DAUR KEHIDUPAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SISTEM MUSKULUSKELETAL
Oleh : Muhammad Alif Rusdi S. (110601056)
STIKES PEMKAB JOMBANG PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN KEPERAWATAN TAHUN 2012-2013
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya serta nikmat yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang Perkembangan Sistem Muskuloskeletal”. Muskuloskeletal”. berjudul “Daur Kehidupan Pertumbuhan Dan Perkembangan
Sehubungan dengan diadakannya proses belajar mengajar maka kami dituntut untuk membuat laporan yang berupa makalah sebagai persyaratan belajar mengajar. Penulis menyadari, bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. kekurangan. Oleh Oleh sebab itu, kritik dan dan saran sangat
diharapkan
demi
lebih
baiknya
makalah
yang
akan
datang.
Harapan kami dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua bantuan serta dukungan kepada kami. Amin… pembaca juga pihak juga pihak yang memberikan bantuan
18 September 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................ .................................................................. ............................................ ............................ ...... i Kata Pengantar ............................................ .................................................................. ............................................ ............................ ...... ii Daftar Isi ............................................. ................................................................... ............................................ .................................... .............. iii BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ................................... ......................................................... ............................................ ................................ .......... 1 1.2 Rumusan Masalah............................... Masalah..................................................... ............................................ ........................ ..
1
1.3 Tujuan............................... Tujuan..................................................... ............................................ ........................................ ..................
1
BAB II Pembahasan
2.1 Pengertian sistem muskuluskeletal muskuluskeletal ............................................ ......................................................... ............. 2 2.2 Fungsi dari sistem muskuluskeletal ........................................... ........................................................ ............. 2 2.3 Pertumbuhan dan perkembangan sistem muskuluskeletal....................... ....................... 3
BAB III Penutup
3.1 Simpulan ........................................... ................................................................. ............................................ ................................ .......... 12
Daftar Pustaka ........................................... ................................................................. ............................................ ............................ ...... 13
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsep gerak tidak hanya diartikan sebagai perpindahan tempat saja akan tetapi gerakan dari bagian-bagian tubuh disebut juga sebagai suatu gerakan. Contohnya, pada saat kita menulis, kita tidak berpindah b erpindah tempat hanya tangan kita saja yang bergerak. Pada saat kita menulis, kita dikatakan juga sedang s edang bergerak. Dalam makalah ini dibahas tentang daur kehidupan pertumbuhan dan perkembangan sistem muskuluskeletal sepanjang daur kehidupan dari embriologi tulang, bayi, anak, remaja atau dewasa dan Lansia.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai sebagai berikut : 1. Apa sistem muskuloskeletal ? 2. Apa fungsi dari sistem muskuluskeletal ? 3. Bagaimana perkembangan dan pertumbuhan sistem muskuloskeletal dari embrio tulang, bayi, anak, remaja atau dewasa dan lansia ? 1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah : 1. Agar mampu memahami tentang definisi sistem muskuloskeletal. 2. Agar mampu memahami fungsi dari sistem muskuluskeletal. 3. Untuk mengetahui daur pembentukan sistem muskuluskeletal.
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sistem Muskuluskeletal
Sistem muskuloskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot (muskulo) dan tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet). Otot adalah jaringan tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik (gerak). Sedangkan
rangka
adalah
bagian
tubuh
yang
terdiri
dari
tulang – tulang tulang
yang
memungkinkan tubuh mempertahankan bentuk, sikap dan posisi. Sistem muskuloskeletal memberi bentuk bagi tubuh. Sistem muskuloskeletal melindungi organ-organ penting, misalnya otak dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak, jantung dan paru-paru terdapat pada rongga dada yang dibentuk oleh tulang-tulang kostae (iga).
