EKOLOGI ARSITEKTUR ARSITEKTUR BERKELANJUTAN (SUSTAINABLE ARCHITECTURE) STUDI KASUS: BANGUNAN WISATA KOMERSIAL (THE ROYAL PITA MAHA RESORT)
DISUSUN OLEH: GEDE ANGGA ISWARA
(1219251041)
I KADEK ANDY PRABAWA
(1219251052)
GEDHE NUGRAHA
(1219251077)
JURUSAN ARSITEKTUR NON-REGULER FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2014
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI................................................................................................... i DAFTAR GAMBAR...................................................................................... ii KATA PENGANTAR.................................................................................... iii ABSTRAKS.................................................................................................... iv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 3 1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................. 3 1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................ 4 1.5 Metode Penulisan.............................................................................. 4 BAB II KONSEP ARSITEKTUR BERKELANJUTAN 2.1 Definisi Arsitektur Berkelanjutan..................................................... 5 2.2 Konsep Dasar Arsitektur Berkelanjutan ........................................... 6 AB III STUDI KASUS BANGUNAN WISATA KOMERSIAL 3.1 The Royal Pita Maha Resort............................................................. 9 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Efisiensi Energi di The Royal Pita Maha Resort.............................. 11 4.2 Efisiensi Lahan di The Royal Pita Maha Resort .............................. 13 4.3 Efisiensi Penggunaan Material di The Royal Pita Maha Resort ...... 14 BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ........................................................................................... 17 5.2 Saran ................................................................................................. 17 DAFTAR PUSTAKA
i
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. The Royal Pita Maha Resort .......................................................... 9 Gambar 2. The Royal Pita Maha Resort Tampak dari Atas ............................ 10 Gambar 3. Penempatan Massa Bangunan..…………….................................. 11 Gambar 4. Sungai Buatan yang Terletak pada The Royal Pita Maha Resort .. 12 Gambar 5. Tanaman Enceng Gondok di Sekitar Site ...................................... 13 Gambar 6. Sirkulasi Utama The Royal Pita Maha Resort ............................... 14 Gambar 7. Material Paras pada Eksterior Lift ................................................. 15 Gambar 8. Struktur Atap pada The Royal Pita Maha Resort........................... 16
ii
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Arsitektur Berkelanjutan (Sustainable Architecture) Studi Kasus: Bangunan Wisata Komersial (The Royal Pita Maha Resort)”, tepat pada waktunya. Penyusunan karya tulis ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya, oleh karena itu melalui kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Ibu Dr. Ir. Widiastuti, MT selaku dosen koordinator mata kuliah Ekologi Arsitektur yang telah memberikan pengarhan atas materi makalah ini. 2. Bapak I Nyoman Susanta, ST, MErg selaku dosen pembimbing materi ”Arsitektur Berkelanjutan” atas materi dan pengarahannya. 3. Ibu Ni Made Swanendri, ST, MT selaku tim dosen yang telah memberikan beberapa materi mengenai arsitektur berkelanjutan. 4. Teman-teman yang sudah bersedia sharing ilmu untuk membantu pengerjaan makalah ini Serta pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa karya tulis yang disajikan jauh dari sempurna. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi sempurnanya karya tulis ini ke depan. Akhir kata, dengan segala kerendahan hati semoga karya tulis ini dengan segala upaya semaksimal mungkin, dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Denpasar, Desember 2014
