Perbedaan Ileus Obstruktif dan Ileus Paralitik
Dibuat oleh: Martini Aulya S,Modifikasi terakhir pada Mon 06 of Sep, 2010
[06:31]
Abstrak
Ileus merupakan suatu kondisi dimana terdapat gangguan pasase (jalannya
makanan) di usus. Ileus ini terutama dibagi dua berdasarkan penyebabnya,
yaitu ileus obstruktif dan ileus paralitik. Ileus obstruktif adalah
kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan
mekanik sedangkan ileus paralitik adalah hilangnya peristaltik usus
sementara akibat suplai saraf otonom mengalami paralisis dan peristaltik
usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang usus. Ileus
Obstruktif merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering
dijumpai, merupakan 60-70% dari seluruh kasus akut abdomen yang bukan
apendisitis akut. Penyebab yang paling sering dari obstruksi ileus adalah
adhesi/streng. Pasien pada kasus ini didiagnosis ileus obstruktif dan
dilakukan terapi bedah laparotomi eksplorasi dan ditemukan adhesi atau
streng antar ileum yang menjadi penyebab munculnya ileus obstruktif.
Keyword: ileus obstruktif, ileus paralitik, perbedaan
History
Seorang laki-laki, usia 60 tahun, datang ke IGD RSUD Saras Husada Purworejo
diantar keluarganya dengan keluhan utama tidak bisa buang angin sejak 3
hari sebelum periksa dan disertai nyeri perut hilang timbul, mual, muntah
berwarna kehijauan, tidak bisa buang air besar dan buang angin. Terdapat
riwayat operasi batu kandung empedu 10 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan
fisik tampak keadaan umum lemah, namun kesadaran compos mentis, tanda vital
hipertensi, dinding abdomen tampak lebih tinggi dari dinding thorax, nyeri
tekan pada perut kanan bawah, namun peristaltik masih normal. Hasil
pemeriksaan darah pada saat masuk dapat dilihat pada bagian laboratorium.
Pemeriksaan colok dubur dalam batas normal. Pemeriksaan laboratorium kimia
darah ditemukan hipoklorida dan darah rutin eosinopenia, limfositopenia,
dan monositosis.
Diagnosis
Ileus obstruktif
Terapi
Pasien dirawat-inapkan dan dilakukan laparotomi eksplorasi dan ditemukan
adanya adesi ileum sehingga dilakukan tindakan adhesiolisis. Terapi non
operatif diberikan injeksi intravena antara lain ceftriakson 1 gram setiap
hari, ketorolac 10 mg setiap 8 jam, ranitidin 50 mg setiap 12 jam,
metronidazol 500 mg dalam 100 mL larutan infus dan diberikan setiap 8 jam.
Dilakukan pemasangan nasogastric tube serta larutan infuse ringer laktat 32
tetes permenit.
Diskusi
Nyeri perut kolik yang muncul pada pasien ini dapat menjadi petunjuk bahwa
asal kelainan adalah dari organ yang berongga atau mempunyai saluran. Kita
dapat memikirkan usus dan ureter sebagai penyebab nyeri perut kolik
terbanyak. Adanya keluhan tambahan muntah berwarna kehijauan dan keluhan
gangguan saluran cerna yaitu berupa tidak bisa buang air besar dan buang
angin mengindikasikan terjadinya gangguan pada pasase usus atau disebut
juga ileus. Secara garis besar berdasarkan penyebabnya, ileus dibagi dua,
yaitu ileus obstruktif dan ileus paralitik. Penting bagi seorang dokter
untuk mengetahui perbedaan kedua ileus tersebut untuk menegakkan diagnosis
sehubungan dengan terapi yang akan diberikan. Berikut penjelasan yang
menggambarkan kedua ileus tersebut.
Ileus obstruktif
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana
merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi
usus.
Ileus obstruktif dapat disebabkan oleh:
1. Adhesi (perlekatan usus halus) merupakan penyebab tersering ileus
obstruktif, sekitar 50-70% dari semua kasus. Adhesi bisa disebabkan
oleh riwayat operasi intraabdominal sebelumnya atau proses inflamasi
intraabdominal. Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi berkembang
sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi abdomen dalam hidupnya.