2.2 Fungsi dari Sistem Muskuluskeletal
Sistem rangka 1. Tulang memberikan topangan dan bentuk pada tubuh 2. Pergerakan, tulang berartikulasi dengan tulang lain pada sebuah persendian dan berfungsi sebagai pengungkit. Jika otot-otot (yang tertanam pada tulang) berkontraksi, kekuatan yang diberikan pada pengungkit pengungkit menghasilkan gerakan. 3. Perlindungan, sistem rangka melindungi organ-organ lunak yang ada dalam tubuh. 4. Pembentukan sel darah (henatopoisis).Sumsum tulang merah yang ditemukan pada orang dewasa dalam tulang sternum, tulang iga, badan vertebra, tulang pipih pada kranium, dan pada bagian uung tulang panjang, merupakan merupakan tempat produksi sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit darah. 5. Tempat penyimpanan mineral. Matriks tulang tersusun dari sekitar 62% garam anorganik, terutama kalsium fosfat dan kalsium karbonat dengan jumlah magnesium, klorida, florida, sitrat yang lebih sedikit.
2
6. Rangka mengandung mengandung 99% kalsium tubuh. Kasium dan fosfor disimpan dalam tulang agar bisa ditarik kembali dan dipakai untuk fungsi-fungsi tubuh ; zat tersebut kemudian diganti melalui nutrisi yang diterima.
Sistem muskular 1. Pergerakan. Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tersebut melekat dan bergerak dalam bagian-bagian organ internal tubuh. 2. Penopang tubuh dan mempertahankan postur. Otot menopang rangka dan mempertahankan tubuh pada saat berada dalam posisi berdiri atau saat duduk terhadap gaya gravitasi. 3. Produksi panas. Kontraksi otot secara metabolis menghasilkan panas untuk mempertahankan suhu normal tubuh.
2.3 Daur Pertumbuhan dan Perkembangan Sistem Muskuluskeletal
Embriologi Tulang
Pada fase awal perkembangan tulang embrio ( pada minggu ke-3 dan ke-4 ) terbentuk tiga lapisan germinal yaitu ectoderm, mesoderm dan endoderm. Lapisan ini merupakan jaringan yang bersifat multipotensial serta akan membentuk mesenkim yang kemudian berdiferensiasi membentuk jaringan tulang rawan. Pada minggu kelima perkembangan embrio, terbentuk tonjolan anggota gerak ( limb bud )yang didalamnya terdapat juga sel mesoderm yang kemudian akan berubah menjadi mesenkim yang merupakan bakal terbentuknya tulang dan tulang rawan. Perkembangan Perkembangan tulang terjadi melalui dua tahap, yaitu : 1. Pada minggu kelima perkembangan embrio, tulang rawan terbentuk dari prakartilago, yang terdiri atas tiga jenis tulang rawan, yaitu :
Tulang rawan hialin
Tulang rawan fibrin
Tulang rawan elastic
3
2. Setelah minggu ketujuh perkembangan embrio, tulang akan terbentuk melalu dua cara, yaitu :
Secara langsung
Pada proses ini tulang akan terbentuk secara langsung dari membrane tulang dalam bentuk lembaran-lembaran, lembaran-lembaran, misalnya misalnya pada tulang muka, pelvis, scapula scapula dan tulang tengkorak.pada penulangan jenis ini dapat ditemukan satu atau lebih pusat-pusat pusat-pusat
penulangan membrane. Proses penulangan penulangan ini ditandai
dengan terbentuknya osteiblas yang merupakan rangka dari trabekula tulang yang penyebarannya secara radier.
Secara tidak langsung
Pada proses ini tulang terbentuk dari tulang rawan dimana proses penulangan dari tulang rawan terjadi melalui dua cara, yaitu : o
Osifikasi sentral
Pada keadaan ini osiofikasi dari tulang terjadi melalui osifikasi endokondral
o
Osifikasi perifer
Pada keadaan ini osifikasi terjadi dibawah perikondrium/perikondrial atau osifikasi periosteum/periosteal, mesenkim pada daerah perifer berdiferensiasi dalam bentuk lembaran yang membentuk periosteum dimana osteoblast terbentuk didalamnya.