Penulis
iii
ABSTRAK ARSITEKTUR BERKELANJUTAN (SUSTAINABLE ARCHITECTURE) STUDI KASUS: BANGUNAN WISATA KOMERSIAL (THE ROYAL PITA MAHA RESORT) Disusun olen: Gede Angga Iswara, I Kadek Andy Prabawa, Gedhe Nugraha Dewasa ini masalah keberlanjutan (sustainability issues) merambah di semua bidang kehidupan manusia, isu sustainable development diawali dari pernyataan pentingnya kesadaran segenap pihak tentang berbagai isu lingkungan global. Pada dasarnya pembangunan berkelanjutan (sustainable development) merupakan pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat masa kini tanpa mengabaikan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Penulisan ini bertujuan untuk: (1) mengetahui pemanfaatan energi berkelanjutan pada studi kasus The Royal Pita Maha Resort; (2) mengetahui pemanfaatan lahan site berkelanjutan pada studi kasus The Royal Pita Maha Resort; dan (3) mengetahui pemanfaatan bahan material berkelanjutan pada studi kasus The Royal Pita Maha Resort. Jenis penulisan yang digunakan adalah jenis penulisan deskriptif kualitatif, yaitu menjelaskan dan menjabarkan melalui metode studi pustaka dengan mengkaji dan membandingkan sumber-sumber yang relevan dengan objek yang di amati. Data yang telah dikumpulkan melalui teknik studi pustaka kemudian digunakan untuk menjawab dari objek. Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif dengan mencari hubungan dan pola sebab-akibat berdasarkan literatur yang relevan. Hasil pembahasan menyatakan bahwa arsitektur berkelanjutan yang diterapka pada The Royal Pita Maha Resort bahwa pemanfaatan energi alami sangat diperhitungkan terutama sirkulasi udara dan pencahayaan alami pada setiap massa bangunannya. Selain itu, bahan-bahan material yang digunakan menggunakan bahan-bahan ekologi dan mudah didapat disekitarnya. Namun dari semua itu terdapat satu permasalahan mengenai arsitektur berkelanjutan, yakni pemanfaatan lahan. Pengolahan site menggunakan Cut and Fill sehingga beresiko pada keberlanjutan dan tanah itu sendiri. Kata kunci: Arsitektur berkelanjutan, The Royal Pita Maha Resort, Ekologi
iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Perancangan suatu bangunan sering sekali kurang memperhatikan keselarasan
antara bangunan dengan alam dalam hal pemanfaatan sumber daya alam dan penggunaan teknologi yang tidak ramah terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perancangan suatu bangunan secara arsitektur mempunyai andil yang sangat besar dalam memicu pemanasan global dan berakibat pada turunnya kualitas hidup manusia. Dari semua gejala alam yang sudah terjadi, kini sudah saatnya perancangan bangunan secara arsitektur lebih memahami alam melalui pendekatan dan pemahaman terhadap perilaku alam lebih dalam, agar tidak terjadi kerusakan alam yang lebih parah. Sasaran utama dari upaya ini adalah tidak memperparah pemanasan global melalui upaya perancangan arsitektur yang selaras dengan alam serta memperhatikan
kelangsungan
ekosistem
yaitu
dengan
pendekatan
ekologi.
Pendekatan ekologi ini diharapkan menghasilkan konsep-konsep perancangan arsitektur yang ramah lingkungan, ikut menjaga kelangsungan ekosistem, menggunakan energi yang efisien, memanfaatkan sumber daya alam yang tidak dapatdiperbaharui secara efisien, dan menekankan penggunaan sumber daya alam yang dapatdiperbaharui dengan daur ulang. Semua ini ditunjukkan bagi kelangsungan ekosistem,kelestarian alam dengan tidak merusak tanah, air, dan udara tanpa mengabaikan kesejahteraan dan kenyamanan manusia secara fisik, sosial, dan ekonomi secara berkelanjutan. Konsep pembangunan berkelanjutan pada dasarnya sudah menjadi perhatian semua pihak (negara) di muka bumi ini. Berawal dari pernyataan tentang pentingnya kesadaran segenap pihak tentang berbagai isu lingkungan global, maka muncul istilah pembangunan
berkelanjutan
(sustainable
development).
Pembangunan
yang
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan kepentingan dan kebutuhan generasi yang akan datang.
