsung pada usia lanjut yang mengalami gangguan psikologis sampai dengan gangguan jiwa c. Kolaborasi dengan medis dalam pemberian terapi farmakologis d. Latihan fisioterapi e. Terapi Aktifitas kelompok f. Terapi kerja
IV. PELAKSANAAN/IMPLEMENTASI PELAKSANAAN/IMPLEMENTASI
Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan keperawatan pada usia lanjut diarahkan untuk memelihara kemampuan fungsional, mencegah terjadinya komplikasi dan meningkatkan kemandirian dalam aktifitas sehari-hari. Tindakan Keperawatan pada Usia Lanjut :
a. Menumbuhkan dan membina hubungan yang baik dan saling percaya b. Menyiapkan lingkungan lingkungan yang kondusif (aman, nyaman) dan memelihara keselamatan c. Meningkatkan rangsangan rangsangan persepsi dan sensori (melalui tulisan, gambar yang jelas) d. Mempertahankan Mempertahankan dan melatih orientasi realitas (terhadap waktu, tempat dan orang) e. Memberikan perawatan untuk meningkatkan sirkulasi darah (posisi duduk/tidur, melonggarkan melonggarkan pakaian, massage, aktifitas fisik) f. Tindakan Keperawatan pada Usia Lanjut g. Memberikan perawatan terhadap kebutuhan oksigenasi (latihan batuk efektif, mengeluarkan mengeluarkan sekret, clapping, latihan nafas dalam dan memberikan oksigen)
h. Memberikan perawatan terhadap kebutuhan kebutuhan nutrisi dan cairan (diit khusus usia lanjut, mudah cerna, cukup cairan dan mineral, tinggi kalori dan protein, banyak sayur dan buah) i.
Memberikan perawatan terhadap kebutuhan eliminasi (latihan otot dasar panggul, pemasangan pemasangan cateter, pemberikan huknah)
j.
Memberikan perawatan terhadap kebutuhan kebutuhan personal higiene ( membantu aktifitas aktifi tas mandi,gosok gigi/perawatan gigi/perawatan mulut, cuci rambut, ganti ganti baju, berhias, memelihara kebersihan kuku)
k. Memberikan latihan fisik dan fisio terapi t erapi l.
Memberikan perawatan terhadap kebutuhan gerak/berpindah (menyediakan alat bantu jalan dan melatih) melatih)
m. Memberikan perawatan terhadap kebutuhan psikososial (manajemen stress, melatih koping yang efektif, membimbing perubahan pola hidup, dan dukungan sosial)
V. EVALUASI
Perawat bertanggung jawab untuk mengevaluasi status dan kemajuan klien terhadap pencapaian hasil dari tujuan keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya
Kegiatan evaluasi meliputi mengkaji kemajuan status kesehatan klien , membandingkan respons klien dengan dengan kriteria hasil hasil dan dan menyimpulkan menyimpulkan hasil kemajuan masalah dan kemajuan pencapaian tujuan keperawatan klien
Perawat akan mencatat hasil evaluasi evaluasi dalam lembar lembar evaluasi atau dalam catatan catatan kemajuan kemajuan Dalam menelaah kemajuan klien dalam pencapaian hasil, perawat akan mencatat salah satu dari keputusan keputusan berikut, dalam dalam lembar lembar evaluasi atau dalam dalam catatan catatan kemajuan kemajuan pada saat ditentukan untuk melakukan evaluasi: a. Lanjutkan: Diagnosa Diagnosa masih berlaku, tujuan dan kriteria standar standar masih relevan b. Direvisi: diagnosa masih berlaku, tetapi tujuan dan tindakan ti ndakan keperawatan keperawatan keperawatan keperawatan memerlukan perbaikan. c. Teratasi : tujuan keperawatan telah dicapai, dicapai, dan rencana perawatan tidak dilanjutkan. d. Dipakai lagi: diagnosa yang telah teratasi terjadi lagi
Evaluasi juga dapat disusun dengan menggunakan menggunakan Format SOAPIE ATAU SOAPIER