Perkembangan Embriologi Extremitas Bawah
Manifestasi pertama extremitas bawah sebagai paddle-shape bud pada dinding ventrolateral tubuh selama minggu 4-5 gestasi. Limb bud ini akan berkembang bentuknya dengan dengan adanya migrasi dan proliferasi prolif erasi dari jaringan mesenkim yang berdifrensiasi. Dengan berakhirnya minggu ke 6, limb bud terus berkembang membentuk lempengan terminal ( plate) dari tangan dan kaki (termasuk membentuk pola digiti) serta membentuk eksternal awal dari tungkai. Tepatnya minggu ke 7, axis longitudinal dari upper dan lower limb buds adalah parallel. Komponen pre-axial menghadap ke dorsal dan post-axial menghadap menghadap ke ventral.
4
Pada periode ini posisi limb bud dibanding trunk tidak mengalami perubahan yang berhubungan dengan aktivitas otot namun dipastikan akan mengalami torsion pada tulang-tulangnya. tulang-tulangnya. Jari-jari dibentuk penuh pada minggu ke 8 embrio, permukaan plantar yang berlawanan disebut posisi praying feet, segera setelah itu lower limb berputar ke medial membawa ibu jari ke midline dari posisi post-axial pada awalnya. Selanjutnya secara mekanik intrauterine, terbentuklah ekstremitas bawah fetus, kemudian kemudian femur atau upper limb bud berotasi ke eksternal eksternal dan tibia atau lower limb bud berotasi ke internal. Postur kaki terus tumbuh dan dipastikan femur berotasi ke lateral dan tibia ke medial. Dalam studi computer tomografi (CT) tibial torsion selama masa pertumbuhan fetus, telah ditemukan bahwa ada peningkatan eksternal tibial torsion pada stadium awal dari kehidupan fetus namun kemudian secara bertahap menurun pada saat bayi lahir, tibial akan torsion ke arah internal. Setelah lahir tibia berotasi ke arah eksternal dan rata-rata version tibia pada tulang matur adalah 15⁰.
Pertumbuhan Memanjang Tulang
Pertumbuhan interstisial tidak dapat terjadi didalam tulang, oleh karena itu pertumbuhan interstisial terjadi melalui proses osifikasi endokondral pada tulang rawan. Ada dua lokasi pertumbuhan tulang rawan pada tulang panjang, yaitu : 1. Tulang Rawan Artikuler Pertumbuhan tulang panjang terjadi didaerah tulang rawan artikuler dan merupakan tempat satu-satunya bagi tulang untuk bertumbuh pada daerah epifisis. Pada tulang pendek, pertumbuhan tulang dapat terjadi pada sekuruh daerah tulang. 2. Tulang Rawan Lempeng Epifisis Tulang rawan lempeng epifisis memberikan kemungkinan metafisis dan difisis untuk bertumbuh dan memanjang. Pada daerah pertumbuhan ini terjadi keseimbangan antara dua proses, yaitu :
5
a. Proses Pertumbuhan Adanya pertumbuhan interstisial tulang rawan dari lempeng epifisis memungkinkan memungkinkan terjadinya terj adinya penebalan tulang. b. Proses klarifikasi Kematian dan penggantian tulang rawan pada daerah permukaan metafisis terjadi melalui proses osifikasi osifi kasi endikondral.