Ekologi Arsitektur - 1
Desain berkelanjutan (sustainable design) yang merupakan bagian dari pembangunan berkelanjutan dalam pelaksanaan perancangannya memperhatikan obyek fisik, lingkungan binaan, dan fasilitas pelayanannya yang mematuhi prinsipprinsip sosial, ekonomi dan ekologi. Ketiga prinsip desain berkelanjutan (sustainable design) tersebut dalam konsep kota berkelanjutan (sustainable city) berkembang lebih jauh lagi yaitu tidak sekadar terpaku pada konsep awal yang lebih terfokus pada pemikiran kelestarian dan keseimbangan lingkungan semata-mata. Dewasa ini masalah keberlanjutan (sustainability issues) merambah di semua bidang kehidupan manusia, isu sustainable development diawali dari pernyataan pentingnya kesadaran segenap pihak tentang berbagai isu lingkungan global. Pada dasarnya
pembangunan
berkelanjutan
(sustainable
development)
merupakan
pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat masa kini tanpa mengabaikan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka, sebagai suatu proses perubahan dimana pemanfaatan sumberdaya, arah investasi, orientasi pembangunan dan perubahan kelembagaan selalu dalam keseimbangan dan secara sinergis saling memperkuat potensi masa kini maupun masa mendatang untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia (Brundtland dalam Budihardjo & Sujarto, 1999). Publikasi ini kemudian memicu lahirnya agenda baru mengenai konsep pembangunan ekonomi dan keterkaitannya dengan lingkungan dalam konteks pembangunan yang berkelanjutan. Agenda ini sekaligus menjadi tantangan konsep pembangunan ekonomi neo-klasikal yang merupakan konsep pembangunan konvensional yang selama ini dikenal, yang menyatakan bahwa: “sustainable development is one that meets the needs of the present without comprimising the ability of the future generations to meet their own need” atau pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan-kebutuhan generasi yang akan datang. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dalam aktivitasnya memanfaatkan seluruh sumberdaya, guna meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan pembangunan pada dasarnya juga merupakan upaya memelihara keseimbangan antara lingkungan alami (sumberdaya alam hayati Ekologi Arsitektur - 2
dan non hayati) dan lingkungan binaan (sumberdaya manusia dan buatan), sehingga sifat interaksi maupun interdependensi antar keduanya tetap dalam keserasian yang seimbang. Dalam kaitan ini, eksplorasi maupun eksploitasi komponen-komponen sumberdaya alam untuk pembangunan, harus seimbang dengan hasil/produk bahan alam dan pembuangan limbah ke alam lingkungan. Prinsip pemeliharaan keseimbangan lingkungan harus menjadi dasar dari setiap upaya pembangunan atau perubahan untuk mencapai kesejahteraan manusia dan keberlanjutan fungsi alam semesta. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut: 1.
Bagaimanakah pemanfaatan energi berkelanjutan pada studi kasus The Royal Pita Maha Resort?
2.
Bagaimanakah pemanfaatan lahan site berkelanjutan pada studi kasus The Royal Pita Maha Resort?
3.
Bagaimanakah pemanfaatan bahan material berkelanjutan pada studi kasus The Royal Pita Maha Resort?
1.3
Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan ini, yakni sebagai berikut: 1.
Untuk mengetahui pemanfaatan energi berkelanjutan pada studi kasus The Royal Pita Maha Resort.
2.
Untuk mengetahui pemanfaatan lahan site berkelanjutan pada studi kasus The Royal Pita Maha Resort.
3.
Untuk mengetahui pemanfaatan bahan material berkelanjutan pada studi kasus The Royal Pita Maha Resort.
Ekologi Arsitektur - 3
1.4
Manfaat Penulisan Adapun manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut: 1.
Mampu memahami mengenai arsitektur berkelanjutan pada bangunan.
2.
Memberikan wawasan pengetahuan mengenai bangunan berkelanjutan.
3.