Perlengketan kongenital juga dapat menimbulkan ileus obstruktif di
dalam masa anak-anak.
2. Hernia inkarserata eksternal (inguinal, femoral, umbilikal,
insisional, atau parastomal) merupakan yang terbanyak kedua sebagai
penyebab ileus obstruktif, dan merupakan penyebab tersering pada
pasien yang tidak mempunyai riwayat operasi abdomen. Hernia interna
(paraduodenal, kecacatan mesentericus, dan hernia foramen Winslow)
juga bisa menyebabkan hernia.
3. Neoplasma.
4. Intususepsi usus halus menimbulkan obstruksi dan iskhemia terhadap
bagian usus yang mengalami intususepsi.
5. Penyakit Crohn
6. Volvulus sering disebabkan oleh adhesi atau kelainan kongenital,
seperti malrotasi usus.
7. Batu empedu yang masuk ke ileus
8. Striktur yang sekunder yang berhubungan dengan iskhemia, inflamasi,
terapi radiasi, atau trauma operasi.
9. Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma, intususepsi, atau
penumpukan cairan.
10. Benda asing, seperti bezoar.
11. Divertikulum Meckel
Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif:
1. Nyeri abdomen
2. Muntah
3. Distensi
4. Kegagalan buang air besar atau gas(konstipasi).
Gejala ileus obstruktif tersebut bervariasi tergantung kepada:
1. Lokasi obstruksi
2. Lamanya obstruksi
3. Penyebabnya
4. Ada atau tidaknya iskemia usus
Gejala selanjutnya yang bisa muncul termasuk dehidrasi, oliguria, syok
hipovolemik, pireksia, septikemia, penurunan respirasi dan peritonitis.
Terhadap setiap penyakit yang dicurigai ileus obstruktif, semua kemungkinan
hernia harus
diperiksa.
Diagnosis ileus obstruktif tidak sulit; salah satu yang hampir selalu harus
ditegakkan atas dasar klinik dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik,
kepercayaan atas pemeriksaan radiologi dan pemeriksaan laboraorium harus
dilihat sebagai konfirmasi dan bukan menunda mulainya terapi yang segera.
Diagnosa ileus obstruksi diperoleh dari :
Anamnesis. Pada anamnesis ileus obstruktif usus halus biasanya sering
dapat ditemukan penyebabnya, misalnya berupa adhesi dalam perut karena
pernah dioperasi sebelumnya atau terdapat hernia. Pada ileus obstruksi
usus halus kolik dirasakan di sekitar umbilkus, sedangkan pada ileus
obstruksi usus besar kolik dirasakan di sekitar suprapubik. Muntah
pada ileus obstruksi usus halus berwarna kehijaun dan pada ileus
obstruktif usus besar onset muntah lama.
Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi. Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang
mencakup kehilangan turgor kulit maupun mulut dan lidah kering. Pada
abdomen harus dilihat adanya distensi, parut abdomen, hernia dan massa
abdomen. Terkadang dapat dilihat gerakan peristaltik usus yang bisa
berkorelasi dengan mulainya nyeri kolik yang disertai mual dan muntah.
Penderita tampak gelisah dan menggeliat sewaktu serangan kolik.
2. Palpasi. Pada palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi
peritoneum apapun atau nyeri tekan, yang mencakup 'defance musculair'
involunter atau rebound dan pembengkakan atau massa yang abnormal.
3. Auskultasi. Pada ileus obstruktif pada auskultasi terdengar kehadiran
episodik gemerincing logam bernada tinggi dan gelora (rush') diantara
masa tenang. Tetapi setelah beberapa hari dalam perjalanan penyakit
dan usus di atas telah berdilatasi, maka aktivitas peristaltik
(sehingga juga bising usus) bisa tidak ada atau menurun parah. Tidak
adanya nyeri usus bisa juga ditemukan dalam ileus paralitikus atau
ileus obstruksi strangulata.
