LAPORAN PRAKTIKUM IRIGASI DAN DRAINASE “KOMODITAS TOMAT”
DISUSUN OLEH: NAMA
: CHICHA YAYAN LOVELYANA LOVELYANA
NIM
: 145040200111154 145040200111154
KELOMPOK
: O/ O1
ASISTEN
: TITIN EKA
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016
Pendahuluan
Model menghitung evapotranspirasi dan kebutuhan air tanaman memungkinkan mengembangkan rekomendasi untuk perbaikan praktek irigasi, perencanaan penjadwalan irigasi di bawah berbagai kondisi ketersediaan air dan dapat mengevaluasi tingkat produksi di bawah kondisi tadah hujan atau defisit irigasi (Prijono, 2009). Irigasi mempunyai pengaruh positif terhadap hasil tanaman yang ditanam jika pemberiannya dilakukan sebelum tanaman mengalami cekaman air. Irigasi merupakan cara penambahan air bila air hujan yang masuk dalam tanah ketersediaannya tidak mencukupi kebutuhan tanaman. Penjadwalan irigasi ( scheduling ) adalah
hal yang penting peranannya
dalam pengelolaan air secara efisien dalam proses produksi pertanian. Menurut Rodrignes (dalam Prijono, 2009), penjadwalan irigasi mempunyai definisi sebagai sebuah strategi meminimalkan kebutuhan air dengan dampak produksi yang dapat ditolerir. Penjadwalan ( scheduling ) irigasi dapat dievaluasi dengan bantuan aplikasi Cropwat for Windows. Data masukan yang diperlukan meliputi meteorology, hujan, tanah
dan tanaman. Setelah data input yang diperlukan
dimasukkan, model Cropwat for Windows dapat menghitung dalam setiap decade: 1.
Koefisien tanaman
2.
Evapotranspirasi
3.
Hujan efektif
4.
Kebutuhan air tanaman Pada tulisan ini akan dibahas mengenai aplikasi Cropwat for Windows
pada lahan pertanaman dengan komoditas tomat. Lokasi pertanaman berada di Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang
Interpretasi Data Dari Cropwat
a. Data Iklim
Data iklim diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Karangploso, lokasi terletak pada koordinat 07 o 45' 48'' LS dan 112 o 35' 48'' BT dengan ketinggian tempat 575 m dpl. Suhu minimum terendah terjadi pada bulan agustus yakni mencapai 17.7 oC dan suhu maximum tertinggi terjadi pada bulan oktober yakni mencapai 30 oC. Tingkat kelembaban terendah terjadi pada bulan September yakni 71% dan tingkat kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Maret dan Desember yakni 84%. Data angin diperoleh dengan rata-rata kecepatan angina pada satu tahun yakni 196 km/day, sedangkan rata-rata lama penyinaran matahari pada satu tahun yakni 7.9 jam. Setelah dimasukkan data suhu minimum, suhu maksimum, kelembaban, kecepatan angina dan lama penyinaran matahari, maka akan diperoleh data radiasi dan data ETo atau evapotranspirasi potensial. Pada data radiasi matahari diperoleh rata-rata radiasi sebesar 20.7 MJ/m2/day, sedangkan untuk evaporasi potensialnya didapatkan hasil 4.34 mm/day. Dalam menentukan ETo ini digunakan metode Penman-Monteith yang dikombinasi dari data temperature (maklsimal dan minimal), kelembaban, kecepatan angin, dan lama penyinaran oleh matahari.
b. Data Curah Hujan
Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa curah hujan tertinggi terjadi pada Bulan Maret dengan nilai sebesar 303.8 mm dengan curah hujan efektif sebesar 243.0 mm. Sedangkan, curah hujan terendah terjadi pada Bulan September dengan tingkat curah hujan hanya sebesar 6.6 mm dan dengan curah hujan efektif sebesar 9.1 mm. Hujan disini merupakan salah satu sumber air yang dapat disimpan dalam tanah, dan berfungsi sebagai air irigasi.
c. Tanaman (crop)
Berdasarkan data tersebut, digunakan tanaman tomat dengan awal penanaman diperkirakan pada tanggal 19 Mei dan akan dilakukan pemanenan
pada tanggal 10 oktober dengan umur tanaman 145 hari. Dari awal penanaman (initial ) kemudian development hingga mid-season, nilai kc mulai naik yakni dari 0.60 menjadi 1.15. Kemudian nilai kc turun kembali dari mid season ke late season menjadi 0.08.