Sebagai
bahan
referensi
pada
pembelajaran
Ekologi
Arsitektur
selanjutnya. 1.5
Metode Penulisan Jenis penulisan yang digunakan adalah jenis penulisan deskriptif kualitatif,
yaitu menjelaskan dan menjabarkan melalui metode studi pustaka dengan mengkaji dan membandingkan sumber-sumber yang relevan dengan objek yang di amati. Data yang telah dikumpulkan melalui teknik studi pustaka kemudian digunakan untuk menjawab dari objek
Ekologi Arsitektur - 4
BAB II KONSEP ARSITEKTUR BERKELANJUTAN 2.1
Definisi Arsitektur Berkelanjutan Sustainable architecture atau dalam bahasa Indonesianya adalah arsitektur
berkelanjutan, adalah sebuah konsep terapan dalam bidang arsitektur untuk mendukung konsep berkelanjutan, yaitu konsep mempertahankan sumber daya alam agar bertahan lebih lama, yang dikaitkan dengan umur potensi vital sumber daya alam dan lingkungan ekologis manusia, seperti sistem iklim planet, sistem pertanian, industri, kehutanan, dan tentu saja arsitektur (Wikipedia, 2014). Secara sederhana, sustainable architecture atau arsitektur berkelanjutan dapat didefinisikan sebagai desain Arsitektur yang berwawasan lingkungan. Tentu saja pendekatan
ini
terkait
dengan
pendekatan
Sustainable
Development
atau
Pembangunan Berkelanjutan yang diungkapkan dalam Report of the World Commission on Environment and Development tahun 1987. Konsep Sustainable Development dapat didefinisikan secara sederhana, yakni pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengkompromikan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya di masa mendatang (Prayoga, 2013). Sehingga dengan demikian, maka desain berkelanjutan (sustainable design) merupakan desain yang mampu untuk mengatasi kondisi-kondisi yang terjadi dewasa ini terkait dengan krisis lingkungan global, pertumbuhan pesat kegiatan ekonomi dan populasi manusia, depresi sumber daya alam, kerusakan ekosistem dan hilangnya keanekaragaman hayati manusia. Desain berkelanjutan (sustainable design) berusaha mengurangi dampak negatif pada lingkungan, kesehatan dan kenyamanan penghuni bangunan, sehingga meningkatkan kinerja bangunan. Pada dasarnya pelaksanaan desain berkelanjutan (sustainable design) ini dapat diaplikasikan bentuk (Prayoga, 2013): a.
Mikrokosmos, yang diwujudkan dalam bentuk benda untuk penggunaan sehari-hari.
Ekologi Arsitektur - 5
b.
Makrokosmos, yang diwujudkan dalam bentuk bangunan, kota dan fisik permukaan bumi.
Bentuk inilah yang dapat diterapkan dibidang arsitektur, arsitektur lansekap, desain urban, perencanaan kota, teknik, desain grafis, desain industri, desain interior dan fashion design. 2.2
Konsep Dasar Arsitektur Berkelanjutan Mengutip kalimat dari Jack A. Kramers (dalam Kurniasih, 2013. Hal:13)
menyebutkan bahwa: “Sustainable Architecture is responce and an expression of celebration of our existence and respect for the world arround us”. Arsitektur berkelanjutan merupakan suatu respon dan ekspresi keberadaan kita serta rasa peduli terhadap dunia sekitar kita. Adapun konsep dalam arsitektur yang mendukung Arsitektur Berkelanjutan, antara lain (Kurniasih, 2013. Hal:14): a.
Bangunan Hemat Energi Bangunan hemat energi dalam dunia arsitektur adalah meninimalkan
penggunaan energi tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan, maupun produktivitas penghuninya. Hemat energi adalah suatu kondisi dimana energi dikonsumsi secara hemat atau minimal tanpa harus mengorbankankenyamanan fisik manusia. Konsep bangunan hemat energi terdiri dari beberapa komponen, yakni sebagai berikut: 1)
Meminimalkan perolehan panas matahari
2)
Orientasi bangunan utara-selatan
3)
Organisasi ruang : Aktivitas terdapat pada ruang utama yang diletakkan di tengah bangunan, diapit oleh ruang-ruang penunjang atau service di sisi Timur-Barat.
4)
Memaksimalkan pelepasan panas bangunan kemudian menghindari radiasi matahari masuk ke dalam bangunan.
Ekologi Arsitektur - 6
5)
Memanfaatkan radiasi matahari secara tidak langsung untuk menerangi ruang dalam bangunan.
b.
6)
Mengoptimalkan ventilasi silang untuk bangunan non-AC.
7)
Hindari pemanasan permukaan tanah sekitar bangunan.
Efisiensi Penggunaan Lahan 1)
Lahan yang semakin sempit, mahal dan berharga tidak harus digunakan seluruhnya untuk bangunan, karena sebaiknya selalu ada lahan hijau dan penunjang keberlanjutan potensi lahan.
2)
Menggunakan seperlunya lahan yang ada, tidak semua lahan harus dijadikan bangunan, atau ditutupi dengan bangunan, karena dengan demikian lahan yang ada tidak memiliki cukup lahan hijau dan taman. Menggunakan lahan secara efisien, kompak dan terpadu.
3)
Potensi hijau tumbuhan dalam lahan dapat digantikan atau dimaksimalkan dengan berbagai inovasi, misalnya pembuatan atap diatas bangunan.