4. Bagian akhir yang diharuskan dari pemeriksaan adalah pemeriksaan
rektum dan pelvis. Ia bisa membangkitkan penemuan massa atau tumor
serta tidak adanya feses di dalam kubah rektum menggambarkan ileus
obstruktif usus halus. Jika darah makroskopik atau feses postif banyak
ditemukan di dalam rektum, maka sangat mungkin bahwa ileus obstruktif
didasarkan atas lesi intrinsik di dalam usus. Apabila isi rektum
menyemprot; penyakit Hirschprung.
Radiologi. Pemeriksaan sinar-X bisa sangat bermanfaat dalam
mengkonfirmasi diagnosis ileus obstruktif serta foto abdomen tegak dan
berbaring harus yang pertama dibuat. Adanya gelung usus terdistensi
dengan batas udara-cairan dalam pola tangga pada film tegak sangat
menggambarkan ileus obstruksi sebagai diagnosis. Dalam ileus
obstruktif usus besar dengan katup ileocaecalis kompeten, maka
distensi gas dalam kolon merupakan satu-satunya gambaran penting.
Penggunaan kontras dikontraindikasikan adanya perforasi-peritonitis.
Barium enema diindikasikan untuk invaginasi, dan endoskopi disarankan
pada kecurigaan volvulus.
Laboratorium. Leukositosis, dengan pergeseran ke kiri, biasanya
terjadi bila terdapat strangulasi, tetapi hitung darah putih yang
normal tidak menyampingkan strangulasi. Peningkatan amilase serum
kadang-kadang ditemukan pada semua bentuk ileus obstruktif, khususnya
jenis strangulasi.
Terapi ileus obstruksi biasanya melibatkan intervensi bedah. Penentuan
waktu kritis serta tergantung atas jenis dan lama proses ileus obstruktif.
Operasi dilakukan secepat yang layak dilakukan dengan memperhatikan keadaan
keseluruhan pasien. Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian
yang mengalami obstruksi untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi
biasanya selalu diperlukan. Menghilangkan penyebab ileus obstruksi adalah
tujuan kedua. Kadang-kadang suatu penyumbatan sembuh dengan sendirinya
tanpa pengobatan, terutama jika disebabkan oleh perlengketan. Dekompresi
pipa bagi traktus gastrointestinal diindikasikan untuk dua alasan:
1. Untuk dekompresi lambung sehingga memperkecil kesempatan aspirasi isi
usus.
2. Membatasi masuknya udara yang ditelan ke dalam saluran pencernaan,
sehingga mengurangi distensi usus yang bisa menyebabkan peningkatan
tekanan intralumen dan kemungkinan ancaman vaskular.
Pasien dipuasakan, kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit
untuk perbaikan keadaan umum. Setelah keadaan optimum tercapai barulah
dilakukan laparatomi. Pemberian antibiotika spektrum lebar di dalam gelung
usus yang terkena obstruksi strangulasi terbukti meningkatkan kelangsungan
hidup. Tetapi, karena tidak selalu mudah membedakan antara ileus obstruksi
strangulata dan sederhana, maka antibiotika harus diberikan pada semua
pasien ileus obstruksi. Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai
rehidrasi dan organ-organ vital berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang
paling sering dilakukan adalah pembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah
dilakukan bila:
1. Strangulasi
2. Obstruksi lengkap
3. Hernia inkarserata
4. Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif (dengan pemasangan
NGT, infus, oksigen dan kateter).
Tindakan yang terlibat dalam terapi bedahnya masuk kedalam beberapa
kategori mencakup:
1. Lisis pita lekat atau reposisi hernia
2. Pintas usus
3. Reseksi dengan anastomosis
4. Diversi stoma dengan atau tanap resksi.
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan
elektrolit. Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus
memberikan kalori yang cukup. Perlu diingat bahwa pasca bedah usus pasien
masih dalam keadaan paralitik.
Ileus paralitik.
Ileus paralitik atau adinamic ileus merupakan keadaan dimana usus gagal
atau tida mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya.
Ileus paralitk bukanlah merupakan suatu penyakit primer usus melainkan
akibat dari berbagai penyakit primer, tindakan operasi yang berhubungan
dengan rongga perut, toksin dan obat-obatan yang dapat mempengaruhi
kontraksi otot polos usus.
