Antipiretik ANTIPIRETIK
I. PENDAHULUAN Suhu tubuh normal. Suhu inti dan suhu kulit. Suhu dari jaringan tubuh dalam-yaitu ”inti”-hampir selalu konstan, sekitar kurang lebih 10F (kurang lebih 0,60C), dari hari ke hari kecuali bila seseorang mengalami demam. Tentu saja, orang yang telanjang dapat terpapar pada suhu serendah 550F atau setinggi 1300F dalam udara kering dan tetap mempertahankan suhu tubuh interna mendekati konstan. Mekanisme untuk mengawasi suhu tubuh menunjukkan suatu system pengaturan yang amat baik. Tujuan dari bab ini adalah membahas cara kerja system tersebut sewaktu system bekerja dalam keadaan sehat dan sakit (Guyton, 1996). Suhu kulit berbeda dengan suhu inti, naik dan turun sesuai dengan suhu lingkungan. Temperature ini merupakan temperature yang penting apabila kita merujuk pada kemampuan kulit untuk melepaskan panas ke lingkungan (guyton, 1996).Temperatur tubuh diatur dengan mengimbangi produksi panas terhadap kehilangan panas (Guyton, 1996). Bila laju pembentukan panas dalam tubuh lebih besar daripada laju hilangnya panas, timbul panas dalam tubuh dan temperature tubuh meningkat. Sebaliknya, bila kehilangan panas lebih besar, panas tubuh dan temperature tubuh menurun (Guyton, 1996). Produksi panas adalah produk tambahan metabolisme yang utama. Suhu tubuh diatur hampir seluruhnya oleh mekanisme persarafan umpan balik, dan hampir semua mekanisme ini terjadi melalui pusat pengaturan suhu yang terletak pada hipotalamus. Agar mekanisme umpan balilk ini dapat berlangsung, harus juga tersedia pendetektor suhu untuk menentukan kapan suhu tubuh menjadi sangat panas atau sangat dingin (Guyton, 1996). Deteksi termostatik suhu pada hipotalamus-peranan hipotalamus anterior-area preoptik. Telah dilakukan percobaan pemanasan dan pendinginan pada suatu area kecil di otak dengan menggunakan apa yang disebut thermode. Alat kecil, seperti jarum ini dipanaskan dengan alat elektrik atau dialirkan air panas, atau didinginkan dengan air dingin. Area utama dalam kotak dimana panas yang dihasilkan oleh thermode mempengaruhi pengaturan suhu tubuh terdiri dari nucleus preoptik dan nucleus hipotalamik anterior hipotalamus (Guyton, 1996). II. TUJUAN PERCOBAAN - Mengamati efek pemberian 2,4-dinitrofenol pada hewan percobaan dan mengamati khasiat parasetamol sebagai penurun panas - Untk membandingkan khasiat parasetamol dan obat X dalam menurunkan panas
III. PRINSIP PERCOBAAN Pemberian 2,4-dinitrofenol sebagai pirogen eksogen akan merangsang pengeluaran prostaglandin d hipotalamus sehingga suhu thermostat meningkat dan tubuh menjadi panas untuk menyesuaikan dengan suhu thermostat, dan pemberian parasetamol dapat menurunkan suhu tubuh sampai batas normal yaitu
berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengatur panas di hipotalamus yang bekerja dengan dua proses, efek sentral yaitu dengan menghambat siklus COX-2 sehingga tidak terjadi pembentukan prostaglandin dari asam arakidonat, dimana prostaglandin tidak akan merangsang lagi thermostat untuk menaikkan suhu tubuh. Dan efek perifer dimana saraf simpatis di kulit bekerja mengaktifkan reseptor-reseptor panas di kulit sehingga terjadi vasodilatasi perifer. Dengan terjadinya vasodilatasi ini, panas lebih cepat terkonduksi ke jaringan kulit dan melalui alran udara terjadi konveksi sehingga panas dikeluarkan dan disertai keluarnya keringat. Maka lama-kelamaan suhu tubuh akan turun. IV. TINJAUAN PUSTAKA Di dalam badan, panas dihasilkan oleh gerak otot, asimilasi makanan dan semua proses vital yang menyokong laju metabolisme basal. Ia hilang dari bahan oleh radiasi, konduksi serta penguapan air di dalam jalan pernapasan dan di atas kulit. Sejumlah kecil panas juga di buang di dalam urina dan feses. Keseimbangan antar produksi panas dan kehilangan panas menentukan suhu badan. Karena kecepatan reaksi kimia bervariasi sesuai suhu dan kecepatan reakasi kimia bervariasi sesuai suhu dan karena system enzyme tubuh mmpunyai rentang suhu yang sempit tempat ia berfungsi optimum, maka fungsi tubuh yang normal tergantung atas suhu badan yang relatif tetap (Ganong, W. F., 2000). Pada manusia nilai normal tradisional bagi suhu mulut 37°C, tatapi dalam satu seri besar dewasa muda normal, suhu mulut pagi ratarata 36,7°C dengan deviasi standar 0,2°C. sehingga 95% dari semua dewasa muda akan diharapkan mempunyai suhu mulut pagi hari 36,3-37,1°C. berbagai bagian badan pada suhu berbeda dan besar perbedaan suhu antar bagian bervariasi sesuai suhu lingkungan. Selama gerak badan, panas yang dihasilkan oleh kontraksi otot terkumpul di dalam badan serta suhu rectum normalnya meningkat setinggi 40°C (Ganong, W. F., 2000). Peningkatan ini sebagian karena ketakmampuan sebagian mekanisme enghilang panas menangani peningkatan besar dalam jumlah panas yang dihasilkan, tetapi ada bukti bahwa di samping itu ada peningkatan suhu tubuh saat mekanisme penghilang panas diaktivasi selama gerak badan. Suhu badan juga meningkat sedikit selama perangsangan emosional, mungkin karena ketegangan otot yang tak disadari. Secara menahun ia ditingkatkan sebanyak 0,5°C bila laju metabolic tinggi, seperti dalam hipertiroidisme, dan direndahkan bila laju metabolit rendah, seperti dalam miksedema. Sejumlah dewasa yang jelas normal secara menahun mempunyai suhu di atas rentang normal (Ganong, W. F., 2000). Suhu badan diatur oleh keseimbangangan antara produksi dan hilangnya panas. Alat pengatur suhu tubuh berada di hipotalamus. Pada keadaan demam keseimbangan ini terganggu tetapi dapat dikembalikan ke normal oleh obat mirip aspirin.Ada bukti bahwa peningkatan suhu tubuh pada keadaan patologik diawali penglepasan suatu zat pirogen endogen atau sitokin seperti interleukin-1 (IL-1) yang memacu penglepasan PG yang berlebihan di daerah preoptik hipotalamus.Selain itu PGE2 terbukti menimbulkan demam setelah diinfuskan ke ventrikel serebral atau disuntikkan ke daerah hipotalamus. Obat mirip aspirin menekan efek zat pirogen endogen dengan menghambat sintesis PG. Tetapi demam yang timbul akibat pemberian PG tidak dipengaruhi, demikian pula peningkatan suhu oleh sebab lain seperti latihan fisik (Ganong, W. F., 2000).
Semua obat mirip aspirin bersifat antipiretik, analgesik, dan antiinflamasi.Ada perbedaan aktivitas di antara obat-obat tersebut, misalnya: parasetamol (asetaminofen) bersifat antipiretik dan analgesik tetapi sifat anti-inflamasinya lemah sekali (Ganong, W. F., 2000). Sebagai Antipiretik, obat mirip aspirin akan menurunkan suhu badan hanya pada keadaan demam.Walaupun kebanyakan obat ini memiliki efek antipiretik in vitro, tidak semuanya berguna sebagai antipiretik karena bersifat toksik bila digunakan secara rutin atau terlalu lama.Fenilbutazon dan antireumatik lainnya toidak dibenarkan digunakan sebagai antipiretik (Ganong, W. F., 2000). Selain menimbulkan efek terapi yang sama obat mirip aspirin juga memiliki efek samping serupa, karena didasari oleh hambatan pada sistem biosintesis PG. Selain itu kebanyakan obat bersifat asam sehingga lebih banyak terkumpul dalam sel yang bersifat asam seperti di lambung, ginjal dan jaringan inflamasi.Jelas bahwa efek obat maupun efek sampingnya akan lebih nyata di tempat dengan kadar tinggi. Efek samping yang paling sering terjadi adalah induksi tukak lambung atau tukak peptik yang kadang-kadang disertai anemia sekunder akibat perdarahan saluran cerna.Beratnya efek samping ini berbeda pada masing-masing obat. Dua mekanisme terjadinya iritasi lambung ialah iritasi yang bersifat lokal yang menimbulkan difusi kembali asam lambung ke mukosa dan menyebabkan kerusakan jaringan dan iritasi atau perdarahan lambung yang bersifat sistemik melalui hambatan biosintesis PGE2 dan PGI2. Kedua PG ini banyak ditemukan di mukosa lambung dengan fungsi menghambat sekresi asam lambung dan merangsang sekresi mukus usus halus yang bersifat sitoprotektif. Mekanisme kedua ini terjadi pada pemberian parenteral (Ganong, W. F., 2000). Demam mungkin tanda penyakit tertua dan paling dikenal secara universal. Ia timbul tidak hanya dalam mamalia, tetapi juga dalam burung, reptilian, amfibi dan ikan. Bila ia timbul dalam hewan homeotermik, maka mekanisme termoregulasi berperilaku seolaholah ia disesuaikan untuk mempertahankan suhu badan pada tingkat lebih tinggi dari normal, yaitu seolah-olah thermostat telah disetel ulang ke titik baru di atas 37°C. Kemudian reseptor suhu mengisyaratkan bahwa suhu sebenarnya di bawah titik setelan baru dan mekanisme peningkat suhu diaktivasi. Biasanya menimbulkan sensasi menggigil karena vasokonstriksi kulit dan kadang-kadang cukup menggetarkan. Tetapi sifat respon tergantung atas suhu kamar. Suhu yang meningkat dalam hewan percobaan yang disuntikan pirogen terutama karena peningkatan produksi panas jika ia alam lingkungan dingin dan terutama karena penurnan kehilangan panas jika ia dalam lingkungan panas (Ganong, W. F., 2000). Toksin dari bakteri seperti endotoksin bekerja atas manosit, makrofag dan sel kupffer untuk menghasilkan interleukin-1, suatu polipeptida yang juga dikenal sebagai pirogen endogen (EP). IL-1 mempnyai efek luas dalam badan. Ia memasuki otak dan menimbulkan demam oleh kerja langsung atas area preoptika hypothalamus. Ia juga bekerja atas limfosit untuk mengaktiasi system kekebalan, merangsang pelepasan neutrofil dari sumsum tulang dan menyebabkab proteolisis pada otot rangka. Bermacammacam zat lain yang mencakup steroid etiokolanolon juga menyebabkan produksi IL-1. Produksinya dalam darah, tapi mememrlukan tenaga dan dihambat oleh penghambatan sintesa protein (Ganong, W. F., 2000). Demam yang dihasilkan oleh IL-1 bisa karena pelepasan lokal prostaglandin. Suntuikan prostaglandin ke dalam hypothalamus menimbulkan demam. Di sampig itu efek antipiretik aspirin
ditimbulkan langsung atas hypothalamus dan aspirin menghambat sintesis prostaglandin (Ganong, W. F., 2000). Manfaat demam bagi organisme belum diketahui, walaupun ia mungkin bermanfaat, karena ia telah dikembangkan dan menetap sebagai suatu respon terhadap infeksi dan penyakit lain. Banyak mikroorganisme tumbuh tebaik dalam rentang suhu yang relative sempit dan peningkatan dalam suhu penghambat pertumbuhannya (Ganong, W.F.,1995). Di samping itu produksi antibody di tingkatkan. Sebelum ditemkan antibiotika, demam diinduksi secara buatan bagi terapi neurosfilis dan terbukti bermanfaat. Hipertemia bermanfaat bagi individu yang diinfeksi antraks, pneumonia pneumokokus, lepra serta berbagai penyalikit jamur, riketsia dan virus. Ipertemia juga memperlambat pertumbuhan sejumlah tumor. Tetapi suhu yang sangat tingg membahayakan. Bila suhu rectum di atas 41°C untuk masa yang lama, maka timbul sejumlah kerusakan otak permanent. Bila ia diatas 43°C, maka timbul sengatan panas („heat stroke‟) dan lazim meninggal (Ganong, W.F.,1995). Acetaminophen, (Amerika Serikat) atau paracetamol (United Kingdom), adalah analgesik and antipiretik yang popular dan digunakan untuk melegakan sakit kepala, sengal-sengal dan sakit ringan, dan demam. Ia digunakan dalam kebanyakan obat preskripsi analgesik selsema dan flu. Ia sangat aman dalam dos piawaian, tetapi kerana mudah di dapati, terlebih dadah (drug overdose) sama ada sengaja atau tidak sengaja sering berlaku (Wilmana, P. F., 1995). Asetaminofen atau Parasetamol ialah analgesik dan dadah antipiretik yang popular dalam mengurangkan sakit kepala, dan demam. Parasetamol digunakan dalam mengurangkan simptom selsema dan flu, dan merupakan ramuan utama dalam kebanyakan analgesik berpreskripsi. Parasetamol adalah selamat pada dos standard, dan disebabkan boleh didapati secara meluas, dos berlebihan jarang berlaku (Wilmana, P. F., 1995). Berbeda dengan dadah analgesik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen, parasetamol tiada sifat anti-keradangan. Jadi parasetamol tidak tergolong dalam dadah jenis NSAID. Dalam dos normal, asetaminofen tidak menyakitkan permukaan dalam perut atau mengganggu gumpalan darah, ginjal atau duktus arteriosus fetus. Sebelum penemuan asetaminofen, kulit sinkona digunakan sebagai agen antipiretik, selain digunakan untuk menghasilkan drug antimalaria, kuinin (Wilmana, P. F., 1995). Apabila pokok sinkona semakin berkurangan pada 1880an, sumber alternatif mula dicari. Terdapat dua agen antipiretik dibangunkan pada 1880an; asetanilida pada 1886 dan fenasetin pada 1887. Pada masa ini, asetaminofen telah disintesis oleh Harmon Northrop Morse melalui pengurangan p-nitrofenol bersama timah dalam asid asetik glasier. Biarpun proses ini telah dijumpai pada tahun 1873, asetaminofen tidak digunakan dalam bidang perubatan sehinggalah dua dekad selepasnya. Pada 1893, asetaminofen telah ditemui di dalam air kencing seorang individu yang mengambil fenasetin, yang memekat kepada hablur campuran berwarna putih dan berperisa pahit. Pada tahun 1899, asetaminofen dijumpai sebagai metabolit asetanilida. Namun penemuan ini tidak diambil peduli pada ketika itu (Wilmana, P. F., 1995). Pada 1946, Institut Pengajian Analgesik dan Drug Sedatif telah memberi bantuan kepada Jabatan Kesihatan Bandaraya New York untuk mengkaji masalah berkaitan agen analgesik. Bernard Brodie dan Julius Axelrod telah ditugaskan untuk mengkaji mengapa agen