4)
Menghargai kehadiran tanaman yang ada di lahan, dengan tidak mudah menebang pohon-pohon, sehingga tumbuhan yang ada dapat menjadi bagian untuk berbagi dengan bangunan.
5)
Desain terbuka dengan ruang-ruang yang terbuka ke taman (sesuai dengan fleksibilitas buka-tutup yang direncanakan sebelumnya) dapat menjadi inovasi untuk mengintegrasikan luar dan dalam bangunan, memberikan fleksibilitas ruang yang lebih besar.
6)
Dalam perencanaan desain, pertimbangkan berbagai hal yang dapat menjadi tolak ukur dalam menggunakan berbagai potensi lahan, misalnya; berapa luas dan banyak ruang yang diperlukan.
7)
Dimana letak lahan (di kota atau di desa) dan bagaimana konsekuensinya terhadap desain, bentuk site dan pengaruhnya terhadap desain ruang-ruang, berapa banyak potensi cahaya dan penghawaan alami yang dapat digunakan. Ekologi Arsitektur - 7
c.
Efisiensi Penggunaan Material 1)
Memanfaatkan material
sisa untuk
digunakan juga dalam
pembangunan, sehingga tidak membuang material, misalnya kayu sisa bekisting dapat digunakan untuk bagian lain bangunan. 2)
Memanfaatkan material bekas untuk bangunan, komponen lama yang masih bisa digunakan, misalnya sisa bongkaran bangunan lama.
3)
Menggunakan material yang masih berlimpah maupun yang jarang ditemui dengan sebaik-baiknya, terutama untuk material yang semakin jarang seperti kayu.
d.
Penggunaan Teknologi dan Material Baru Memanfaatkan potensi energi terbarukan seperti energi angin, cahaya
matahari dan air untuk menghasilkan energi listrik domestik untuk rumah tangga dan bangunan lain secara independen. Memanfaatkan material baru melalui penemuan baru yang secara global dapat membuka kesempatan menggunakan material terbarukan yang cepat diproduksi, murah dan terbuka terhadap inovasi, misalnya bambu.
Ekologi Arsitektur - 8
BAB III STUDI KASUS: BANGUNAN WISATA KOMERSIAL 3.1
The Royal Pita Maha Resort The Royal Pita Maha Resort adalah salah satu dari berbagai macam hotel dan
villa yang berada di daerah Ubud tepatnya terletak di jalan Bunutan Kedewatan, Ubud, Gianyar. The Royal Pita Maha Resort berjarak hanya 3 km dari pusat Ubud dan dapat diakses hanya dengan 45 menit berkendara dari Bandara Internasional Ngurah Rai. The Royal Pita Maha Resort terletak pada suatu lahan yang strategis yang berada tepat di depan sungai ayung di batu kurung sehingga memberikan suasana alami serta dan akan memanjakan mata pengunjung dengan keindahan alamnya yang masih asri.
Gambar 1. Peta Lokasi The Royal Pita Maha Risort Pemilik dari The Royal Pita Maha Resort adalah seorang yang sangat terkenal di daerah Gianyar, beliau adalah Tjokorda Gede Agung Sukawati dan Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati. Dalam mendesain The Royal Pita Maha Resort, beliau dibantu oleh adik beliau yang bernama Cokde Sukawati, adik beliau tersebut yang
Ekologi Arsitektur - 9
memiliki andil besar dalam mendesain seluruh ruangan di penginapan tersebut khususnya pada desain interior penginapan. The Royal Pita Maha Resort diresmikan tahun 2004, dan untuk sekarang The Royal Pita Maha Resort sudah resmi berdiri sekitar 9 tahun. Luas lahan dari The Royal Pita Maha Resort adalah 14 Hektar yang terdiri dari 52 kamar dan 24 privat villa, masing-masing kamar tersebut dapat dihuni oleh 2 orang yaitu suami istri.
Gambar 2. The Royal Pita Maha Resort Tampak dari Atas
Ekologi Arsitektur - 10
BAB IV PEMBAHASAN 4.1
Efisiensi Energi di The Royal Pita Maha Resort The Royal Pita Maha Resort terletak diatas site berkontur dengan banyak
variasi ketinggian transis jadi tata letak massanya menggunakan pola linear. Massa diletakkan secara linier mengikuti garis transis yang sudah diolah dengan menggunakan teknik Cut & Fill. Royal Villa diletakkan paling dekat dengan lobby dan restaurant. Karena lokasinya paling tinggi dari villa yang lainnya, jadi mendapatkan view paling baik.