d. Tanah
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa tanah yang diamati memili ki tekstur yang lempung. Pada saat pengamatan kadar air pada berbagai tekanan diperoleh data pF 2,5 sebesar 0.342 cm/cm dan pF 4 sebesar 0.311 cm/cm. sehingga diperoleh total available soil moisture sebesar 0.031 cm/cm atau 31.0 mm/meter. Kemudian untuk maximum rain infiltration rate didapatkan dari hasil pengukuran infiltrasi yakni sebesar 30mm/day.
e. Kebutuhan Air Tanaman
Berdasarkan data perhitungan oleh aplikasi cropwat dapat diketahui bahwa pada initial stage air irigasi yang dibutuhkan oleh tanaman tomat yakni mencapai 20 mm/dec. Kemudian pada development season, kebutuhan air irigasi yang dibutuhkan oleh tanaman tomat mulai meningkat yakni mencapai 42.3mm/dec. Hal tersebut juga terjadi pada Mid-Season dimana air yang dibutuhkan untuk proses pembentukan buah tomat sangat banyak yakni mencapai 57.0 mm/dec. Sedangkan pada late-season air irigasi yang dibutuhkan oleh tanaman tomat mulai menurun seiring dengan akan dilakukannya pemanenan buah tomat yakni mencapai 45.6 mm/dec. Hal ini berarti, kebutuhan air irigasi pada tanaman tomat dari awal tanam (initial stage) hingga proses pemanenan (harvest ) berbeda-beda sesuai dengan proses pertumbuhan tanaman.
f.
Jadwal Irigasi
Aplikasi Cropwat bermanfaat dalam hal untuk mengetahui jadwal irigasi pada suaat kita membudidayakan suatau komoditas tanaman. Hasil akhir (output) nya berupa jadwal irigasi. Jadwal irigasi ini berguna untuk mengetahui jumlah air yang dibutuhkan tanaman sehingga dapat diketahui apakah perlu melakukan irigasi atau tidak, sehingga efisiensi tercapai, mengevaluasi produksi tanaman tadah hujan, dan juga berguna untuk mengembangkan alternatif jadwal irigasi di bawah pasokan air terbatas yang terbatas. Selain itu, juga diperoleh grafik neraca air yang menunjukkan keberadaan air dalam tanah. Grafik tersebut menunjukkan kandungan air dalam tanah. Garis merah menunjukkan batas kandungan air yang tersedia di dalam tanah atau dalam kondisi kapasitas lapang, namun ketika garis merah dilewati menandakan bahwa diperlukan adanya irigasi sedangkan garis biru menunjukkan batas titik layu permanen tanaman (air tidak tersedia). Terdapat 5 macam perlakuan waktu dan aplikasi irigasi dengan efisiensi yang sama sebesar 100%, antara lain: a. Irrigate at Critical Depletion (100%) and Refill Soil to 100% Field Capacity. b. Irrigate at Critical Depletion (100%) and Refill Soil to 50% Field Capacity. c. Irrigate at Given ET Crop Reduction and Refill Soil to 100% Field Capacity. d. Irrigate at Critical Depletion (100%) and Fixed Application Depth (50 mm). e. Rainfed (No Irrigation).
Dari kelima perlakuan ini ternyata grafik tidak berubah, karena kebutuhan air tanaman komoditas tomat memiliki variasi yang hampir sama pada tiap fase pertumbuhan, sehingga rata-rata air yang dibutuhkan tiap fase sama. Selain itu curah hujan juga berpengaruh terhadap ketersediaan air dalam tanah, dan pada semua perlakuan menghasilkan grafik yang berada diatas batas kapasitas lapang (tidak membutuhkan air irigasi).
Kesimpulan
1. Aplikasi Cropwat bermanfaat untuk menghitung kebutuhan air irigasi pada suatu komoditas dan dapat menentukan jadwa (schedule) pemberian air irigasi 2. Data yang dibutuhkan untuk aplikasi Cropwat yaitu data iklim, data curah hujan, data tanaman dan data tanah.
Daftar Pustaka
Kusuma, Z, Prijono, S, 2009. RPKKPS Irigasi dan Drainase. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang Prijono, Sugeng, 2009. Aplikasi Cropwat for Windows Untuk Dasar Manajemen Sumberdaya Air Di Petak Tersier. Jurnal Teknik Waktu. 7 (1) : 88-92