DISKURSUS KONSEP WISATA HALAL PADA SITUS WISATA BUDAYA DI YOGYAKARTA Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu:
Zein Muttaqien, SEI, MA
DISUSUN OLEH: Walid RIady F Ananda Abdila Amanu
14423124 14423008
PRODI EKONOMI ISLAM FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2016 1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, Shalawat serta salam yang tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah mengajarkan kepada kita arti Islam itu sendiri. Dan sehingga Makalah Mata Kuliah Bahasa Indonesia dapat kami selesaikan guna sebagai salah satu tugas akhir yang telah diberikan. Dan tak lupa juga, kami haturkan terima kasih kepada Bapak Zein Muttaqien, SEI, MA selaku dosen pengajar mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberi kesempatan kepada kami untuk belajar dan mengimplementasikan ilmu, sehingga dapat mengumpulkan makalah ini, serta seluruh pihak yang telah memberikan motivasi dan dukungan kepada kami untuk menyelesaikan makalah tugas akhir ini. Kami sadar , bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurnah. Untuk itu, kami terus mengharapkan bimbingan dan nasehat dari dosen pengajar agar kami dapat mengerjakannya lebih baik lagi. Harapan kami, semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembacanya. Akhirnya kami ucapkan terima kasih. Akhir kata Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Yogyakarta,20 Desember 2016
Penulis
2
Daftar Isi Pendahuluan ........................................................................................................................... 4 Latar belakang ........................................................................................................................ 4 Rumusan masalah .................................................................................................................. 4 Tujuan penulisan .................................................................................................................... 4 Pembahasan............................................................................................................................ 5 Pengertian konsep wisata halal .............................................................................................. 5 Ruang lingkup wisata halal .................................................................................................... 6 Sejarah singkat Yogyakarta ................................................................................................... 8 Situs wisata budaya ................................................................................................................ 8 Tingkat kunjungan wisata Yogyakarta .................................................................................. 9 Penerapan konsep wisata halal pada situs wisata .................................................................. 10 Penutup .................................................................................................................................. 13 Kesimpulan ............................................................................................................................ 13 Daftar pustaka ........................................................................................................................ 13
3
PENDAHULUAN Latar belakang Pariwisata sebagai solusi yang sering dipilih setiap individu dalam menghabiskan waktu berlibur, me- refresh agar lebih segar kembali dan dapat melakukan aktifitas seperti biasa lagi. Setiap tahunnya jumlah wisatawan di dunia selalu mengalami peningkatan. Apa lagi pada abad ke-21 ini dimana lahirnya paham yang menjurus pada pemenuhan kebutuhan akan wisata lebih banyak dari sebelumnya. Akibatnya semakin meningkatnya mobilitas tentang kepariwisataan. Fenomena ini memberikan dampak positif bagi beberapa elemen baik pengelola, masyarakat, dan tentunya para pelaku usaha dibidang jasa pariwisata. Dengan meningkatnya perkembangan konsumen pariwisata ini. Akhir-akhir ini kontributor jumlah wisatawan yaitu para traveler muslim. Hal ini membuka pangsa pasar baru dalam pariwisatan. Banyak pelaku usaha di negara-negara muslim maupun non muslim berlomba-lomba menerapkan kosnep ini dengan sangat baik. Terlihat dari banyaknya peserta dari berbagai negara yang mengikuti kompetisi wisata halal yang diadakan di Qatar beberap bulan yang lalu. Termasuk indonesia yang mengikuti dan memenangkan dua belas kategori dari dari total enam belas kategori yang dilombakan. Indonesia yang memiliki banyak sekali objek wisata mempunyai potensi besar dalam penerapan wisata halal. Salah satu yaitu wisata yang bernuansa kebudayaan akibat peninggalan Indonesia pada zaman dahulu. Seperti adanya cikal bakal budaya Hindu serta budha. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah konsep wisata halal dapat diterapkan pada situs-situs wisata tersebut. mengingat pemahaman akan wisata halal oleh masyarakat yaitu sebagai wisata religi. Rumusan masalah Dengan melihat beberapa permasalahan yang ada baik dari segi pemahaman masyarakat dan adanya wisata yang notabe-nya adalah peninggalan kerajaan Hindu-Budha pada masa dahulu, maka disusunlah rumusan masalah sebagai berikut; 1. Bagaimana hakikat konsep wisata halal? 2. Bagaimana perkembangan situs wisata budaya di Yogyakarta? 3. Bagaimana kesesuaian penerapan konsep wisata halal pada situs-situs budaya Yogyakarta? Tujuan Penulisan 1. memahami hakikat konsep wisata halal. 2. Memahami perkembangan situs wisata budaya Yogyakarta. 3. Memahami kesesuaian penerapan konsep wisata halal pada situs budaya yang ada di Yogyakarta.