Bangunan Utama
Gambar 3. Penempatan Massa Bangunan Selain pemanfaatan view, pemanfaatan sirkulasi udara dimaksimalkan dengan banyak menggunakan bukaan dan pada sekeliling site dikelilingi tanaman dan pohonpohon unutuk meminimalkan panas dari matahari yang langsung masuk ke dalam bangunan selan itu juga terdapat sungai buatan yang difungsikan untuk menetralkan suhu panas yang diberikan oleh sinar matahari langsung. Orientasi bagunan cottage mengarah ke view yaitu kearah barat. Akses jalan menuju cottage melalui bagian samping atau belakang bangunan cottage. Peletakan pintu masuk dibagian samping atau belakang agar tidak menghalangi view kearah depan cottage.
Ekologi Arsitektur - 11
Gambar 4. Sungai Buatan yang Terletak pada The Royal Pita Maha Resort Sistem pengolahan air bekas dan air hujan pada masing-masing bangunan memanfaatkan tanaman enceng gondok yang berada pada kolam di areal pinggir villa, dimana tanaman enceng gondok ini berfungsi untuk mengolah air bekas dan air hujan karena sifat alami enceng gondok ini mampu menyerap zat kimia yang mencemari air, sehingga air yang sudah diolah dapat digunakan kembali untuk menyiram tanaman dan sisanya dialirkan ke sungai Ayung. Penerapan sistem seperti ini sangat efektif karena tidak membutuhkan biaya yang besar apalagi tanaman enceng gondok sangat mudah ditemukan dan pertumbuhannya sangat cepat.
Ekologi Arsitektur - 12
Gambar 5. Tanaman Enceng Gondok di Sekitar Site 4.2
Efisiensi Lahan di The Royal Pita Maha Resort Dari segi pengolahan site, The Royal Pita Maha Resort lebih banyak
menggunakan teknik cut and fill dalam setiap penempatan masa bangunannya. Namun menurut survey di lapangan teknik cut and fill yang dipakai terlalu banyak dan dalam. Galian tanah pada site rata-rata digali hampir sedalam 9 meter, dan area untuk pengurugan atau usaha untuk mendapatkan tanah datar diurug dengan luas maksimal 6 are. Teknik cut and fill yang diaplikasikan sebenernya berlebihan dalam sistem pengolahan site. Karena galian dan pengurugan sudah terlalu dalam sehingga potensi site tidak sepenuhnya masih utuh dalam keadaan alami. Menurut Narasumber di lapangan, tanah hasil galian kadang dibuang di pinggiran tebing. Ketika tanah tersebut lebih dari yang diperlukan untuk keperluan pengurugan maka tanah sisa tersebut akan dibuang. Dengan pengaplikasian teknik yang sedemikian sebenernya site berpotensi rusak dan potensi site tidak dapat difungsikan secara optimal. Sehingga dalam The Royal Pita Maha Resort bangunan berdiri di lahan dengan keadaan kontur site yang tidak sepenuhnya alami. Jadi, pada efisiensi lahan pada The Royal Pita Maha Resort tidak menggunakan konsep Sustainable Architecture secara menyeluruh meski terdapat beberapa Ekologi Arsitektur - 13
tanaman-tanaman yang menghiasi site, namun semua tanaman merupakan tanaman buatan dan tidak alami tumbuh pada site. 4.3
Efisiensi Penggunaan Material The Royal Pita Maha Resort Jalan masuk menuju The Royal Pita Maha Resort kira-kira berukuran 4 meter,
dengan elemen bawah terbuat dari paping yang memberikan suatu kesan alami pada arah sirkulasi. Suasana pada sirkulasi masuk menuju The Royal Pita Maha Resort dibuat menyerupai perkampungan tradisional penduduk Bali, hal ini terlihat dari bentuk angkul-angkul yang sama antar satu rumah untuk memberikan suasana asri dan rindang pada sirkulasi tersebut. Pada bagian dinding sirkulasi tersebut dibuat dari potongan batu padas yang dihiasi dengan tanaman yang memberikan kesan alami.