Format ini digunakan apabila implementasi keperawatan dan evaluasi didokumentasikan dalam satu catatan catatan yang disebut Catatan Kemajuan Kemajuan S: adalah hal-hal yang dikemukakan oleh klien secara subyektif setelah dilakukan intervensi keperawatan. O: adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara obyektif setelah dilakukan intervensi keperawatan A: adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan keperawatan keperawatan dan criteria hasil terkait dengan dengan diagnosis. P: adalah perencanaan perencanaan yang akan dilakukan dilakukan berdasarkan berdasarkan hasil analisis analisis respon klien . I: adalah adalah implementasi implementasi dari perencanaan perencanaan dengan mencatat waktu tindakan tindakan dan dan kegiatan tindakan keperawatan. E: adalah adalah evaluasi
hasil tindakan keperawatan yang telah dilakukan dilakukan dengan mencatat
waktu dan hasil kemajuan yang telah dicapai klien
Buku Sumber Allender, J.A., & Spradley. B.W.(2005). Community health nursing promoting and protecting the public health. (6 th ed) , Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins W ilkins Anderson, E.T., & Mc. Farland, J. (2000). Community as partner teory and practice in nursing. (3 th ed). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins Ervin, N.F. (2002). Advance community health nursing practice: population focused care. New Jersey: Prentice Hall Stanhoppe, M. & Lancaster. (2005). Community and public health nursing. ( 5rd ed.) St. Louis: Mosby-Year Book Inc POSYANDU LANSIA A. Pengertian Posyandu Lansia Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya. penyelenggaraannya.
Posyandu lansia merupakan suatu fasilitas pelayanan kesehatan yang berada di desadesa yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya bagi warga yang sudah berusia lanjut. Posyandu lansia adalah wahana pelayanan bagi kaum usia lanjut yg dilakukan dari, oleh, dan untuk kaum usia yg menitikberatkan pd pelayanan promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif Posyandu lansia merupakan upaya kesh lansia yg mencakup kegiatan yankes yg bertujuan u/ mewujudkan masa tua yg bahagia dan berdayaguna
B. Tujuan Posyandu Lansia Tujuan Umum Meningkatkan derajat kesehatan lansia untuk mencapai masa tua yg bahagia & berdaya guna dlm kehidupan keluarga dan masyarakat (Matra, 1996)
1. 2. 3. 4.
Tujuan khusus Meningkatkan Meningkatkan kesadaran lansia untuk membina sendiri kesehatannya Meningkatkan kemampuan & peran serta masy dlm menghayati & mengatasi masalah kesh lansia scr optimal Meningkatkan jangkauan yankes lansia Meningkatnya jenis dan mutu yankes lansia
Tu juan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain : 1. 2.
Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut.
C. Pelaksanaan Sistem Lima Posyandu Lansia Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan dengan menggunakan sistem 5 meja yaitu: 1. Meja 1: Pendaftaran Mendaftarkan lansia, kemudian kader mencatat lansia tersebut. Lansia yang sudah terdaftar di buku register langsung menuju meja selanjutnya. 2. Meja 2: Kader melakukan melakukan pengukuran tinggi tinggi badan, berat badan, dan tekanan tekanan darah 3. Meja 3: Pencatatan (Pengisian Kartu Menuju Sehat) Kader melakukan pencatatan di KMS lansia meliputi : Indeks Massa Tubuh, tekanan darah, berat badan, tinggi badan. 4. Meja 4: Penyuluhan Penyuluhan kesehatan perorangan berdasarkan KMS dan pemberian makanan tambahan. 5. Meja 5: Pelayanan medis Pelayanan oleh tenaga professional yaitu petugas dari Puskesmas/kesehatan Puskesmas/kesehatan meliputi kegiatan : pemeriksaan dan pengobatan ringan.
D. Kader Lansia (pengertian, tugas, organisasi, pendanaan)
1. Pengertian Kader Lansia Kader adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan. Keberadaan kader sering dikaitkan dengan pelayanan rutin di posyandu. Padahal ada beberapa macam kader bisa dibentuk sesuai dengan keperluan menggerakkan partisipasi masyarakat atau sasarannya dalam program pelayanan kesehatan.