4
PEMBAHASAN
Definisi wisata halal (halal tourism) Pemaknaan akan kata wisata halal mungkin akan menimbulkan sedikit kebingungan bagi setiap orang yang mendengarnya. Hal ini diakibatkan banyaknya kata persamaan dari kata ini sendiri seperti wisata syariah, wisata halal, dan serta dalam bahasa asing biasa disebut halal tourism, halal travel, dan Islamic tourism. Memang jika ditelaah lebih lanjut kata-kata diatas memiliki makna yang berbeda. Tetapi untuk menyamakan persepsi penulis mencoba menyamakan makna dan tujuan dari kata-kata tersebut. Wisata halal merupakan suatu konsep baru dalam bidang kepariwisataan. Awal mula diperkenalkannya wisata halal yaitu timbul dari pembahasan saat OKI tahun 2000 (Tsany alim Et Al, 2015). Oleh karena itu selain terdapat penamaan yang berbeda dilain sisi timbulnya berbagai macam pemahaman tentang makna kata ini. Dikalangan masyarakat Indonesia makna wisata halal disama artikan dengan kata wisata religi. Tsany alim pada tahun 2015 dalam penelitiannya mengatakan wisata religi yaitu kunjungan-kunjungan ke tempat ibadah untuk berziarah atau tempat-tempat ibadah lainnya. Padahal, pariwisata syariah tidak terfokus pada objek saja, tetapi adab perjalanan dan fasilitas lainnya (Chookaew, 2015). Secara etimologi wisata halal terdiri dari kata wisata dan halal. Wisata merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh individu ataupun kelompok untuk tujuan rekreasi atau bersenangsenang dengan mengunjungi suatu objek wisata tertentu yang dapat mendatangkan kesenangan itu sendiri. Sama halnya dengan makan wisata dalam UU no 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan bahwa wisata merupakan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari daya tarik wisata yang dikunjunginya dalam jangka waktu sementara. Sedangkan kata halal merupakan salah satu komponen dalam hukum syariah islam. menurut batour dalam jurnalnya menyebutkan bahwa halal merupakan suatu hal yang diperbolehkan dalam islam (2015). Lingkup hal-hal yang diperbolehkan dalam islam memang sangat luas, berbagai banyak hal tersebut mulai dari makanan, muamalah, pelayanan dan lainlain. Definisi singkat tersebut memberikan kesimpulan bahwa makna wisata halal merupakan jenis-jenis kegiatan wisata yang diperbolehkan yang tidak melanggar aturan yang telah ditentukan dalam islam. Sedangkan secara terminologi makna wisata halal dari beberapa jurnal sebagai berikut; Jafari dan Scott (2014) menjelasksan bahwa kepariwisataan halal adalah dorongan dalam berwisata sesuai dengan syariah islam (Batour, 2015). Carboni et al (2014) juga mendefinisikan wisata halal yaitu sebagai wisata yang sesuai dengan syariah, termasuk didalamnya orang yang beragama islam yang tetap ingin menjaga kebiasaan dalam beragamanya selama berwisata (Batour et al. 2015). Priyadi tahun 2015 juga mendefinisikan wisata halal sebagai suatu dimensi etika didalam industri pariwisata, yang mengedepankan nilai-nilai moral dan estetika sebagai suatu standar tertinggi yang harus dipatuhi ( Ade suherlan, 2015). Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa wisata halal merupakan suatu konsep wisata yang dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan prinsip-prinsip syariah islam.