bukan aspirin dikaitkan dengan kewujudan methemoglobinemia, sejenis keadaan darah tidak berbahaya. Di dalam tulisan mereka pada 1948, Brodie dan Axelrod mengaitkan penggunaan asetanilida dengan methemoglobinemia dan mendapati kesan analgesik asetanilida adalah disebabkan metabolit asetamofen yang aktif. Mereka membela penggunaan asetaminofen memandangkan bahan kimia ini tidak menghasilkan kesan kesan toksik asetanilida (Wilmana, P. F., 1995). Analgesik adalah golongan obat yang dapat menghilangkan rasa nyeri seperti nyeri kepala, gigi, an sendi. Obat golongan analgesik umumnya juga mempunyai efek antipiretik, yakni mampu menurunkan suhu tubuh, sehingga biasa disebut obat golongan analgesik-antipiretik, seperti aspirin, parasetamol, dan antalgin (Murray, R. K., 2003). Analgesik-antipiretik biasanya digunakan untuk mengobati penyakit dengan gejala demam (suhu tubuh meningkat) dan nyeri, seperti influenza dan salesma. Karena mempunyai efek samping yang ringan, obat golongan analgesik-antipiretik dijual bebas di pasaran (Murray, R. K., 2003). Obat golongan ini mampu menurunkan panas (antipiretik) karena menormalkan pustat pengatur suhu yang terletak di batang otak. Selain itu mampu melebarkan pembuluh darah kulit dan memperbanyak keringat sehingga semakin banyak panas yang dibuang. Selain bekerja disusunan syaraf pusat, analgesikantipiretik dapat mencegah pembentukan prostaglandin, yakni zat yang menimbulkan rasa nyeri dan panas (Murray, R. K., 2003). Analgesik-antipiretik terdiri dari empat golongan, yakni salisilat, asetominofen, piralozon, dan golongan asam (asam-mefenamat). Salisilat di pasaran dikenal sebagi aspirin. Dalam dosis tinggi, aspirin mempiunyai khasiat antiradang sehingga sering digunakan unrtuk mengobati radang sendi (rematik) (Murray, R. K., 2003). Obat ini juga bersifat mengurangi daya ikat sel-sel pembeku darah sehingga penting untuk segera diberikan pada penderita angina (serangan jantung), untuk mencegah penyumbatan pembuluh darah jantung karena penggumpalan/pembekuan darah. Aspirin dapat menimbulkan nyeri dan perdarahan lambung, karena itu sebaiknya dikonsumsi setelah makan. Dosis yang berlebihan dapat menyebabkan telinga berdenging, tuli, penglihatan kabur, bahkan kematian (Murray, R. K., 2003). Asetaminofen di pasaran dikenal sebagai parasetamol. Obat ini mempunyai khasiat antiradang yang jauh lebih lemah dari aspirin sehingga tidak bisa digunakan untuk mengobati rematik. Asetaminofen tidak merangsang lambung sehingga dapat digunakan oleh penderita sakit lambung. Sehingga piralozon, antara lain antalgin, neuralgin, dan novalgin, amat manjur sebagai penurun panas dan penghilang rasa nyeri (Murray, R. K., 2003). Paracetamol. Derivat asetanilida ini adalah metabolit dari fenasetin, yang dahulu banyak digunakan sebagai analgeticum, tetapi pada tahun 1978 telah ditarik dari peredaran karena efek sampingnya (nefrotoksisitas dan karsinogen).Khasiatnya analgetis dan antipiretis, tetapi tidak antiradang.Dewasa ini pada umumya dianggap sebagai zat anti nyeri yang paling aman, juga untuk swamedikasi (pengobatan mandiri).Efek analgetisnya diperkuat oleh kofein dengan kira-kira 50% dan kodein (Tjay, T. H., 2007). Resorpsinya dari usus cepat dan praktis tuntas, secara rektal lebih lambat.PP-nya 25 %, plasma t1/2 nya 1-4 jam.Antara kadar plasma dan efeknya tidak ada hubungan. Dalam hati, zat ini diuraikan
menjadi metabolit-metabolit toksis yang diekskresi dengan kemih sebagai konyugat-glukuronida dan sulfat (Tjay, T. H., 2007). Efek sampingnya tak jarang terjadi, antara lain reaksi hipersensitivitas dan ke lainan darah. Pada penggunaan kronis dari 3-4 g sehari dapat terjadikerusakan hati, pada dosis di atas 6 g mengakibatkan necrose hati yang tidak reversibel.Hepatotoksisitas ini disebabkan oleh metabolit-metabolitnya, yang pada dosis normal dapat ditangkal oleh glukathion (suatu tripeptida dengan – SH).Pada dosis di atas 10 g, persediaan peptida tersebut habis dan metabolit-metabolit mengikat pada protein dengan – SH di sel-sel hati, dan terjadilah kerusakan irreversibel. Dosis dari 20 g sudah berefek fatal.Overdose bisa menimbulkan antara lain mual, muntah, dan anorexia. Penanggulangannya dengan cuci lambung, juga perlu diberikan zat-zat penawar (asam amino N-asetilsistein atau metionin) sedini mungkin, sebaiknya dalam 8-10 jam intoksikasi (Tjay, T. H., 2007). Wanita hamil dapat menggunakan paracetamol dengan aman, juga selama laktasi walaupun mencapai air susu ibu (Tjay, T. H., 2007). Pada dosis tinggi dapat memperkuat efek antikoagulansia, dan pada dosis biasa tidak interaktif. Masa paruh kloramfenikol dapat sangat diperpanjang. Kombinasi dengan obat AIDS zidovudin meningkatkan risiko akan neutropenia (Tjay, T. H., 2007). Hipotalamus bertugas mempertahankan suhu tubuh agar senantiasa konstan, berkisar pada suhu 37 C. Itu sebabnya, di mana pun manusia berada, di kutub atau di padang pasir, suhu tubuh harus selalu diupayakan stabil, sehingga manusia disebut sebagai makhluk homotermal (P. Purnamawati S., 2007). Termostat hipotalamus bekerja berdasarkan asupan dari ujung saraf dan suhu darah yang beredar di tubuh. Di udara dingin hipotalamus akan membuat program agar tubuh tidak kedinginan, dengan menaikkan set point alias menaikkan suhu tubuh. Caranya dengan mengerutkan pembuluh darah, sehingga badan menggigil dan tampak pucat. Sedangkan di udara panas, hipotalamus tentu saja harus menurunkan suhu tubuh untuk mencegah heatstroke. Caranya dengan mengeluarkan panas melalui penguapan. Pembuluh darah melebar, pernapasan pun menjadi lebih cepat. Makanya, pada saat kepanasan, selain berkeringat, kulit kita juga tampak kemerahan (flushing) (P. Purnamawati S., 2007). Ketika demam, otak mematok suhu di atas set point normal, yaitu di atas 380C. Dengan menggunakan termometer, anak dinyatakan demam jika suhu tubuhnya 380C (diukur di rektum atau ujung usus besar, termometer dimasukkan melalui anus), 37,50C apabila diukur di mulut, serta 37,20C jika diukur di ketiak. Akibat tuntutan peningkatan set point, tubuh akan memproduksi panas. Proses pembentukan panas itu terdiri dari tiga fase (P. Purnamawati S., 2007). Pertama, menggigil (berlangsung sampai suhu tubuh mencapai puncaknya), lalu suhu tubuh tetap tinggi untuk beberapa jam (fase kedua), dan suhu tubuh turun jadi normal atau mendekati normal (fase ketiga). Satu lagi, makin tingginya suhu saat demam tidak menandakan penyakit yang lebih parah. Infeksi virus ringan, seperti selesma misalnya, bisa menyebabkan demam yang cukup tinggi. Di lain pihak, bayi baru lahir dengan infeksi berat sekali pun bisa saja suhu tubuhnya tidak meningkat atau hanya sedikit peningkatannya (P. Purnamawati S., 2007). Produksi prostaglandins menjadi bagian dari tanggapan badan demam dan penyebab radang, dan larangan prostaglandin produksi
di sekitar badan dengan ganjalan cyclooxygenase enzim dikenal sebagai COX-1 dan COX-2 telah lama mengenal sebagai mekanisme tindakan aspirin dan lain anti-inflammatory obat/racun non-steroidal (NSAIDS) seperti ibuprofen. Bagaimanapun, tindakan mereka di (dalam) menghalangi COX-1 dikenal bertanggung jawab untuk juga menyebabkan gastrointestinal efek samping yang tak dikehendaki berhubungan dengan obat ini (Anonim,2007) Paracetamol tidak punya tindakan penting pada COX-1 dan COX2, tindakan dari parasetamol adalah suatu misteri tetapi menjelaskan anti-inflammatory tindakan ketiadaannya dan juga, lebih penting lagi, kebebasan nya dari gastrointestinal merupakan efek samping yang khas NSAIDS (Anonim,2007).
- Termometer rektal - Timbangan elektrik - Koran - Kotak pengamatan (Kotak kaca) - Tali plastik - Spidol permanen 5.1.2. Bahan - Merpati dewasa
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan demam dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan kelainan kardiopulmonal kronis, kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada anak yang berisiko kejang demam (Kania, N., 2007).
- Aquadest
Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan antipiretik terdiri dari golongan yang bermacam-macam dan sering berbeda dalam susunan kimianya tetapi mempunyai kesamaan dalam efek pengobatannya. Tujuannya menurunkan set point hipotalamus melalui pencegahan pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase. Asetaminofen merupakan derivat para-aminofenol yang bekerja menekan pembentukan prostaglandin yang disintesis dalam susunan saraf pusat. Dosis terapeutik antara 10-15 mgr/kgBB/kali tiap 4 jam maksimal 5 kali sehari. Dosis maksimal 90 mgr/kbBB/hari. Dosis besar jangka lama dapat menyebabkan intoksikasi dan kerusakkan hepar (Kania, N., 2007).
- suspensi Parasetamol
Turunan asam propionat seperti ibuprofen juga bekerja menekan pembentukan prostaglandin. Obat ini bersifat antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Efek samping yang timbul berupa mual, perut kembung dan perdarahan, tetapi lebih jarang dibandingkan aspirin. Efek samping hematologis yang berat meliputi agranulositosis dan anemia aplastik. Efek terhadap ginjal berupa gagal ginjal akut (terutama bila dikombinasikan dengan asetaminopen) (Kania, N., 2007). Dosis terapeutik yaitu 5-10 mgr/kgBB/kali tiap 6 sampai 8 jam. Metamizole (antalgin) bekerja menekan pembentukkan prostaglandin. Mempunyai efek antipiretik, analgetik dan antiinflamasi.Asam mefenamat suatu obat golongan fenamat. Khasiat analgetiknya lebih kuat dibandingkan sebagai antipiretik. Efek sampingnya berupa dispepsia dan anemia hemolitik. Dosis pemberiannya 20 mgr/kgBB/hari dibagi 3 dosis (Kania, N., 2007).
- Parafin liquidum - Alkohol 70%
- 2,4-Dinitro Fenol (DNF) - suspensi Obat X - suspensi CMC Na 5.2. Prosedur Percobaan - Hewan diikat, ditimbang, dan ditandai - Diukur suhu rata-rata dengan termometer melalui rektal dengan selang waktu 5 menit sebanyak tiga kali, dirata-ratakan - Dihitung dosis DNF konsentrasi 5% dosis 5 mg/kg BB diberikan secara intramuskular melalui otot dadanya - Diukur kenaikan suhu tubuh merpati dengan selang waktu 5 menit sebanyak 3 kali - Dihitung dosis dan diberikan:
• Merpati I : Kontrol suspensi kosong 1%, dosis 1% BB (oral) • Merpati II : Suspensi paracetamol 10% dosis 400 mg/kgBB (oral) • Merpati III : Obat X 10% dosis 400 mg/kg BB (oral) - Diukur perubahan suhu yang terjadi dengan selang waktu 5 menit selama 50 menit - Dibuat grafik suhu vs waktu
V. METODE PERCOBAAN
VI. PERHITUNGAN, DATA, GRAFIK, DAN PEMBAHASAN
5.1. Alat dan Bahan
6.1. Perhitungan Dosis
5.1.1. Alat
• Merpati I
- Spuit 1 ml
- Berat Merpati : 261,6 g
- Vial
- Dosis : DNF 5%, dosis 5 mg/kg BB (i.m.)
- Selang oral
- Syringe : 80 skala (1 skala = 1 ml/80 = 0,0125 ml)
- Stopwatch
- Jumlah DNF yang diberikan = 5 mg/kg x 261,6 g/1000 = 1.308 mg
- Konsentrasi obat X 10%=10g/100ml=10000mg/100ml=100 mg/ml
- Konsentrasi DNF 5% = 5 g/100 ml = 5000 mg/100 ml = 50 mg/ml
- Volume obat yang diberikan = = 0.9788 ml - Volume obat dalam syringe = = 78.304 skala
- Volume DNF yang disuntikkan = = 0.02616 ml 6.4. Pembahasan - Volume DNF dalam syringe = = 2.0928 skala - Dosis : Suspensi kosong, dosis 1% BB (oral) - Jumlah suspensi yang diberikan = 1 /100 x 261,6 g = 2,616 ml - Volume suspensi dalam syringe = = 209,28 skala
• Merpati 2 - Berat Merpati : 236,7 g - Dosis : DNF 5%, dosis 5 mg/kg BB (i.m.) - Syringe : 80 skala (1 skala = 1 ml/80 = 0,0125 ml) - Jumlah DNF yang diberikan = 5 mg/kg x 236,7 g/1000 = 1.1835 mg - Konsentrasi DNF 5% = 5 g/100 ml = 5000 mg/100 ml = 50 mg/ml
Pada percobaan “Antipiretik” ini, setelah pemberian DNF diperoleh bahwa suhu dari merpati 1, 2, dan 3 mengalami peningkatan, walaupun tidak konstan. Hal ini karena DNF dapat menyebabkan biosintesa prostaglandin yang berlebihan sehingga menyebabkan thermostat naik di hipotalamus dan menimbulkan demam. Pengamatan selanjutnya adalah pada merpati yang diberikan obat paracetamol dan obat X (merpati 2 dan 3) menunjukkan penurunan suhu tubuh yang semakin lama semakin menurun (efek antipiretik obat). Sedangkan merpati 1, yang diberi suspensi CMC Na mengalami kenaikan suhu tubuh. Bila dibandingkan antara obat-obat antipiretik tersebut (paracetamol dan obat X), efek antipiretik yang paling nyata ditunjukkan oleh merpati yang diberi suspensi paracetamol (merpati 2) dibandingkan obat X. Pada percobaan ini, sebenarnya suspensi obat X merupakan suspensi paracetamol juga. Akan tetapi sediaan patennya. Sedangkan paracetamol yang diberikan untuk merpati 2 tersebut adalah sediaan Generik-nya.
- Volume DNF yang disuntikkan = = 0.02367 ml - Volume DNF dalam syringe = = 1,8936 skala - Dosis : Parasetamol 10%, dosis 400 mg/kg BB (oral) - Jumlah obat yang diberikan = 400 mg/kg x 236,7 g/1000 = 94,68 mg - Konsentrasi parasetamol 10%=10g/100ml=10000mg/100ml=100 mg/ml - Volume obat yang diberikan = = 0,9468 ml - Volume obat dalam syringe = = 75,744 skala
• Merpati 3
Pada penggunaan sehari-hari, telah diketahui secara nyata dan benar bahwa obat-obat paten lebih kuat dan cepat memberikan efek dibandingkan obat-obat generik. Hal tersebut terjadi karena pada obat-obat paten telah digunakan suatu formulasi obat dengan bahan-bahan tambahan yang benar-benar dipertimbangkan dapat mempengaruhi kecepatan efek obatnya. Namun, pada percobaan diperoleh data yang tidak sesuai dengan teori. Seharusnya efek antipiretik dari paracetamol, obat patennya lebih cepat dan lebih kuat memberikan efek dibandingkan obat paracetamol yang generik. Hal ini mungkin disebabkan oleh keadaan awal masing-masing merpati. Ditunjukkan bahwa suhu tubuh normal merpati tidak pada suhu 38-390C. Dapat juga dikatakan merpati yang digunakan pada percobaan tidak pada keadaan normal. Hal ini juga mempengaruhi data yang diperoleh dalam percobaan.
- Berat Merpati : 244,7 g - Dosis : DNF 5%, dosis 5 mg/kg BB (i.m.) - Syringe : 80 skala (1 skala = 1 ml/80 = 0,0125 ml) - Jumlah DNF yang diberikan = 5 mg/kg x 244,7g/1000 = 1.2235 mg - Konsentrasi DNF 5% = 5 g/100 ml = 5000 mg/100 ml = 50 mg/ml - Volume DNF yang disuntikkan = = 0.02447 ml
Di dalam badan, panas dihasilkan oleh gerak otot, asimilasi makanan dan semua proses vital yang menyokong laju metabolisme basal. Ia hilang dari bahan oleh radiasi, konduksi serta penguapan air di dalam jalan pernapasan dan di atas kulit. Sejumlah kecil panas juga di buang di dalam urina dan feses. Keseimbangan antar produksi panas dan kehilangan panas menentukan suhu badan. Karena kecepatan reaksi kimia bervariasi sesuai suhu dan kecepatan reakasi kimia bervariasi sesuai suhu dan karena system enzyme tubuh mmpunyai rentang suhu yang sempit tempat ia berfungsi optimum, maka fungsi tubuh yang normal tergantung atas suhu badan yang relatif tetap (Ganong, W. F., 2000).
- Volume DNF dalam syringe = = 1.9576 skala VII. KESIMPULAN DAN SARAN - Dosis : Obat X 10%, dosis 400 mg/kg BB (oral) 7.1. Kesimpulan - Jumlah obat yang diberikan = 400 mg/kg x 244.7 g/1000 = 97.88 mg
- Pada percobaan tampak bahwa pemberian parasetamol pada hewan percobaan (merpati) yang mengalami demam dengan
pemberian suatu senyawa yang bersifat pirogen eksogenik dapat memberikan efek antipiretik atau penurun panas.
putih, membuat lebih banyak antibodi dan membuat lebih banyak zat-zat lain untuk melawan infeksi (Wibowo, S., 2006).
- Efek antipiretik yang ditimbulkan oleh obat X lebih baik daripada parasetamol yang diberikan dalam dosis yang sama pada hewan percobaan.
Suhu tubuh normal bervariasi tergantung masing-masing orang, usia dan aktivitas. Rata-rata suhu tubuh normal adalah 37 derajat C.
7.2. Saran - Sebaiknya digunakan juga obat antipiretik dari golongan lain, seperti metampiron atau aspirin, agar dapat diperoleh perbandingan efek antipiretiknya. - Sebaiknya dapat juga digunakan kombinasi obat antipiretik, misalnya kombinasi parasetamol dan aspirin, untuk mengetahui apakah lebih baik dalam menurunkan demam dibandingkan dengan pemberian parasetamol. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (2007), ”Mechanism of Action of Paracetamol”, http://www.pharmweb.net/pwmirror/pwy/paracetamol/pharmwebpi cmechs.html. Ganong, W., (2000), ”Fisiologi Kedokteran”, Jakarta: EGC, Hal. 184-185.