Pertumbuhan Tulang Pada Bayi
Pada waktu lahir, tulang-tulang pipih tengkorak dipisahkan satu dengan lainnya oleh perekat tipis dari jaringan penyambung, yaitu sutura yang juga berasal dari Krista neuralis. Di tempat-tempat pertemuan lebih dari dua tulang, suturanya lebardan dikenal sebagai ubun-ubun(fontanella). Ubun- ubun yang paling mencolok adalah ubun-ubun besar(fontanella anterior), yang terdapat pada tempat pertemuan dua tulang parietal dan dua tulang frontalis. Sutura dan ubun-ubun
memungkinkan
tulang-tulang
tengkorak
saling
bertumpah
tindih(suatu proses yang disebut molase) selama proses persalinan.segera setelah lahir, tulang-tulang membranosa bergerak kembali ke posisi asalnya dan sehingga tengkorak tampak besar dan bulat. Sebenarnya ukuran kubah sangat besar bila di bandingkan daerah muka yang kecil. Beberapa sutura dan ubun-ubun tetap seperti membrane dalam waktu yang cukup lama setelah lahir. Pertumbuhan tulang-tulang kubah terus berlangsung setelah lahir dan terutama disebabkan oleh pertumbuhan otak. Walaupun seorang anak berusia 5-7tahun hampir sudah memiliki semua kapasitas tengkoraknya, beberapa sutura masih tetap terbuka hingga usia dewasa. Pada beberapa tahun pertama setelah lahir, palpasi ubun-ubun besar dapat memberikan informasi yang bermanfaat mengenai apakah penulangan tengkorak berlangsung normal dan apakah tekanan di dalam normal.
Femoral anteversi pada saat lahir akan memiliki sudut sekitar 30 ⁰ sampai
40⁰. Dikarenakan intrauterin biasanya hip eksternal rotasi positif, maka pada saat pemeriksaan infan akan terlihat hip lebih eksternal rotasi.
Jaringan lunak hip eksternal rotasi yang kontraktur akan berkurang lebih
dari 1 tahun pertama kehidupan seorang anak selanjutnya meningkat menjadi internal rotasi diharapkan femoral anteversi akan menjadi semakin terlihat.
Ada penurunan secara bertahap femoral anteversi dari 30 ⁰ sampai 40⁰
pada saat lahir kemudian menjadi 10 ⁰ sampai 15⁰ pada adolesen awal dan puncak perbaikan terjadi sebelum usia 8 tahun. Perawatan anak-anak dengan masalah muskuloskeletal masih menjadi bagian tak terpisahkan dari bedah ortopedi modern. Banyak fraktur dan cedera yang terjadi pada anak akibat tingkat aktivitasnya yang tinggi dan rangka yang unik yang belum sempurna. Perawatan fraktur pada anak berbeda daripada orang dewasa karena growth plate yang aktif di tulang mereka. Kerusakan pada growth plate dapat menimbulkan masalah signifikan dengan pertumbuhan tulang yang terlambat, dan fraktur risiko harus dimonitor dengan perawatan. Perawatan skoliosis adalah aliran utama dalam ortopedi anak. Atas alasan yang kurang dimengerti, pertumbuhan lengkung tulang punggung pada beberapa anak, yang jika dibiarkan tak terawat dapat menimbulkan cacat yang tak diharapkan dan dapat terus menyebabkan nyeri kronis yang akut dan masalah pernafasan. Perawatan skoliosis cukup rumit dan sering melibatkan gabungan penjepitan dan pembedahan. Anak-anak memiliki keadaan muskuloskeletal unik lain yang menjadi fokus ortopedi sejak masa Hippocrates, termasuk keadaan seperti kaki pekuk dan dislokasi pinggul kongenital (juga dikenal sebagai displasia pertumbuhan pinggul). pinggul). Di samping itu, infeksi pada tulang dan sendi (osteomielitis) pada anak juga umum. Di Amerika Serikat, rumah sakit khusus seperti Shriners Hospitals for Children telah menyediakan bagian substansial perawatan anak dengan cacat dan penyakit muskuloskeletal.