5
Ruang lingkup wisata halal Ruang lingkup pariwisata pada umumnya memang cukup luas (Deputi Bidang Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan, 2015). Ruang lingkup ini tidak hanya berfokus pada lokasi destinasi dari suatu wisata tertentu, tetapi juga termasuk didalamnya fasilitas yang disediakan untuk para wisatawan sejak datangnya wisata hingga kepergian wisatawan meninggalkan suatu destinasi. Dalam segi destinasi tempat yaitu suatu lokasi yang memilik daya tarik tertentu bagi setiap orang untuk berkunjung dan berwisata ke lokasi tersebut seperti contoh pantai, air terjun, waterboom, pegunungan serta masih banyak lagi macam lokasi destinasi wisata. Dilain sisi ruang lingkup wisata juga termasuk didalamnya makanan, pelayanan wisata, penginapan dan masih banyak macam lainnya. Kemudian ruang lingkup wisata halal menurut Suhaimi, Kahiril, danYakoob (2010) “The fundamental of halal tourism includes the components such as halal hotel, halal transportation, halal food premises, halal logistics, Islamic finance, Islamic travel packages, and halal spa”(Ade suherlan, 2015). Hal senada juga disampaikan oleh Kementrian kepariwisataan dan kreatif (2015) yaitu dalam pengembangan pariwisata halal meliputi empat komponen usaha pariwisata yaitu perhotelan, restoran, biro jasa perjalanan wisata dan spa. Maka perlunya penjelasan lebih lanjut terkait aspek-aspek tersebut; 1. Halal hotel Memang akan menimbulkan sedikit kebingungan akan terkait konsep halal hotel. Memang pada dasarnya dalam islam tidak terdapat pengaturan konsep halal hotel secara eksplisit. Konsep yang diusung dalam penyediaan halal hotel berfokus bagaimana suatu penyediaan fasilitas seperti toilet dengan tersedianya air suci, pelayanan-pelayanan dalam penyediaan makanan halal serta manajemen yang sesuai dengan syariat islam. senada dengan apa yang disampaikan dalam HALBASE PTE LTD. Halal Tourism Working Paper bahwa halal hotel adalah hotel yang menyediakan pelayanan kepada para wisatawan muslim. Jenis hotel ini tidak hanya berfokus dalam penyajian makanan dan minuman saja tetapi operasional perusahaan harus diatus agar sesuai dengan syariat islam (Chanin, 2015). Henderson (2010) menyebutkan bahwa operasional perusahaan ini bisa berupa penyediaan tempat ibadah untuk wisatawan muslim agar mudah dalam menjalankan ibadah solat serta ibadah lainnya, pengingat akan waktu solat, penyiaran program-program religi, permbedaan fasilitas kolam renang bagi wanita dan pria ( Chookaew, 2015). Maka dengan ini dapat halal hotel harus didalamnya terdapat beberapa kriteria yaitu; • Lokasi/kamar hotel tersedia air sebagai alat bersuci. • Tersedianya penunjuk arak kiblat. • Pengingat waktu solat. • Musollah atau tempat ibadah bagi umat muslim. • Penyediaan makanan non halal. • Pemisahan fasilitas umum untuk pria dan wanita seperti gym, kolam renang, ruang bersantai. • Dan dapat ditambah program-program tontonan religi. Beberapa macam komponen diatas tidak bersifat baku. Setiap pengelola dapat menfariasikan lagi jenis-jenis pelayanan untuk memkasimalkan pelayanan. Hanya hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana pelayananpelayanan tersebut tidak berbenturan dengan hukum syariat islam.