Guyton, A. C., (1996), ”Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit”, Edisi III, Jakarta: EGC, Hal. 648 -649.
Suhu tubuh kita biasanya paling tinggi pada sore hari. Suhu tubuh dapat meningkat disebabkan oleh aktivitas fisik, emosi yang kuat, makan, berpakaian tebal, obat-obatan, suhu kamar yang panas, dan kelembaban yang tinggi. Ini terutama pada anak-anak. Suhu tubuh orang dewasa kurang bervariasi. Tetapi pada seorang wanita siklus menstruasi dapat meningkatkan suhu tubuh satu derajat atau lebih (Wibowo, S., 2006). Yang mengatur suhu tubuh kita adalah hipotalamus yang terletak di otak. Hipotalamus ini berperan sebagai thermostat. Thermostat adalah alat untuk menyetel suhu seperti yang terdapat pada AC. Hipotalamus kita mengetahui berapa suhu tubuh kita yang seharusnya dan akan mengirim pesan ke tubuh kita untuk menjaga suhu tersebut tetap stabil (Wibowo, S., 2006). Pada saat kuman masuk ke tubuh dan membuat kita sakit, mereka seringkali menyebabkan beberapa zat kimiawi tertentu beredar dalam darah kita dan mencapai hipotalamus. Pada saat hipotalamus tahu bahwa ada kuman, maka secara otomatis akan mengeset thermostat tubuh kita lebih tinggi. Misalnya suhu tubuh kita harusnya 37 derajat C, thermostat akan berkata bahwa karena ada kuman maka suhu tubuh kita harusnya 38,9 derajat C. Ternyata dengan suhu tubuh yang lebih tinggi adalah cara tubuh kita berperang dalam melawan kuman dan membuat tubuh kita menjadi tempat yang tidak nyaman bagi kuman (Wibowo, S., 2006).
Kania, N., (2007), “Penatalaksanaan Demam pada Anak”, II. Tujuan Percobaan http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/02/penatalaksanaan_demam_pada_anak.pdf
Murray, R. K., (2003), “Biokimia Harper”, Edisi XXV, Jakarta: EGC, Hal. 625. P. Purnamawati S., (2007), “Jangan Panik, Demam Bukan Penyakit !”, http://www.pitoyo.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle &artid=272
Tjay, T. H., dan Kirana Rahardja, (2007), “Obat -obat Penting”, Edisi VI, Elex Media Komputindo, Jakarta, Hal. 297-299. Wilmana, P. F., (1995), “Perangsang Susunan Saraf Pusat”, dalam “Farmakologi Dan Terapi”, Editor Sulistia G. Ganiswara, Edisi V , Jakarta: Fakultas Kedokteran UI, Hal. 207-209. http://nindasihombing.blogspot.com/2010/08/antipiretik.html
ANTIPIRETIK I. Pendahuluan Demam adalah suatu bagian penting dari mekanisme pertahanan tubuh melawan infeksi. Kebanyakan bakteri dan virus yang menyebabkan infeksi pada manusia hidup subur pada suhu 37 derajat C. Meningkatnya suhu tubuh beberapa derajat dapat membantu tubuh melawan infeksi. Demam akan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh untuk membuat lebih banyak sel darah
- Untuk mengetahui mekanisme kerja dari 2,4-dinitrofenol - Untuk mengetahui mekanisme kerja dari parasetamol - Untuk membandingkan khasiat dari parasetamol dan obat x sebagai antipiretik
III. Prinsip Percobaan Pemberian 2,4-dinitrofenol sebagai pirogen eksogen akan merangsang pengeluaran prostaglandin d hipotalamus sehingga suhu thermostat meningkat dan tubuh menjadi panas untuk menyesuaikan dengan suhu thermostat, dan pemberian parasetamol dapat menurunkan suhu tubuh sampai batas normal yaitu berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengatur panas di hipotalamus yang bekerja dengan dua proses, efek sentral yaitu dengan menghambat siklus COX-2 sehingga tidak terjadi pembentukan prostaglandin dari asam arakidonat, dimana prostaglandin tidak akan merangsang lagi thermostat untuk menaikkan suhu tubuh. Dan efek perifer dimana saraf simpatis di kulit bekerja mengaktifkan reseptor-reseptor panas di kulit sehingga terjadi vasodilatasi perifer. Dengan terjadinya vasodilatasi ini, panas lebih cepat terkonduksi ke jaringan kulit dan melalui alran udara terjadi konveksi sehingga panas dikeluarkan dan disertai keluarnya keringat. Maka lama-kelamaan suhu tubuh akan turun
IV. Tinjauan Pustaka Demam yang berarti suhu tubuh di atas batas normal biasa dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penakir bakteri, tumor otak, atau dehidrasi (Arthur C. Guyton, 2001). Pada umumnya demam adalah juga suatu gejala dan bukan merupakan penyakit tersendiri.Kini, para ahli bersependapat bahwa demam adalah suatu reaksi tangkis yang berguna dari tubuh terhadap infeksi.Pada suhu diatas 37oC limfosit dan makrofag menjadi lebih aktif.Bila suhu melampaui 40-41oC, barulah terjadi situasi kritis yang bisa menjadi fatal, karena tidak terkendalikan lagi oleh tubuh (Tjay, T.H., dan Kirana Rahardja, 2002). Banyak protein, hasil pemecahan protein, dan zat-zat tertentu, seperti toksin lipopolisakaridayang disekresi oleh bakteri dapat menyebabkan titik setel thermostat hipotalamus meningkat. Zat-zat yang menyebabkan efek ini dinamakan pirogen. Terdapat pirogen yang disekresikan oleh bakteri toksik atau pirogen yang dikeluarkan dari degenerasi jaringan tubuh yang menyebabkan demam selama sakit. Bila titik setek thermostat hipotalamus meningkat lebih tinggi dari normal, semua mekanisme untuk meningkatkan suhu tubuh bekerja, termasuk konservasi panas dan peningkatan pembentukan panas. Dalam beberapa jamsetelah thermostat diubah ke tingkat yang lebih tinggi, suhu tubuh juga mencapai tingkat tersebut (Arthur C. Guyton, 2001). Untuk memberikan suatu gambaran efek pirogen yang sangat kuat dalam mengubah thermostat hipotalamus, beberapa nanogram pirogen endogen murni yang disuntikkan ke binatang dapat menyebabkan demam berat (Arthur C. Guyton, 2001). Bila pengaturan thermostat dengan mendadak diubah dari tingkat normal ke nilai yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat kerusakan jaringan, zat pirogen, atau dehidrasi, suhu tubuh biasanya memerlukan beberapa jam untuk mencapai suhu yang baru. Misalnya, setelan thermostat hipotalamus dapat segera meningkat sampai 103o F. karena suhu darah lebih rendah daripada setelan suhu thermostat hipotalamus, terjadi respon otonom yang biasanya menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Selama periode ini orang akan menggigil, selama mana ia merasakan sangat dingin, walaupun suhu tubuhnya sudah melebihi suhu normal. Kulitnya juga dingin sebab vasokonstriksi, dan ia gemetar karena menggigil. Menggigil terus berlangsung sampai suhu tubuhnya ke tingkat „setting‟ hipotalamus yaitu 103o F. kemudian, bila suhu tubuh mencapai nilai ini, ia tidak lagi menggigil tetapi sebagai gantinya ia tidak merasa dingin atau panas. Selama factor yang menyebabkan thermostat hipotalamus di ste pada nilai yang tinggi, efeknya terus berlangsung, suhu tubuh kurang lebih diatur dengan cara normal tetapi pada tingkat suhu yang lebih tinggi (Arthur C. Guyton, 2001). Bila factor yang menyebabkan suhu tinggi dengan mendadak disingkirkan, thermostat hipotalamus dengan mendadak berada pada nilai yang rendah – mungkin malahan kembali ke tingkat normal. Pada keadaan ini, suhu darah tetap 103o F, tetapi hipotalamus mencoba mangatur suhu tubuh pada 98,6o F, keadaan ini analog dengan pemanasan berlebihan area preoptika, yang mneyebabkan berkeringat yang berlebihan dan pembentukan kulit yang panas dengan mendadak karena terjadi vasodilatasi di seluruh tubuh. Perubahan peristiwa yang mendadak ini pada penyakit demam disebut “krisis” atau, yang lebih tepat “flush” (Arthur C. Guyton, 2001).
Prostaglandin adalah senyawa mediator yang penting pada kejadian nyeri dan radang. Secara kimia ia adalah turunan asam prostanoat yang dibentuk invivo dari asam arakhidoklat, suatu asam lemak C-20 dengan empat ikatan rangkap oksidasi dan siklisasi asam arakidonat yang dikatalisis oleh protagladin sintetase, menghasilkan suatu endoperoksida siklik yang sebagai zat kunci diisomerisasi menjadi prostagladin E2 (PGE2) atau menjadi prostagladin lain. Zat seperti asam asetil salisilat atau indometasin mewujudkan kerja analgetik dan antiflogistiknya pada dasarnya melalui hambatan prostagladin sintetase yang terdapat pada jaringan perifer (Schunack, W., 1990). Daya kerja antipiretik bertentangan dengan efek analgetik dan antipiretik, dikembalikan pada penghambatan mekanisme sentral. Bila pusat panas yang terletak dihipotalamus dianggap sebagai termostat, maka zat-zat yang menimbulkan demam (pirogen) bekerja meninggikan nilai ambang melalui stimulasi sintesis prostagladin. Penurunannya dan dengan demikian penurunan suhu tubuh dapat diharapkan dari zat zat inhibiton prostagladin-sintetase yang dapat mempermeasi dengan baik ke dalam SSP (Schunack, W., 1990). Asetaminofen adalah salah satu obat yang terpenting untuk pengobatan nyeri ringan sampai sedang, bila efek anti-inflamasi tidak diperlukan. Asetaminofen merupakan metabolik fenasetin yang bertanggung jawab atas efek analgesiknya. Obat ini adalah penghambat prostaglandin yang lemah pada jarinagn perifer dan tidak memiliki efek anti-inflamasi yang bermakna (Katzung, B.G., 1998). Asetaminofen diberikan peroral. Absorpsi tergantung pada kecepatan pengosongan lambung, dan kadar puncak dalam darah biasanya tercapai dalam waktu 30-60 menit. Asetaminofen sedikit terikat dengan protein plasma dan sebagian dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati dan diubah menjadi asetaminofen sulfat dan glukuronida, secara farmakologi tidak aktif. Kurang dari 5 % diekskrasikan dalam bentuk tidak berubah. Suatu metabolik minor tetapi sangat aktif (N-asetil-p-benzo-kuinon), penting pada dosis besar, karena toksisitasnya terhadap hati dan ginjal. Waktu paruh asetaminofen 2-3 jam dan relatif tidak dipengaruhi oleh fungsi ginjal. Pada jumlah toksis atau adanya penyakit hati, waktu paruhnya bisa meningkat 2 kali lipat atau lebih (Katzung, B.G., 1998). Walaupun efek analgesik dan antipiretiknya setara dengan aspirin, asetaminofen berbeda karena tidak adanya efek anti-inflamasi. Obat ini tidak mempengaruhi kadar asam urat dan tidak mempunyai sifat menghambat trombosit. Obat ini berguna untuk nyeri ringan sampai sedang seperti nyeri kepala, mialgia, nyeri pasca persalinan dan keadaan lain, dimana aspirin efektif sebagai analgesik. Asetaminofen sendiri tidak ade kuat untuk terapi keadaan peradangan seperti atritis rematoid, walaupun dapat digunakan sebagai analgesik tambahan pada terapi anti-inflamasi (Katzung, B.G., 1998). Untuk analgesia ringan, asetaminofen merupakan oabt yang lebih disukai pada penderita yang alergi dengan aspirin atau jika salisilat tidak dapat ditoleransi. Obat ini lebih disukai daripada aspirin. Pada penderita hemofilia atau dengan riwayat tukak lambung dan pada penderita yang mendapat bronkospasme yang dicetuskan oleh aspirin. Tidak seperti aspirin, asetaminofen tidak mengantagonis efek obat urikosurik; dapat diberikan bersama dengan probenesid pada pengobatan gout (Katzung, B.G., 1998). Efek antipiretik dari Aspirin
Demam terjadi jika “set point” pada pusat pengatur panas di hipotalamus anterior meningkat. Hal ini dapat disebabkan oleh sintesis PGE2, yang dirangsang bila suatu zat penghasil demam endogen (pirogen) seperti sitokin dilepaskan dari sel darah putih yang diaktivasi oleh infeksi, hipersenitivitas, keganasan atau inflamasi. Salisilat menurunkan suhu tubuh penderita demam dengan jalan menghalangin sintesa dan penglepasan PGE2. Aspirin mengembalikan “thermostat” kembali ke normal dan cepat menurunkan suhu tubuh penderita demam dengan meningkatkan pengeluaran panas sebgai akibat vasodilatasi perifer dan berkeringat. Aspirin tidak mempunyai efek pada suhu tubuh normal (Mycek, M. J., Harvey, R.A., Champe, P. C., 2001). Penggunaan klinik: Pada antipiretik dan analgesic: Natrium salisilat, kolin salisilat (dalam formula liquid), kolin magnesium salisilat dan aspirin digunakan sebagai antipiretik dan analgesic pada pengobatan gout, demam rematik, dan atritis rematoid. Umumnya mengobati kondisi-kondisi ini memerlukan analgesia termasuk nyeri kepala, artralgia, dan mialgia (Mycek, M. J., Harvey, R.A., Champe, P. C., 2001). Setelah hipotalamus mengeset suhu baru untuk tubuh kita, maka tubuh kita akan bereaksi dan mulai melakukan pemanasan. Jadi setelah hipotalamus mengeset pada suhu 38,9 derajat C misalnya, maka suhu tubuh kita yang tadinya 37 derajat C, oleh tubuh kita akan dinaikkan menjadi 38,9 derajat C. Pada saat tubuh menuju ke suhu baru kita akan merasa menggigil. Kita dapat pula merasa sangat dingin meskipun ruangan tidak dingin dan bahkan meskipun kita sudah memakai baju tebal dan selimut. Jika tubuh sudah mencapai suhu barunya, katakanlah 38,9 derajat C maka kita tidak akan merasa dingin lagi (Wibowo, S., 2006). Banyak orangtua takut bahwa demam akan menyebabkan kerusakan otak. Kerusakan otak dari demam umumnya tidak akan terjadi kecuali demam melebihi 42 derajat C. Kebanyakan orangtua juga takut bahwa demam yang tidak diobati akan semakin tinggi dan semakin tinggi. Demam yang tidak diobati yang disebabkan oleh infeksi jarang yang melebihi 40,6 derajat C kecuali anak tersebut diberikan pakaian yang berlebihan atau terjebak dalam suatu tempat yang panas. Thermostat di otak akan menghentikan demam agar tidak melebihi 41,1 derajat C (Wibowo, S., 2006). Setelah penyebab yang menimbulkan demam lenyap, maka hipotalamus akan mengeset semuanya kembali seperti sediakala. Pada saat obat untuk radang tenggorokan kita sudah mulai bekerja misalnya, maka suhu tubuh kita akan mulai turun dan kembali ke normal. Kita akan merasa hangat dan perlu melepaskan panas yang berlebihan yang masih ada di tubuh. Kita akan berkeringat dan ingin memakai pakairan yang lebih tipis (Wibowo, S., 2006). Demam bukan suatu penyakit. Jauh dari sebagai musuh, demam adalah suatu bagian penting dari pertahanan tubuh kita melawan infeksi. Banyak bayi dan anak-anak menjadi demam tinggi oleh penyakit-penyakit virus ringan. Jadi demam memberitahukan kepada kita bahwa suatu peperangan mungkin sedang terjadi di dalam tubuh kita, demam berperang untuk kita, bukan untuk melawan kita (Wibowo, S., 2006). Banyak bakteri dan virus yang menyebabkan infeksi pada manusia hidup subur pada suhu 37 derajat C. Meningkatkan suhu tubuh beberapa derajat dapat membantu tubuh memenangkan pertempuran melawan bakteri dan virus tadi. Selain itu demam akan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh untuk membuat lebih
banyak sel darah putih, antibodi dan zat-zat lain untuk melawan infeksi (Wibowo, S., 2006). Banyak orangtua takut bahwa demam akan menyebabkan kerusakan otak. Kerusakan otak dari demam umumnya tidak akan terjadi kecuali demam melebihi 42 derajat C. Kebanyakan orangtua juga takut bahwa demam yang tidak diobati akan semakin tinggi dan semakin tinggi. Demam yang tidak diobati yang disebabkan oleh infeksi jarang yang melebihi 40,6 derajat C kecuali anak tersebut diberikan pakaian yang berlebihan atau terjebak dalam suatu tempat yang panas. Thermostat di otak akan menghentikan demam agar tidak melebihi 41,1 derajat C. Heatstroke atau hyperthermia tidak sama dengan demam, oleh karena peningkatan suhu tubuh yang terjadi bukan disebabkan hipotalamus menaikkan set pointnya. Ini dapat terjadi akibat berolahraga terlalu lelah tanpa minum yang cukup atau terpapar dengan lingkungan yang panas, dan bisa juga disebabkan oleh beberapa obat-obatan tertentu. Hyperthermia dapat membahayakan jiwa (Wibowo, S., 2006). Demam yang tidak dapat dijelaskan yang berlangsung selama beberapa hari atau beberapa minggu disebut dokter sebagai FUO (fever of undetermined origin). Kebanyakan disebabkan oleh suatu infeksi yang tersembunyi (Wibowo, S., 2006). Penyebab Umum
• Infeksi virus dan bakteri; • Flu dan masuk angin; • Radang tenggorokan; • Infeksi telinga • Diare disebabkan bakterial atau diare disebabkan virus. • Bronkitis akut, Infeksi saluran kencing • Infeksi saluran pernafasan atas (seperti amandel, radang faring atau radang laring) • Obat-obatan tertentu • Kadang-kadang disebabkan oleh masalah-masalah yang lebih serius seperti pneumonia, radang usus buntu, TBC, dan radang selaput otak. • Demam dapat terjadi pada bayi yang diberi baju berlebihan pada musim panas atau pada lingkungan yang panas. • Penyebab -penyebab lain: penyakit rheumatoid, penyakit otoimun, Juvenile rheumatoid arthritis, Lupus erythematosus, Periarteritis nodosa, infeksi HIV dan AIDS, Inflammatory bowel disease, Regional enteritis, Ulcerative colitis, Kanker, Leukemia, Neuroblastoma, penyakit Hodgkin, Non-Hodgkin's lymphoma (Wibowo, S., 2006). Beberapa petunjuk untuk minum obat:
• Acetaminophen (paracetamol) dan ibuprofen dapat mengurangi demam pada anak dan dewasa. Beberapa merek dagang acetaminophen: Panadol, Tempra, Sanmol, Praxion, dll. Beberapa merek dagang ibuprofen: Proris, Rhelafen, Bufect, dll. Minum acetaminophen setiap 4 – 6 jam. Obat ini bekerja cepat dengan cara menurunkan thermostat otak. Minum ibuprofen setiap 6 – 8 jam. Seperti aspirin, ibuprofen membantu melawan peradangan pada sumber demam. Kadang-kadang dokter menganjurkan anda untuk
menggunakan kedua macam obat ini bergantian. Sebenarnya hal ini belum didukung data mengenai keamanan dan keefektifannya. Ibuprofen tidak boleh dipakai untuk bayi denga usia kurang dari 6 bulan.