7
Perkembangan Remaja atau Dewasa
Selama manusia hidup, tulang akan terus mengalami perbaikan dan perkembangan. Proses yang terjadi pada tulang yaitu formation dan resorption. Selama resorption, sel tulang lama akan mengalami kerusakan dan digantikan oleh sel-sel khusus yang disebut osteoclasts. Pada proses bone formation, jaringan tulang baru akan menggantikan sel-sel tulang lama. Sel yang melakukan proses ini adalah osteoblasts. Osteoblas dan osteoclasts selama melakukan proses perbaikan pada tulang membutuhkan berbagai banyak vitanan dan hormon, yaitu :
calcitonin.
parathyroid.
vitamin C.
hormon testosteron (pada lelaki).
hormon estrogen (pada perempuan)
Pubertas memiliki peran penting dalam
pertumbuhan tulang. tulang
memanjang dan mengalami peningkatan kepadatan. Pada akhir masa pubertas, kemampuan tulang untuk memanjang berakhir. Ketika ini terjadi, remaja telah mencapai tinggi maksimal dan massa tulang mencapai puncaknya. pubertas dini dikaitkan dengan massa tulang yang lebih besar sementara pubertas terlambat mengakibatkan massa tulang kurang. Remaja dengan perawakan pendek kadang-kadang menjalani intervensi medis untuk menunda pubertas dalam upaya untuk mencapai tinggi badan yang lebih. Penelitian ini menunjukkan bahwa memperpanjang masa pertumbuhan dengan menunda pubertas mungkin memiliki konsekuensi tak terduga di kemudian hari. Tubuh memiliki sekitar 300 tulang saat baru dilahirkan, tapi seiring berjalannya waktu dan pertumbuhan maka tulang yang terbentuk saat dewasa hanya sekitar 206 tulang saja. Saat bayi tulang terbuat dari tulang rawan (cartiage) yang lembut serta fleksibel, tulang ini akan tumbuh dan lambat laun akan digantikan oleh tulang yang keras dengan bantuan kalsium. Pada usia 20an tahun, proses ini sudah lengkap dan tidak ada lagi pertumbuhan. Tulangtulang tersebut sudah besar dengan kerangka yang sangat kuat dan ringan.
8
Pada masa anak-anak sampai usia remaja, secara normal mineral tulang akan meningkat secara progresif sam-pai mencapai puncaknya pada usia 25 – 28 tahun (wanita) dan usia sekitar 30 – 30 – 35 35 tahun (laki-laki) menurut beberapa ahli puncak kepadatan tulang bervariasi. Menurut beberapa peneliti, kemunduran kepadatan tu-lang & kekuatan tulang yg progresif (laki-laki & wanita) mulai terjadi pada awal usia 20-an. Penurunan kepadatan tulang akan disertai dengan meningkatnya porositas tulang. Wanita cenderung memiliki tulang yang lebih kecil & area tulang kortikal yang lebih kecil daripada laki-laki. Perubahan kekuatan tulang juga terjadi pada laki-laki tetapi laki-laki mengalami perubahan perubahan yang tidak t idak terlalu signifikan dibandingkan wanita.
Lansia
Osteoporosis adalah sebuah penyakit yang dapat menyebabkan tingkatan kepadatan pada tulang menurun. Osteoporosis akan terus menggerogoti kekuatan yang ada pada tulang trabecular yang dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan tulang secara drastis, dan juga tulang cortical menipis dan secara keseluruhan tulang akan mudah patah. Penyakit osteoporosis akan mengintai orang yang berusia lanjut dan pada wanita yang telah memasuki masa menopause. Pembentukan hormon tiroid yang terlalu banyak dapat menyebabkan menyebabkan rapuhnya tulang. Pada wanita, kerapuhan tulang meningkat secara drastis pada masa menopause karena kadar estrogen yang menurun. Amenorrhea (masa tidak menstruasi
sebelum
masa
menopause)
dalam
jangka
panjang,
juga
meningkatkan risiko osteoporosis. Pada pria, kadar testosteron yang rendah dapat menyebabkan hilangnya kepadatan tulang. Sendi sinovial adalah sendi-sendi tubuh yang dapat digerakkan. Sendi-sendi ini
memiliki
rongga
sendi
dan
permukaan
rongga
sendi
dilapisi
tulangrawanhialin. Kapsul sendi terdiri dari suatu selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan dalam yang terbentuk dari jaringan penyambung berpembuluh darah banyak dan sinovium yang membentuk suatu kantung yang melapisi seluruh sendi, dan membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi.