6
2. Restauran halal Dalam konsep tidak hanya berfokus pada jenis makanan yang disajikan bersifat halal dan higenis. Melainkan semua aspek terkait berjalannya perusahaan restaurant harus sesuai dengan nilai-nilai dalam islam. beberapa nilai-nilai islam dalam hal maknan dan minuman yaitu; daging yang dikonsumsi harus termasuk kedalam hewan yang diperbolehkan dalam islam yaitu sapi, kerbau, kambing dan lainnya, kemudian hal kedua yaitu setiap hewan ynag akan dikonsumsi harus disembelih dengan menyebut nama Allah, selanjutnya proses dalam pemasakan dan penyajian terjaga dari najis, serta alat-alat yang digunakan harus suci dan tidak berasal dari bahan-bahan yang bersifat dilarang dalam syairah islam. Lebih lengkapnya penerapan nilai-nilai islam dalam restouran halal yaitu seperti yang disampaikan dalam jurnalnya oleh Zulkifli et al (2011) minuman dan makanan yang disajikan harus halal. Semua hewan yang akan dkonsumsi seperti sapi, ayam harus disembelih sesuai dengan prinsip syariah, semua resep harus halal dan melalui proses yang sesuai dengan syariah. Semua perabotan dapur harus tidak termasuk kedalam barang-barang haram. 3. Maskapai penerbangan halal Penerbangan halal merupakan konsep yang dalam pemenuhan kebutuhan dan fasilitas yang akan diberikan kepada setiap penumpang yang menggunakan jasanya. Maskapai penerbangan halal memberikan pelayanan yang sesuai dengan syariah islam yaitu seperti makanan dan minuman halal, fasilitas untuk beribadah termasuk solusi pengganti wudhu’ (Zulkifli et al (2011). Serta hal yang tidak kalah pentingnya yaitu sikap dan gaya penampilan setiap pegawai masakapai harus sesuai dengan syariah seperti pramugari menggunakan seragam yang sopan dan tertutup. 4. Halal spa Sebagai tambahan, halah spa terdiri dari terdiri dari beberapa komponen yaitu; location, bahan spa, keamanan, pelayanan, tanggungan sosial, manajemen lingkungan, pengolahan limbah (Chookaew, 2015) Kemudian dalam Global Muslim Travel Index (GMTI) 2016 membagi segmentasi hal-hal yang ada dalam suatu wisata halal menjadi tiga bagian yaitu need to have (primer), good to have (sekunder) dan nice to have (tersier). Lebih lengkapnya yaitu sebagai berikut; • Need to have (primer) Beberapa hal yang diharuskan kesediaannya dalam penerapan wisata halal. Hal tersebut yaitu; adanya pelayanan makanan dan minuman halal, dan kedua fasilitas ibadah baik tempat ibadah, penunjuk kiblat dan pengingat waktu solat. • Good to have (sekunder) Fasilitas yang termasuk kedalam aspek ini iyalah ketersediaanya air suci dan kemudahannya dalam menggunakan, dan ketersidaan fasilitas puasa baik menu berbuka yang halal, menu sahur dan pengingat waktu-waktu tersebut. • Nice to have (tersier) Hal yang dapat ditambahkan dalam penerapan konsep wisata halal ini yaitu ketidak adaan kegiatan-kegiatan yang tidak sesuai dengan syariah seperti judi, mabuk. Serta adanya fasilitas dan pelayanan paket wisata untuk berekreasi yang tidak melanggar ajaran syariah islam Poin diatas merupakan gambaran umum setiap lini dalam wisata yang diharuskan sesuai dengan prinsip-prinsi syariah. Seperti apa yang telah disampaikan sebelumnya ruang lingkup 7
wisata halal memang memiliki cakupan yang cukup banyak. Tetapi pada titik fokusnya wisata halal tidak merubah esensi dari makna wisata tersebut. Melainkan memberikan beberapa fasilitas yang sesuai dengan prinsip-prinsip syairah islam. Sejarah singkat kota Yogyakarta Menurut Juningsih ( 2015) dalam buku yang ditulis oleh Kartodirjo menyebutkan Kota Yogyakarta memiliki sejarah yang panjang. Diawali dengan perjanjian Giyanti yang ditandatangani oleh Sunan Paku Buwana III dan pangeran Mangkubumi pada tanggal 12 Februari 1755, sebagai bentuk pengakuan keberadaan Keraton Yogyakarta. Diresmikannya kedudukan Mangkubumi sebagai Sultan Yogyakarta dengan gelar Hamengku Buwana.