pereda nyeri dan penurun panas. Setelah berpuluh tahun digunakan, parasetamol terbukti sebagai obat yang aman dan efektif (Anonim, 2008)..
• Jangan berikan obat -obatan apapun untuk menurunkan demam pada bayi berusia 3 bulan ke bawah tanpa petunjuk dokter (Wibowo, S., 2006).
Tetapi, jika diminum dalam dosis berlebihan (overdosis), parasetamol dapat menimbulkan kematian. Parasetamol dapat dijumpai di dalam berbagai macam obat, baik sebagai bentuk tunggal atau berkombinasi dengan obat lain, seperti misalnya obat flu dan batuk. Antidotum overdosis parasetamol adalah Nasetilsistein (N-acetylcysteine, NAC). Antidotum ini efektif jika diberikan dalam 8 jam setelah mengkonsumsi parasetamol dalam jumlah besar. NAC juga dapat mencegah kerusakan hati jika diberikan lebih dini. Overdosis parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati (Anonim, 2008).
Batasan suhu normal
6.4. Pembahasan
Suhu normal rectal pada anak kurang dari 3 tahun sampai 380C, sedangkan suhu normal oral (mulut) sampai 37,50C. Pada anak berumur lebih dari 3 tahun suhu normal oral (mulut) sampai 37,20C, sedangkan suhu normal rectal sampai 37,80 C. American Academy of Pediatrics (AAP) menganjurkan bila anak berumur kurang dari 2 bulan dengan suhu rectal lebih dari 37,90 C segera menghubungi dokter. Demikian pula bila bayi berumur 3-6 bulan dengan suhu rectal lebih dari 38,30 C atau berumur lebih dari 6 bulan dengan suhu lebih dari 39,40 C secepatnya anak diperiksakan ke dokter (Hardaningsih, G., 2007).
Dari data percobaan yang diperoleh bahwa hewan percobaan mengalami kenaikan suhu setelah pemberian 2,4 dinitrofenol (DNF) yang bertindak sebagai pirogen eksogen yang menyebabkan demam. Demam terjadi karena terganggunya keseimbangangan antara produksi dan hilangnya panas. Alat pengatur suhu tubuh berada di hipotalamus.Pada keadaan demam keseimbangan ini terganggu tetapi dapat dikembalikan ke normal oleh obat mirip aspirin.Ada bukti bahwa peningkatan suhu tubuh pada keadaan patologik diawali penglepasan suatu zat pirogen endogen atau sitokin seperti interleukin-1 (IL-1) yang memacu penglepasan PG yang berlebihan di daerah preoptik hipotalamus.Selain itu PGE2 terbukti menimbulkan demam setelah diinfuskan ke ventrikel serebral atau disuntikkan ke daerah hipotalamus.Obat mirip aspirin menekan efek zat pirogen endogen dengan menghambat sintesis PG.Tetapi demam yang timbul akibat pemberian PG tidak dipengaruhi, demikian pula peningkatan suhu oleh sebab lain seperti latihan fisik (P.F.Wilmana, 1995).
• Aspirin sangat efektif untuk mengobati demam p ada orang dewasa. JANGAN memberikan aspirin pada anak-anak. • Obat-obatan penurun panas tersedia dalam konsentrasi yang berbeda-beda, jadi selalu perhatikan instruksi pada kemasan.
Demam pada bayi yang masih sangat muda (bayi baru lahir sampai usia di bawah 8 minggu) harus mendapat perhatian khusus, dan mungkin membutuhkan perawatan rumah sakit untuk mencari penyebab demam karena kemungkinan besar infeksi didapat dari proses persalinan, ataupun penyebab lain. Pada anak usia berapa pun bila terdapat peningkatan suhu tubuh lebih dari 40,5 0 C harus segera dibawa ke dokter (Hardaningsih, G., 2007). Pada anak berumur kurang dari 3 tahun, semakin tinggi demam semakin serius penyebabnya. Bila anak tampak tidur berlebihan, kesadaran berubah, menolak minum susu, iritabel, perubahan perilaku dan bicara, terdapat gejala penyerta seperti gelisah, sakit kepala hebat kesulitan pernafasan, sakit perut, mual muntah, timbul rash pada kulit, telinga mengeluarkan cairan atau gejala lainnya yang tidak dapat dijelaskan segera menghubungi dokter secepatnya. Semakin tampak sakit, semakin besar kemungkinan demam berhubungan dengan proses infeksi berat (Hardaningsih, G., 2007). Sebanyak 2 persen - 5 persen demam pada anak dapat mengakibatkan kejang. Kejang demam merupakan salah satu keadaan yang serius dan merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua atau orang yang melihatnya (Hardaningsih, G., 2007) Kejang demam didefinisikan sebagai bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (380C, rectal) biasanya terjadi pada bayi dan anak antara umur 6 bulan dan 5 tahun yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Hardaningsih, G., 2007). Perhatian dan kewaspadaan khusus diberikan bila demam muncul kembali pada anak yang pernah mengalami kejang demam, sehingga demam harus segera diturunkan karena diperkirakan cepatnya peningkatan temperatur menjadi pencetus untuk terjadinya kejang. (Hardaningsih, G., 2007). Parasetamol (Asetaminofen) merupakan salah satu obat yang paling banyak digunakan sehari-hari. Obat ini berfungsi sebagai
Dari data rata-rata diperoleh bahwa obat x lebih baik dalam menurunkan suhu tubuh dengan kata lain lebih kuat efek antipiretiknya dibandingkan dengan paracetamol, artinya sebagai obat antipiretik obat X memiliki efek farmakologi yang lebih baik dibanding Paracetamol. Khasiatnya analgetis dan antipiretis, tetapi tidak antiradang. Dewasa ini pada umumya dianggap sebagai zat anti nyeri yang paling aman, juga untuk swamedikasi (pengobatan mandiri). Efek analgetisnya diperkuat oleh kofein dengan kira-kira 50% dan kodein Wanita hamil dapat menggunakan paracetamol dengan aman, juga selama laktasi walaupun mencapai air susu ibu. Pada dosis tinggi dapat memperkuat efek antikoagulansia, dan pada dosis biasa tidak interaktif. (Tjay, 2002). Dari data juga terlihat suhu setelah pemberian obat naik turun, ini mungkin dipengaruhi cara pengukuran suhu tubuh pada rektal kurang tepat dan juga dipengaruhi duration of action serta onset of actionnya
VII. Kesimpulan dan Saran 7.1. Kesimpulan - Efek dari pemberian 2,4- dinitrofenol adalah menyebabkan demam karena 2,4 dinitrofenol merupakan suatu pirogen eksogen yang dapat meningkatkan set point di hipotalamus sehingga timbul demam - Efek parasetamol sebagai penurun panas yakni berdasarkan kerjanya yang mempengaruhi hipotalamus dengan menghambat
COX-2 sehingga tidak terbentuk prostaglandin dan dengan vasodilatasi perifer sehingga suhu tubuh akan turun - Efek antipiretik yang ditimbulkan oleh Obat X lebih besar daripada Parasetamol yang diberikan dalam dosis yang sama pada hewan percobaan 7.2. Saran - Sebaiknya dalam percobaan diberikan juga obat-obat lain yang mempunyai efek antipiretik, misalnya : asetosal(aspirin) untuk membandingkan efek antipiretik yang dihasilkan. - Sebaiknya digunakan juga hewan percobaan yang lain untuk melihat efek metabolisme hewan tersebut terhadap obat, karena proses metabolisme juga dipengaruhi oleh perbedaan spesies.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2008). Keracunan Parasetamol. www.wartamedika.com. Guyton,A.C., Hall, J.T. (1996). Texbook Medical Physiology. Nineth Edition. Mississippi : W.B. Saundes Company. Pages 11461148. Hardaningsih, G. (2007). www.wawasandigital.com Katzung, B.G. (1998). Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi VI. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 574-575. Mycek, M. J., Harvey, R.A., Champe, P. C. (2001). Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Widya Medika. Hal. 221-223. Tjay, T.H., K. Rahardja. (2002).Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi Kelima. Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Hal. 297-298. Schunak. W. (1990). Senyawa Obat. Edisi Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 290. Wibowo, S. (2006). Demam. www.suryo-wibowo.blogspot.com. http://pharmafemme.blogspot.com/2009/06/antipiretik.html
I . P e n d a h u l u a n Pada manusia nilai normal tradisional bagi suhu mulut 37°C, tatapi dalamsatu seri besar dewasa muda normal, suhu mulut pagi rata-rata 36,7°C dengan deviasistandar 0,2°C. sehingga 95% dari semua dewasa muda akan diharapkan mempunyaisuhu mulut pagi hari 36,3-37,1°C. berbagai bagian badan pa da su hu be rb ed a da n besar perbedaan suhu antar bagian bervariasi sesuai suhu lingkungan. Selama gerak ba d an , pa na s yang dihasilkan oleh kontraksi otot terkumpul di dalam badan sertasuhu rectum normalnya meningkat setinggi 40°C. peningkatan ini sebagian karenaketakmampuan sebagian mekanisme enghilang panas menangani peningkatan besar d a l a m j u m l a h p a n a s y a n g d i h a s i l k a n , t e t a p i a d a b u k t i b a h w a d i s a m p i n g i t u a d a p en in gk at an suhu tubuh saat mekanisme penghilang panas diaktivasi s el am a g er ak b a d a n . S u h u b a d a n j u g a m e n i n g k a t
sedikit selama perangsangan emosional,mungkin karena ketegangan otot yang tak disadari. Secara menahun ia ditingkatkans e b a n y a k 0,5°C bila laju metabolic tinggi, seperti dalam h i p e r t i r o i d i s m e (Ganong, W.F.,1995).D i d al am badan, panas dihasilkan oleh gerak otot, asimilasi makanan dansemua proses vital yang menyokong laju metabolisme basal. Ia hilang dari bahanoleh radiasi, konduksi sertapenguapan air di dalam jalan pernapasan dan di atas kulit.Sejumlah kecil panas juga di buang di dalam urina dan feses. Keseimbangan antar produksi panas dan kehilangan panas menentukan suhu badan. Karena kecepatanreaksi kimia bervariasi sesuai suhu dan kecepatan reakasi kimia bervariasi sesuaisuhu dan karena system enzyme tubuh mmpunyai rentang suhu yang sempit tempatia berfungsi optimum, maka fungsi tubuh yang normal tergantung atas suhu badanyang relatif tetap.Suhu tubuh sedikit bervariasi pada kerja fisik dan suhu lingkungan yangekstrem, karena melanisme pengaturan suhu tidak 100 persen tepat. Bila dibentuk panas yang berlebihan di dalam tubuh karena kerja f i s i k y a n g m e l e l a h k a n , s u h u rectal akan meningkat sampai setinggi 101 0 sampai 104 0 F. Sebaliknya, ketika suhutubuh terpapar dengan suhu yang dingin, suhu rectal sampai di bawah nilai 96 0 F.Bilalaju pembentukan panas dalam tubuh lebih b e s a r d a r i p a d a l a j u h i l a n g n y a p a n a s , timbul panas dalam tubuh dan temperature tubuh meningkat (Guyton, A.C.,1996). I I . T u j u a n P e r c o b a a n -Untuk mengetahui efek pemberian 2,4dinitrofenol pada hewan percobaan-Untuk mengetahui efek parasetamol sebagai penurun p an as - U n t u k memban dingka n khasi at parasetamol dan obat X dalam m e n u r u n k a n panas. III.Prinsip Percobaan Berdasarkan efek yang ditimbulkan setelah p em be ri an 2 ,4 -d in it ro fe no ls e b a g a i p i r o g e n eksogen dimana akan terjadi perangsangan p e n g e l u a r a n prostaglandin di hipotalamus sehingga suhu thermostat meningkat dan tubuh menjadi panas untuk menyesuaikan dengan thermostat, serta efek yang dfditimbulkan setelah pem be ria n pa ras eta mol di man a suhu tubu h akan turun sampai ba tas normal d engan jalan menghalangi sintesis dan pelepasan PGE 2 di hipotalamus. I V . T i n j a u a n P u s t a k a
Parasetamol atau N-asetilp -aminofenol merupakan derivat para -amino fenoly a n g b e r k h a si a t s eb a g a i analgesik-antipiretik. Di dalam hati, s e b a g i a n b e s a r p ar as et am ol ( ± 8 0% ) t er ko nj ug as i dengan asam glukuronat dan sulfat dan sebagiankecil dioksidasi oleh sistem sitokrom P-450 MFO h a t i m e n j a d i m e t a b o l i t r e k t i f Nasetilp -benzokuinonimina (NAPBKI) (Gibson dan Skett, 1991; D o l l e r y , 1 99 1; Va nd en be rg he , 19 96 ) Pa da p em be ri a n parasetamol dosis toksik, metabolitreaktif ini dipercaya sebagai senyawa yang menimbulkan k e r u s a k a n p a d a h a t i . Mekanisme toksisitasnya sampai saat
ini masih kontroversial. Untuk memudahkan,hipotesis mekanismenya dibagi menjadi dua yaitu melalui antaraksi kovalen danantaraksi nirkovalen.Antaraksi kovalen, terjadi karena pemberian parasetamol dosistoksik akan menguras kandungan GSH-sitosol sehingga NAPBKI akan berikatan s e c a r a ko va l en d en ga n makromolekul protein sel hati, yang m e n g a k i b a t k a n terjadinya kerusakan sel(Gillette, 1981; Tirmenstein dan Nelson, 1990). Sedangkana n t a r a k s i n i r k o v a l e n , m e l i b a t ka n pembentukan radikal bebas N-asetilp -semikuinonimina (NAPSKI),198pembangkitan oksigen reaktif, anion superoksidaserta gangguan homeostasis Ca2+,yang semuanya akan menyebabkan te rj ad in ya kerusakan sel hati. (Wijoyo,yosef,2003 )S e w a k t u pusat temperatur hipotalamus mendeteksi bahwa t em pe ra tu r t ub uh t e r l a l u p a n a s , p u s a t a k a n memberikan prosedur penurunan atau p e n i n g k a t a n temperature yang sesuai. Sistem pengatur temperatur menggunakan tiga mekanisme penting untuk menurunkan panas tubuh ketika temperatur menjadi sangat tinggi:1.Vasodilatasi. Pada hampir semua area tubuh, pembuluh darah kulit berdilatasidengan kuat. Hal ini disebabkan oleh hambatan dari pusat s i m p a t i s p a d a hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokontriksi. Vasodilatasi penuhakan meningkatkan kecepatan pemindahan panas kekulit sebanyak delapankali lipat.2 . B e r k e r i n g a t . 3.P enurunan pembentukan panas. Mekanisme yang menyebabkan p em be nt uk an p a n a s b e r l e b i h a n , s e p e r t i m e n g g i g i l d a n t e r m o g e n e s i s k i m i a , d i h a m b a t dengan kuat. Demam, yang berarti temperatur tubuh di atas batas normal, dapat disebabkano l e h k e l a i n a n d i d a l a m o t a k s e n d i r i a t a u o l e h b a h a n - b a h a n t o k s i k y a n g mempengaruhi pusat pengaturan temperature (Guyton, A.C., dan Hall, J.T.,1996).Antipiretik adalah golongan obat yang dipergunakan untuk menurunkan suhutubuh bila demam. Cara kerja antipiretik antara lain dengan melebarkan pembuluhdarah di kulit, sehingga terjadi pendinginan darah oleh udara luar. Sebagia n ob atantipiretik juga merangsang berkeringat.P e n g u a p a n keringat turut menurunkan suhu badan. Diduga kerja o b a t antipiretik adalah mempengaruhi bagian otak yang mengatur suhu badan. Bagian initerletak di dasar otak. Obat antipiretik juga bersifat analgesik dan ol eh ka re na it u biasa disebut golongan obat analgesikantipiretik.Analgesik adalah golongan obat yang dapat menghilangkan rasa nyeri sepertinyeri kepala, nyeri gigi, nyeri sendi, dan lain-lain. Contoh obat analgesik misalnyaaspirin, parasetamol, antalgin, dan lain-lain. Ada juga analgesik potent yang biasanyatermasuk golongan opium seperti morfin, pethidin, fentanil, dan lain-lain.Demam adalah keadaan di mana terjadi kenaikan suhu tubuh hingga melewati ba t as normal. Batas kenaikan suhu tersebut ialah 37,80 C bila diukur di mulut, atau38,40 C pada pengukuran di dubur. Normalnya, suhu tubuh manusia antara 36,0 Cdan 37,80 C. Bila suhu tubuh lebih dari 40 C, disebut demam tinggi (hiperpireksia).Untuk mengetahui suhu tubuh ini sebaiknya yang diukur adalah suhu dari bagian dalam tubuh, yaitu yang di dubur, ketiak, atau mulut. Selain itu, untuk memastikan anak demam atau tidak, perlu diperhatikan pula kapan dan di m a n a mengukur suhunya. Sebab, kalau pengukuran dilakukan di ketiak, angka normalnya37,30 C, sedangkan di dubur, suhu normalnya 380 C, dan bila di mulut, 37,50 C.Selain juga perlu diperhatikan variasi diurnal (variasi suhu normal dalam siklus satuhari). Suhu paling rendah dicapai pada pagi hari,