2. Tugas Kader Lansia Secara umum tugas-tugas kader lansia adalah sebagai berikut : a. Tugas-Tugas Kader – tugas persiapan oleh 1) Tugas sebelum hari buka Posyandu (H - Posyandu) yaitu berupa tugas – tugas kader agar kegiatan pada hari buka Posyandu berjalan dengan baik. 2) Tugas pada hari buka Posyandu (H Posyandu) yaitu berupa tugas-tugas untuk melaksanakan pelayanan 5 meja. 3) Tugas sesudah hari buka posyandu (H + Posyandu) yaitu berupa tugas - tugas setelah hari Posyandu. b. Tugas-Tugas Kader Pada Pelaksanaan Posyandu Lansia 1) Tugas-tugas kader kader Posyandu pada H - atau pada saat persiapa hari Posyandu, meliputi : a) Menyiapkan alat dan bahan : timbangan, tensimeter, stetoskop, KMS, alat peraga, obatobatan yang dibutuhkan, bahan/materi penyuluhan dan lain-lain. b) Mengundang Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu memberi tahu para lansia untuk datang ke Posyandu, serta melakukan pendekatan tokoh yang bisa membantu memotivasi masyarakat (lansia) untuk datang ke Posyandu c) Menghubungi kelompok kerja (Pokja) Posyandu yaitu menyampaikan rencana kegiatan kepada kantor desa dan meminta memastikan apakah petugas sector bisa hadir pada hari buka Posyandu. d) Melaksanakan Melaksanakan pembagian tugas : menentukan pembagian tugas diantara kader Posyandu baik untuk persiapan untuk pelaksanaan c. Organisasi Kader Lansia 1) Pemeriksaan kesehatan secara berkala : pendataan, screening, px kesh (gizi, jiwa, lab), pengobatan sederhana, sederhana, pemberian suplemen vitamin, PMT 2) Peningkatan olahraga 3) Pengembangan Pengembangan ketrampilan :kesenian, bina usaha 4) Bimbingan pendalaman agama 5) Pengelolaan dana sehat 6) Pendanaan Kadar Lansia E. KMS Lansia
Kartu menuju sehat (KMS) adalah suatu alat untuk mencatat kondisi kesehatan pribadi usia lanjut baik fisik maupun mental emosional. Kegunaan KMS untuk memantau dan menilai kemajuan Kesehatan Usia Lanjut yang dilaksanakan di kelompok Usia Lanjut atau Puskesmas Tata Cara pengisian KMS :
1. 2.
KMS berlaku 2 th, diisi o/ petugas kesh Pada kunjungan pertama, diperiksa semua jenis tes yg tertera. Sedangkan pd kunjungan ulang cukup diperiksa sekali sebulan, kecuali u/ tes laboratorium dperiksa per 3 bulan (Hb, Urine, Protein)
F. Latihan Gerak Dan Senam Lansia
Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang dilakukan secara tersendiri atau berkelompok dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut (Santosa, 1994). Lansia seseorang individu laki-laki maupun perempuan yang berumur antara 60-69 tahun. (Nugroho 1999:20) Jadi senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan dengan maksud meningkatkan kemamp meningkatkan kemampuan fungsional fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut. Manfaat Olahraga Bagi Lansia Manfaat dari olahraga bagi lanjut usia menurut Nugroho (1999; 157) antara lain : 1. Memperlancar proses degenerasi karena perubahan usia. 2. Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan (adaptasi) 3. Fungsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam fungsinya terhadap bertambahnya tuntutan, misalya sakit.Sebagai Rehabilitas Pada lanjut usia terjadi penurunan masa otot serta kekuatannya, laju denyut jantung maksimal, tolerasnsi latihan, kapasitas aerobik dan terjadinya peningkatan lemak tubuh. Dengan melakukan olahraga seperti senam lansia dapat mencegah atau melambatkan kehilangan fungsional tersebut. Bahkan dari berbagai penelitian menunjukan bahwa latihan/olah raga seperti senam lansia dapatmengeliminasi berbagai resiko penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit arteri koroner dan kecelakaan. (Darmojo 1999;81)
1.