(Kartodirjo,1999, p.233). Perjalanan sejarah Yogyakarta dari zaman kerajaan, kolonilisme hingga saat ini sangatlah panjang. Mulai menjadi ibukota sementara, hingga menjadi provinsi yang memiliki peraturan otonom. Sebagai salah satu kota budaya yang berada di pulau Jawa, Yogyakarta memiliki beragam budaya. Yogyakarta adalah salah satu kota yang ada di pulau jawa yang masih menjalankan sistem kerajaan sebagai sistem pemerintahan. Sebagai salah satu kota yang menjalankan sistem kerajaan, Yogyakarta memiliki banyak peninggalan sejarah. Peninggalan sejarah yang ada di yogyakarta sangatlah beragam. Mulai peninggalan Budha, Hindu dan Islam. Sisa peradaban Hindu dan Budha sangat banyak dijumpai di Yogyakarta, hal itu ditandai dengan banyak candi yang tersebar di sekitar kota Yogyakarta. Candi yang terdapat disekitar yogya sangatlah beragam dan banyak. Mulai candi hindu terbesar yaitu Candi Perambanan dan Candi Budha terbesar yaitu candi Borobudur yang terletak di kabupaten Magelang 40 km dari yogyakarta. Dua candi tersebut adalah gambaran peradaban yang ada di yogyakarta. Sebenarnya masih banyak candi lain yang tersebar di sekitar kota yogyakarta selain dua candi tersebut. tidak hanya candi saja yang terdapat di kota yogya sebagai bukti peradaban. Sebagai salah satu kota peradaban yang ada di pulau jawa, yogyakarta memiliki sisi peradaban lain. Sebut saja seperti Makam raja-raja yogyakarta yang terletak area pemakaman imogiri, kemudian keraton kesultanan dan lain sebagainya. Bangunan-bangunan tersebut yang menjadikan yogyakarta sebagai kota budaya yang ada di pulau jawa. Ditambah dengan sistem kerajaan yang masih dijalankan dan dipimpin langsung oleh Sultan yang berada di keraton untuk menjalankan sistem pemerintahan yang ada. Sisa peradaban yang ada di Yogyakarta saat ini masih terjaga dan terawat keadaannya. Hal itulah yang dilakukan oleh pemerintah setempat untuk mengelola dan mengoptimalkan sisa peradaban yang tersisa. Bukan hanya sisa peradaban Hindu Budha yang besar saja yang dioptimalkan dan dikelola oleh pemerintah, melainkan peradaban yang kecil juga dijaga dan dirawat oleh pemerintah setempat. Seperti Candi Ratu Boko, Candi Ijo, Candi Sambisari, Candi Barong dan masih banyak lagi. Situs wisata budaya Yogyakarta Peninggalan-peninggalan yang terdapat di Yogyakarta sampai saat ini masih bisa untuk kita jumpai. Karena pemerintah setempat sangat memperhatikan sisa peninggalan sejarah dan budaya yang ada di sekitar Yogyakarta. Bukan hanya sisa peninggalan Hindu dan Budha saja yang tetap dilestarikan oleh pemerintah setempat. Sisa budaya peninggalan kerajaan Islam juga masih tetap dijaga dan dilestarikan. Seperti Fungsi Keraton sebagai tempat tinggal raja dan keluarganya. Bukan hanya dijadikan tempat tinggal oleh para bangsawan saja , keraton juga dijadikan sebagai destinasi wisata kota Yogyakarta. Kemudian Masjid Agung Kauman yang terdapat disekitar keraton, yang berfungsi sebagai pusat perkembangan dan kemajuan serta 8
penyebaran agama Islam hingga saat ini. Disekitar keraton Yogyakarta juga bisa kita jumpai yaitu terdapat dua alun-alun yang berfungsi untuk mengadakan acara-acara besar kerajaan seperti Perayaan Pasar Malam Sekaten dan Grebeg (yaitu keluarnya gunungan yang akan diperebutkan oleh masyarakat luas). Tempat-tempat diatas tadi, yang disebutkan oleh penyusun adalah bukti bahwa sisa peradaban yang ada di Yogyakarta masih dipertahankan sampai saat ini. Sisa peradaban tersebut juga menjadi daya tarik wisata provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta untuk menarik wisatawan yang berkunjung di kota Yogyakarta baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Pemerintah Kota Yogyakarta tidak hanya mengoptimalkan sisa peradaban dan peninggalan di masa lampau saja. Akan tetapi Pemkot Yogyakarta juga mengoptimalkan destinasi wisata lain yang masih memiliki hubungan erat dengan kebudayaan yang ada di