ant ara jam 02 .00 06 .0 0 dan suh u paling tinggi dicapai sore hari pada jam 17.00-19.00.Yang perlu diketahui, demam bukanlah suatu penyakit tersendiri, melainkansekadar gejala. Kebanyakan orang selalu mengidentikkan demam de ng an te rj ad iinfeksi. Padahal sesungguhnya penyebab demam tidak hanya infeksi. Demam yang be rh ub un ga n de ng an infeksi kurang lebih hanya 3050%, sedangkan sisanya bisa karena penyakit kolagen (seperti penyakit Lupus Eri tem ato su s), ke gan asa n, ata u penyakit metabolik (seperti penyakit hipertiroid) ( Lubis, Y., 1993). N y e r i p i n g g a n g non spesifik merupakan masalah kesehatan m a s y a r a k a t . Natrium diklofenak atau parasetamol dapat menghambat proshambat prostaglandin di tempat nyeri pinggang non spesifik (NPNS) akut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat nyeri dan tingkat fleksibilitas otot setelah pengobatan p a r a s e t a m o l da n di as ep am dibandingkan natrium diklofenak pada NPNS akut,selama pemberian 6 hari.Studi randominasi di Poliklinik Saraf RSDK Semarangdengan sampel sebanyak46 orang mulai bulan Januari sampai Juni 2006. Masing-masing kelompok setelah dinilai tingkat nyerinya dengan VAS (Visual analoqueScale ) dan dinilai tingkat fleksibilitas otot pinggang dengan menilai MST (Modified Schober Test) di random alokasikan ke terapi kombinasi parasetamol 500 mg dandiasepam 2 mg ataunatrium diklofenak 50 mg, 3 kali sehari dalam kapsul selama 6 h a r i . Ke mu di an pa da ha ri 1,3,6 setelah perlakuan diukur kembali n i l a i V A S danMST.Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok parasetamol dandiasepam (PD) dan kelompok natrium diklofenak (ND) dalam penurunan nilai VASdan peningkatan nilai MST. Nilai VAS hari 1 (p=0,508), 3 (p=0,545),6(p=0,509),dannilai MST hari 1 (p=0,782), 3 (p=891), 6 (p=0,722). Walaupun kelompok PD terjadi p e n u r u n a n nilai VAS secara bermakna (p=0,001) dan peningkatan nilaVAS b e r m a k n a ( p = 0 , 0 0 1 ) d a n p e n i n g k a t a n n i l a i M S T s e c a r a b e r m a k n a (p=0,001).Kesimpulan perbedaan penurunan tingkat nyeri dan p e n i n g k a t a n f le ks ib il it as o to t pe nd er it a n ye ri pinggang non spesifik akut, pemberian ko mb in as i parasetamol dan diasepam maupun natrium diklofenak tidak menunjukkan perbedaanyang bermakna.( Husni,amin, 2006 )D a r i pe n ya ki t in fe ks i, ya ng terbanyak sebagai penyebab demam adalahinfeksi saluran napas akut (ISPA), demam berdarah dengue, dan demam t i f o i d . Demam yang terjadi tiba-tiba dan sangat tinggi biasanya disebabkan oleh virus.Walaupun hanya suatu gejala, namun dengan terjadi demam, akan terjadi berbagai perubahan pada tubuh. Di antaranya, terjadi peningkatan denyut ja ntu ng, m e r a s a tak enak, kurang nafsu makan, tak bisa tidur nyenyak, dan g e l i s a h . P e r n ap a s an j u g a j a d i c e p a t d a n a k a n banyak berkeringat, yang kalau parah bisamengakibatkan dehidrasi. Bila suhu tinggi, m i s a l , l e b i h d a r i 4 1 0 C , k e r u s a k a n jaringan pun bisa terjadi. Yang paling mudah terkena ialah susunan saraf pusat (otak)dan otot. Sebenarnya, kenaikan suhu yang terjadi
pada infeksi ini menguntungkan,karena aliran darah jadi makin cepat hingga transpor makanan dan oksigen jadi lebihlancar. Bahkan seringkali dikatakan, demam berperan sebagai pertahanan tubuhmelawan kuman yang masuk. Jadi, saat demam, proses tubuh melawan kuman pun jadi lebih baik. Namun demikian, demam yang tinggi, yang mencapai 390 C, biasanya justrumenyebabkan anak jadi gelisah, tak bisa tidur, dan kehilangan nafsu makanminum.Hingga, bila kondisi ini berlanjut, daya tahan tubuh justru makin melorot dan makinsulit mengatasi serangan kuman. Malahan pada anak tertentu dapat berakibat terjadikejang demam. Karenanya, penanganan terhadap demam harus segera dilakukan.. Analgesik adalah golongan obat yang dapat menghilangkan rasa nyeri sepertinyeri kepala, gigi, dan sendi. Obat golongan analgesik umumnya juga mempunyaiefek antipiretik, yakni mampu menurunkan suhu tubuh, sehingga biasa disebut obatgolongan analgesik-antiperitik, seperti aspirin, parasetamol, dan antalgin.Analgesik-antiperitik biasanya digunakan untuk mengobati penyakit dengangejala demam (suhu tubuh meningkat) dan nyeri, seperti influenza dan s a l e s m a . K a r en a m e m p un y a i e f ek s a m p in g y a n g r in g a n , oba t golo ngan anal gesik -ant iper itik dijual bebas di pasaran.O b a t golongan ini ma mp u menurunkan panas (antiperitik) k a r e n a m en o rm al k an p u sa t p e ng a tu r s u hu y a ng terletak di batang otak. Selain itu mampumelebarkan pembuluh darah kulit dan memperbanyak keringat s eh in gg a se ma ki n b a n y a k p a n a s y a n g d i b u a n g . Selain bekerja di susunan syaraf pusat, a n a l g e s i k - antiperitik dapat mencegah pembentukan prostaglandin, yakni zat yang menimbulkanrasa nyeri dan panas.A n a l g e s i k - a n t i p e r i t i k t e r d i r i d a r i empat golongan, yakni s a l i s i l a t , asetaminofen, piralozon, dan golongan asam (asam-mefenamat). Salisilat di pasarandikenal sebagai aspirin. Dalam dosis tinggi, aspirin mempunyai khasiat antiradangsehingga sering digunakan untuk mengobati radang sendi (rematik).Obat ini juga bersifat mengurangi daya ikat sel-sel pembeku darah sehingga penting untuk segera diberikan pada penderita angina (serangan jan tun g) , untu k mencegah penyumbatan pembuluh darah jantung karena penggumpalan/pembekuan d a r a h . A s p i r i n dapat menimbulkan nyeri dan perdarahan lambung, karena itusebaiknya dikonsumsi setelah makan. Dosis yang berlebihan dapat menyebabkantelinga berdenging, tuli, penglihatan kabur, bahkan kematian.Asetaminofen di pasaran dikenal sebagai parasetamol. Obat ini mempunyaikhasiat antiradang yang jauh lebih lemah dari aspirin sehingga tidak bisa digunakauntuk mengobati rematik. Asetaminofen tidak merangsang lambung sehingga dapatdigunakan oleh penderita sakit lambung.Sementara piralozon, antara lain antalgin, neuralgin, dan novalgin, amatmanjur sebagai penurun panas dan penghilang rasa nyeri. Piralozon dapatmenimbulkan efek berbahaya yakni agranulositosis (berkurangya darah putih),karena itu dilarang dijual bebas di Indonesia.P a d a u m u m n y a d e m a m a d a l a h j u g a suatu gejal a dan buka n m e r u p a k a n p en ya ki t tersendiri.Kini, para ahli bersependapat bahwa demam adalah suatu reaksitangkis yang berguna dari tubuh terhadap infeksi.Pada suhu diatas 37oC limfosit danmakrofag menjadi lebih aktif.Bila suhu melampaui 40-41oC, barulah terjadi situasik r i t i s yang bisa me n j a d i fatal, karena tidak terkendalikan l a g i o l e h t u b u h (Tjay, T.H., dan Kirana Rahardja,
2002).Acetaminophen, (Amerika Serikat) atau p a r a c e t a m o l ( U n i t e d K i n g d o m ) , adalah analgesik and antipiretik yang popular dan digunakan untuk melegakan sakitkepala, sengal-sengal dan sakit ringan, dan demam. Ia digunakan dalam kebanyakanobat preskripsi analgesik selsema dan flu. Ia sangat aman dalam dos piawaian, tetapikerana mudah di dapati, terlebih dadah (drug overdose) sama ada sengaja atau tidak sengaja sering berlaku.Asetaminofen atau Parasetamol ialah analgesik dan antipiretik yang popular d a l a m mengurangkan sakit kepala, dan demam. Parasetamol digunakan dalammengurangkan simptom selsema dan flu, dan merupakan r a m u a n u t a m a d a l a m kebanyakan analgesik berpreskripsi. Parasetamol adalah selamat pada dos standard,dan disebabkan boleh didapati secara meluas, dos berlebihan jarang berlaku.Berbeda dengan dadah analgesik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen, parasetamol tiada sifat anti-keradangan. Jadi parasetamol tidak t e r g o l o n g d a l a m dadah jenis NSAID. Dalam dos normal, asetaminofen tidak menyakitkan permukaandalam perut atau mengganggu gumpalan darah, ginjal atau duktus arteriosus fetus.
EtimologiPerkataan asetaminofen dan parasetamol berasal daripada singkatan namakimia bahan tersebut:Versi Amerika N-asetil-para-aminofenol asetominofenVersi Inggeris para-asetil-amino-fenol parasetamolS e b e l u m penemuan asetaminofen, kulit sinkona digunakan sebagai a g e n antipiretik, selain digunakan untuk menghasilkan drug antimalaria, kuinin.Apabila pokok sinkona semakin berkurangan pada 1880an, sumber alternatif mu la di ca ri . Te rd ap at du a agen antipiretik dibangunkan pada 1880an; asetanilida pada 1886 dan fenasetin pada 1887. Pada masa ini, asetaminofen telah disintesis olehHarmon Northrop Morse melalui pengurangan p-nitrofenol bersama timah dalamasid asetik glasier. Biarpun proses ini telah dijumpai pada tahun 1873, asetaminofentidak digunakan dalam bidang perubatan sehinggalah dua dekad selepasnya. Pada1893, asetaminofen telah ditemui di dalam air kencing seorang individu yangmengambil fenasetin, yang memekat kepada hablur campuran berwarna p utih d an b e r p e r i s a p ah it . P ad a tahun 1899, asetaminofen dijumpai s e ba g a i m e ta b ol i t a s e t a n i l i d a . Na mu n p e n e m u a n i n i t i d a k d i a m b i l p e d u l i p a d a k e t i k a i t u . (Wilmana, P.Freddy, 1995)A s e t o s a l ata u asam ase til sal isi lat merupakan senyawa anti inflmasinonsteroid yang juga menunjukkan aktivitas anti trombosis, analgesik, d a n a nt ip ir et ik . A se to sa l s ec ar a tradisional merupakan analgesik antiinflamasi p il ah an p e r t a m a , t a p i b a n y a k d o k t e r s e k a r a n g lebih suka memilih AINS (anti inflamasinonsteroid ) lain mungkin lebih dapat diterima dan lebih menyenangkan bagi pasien.Dalam dosis tinggi yang umum, efek antiinflamsi asetosal sama dengan efek AINSlain. Dosis yang dibutuhkan untuk radang aktif di persendian sekurangkurangnya3,6 g/hari. ( BPOM, 2003)Pada buletin Current Problems in Pharmacovigilance yang dikeluarkan di bulan oktober 2002. medicine control agency dancomitte on safety of medicine diinggris mengeluarkan suatu larangan mengenai aspirin yang mereka sebut sebagai “New advice on aspirin in under 16s”. disitu disebutkan bahwa dilarang memberikanaspirin pada anak di bawah usia 16 tahun (kecuali pada kondisi medis yang khusus ). Alasan pelarangan ini karena b e r h u b u n ga n d e n g a n p e n y a k i t R e y e ‟ s s y n d r o m e , penyakit ini sendiri tidak diketahui secara pasti. Namun resiko terkena penyakit inisangat berhubungan dengan
penggunaan asetosal pada anak-anak yang sedangmengalami demam( seperti pada infeksi virus varisela atau influenza). ( BPOM,2003 )Suhu badan diatur oleh keseimbangangan antara produksi dan hilangnya panas. Alat pengatur suhu tubuh berada di hipotalamus.Pada keadaan demamkeseimbangan ini terganggu tetapi dapat dikembalikan ke normal oleh obat miripaspirin.Ada bukti bahwa peningkatan suhu tubuh pada keadaan patologik diawali penglepasan suatu zat pirogen endogen atau sitokin seperti interleukin-1 (IL-1) yangmemacu penglepasan PG yang berlebihan di daerah preoptik hipotalamus.Selain ituPGE2 terbukti menimbulkan demam setelah diinfuskan ke ventrikel serebral ataudisuntikkan ke dae rah hipotalamus.Obat mirip aspirin menekan efek zat pirogen e n d o g e n d en ga n men gh am ba t sintesis PG.Tetapi demam yang timbul a k i b a t p e m be r i an P G t i d ak d i p e n g ar u h i, d e m i k i a n pula peningkatan suhu oleh sebab lainseperti latihan fisik.S e m u a o b a t m i r i p a s p i r i n b e r s i f a t antipiretik, a n a l g e s i k, dan anti inflamasi.Ada perbedaan aktivitas di antara obat-obat tersebut, misalnya : p a r a s e t a mo l ( a s e t a m in o f e n ) b e r s i f at antipiretik dan analgesik tetapi sifat antiinflamasinya lemah sekali.Sebagai Antipiretik, obat mirip aspirin akan menurunkan suhu badan hanya pada keadaan demam.Walaupun kebanyakan obat ini m em il ik i e fe k a nt ip ir et ik invi t r o , t i d a k semuanya berguna sebagai antipiretik k a r e n a b e r s i f a t t o k s i k b i l a d i g u n a k an s e c a r a rutin atau terlalu lama.Fenilbutazon dan antireumatik lainnyatoidak dibenarkan digunakan sebagai antipiretik. Selain menimbulkan efek terapiyang sama obat mirip aspirin juga memiliki efek samping serupa, karena didasarioleh hambatan pada sistem biosintesis PG.Selain itu kebanyakan obat bersifat asamsehingga lebih banyak terkumpul dalam sel yang bersifat asam seperti di lambung,ginjal dan jaringan inflamasi.Jelas bahwa efek obat maupun efek sampingnya akanlebih nyata di tempat dengan kadar tinggi.Toksin dari bakteri seperti endotoksin bekerja atas manosit, makrofag dan selk u p f f e r untuk menghasilkan interleukin-1, suatu polipeptida yang juga dikenal sebagai pirogen endogen (EP). IL-1 mempnyai efek luas dalam badan. Ia memasukio t a k d a n m e n i m b u l k a n d e m a m o l e h k e r j a l a n g s u n g a t a s a r e a p r e o p t i k a h yp othalamus. Ia juga bekerj a atas limfosit untuk mengaktiasi system kekebalan,merangsang pelepasan n eutrofil dari sumsum tulang dan menyebabkab proteolisis pada otot rangka. Bermacam-macam zat lain yang mencakup steroid et io ko la no lo n juga menyebabkan produksi IL-1 (Ganong, W.F.,1995). Efek antipiretik dari Aspirin Demam terjadi jika “set point” pada pusat pengatur panas di hipotalamusanterior meningkat. Hal ini dapat disebabkan oleh sintesis PGE2, yang d irangsang bila suatu zat penghasil demam endogen (pirogen) seperti sitokin dilepaskan dari seldarah puti h y ang diak tiva si o leh infe ksi, hipersenitivitas, keganasan atau inflamasi.Salisilat menurunkan suhu tubuh penderita demam d e n g a n j a l a n m e n g h a l a n g i n s i nt es a d an pe ng le pa sa n PGE2. Aspirin mengembalikan “thermostat” kembali kenormal dan cepat menurunkan suhu tubuh penderita demam dengan meningkatkan pengeluaran panas sebgai