9
Sinovium tidak meluas melampaui permukaan sendi, tetapi terlipat sehingga sehingga memungkinkan gerakan sendi secara penuh. Lapisan-lapisan bursa diseluruh persendian membentuk sinovium. Periosteum tidak melewatikapsul. Sinovium
menghasilkan
cairan
yang
sangat
kental
yang
membasahi
permukaan sendi. Cairan sinovial normalnya bening, tidak membeku dan tidak berwarna. Jumlah yang ditemukan pada tiap-tiap sendi relatif kecil (1 sampai 3 ml). Hitung sel darah putih pada cairan ini normalnya kurang dari 200 sel/ml dan terutama adalah sel-sel mononuklear. Asam hialuronidase adalah senyawa yang bertanggung jawab atas viskositas cairan sinovial dan disintesis oleh selsel pembungkus sinovial. Bagian cair dari cairan sinovial diperkirakan berasal dari transudat plasma. Cairan sinovial juga bertindak sebagai sumber nutrisi bagi tulang rawan sendi.
Kartilago hialin menutupi bagian tulang yang menanggung beban tubuh pada sendi sinovial. Tulang rawan ini memegang peranan penting dalam membagi beban tubuh. Rawan sendi tersusun dari sedikit sel dan sebagian besar substansi dasar. Substansi dasar ini terdiri dari kolagen tipe II dan proteoglikan yang berasal dari sel-sel tulang rawan. Proteoglikan yang ditemukan pada tulang rawan sendi sangat hidrofilik sehingga memungkinkan tulang rawan tersebut menerima beban yang berat. Tulang rawan sendi pada orang dewasa tidak mendapat aliran darah, limfe, atau persarafan. Oksigen dan bahan-bahan metabolisme lain dibawa oleh cairan sendi yang membasahi tulang rawan tersebut. Perubahan susunan kolagen pembentukan proteoglikan dapat terjadi setelah cedera atau usia yang bertambah. Beberapa kolagen baru pada tahap ini mulai membentuk kolagen tipe I yang lebih fibrosa. Proteoglikan dapat kehilangan sebagian kemampuan hidrofiliknya. Perubahan-perubahan ini berarti tulang rawan akan kehilangan kemampuannya untuk menahan kerusakan bila diberi beban berat. Sendi dilumasi oleh cairan sinovial dan oleh perubahan-perubahan hidrostatik yang terjadi pada cairan interstitial tulang rawan. Tekanan yang terjadi pada tulang rawan akan mengakibatkan pergeseran cairan kebagian yang kurang mendapat tekanan. Sejalan dengan pergeseran sendi ke depan, cairan yang bergerak ini juga bergeser ke depan mendahului beban.