keraton Yogyakarta. Sebagai kota Budaya tentunya, Yogyakarta masih memegang prinsip adat dan kebudayaan yang ada. Destinasi wisata lain yang masih memiliki hubungan dengan adat yang ada di Keraton Yogyakarta juga masih dilestarikan dan dijaga. Hal itu bisa dilihat saat tanggal dan bulan tertentu. Budaya tersebut juga dioptimalkan sebagai bentuk untuk menarik wisatawan. Sebut saja seperti Wilayah Pantai Selatan dan sekitaran lereng Gunung Merapi. Pada bulan dan tanggal tertentu terdapat upacara adat yang dilaksanakan oleh warga sekitar yang hidup di sekitar keraton. Upacara tersebut juga tidak lepas dari nilai tawar destinasi wisata yang ditawarkan oleh kota Yogyakarta untuk menarik wisatawan yang ada. Nilai-nilai adat dan kebudayaan Yogyakarta sangatlah kuat dan teguh untuk dijalankan. Hal itulah yang menjadikan kota Yogyakarta sebagai kota Budaya dan sisa peradaban yang ada. Sampai saat ini pun nilai-nilai luhur masyarakat jawa belum luntur terkhusus bagi masyarakat yang mendiami sekitaran keraton Yogyakarta. Masjid Agung Kauman, Makam Raja Imogiri dan lain sebagainya masih menjalankan adat terdahulu. Bukan hanya memfokuskan peradaban Islam saja melainkan sisa peradaban lain juga masih terus dijaga dan dilestarikan. Sebagai kota budaya Yogyakarta terus memperbaiki citra kualitas destinasi wisata yang ada. Destinasi wisata di yogyakarta terus diperbaiki dari segi tempat yang kurang terawat sampai segi tata kelola dan manajemen pariwisata yang ada. Seperti salah satu destinasi wisata yang terdapat di pinggiran kota Yogyakarta yaitu di Kabupaten Sleman tepatnya daerah Prambanan. Sangat banyak destinasi yang ada di daerah tersebut. hingga saat ini banyak destinasi wisata disana sangatlah ramai dan banyak dikunjungi oleh wisatawan. Sebut saja seperti Tebing Breksi, Candi Ratu Boko, Candi Ijo dan masih banyak lagi. Pemerintah Provinsi Yogyakarta sangat memperhatikan destinasi wisatanya sebagai salah satu pendapatan provinsi dan mensejahterakan masyarakat yang ada di sekitar. Jumlah kunjungan wisatawan di Yogyakarta setiap tahunnya mengalami fluktuatif. Tingkat kunjungan wisatawan Yogyakarta Sebagai kota budaya dan kota pelajar kunjungan pariwisata di kota Yogyakarta setiap tahunnya mengalami peningkatan. Sebagai kota wisata tentunya Yogyakarta sangat memperhatikan segala kebutuhan yang berkaitan akan pariwisata. pembangunan semakin gencar , seperti jumlah hotel yang terus bertambah. Dari data statistik pariwisata DIY, jumlah Hotel Bintang bersertifikasi yang ada di Yogyakarta berjumlah 64 hotel. Jumlah tersebut didukung dengan peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara yang mengunjungi Yogyakarta. Jumlah wisatawan mancanegara di Hotel Bintang tahun 2015 sebanyak 231.971 orang, artinya jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 16,06% dari tahun 2014 dengan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara 199.864 orang. (DINAS PARIWISATA YOGYKARTA, STATISTIK KEPARIWISATAAN 2015) 9
Wisatawan yang mengunjungi Yogyakarta tidak hanya berfokus pada satu objek wisata saja. Sebagai kota wisata , jumlah destinasi yang terdapat di Yogyakarta sangatlah banyak dan beragam. Destinasi sisa peninggalan sejarah, peninggalan kerajaan dan masih banyak lainnya. Dengan banyaknya jumlah destinasi wisata yang ada di Yogyakarta para wisatawan menjadi tertarik untuk datang di Yogyakarta. Beragam destinasi wisata yang ditawarkan menjadi nilai tawar wisatawan untuk berkunjung ke Yogyakarta. Tingkat kunjungan wisata di Yogyakarta sangatlah beragam. Dari destinasi wisata yang ada di tengah kota Yogyakarta sampai ke pelosok Yogyakarta masih tetap menjadi daya tarik para wisatawan. Berikut penyusun sajikan data tingkat kunjungan wisatawan mancanegara berdasarkan data statistik pariwisata Yogyakarta tahun 2015 PER Negara jenis akomodasi; NO
NEGARA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