akibat vasodilatasi perifer dan berkeringat. Aspirin ti da k mempunyai efek pada suhu tubuh normal. Penggunaan klinik :Pada antipiretik dan analgesic: Natrium s a l i s i l a t , k o l i n s a l i s i l a t ( d a l a m formula liquid), kolin magnesium salisilat dan aspirin digunakan sebagai antipiretik dan analgesic pada pengobatan gout, demam rematik, dan atritis rematoid. Umu mn yam e n g o b a t i k o n d i s i - k o n d i s i i n i memerlukan analgesia termasuk nyeri k e p a l a , artralgia, dan mialgia (Mycek,M.J., 2001).Sec ar a g ar is besar, demam bisa diakibatkan oleh infeksi, bisa juga bukaninfeksi. Pada bayi dan anak penyebab utama demam umumnya infeksi, terutamainfeksi virus. Ketika terserang infeksi, tubuh berusaha membasmi infeksi itu denganmengerahkan sistem imun.Se l d a r a h p u t i h d a n semua perangkatnya bekerja keras m e n g h a n c u r k a n penyebab infeksi, membentuk antibodi untuk menetralkan musuh, serta membentu k demam. Kehadiran sang demam akan membantu membunuh virus, karena virus tidak tahan suhu tinggi. Sebaliknya, virus akan tumbuh subur di suhu rendah.Dunia kedokteran membuktikan, pada umumnya demam bukan kondisi yangm e m b a h a y a k a n serta mengancam keselamatan jiwa. Beberapa k e p u s t a k a a n k ed ok te ra n m en ul is , d em am m er up a ka n salah satu mekanisme pertahanan tubuhuntuk memerangi infeksi. Ia ibarat alarm yang m e m b e r i t a h u k a n b a h w a s e s u a t u tengah terjadi di dalam tubuh.T u b u h kit a d il en gka pi be rb ag ai sistem pengaturan canggih, t e r m a s u k pengaturan suhu tubuh. Manusia memiliki pusat pengaturan suhu tubuh (termostat),terletak di bagian otak yang disebut dengan hipotalamus. Pusat pengaturan suhutubuh itu mematok suhu badan kita di satu titik yang disebut set point.Hipotalamus bertugas mempertahankan suhu tubuh agar senantiasa konstan, berkisar pada suhu 37 0 C. Itu sebabnya, di mana pun manusia berada, di kutub atau di padang p asir, suh u tubuh harus sel alu diup ayakan stabil, sehingga manusia disebutsebagai makhluk homotermal.Termostat hipotalamus bekerja berdasarkan asupan dari ujung saraf dan suhudarah yang beredar di tubuh. Di udara dingin hipotalamus akan membuat programagar tubuh tidak kedinginan, dengan menaikkan set p o i n t a l i a s m e n a i k k a n s u h u tubuh. Caranya dengan mengerutkan pembuluh darah, sehingga badan menggigil dantampak pucat. Demam Seseorang dikatakan demam jika suhu tubuh diatas suhu normal. Hal ini tentu pern ah dial ami seti ap oran g di dala m hidu pnya , ent ah it u sa at ma sih k anak -kan ak atau setelah dewasa.Suhu tubuh dikendalikan oleh bagian otak yang dinamakan hipothalamus.Hipothalamus mengatur suhu dengan cara menyeimbangkan produksi panas dari ototd a n h a t i dengan melepaskan panas dari kulit dan paru. Walapun hipothalamusmampu mempertahankan perbedaan suhu dalam nilai relatif sempit, suhu tubuh bervariasi dalam seh ari. Saat suhu tubuh b e r a d a d i a t a s n o r m a l , m a k a t e r j a d i l a h demam yang ditandai oleh kenaikan set-point hipothalamus.Suhu tubuh mengikuti irama sirkardian, suhu pada dini hari rendah dan suhutertinggi terjadi pada pukul 16.00-18.00. Tidak ada nilai tunggal suhu tubuh untuk penetapan demam karena perbedaan suhu di berbagai tempat di tubuh. Kisaran suhutubuh yang diterima di seluruh dunia untuk demam adalah sebagai berikut :Suhu rektal atau anus diatas 38ºSuhu oral atau mulut diatas
37,5ºC Suhu ketiak diatas 37,2ºCSuhu telinga diatas 38ºCApa penyebab demam?D e m a m d a p a t d i s e b a b k a n o l e h b a h a n - b a h a n t o k s i k y a n g b i a s a d i s e b u t p iro ge n atau karena kelainan otak itu sendiri yang mempengaruhi pusat pengaturansuhu.Penyebab paling sering demam adalah adanya infeksi virus dan atau bakteri.Bakteri dapat melepaskan protein atau hasil pemecahan protein dan zat lain terutamatoksin lipopolisakarida yang dapat meningkatkan set-point suhu hipothalamus. Bila b ak er i at au ha si l p em e ca h an bakteri terdapat dalam jaringan atau dalam darah,keduanya akan dimakan oleh sel imun tubuh, k em ud ia n d ic er na d an m en gh as il ka n p i r o g e n y a n g d i n a m a k a n i n t e r l e u k i n – I ( I L I). Segera setelah m e n c a p a i hipothalamus, IL-I menyebabkan peningkatan set- point temperatur tubuh yang bisam e n i m b u l k a n d e m a m d a l a m w a k t u 8 10 menit. Ketika setpoint – pusathipothalamus lebih tinggi dari tingkat normal, semua mekanisme u n t u k m en i ng k at k an t e mp e ra t ur t u bu h t er j ad i , diantaran ya adalah pengubah an panas dan peningkatan pembentukan panas. V. Metode Percobaan5.1 Alat dan Bahan5.1.1 Alat - Timbangan ele ktrik - Spuit 1 ml- Selang Oral- Termometer Rektal- Spidol permanen- Stopwatch5.1.2 Bahan - Merpati 3 ekor - Suspensi kosong- Paraffin Liquidum- Larutan 2,4-dinitrofenol- Suspensi Parasetamol- Suspensi Obat X 5.2. Prosedur Percobaan -Ditimbang merpati dan ditandaiDiukur suhu rata-rata dengan termometer m e l a l u i r e k t a l s e l a n g w a k t u 5 menit sebanyak tiga kali dan ditentukan temperature rata-ratanya- M e r p a t i d i s u n t i k d e n g a n l a r u t a n 2 , 4 d i n i t r o f e n o l [ ] 0 , 5 % s e c a r a i n t r a m u s c ul a r ( i . m ) p a d a d a e r ah d a d a d e n g a n d o s i s 5 m g / k g B B , d i u k u r temperatur tiap 5 menit selama 20 menit- S e t e l a h 20 menit d i b e r i k a n : Merpati I : Suspensi kosong dengan dosis 1 % BB (oral)Merpati II : Suspensi paracetamol [ ] 10% dosis 400 mg/kgBB (oral)Merpati III : Suspensi obat X [ ]10 % dosis 400 mg/kgBB (oral)- D i u k u r t e m p e r a t u r s e l a n g w a k t u 5 m e n i t s e l a m a 5 0 m e n it - D i b u a t g r a f i k s u h u vs waktu HasilM e r a t i 1 5.3. Flowsheet Ditandai dan ditimbangDiukur temperatur sebanyak 3 kali selangwaktu 3 menit dan ditentukan temperatur ratratanyaD i h i t u n g d os is p ad a pe mb er ia n l a r u t a n 2 , 4 dinitrofenol [ ] 0,5 % dengan dosis 5 mg/kg BBDisuntikkan larutan 2,4 dinitrofenol s e c a r a intramuskular pada daerah dadaDiukur temperatur tiap 5 menit selama 20menitDisuntikkan suspensi kosong degan dosis 1 %BB secara oralDiukur temperatur selang waktu 5 menit selama50 menitDibuat grafik temeperatur vs waktu50 mg1000 g
HasilM e r a t i 2 HasilM e r a t i 3 Ditandai dan ditimbangDiukur t emperatur D i h i t u n g dosis pada p e m b e r i a n l a r u t a n 2 , 4 dinitrofenol [ ] 0,5 % dengan dosis 5 mg/kg BBDisuntikkan larutan 2,4 d i n i t r o f e n o l s e c a r a intramuskular pada daerah dadaDiukur temperatur tiap 5 menit selama 20menitDi s u n t i k k a n s u s p e n s i p a r a s e t a m o l [ ] 1 0 % d osis 400 mg/kg BB secara oralDiukur temperatur selang waktu 5 menit selama50 menitDibuat grafik temeperatur vs waktuDitandai dan ditimbangDiukur temperatur sebanyak 3 kali selangwaktu 3 m e n it d a n d i t en t u k an t e m p e r at u r e r a t - ratanyaD i h i t u n g d o s i s p a d a p e m b e r i a n l a r u t a n 2 , 4 dinitrofenol [
] 0,5 % dengan dosis 5 mg/kg BBD i su n t i k k a n l a r u t a n 2 , 4 d i n i t r o f e n o l s e c a r a intramuskular pada daerah dadaDiukur temperatur tiap 5 menit selama 20menitDisuntikkan suspensi obat Xl [ ] 10 % dosis400 mg/kg BB secara oralDiukur temperatur selang waktu 5 menit selama50 menitDibuat grafik temeperatur vs waktu VI. Perhitungan, Data, Grafik, dan Pembahasan6.1Perhitungan Dosis Merpati I berat badan = 224,3gDosis 2,4-dinitrofenol = 5 mg/kg BB (intramuscular)Konsentrasi = 0,5% 6.4. Pembahasan Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh bahwa pada pemberianlarutan 2,4 dinitrofenol [ ] 0,5% dosis 5 mg/kg BB pada merpati menimbulkankenaikan suhu atau demam pada merpati tersebut. Dan terjadinya demam tersebutdapat dilihat setelah pengukuran suhu dengan menggunakan thermometer rectal. Halini disebabkan karena larutan 2,4-dinitrofenol merupakan pirogen eksogen yangdapat meningkatkan set point thermostat hipotalamus sehingga memicu ti mbuln ya k e n a i k a n s u h u t u b u h ( d e m a m ) . D e m a m t e r j a d i k a r e n a t e r g a n g g u n y a keseimbangangan antara produksi dan hilangnya panas di hipotalamus.Dari percobaan juga diperoleh bahwa setelah penyuntikan 2,4dinitrifenolyang menyebabkan kenaikan suhu, pada merpati II yang diberikan suspensi obat X[ ] 10 % dosis 400 mg/kg BB ternyata memberika e fek antipiretik yang lebih lambat bila dibandingkan dengan merpati I yang diberikan suspensi parasetamol [ ] 10 %dosis 400 mg/kg BB secara oral. Hal ini disebabkan karena parasetamol leb ih cepatmenurunkan suhu tubuh penderita demam d e n g a n j a l a n b e k e r j a s e c a r a s e n t r a l menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di hipotalamus dengan menghambat enzimsiklooksigenase yang berperan pada sintesis prostaglandin (PGE 2) yang merupakanmediator penting untuk menginduksi demam. Penurunan pusat pengaturan suhu akandiikuti respon fisiologis berupa penurunan produksi panas, peningkatan aliran darahke kulit, serta peningkatan pelepasan panas melalui kulit secara radiasi, konveksi dan penguapan (evaporasi). Selain itu, parasetamol juga dapat mengembalikan thermostatk e m b a l i ke normal dan cepat menurunkan suhu t u b u h d e n g a n m e n i n g k a t k a n p engeluaran panas sebagai akibat vasodilatasi perifer dan berkeringat. Dan hal initerlihat pada rectum dari merpati pada saat pengukuran suhu (Mycek, M.J., 2001).Dan juga bila dibandingkan dengan Merpati III yang diberikan s us pe ns i k os on g, p a r a s e t a m o l leb ih cep at menurunkan suhu tubuh dari merpati II dan efek y a n g diberikan oleh suspensi kosong tersebut tidak terlalu berpengaruh. Hal ini disebabkan p a d a s u s p e n s i k o s o n g tersebut tidak mengandung obat antipiretik yang d a p a t menurunkan suhu tubuh.Pad a perc oba an, Parasetamol memberikan efek terhadap suhu tidak stabild i k a r e n a k a n wak tu par uh dari parasetamol adalah sekitar 1-3 jam. S e l a i n i t u pengamatan suhu juga dilakukan oleh beberapa orang sehingga hasilnya tidak tetap. VII. Kesimpulan dan Saran 7.1. Kesimpulan -Efek dari pemberian 2,4- dinitrofenol adalah menyebabkan demam karena 2,4dinitrofenol merupakan suatu pirogen eksogen yang dapat meningkatkan set point di hipotalamus sehingga timbul demam-Efek parasetamol sebagai penurun panas yakni berdasarkan kerjanya yangmempengaruhi hipotalamus dengan menghambat COX-2 sehingga tidak terbentuk prostaglandin dan dengan vasodilatasi perifer sehingga suhu tubuhakan turun-Efek antipiretik yang ditimbulkan oleh Obat X lebih besar daripadaParasetamol yang diberikan dalam dosis yang sama pada hewan percobaan 7.2. Saran
-Sebaiknya dalam percobaan diberikan juga obat-obat lain yang mempunyaiefek antipiretik, misalnya : asetosal(aspirin) atau dipiron(antalgin) untuk membandingkan efek antipiretik yang dihasilkan.-Sebaiknya pengukuran suhu pada rectum hewan percobaan tersebut haruslebih hati-hati sehingga suhu yang diperoleh lebih tepat DAFTAR PUSTAKA InfoPom, (2003), ASETOSAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN REYE‟SSINDROME, BPOM. www. pdf -searchengine.com.Ganong, W.F., (1995), FISIOLOGI KEDOKTERAN, Edisi 14, Penerbit BukuKedokteran EGC, Jakarta, halaman 232237Guyton,A.C., and Hall, J.T., (1996), TEXBOOK OF MEDICAL PHYSIOLOGY, Nineth Edition, W.B. Saundes Company, Mississippi, pages 1146-1148Husni, Amin dan Amaludin., (2006 ), PERBANDINGAN EFEK PENGOBATANPARASETAMOL DAN DIAZEPAM DENGAN NATRIUMDILKOFENAK TERHADAP DERAJAT NYERI DAN FLEKSIBILITASOTOT PADA NYERI PINGGANG NON SPESIFIK AKUT, www.pdf-search-engine.comLubis, Y., (1993), PENGANTAR FARMAKOLOGI, PT. Pustaka Widyasarana,Medan, Hal. 133-135.Mycek, J. M., Harvey, R. A., dan Champe, P.C., (2001), FARMAKOLOGIULASAN BERGAMBAR, Edisi II, Widya Medika, Jakarta, Hal. 221223.Tjay, T.H., (2002), OBAT-OBAT PENTING, Edisi V, Cetakan II, PT Elex MediaKomputindo Kelompok Gramedia, Jakarta, halaman 295 dan 297-298.Wijoyo, yosef., (2003), ANTARAKSI SARI WORTEL DENGANPARASETAMOL, Fakultas farmasi universitas sanata dharma,www. pdf-searchengine.comWilmana, P.F., (1995), ANALGESIK-ANTIPIRETIK ANALGESIK ANTI-INFLAMASI NONSTEROID DAN OBAT PIRAI, dalam FARMAKOLOGIDAN TERAPI, Editor Sulistia G. Ganiswara, Edisi IV, Bagian FarmakologiFakultas Kedokteran UI, Jakarta, halaman 209-210. http://www.scribd.com/doc/26024035/Laporan-Resmi ANTIPIRETIK I. PENDAHULUAN Antipiretik adalah golongan obat yang dipergunakan u nt uk m en ur un ka ns u h u t u b u h b i l a d e m a m . C a r a kerja antipiretik antara lain dengan m e l e b a r k a n p e m b u l u h d a r a h d i ku l i t , s e h i n g g a terjadi pendinginan darah oleh udara luar.Sebagian obat antipiretik juga merangsang berkeringat. Penguapan keringat turutmenurunkan suhu badan. Diduga kerja obat antipiretik adalah mempengaruhi bagianotak yang mengatur suhu badan. Bagian ini terletak di dasar otak. Obat antipiretik juga bersifat analgesik dan oleh karena itu biasa disebut golongan obat analgesik-antipiretik (www.republika.co.id).Di dalam badan, panas dihasilkan oleh gerak otot, asimilasi makanan dansemua proses vital yang menyokong la ju metabolisme basal. Ia hilang dari bahanoleh radiasi, konduksi sertapenguapan air di dalam jalan pernapasan dan di atas kulit.Sejumlah kecil panas juga di buang di dalam urina dan feses. K eseimbangan antar produksi p anas dan kehilangan panas menentukan suhu badan. Karena kecepatanreaksi kimia bervariasi sesuai suhu dan kecepatan reakasi kimia bervariasi sesuaisuhu dan karena system enzyme tubuh mempunyai rentang suhu yang sempit tempatia berfungsi optimum, maka fungsi tubuh yang normal tergantung atas suhu badanyang relatif tetap (Ganong, W.F., 1995).Pada manusia nilai normal bagi suhu mulut 37°C, tatapi dalam satu seribesar dewasa muda normal, suhu mulut pagi rata-rata 36,7°C dengan deviasi standar 0,2°C. sehingga 95% dari semua dewasa muda akan diharapkan mempunyai suhumulut pagi hari 36,337,1°C. berbagai bagian badan pada suhu berbeda dan be sa r perbedaan suhu antar bagian bervariasi sesuai suhu