2.
3.
4.
Komponen aktivitas dan kebugaran Menurut Darmojo (1999:74) komponen aktivitas dan kebugaran terdiri dari: Self Efficacy (keberdayagunaan-mandiri) adalah istilah untuk menggambarkan rasa percaya atas keamanan dalam melakukan aktivitas. Hal ini sangat berhubungan dengan ketidaktergantungan dalam aktivitas sehari-hari. Dengan keberdayagunaan mandiri ini seorang usia lanjut mempunyai keberanian dalam melakukan aktivitas. Latihan Pertahanan (resistence training) keuntungan fungsional atas latihan pertahanan berhubungan berhubungan dengan hasil yang didapat atas jenis latihan yang bertahan, antara lain mengenai kecepatan bergerak sendi, luas lingkup gerak sendi (range of motion) dan jenis kekuatan. Yang dihasilkan pada penelitian-penelitian dipanti jompo didapatkan bahwa latihan pertahanan yang intensif akan meningkatkan kecepatan gart (langkah) sekitar 20% da kekuatan untuk menaiki tangga sebesar 23-38% Daya Tahan (endurance) daya tahan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kerja dalam waktu yang relatif cukup lama. Pada lansia latihan daya tahan /kebugaran yang cukup keras akan meningkatkan kekuatan yang didapat dari latihan bertahan. Hasil akibat latihan kebugaran tersebut bersifat khas untuk latihan yang dijalankan (training specifik), sehingga latihan kebugaran akan meningkatkan kekuatan berjalan lebih dengan lati han bertahan. Kelenturan (flexibility) pembatasan atas lingkup gerak sendi, banyak terjadi pada lanjut usia yang sering berakibat kekuatan otot dan tendon. Oleh karena itu latihan kelenturan sendi merupakan komponen komponen penting dari latihan atau olah raga bagi lanjut usia.
5. Keseimbangan-keseimbanga Keseimbangan-keseimbangan n merupakan penyebab utama yang sering mengakibatkan mengakibatkan lansia sering jatuh. Keseimbangan merupakan tanggapan motork yang dihasikan oleh berbagai faktor, diantaranya input sesorik dan kekuatan otot. Penurunan keseimbangan pada lanjut usia bukan hanya sebagai akibat menurunya kekuatan otot atau penyakit yang diderita. Penurunan keseimbangan bisa diperbaiki dengan berbagai latihan keseimbangan. Latihan yang meliputi komponen keseimbangan keseimbangan akan menurukan insiden jatuh pada lansia. G. Latihan Kongnitif Lansia 1. PERUBAHAN KOGNITIF PADA LANSIA Proses penuaan menyebabkan kemunduran kemampuan otak. Diantara kemampuan yang menurun secara linier atau seiring dengan proses penuaan adalah: Daya Ingat (memori), berupa penurunan kemampuan penamaan (naming) dan kecepatan mencari kembali informasi yang telah tersimpan dalam pusat memori (speed of information retrieval from memory). Intelegensia Dasar (fluid intelligence) yang berarti penurunan fungsi otak bagian kanan yang antara lain berupa kesulitan dalam komunikasi non verbal, pemecahan masalah, mengenal wajah orang, kesulitan dalam pemusatan perhatian dan konsentrasi a. DEFENISI Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian. Pada usia muda, demensia bisa terjadi secara mendadak jika cedera hebat, penyakit atau zat-zat racun (misalnya karbon monoksida) menyebabkan hancurnya sel-sel otak. KONDISI DEMENSIA Kondisi gangguan kognitif pada lanjut usia dengan berbagai jenis gangguan seperti mudah lupa yang konsisten, disorientasi terutama dalam hal waktu, gangguan pada kemampuan pendapat dan pemecahan masalah, gangguan dalam hubungan dengan masyarakat, gangguan gangguan dalam aktivitas di rumah dan minat intelektual serta gangguan dalam pemeliharaan diri. TANDA dan GEJALA 1) Kesukaran dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari 2) Pelupa 3) Sering mengulang kata-kata 4) Tidak mengenal dimensi waktu, misalnya tidur di ruang makan 5) Cepat marah dan sulit di atur. 6) Kehilangan daya ingat 7) Kesulitan belajar dan mengingat informasi baru 8) Kurang konsentrasi 9) Kurang kebersihan diri 10) Rentan terhadap kecelakaan: jatuh 11) Mudah terangsang 12) Tremor 13) Kurang koordinasi gerakan.
a.