AMERIKA AMERIKA LATIN ASEAN LAINNYA ASIA LAINNYA ASIA PASIFIK LAINNYA AUSTRALIA AUSTRIA BELANDA BELGIA BRUNEI KANADA DENMARK EROPA LAINNYA FINLANDIA HONGKONG INDIA INGGRIS ITALIA JEPANG
HOTEL BINTANG 13,769 1,267 6,725 11,031 2,310 12,373 1,110 27,110 4,956 832 2,803 819 4,722 625 1,277 4,012 3,699 3,668 25,740
HOTEL NON BINTANG 2,632 962 5,465 1,500 935 4,179 863 6,098 1,971 825 1,148 1,120 1,288 575 1,125 1,784 2,594 3,429 3,827
JUMLAH 16,401 2,229 12,190 12,531 3,245 16,552 1,973 33,208 6,927 1,657 3,951 1,939 6,010 1,200 2,402 5,796 6,293 7,097 29,567
Penerapan konsep halal tourism pada objek wisata budaya Yogyakarta Sebagaimana yang telah dipaparkan diatas mengenai konsep wisata halal. Bahwasanya wisata halal tidak bermakna wisata religi atau kunjungan keberbagai lokasi yang memiliki nilai spiritual bagi umat muslim. Konsep halal tourism ini berfokus pada proses penyediaan fasilitas dan sarana-prasarana yang diberikan kepada konsumen sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Dalam penerapannya konsep wisata halal ini tidak hanya dilakukan oleh negara atau wilayah yang notabenya negara muslim maupun negara mayoritas muslim. Hal ini seperti apa yang disampaikan oleh Batour (2015) Therefore it includes services and products that are designed forMuslim travellers inMuslimand non-Muslim countries Furthermore, the definition considers the purpose of travel is not necessarily religious. It may be any of the general motivations of tourism. Beberapa negara yang telah menerapkan konsep wisata halal untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mereka yaitu; Singapure, Thailand, United Kingdom, South Africa, Hongk ong, France, Taiwan, Japan, Sri Langka, United State (GMTI, 2016). Dengan adanya hal ini menunjukkan bahwa penerapan konsep wisata halal tidak hanya berfokus di negara atau wilayah islam. 10
Kemudian penerapan konsep wisata halal di setiap situs wisata budaya Yogyakarta akan dibahas kedalam beberapa bagian. Pembahasan ini akan melingkupi beberap aspek yang memiliki urgensi dalam konsep wisata halal ini. 1. Tempat atau lokasi Lokasi pariwisata yang dipilih merupakan yang diperbolehkan kaidah Islam dan dapat meningkatkan nilai-nilai spiritual wisatawan ( Cookhew, 2015). Dalam kalimat yang disampaikan oleh Cookhew tersebut terdapat dua makna. Makna pertama diambil dari kata diperbolehkan kaidah islam maksud dalam kata iyalah jenis-jenis tempat yang digunakan sebagai obyek wisata tidak mengandung hal-hal yang melanggar syariah islam. Dan kedua yaitu “meningkatkan nilai-nilai spiritual” dalam hal ini tidak diwajibkan adanya sautu objek wisata dapat meningkatkan tingkat keimanan seorang muslim. Situs wisata candi Prambanan di Yogyakarta memiliki berbagai lokasi yang cukup strategis dan sesuai dengan kriteria ini. Meskipun tempat wisata tersebut merupakan tempat ibadah umat agama lain tetapi tujuan inti dari setiap wisatawan yaitu untuk menikmati keindahan situs wisata yang ada didalamnya. Tidak untuk ikut mengimani dan mengikuti ajaran mereka. 2. Konsumsi Cookhew (2015) dalam jurnalnya menjelaskan bahwa Islam sangat memperhatikan segi kehalalan konsumsi, hal tersebut tertuang dalam Q.S Al-Maidah ayat 3. Segi kehalalan disini baik dari sifatnya, perolehannya maupun pengolahannya. Selain itu, suatu penelitian menunjukkan bahwa minat wisatawan dalam makanan memainkan peran sentral dalam memilih tujuan wisata (Moira, 2012). Hal ini jelas ketentuannya untuk setiap muslim diwajibkan memakan makanan dan minuman yang halal kecuali dalam keadaan yang sangat darurat. Keadaan demografi kawasan candi Prambanan menunjukkan mayoritas muslim. Berdasarkan survei sederhana terdapat banyak sekali tempat atau warung makan yang menyajikan berbagai jenis makanan halal. Keadaan ini menunjukkan kesusaian suatu lokasi wisata sesuai dengan konsep wisata halal yaitu tersedianya makanan halal. 