lingkungan. Selama gerak badan,p a n a s ya n g d i h a s i l k a n oleh kontraksi otot terkumpul di dalam badan s e r t a s u h u rectum normalnya meningkat setinggi 40°C. peningkatan ini sebagian karenaketakmampuan sebagian mekanisme enghilang panas menangani peningkatan besar d a l a m j u m l a h p a n a s y a n g d i h a s i l k a n , t e t a p i a d a b u k t i b a h w a d i s a m p i n g i t u a d a p e ni ng ka ta n s uh u t ub uh saat mekanisme penghilang panas diaktivasi selama ge ra k badan. Suhu badan juga meningkat sedikit selama perangsangan emosional,mungkin karena ketegangan otot yang tak disadari. Secara menahun ia ditingkatkansebanyak 0,5°C bila laju metabolic tinggi, seperti dalam hipertiroidisme, dan direndahkan bila laju metabolit rendah, seperti dalam miksedema. Sejumlah dewasayang jelas normal secara menahun mempunyai suhu siatas rentang normal (Ganong,W.F., 1995).Obat antipiretik pada umumnya dipergunakan untuk mengobati penyakitd e n g a n gejala demam dan nyeri seperti influensa dan salesma. Obat analgesik-antipiretik terdiri atas empat golongan yaitu golongan salisilat (aspirin, asetosal),golongan paraaminofenol (parasetamol), golongan pirazolon (metamizol), dangolongan asam (asam-mefenamat) (www.republika.co.id). II. TUJUAN PERCOBAAN - Untuk mengetahui mekanisme kerja dari 2,4dinitrofenol.- Untuk mengetahui efek pemberian suspensi kosong pada hewan.- Untuk mengetahui mekanisme kerja dari parasetamol.Untuk membandingkan khasiat dari parasetamol dan obat x sebagaiantipiretik III. PRINSIP PERCOBAAN Pemberian 2,4-dinitrofenol sebagai pirogen eksogen akan merangsangpengeluaran prostaglandin di hipotalamus sehingga suhu thermostat meningkat dantubuh menjadi panas untuk menyesuaikan dengan suhu thermostat, dan pemberianparasetamol dapat menurunkan suhu tubuh samp ai bat as n orma l yaitu ber dasa rkan rangsangan terhadap pusat pengatur panas di hipotalamus yang bekerja dengan duaproses, efek sentral yaitu dengan menghambat siklus COX-2 sehingga tidak terjadipem bentukan prostaglandin dari asam arakidonat, d imana prostaglandin tidak akanmerangsang lagi thermostat untuk menaikkan suhu tubuh. Dan efek perifer dimanasaraf simpatis di kulit bekerja mengaktifkan reseptor-reseptor panas di kulit sehinggaterjadi vasodilatasi perifer. Dengan terjadinya vasodilatasi ini, panas lebih cepatterkonduksi ke ja ri ngan ku li t dan me lalu i alir an udar a t erj adi ko nvek si se hi ng ga panas dikeluarkan dan disertai keluarnya keringat. Maka lama-kelamaan suhu tubuhakan turun. IV. TINJAUAN PUSTAKA Analgesik adalah golongan obat yang dapat menghilangkan rasa nyeriseperti nyeri kepala, nyeri gigi, nyeri sendi, dan lain-lain. Contoh obat analgesik misalnya aspirin, parasetamol, antalgin, dan lain -lai n. Ada juga anal gesi k pote nt yang biasanya termasuk golongan opium seperti morfin, pethidin, fentanil, dan lain-lain (www.republika.co.id).Panas secara terus menerus dihasilkan dalam tubuh sebagai hasilsampingan metabolisme, dan panas tubuh juga secara terus menerus dibuang kelingkungan sekitar. Bila kecepatan pembentujan panas tepat sama seperti kecepatankehilangan, orang dikatakan berada dalam keseimbangan panas tubuh, dan suhutubuh jelas akan meningkat atau menurun.Berbagai cara hilangnya panas dari tubuhyaitu radiasi, konduksi, dan evaporasi. Fenomena konveksi udara juga memegangperanan penting dalam kehilangan panas oleh konduksi dan evaporasi. Jumlah panasyang hilang oleh setiap mekanisme berbeda ini bervariasi sesuai keadaan atmosfir.Radiasi. Seseorang yang telanjang dalam
ruangan dengan suhu kamar normal kehilangan sekitar 60% kehilangan panas totalnya secara radiasi. Kehilanganp a n a s dengan cara radiasi dalam bentuk sinar pa na s inf ra m er ah , su aru j e n i s g elo mbang elektromagnetik yang beradiasi dari tubuh ke sekelilingnya, yang lebihdingin daripada tubuhnya sendiri. Kehilangan ini meningkat bila suhu sekelilingnyamenurun (Guyten,W.F, 2001).Konduksi. Biasanya, hanya sedikit panas dibuang dengan cara konduksilangsung dari permukaan tubuh ke objek lain, seperti pada kursi atau tempat tidur.Tetapi, kehilangan panas dengan cara konduksi ke udara merupakan bagiankehilangan panas tubuh yang dapat diukur, bahkan dalam keadaan normal.Diingatkan bahwa panas sebenarnya merupakan energi kinetic pergerakan molekul,dan molekulmolekul yang menyusun kulit tubuh secara teru menerus mengalamigerak vibrasi. Jadi gerak vibrasi molekul dapat menyebabkan peningkatan kecepatangerak molekul udara yang datang bersentuhan langsung dengan kulit. Akan tetapi,bila suhu udara yang dekat dengan kulit sama seperti suhu kulit, sedikit terjadipertukaran panas tambahan dari tubuh ke udara. Oleh Karena itu, k on du ks i p an as d a r i tub uh k e ud ara ter ba tas sendiri kecuali udara yang dipanaskan bergerak menjauhi kulit sehingga udara baru yang tidak dipanaskan secara terus menerus mengadakan kontak dengan kulit, suatu fenomena yang dinamakan konveksi(Guyten,W.F, 2001).Sejumlah kecil konveksi hampir selalu terjadi sekitar tubuh k a r e n a kecenderungan udara yang dekat dengan kulit bergerak ke atas waktu udara tersebutdiapanaskan. Oleh karena itu, orang telanjang yang duduk dalam ruangan yang sejuk ke hi l an ga n sekitar 12% panasnya dengan cara konduksi ke uadara da n ke mu di an dengan cara konveksi menjauhi tubuh. Penguapan Sebagai Mekanisme Pendingin Yang Penting Pada Suhu UdaraTinggi Pada pembicaraan sebelumnya mengenai radiasi d a n k o n d u k s i t e l a h dikemukakan bahwa selama suhu tubuh lebih besar dari pada suhu lingkungan, panashilang dengan cara radiasi dan kondksi, tetapi bila suhu lingkungan lebih besar daripada suhu kulit, sebagai ganti dari kehilangan panas, tubuh memperoleh panasdengan cara radiasi dan konduksi dari lingkungan. Dalam keadaan ini, satu-satunyacara tubuh dapat membuang panas dengan cara penguapan (evaporasi). Oleh karenai t u , s e t i a p f a c t o r y a n g mencegah penguapan adekuat bila suhu l i n g ku n ga n l e b i h tinggi daripada suhu tubuh mengakibatkan suhu tubuh meningkat. Hal ini kadangt e r j a d i pada manusia yang dilahirkan tanpa kelenjar keringat secara congenital.Orang tersebut tahan terhadap suhu dingin, tetapi mereka mudah mati k a r e n a sengatan panas (“heat stroke”) pada daerah tropis, karena tanpa system pendinginpenguapan, suhu tubuhnya tetap lebih tinggi daripada suhu lingkungan (Guyten,W.F,2001).Hypothalamus adalah daerah yang secara filogeni tua dan yangmembentuk dasar diensefalon. Daerah ini didampingi sebelah medial oleh ventrikelketiga, dan lateral oleh subtalamus, disebelah rostral dibatasi oleh lamina terminalis,dorsal oleh komisur anterior dan sulkus hipotalamik (yang membentang dari foramena n t a r - b i l i k Mo nr o ke ak ua du kt serebrum sylvius), dan kaudal oleh otak tengah.Bagian ventralnya terdiri dari (dari aspek rostral ke kaudal) region preoptica,chi asma optikum, eminentia mediana, hypophysis, tuber cinereum, dan corpusmamillare (Noback, C.R., 1978) .
Suhu badan diatur oleh keseimbangangan antara produksi dan hilangnyapanas. Alat pengatur suhu tubuh berada di hipotalamus.Pada keadaan demam keseimbangan ini terganggu tetapi dapat dikembalikan ke normal oleh obat miripaspirin.Ada bukti bahwa peningkatan suhu tubuh pada keadaan patologik di aw al ipenglepasan suatu zat pirogen endogen atau sitokin seperti interleukin-1 (IL-1) yangmemacu penglepasan PG yang berlebihan di daerah preoptik hipotalamus.Selain ituPGE2 terbukti menimbulkan demam setelah diinfuskan ke ventrikel serebral ataudisuntikkan ke daerah hipotalamus.Obat mirip aspirin menekan efek zat pirogenendogen dengan menghambat sintesis PG.Tetapi demam yang timbul akibatpemberian PG tidak dipengaruhi, demikian pula peningkatan suhu oleh sebab lainseperti latihan fisik (P.F.Wilmana, 1995).Dalam massanya yang hanya 4 gram itu, hipotalamus mampunyai systemyang san gat lua s d ari ba gia nbagian yang secara fungsional berkorelasidalam baik lingkungan visceral maupun somatic. Hypo thal amus berf ungs i d ala m du a ru ang lingkup yang luas : memelihara dan mempertahankan lingkungan tubuh yang internyang relative tetap (homeostatis), dan pola prilaku. Misalnya, hypothalamusmampunyai 1 peranan homeostatis dalam pengaturan suhu tubuh dan 2 peranandalam ekspresi prilaku mulai dari tenang sampai mengamuk dan dalam pola perasaanseperti rasa lapar, haus, dan afek seksual (Noback, C.R., 1978) . Demam terjadi jika “set point” pada pusat pengatur panas di hipotalamusanterior meningkat. Hal ini dapat disebabkan oleh sintesis PGE2, yang dirangsangbila suatu zat penghasil demam endogen (pirogen) seperti sitokin dilepaskan dari seldarah putih yang diaktivasi oleh infeksi, hipersenitivitas, keganasan atau inflamasi.Salisilat menurunkan suhu tubuh penderita demam dengan jalan menghalanginsintesa dan penglepasan PGE2. Aspirin mengembalikan “thermostat” kembali kenormal dan cepat menurunkan suhu tubuh penderita demam dengan meningkatkanpengeluaran panas sebgai akibat vasodilatasi perifer dan berkeringat. Aspi rin ti da k mempunyai efek pada suhu tubuh normal (Mycek,M.J., 2001).Semua obat mirip aspirin bersifat antipiretik, analgesik, dan anti-inflamasi.Ada perbedaan aktivitas di antara obat-obat tersebut, misalnya :parasetamol (asetaminofen) bersifat antipiretik dan analgesik tetapi sifat anti-inflamasinya lemah sekali. Sebagai Antipiretik, obat mirip aspirin akan menurunkansuhu badan hanya pada keadaan demam.Walaupun kebanyakan obat ini memilikiefek antipiretik in vitro, tidak semuanya berguna sebagai antipiretik karena bersifat toksik bila digunakan secara rutin atau terlalu lama.Fenilbutazon dan antireumatik lainnya toidak dibenarkan digunakan sebagai antipiretik (P.F.Wilmana, 1995).S e l a i n m e n i m b u l k a n efek terapi yang sama obat mirip aspirin j u g a memiliki efek samping serupa, karena didasari oleh hambatan pada sistem biosintesisPG.Selain itu kebanyakan obat bersifat asam sehingga lebih banyak terkumpul dalamsel yang bersifat asam seperti di lambung, ginjal dan jaringan inflamasi.Jelas bahwaefek obat maupun efek sampingnya akan lebih nyata di tempat dengan kadar tinggi(P.F.Wilmana, 1995).Efek samping yang paling sering terjadi adalah induksi tukak lambungatau tukak peptik yang kadang-kadang disertai anemia sekunder a ki b at p er da ra ha ns a l u r a n c ern a.B era tny a e fek samping ini berbeda pada masing-masing
o b a t . D u a mekanisme terjadinya iritasi lambung ialah iritasi yang bersifat lokal yangmenimbulkan difusi kembali asam lambung ke mukosa dan menyebabkan kerusakanjaringan dan iritasi atau perdarahan lambung yang bersifat sistemik melaluihambatan biosintesis PGE2 dan PGI2. Kedua PG ini banyak ditemukan di mukosalambung dengan fungsi menghambat sekresi asam lambung dan merangsang sekresimu k u s u s u s h a l u s y a n g b e r s i f a t si t o p r o t e k t i f . M e k a n i s m e k e d u a i n i t e r j a d i p a d a pemberian parenteral (P.F.Wilmana, 1995).Obat analgesic-antipiretik serta obat antiinflamasi nonsteroid (AINS)lainnya merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, bahkan b e b e r a p a d i antaranya sangat berbeda secara kimia. Obat-obat ini mempunyai persamaaan dalamefek terapi dan efek samping. Prototipe golongan ini adalah aspirin, karena itu obat-obat golongan ini sering juga disebut sebagai obat-obat mir ip asp iri n (as pir in -li kedrugs) (Syamsul Munaf, 1994). Salisilat dan Salisilamid Farmakodinamik P r o t o t i p e ob at -o ba t an al ge si kantipiretik non narkotik adalah aspirin ( a s e t o s a l ) , sehingga pembicaraan obat lainnya akan dibandingkan dengan sifat asetosal. I. Efek analgesic. Salisilat hanya menghilangkan nyeri ringan sampai sedang (nyerikepala, mialgia, artralgia)Mekanisme kerja analgesic1. Sentral : Salisilat bekerja pada hipotalamus. 2. Perifer :a) Menghambat pembentukan prostaglandin (PG) ditempat terjadinya radangb) Mencegah sensitasi reseptor rasa sakit terhadap rangsang mekanik d a n kimiawiTidak menimbulkan toleransi ataupun adiksi walaupun digunakan secarakronik (Syamsul Munaf, 1994). II. Efek antipiretik. Pada keadaan demam thermostat di hipotalamus terganggusehingga menyebabkan suhu tubuh meningkat. Diduga salisilat bekerjamengembalikan fungsi thermostat ke normal (Syamsul Munaf, 1994).Pe mb e n t u k a n p a n a s t i d a k dihambat, hilangnya panas terjadi denganmeningkatnya aliran darah ke perifer dan pembentukan panas keringat. Efeknya inibersifat sentral, tetapi tidak langsung pada neuron hipotalamus. Caranya menurunkandemam diduga dengan menghambat pembentukan prostaglandin E1 (SyamsulMunaf, 1994). III. Terhadap susunan saraf lainnya. Pada dosis tinggi menimbulkan efek toksik pada SSP. Efeknya diawali dengan stimulasi yang kemudian diikuti dengan depresi.Gejala : Bingung, pusing, tinusitis, tuli nada tinggi, delirium, psikosis, spoor dankoma, mual dan muntah yang merupakan manifestasi efek sentral dan perifer. Efek sentral diduga adanya perangsangan Chemoreceptor Trigger Zone (CTZ) yangterjadi pada konsentrasi salisilat dalam plasma yang lebih tinggi, sedangkan efek perifer karena adanya iritasi yang dapat terjadi pada dosis rendah (Syamsul Munaf,1994). IV. Efek antiinflamasi. Inflamasi adalah suatu respons jaringan terhadaprangsangan fisik atau kimiawi yang merusak. Rangsangan ini menyebabkanpelepasan mediator inflamasi seperti histamine, serotonin, bradikinin, prostaglandin,dan lain-lain yang menimbulkan reaksi radang berupa : panas, nyeri, merah, bengkak dan gangguan fungsi.Inflamasi pada rematoid arthritis merupakan reaksi antara antigen,antibody, dan komplemen yang menyebabkan terbentuknya factor kemotaktik yangmenjadi penarik leukosit. Leukosit ini memfagositosis komleks antigen-antibodi-komplemen dan juga melepaskan enzim-enzim dari lisosom yang menyebabkan kerusakan tulang rawan dan jaringan lain, sehingga timbullah inflamasi (SyamsulMunaf, 1994).Pada antipiretik dan