Pengenalan Dini Demensia Pengenalan dini demensia berarti mengenali : Kondisi normal (meng (mengidentifikasi identifikasi BSF dan AAMI): kondisi kognitif pada lanjut usia yang yang terjadi dengan adanya penambahan usia dan bersifat wajar. Contoh: keluhan mudah-lupa secara subyektif, tidak ada gangguan kognitif ataupun demensia.
b.
c.
2. a. b. c. d.
e. f. 3. a. b.
c.
Kondisi pre-demensia pre-demensia (mengidentifikasi CIND dan MCI): kondisi gangguan kognitif pada lanjut usia dengan ciri mudah lupa yang makin nyata dan dikenali (diketahui dan diakui) oleh orang dekatnya. Mudah lupa subyektif dan obyektif serta ditemukan performa kognitif yang rendah tetapi belum ada tanda-tanda demensia. Kondisi demensia : kondisi gangguan kognitif pada lanjut usia dengan berbagai jenis gangguan seperti mudah lupa yang konsisten, disorientasi terutama dalam hal waktu, gangguan pada kemampuan pendapat dan pemecahan masalah, gangguan dalam hubungan dengan masyarakat, masyarakat, gangguan dalam aktivitas di rumah r umah dan minat intelektual serta gangguan dalam pemeliharaan diri. STRATEGI LATIHAN KOGNITIF Menurunkan cemas Tehnik relaksasi Biofeedback, Biofeedback, menggunakan alat untuk menurunkan cemas dan memodifikasi respon perilaku. Systematic desenzatization. Dirancang untuk menurunkan perilaku yang berhubungan dengan stimulus spesifik misalnya karena ketinggian atau perjalanan melalui pesawat. Tehnik ini meliputi relaksasi otot dengan membayangkan situasi yang menyebabkan cemas. Flooding. Klien segera diekspose pada stimuli yang paling memicu cemas (tidak dilakukan secara berangsur – berangsur – angsur) angsur) dengan menggunakan menggunakan bayangan/imajinasi bayangan/imajinasi Pencegahan Pencegahan respon klien. Klien didukung untuk menghadapi situasi tanpa t anpa melakukan respon yang biasanya dilakukan. TERAPI KOGNITIF Latihan kemampuan social meliputi : menanyakan menanyakan pertanyaan, memberikan salam, berbicara dengan suara jelas, menghindari kiritik diri atau orang lain Aversion therapy : therapy ini menolong menurunkan perilaku yang tidak diinginkan tapi terus dilakukan. Terapi ini memberikan stimulasi yang membuat cemas atau penolakan pada saat tingkah laku maladaptive dilakukan dil akukan klien. Contingency therapy: Meliputi kontrak formal antara klien dan terapis t entang apa definisi perilaku yang akan dirubah atau konsekuensi terhadap perilaku itu jika dilakukan. Meliputi konsekuensi konsekuensi positif untuk perilaku yang diinginkan dan konsekuensi negative untuk perilaku yang tidak diinginkan.