10
Cairan kemudian akan bergerak kebelakang ke bagian tulang rawan ketika tekanan berkurang. Tulang rawan sendi dan tulang-tulang yang membentuk sendi biasanya terpisah selama gerakan selaput cairan ini. Selama terdapat cukup selaput atau cairan, tulang rawan tidak dapat aus meskipun dipakai terlalu banyak. Aliran darah ke sendi banyak yang menuju ke sinovium. Pembuluh darah mulai masuk melalui tulang subkondral pada tingkat tepi kapsul. Jaringan kapiler sangat tebal di bagian sinovium yang menempel langsung pada ruang sendi. Hal ini memungkinkan bahan-bahan di dalam plasma berdifusi dengan mudah ke dalam ruang sendi. Proses peradangan dapat sangat menonjol di sinovium karena di dalam daerah tersebut banyak mengandung aliran darah, dan disamping itu juga terdapat banyak sel mast dan sel lain dan zat kimia yang secara dinamis berinteraksi untuk merangsang dan memperkuat respons peradangan. Saraf-saraf otonom dan sensorik tersebar luas pada ligamen, kapsul sendi, dan sinovium. Saraf-saraf ini berfungsi untuk memberikan sensitivitas pada struktur-struktur ini terhadap posisi dan pergerakan. Ujung-ujung saraf pada kapsul, ligamen, dan adventisia pembuluh darah sangat sensitif terhadap peregangan peregangan dan perputaran. Nyeri yang timbul dari kapsul sendi atau sinovium cenderung difus dan tidak terlokalisasi. Sendi dipersarafi oleh saraf-saraf perifer yang menyeberangi sendi. Ini berarti nyeri yang berasal dari satu sendi mungkin dapat dirasakan pada sendi yang lainnya, misalnya nyeri pada sendi panggul dapat dirasakan sebagai nyeri lutut.
11
BAB IV PENUTUP
Simpulan
Tulang pada tubuh manusia berjumlah sekitar 206 tulang. Sistem skeletal terdiri dari axial skeleton dan appendicular/perifer skeleton. Axial skeleton adalah tulang2 yang membentuk axis tubuh yaitu tengkorak,
vertebra, sternum, dan costa. Appendicular skeleton adalah tulang2 yang membentuk tambahan/pelengkap tambahan/pelengkap tubuh, yaitu tulang2 pada extremitas superior dan inferior. Pada masa anak2 sampai usia remaja, secara normal mineral tulang akan meningkat secara progresif sampai mencapai puncaknya pada usia 25 – 25 – 28 28 tahun (wanita) dan usia sekitar 30 – 30 – 35 35 tahun (laki2) menurut beberapa ahli puncak kepadatan tulang bervariasi. Menurut beberapa peneliti, kemunduran kepadatan tulang & kekuatan tulang yg progresif (laki2 & wanita) mulai terjadi pada awal usia 20-an. Pada fase awal perkembangan tulang embrio ( pada minggu ke-3 dan ke-4 ) terbentuk tiga lapisan germinal yaitu ectoderm, mesoderm dan endoderm. Lapisan ini merupakan jaringan yang bersifat multipotensial serta akan membentuk mesenkim yang kemudian berdiferensiasi membentuk jaringan tulang rawan. Pada minggu kelima perkembangan perkembangan embrio, terbentuk tonjolan anggota gerak ( limb bud )yang didalamnya terdapat juga sel mesoderm yang kemudian akan berubah menjadi mesenkim yang merupakan bakal terbentuknya tulang dan tulang rawan. Pada waktu lahir, tulang-tulang pipih tengkorak dipisahkan satu dengan lainnya oleh perekat tipis dari jaringan penyambung, yaitu sutura yang juga berasal dari Krista neuralis. Di tempattempat pertemuan lebih dari dua tulang, suturanya lebardan dikenal sebagai ubun-ubun(fontanella). Ubun- ubun yang paling mencolok adalah ubun-ubun besar(fontanella anterior), yang terdapat pada tempat pertemuan dua tulang parietal dan dua tulang frontalis.
12
DAFTAR PUSTAKA
http://uleegle.wordpress.com/2009/11/20 http://uleegle.wordpress.com/2009/11/20/pembentukan-tulang /pembentukan-tulang/ /
http://suarademartha.blogspot.com/201 http://suarademartha.blogspot.com/2010/06/embriologi-muskulosk 0/06/embriologi-muskuloskeletal.html eletal.html
Rasjad, Chairuddin. 2003. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makasar : Bintang Lamumpatue Sadler,T.W.1991.Embriologi Sadler,T.W.1991.Embriologi kedokteran langman.jakarta l angman.jakarta.EGC .EGC
13