analgesic: Natrium salisilat, kolin salisilat (dalamformula liquid), kolin magnesium salisilat dan aspirin digunakan sebagai antipiretik dan analgesic pada pengobatan gout, demam rematik, dan atritis rematoid. Umumnyamengobati kondisikondisi ini memerlukan analgesia termasuk nyeri kepala,artralgia, dan mialgia (Mycek,M.J., 2001).Demam (juga dikenal sebagai pyrexia) adalah symptom frekuensi medisyang menggambarkan meningkatnya suhu tubuh seseorang ke tingkat tidak normal..Demam biasanya terjadi akibat tubuh terpapar infeksi mikroorganisme (virus,bakteri, parasit). Demam juga bisa disebabkan oleh faktor non infeksi sepertikompleks imun, atau inflamasi (peradangan) lainnya. Ketika virus atau bakterimasuk ke dalam tubuh, berbagai jenis sel darah putih atau leukosit melepaskan “zatpenyebab demam (pirogen endogen)” yang selanjutnya memicu produksiprostaglandin E2 di hipotalamus anterior, yang kemudian meningkatkan nilai-ambang temperatur dan terjadilah demam.Pada umumnya demam adalah juga suatu gejala dan bukan merupakanpenyakit tersendiri.Kini, para ahli bersependapat bahwa demam adalah suatu reaksitangkis yang berguna dari tubuh terhadap infeksi.Pada suhu diatas 37oC limfosit danmakrofag menjadi lebih aktif.Bila suhu melampaui 40-41oC, barulah t er ja di s it ua si k r i t i s y a n g b i s a m e n j a d i f a t a l , karena tidak terkendalikan lagi oleh tubuh ( T j a y , 2002).Penggunaan klinik:Pada dosis rendah, salisilat menunjukkan aktivitas analgesic; hanya padadosis lebih tinggi oat-obat ini menunjukkan aktifitas anti-inflamasi, misalnya duatablet aspirin 300 mg yang diberikan empat kali sehari, menghasilkan analgesia,sedangkan 1220 tablet perhari menghasilkan aktifitas analgesic dan antiinflamasi.Dosis rendah aspirin (160 mg selang s e h a r i ) t e l a h m e n u n j u k k a n p e n g u r a n g a n i n s i d en s infark miokardium rekuren dan mengurangi mortalitas penderita pascainfark miokardium. Lebih lanjut, aspirin dalam dosis 160 sampai 325 mg/harimenunjukkan manfaat dalam pencegahan infark miokardium pertama kali, palingtidak padda laki-laki diatas umur 50 tahun. Karena itu t er ap i a sp i ri n pr op il a ft i k dipertahankan pada penderita dengan manifestasi klinik penyakit koroner jika tak adakontraindikasi (Mycek,M.J., 2001). Asetaminofen N-acetyl-para-aminophenol Acetaminophen, (Amerika Syarikat) atau paracetamol (United Kingdom), adalahanalgesik andantipiretik dadahyang popular dan digunakan untuk melegakan sakit kepala,s e n g a l - s e n g a l d a n s a k i t r i n g a n , d a n demam.I a d i g u n a k a n d a l a m kebanyakan ubat preskripsianalgesik selsemadanflu. I a a m a t s e l a m a t d a l a m d o s p i aw a ia n , t e ta p i ke r an a m ud a h di dapati, terlebih dadah ( drug overdose) sama adasengaja atau tidak sengaja sering berlaku (www.wikipedia.org).Asetaminofen atauParasetamoli a l a h a n a l g e s i k a n d d a d a h a n t i p i r e t i k yang popular dalam mengurangkan sakit kepala, dan demam. Parasetamol digunakandalam mengurangkan simptom selsema dan flu, dan merupakan ramuan utama dalamkebanyakan analgesik berpreskripsi. Parasetamol adalah selamat pada dos standard,d a n
disebabkan boleh didapatai secara meluas, dos berlebihan jarang berlaku.Berbeza dengan dadah analgesik yang lain sepertiaspirindanibuprofen, parasetamol t i a d a sifat anti-keradangan. Jadi parasetamol tidak t e r g o l o n g d a l a m d a d a h j e n i s NSAID. Dalam dos normal, asetaminofen tidak menyakitkan permukaan dalam perutatau mengganggu gumpalandarah, ginjalatau duktus arteriosus fetus (www.wikipedia.org).De r i va t a se t an i li d a in i adalah metabolit dari fenasetin, yang dahulubanyak digunakan sebagai analgeticum, tetapi pada tahun 1978 telah ditarik dariperedaran karena efek sampingnya (nefrotoksisitas dan karsinogen).Khasiatnyaanalgetis dan antipiretis, tetapi tidak antiradang.Dewasa ini pada umumya dianggap s e b a g a i z a t a n t i n y e r i y a n g p a l i n g a m a n , j u g a untuk swamedikasi ( p e n g o b a t a n m a n di r i ). E f e k an a l g et i s n ya d i p er k u a t o l e h kofein dengan kira-kira 50% dan kodein(Tjay, 2002).Resorpsinya dari usus cepat dan praktis tu n ta s, se ca r a re kt al l eb ih lambat.PP-nya 25 %, plasma t1/2 nya 1 -4 jam.Antara kadar plasma dan efeknya tidak ada hubungan. Dalam hati, zat ini diuraikan menjadi metabolitmetabolit toksis yangdiekskresi dengan kemih sebagai konyugatglukuronida dan sulfat (Tjay, 2002).Efek sampingnya tak jar ang t er jad i, an tar a l ai n reaks i hip ers ensi ti vi t as dan ke lainan darah.Pada penggunaan kronis dari 3-4 g seharidapat terjadikerusakanhati,pada dosis di atas 6 g mengakibatkan necrose hati yang tidak reversibel.Hepatotoksisitas ini disebabkan oleh metabolit-metabolitnya, yang padadosis normal dapat ditangkal oleh glukathion (suatu tripeptida dengan – S H).Pada d o s i s d i a t a s 10 g, persediaan peptida tersebut habis dan m e t a b o l i t - m e t a b o l i t mengikat pada protein dengan di sel-sel hati, dan terjadilah – SH kerusakanirreversibel.Dosis dari 20 g sudah berefek fatal.Overdose bisa menimbulkan antaralain mual, muntah, dan anorexia.Penanggulangannya dengan cuci lambung, jugaperlu diberikan zat-zat penawar (asam amino N-asetilsistein atau metionin) sedinimungkin, sebaiknya dalam 8-10 jam intoksikasi (Tjay, 2002).Wanita hamil dapat menggunakan paracetamol dengan aman, juga selamalaktasi walaupun mencapai air susu ibu. Pada dosis tinggi dapat memperkuat efek antikoagulansia, dan pada dosis biasa tidak interaktif.Masa paruh kloramfenikoldapat sangat diperpanjang.Kombinasi dengan obat AIDS zidovudin meningkatkanrisiko akan neutropenia (Tjay, 2002).Tubuh kita memiliki hipotalamus anterior di otak yang b e r t u g a s mengatur agar suhu tubuh stabil (analgesic) yaitu berkisar 37 +/- 1 derajat selsius. Pengukuran Suhu Suhu di daerah dubur (analgesic-l analge) paling mendekati suhu tubuh sebenarnya( core body temperature ). Suhu di daerah mulut atau ketiak (aksila) sekitar 0,5 sampai0,8 derajat lebih rendah dari suhu analge, dengan catatan setelah pengukuran selamaminimal 1 menit. Tidak dianjurkan mengukur (“menebak”) suhu tubuh berdasarkanperabaan tangan (tanpa mempergunakan analgesic-l) (www.republika.co.id). Fisiologi Demam (Bagaimana Demam Terjadi)
Demam biasanya terjadi akibat tubuh terpapar infeksi mikroorganisme (virus,bakteri, parasit). Demam j u g a b i s a d i s e b a b k a n o l e h f a k t o r n o n i n f e k s i
sepertikompleks imun, atau inflamasi (peradangan) lainnya. Ketika virus atau b a k t e r i m a s u k k e d a l a m t ub u h , b e r b ag a i j e n is s e l d a r a h putih atau leukosit melepaskan “zatpenyebab demam (pirogen endogen)” yang selanjutnya memicu produksi p r o s t a g l a n d i n E2 di hipotalamus anterior, yang kemudian meningkatkan nilai-ambang temperatur dan terjadilah demam. Selama demam, hipotalamus c e r m a t mengendalikan kenaikan suhu sehingga suhu tubuh jarang sekali melebihi 41 derajatselsius (www.republika.co.id). Dampak Menguntungkan terhadap Imunitas (Daya Tahan) Tubuh
Fungsi
Bebera pa bu kt i pen el iti an „i n - vitro‟ (tidak dilakukan langsung terhadap tubuhmanusia) menunjukkan fungsi pertahanan tubuh manusia bekerja baik pada13nalgesic13l demam, dibandingkan suhu normal. IL-1 dan pirogen endogen lainnyaakan “mengundang” lebih banyak leukosit dan meningkatkan aktivitas mereka dalammenghambat pertumbuhan mikroorganisme. Demam juga memicu pertambahanjumlah leukosit serta meningkatkan produksi/fungsi interferon (zat yang membantuleukosit memerangi mikroorganisme) (www.republika.co.id).
V. METODE PERCOBAAN 5.1.1 Alat- Timbangan elektrik - Sto pwatch - Al at su ntik beaker glass 25 ml- Erlenmeyer 10 ml- Spuit 1 mlTermometer rectal- Selang oral5.1.2 Bahan Merpati 2 ekor Aquadest 2,4 Dinitrofenol [ ] 0,3% Parasetamol [ ] 10%5.2 Prosedur percobaan- Hewan ditimbang, dan ditandai- Diukur suhu rata-rata dengan thermometer melalui rectal dengan selangwaktu 5 menit sebanyak 3 kali, lalu dirataratakan- Dihitung dosis Dinitrofenol [ ] 0,3% dosis 5 mg/KgBB, diberikan secarai.m melalui otot dadanya- Diukur kenaikan suhu tubuh merpati dengan selang waktu 5 menitsampai 20 menitDihitung dosis dan diberikan • Merpati I : Kontrol suspensi kosong [ ] 1 % dosis 1% BB (oral) • Merpati II : Suspensi parasetamol [ ] 10% dosis 400 mg/KgBBDiukur perubahan suhu yang terjadi dengan selang waktu 5 menit sampai50 menit- Dibuat grafik suhu vs waktu VI. PERHITUNGAN, DATA, GRAFIK DAN PEMBAHASAN 6.1 Perhitungan DosisMERPATI ID i k : B e r a t m e r p a t i : 2 1 9 , 5 g r a m K o n s e n t r a s i D N F : 0 , 3 % D o s i s D N F : 5 m g / K g B B S y r i n g e : 8 0 s k a l a K o n s e n t r a s i su s p e n s i ko s o n g : 1 % D o s i s s u s p e n s i k o s o n g : 1 % B B Jawab :J u m l a h D N F y a n g d i b e r i k a n = 5 x 2 1 9 , 5 1000= 1,0975 mgK o n s e n t r a s i D N F d a l a m 0 , 3 % = 0 . 3 g r a m / 1 0 0 m l = 3 mg/ mlSkala dalam
syringe 1 ml = 80 skala, maka = 1 : 80= 0,0125 mlJumlah larutan DNF = 1,0975 mg3 mg/ml= 0,366 mlJ u m l a h D N F y a n g diberikan dalam syringe = 0,366 ml / 0,012 5 m l = 29,26 skalaJ u m l a h s u s p e n s i k o s o n g y a n g d i b e r i k a n = 1 % x 2 1 9 , 5 = 2,195 mlMERPATI IID i k : B e r a t m e r p a t i : 2 3 5 , 4 g r a m K o n s e n t r a s i D N F : 0 , 3 % D o s i s D N F : 5 m g / K g B B S y r i n g e : 8 0 s k a l a K o n s e n t r a s i P a r a s e t a m o l : 1 0 % D o s i s s u s p e n s i k o s o n g : 4 0 0 m g / K g B B Jawab :J u m l a h D N F y a n g d i b e r i k a n = 5 x 2 1 2 , 3 1000= 1,0615 mgK o n s e n t r a s i D N F d a l a m 0 , 3 % = 0 . 3 g r a m / 1 0 0 m l = 3 mg/ mlSkala dalam syringe 1 ml = 80 skala, maka = 1 : 80= 0,0125 mlJumlah larutan DNF = 1,0615 mg3 mg/ml= 0,353 mlJ u m l a h D N F y a n g diberikan dalam syringe = 0,353 ml / 0,0 125 ml= 28,3 skalaJ u m l a h P a r a s e t a m o l y a n g d i b e r i k a n = 4 0 0 x 2 1 2 , 3 1000= 84,92 mgK o n s e n t r a s i P a r a s e t a m o l d a l a m 1 0 % = 1 0 g r / 1 0 0 m l = 100 mg/mlJ u m l a h l a r u t a n p a r a s e t a m o l = 8 4 , 9 2 m g 100 mg/ml= 0,84 ml6.2 DATA PERCOBAANData terlampir 6.3 GRAFIK PERCOBAANData terlampir 6.4 PEMBAHASANDari percobaan diperoleh pada merpati dengan pemberian parasetamolmenunjukkan efek antipiretik yang lebih besar dibanding merpati dengan pemberianaquadest (sebagai control). Demam terjadi karena terganggunya keseimbanganganantara produksi dan hilangnya panas. Alat pengatur suhu tubuh berada dihipotalamus. Pada keadaan demam keseimbangan ini terganggu tetapi dapatdikembalikan ke normal oleh obat mirip aspirin. Ada bukti bahwa peningkatan suhutubuh pada keadaan patologik diawali penglepasan suatu zat pirogen endogen atausitokin seperti interleukin-1 (IL-1) yang memacu penglepasan PG yang berlebihan didaerah preoptik hipotalamus. Selain itu PGE2 terbukti menimbulkan demam setelahdiinfuskan ke ventrikel serebral atau disuntikkan ke daerah hipotalamus.Obat miripaspirin menekan efek zat pirogen endogen dengan menghambat sintesis PG.Tetapidemam yang timbul akibat pemberian PG tidak dipengaruhi, demikian pulapeningkatan suhu oleh sebab lain seperti latihan fisik (P.F.Wilmana, 1995).Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa parasetamol bekerja sesuai dengansebagaimana mestinya sehingga menghasilkan efek antipiretik. Antipiretik adalahgolongan obat yang dipergunakan untuk menurunkan suhu tubuh bila demam. Carakerja antipiretik antara lain dengan memperlebar pembuluh darah di kulit, sehinggaterjadi pendinginan darah oleh udara luar. Sebagian obat antipiretik juga merangsangberkeringat. Penguapan keringat turut menurunkan suhu badan. Diduga kerja obatantipiretik adalah mempengaruhi bagian otak yang mengatur suhu badan. Bagian initerletak di dasar otak. Obat antipiretik juga bersifat analgesik dan oleh karena itubiasa disebut golongan obat analgesik-antipiretik (www.republika.co.id). VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan- Parasetamol berkasiat sebagai anti piretik yaitu berdasarkan kerjanya yangmempengaruhi
hipotalamus dengan menghambat COX-2 sehingga tidak terbentuk prostaglandin dan dengan vasodilatasi perifer sehingga suhu tubuh akan turun- 2.4 din itrof enol meru paka n piro gen eksogen yang bekerja dengan caramerangsang pelepasan prostaglandin yang berlebihan di hipotalamus sehinggasuhu setting point akan naik dan tubuh h a r u s m e n y e i m b a n g k a n d e n g a n s u h u setting point tersebut.- Parasetamol memiliki efek antipiretis yang lebih kuat dibandingkan.7.2 Saran- Praktikan harus teliti dalam melihat suhu yang ditunjukkan thermometer - Ket ik a me mas uk kan ob at secara per oral, paraktikan harus berhati-hat i sehinggatidak ada obat yang tumpah dan membuat hewan coba menjadi tersedak - Praktikan harus mengerti dengan benar cara penyuntikan secara intra muskular http://www.scribd.com/doc/50501274/Antipiretik1