3. Hotel Seperti apa yang telah dijelaskan diawal sebagai ruang lingkup suatu wisata halal keberadaan hotel dan penerapannya di Yogyakarta memang pada umumnya masih belum menerapkan konsep wisata halal sebagai mana mestinya. Tetapi dilain sisi terdapat beberapa hotel yang menerapkan konsep wisata halal ini seperti Hotel UNISI, Hotel MADANI. Meskipun hotel-hotel pada umumnya belum menerapkan konsep wisata halal ini tetapi dalam prakteknya terdapat nilai-nilai yang tergolong sebagai suatu wajiban dalam penerapan wisata halal. Seperti contoh adanya penyertaan buku nikah atau bukti lain bagi pasangan yang ingin menginap dihotel. Serta tersedianya berbagai fasilitas baik makanan halal, pemberian fasilitas penunjuk kiblat, ruang beribadah dan beberapa fasilitas lainnya. Kesesuaian hal tersebut tidak lepas dari peran rakyat indonesia yang memiliki budaya yang sudah sangat melekat dengan islam. Meskipun Indonesia memiliku sejarah penduduknya pernah menjadi pusat kerajaan dan kekuasaan Hindu dan Budha. Indonesia yang penduduk muslim dibanding dengan total penduduk Indonesia hanya sedikit yaitu 207 juta jiwa dengan 11
237,6 juta jiwa. Tentunya itu menjadi faktor utama dalam kesesuaian fasilitas-fasilitas yang ada disetiap situs wisatas budaya Yogyakarta.
12
PENUTUP Kesimpulan Kemudian, dengan melihat konsep umum dalam wisata halal yang ada beserta ruang lingkupnya. Dapat disimpulkan bahwa wisata halal merupakan konsep wisata yang dalam penerapannya tidak melampaui batas-batas ketentuan yang ada dalam islam. Wisata halal juga bukan berarti wisata religi yang memuat didalamnya hanya kegiatan-kegiatan keagamaan. Wisata religi merupakan bagian yang ada dalam konsep wisata halal tetapi bukan inti dari adanya konsep wisata ini. Selanjutnya penerapan wisata halal ini bukan berarti ditujukan khusus untuk para traveler musli, melainkan untuk dapat dikonsumsi juga oleh traveler nonmuslim. Penerapannya tidak hanya berpaku pada wilayah atau situs halal saja. Konsep ini dapat diterapkan di situs-situs wisata keagamaan dengan catatan untuk peningkatan kepariwisataan. Kemudian penerapan konsep wisata halal di Yogyakarta memang masih terbilang minim khususnya pada sektor situs wisata budaya. Tetapi lingkungan beberapa situs wisata budaya sudah memiliki beberapa kriteria yang sesuai dengan konsep wisata halal. Ketersediaan fasilitas baik makanan halal, ketersediaan fasilitas ibadah menunjukkan penerapan konsep wisata halal pada situs wisata budaya di Yogyakarta dapat diterapkan dengan baik. Karena apda hakikatnya penerapan konsep wisata halal tidak merubah esensi dari adanya situs budaya yang ada.
Daftar pustaka Sureerat Chookaew et al, Increasing Halal Tourism Potential atAndaman Gulf in Thailand for Muslim Country, Vol 3, no 7, 2015. Haidar Tsany Salim et al, Analisis potensi pariwisata syariah dengan mengoptimalkan industry kreatif di Jawa Tengah dan Yogyakarta,2015. Mohammaed Battour et al, Halal tourism: Concepts, practises, challenges and future,
2015. Wan Sahida Wan zulkifli et al, Developing the Framework for Halal Friendly Tourism in Malaysia, International business Management, 2011. Oraphan Chanin, Guidelines on Halal Tourism Management in the Andaman Sea Coast of Thailand, Journal Of Economics, Businness and management, Vol. 3, No. 8, august 2015. Sureerat Chookaew et al, Increasing Halal Tourism Potential at Andaman Gulf in Thailand for Muslim Country, Journal Of Economics, Businness and management, Vol. 3, No. 7, July 2015. Laporan Akhir bagian kepariwisataan, Kajian Pengembangan Wisata Syariah, Kementrian Pariwisata, 2015. Global Muslim Travel Index (GMTI), March 2016. Mohammaed Battour et al,Toward a Halal Tourism Market, Research Gate, 2010. Sartono, Kartodirjo, Ideologi dan Teknologi Dalam Pembangunan Bangsa, Pabelan Yogyakarta, 1999. Badan Pusat Statistik Yogyakarta, 2015
13