Gambar 6.Sirkulasi Utama The Royal Pita Maha Resort
Ekologi Arsitektur - 14
Untuk transportasi mekanis di The Royal Pita Maha Resort terdapat Lift, lift pertama terletak di daerah setelah melewati lobby, terdapat dua buah lift yang saling berhadapan di daerah ini, pada eksteriornya lift ini menggunakan gaya arsitektur Bali dengan detail-detail ornamen. Untuk lift lainnya terletak di bawah restaurant, lift ini menghubungkan antara lantai 1 (daerah restaurant paling dasar) dan lantai 2 (daerah bangunan / The Royal Pita Maha Resort bagian bawah). Lift ini dapat menampung maksimal 8 orang dalam sekali pengangkutan.
Gambar 7. Material Paras pada Eksterior Lift Tipologi bangunan di The Royal Pita Maha Resort memiliki ciri khas bangunan Arsitektur Bali. Dimana yang paling menonjol adalah penggunaan atap alang-alang dan batu Paras Taro yang kini diperkirakan sudah langka. Dari segi struktur atap, bangunan dan unit-unit villa cenderung menggunakan Struktur Rangka Bidang dengan ditopang oleh kolom-kolom khas Bali atau yang disebut saka. Rangka struktur berbahan kayu dan bambu yang menopang penutup atap alang-alang agar setiap unit bangunan di dalam resort memiliki kesan alami dan menyatu dengan alam.
Ekologi Arsitektur - 15
Gambar 8. Struktur Atap pada The Royal Pita Maha Resort
Ekologi Arsitektur - 16
BAB V PENUTUP 5.1
Simpulan Adapun simpulan dari pembahasan di atas adalah sebagai berikut: 1.
Pemanfaatan
sirkulasi
udara
dimaksimalkan
dengan
banyak
menggunakan bukaan dan pada sekeliling site dikelilingi tanaman dan pohon-pohon unutuk meminimalkan panas dari matahari yang langsung masuk ke dalam bangunan selan itu juga terdapat sungai buatan yang difungsikan untuk menetralkan suhu panas yang diberikan oleh sinar matahari langsung. 2.
The Royal Pita Maha Resort lebih banyak menggunakan teknik cut and fill dalam setiap penempatan masa bangunannya. Cut and fill yang dipakai terlalu banyak dan dalam.
3.
Tipologi bangunan di The Royal Pita Maha Resort memiliki ciri khas bangunan Arsitektur Bali. Dimana yang paling menonjol adalah penggunaan atap alang-alang dan batu Paras Taro yang kini diperkirakan sudah langka. Dari segi struktur atap, bangunan dan unit-unit villa cenderung menggunakan Struktur Rangka
5.2
Saran Adapun saran yang dapat kami sampaikan, yakni sebagai berikut: 1.
Bangunan yang Sustainable merupakan bangunan yang ramah lingkungan dan sangat memperhatikan lingkungan, diharapkan bagi pembaca untuk terus berinovasi dalam keberlangsungan lingkungan, khususnya dalam arsitekur.
2.
Penggunaan Cut and Fill sebaikanya diminamilir dengan menggunakan desai bangunan panggung untuk tetap menjaga lahan alami dibawah bangunan.
Ekologi Arsitektur - 17
DAFTAR PUSTAKA Budihardjo, Eko & Sujarto, Djoko, 1999, Kota Berkelanjutan, Penerbit Alumni, Bandung. Kurniasih, Sri. 2013. Evaluasi Tentang Penerapan Prinsip ArsitekturBerkelanjutan (Sustainable Architecture). E-Jurnal. Jurusan Arsitektur, Universitas Budi Luhur. Prayoga, Iwan. 2013. Desain Berkelanjutan (Sustainable Design). E-Jurnal. Jurusan Arsitektur, Universitas Pandanaran. WCED. 1987. Our Common Future: Report of the World Commission on Environment and Development, Chapter 2, Towards Sustainable Development, sumber: www.un-documents.net Wikipedia.
2014.
Sustainable
Design.
Terseda
pada:
http://wikipedia.org
/wiki/Sustainable_design. Diakses pada 9 Oktober 2014.
Ekologi Arsitektur - 18