Gerakan peristaltik merupakan suatau aktivitas otot polos usus yang
terkoordinasi dengan baik, dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti keadaan
otot polos usus, hormon-hormon intestinal, sistem saraf simpatik dan
parasimpatik, keseimbagan elektrolit dan sebagainya. Ileus paralitik hampir
selalau dijumpai pada pasien pasca operasi abdomen. Keadaan ini biasanya
hanya berlangsung 24-72 jam. Beratnya ileus parlitik pasca operasi
bergantung pada lamanya operasi, seringnya manipulasi usus dan lamanya usus
berkontak dengan udara luar. Pencemaran peritoneum oleh asam lambung, isi
kolon, enzim pankreas, darah dan urin akan menimbulkan paralisis usus.
Kelainan retoperitneal seperti hematomaretroperitoneal, terlebih lagi bila
disertai fraktur vertebra sering menimbulkan ileus paralitk yang berat.
Demikian pula kelainan pada rongga dada sepert empiema dan infark miocard
dapat disertai paralisis usus. Gangguan elektrolit terutama hipokalemia
merupakan penyebab yang cukup sering.
Etiologi Ileus Paralitik
1. Neurogenik. Pasca operasi, kerusakan medulla spinalis, keracunan
timbale, kolik ureter, iritasi persarafan splanknikus, pankreatitis.
2. Metabolik. Gangguan keseimbangan elektrolit (terutama hipokalemia),
uremia, komplikasi DM, penyakit sistemik seperti SLE, sklerosis
multiple.
3. Obat-obatan. Narkotik, antikolinergik, katekolamin, fenotiasin,
antihistamin.
4. Infeksi. Pneumonia, empiema, urosepsis, peritonitis, infeksi sistemik
lainnya
5. Iskemia usus
Gejala yang muncul dapat berupa gangguan pada siklus buang air besar, perut
kembung (distensi), muntah, badan meriang (panas). Hasil pemeriksaan fisik
pada pasien ileus paralitik: distensi abdomen, meteoristik, bising usus
menurun atau bahkan menghilang, keadaan umum sakit bisa ringan atau bahkan
berat. Pada pemeriksaan colok dubur didapatkan rektum tidak kolaps dan
tidak didapatkan kontraksi dari usus. Pada pemeriksaan foto abdomen tampak
gambaran herring bone atau gambaran tulang ikan. Penatalaksanaan secara non
medis adalah KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) tentang penyakit ini,
tirah baring, puasa, pasien mendapat nutrisi parenteral sampai BU (+)/
Flatus (+), pasang NGT / Naso Gastric tube (selang lambung), dan
kateterisasi urin.
Kesimpulan
Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi
usus akut yang segera memerlukan pertolongan dokter. Ileus obstruktif
adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh
sumbatan mekanik. Ileus paralitik adalah hilangnya peristaltik usus
sementara. Keduanya berbeda dalam hal gejala terutama nyeri perut yang
ditimbulkan, pemeriksaan abdomen khususnya kelainan peristaltik usus,
pemeriksaan rectal toucher, dan pemeriksaan radiologi x-ray abdomen.
Perbedaan ini dapat mempermudah untuk menegakkan diagnosis jenis ileus
sehingga dapat diberikan terapi yang tepat.
Referensi
1. Ghazali, R. 2007. Radiologi Diagnostik. Yogyakarta : Pustaka Cendikia
Press.
2. Heller, J. 2008. Medical Encyclopedia: Small Bowel Resection-series:
Normal Anatomy. National Library of Medicine.
3. Levine, B.A., and Aust, J.B. Kelainan Bedah Usus Halus. Dalam Buku
Ajar Bedah Sabiston's essentials surgery. Editor: Sabiston, D.C. Alih
bahasa: Andrianto, P., dan I.S., Timan. Editor bahasa: Oswari, J.
Jakarta: EGC, 1992.
4. Mukherjee, S. 2008. eMedicine: Ileus. The Medscape Journal.
5. Price, S.A. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit.
Editor: Price, S.A., McCarty, L., Wilson. Editor terjemahan: Wijaya,
Caroline. Jakarta: EGC, 1994.
Penulis
Martini aulya S, Bagian Ilmu Bedah, RSUD Saras Husada, Kab. Purworejo, Jawa
Tengah.