1. Kebutuhan nurtisi Kebutuhan nutrisi klien lanjut usia perlu dipenuhi secara adekuat untuk kelangsungan proses pergantian sel dalam tubuh, mengatasi proses menua, dan memperlambat terjadinya usia biologis. Kebutuhankalori pada klien lanjut usia berkurang karena berkurangnya kalori dasar akibat kagiatan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk melakukan kagiatan tubuh dalam kegiatan istirahat, misalnya untuk jantung, sus, pernapasan, ginjal, dan lain-lain. Kebutuhan kalori klien lanjut usia tidak melebihi 1700 kalori, sebaiknya disesuaikan dengan macam kegiatannya. Kebutuhan protein normal usia lanjut adalah 1 gram/kgBB/hari. Makanan yang mengandung lemak hewani harus dukurangi, misalnya daging sapi, daging kerbau, kuning telur, otak, dan lain-lain. Lanjut usia disarankan mengonsumsi makanan tambahan yang banyak yang banyak mengandung kalsium (Ca) atau zat kapur. Kebutuhan kalsium klien lanjut usia adalah 14,1 mg/kg BB/hari. Zat besi perlu diberikan untuk memperlancar pembentukan darah. Lanjut usia perlu pula diberi buah-buahan untuk
mendapatkan vitamin. Untuk menghindari konstipasi, klien lanjut usia perlu diberi cukup makanan yang mengandung serat, misalnya beras tumbuk, akar-akar hijau, kacang-kacangan, kacang-kacangan, buah-buahan, serta banyak minum (1500-2000 cc) yang sekaligus berguna membantu kerja ginjal. 2. a. b. c. d. e. f.
Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Lnjut Usia Berkurangnya kemampuan mencerna makanan (akibat keruskan gigi/ompong) Berkurangya Berkurangya cita rasa Berkurangnya koordinasi otot Keadaan fisik yang kurang baik Faktor ekonomi dan sosial Faktor penyerapan makanan (daya absorbsi)
3. Masalah Gizi Pada Lnjut Usia Masalah gizi tidak hanya terjadi pada balita dan ibu hamil, tetapi ternyata sering kali menimpa lanjut usia. Hal yang perlu mendapat perhatian ialah gizi berlebih, gizi kurang, dan kekurangan kekurangan vitamin. a.
b.
1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) c.
Gizi Berlebih Gizi berlebihan pada lanjut usia banyak terdapat di Negara barat dan kota besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebih, apalagi pada lanjut usia karena penggunaan kalori berkurang karena berkuarangnya aktivitas fisik. Kebiasaan makan tersebut sulit untuk dirubah walaupun klien telah menyadari untuk mengurangi makan. Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya penyakit jantung, diabetes mellitus, penyempitan pembuluh darah, dan tekanan darah tinggi. Gizi Kurang Gizi kurang sering disbabkan oleh masalah sosial-ekonomi dan juga karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhka, hal tersebut menyebabkan berat badan berkurang dari normal. Apabila kondisi ini disertai kekurangan protein, kerusakan sel terjadi yang tidak dapat diperbaiki. Akibatnya, rambut rontok, daya tahan terdapat penyakit menurun, atau mudah terkena infeksi pada tubuh yang vital. Faktor Penyebab Malnutrisi pada Lanjut Usia Penyebab akut dan kronis Keterbatasan Keterbatasan sumber/penghasilan sumber/penghasilan Hilangnya gigi Kesalahan dalam pola makan Kurangnya energy untuk mempersiapkan makanan Kurangnya energy untuk mempersiapkan mempersiapkan makanan Kurang pengetahuan pengetahuan tentang nutrisi yang tepat Kekurangan Kekurangan vitamin Bila lanjut usia kurang mengonsumsi buah dan sayur, ditambah kekurangan protein dalam makanan, hal tersebut mengakibatkan nafsu makan berkurang, penglihatan mundur, kulit kering, lesu, lemah lunglai, dan tidak semangat.
4. Pengkajian Status Gizi Perawat harus melakukan pengkajian status gizi secara cermat dan sebaiknya menggunakan lebih dari satu parameter. Pertama, menggunakan pengukuran antropometrik, yaitu mengukur tinggi badan (TB) dan berat badan (BB), kemudian menghitung indeks Masa Tubuh (IMT). IMT dihitung dengan dengan membagi berat badan (dalam kilogram) kilogram) dengan kuadrat
TB (dalam meter persegi). IMT normal untuk perempuan 17-23, sedangkan untuk laki-laki adalah 18-25. Pada saat mengukur tinggi badan seorang lanjut usia, perlu diingat bahwa lanjut usia dapat mengalami pengurangan tinggi badan seiring dengan pertambahan usia. Pengurangan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :