BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Latar Belakan Belakang g Seperti yang telah kita ketahui, Indonesia merupakan negara agraris, di
mana sebagian besar penduduknya adalah petani. Sehingga sangat dibutuhkan sistem irigasi yang tepat guna agar penyediaan air di sawah terpenuhi dan dapat dapat mening meningkatk katkan an produk produksi si pertan pertanian ian.. Pola Pola tata tata tanam tanam yang yang tepat tepat juga juga mutlak dibutuhkan sesuai dengan kondisi iklim dan geologi yang ada. Kebu Kebutu tuha han n air air di sawa sawah h (din (dinya yatak takan an dalam dalam mm/h mm/har arii atau atau lt/d lt/dt/ t/Ha Ha), ), ditentukan oleh aktor!aktor" a. Penyiapan lahan b. Penggunaan air konsumti konsumti #. Perkolasi dan rembesan d. Pergantian lapisan air e. $urah hujan eekti %dapun aktor!aktor yang mempengaruhi kebutuhan air tanaman" a. &opograi 'ahan yang miring membutuhkan air lebih banyak dari pada lahan yang datar, karena air akan lebih #epat mengalir menjadi aliran permukaan dan hanya hanya sedikit sedikit yang mengalami mengalami iniltrasi, iniltrasi, sehingga sehingga kehilangan kehilangan air lebih besar. b. Hidrologi akin akin besar besar #urah #urah hujan hujan maka maka makin makin sediki sedikitt kebutu kebutuhan han air tanama tanaman, n, karena hujan eekti akan menjadi besar. #. Klimatologi ig igunak unakan an
untu untuk k
rasi rasion onal alis isas asii
penen enentu tuan an
laju laju
e*ap e*apor oras asii
dan
e*apotransportasi. d. &ekstu ksturr &a &anah nah &anah &anah yang baik untuk pertanian ialah tanah yang mudah mudah dikerjakan dikerjakan dan bersiat produkti yaitu tanah yang memberi kesempatan pada akar
tanaman untuk tumbuh dengan mudah, menjamin sirkulasi air dan udara, serta baik pada +ona perakaran dan se#ara relati*e memiliki persediaan hara dan kelembaban yang #ukup. alam tugas besar ini, selain meren#anakan kebutuhan air irigasi kami juga meren#anakan jaringan irigasi serta bangunan utama irigasi dan komponen pelengkapnya.
1.2 Maksud dan dan Tuju Tujuan an aksud dan tujuan tugas besar ini antara lain" . enget engetahu ahuii kebutu kebutuhan han air air untuk untuk irig irigasi asi -. enget engetahu ahuii dimensi dimensi salura saluran n yang yang diperlu diperlukan kan . apat mendesa mendesain in bendung bendung beserta beserta komponen komponen!komp !komponen onen pelengk pelengkapny apnyaa . engetahui engetahui kestabil kestabilan an bendung bendung yang yang diren#ana diren#anakan kan dalam dalam keadaan keadaan normal normal
dan banjir serta pada kondisi gempa
BAB II
tanaman untuk tumbuh dengan mudah, menjamin sirkulasi air dan udara, serta baik pada +ona perakaran dan se#ara relati*e memiliki persediaan hara dan kelembaban yang #ukup. alam tugas besar ini, selain meren#anakan kebutuhan air irigasi kami juga meren#anakan jaringan irigasi serta bangunan utama irigasi dan komponen pelengkapnya.
1.2 Maksud dan dan Tuju Tujuan an aksud dan tujuan tugas besar ini antara lain" . enget engetahu ahuii kebutu kebutuhan han air air untuk untuk irig irigasi asi -. enget engetahu ahuii dimensi dimensi salura saluran n yang yang diperlu diperlukan kan . apat mendesa mendesain in bendung bendung beserta beserta komponen komponen!komp !komponen onen pelengk pelengkapny apnyaa . engetahui engetahui kestabil kestabilan an bendung bendung yang yang diren#ana diren#anakan kan dalam dalam keadaan keadaan normal normal
dan banjir serta pada kondisi gempa
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 e!utu"an A#r Ir#gas#
Kebutuhan air irigasi diperkirakan untuk menentukan skala inal proyek yaitu yaitu deng dengan an jalan jalan mela melaku kuka kan n anal analisi isiss sumb sumber er air untu untuk k kepe keperl rlua uan n irig irigasi asi.. Kebututuhan air meliputi masalah persediaan air, baik air permukaan maupun air bawah tanah, begitu pula masalah manajemen dan ekonomi proyek irigasi. Kebutuhan air telah menjadi aktor yang sangat penting dalam memilih keputusan tentang tentang perbedaan perbedaan pendapat dalam sistem sungai utama dimana dimana kesejahteraan kesejahteraan masyarakat dari lembah, negara, dan bangsa ter#akup. Sebelum sumber air dari suatu daerah aliran di daerah kering dan setengah kering dapat ditentukan se#ara memuaskan, pertimbangan yang hati!hati harus di#urahkan kepada kebutuhan air (#onsumpti*e use) pada berbagai sub aliran.
2.1.1 E$a%&ras#
Perlu diketahui 0*aporasi adalah suatu peristiwa perubahan air menjadi uap air. air. 'aju 'aju e*ap e*apor orasi asi dipe dipeng ngar aruh uhii oleh oleh lama lamany nyaa peny penyin inara aran n mata mataha hari, ri, angi angin, n, kelembapan udara, dan lain!lain. 0*aporasi meliputi perpindahan massa luida dari dari perm permuk ukaa aan n lui luida da keda kedala lam m atmo atmos sir ir dan dan sesu sesuai ai deng dengan an hal hal itu itu akan akan diharapkan mengikuti hukum penyebaran massa seperti dibahas dalam pasal .1. sehingga persamaan dasar diharapkan adalah dalam bentuk" E= -k
de dz
imana E adalah besarnya e*aporasi , e adalah tekanan uap (menunjukkan pemusatan massa luida dalam udara), z adalah jarak tegak dan k adalah koeisien perpindahan. Ke#uali kasus yang jarang tentang keadaan atmosir yang sangat stabil dibawah mana tidak terdapat turbulensi, turbulensi, koeisien perpindahan perpindahan tergantung tergantung dari keadaan atmosir, atmosir, seperti ke#epatan angin, tekanan, tekanan, energi energi dari matahari, kepeka kepekaan an dengan dengan mana mana air tersebu tersebutt dipana dipanaska skan, n, dan lain!l lain!lain ain.. &ekana ekanan n uap tergantung dari temperatur kelembaban relati*e dan kadar garam. 2entuk yang paling sederhana dari persamaan diatas yang bisa disebut hukum alton.
( e w − ea )
E= k
∆ z
imana ew adalah tekanan uap basah sehubungan dengan temperatur permukaan air, ea adalah tekanan uap dari udara diatas permukaan air dan
∆ z
adalah ketebalan dari lapisan ilm yang tipis pada permukaan diatas mana tekanan uap diharapkan berubah dari ew ke e a . ∆ z sering diserap kedalam koeisien perpindahan untuk menyatakan. E= b ( ew − e a ) Kesulitan yang praktis terletak dalam penentuan aktor b. Per#obaan terkendali (model) dengan menggunakan standart pan#i e*aporasi biasanya berdaya guna untuk menetapkan persamaan diatas dari segi keadan atmosir. Pan#i yang diisi dengan air didirikan diatas tanah atau pada permukaan waduk dan perubahan ketinggian pada pan#i diukur dengan teratur se#ara bersama!sama denga ke#epatan angin, temperatur atmosir dan temperatur air. 2entuk yang telah diubah dari beberapa hasil yang diperoleh dari per#obaan pan#i dinyatakan dalam datar dibawah ini. . iusulkan oleh orton 03 -.(4.564. µ )
( ew − ea ) p
-. iusulkan oleh 7ohwer 03 4.488(.51!4.4448 p)(4.64.9µ) ( e w − ea ) . iusulkan oleh Horton 03 4.4[{-!exp(4.-µ)} ( ew − ea ) ] . 7umus lainnya (Penman) 03 4.41(64.- µ ) ( ea − ed ) (padang rumput) an 03 4.414(64.- µ ) ( ea − ed ) (dari permukaan air)
alam semua uraian, E diukur dalam #m per hari, µ adalah ke#epatan angin dalam mil per jam dalam ketinggian disekeliling pan#i, p adalah tinggi tekanan
atmoser dalam m merkuri, ew , ea berturut!turut adalah tekanan uap air dalam permukaan dan tekanan udara dalam mm merkuri, dan e d adalah tekanan uap air pada titik embun juga dalam mm merkuri, ea dalam rumus Penman adalah tekanan uap air jenuh sehubungan dengan temperatur udara. imana diketahui pada rumus e*aporasi pan#i untuk menentukan e*aporasi dari *olume air alami yang besar, dibatasi oleh banyak aktor, diantaranya adalah" .
Kenyataan bahwa perpindahan panas dari suatu *olume air yang ke#il pada pan#i tertentu adalah berbeda dari suatu *olume air yang besar (kira!kira 4.8 untuk pan#i tanah dan 4.9 untuk pan#i terapung) biasanya diperkenalkan apabila rumus pan#i digunakan pada *olume air yang sedang dan besar.
-. Siat dan ukuran dari permukaan yang terbuka yang mempunyai pengaruh yang berarti pada bersanya e*aporasi. 2esarnya e*aporasi tidak dapat sebanding dengan luas pan#i untuk sisi dinding, tumbuh! tumbuhan dan lain!lain . Pengaruh gelombang, riak dan gangguan!gangguan lainnya yang mempengaruhi perlapisan panas dan ketidak stabilan berat jenis: . Perbedaan dalam ketinggian, pada ke#epatan angin, temperatur dan jumlah atmoser lainnya diukur.
2.1.2 P&la Tata Tana'
;ang dimaksud Pola tata tanam adalah jadwal tanam dan jenis tanaman yang diberikan pada suatu jaringan irigasi.
Ta!el P&la Tata Tana' etersed#aan a#r untuk #r#gas# , tersedia air #ukup banyak
P&la Tana' Dala' Satu Ta"un Padi!Padi!Palawija
-, tersedia air dalam jumlah #ukup
Padi!Padi!2era!Padi!Palawija!
, daerah yang #enderung kekurangan
Palawija Padi!Palawija!2era!Palawija!Padi!
air
2era
2.1.( &e)#s#en Tana'an
%da beberapa tanaman dapat bertahan hidup pada tanah yang muka airnya dangkal untuk waktu pendek, sedang tanaman yang lain tidak dapat bertahan hidup di bawah keadaan yang sama.
2.1.* e!utu"an A#r Tana'an A. Pen+#a%an La"an
alam penyiapan lahan, kebutuhan air umumnya dengan menentukan kebutuhan air irigasi pada suatu proyek irigasi. =aktor!aktor penting yang menentukan besarnya kebutuhan air untuk penyiapan lahan adalah" a. 'amanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan penyiapan lahan. b. >umlah air yang diperlukan. =aktor aktor penting yang menentukan lamanya jangka waktu penyiapan lahan adalah" a. &ersedianya tenaga kerja dan ternak penghela atau traktor untuk menggarap tanah. b. Perlu memperpendek jangka waktu tersebut agar tersedia #ukup waktu untuk menanam padi sawah atau padi ladang kedua. =aktor!aktor tersebut sangat saling berkaitan, kondisi sosial, budaya yang ada di daerah penanaman padi akan mempengaruhi lamanya waktu diperlukan untuk penyiapan lahan.
Sebagai pedoman diambil jangka waktu .1 bulan untuk menyelesaikan penyiapan lahan diseluruh petak tersier. 2ilamana untuk penyiapan lahan diperkirakan akan dipakai peralatan mesin se#ara luas, maka jangka waktu penyiapan lahan akan diambil bulan. Perlu diingat bahwa transplantasi (perpindahan bibit ke sawah) mungkin sudah diambil setelah sampai minggu di beberapa bagian petak tersier dimana pengolahan sudah selesai.
B. e!utu"an A#r Untuk Pen+#a%an La"an
Pada umumnya jumlah air yang dibutuhkan untuk penyiapan lahan dapat ditentukan berdasarkan kedalaman serta porositas tanah di sawah. alam musim kemarau dimana keadaan air mengalami kritis , maka pemberian air tanaman akan diberikan / diperioritaskan kepada tanaman yang telah diren#anakan. alam sistem pemberian air se#ara bergilir ini, permulaan tanam tidak serentak, tetapi bergilir menurut jadwal yang ditentukan, dengan maksud penggunaan air lebih eisien. Sawah dibagi menjadi golongan!golongan dan saat permulaan pekerjaan sawah bergiliran menurut golongan masing!masing. Keuntungan!keuntungan yang dapat diperoleh dari sistem giliran adalah" !
&imbulnya komplikasi sosial
!
0ksploitasi lebih rumit
!
Kehilangan akibat eksploitasi sedikit lebih tinggi
!
>angka waktu irigasi untuk tanaman pertama lebih lama, akibatnya lebih sedikit waktu tersedia untuk tanaman kedua
!
aur/siklus gangguan serangga, pemakaian insektisida
2.1., Perk&las#
%dapun yang dimaksud Perkolasi adalah besarnya air yang masuk dari lapisan tanah tak jenuh (unsaturated ) ke lapisan tanah jenuh ( saturated ). Iniltrasi ialah masuknya air (besarnya air merembes) dari permukaan tanah ke lapisan tak jenuh (unsaturated ). Pada tanaman ladang, perkolasi air kedalam lapisan tanah bawah
hanya
akan
terjadi
setelah
pemberian
air
irigasi.
alam
mempertimbangkan eisiensi irigasi, perkolasi hendaknya diperhitungkan. =aktor!aktor yang mempengaruhi " . &ekstur tanah ? tekstur tanah yang halus, daya perkolasi ke#il, dan sebaliknya -. Permebilitas tanah ? makin besar permeabilitas, makin besar daya perkolasi . &ebal top soil ? makin tipis lapisan tanah bagian atas, makin ke#il daya perkolasi . 'etak permukaan air tanah ? makin dangkal muka air tanah, makin ke#il daya perkolasi 1. Kedalaman lapisan impermeable ? makin dalam, makin besar daya perkolasi 5. &anaman
penutup
?
lindungan
tumbuh!tumbuhan
yang
padat
menyebabkan iniltrasi semakin besar yang berarti perkolsai makin besar pula. Pola petak sawah, perkolasi dipengaruhi " . &inggi genangan -. Keadaan pematang Perkiraan besarnya iniltrasi dan perkolasi berdasarkan jenis tanah " . Sandy loam " 6 P 3 s/d 5 mm/hari (apabila pasir dilepas tidak ada yg nempel) -. 'oam
" 6 P 3 - s/d mm/hari (apabila pasir dilepas masih
lengket) . $lay loam lengket)
" 6 P 3 s/d - mm/hari (apabila pasir dilepas semua
'aju perkolasi sangat tergantung kepada siat!siat tanah. Pada tanah lempung berat dengan karakteristik pengolahan yang baik laju perkolasi dapat men#apai ! mm/hari. Pada tanah!tanah yang lebih ringan, lalu perkolasi bisa lebih tinggi. ari hasil!hasil penyelidikan tanah pertanian dan penyelidikan, perlurusan besarnya laju perkolasi serta tingkat ke#o#okan tanah untuk pengolahan tanah dapat ditetapkan dan dianjurkan pemakaiannya. @una menentukan laju perkolasi, tinggi muka air tanah juga harus diperhitungkan. Perembesan terjadi akibat meresapnya air melalui tanggul sawah.
2.1.- Peng&la"an Tana" Perse'a#an
alam pengolahan tanah persemian, kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya menentukan kebutuhan air irigasi pada suatu proyek irigasi. =aktor! aktor penting yang menentukan besarnya kebutuhan air untuk penyiapan lahan adalah " a.
'amanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan penyiapan lahan
b. >umlah air yang diperlukan =aktor!aktor penting yang menentukan lamanya jangka waktu penyiapan lahan adalah" !
&ersedianya tenaga kerja dan ternak penghela atau traktor untuk menggarap tanah.
!
Perlu memperpendek jangka waktu tersebut agar tersedia #ukup waktu untuk menanam padi sawah atau padi ladang kedua.
2.1. /ura" Hujan Andalan Dan /ura" Hujan E)ekt#)
2.1.0 Pergant#an La%#san A#r
Penggantian lapisan air dilakukan menurut kebutuhan, dan
biasanya
dikerjakan setelah pemupukan. >ika tidak ada penjadwalan sema#am itu. 'akukan penggantian sebanyak - kali, masing!masing 14 mm ( atau , mm/hari selama C bulan ) selama sebulan dan dua bulan setelah transplantasi. Ketentuan " . D'7 diperlukan saat terjadi pemupukan maupun penyiangan, yaitu ! bulan dari pembibitan (transplanting). -. D'7 3 14 mm (diperlukan pergantian lapisan air yang besarnya diasumsikan 3 14 mm)
→ KP
bagian penunjang.
. >angka waktu D'7 3 ,1 bulan (selama ,1 bulan air digunakan untuk D'7 sebesar 14 mm ).
$ontoh perhitungan dalam 1 hari " D'7 3 14 mm selama ,1 bulan →
didapat D'7/1 hari 3 14 mm " periode 3 5,58 mm/1 hari
→
D'7 / hari 3 14 mm " 1 hari 3 , mm/hari
2.1. E)#s#ens# Ir#gas#
Kehilangan air irigasi pada saluran yang disebabkan penguapan, rembesan dan kekurangan telitian dalam eksploitasi adalah eisiensi irigasi. %ir yang diambil dari sumber air atau sungai yang di alirkan ke areal irigasi tidak semuanya dimanaatkan oleh tanaman. alam praktek irigasi terjadi kehilangan air. Kehilangan air tersebut dapat berupa penguapan di saluran irigasi. 7embesan dari saluran atau untuk keperluan lain (rumah tangga).
A. E)#s#ens# %engal#ran
>umlah air yang dilepaskan dari bangunan sadap ke areal irigasi mengalami kehilangan air selama pengalirannya. Kehilangan air ini menentukan besarnya eisiensi pengaliran. 0PE@ 3 (%sa / %db) B 44A
engan " 0PE@ 3 eisiensi pengairan %sa
3 air yang sampai di irigasi
%db
3 air yang diambil dari bangunan sadap
B. E)#s#ens# %e'aka#an
%dalah perbandingan antara air yang dapat ditahan pada +ona perakaran dalam periode pemakaian air dengan air yang diberikan pada areal irigasi. 0PK 3 (%d+p / %sa) B 44A engan " 0PK 3 eisiensi pemakaian %sa
3 air yang sampai (diberikan) diareal irigasi
%d+p
3 air yang ditahan pada +ona perakaran
/. E)#s#ens# %en+#'%anan
%pabila keadaan sangat kekurangan jumlah air yang dibutuhkan untuk mengisi lengas tanah pada +ona penakaran adalah %sp (air tersimpan penuh) dan air yang diberikan adalah %db maka eisiennya " 0PE; 3 (%dk / %sp) B 44A engan " 0PE; 3 eisiensi penyimpanan %sp
3 air yang tersimpan
%dk
3 air yang diberikan
Sesungguhnya jenis eisiensi tidak terbatas seperti tertulis diatas karena nilai eisiensi dapat pula terjadi pada saluran primer, bangunan bagi, saluran sekunder dan sebagainya. Se#ara prinsip nilai eisiensi adalah" 0= 3 [ ( Adbk − Ahl ) / Adbk ] B 44 A engan " 0=
3 eisiensi
%dbk
3 air yang diberikan
%hl
3 air yang hilang
2.1.1 Per"#tungan e!utu"an A#r
Kebutuhan air irigasi pada tanah pertanian untuk satu unit luasan dinyatakan dalam rumus berikut "
IR 3 /u 4 P 4 Pd 4 N 5 Re
engan " Ir
3 Kebutuhan air irigasi (mm).
$u 3 Penggunaan konsumti tanaman (mm) P
3 Kehilangan air akibat perkolasi (mm/hr).
Pd 3 kebutuhan air untuk pengolahan tanah (mm). E 3 kebutuhan air untuk pengisian tanah persemaian (mm). 7e 3 $urah hujan eekti (mm).
Kebutuhan air irigasi total yang diukur dalam pintu pengambilan atau intake adalah besarnya kebutuhan air (m . /det) di intake yang didasarkan dari kebutuhan air di sawah dibagi eisinsi (A) saluran. inyatakan dengan rumus " IR 3 DR 3
!R Efisiensisaluran
imana " E=7 3 Kebutuhan air irigasi di sawah. I7
3 Kebutuhan air irigasi ( "rrigati#n Re$uire%ent ).
A. Menurut Met&de r#ter#a PU a. e!utu"an a#r d#sa6a" N7R 3 Et8 4 P 9 R eff 4 :LR
imana " E=7 3 kebutuhan air bersih disawah (ml/dt/hari).
0t#
3 e*apotranspirasi potensial (mm/hari).
P
3 perkolasi (mm/hari).
7 e
3 #urah hujan eekti (mm).
D'7 3 pergantian lapisan air (mm).
!.e!utu"an a#r untuk tana'an %ad#. IR 3 N7R ; I
imana" I
3 eisiensi irigasi
8.e!utu"an a#r #r#gas# untuk tana'an %ala6#ja IR 3
Etc − R eff "
imana" 0t#
3 e*apotransi potensial (mm/hari)
P
3 perkolasi (mm/hari)
7 eff
3 #urah hujan eekti (mm)
D'7 3 pergantian lapisan air (mm)
d.e!utu"an a#r #r#gas# untuk %en+#'%anan la"an IR 3
&e e
k
k
−
imana " I7
3 kebutuhan air penyiapan lahan (mm/hari)
3 kebutuhan air untuk mengganti air yang hilang akibat e*aporasi dan perkolasi disawah yang telah dijenuhkan (mm/hari)
K
3 &/S
&
3 jangka waktu penyiapan lahan (hari)
S
3 air yang dibutuhkan untuk penjenuhan ditambah dengan 14 mm
B. Menurut Met&de :ater Balan8e
Kebutuhan air irigasi disawah a. Untuk tana'an %ad# < N7R 3 /U 4 Pd 4 NR 4 P 9 R eff
!. Untuk tana'an %ala6#ja < N7R 3 /u 4 P 9 R eff
imana " E=7
3 kebutuhan air disawah ( mm/hari B 4.444/- B 54 B 54 3 lt/dt/ha
$u
3 kebutuhan air tanaman (mm/hari)
E7
3 kebutuhan air untuk pembibitan (mm/hari)
P
3 perkolasi (mm/hari)
7 eff
3 #urah hujan eekti (mm)
2.1.11 S#ste' =#l#ran
Selama musim kemarau sering terjadi kekurangan air irigasi, terutama pada petak yang terakhir. >ika hal ini terjadi, pengairan saluran!saluran harus digilir untuk menghilangi kehilangan air yang banyak sela ma pengangkutan. ebit minimum suatu saluran berbeda!beda, tergantung luas sawah yang ditanami dan luas sawah yang mendapat air dari saluran tersebut.
>adwal pemberian disiapkan untuk masing!masing saluran tersier, dan diberitahukan ke tiap desa. >adwal penggiliran didasarkan pada periode 4 harian dan 'P7 dari tersier!tersier.
Pembagian sampai pada pintu tersier akan diawasi oleh juru, sedangkan
•
dalamjaringan diawasi oleh ulu!ulu (sambong). >uru dan pengamat akan turun tangan dalam pembagian air di petak
•
tersier, hanya jika terjadi perselisihan di desa!desa. Keterangan : FPR (Factor Polowijo Relatif) adalah perbandingan antara debit minimum terhadap LPR.
7umus " 7PR 3 >;LPR
imana" G
3 ebit air minimum
'P7 3 %ngka perbandingan antara satuan luas baku terhadap polowijo yang berdasarkan jumlah kebutuhan satuan air terhadap tanaman polowijo.
2esar 'P7 di >awa &imur . Polowijo
"
-. Pembibitan padi gadu ijin
" -4
. @arapan padi gadu ijin
"5
. &anaman padi gadu ijin
"
1. Padi gadu tidak ijin
"
5. &ebu muda
" ,1
8. &ebu bibit
" ,1
9. &ebu tua
"4
. &embakau
"
4. 2eru
"4
Keuntungan!keuntungan yang diperoleh dari sistem giliran adalah" !
2erkurangnya kebutuhan pengambilan pun#ak.
!
Kebutuhanpengambilan bertambah se#ara berangsur!angsur pada awal waktu pemberian air irigasi (pada perioda pengolahan lahan).
Sedangkan yang tidak menguntungkan adalah" !
jangka waktu irigasi untuk tanaman pertama lebih lama akibat lebih sedikit waktu tersedia untuk tanaman.
!
kehilangan air akibat eksploitasi ssedikit lebih tinggi.
2.1.12 S#ste' =&l&ngan
@una mendapat tanaman dengan pertumbuhan yang optimal, produkti*itas tinggi, maka yang harus diperhatikan dalam pembagian air harus se#ara merata ke semua petak tersier dalam jaringan irigasi. Sumber air tidak selalu dapat menyediakan air irigasi yang dibutuhkan, sehingga harus dibuat ren#ana pembagian air yang baik, agar air yang tersedia dapat dapat dibutuhkan se#ara merata dan seadil!adilnya. Kebutuhan air yang tertinggi untuk sutau petak tersier adalah GmaB, yang dapat sewaktu meren#anakan seluruh sistim irigasi. 2esarnya debit G yang tersedia tidak tetap, tergantung pada sumber dan jenis tanaman yang harus dialiri. Pada saat dimana air tidak #ukup untuk memenuhi kebutuhan air tanaman dengan pengaliran menerus, maka pemberian air tanaman dilakukan dalam sistem pemberian air se#ara bergilir, dengan tujuan menggunakan air lebih eisien. Sawah dibagi menjadi golongan!golongan saat permulaan pekerjaan sawah bergiliran menurut golongan masing!masing
%dapun kelebihan " a. berkurangnya kebutuhan pengambilan pun#ak. b. kebutuhan pengambilan pun#ak bertambah se#ara berangsur!angsur pada awal waktu pemberian air irigasi (pada periode penyiapan lahan)
%dapun kekurangan" a. &imbulnya komplikasi sosial. b. 0ksploitasi rumit. #. Kehilangan akibat eksploitasi sediit lebih tinggi.
d. >angka waktu irigasi untuk tanaman pertama lebih lama, akibatnya lebih sedikit waktu yang tersedia untuk tanaman yang kedua. e. aur/siklus gangguan serangga, pemakaian insektisida.
Persediaan air dalam jangka waktu satu tahun tetap tidak, artinya ada bulan! bulan yang persediaan airnya #ukup ada pula yang tidak. Pada musim hujan padi mulai ditanam. Penggarapan tanah dilakukan pada awal musim hujan dimana persediaan air pada waktu itu masih sangat sedikit. >ika seluruh lahan menggunakan air pada waktu yang sama kebutuhan air tidak akan ter#ukupi. engingat hal tersebut dalam sistem penanaman padi raeding, lahan dibagi menjadi beberapa golongan. %pabila penggarapan tanah untuk penanaman padi dimulai diseluruh areal dalam suatu daerah pengaliran dalam jangka waktu yang bersamaan, maka kebutuhan air maksimumnya akan melampaui daya tampung saluran maupun kemampuan daya guna airnya. System golongan adalah men#ari (memisah!misahkan) periode!periode pengolahan (penggarapan) dengan maksud menekan kebutuhan air maksimum. Pengatuiran!pengaturan umum tehadap golongan!golongan adalah sebagai berikut" a. &iap jaringan induk dibagi menjadi tiga golongan %,2,$. &iap golongan dadakan sampai seluruh petak!petak tersier dengan #ara menggolongkan baku! baku sawah yang seharusnya hampir sama menjadi masing!masing golongan. b. &iap golongan %,2,$ digilir. #.
&iap golongan harus diberi batas yang tetap. &iap!tiap tahun pengaturan golongan digilir, sehingga keuntungan atau kerugian bagian dapat terbagi se#ara merata. Prosedur!prosedur yang digunakan pada sistem golongan adalah" a. ibuat batas!batas golongan yang pasti pada batas!batas primer atau sekunder, dalam tiga bagian yang kira!kira hampir sama. Pemberian air ke petak tersier tidak langsung mengambil dari saluran primer maupun saluran sekunder. b. Setelah diteliti dan dibenarkan seksi dan menyetujui panitia irigasi, golongan! golongan diberi tanda tetap di peta!peta pengairan. Setelah itu dibuat datar desa!desa serta petak!petak di masing!masing golongan lalu dikirim ke semua!desa!desa yang bersangkutan. #. Setelah mempertimbangkan adanya tanaman!tanaman yang masih ada disawah, pengamat mengusulkan ke seksi tentang pengaturan golonga! golongan untuk musim yang akan datang. d. 'angkah selanjutnya adalah mengadakan pertemuan dengan panitia irigasi untuk mempertimbangkan ren#ana tanaman musim penghujan. e. Pada pertemuan ini akan ditentukan adanya golongan!golongan oleh sekertaris panitia irigasi sebelum permulaan musim penghujan desa!desa yang bersangkutan akan diberi tahu tantang aturan golongan baru.
Sistem golongan dikerjakan sebagai berikut " N&
Per#&de s/d hari kesatu
=&l&ngan A
=&l&ngan B
=&l&ngan /
@arapan tanah untuk pembibitan 2ibit dan garap tanah untuk tanaman padi
@arap tanah untuk pembibitan
-
Hari ke ! -4
Hari ke - ! 4
pemindahan tanaman
Hari ke ! 54
tanaman padi
2ibit dan garap tanah Pemindahan tanah
@arap tanah untuk pembibitan 2ibit dan garap tanah untuk tanaman padi
1
Hari ke 5 ! dst
&idak ada pembagian air
2.2 ?ar#ngan Ir#gas#
>aringan irigasi terdiri dari petak!petak tersier, sekunder dan primer yang berlainan antara saluran pembawa dan saluran pembuang terdapat juga bangunan utama, bangunan pelengkap, yang dilengkapi keterangan nama luas dan debit. Petak tanah yang memperoleh air irigasi adalah petak irigasi. Sedangkan kumpulan petak irigasi yang merupakan satu kesatuan yang mendapat air irigasi melalui saluran tersier yang sama disebut petak tersier. Petak tersier menduduki menduduki ungsi sentral, luasnya sekitar 14!44 Ha, kadang!kadang sampai 14 Ha. Pemberian air pada petak tersier diserahkan pada petani. >aringan yang mengalirkan air ke sawah disebut saluran tersier dan kuarter.
aringan irigasi dengan pembuang dipisahkan sehingga keduanya berjalan sesuai dengan ungsinya masing!masing. alam hal!hal khusus dibuat sistem tabungan saluran pembawa dan pembuang. Keuntungan sistem gabungan adalah pemanaatan air lebih ekonomis dan biaya lebih murah. Kelemahannya adalah saluran sema#am ini lebih sulit diatur dan dieksploitasi, lebih #epat rusak dan menampakkan pembagian air yang tidak merata. Saluran!saluran dapat
dilengkapi berma#am!ma#am
bangunan yang
berungsi untuk mempermudah pengaturan air yang berada pada saluran yang lebih ke#il atau pada petak sawah. Pada jaringan irigasi terdapat bangunan!bangunan pelengkap yang terdiri dari
•
&anggul!tanggul untuk melindungi daerah irigasi dari banjir. 2iasanya dibangun disepanjang tepi sungai sebelah hulu bendung atau sepanjang saluran primer.
•
Kisi!kisi penyaring untuk men#egah tersumbatnya bangunan (pada sipon atau gorong!gorong)
•
>embatan dan jalan penghubung dari desa untuk keperluan penduduk.
Selain bagunan utama dan pelengkap terdapat bangunan pengontrol yang terdiri dari bangunan bagi, sadap, bagi sadap, bangunan terjun, talang, got miring. Sebelum diambil keputusan, terlebih dahulu di#ek apakah apakah daerah ini tidak mungkin diari selamanya atau hanya untuk sementara saja. >ika sudah pasti tidak bisa ditanami, daerah ditandai pada peta. aerah sema#am ini dapat digunakan
sebagai
pemukiman,
pedesaan,
dan
daerah
lai
selain
persawahan/perkebunan. alam pembagian petak tersier dan kuarter harus diperhatikan keadaan lapangan dan batas!batas alam yang ada misalnya saluran!saluran lama, sungai, jalan
raya,
kereta
api
dan
sebagainya.
Peren#anaan
jaringan
irigasi
mempertimbangkan aktor!aktor seperti medan lapangan, ketersediaan air dan lain!lain. Sebelum meren#anakan suatu daerah irigasi terlebih dahulu harus diadakan penyelidikan mengenai jenis!jenis
tanah
pertanian
yang
akan
dikembangkan, bagian yang akan dilewati jaringan irigasi (kontur, sungai, desa, dan lainnya). Keseluruhan proses tersebut harus mempertimbangkan aktor ekonomis dan dampak setelah serta sebelum pelaksanaan proyek. asar tiap!tiap sistem adalah membawa air irigasi ke tempat yang mungkin diairi. aerah yang tidak dapat diari dapat digunakan sebagai daerah non persawahan misalnya perumaha. Sistem yang diren#anakan harus mudah dimengerti dan memperhatikan aktor pemberian air serta pemanaatan daerah yang lebih eekti. ata yang dibutuhkan untuk daerah peren#anaan daerah irigasi adalah keadaan topograi, gambaran peren#anaan atau
pelaksanaan jaringan
utama, kondisi hidrometeorologi untuk menentukan kebutuhan air irigasi atau pembuangan, serta daerah!daerah tergenang atau kering.
Saluran irigasi diren#anakan dengan mempertimbangkan garis kontur, sistem irigasi menggunakan sistem graitasi, yaitu air mengalir karena gaya tarik bumi dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah. Sebagai #ontoh, saluran pembawa biasanya dibuat sejajar searah dengan kontur yang akan mengalirkan air dari pun#ak bagian atas menuju ke bawah melalui lembah kontur.
2.2.1 =a'!aran Daera" Ren8ana
Sistem jaringan irigasi yang akan diren#anakan digambar terlebih dahulu. Hal penting dalam penggambaran adalah pengetahuan tentang peta. egan pertolongan peta dapat diketahui daerah irigasi ren#ana, letak tempat!tempat, jalan kereta, aliran sungai dan lain!lain. &ahapan dalam peren#anaan adalah pendahuluan dan tahap peren#anaan akhir. alam peta tergambar garis kontur daerah ini. ari garis kontur terlihat bahwa topograi daerah tidak terlalu datar. Pada beberapa daerah terdapat #ekungan!#ekungan
dan bukit!bukit. 0le*asi tertinggi adalah 4 dan ele*asi
terendah adalah -,1. Pada daerah ini terdapat satu sungai besar yang dapat dimanaatkan sebagai sumber air pada daerah irigasi. aerah tepi sungai adalah daerah yang potensial untuk daerah persawahan sehingga darah ini sebagian besar digunakan untuk petak tersier. >enis tanah daerah ini adalah loam yang sangat baik untuk pertumbuhan tanaman. Petak yang diambil sebagai per#ontohan adalah petak tersier. Petak ini kemudian digambar detail dengan skala " -144.
2.2.2 La+ Out ?ar#ngan Ir#gas#
'ay Jut jaringan irigasi adalah suatu #ara yang membedakan bagian!bagian yang terdapat dalam irigasi bentuknya serupa 'ay Jut ap. 'ay Jut ap berisi skema jaringan irigasi. &ujuan pembuatan skema jaringan irigasi adalah mengetahui jaringan irigasi, bangunan irigasi, serta daerah!daerah yang diairi meliputi luas, nama dan debit. =aktor!aktor yang perlu dipertimbangkan" •
2angunan utama (head work)
•
Sistem saluran pembawa (irigasi)
•
Sistem saluran pembuang (drainase)
•
Primer unit, sekunder unit, tersier unit.
•
'okasi bangunan irigasi
•
Sistem jalan
• #n irigated area (lading) • #n irigatable area (tidak dapat dialiri) •
isalnya " a) daerah dataran tinggi b) rawa (daerah yang tergenang)
Saluran pembawa adalah saluran yang membawah air irigasi dari bangunan utama ke petak!petak sawah. %da empat ma#am saluran pembawa, yaitu saluran primer, sekunder, tersier, dan kuarter. Prinsip pembuatan saluran primer adalah diren#anakan bedasarkan titik ele*asi tertinggi dari daerah yang dapat dialiri. >ika daerah yang dialiri diapit oleh dua buah sungai, maka saluran dibuat mengikuti garis prmisah air. Saluran sekunder diren#anakan melalui punggung kontur. Selain saluran pembawa, pada daerah irigasi harus terdapat saluran pembuang. Saluran pembuang dibuat untuk menampung buangan (kelebihan) air dari petak sawah. Sistem pembuangan ini disebut sistem drainase. &ujuan sistem drainase adalah mengeringkan sawah, membuang kelebihan air hujan, dan membuang kelebihan air irigasi. Saluran pembuangan di buat di lembah kontur. asar peren#anaan lahan untuk jaringan irigasi adalah unit tersier. Petak tersier adalah petak dasar disuatu jaringan irigasi yang mendapatkan air irigasi dari suatu bangunan sadap tersier dan dilayani suatu suatu jaringan tersier. =aktor! aktor yang harus dipertimbangkan dalam pembuatan 'ay Jut tersier adalah " •
'uas petak tersier
•
2atas!batas petak
•
2entuk yang optimal
•
Kondisi medan
•
>aringan irigasi yang ada
•
0ksploitasi jaringan
2atas!batas untuk peren#anaan lahan untuk daerah irigasi . 2atas alam •
&opograi (pun#ak gunung)
•
Sungai
•
'embah
-. 2atas %dministrasi
@aris kontur pada peta menggambarkan medan daerah yang akan diren#anakan. &opograi suatu daerah akan menentukan 'ay Jut serta konigurasi yang paling eekti untuk saluran pembawa atau saluran pembuang. ari kebanyakan tipe medan 'ay Jut yang #o#ok digambarkan se#ara sistematis. &iap peta tersier yang diren#anakan terpisah agar sesuai dengan batas alam dan topograi. alam banyak hal biasanya dibuat beberapa konigurasi 'ay Jut jaringan irigasi dan pembuang. Klasiikasi tipe medan sehubungan dengan peren#anaan daerah irigasi " . edan terjal kemiringan tanah - A
•
edan terjal dimana tanahnya sedikit mengandung lempun rawan erosi karena aliran yang tidak terkendali. 0rosi terjadi jika ke#epatan air pada saluran lebih batas ijin.hal ini menyebabkan berkurangnya debit air yang lewat, sehingga luas daerah yng dialiri berkurang. 'ay Jut untuk daerah sema#am ini dibuat dengan dua
• •
alternati. Kemiringan ter#uram dijumpai dilereng hilir satuan primer. Sepasang saluran tersier menggambil air dari saluran primer di
•
kedua sisi saluran sekunder. Saluran tersier pararel dengan saluran sekunder pada satu sisi dan memberikan airnya ke saluran kuarter garis tinggi, melalui boks bagi kedua sisinya.
-. edan gelombang, kemiringan 4,-1!-,A Kebanyakan petak tersier mengambil airnya sejajar dengan saluran sekunder yang akan merupakan batas petak tersier pada suatu sisi. 2atas untuk sisi yang lainnya adalah saluran primer. >ika batas!batas alam atau desa tidak ada, batas alam bawah akan ditentukan oleh trase saluran garis tinggi dan saluran pembuang.
dimana saluran irigasi harus melewati saluran pembuang sebaiknya harus dihindari. . edan sangat datar, kemiringan tanah 4,-1A 2entuk petak irigasi diren#anakan dengan memperhatikan hal!hal sebagai berikut" •
2entuk petak sedapat mungkin sama lebar dan sama panjang karena bentuk yang memanjang harus dibuat saluran tersier yang panjang akan menyulitkan pemeriksaan pemberian air dan pemeliharaan juga menyebabkan banyaknya air yang hilang karena rembesan ke dalam tanah dan bo#oran keluar saluran.
•
Petak yang panjang dengan saluran tersier ditengah!tengah petak tidak memberi #ukup kesempatan pada air untuk meresap kedalam tanah karena jarak pengangkut yang terlalu pendek.
•
&iap petak yang dibuat harus diberi batas nyata dan tegas agar tidak terjadi keraguan dalam pemberian air.
•
&iap bidang tanah dalam petak harus mudah menerima dan membuang air yang sudah tidak berguna lagi.
•
'etak petak berdekatan dengan tempat!tempat pintu pengambilan. aksudnya agar pemeriksaan pemberian air pada intake tersier mudah dijalani petugas.
i beberapa petak tersier ada bagian!bagian yang tidak diairi karena berbagai alasan, misalnya "
• >enis tanah tidak #o#ok untuk pertanian • 0le*asi tanah terlalu tinggi • &idak ada petani penggarap • &ergenang air Ke#o#okan tanah di seluruh daerah dipelajari dan dibuat ren#ana se#ara optimal sehingga dapat diputuskan bentuk jaringan tersiernya.
A. eadaan T&%&gra)#
@aris!garis kontur
•
2atas!batas petak sawah
•
&ata guna lahan
•
Saluran irigasi, pembuang dan jalan!jalan yang ada beserta bangunannya
•
2atas!batas administrati (desa, kampung)
•
7awa dan kuburan
•
2angunan Skala peta dan inter*al garis!garis kontur bergantung kepada keadaan
topograi " Ta!el. einisi edan untuk &opograi akro &ntur Medan
Sangat atar atar 2ergelombang &erjal
e'#r#ngan Medan
Skala
Inter$al
4,-1 A 4,-1 ! ,4 A !-A F- A
" 1444 " 1444 " -444 " -444
4,-1 4,1 4,1 ,4
Selain itu juga akan diperhatikan kerapatan atau densitas titik!titik di petak! petak sawah agar arah aliran antar petak dapat ditentukan. Peta ikhtisar harus disiapkan dengan skala " -1444 dengan la' #ut jaringan utama dimana petak tersier terletak. Peta ini harus men#akup trase saluran pembuang, batas!batas petak tersier dan sebagainya.
yang lebih rin#i mengenai pengukuran dan pemetaan, lihat persyaratan teknis untuk Pemetaan Terestris dan pemetaan #rt#f#t#.
B. =a'!ar9ga'!ar Peren8anaan ?ar#ngan +ang ada @ As uildrawing
i daerah!daerah yang sudah ada asilitas irigasinya, diperlukan data!data peren#anaan yang berhubungan dengan daerah!daerah irigasi, kapasitas saluran irigasi dan muka air maksimum dari saluran!saluran yang ada dan gambar!gambar purbalaksanan (kalau ada), untuk menentukan tinggi muka air dan debit ren#ana. >ika data!data ini tak tersedia, maka untuk menentukan tinggi muka air ren#ana pada pintu sadap dan ele*asi bangunan sadap lainnya harus dilaksanakan pengukuran.
2.2.( Ske'a S#ste' ?ar#ngan Ir#gas#
Skema jaringan irigasi merupakan penyederhanaan dari tata letak jaringan irigasi yang menunjukkan letak bangunan irigasi yang penting. Skema jaringan irigasi mempertimbangkan hal sebagai berikut " . Saluran primer, sekunder dan bangunan sadap menuju saluran tersier digambar terlebih dahulu dengan lambang sesuai ketentuan. -. &iap ruas saluran diantara saluran menunjukkan luas daerah yang diairi. Panjang
saluran
disesuaikan
dengan
panjang
sesungguhnya
dan
kapasitasnya. . &iap bangunan sadap diberi nama bangunan, luas, kapasitas bangunan serta saluran yang akan diari. . 'okasi dan nama pembendung air ditulis. 1. %rah aliran sungai ditunjukkan. 5. itulis juga nama bangunan pelengkap serta bangunan kontrol lainnya.
2.2.* Petak Ters#er Per8&nt&"an
Peren#anaan jaringan irigasi tersier harus sedemikian sehingga pengelolaan air dapat dilaksanakan dengan baik.
A. Petak Ters#er Ideal
Petak tersier ideal adalah petak yang masing!masing pemilik sawahnya memiliki pengambilan sendiri dan dapat membuang kelebihan air langsung ke jaringan pembuang. Para petani dapat mengangkut hasil pertanian dan peralatan mesin atau ternaknya dari dan kesawah melalui jalan petani yang ada.
B. Ukuran Petak Ters#er dan uarter
" 1!44 hektar
" 9!1 hektar
Panjang saluran tersier
" 144 meter
Panjang saluarn kuarter
" 144 meter
>arak antara saluran kuarter dan pembuang
" 44 meter
/. Batas Petak
2atas berdasarkan pada kondisi topograi. aerah itu hendaknya diatur sebaik mungkin, sedemikian hingga satu petak tersier terletak dalam satu daerah administrati*e desa agar eksploitasi dan pemeliharaan jaringan lebih baik. >ika ada dua desa di petak tersier yang sangat luas maka dianjurkan untuk membagi petak!petak tersebut menjadi dua petak subtersier yang berdampingan sesuai dengan daerah desa masing!masing. 2atas!batas petak kuarter biasanya akan berupa saluran irigasi dan pembuangan kuarter yang memotong kemiringan medan dan saluran irigasi serta pembuangan kuarter yang memotong kemiringan medan. >ika mungkin batas ini bertepatan dengan batas!batas hak milik tanah.
2.( Bangunan Uta'a
2endung adalah suatu bangunan air dengan kelengkapan yang dibangun melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat untuk meninggikan tara muka air atau untuk mendapatkan tinggi terjun, sehingga air dapat disadap dan dialirkan se#ara gra*itasi ke tempat yang membutuhkannya. Sedangkan bangunan air adalah setiap pekerjaan sipil yang dibangun di badan sungai untuk berbagai keperluan. 2endung tetap adalah bendung yang terdiri dari ambang tetap, sehingga muka air banjir tidak dapat diatur ele*asinya.
penghalang selama terjadi banjir dan dapat menyebabkan genangan di udik bendung. 2endung pelimpah terdiri dari tubuh bendung dan mer#u bendung. &ubuh bendung merupakan ambang tetap yang berungsi untuk meninggikan tara muka air sungai. er#u bendung berungsi untuk mengatur tinggi air minimum, melewatkan debit banjir, dan untuk membatasi tinggi genangan yang akan terjadi di udik bendung. Eama bendung, untuk penyebutan suatu bendung, yang biasanya diberi nama sama dengan nama sungai atau sama dengan nama kampung atau desa di sekitar bendung tersebut. 2endung berdasarkan ungsinya dapat diklasiikasikan menjadi " . 2endung penyadap " digunakan sebagai penyadap aliran sungai untuk berbagai keperluan seperti untuk irigasi, air baku, dan sebagainya. -. 2endung pembagi banjir " dibangun di per#abangan sungai untuk mengatur muka air sungai, sehingga terjadi pemisahan antara debit banjir dan debit rendah sesuai dengan kapasitasnya. . 2endung penahan pasang " dibangun di bagian sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut antara lain untuk men#egah masuknya air asin.
2erdasarkan tipe strukturnya bendung dapat dibedakan atas " . 2endung tetap -. 2endung gerak . 2endung kombinasi . 2endung kembang kempis. 1. 2endung bottom intake
itinjau dari segi siatnya bendung dapat pula dibedakan " . 2endung permanent seperti bendung pasangan batu beton, dan kombinasi beton dengan pasangan batu. -. 2endung semi permanen seperti bendung bronjong, #eru#uk kayu dan sebagainya.
. 2endung darurat, yang dibuat oleh masyarakat pedesaan seperti, bendung tumpukan batu dan sebagainya.
2.(.1 Tata Letak Bendung dan Perlengka%ann+a
2endung tetap yang terbuat dari pasangan batu untuk keperluan irigasi terdiri atas berbagai komponen yang mempunyai ungsi masing!masing. Komponen utama bendung itu yakni " . &ubuh bendung, antara lain terdiri dari ambang tetap dan mer#u bendung dengan bangunan peredam energinya. -. 2angunan intake, antara lain terdiri lantai / ambang dasar, pintu, dinding banjir, pilar, penempatan pintu, saringan sampah, jembatan pelayan, rumah pintu, dan perlengkapan lainnya. . 2angunan pembilas, dengan underslui#e atau tanpa underslui#e, pilar penempatan pintu, pintu bilas, jembatan pelayan, rumah pintu, saringan batu, dan perlengkapan lainnya. . 2angunan perlengkapan lain yang harus ada pada bendung antara lain yaitu tembok pangkal, sayap bendung, lantai udik dan dinding tirai, pengarah arus tanggul banjir dan tanggul penutup atau tanpa tanggul, penangkap sedimen atau tanpa penangkap sedimen, tangga, penduga muka air, dan sebagainya. 1. Pengaturan penempatan bagian!bagian bendung tersebut sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi ungsinya. ;ang paling penting dalam menempatkan bagian!bagian bendung ini yaitu bangunan intake dan pembilas selalu terletak berdampingan atau menjadi satu kesatuan. 2angunan tubuh bendung ditempatkan tegak lurus aliran sungai dan pilar pembilas. Selanjutnya pengaturan tata letak bendung dan perlengkapannya diuraikan sebagai berikut " 5. &ubuh bendung, diletakkan kurang lebih tegak lurus aliran sungai saat banjir sedang dan sedang. aksudnya agar aliran utama yang menuju dan keluar bendung terbagi merata, sehingga tidak menimbulkan pusaran! pusaran aliran di udik bangunan pembilas dan intake.
8. Intake, selalu merupakan satu kesatuan dengan bangunan pembilas dan tembok pangkal udiknya. 2iasa diletakkan dengan sudut pengambilan arah tegak lurus (4L) atau menyudut (1L ! 54L) terhadap sumbu bangunan pembilas. iupayakan berada di tikungan luar aliran sungai, sehingga dapat mengurangi sedimen yang akan masuk ke intake. 9. 2angunan pembilas, selalu terletak berdampingan dan satu kesatuan dengan intake, di sisi bentang sungai dan bagian luar tembok pangkal bendung. 2ersama!sama dengan intake dan tembok pangkal bendung yang diletakkan sehingga sedemikian rupa dapat membentuk suatu tikungan luar aliran (heli#oidal low). . &embok pangkal, diletakkan dikedua pangkal tubuh bendung yang umumnya dibuat dengan bentuk tegak, adakalanya lurus atau membuka ke arah hilir. 2erungsi sebagai penahan tanah, pen#egah rembesan samping pangkal jembatan, pengarah aliran dari udik, dan sebagai batas bruto bendung.
2.(.2 Bangunan Uta'a Bendung A. Mer8u Bendung @%
er#u bendung yaitu bagian teratas tubuh bendung dimana aliran dari udik dapat melimpah ke hilir. =ungsinya sebagai penentu tinggi muka air minimum di sungai bagian udik bendung, Sebagai pengempang sungai dan sebagai pelimpah aliran sungai. 'etak mer#u bendung bersama!sama tubuh bendung diusahakan tegak lurus arah aliran yang menuju bendung terbagi rata. &inggi mer#u bendung (p) yaitu ketinggian antara ele*asi lantai udik dan ele*asi mer#u. alam penentuan tinggi mer#u bendung, belum ada rumus atau ketentuan yang pasti. Hanya berdasarkan pengalaman dengan stabilitas bendung. ;ang harus diperhatikan dalam menentukan tinggi mer#u bendung " • • • • •
Kebutuhan penyadapan untuk memperoleh debit dan tinggi tekan. Kebutuhan tinggi energi untuk pembilasan. &inggi muka air genangan yang akan terjadi. Kesempurnaan aliran pada bending. Kebutuhan pengendalian angkutan sedimen yang terjadi di bending
B. Panjang Mer8u Bendung @!!
Panjang mer#u bendung disebut juga lebar bentang bendung, yaitu jarak antara dua tembok pangkal bendung (abutment), termasuk lebar bangunan pembilas dan pilar!pilarnya. alam penentuan
panjang mer#u bendung, yang
harus diperhatikan " Kemampuan melewatkan debit desain dengan tinggi jagaan yang #ukup. 2atasan tinggi muka air genangan maksimum yang diijinkan pada debit
• •
desain Jleh karena itu, panjang mer#u bendung dapat diperkirakan " Sama lebar dengan rata!rata sungai stabil atau pada debit penuh alur (bank
•
ull dish#harge) •
/. Panjang Mer8u Bendung E)ekt#) @!e
Panjang mer#u bendung eekti adalah panjang mer#u bendung bruto (bb) dikurangi dengan lebar pilar dan pintu pembilas. %rtinya panjang mer#u bendung yang eekti melewatkan debit banjir desain. Panjang mer#u bendung eekti dapat diukur dengan #ara " 2e 3 bb M - (n kp 6 ka)H Ket " 2e 2b E Kp Ka H
" " " " " "
Panjang mer#u bendung bruto, m >umlah pilar pembilas Koeisien kontraksi pilar Koeisien kontraksi pangkal bendung &inggi energi &inggi energi diatas mer#u bending
2.(.( Bangunan Intake
2angunan intake adalah suatu bangunan pada bendung yang berungsi sebagai penyadap aliran sungai, mengatur pemasukan air dan sedimen, serta menghindarkan sedimen dasar sungai dan sampah masuk ke intake. Intake terdiri dari berma#am jenis, yaitu " . Intake biasa, yang umum diren#anakan yaitu intake dengan pintu berlubang satu atau lebih dan dilengkapi dengan pintu dinding banjir. -. Intake gorong!gorong , tanpa pintu di bagian udik. Pintu diletakkan di bagian hilir gorong!gorong. . Intake rontal, intake diletakkan di tembok pangkal, jauh dari bangunan pembilas atau bendung.
A. Lanta# #ntake
'antai intake diran#ang datar, tanpa kemiringan. i hilir pintu lantai dapat berbentuk kemiringan dan dengan bentuk terjunan sekitar 4,1 m. 'antai intake bila di awal kantong sedimen bias berbentuk datar dan dengan kemiringan tertentu. Ketinggian lantai intake, bila intake ditempatkan pada bangunan pembilas dengan underslui#e " •
Sama tinggi dengan plat lantai underslui#e
•
Sampai dengan 4,1 m di atas plat underslui#e
•
&ergantung pada keadaan
•
4,1 m jika sungai mengangkut lanau
•
m jika sungai mengangkut pasir dan kerikil
•
,1 m jika sungai mengangkut kerikil dan bongkah
B. Le!ar dan T#ngg# Lu!ang
'ebar lubang intake dapat dihitung dengan rumus pengaliran " ># 3 8 ! "
%tau ># 3 C ! a @2g
Ket " Gi $, O % @ Q
" " " " "
debit intake, mN/dt koeisien pengaliran tinggi bukaan lubang, m per#epatan gra*itasi, m/dt kehilangan tinggi energi, m
2.(.* Bangunan Pe'!#las A. De)#n#s# dan 7ungs#
2angunan pembilas adalah salah satu perlengkapan pokok bendung yang terletak di dekat dan menjadi satu kesatuan dengan intake. 2erungsi untuk menghindarkan angkutan muatan sedimen dasar dan mengurangi angkutan muatan sedimen layang masuk ke intake. . imensi 2angunan ndersluice *. Pembilas underslui#e lurus a. ulut underslui#e diletakkan di udik mulut intake dengan arah tegak lurus aliran menuju intake atau menyudut 1L terhadap tembok pangkal. 'ebar mulut harus lebih besar daripada ,- kali lebar intake. b. 'ebar pembilas total diambil /5!/4 dari lebar bentang bendung, untuk sungai!sungai yang lebarnya kurang dari 44 meter. 'ebar satu lubang maksimum -,1 m untuk kemudahan operasi pintu, dan jumlah lubang tidak lebih dari tiga buah. #. &inggi lubang undersluice diambil ,1 m, usahakan lebih tinggi dari m tetapi tidak lebih tnggi dari -m d. 0le*asi lantai lubang diren#anakan " •
Sama tinggi dengan lantai udik bendung
•
'ebih rendah dari lantai udik bendung
•
'ebih tinggi dari lantai udik bendung
. Pintu pembilas
=ungsi pintu bawah untuk pembilasan sedimen yang terdapat di dalam, di udik dan di sekitar mulut underesluice. >enis pintu umumnya pintu sorong, untuk satu lubang pintu sorong lebar maksimum -,1m. Sedangkan untuk pintu yang dioperasikan dengan mesin dibuat antara -,1!1m. . Pilar pembilas Pilar pembilas berungsi untuk penempatan pintu!pintu, underslui#e dan perlengkapan lainnya. 'ebar pilar sisi bagian luar dapat diambil sampai dengan - m dan sisi bagian dalam antara M ,1 m. 1. Sponeng dan stang pintu 2erungsi untuk menahan tekanan air pada pintu.berukuran 4.,-1 B 4,-1 m atau 4,-1 B 4, m. Sedangkan stang pintu berungsi untuk mengangkat dan menurunkan pintu. 5. &embok baya!baya 2erungsi untuk men#egah angkutan sedimen dasar melon#at dari udik bendung ke atas plat underslui#e. &inggi mer#u tembok baya!baya diambil antara 4,1 m dan m di atas mer#u bendung. 8. Pembilas Shunt
2.(., Bangunan Pereda' Energ# A. De)#n#s# dan 7ungs#
2angunan peredam energi bendung adalah struktur dari bangunan di hilir tubuh bendung yang terdiri dari beberapa tipe, bentuk dan di kanan kirinya dibatasi oleh tembok pangkal bendung dilanjutkan dengan tembok sayap hilir dengan bentuk tertentu. =ungsi 2angunan adalah untuk meredam energi air akibat pembendungan, agar air di hilir bendung tidak menimbulkan penggerusan setempat yang membahayakan struktur.
B. T#%e Bangunan Pereda' Energ# Bendung
2angunan peredam energi bendung terdiri atas berbagai ma#am tipe antara lain yaitu " . 'antai hilir mendatar, tanpa atau dengan ambang akhir dan dengan atau tanpa balok lantai. -. $ekung masi dan #ekung bergigi . 2erganda dan bertangga . Kolam lon#at air 1. Jlam bantalan air dan lain!lain isamping itu bangunan peredam energi dikenal pula dengan istilah lain yaitu tipe " •
Rlughter
•
•
S%=
•
S#hooklit#h
•
J, S dan '
•
ll
/. 7akt&r Pe'#l#"an T#%e
alam memilih tipe bangunan peredam energi sangat bergantung kepada kepada berbagai aktor antara lain " • •
&inggi pembendungan, Keadaan geoteknik tanah dasar misalnya jenis batuan, lapisan, kekerasan
• • •
tekan, diameter butir, dsb, >enis angkutan sedimen yang terbawa aliran sungai, Kemungkinan degradasi dasar sungai yang akan terjadi di hilir bendung, Keadaan aliran yang terjadi di bangunan peredam energi seperti aliran tidak sempurna/tenggelam, lon#atan aliran yang lebih rendah atau lebih tinggi dan sama dengan kedalaman muka air hilir (tail water).
D. Pr#ns#% Pe'e8a"an Energ#
Prinsip peme#ahan energi pada bangunan peredam energi adalah dengan #ara menimbulkan gesekan air dengan lantai dan dinding struktur, gesekan air dengan air, membentuk pusaran air berbalik *ertikal ke atas dan ke bawah serta pusaran arah hori+ontal dan men#iptakan benturan aliran ke struktur serta membuat lon#atan air di dalam ruang olakan.
E. Des#gn H#dr&l#k Pereda' Energ# 1. Pereda' energ# t#%e MDO
Peredam energi lantai hilir datar dengan ambang akhir. a.
tipe
J
dan
S. &ipe
yang
disebut belakangan
dikembangkan dari hasil per#obaan pengaliran oleh Ir. oh emed, ipl. H0, kk. i laboratoriom hidrolika, P%, semenjak tahun 84!an. &ipe ini dipilih untuk peredam energi bendung yang berlokasi disungai! sungai dengan angkutan sedimen dominan raksi kerikil dan pasir. 2erdasarkan berpuluh!puluh design bendung dengan peredam energi tipe *lughter, setelah diperiksa dengan uji model isik ternyata ukurannya tidak #o#ok dan harus dimodiikasi. Salah satu tipe penggantinya yaitu tipe J dan S. &ipe *lughter harus dimodiikasi menjadi tipe J karena antara lain parameter ele*asi dasar sungai dan tinggi air di hilr peredam energi dalam rumus *lughter belum dimasukan. b.
einisi dan ungsi 2angunan peredam energi bendung tipe lantai hilir datar dengan ambang akhir adalah bagian di hilir bendung yang merupakan kolam olak terdiri atas lantai hilir mendatar, tanpa lengkungan pada transisi antara bidang hilir tubuh bendung dan lantai hori+ontal.
#.
2entuk hidraulik 2entuk hidraulik bangunan, yaitu " • er#u bendung bertipe bulat • &ubuh bendung bagian hilir tegak sampai dengan kemiringan "
&anpa lengkungan di pertemuan kaki bendung dan lantai 'antai hilir berbenntuk datar tanpa kemiringan 2erambang akhir bentuk kotak!kotak di bagian akhir lantai hilir Harus dilengkapi dengan tembok sayap hilir bentuk miring dan
• • • •
ujungnya dimasukkan ke dalam tebing • &erdiri atas - bentuk, yaitu " lantai datar tanpa olakan (J) dan dengan olakan (S) •
Kolam Jlakan S%= ( Saint %nthony =alls ). Kolam ini disarankan digunakan pada struktur yang ke#il, misalnya, saluran pelimpah, bagian terluar dan struktur kanal yang ke#il, dimana = 3 ,8 sampai 8. pengurangan panjang kolam olakan yang diperoleh melalui pemakaian peralatan yang diran#ang untuk kolam yang bersangkutan adalah 94A (84 M 4 )A. ata M data mengenai ran#angan Kolam olakan S%= ini yang didapatkan dari penemuannya 2laseidel adalah sebagai berikut " a.
Panjang kolam olakan ' 2 untuk bilangan =roude antara ,8 sampai 8, adalh diperoleh dari persamaan ' 2 3 ,1 y-/=4,85.
b.
&inggi blok muka kolam olakan dan blok lantai adalah y , lebar dan jaraknya kira!kira 4,81y .
#.
>arak antara ujung hulu kolam olakan sampai ke lantai blok adalah '2 / .
d.
2lok dasar harus meliputi antara 4 sampai 11A lebar kolam olakan.
e.
Kedalaman air bawah diatas lantai kolam olakan y -T3 (,4 M =-/-4)y-, untuk = 3,8 sampai 1,1 : y - U34,91y- untuk = 31,1 sampai : y -T3(! =-/944)y- untuk = 3 sampai 8.
&inggi
.
dinding
samping
diatas
kedalaman
air
bawah
maksimum, diberikan oleh + 3 y-/, berlaku selama struktur digunakan. inding penopang, tingginya harus sama dengan tinggi dinding
g.
samping kolam olakan. Pun#ak dinding penunjang harus mempunyai kemiringan ". Pengaruh masuknya udara pada peran#angan kolam olakan,
h.
diabaikan.
(. Pereda' t#%e USBR II
Kolam Jlakan
ele*asi
lantai
lindung
untuk
memanaatkan
seluruh
kedalaman air bawah lanjutan, ditambah aktor keamanan yang diperlukan.
menambah
aktor
keamanan,
disarankan
ditambahkannya penguatan keamanan minimum sebesar 1A pada kedalaman lanjutan. -. Kolam olakan II mungkin eekti untuk bilangan =roude sampai , tetapi untuk nilai!nilai yang lebih ke#il, tidak ada akan eekti lagi.
lebar
selang
4,1
untuk
memperke#il
semburan
dan
mempertahankan tekanan yang diinginkan. . &inggi ambang gerigi sama denan 4,- -, dan lebar serta selang maksimum yang disarankan adalah 4,1- kemiringan bagian kontinyu dari ujung ambang adalah - ".
=a'!ar. Kolam olakan tipe
*. Pereda' t#%e USBR I
Kolam Jlakan
=a'!ar. Kolam olakan tipe
7. Te'!&k Sa+a%F Te'!&k Pangkal dan Pengara" Arus 1. Te'!&k Sa+a% H#l#r
a. einisi tembok sayap hilir adalah tembok sayap yang terletak di bagian kanan dan kiri peredam energi bendung yang menerus ke hilir dari tembok pangkal bendung dengan bentuk dan ukuran yang berkaitan dengan ukuran peredam energi. =ungsinya sebagai pembatas, pengrah arus, penahan gerowongan dan longsoran tebing sungai di hilir bangunan dan pen#egah aliran samping.
b.
Panjang tembok bagian yang lurus, yaitu /-' p 6 'B imana " ' p 'B
•
3 Panjang lantai datar peredam energi 3 Panjang tembok sayap (,-1 M ,1) B '
Kemiringan tembok sayap dapat diambil denagan kemiringan "C
a. &embok Pangkal 2endung einisi tembok pangkal bendung adalah tembok yang berada di kiri kanan pangkal bendung dengan tinggi tertentu yang menghalangi luapan aliran pada debit desain tertentu ke samping kiri dan kanan. =ungsinya sebagai pengarah arus agar arah aliran sungai tegak lurus (rontal) terhadap sumbu bendung, sebagai penahan tanah, pen#egah rembasan samping, pangkal jembatan dan sebagainya. b. &embok Sayap
BAB III PEREN/ANAAN EBUTUHAN AIR IRI=ASI
(.1. Per"#tungan E$a%&ras# P&tens#al (.1.1. Met&de Pen'an M&d#)#kas#
Perhitungan 0to berdasarkan rumus Penman yan telah dimodiikasi untuk perhitungan pada daerah!daerah di Indonesia adalah sebagai berikut"
"to # "to$ .c "to$ # % (&.' Rs Rn ) * ( %) .f (u).(ea ed )
ata terukur yang diperlukan adalah " •
Suhu bulana rata!rata (o$)
3t
•
Kelembaban relati bulanan rata!rata
3 7H
•
Ke#epatan matahari bulanan (A)
3 n/E
•
Ke#epatan angin bulanan rata!rata (m/dt) 3 u
•
'etak lintang daerah yang ditinjau
•
%ngka koreksi (#)
ata terukur tambahan yang dibutuhkan untuk perhitungan menggunakan rumus Penman modiikasi adalah " •
=aktor yang berhubungan dengan suhu dan ele*asi
•
7adiasi gelombang pendek, dalam satuan e*aporasi eki*alen (mm/hari) 3 (+.*5 , +.5 n) . Ra
•
•
3 7H
7adiasi gelombang pendek yang memenuhi batas luar atmoser atau angka angot (mm/hari)
•
3t
3 7
7adiasi bersih gelombang panjang (mm/hari) f (t) . f (ed) . f(n)
3 7n
=ungsi suhu
3 σ &a
•
=ungsi tekana uap +./ 0+..ed +15
3 (t)
•
+1 , +12.n
3 (ed)
•
=ungsi ke#epatan angin pada ketingian -44 m (m/det) = +1*3 (,+14.u)
3 (u)
•
Perbedaan tekanan uap jenuh dengan tekanan uap
3 ea
•
7H.ea
3 ed
•
Kelembapan udara relati (A)
3 7H
Setelah harga 0toV didapat, besar harga e*apotranspirasi potensial (0to) dapat dihitung dari " "to # "to$ .c
engan " $ 3 angka koreksi Penman yang besarnya mempertimbangkan perbedaan ke#epatan angin (u) siang dan malam.
engan perhitungan 0to berdasarkan rumus Penmann adalah sebagai berikut " . en#ari data suhu bulanan rata!rata (t) *. en#ari besarnya (ea), (D), (!D), dan (t) dari tabel PE., berdasarkan nilai suhu rerata bulanan /. en#ari data kelembapan relati (7H) . en#ari besaran (ed) berdasar nilai (ea) dan (7H) 5. en#ari besaran (ea!ed) . en#ari besaran (ed) berdasarkan nilai ed 3. en#ari data letak lintang daerah yang ditinjau 4. en#ari besarnya (7a) dari tabel PE.-, berdasarkan data letak lintang. 2. en#ari data ke#erahan matahari (n/E) +. en#ari besaran (7s) dari perhitungan, berdasarkan (7a) dan (n/E) . en#ari besaran (n/E) berdasarkan nilai (n/E) *. en#ari data ke#epatan angin rata!rata bulanan (u)
/. en#ari besaran (u) berdasarkan nilai u . enghitung besar 7n , 3 (t).(ed).(n/E) 5. en#ari besar angka koreksi (#) dari tabel PE. . nghitung besar Et#6 = 7(+135 Rs-Rn , ) , (-7).f(u).(ea-ed) 3. enghitung Et# = c.Et#6
(.1.2. Met&de Blane+ /r#ddel
ata terukur yang diperlukan dalam perhitungan ini adalah letak lintang dan suhu udara dan angka koreksi. 2laney $riddle (14), menghitung 0to dengan rumus "
Et& 3 8 . Et& G Et&G3 % . @F*,t 4 0F1(
imana " . p 3 prosentase rata!rata jam siang harian, yang besarnya tergantung letak lintang ('') -. t 3 suhu udara (o$)
Perhitungan 0toV umumnya menggunakan periode waktu rata!rata keadaan iklim pada suatu bulan tertentu. Prosedur perhitungan 0to untuk suatu bulan tertentu adalah sebagai berikut" .
en#ari data tentang letak daerah yang ditinjau.
*.
en#ari nilai (p) dari tabel 2$. berdasarkan letak lintang.
/.
men#ari data suhu rata!rata bulanan (t).
.
enghitung besar Et#6 = p (+153t , 41/).
5.
men#ari angka koreksi dari tabel 2$. sesuai dengan bulan yang ditinjau.
.
enghitung Et# = c.Et#6
(.2. Per"#tungan e!utu"an A#r Tana'an (.2.1. e!utu"an A#r Tana'an Untuk Penggunaan &nsu't#)
Kebutuhan air tanaman adalah sejumlah air yang dibutuhkan untuk mengganti air yang hilang akibat penguapan. %ir yang menguap dapat melalui permukaan air yang bebas dari muka bumi (e*aporasi), atau melalui daun!daun tanaman (transpirasi). 2ila kedua proses penguapan tersebut terjadi bersamaan, maka terjadilah proses e*apotranspirasi. 2esar kebutuhan air tanaman dinyatakan dalam penggunaan konsumti (mm/hari), yang besarnya " /u 3 k.Et&
imana " •
2esar air yang diperlukan saat pengolahan tanah (m )
3 Dp
•
>umlah hari pengolahan tanah
3n
•
&inggi air untuk pengolahan
3s
•
nit 7ater Re$uir%ent (mm) 3 e*aporasi 3 perkolasi
3d
•
'uas daerah yang akan dikelolah (ha)
3%
(.2.2. e!utu"an A#r Tana'an Untuk Peng&la"an Tana"
2esar air yang diperlukan untuk pengelolahan tanah adalah 1!4 mm/hari, atau ditentukan dari rumus "
%p # + A., * A.d(n-)/ 0.&
Pengelolahan tanah dilakukan -1!4 hari sebelum penanaman. 2esar air untuk pengelolahan tanah pada hari ke W di tentukan dari rumus "
%p 1 # An., * (2-)d.&
imana " •
2esar air yang diperlukan saat pengolahan tanah (m )
•
>umlah hari pengelolahan tanah
3n
•
&inggi air untuk pengelolahan
3s
3 Dp
•
nit 7ater Re$uire%ent (mm) 3 e*aporasi 3 perkolasi
3d
•
'uas daerah yang akan diolah (ha)
3%
(.2.(. e!utu"an A#r Tana'an Untuk Pe'!#!#tan
%ir untuk pembibitan diberikan bersamaan dengan air untuk pengolahan tanah, -4!4 hari sebelum penanaman. Kebutuhan airnya 1!8 mm/hari.
(.2.*. e!utu"an A#r Untuk Penggant#an La%#san =enangan
iberikan !- bulan setelah penanaman, sebesar , mm/hari.
(.( Per"#tungan /ura" Hujan (.(.1. Per"#tungan /ura" Hujan Andalan
engan " 7 94 3 #urah hujan yang terjadi dengan tingkat keper#ayaan 94A 7 4 3 #urah hujan yang terjadi dengan tingkat keper#ayaan 4A
(.(.2. Per"#tungan /ura" Hujan E)ekt#)
Perhitungan #urah hujan eekti menggunakan #ara P< (Peren#anaan
imana "
4,8 xR94 n
7 94 3 #urah hujan harian n
3 pembagian pola tata tanam
(.*. Per"#tungan e!utu"an A#r Ir#gas#
Kebutuhan total irigasi yang diukur pada pintu pengambilan dalam satu periode adalah hasil kali kebutuhanair disawah dengan aktor eisiensi dan jumlah hari dalam satu periode penanaman. 7umus yang digunakan "
6R # (%R 1 A 1 7) ( 1 &&&)
engan " •
Kebutuhan air irigasi pada pintu pengambilan (m ) 3 7
•
Kebutuhan air di sawah (mm/hari) = ;u , p , 7
•
'uas sawah yang dialiri (ha)
•
0isiensi irigasi 3 I
•
Periode waktu pemberian air 3 jml hari dlm periodeB- jamB544 dtk 3&
3 D7
3%
(.*.1. Met&de r#ter#a Peren8anaan PU
a. Kebutuhan air di sawah " 8FR # "tc *P-Re *%LR
b. Kebutuhan air irigasi untuk tanaman padi 9R # 8FR
imana " 3 eisiensi irigasi
(.*.2. Met&de :ater Balan8e
Kebutuhan air irigasi di sawah " a.
b.
imana " E=7 3 kebutuhan air disawah (mm/hari B 4444(-B54B54) 3 lt/dt/ha) $u
3 Kebutuhan air tanaman (mm/hari)
Pd
3 Kebutuhan air untuk kebutuhan tanaman (mm/hari)
E7 3 Kebutuhan air untuk pembibitan (mm/hari) P
3 Kehilangan akibat perkolasi (mm/hari)
7e
3 Hujan eekti (mm)
(.,. Anal#sa Data @terla'%#r Per"#tungan E$a%&trans%#ras# Met&de Bla+9/r#ddle
'' 3 1o '< Bulan
P
Su"u
?anuar# Pe!ruar# Maret A%r#l Me# ?un# ?ul# Agustus Se%te'!er Okt&!er N&$e'!er Dese'!er
4,-8 4,-8 4,-8 4,-9 4,-9 4,-9 4,-9 4,-9 4,-9 4,-8 4,-8 4,-8
-5,414 -5,4 -1,9-1 -1,-1 -1,14 -5,-1 -5,1-1 -,1 -5,81 -5,1-1 -5,481 -5,4
Et&G '';"ar# 1,4 1,-58 1,95 1,184 1,14 1,5 1,5841 1,49 1,51 1,594 1,-1 1,98
8
4,94 4,94 4,81 4,84 4,84 4,84 4,84 4,84 4,94 4,94 4,94 4,94
Et& '';"ar# ,-81 , ,45,95 ,98 ,11 ,5 ,419 ,1- ,8 ,44 ,
'angkah!langkah perhitungan " . 'etak lintang 4o'S dapat diketahui & dari tabel 2.$. -. & dan 2 diketahui 0toV dapat di#ari dengan rumus " Et#66(+.536T) , 4./ . %ngka koreksi # dapat diketahui dari tabel 2.$.. 2esar 0to dapat dihitung dengan rumus " 0to 3 #.0toV
/&nt&" %er"#tungan
a.Perhitungan e*apotranspirasi metode Penman modiikasi untuk bulan >anuari 9
iketahui suhu bulanan rata!rata 3 -5.41
9
ari tabel P.E diperoleh 0a 3 .8-: w 3 4.811: (t) 3 1.4
9
ari soal diketahui " 7H 3 9.4 : n/E 3 8 : < 3 .84
9
0d 3 (ea B 7H)/44 3 (.8- B 9.4)/44 3 -8. mbar
!
ea!ed 3 .8- M -8. 3 5. mbar
!
Eilai 7a dari tabel 7.- " 1o'< 3 .4
!
7s 3 (4.-1 6 4.1(n/E)/44) B 7a 3 (4.-1 6 4.1 (8)/44) B .4 3 9.-- mbar
!
(n/E) 3 4.6 (4. B (n/E))/44 3 4. 6 (4. B (8)) /44 3 4.45
!
(ed) 3 4. M (4.44 B ed4.1) 3 4. M (4.44 B -. 4.1) 3 4.45
!
(u)
3 4.-8 B ( 6 4.95 B u) 3 4.-8 B ( 6 4.95 B .84) 3 .
!
7n 3 (t) B (ed) B (n/E) 3 1.4 B 4.45 B 4.8 3 .-99
!
0toV
3 w (4.81 B 7s M 7n ) 6 X(!w) B (u) B (ea!ed)Y 3 4.8111 (4.81 B 9.-- M .-99) 6 X( M 4.811) B . B 5.)Y 3 1.49 mm / hr
!
ari tabel P.E angka koreksi # untuk bulan januari 3 .
!
0to 3 # B 0toV
3 4.94 B 1.4 3 .-81 mm / hr Tabel 3.2 Data Curah Hujan Harian &%H
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Bulan Ja n
Fe b
Mar
Ap r
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
No
!es
11 55 4 58 34 5 28 3 7 20 5 0 0 0 17 0 5 0 0 0
0 3 9 0 0 0 0 0 48
0 49 48 2 16 4 0 0 0
9 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 18 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 5 0 0 56 22 0 0 0
96 34 2 9 7 13 4 50 27 40 20 6 4 0 0 0 0 23 0 27
119 47 0 0 13 31 14 59 0 0
22 0 0 0 0 0 0 47 0 6
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 20 0 0 0 0 0 0 0 0
102 0 33 22 0 9 0 0 0 0
175 12 0 0 14 2 0 59 87
53 0 12 0 10 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 59 0 26 20 0 0 0 8 0 0
83 0 0 10 24 13 0 0 0 0 0
0
113
47
22 14 12 0 0 27 0 17 3 31 25 12 9
22
Jumla h
"# $
%& $
"' #
#'
&
%
&
&
&
#" $
&
&%H
Ja n
Fe b
Ma r
Ap r
Bulan Me Ju Ju i n l
1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 0 0 0 8 37 0 0 0
0 0 11 0 22 0 0 0 15
0 0 0 0 3 0 49 0 0
0 0 0 0 24 0 0 9 0
0 0 0 0 0 0 0 0 23
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 20 0 0 0 0
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
52 0 0 0 0 0 0 12 34 0
48 0 0 0 0 49 0 0 25 0
75 0 0 0 0 0 9 22 45 14
33 13 0 38 0 16 0 0 0 0
33 10 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 16 43 0 31 37 18 0 10 6 59 22 31 0 Jumlah '+
74 0 0 0 19 32 0 0 0 51 0
0 0 0 0 35 0 0 49 47 16 0 9 0 0 42 0 17 16 30 0 13 7 49 0 0 19 0 11 0 0 12 99
90 0 0 0 0 0 0 0 0 25 0
67 0 17 0 0 0 0 0 0 0 17
17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 *
8 "*
0
0 $
0 +
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
&
A gs
Se p
Ok No t
!e s
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 17 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 5 0 0 0 0
39 0 0 0 0 0 0 0 0
20 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0 16 49 48 10 3 14 0 0 14 0 0 0 9 0 46 4 8 0 0 0
39 0 0 0 0 0 0 0 10 34
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 0 0 0 49 0 24 11 12 0 12 8 23 0 0 0 0 8 0 5 0 18 54 %
67 '
79 '
*
&
77 20 49 0 0 0 0 0 10 0 0
*
%$
%
&
$
*
&
%
"
"
&%H
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Ja n
Fe b
Ma r
Ap r
Me i
Bulan Ju Jul n
0 12 0 19 41 49 45 10 16 20 1 20 49 17 21 0 0 0 0 0 10 7 0 12 0 0
0 0 0 0 0 14 9 8 0
0 0 0 0 0 0 0 0 28
0 0 0 0 0 48 0 0 13
0 31 0 0 0 49 0 0 0
0 0 0 0 0 0 19 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 7 0 0 0 0 0 0
0 27 0 0 0 7 0 11 9
0 0 0 8 0 0 0 0 11
50 19 49 36 48 35 47 0 10 0 24 4 24 4 31 26
40 0 0 0 0 0 0 0 24 0
0 0 48 15 0 0 0 45 0 10 8 49 23 0 0 0 0 0 0 29 10 1 0 0 9 0
61 0 26 0 0 0 5 0 0 0
80 0 22 21 5 0 12 5 0 14 12 4 0 0 0 0
19 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 49 0 0 0 49 0 0 0 0
54 0 0 0 32 0 0 3 0 0
19 64 19 0 10
0 6 0 32 15
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
35 0 0 0 0
93
19 10 0 0 0
30
49
31
8 "&
Jumlah
0 36 30 18
58 0 0 9 0
31 0 5 4 20
A gs
Se p
Ok No t
!e s
0 0 0 0 0
20 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 30 44
0 0 0 0 0
0
3 0 0 46 16 11 3
0
0
0
0
57
50 *%
19 *#
0 %
73 #+
0 &
0 &
28 10 2 &
11 0 8 6 0 27 15 1
0 $
0 '$
0 0 48 37 0
0 0 0 24 17
17 0
94
"
0
'
+
+
+
&
*
'
%
&%H
Bulan Me Ju Jul i n
Ja n
Fe b
Ma r
Ap r
1 2 3 4 5 6 7 8 9
5 6 12 0 13 0 18 0 0
28 19 0 0 0 27 9 9 9
16 0 7 13 0 0 0 0 12
0 0 0 0 0 49 0 23 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 6 0 0 0 0 0 0
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
87 0 0 0 46 0 0 0 7 78 13 1 60 0 0 11 0 8 0 79
48 0 0 0 0 5 0 0 7 5 17 0 0 0 0 0 0 0 24
72 0 0 0 17 0 0 48 49 0 12 6 0 0 0 30 0 0 0 44
18 12 0 0 0 0 0 0 0 0
20 21 22 23 24 25 26 27 28
54 5 6 0 41 43 0 17 12 0 13 3 22 0 0 20 0 20 0 0
29 30
0 0
0 0
25 0
31
62 *+
0 #' *
99 *+
Jumlah
%& +
A gs
Se p
O kt
No
!e s
0 0 23 12 27 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 12 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 30 0 0
6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
62 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 23 25 49 0 0 0 7 0 13 0 0 8 0 18 0 0 0 8 22
12 0 37 21 14 0 49 31 0
0 0 5 0 10 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 14 11 0
0 0 15 2 * %
0 0
0 0
0
0
0 0
0 0
15 $ "
0 #$ *
0 $ *
25
&
&
+'
56 0 45 0 0 0 6 0 42 13 1 0 0 '+
&%H
Jan
Fe b
Ma r
Ap r
Bulan M Ju Ju ei n l
0 25 0 42 41 0 0 0 0 10 8 49 9 0 0 16 0 0 21 3
11 18 0 13 0 0 0 0 0
0 0 0 49 0 0 0 0 0
0 0 0 0 4 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0
42 5 0 0 0 0 0 30 0 0
49 25 0 43 0 0 0 0 49 0 11 7 10 59 5 27 0 0 0 0 6 0 10 7 *
14 0 0 0 0 0 5 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 0 18 49 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
0
0
0
0
0
$
&
&
&
&
&
67 24 94 25 18 0 0 0 49 0 0 21 0 % +
1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 47 15 0 38 0 49 0 0
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
166 8 42 25 49 32 0 20 24 92
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
292 37 0 10 49 0 10 0 0 0 0
98 0 13 0 0 0 11 44 17
44 0 12 16 0 0 0 0 0 0 0
31
106 ### #
85 * "
28 $#
Jumlah
A gs
Se p
O kt
No
!e s
0
0 20 9 8 5 13 22 0 25 13 3 0 49 0 0 5 0 0 0 0 70 0 19 0 0 0 11 9 0 14 0 53 *% '
B !!! &%H
Jan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
3 0 0 14 8 0 0 0 38
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
63 35 0 0 0 0 0 0 0 31
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
66 0 38 46 0 0 9 0 0 13 4 11 0 *" +
31 Jumlah
Fe b
Ma r
Ap r
Me i
Bulan Ju Jun l
0 0 0 13 9 77 27 0 2 12 8 0 0 0 0 10 0 12 59 0 12 1 0 0 0 14 0 0 0 0 0 0
0 0 4 0 0
0 3 0 0 0 50 24 22 0
0 34 0 0 0 29 0 0 0
0 0 0 0 0 32 0 0 0
63 0 0 0 0 0 0 0 0 0
84 0 0 0 0 16 0 0 0 0 0
99 11 50 41 0 0 0 16 5 7 13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 0 49 0 12 7 6 0 25 12 11 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 *" $
16 $% +
0 *' +
0 #$ %
0 0 0 4 16 0 7 0 0 0 0 69 52
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
$+ %
Ag s
Se p
Ok No t
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 8 0 26 0 0 7 21 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 16 0 0 0 0 0
62 0 5 0 19 5 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 66 30 0 23 0 16 8 14 7 0 0 17 0 0 0 0 0 0 30
24 0 59 0 0 0 0 0 0 0 0
0
0
&
&
47 "
59 $ '
0
&
$
!e s
&%H
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Jumlah
Bulan Me Ju Ju i n l
Fe b
Mar
Ap r
0 30 0 0 0 0 0 18 45 10 0 9 0 25 73 4 5 0 6
13 4 0 11 10 0 2 0 0
15 7 0 15 5 6 34 108 4
0 19 0 15 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 40 0 5 41 0 0 0 0
194 0 49 0 0 0 0 0 50
63 0 0 0 18 11 16 5 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 17 2 0 0 0 0 0 36 10 0 18 0 64 %
0
16
0
86 0 0 0 0 19 40 17 12
169 0 3 0 25 27 21 61 14 0 4 307 ## *
50 0 0 0 0 4 0 0 25 0 0 29 $$ %
Jan
88 &
A gs
Se p
Ok No t
!e s
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 13 8 45 0 0 0 66
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0 0 25 16 17
0
0
0
0
0
0
0
29 0 40 8 27 14 17 0 0 13 5
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
&
&
&
&
&
&
58 15 0 0 0 0 0 0 0 25 9 49 #" "
0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 *# $
&%H
Jan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 19 0 0 7 3 5 17 4
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
97 28 7 6 0 0 0 0 0 0
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
48 15 10 0 0 61 8 22 18 2 0 14 3 '$ &
31 Jumlah
Bulan Me Ju Jul i n
Fe b
Ma r
Ap r
48 16 27 63 25 7 20 0 7 21 3 0 50 0 74 2 0 0 29 22 20 5 2 0 20 26 25 33 0 49
70 40 0 7 5 0 4 15 2 14 3 5 20 75 16 20 0 10 11 49 20 5 0 10 1 24 0 0 0 0 0 28
3 34 0 0 24 43 0 0 0 10 4 9 0 0 0 0 13 4 0 22
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 10 3
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
48 0 0 0 0 0 0 0 15 47 35
63 +$
97 *& #
15 5 %
A gs
Se p
0 0 0 0 0 0 0 90 8
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 3 0 0 0
0 0 10 0 27 3 3 0 0
13 0 9 0 0 0 0 0 0 0
98 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 35 0 0 0 16 0 13 0 0
0 43 12 5 3 0 12 5 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
64 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
0 ' *
0 # %
0
&
0 #$ +
8 41 0 0 26 0 17 23 0 13 14 6 13 10 15 8 0 0 0 17 42 0 10 5 + "
&
&
Ok No t
!e s
37 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 #% #
&%H
Bulan Me Ju Ju i n l
Fe b
Ma r
Ap r
0 0 0 0 0 0 0 15 25
3 0 0 0 0 5 0 35 4
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 11 12 13
0 5 0 22 58 6 0 0 31 12 2 0 0 50
40 0 20 0
52 65 9 29
0 24 9 3
0 0 0 0
0 0 0 0
14 15 16 17 18 19
12 0 20 0 5 0
0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0
87 0 0 52 0 0 0 0 0 13 0 65 '* +
26 15 0 8 0 54 15 0 0 0 93
2 0 25 25 21 8 11 7 0 21 44 0 0 0 0 0 0 65 0 % *
0 0 6 30 0 0
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
0 20 4 20 19 4 19 0 0 0 19 6 0 0 9 0 0 34 0 '$ "
36 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 15 0 0 0 0 0 15 # '
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jumlah
Jan
$# +
"$
Ag s
Se p
Ok t
No
!e s
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 22 0 13 0 0
0 0 0 0 3 1 0 0 0 0 0 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 % $
74 17 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
6 0 0 0 75 35 21 0 16 17 1 0 0 3
18 31 0 0 53 7 7 0 33 16 3 2 0 64
0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0
25 0 0 0 0 0
18 0 0 0 0 0
17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 #& +
0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 28 0 18 0 0 9 12 67 # *
14 0 0 86 4 15 12 2 28 0 25 0 0 0 0 0 0 0 53 %$ #
*
84 0 0 0 0 0 0 0 18
18 '# %
&%H
Jan
1 2 3
0 20 0
4
0
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
31 0 0 70 17 0 22 0 0 0 88 0 0 8 0 1 0 0 0 18 9 5 0 0 12 0 0 & #
Jumlah
Bulan Me Ju Ju i n l
Fe b
Ma r
Ap r
0 0 0 12 3 13 0 0 0 0 0 0 0 0 12 16 18 0 0 9 45 0 2 11 0 11 2 0 3 69 0 0 0 *' #
0 0 0
0 0 0
0 40 0
0 0 0
0
0
0
0 0 0 0 14 0 6 11 0 0 0 23 0 0 0 0 0 0 0 62 0 5 0 0 23 0 0 #* *
0 0 0 0 0 0 48 15 0 98 0 0 0 0 0 0 0 0 19 0 0 0 0 0 0 0 0 #+ &
0 0 0 0 0 0 19 10 0 0 0 0 0 0 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
"+
Ag s
Se p
Ok No t
!e s
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 7 10
0
0
0
0
0
0
0
0 0 0 0 0 0 0 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 # &
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 47 20 0 0
&
&
&
&
"&
0 0 0 67 0 5 13 20 30 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 14 0 0 0 7 0 0 0 #" +
&%H
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Jumlah
Ja n
Fe b
Ma r
Ap r
M ei
26 53 0 0 12 23 0 0 0 26 0 0 0 0 20 0 25 0 0 0 0 48 13 0 0 0 5 0 10 23 30 # *
7 0 0 36 0 40 73 0 20 0 0 0 0 0 50 10 0 35 0 0 0 0 54 0 14 10 0 0
30 35 0 0 19 0 0 12 26 7 64 0 0 8 19 19 12 0 90 0 30 0 20 0 0 0 0 16 0 11
0 7 0 0 0 12 0 0 25 0 0 8 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
*
*# +
0 58 0 0 0 10 65 19 0 0 5 18 0 0 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15 0 17 0 0 $#
''
Bulan Ju Jul n
0 0 0 11 0 0 0 0 12 0 0 16 81 0 18 41 0 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 #+ '
25 0 0 0 0 0 37 7 0 0 0 0 13 0 0 0 0 13 0 0 0 6 11 0 13 0 0 79 0 0 0 $& *
A gs
Se p
Ok No t
!e s
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 0 0 0 # $
0 7 0 0 0 0 52 97 0 0 59 22 0 0 0 0 0 23 0 0 0 0 0 0 26 0 0 0 22 0 0 & +
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 8 0 16 0 12 30 0 69 0 27 9 0 0 6 0 8 23 40 $' "
&
17 0 15 7 17 45 0 0 0 0 0 0 0 0 10 0 8 7 25 0 0 0 0 0 0 0 0 16 15 0 0 #+ $
&%H
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Jumlah
Bulan Ju Ju n l
Jan
Fe b
Ma r
Ap r
Me i
0 0 8 6 0 0 28 7 65 0 42 0 0 11 14 25 50 0 0 68 0 0 0 8 16 4 0 7 5 50 0 *# *
0 0 2 0 0 5 0 0 0 25 0 0 0 60 0 23 20 0 0 0 9 0 0 58 0 6 0 73 0 0 0 $+ #
0 16 0 0 0 0 34 0 0 0 0 0 0 45 35 0 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20 #% &
0 0 0 0 0 0 7 0 0 17 0 0 0 0 0 0 19 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 36 0 0 33 0 0 0 0 0 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
%
"
&
Ag s
Se p
Ok No t
!e s
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
&
&
&
&
&
&
&%H
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Jumlah
Ja n
Fe b
Ma r
Ap r
Me i
Bulan Ju Ju n l
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 1 9 3 1
0 0 0 0 13 5 6 0 0 0 21 0 0 0 0 0 0
20 0 8 29 0 21 0 9 0 0 0 0 12 20 35 0 0
0 0 0 41 0 0 46 0 0 0 20 25 12 8 0 0 0
20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12 0
0 0
0 12
22 0
0
0
25
0 0 3 0 0 0 1 1 0 0 0 +
Ok t
No
!e s
0 0 0 11 26 9 0 21 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 31 9 14
0 16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 64 0 0 0
76 36 50 75 0 0 0
0 11
0 0
9 19
0 0
65 26
0
16
0
0
0
0
23
0
0
0
0
7
0
0 0 0 0 0 0
25 0 0 0 40 0
6 0 0 0 18 0
0 14 6 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0
0 0 0 15 50 19
0 0 0 0 12 25
10 15 0 0 0 0
3 0 0 0 "
25 0 0 0 $"
5 0 0 0 $&
0 0 0 0 $&
0 0 0 0 %
0 0 0 13 #
50 0 0 0 $#
0 0 0 0 #
0 0 0 0 '
&
Ag s
Se p
&
*
'
"
%
$
&%H
Jan
Fe b
Ma r
Ap r
Me i
Bulan Ju Jun l
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 0 0 21 10 0 10 5 0 31
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
64 6 0 28 0 0 0 0 25 0
0 49 30 47 0 0 31 0 0 0
0 0 60 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 26 0 0 0 39 0
11 12
0 0
0 0
0 36
0 0
0 0
48 0
13 14 15 16 17 18 19 20 21
0 0 0 0 0 0 26 0 0
0 0 20 0 0 0 0 0 0
0 0 0 34 0 0 0 72 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 62 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
62 8 0 0 18 0 37 18 0 10 $' %
25 20 10 0 0 0 0 0 0 0
0 10 0 0 30 10 0 0 35 0 ' &
0 0 0 7 0 0 0 0 0 0 #% *
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 #$ $
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 ##
Tanggal
Jumlah
"'
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 6 0 1 8 0 0 0 0 0 0 0 0 2 8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 $
Ag s
&
Se p
Ok t
No
!e s
0 0 0 0 36 16 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 17 8
6 59 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
0 0
0 0
0 0
0 4 0 0 0 0 0 0 6
0 0 0 0 0 97 50 48 18
0 0 0 0 0 17 0 5 0
27 12 0 0 0 0 0 0 0 45 ##
15 0 0 10 0 0 0 31 0 0 *
0 0 0 25 0 0 5 0 0 8
'$
%&
DATA /URAH HU?AN AN= SUDAH DIRAN=IN=
Januari No, 1
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
14
Februari
CH 84 256 301 314 414 478 489 520 548 583 639 705 712
Tahun 1999 2000 1996 1997 1998 1992 1990 1994 1995 1988 1993 1989 1987
1111
1991
No, 1
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
14
April No, 1
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
CH 63 159 164 180 203 213 226 332 364 401 439 458 468 483
CH 73 75 218 281 330 346 349 451 472 497 602 608 738
Tahun 1999 2000 1995 1998 1993 1988 1997 1996 1992 1991 1987 1990 1989
963
1994
Maret No, 1
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Mei Tahun 1998 1987 2000 1996 1999 1997 1993 1988 1995 1994 1991 1992 1989 1990
No, 1
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
CH 0 0 0 23 55 72 78 97 122 126 205 234 346 410
CH 144 154 160 219 268 279 338 350 418 527 740 751 823 113 4
Tahu n 1996 1990 1998 1991 1992 1999 1989 2000 1997 1995 1988 1987 1994 1993
Juni Tahun 1987 1993 1994 1991 1997 1995 1996 1998 2000 1992 1999 1988 1990 1989
No, 1
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
CH 0 0 0 10 15 27 36 54 67 83 113 185 286 363
Tahu n 1991 1993 1998 1996 1995 1990 1987 1994 1999 1988 2000 1997 1992 1989
Juli No, 1
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Agustus
CH 0 0 0 0 0 0 0 0 62 92 124 184 196
Tahun 1987 1988 1991 1992 1993 1996 1998 1999 1995 2000 1990 1989 1994
204
1997
Oktober No, 1
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
CH 0 0
Tahun 1987 1991
0
1993
0
1996
0
1998
24
1990
32
1992
119
2000
128
1994
194
1995
216 308
1999 1997
No , 1
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
CH 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13 40 10 8
Tahun 1987 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1996 1997 1998 2000 1999 1988 1995
Noember No , CH Tahun 1 0 1998 2 70 1996 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
85 13 2 17 2 17 7 18 2 23 5 33 4 33 7 35 7 36
1990 1999 1987 1993 1997 1989 2000 1992 1988 1991
September No , CH Tahun 1 0 1987 2 0 1988 3 0 1989 4 0 1990 5 0 1991 6 0 1992 7 0 1993 8 0 1994 9 0 1996 10 0 1998 11 0 1999 12 4 1995 13 12 1997 14
52
2000
!esember No Tahun , CH 1 0 1998 2 60 2000 16 3 1 1994 17 4 8 1996 25 5 7 1997 29 6 5 1992 35 7 3 1999 35 8 7 1988 41 9 2 1993 42 10 6 1987 46 11 5 1991 12 51 1995
13 14
309
1989
366
1988
13 14
8 38 7 62 1
13
1994
14
1995
6 52 6 58 3
1989 1990
enghitung #urah hujan eekti dengan metode ZHidrologi dan Jperation atau dengan metode H%&HI (Himpunan %hli &eknik Hidrolik Indonesia) dengan . >ika $urah Hujan %ndalan (7a) 5,8 mm maka $H0 3 4 -. >ika $urah Hujan 5,8 mm 7a 4 mm maka $H0 3 $H andalan ! 5,8 . >ika $urah Hujan 4 mm 7a 44 mm maka $H0 3 ( 7a ! 88)[4.1 . >ika $urah Hujan %ndalan (7a) F 44 mm maka $H0 3 4.(7a!44) 6 54 Per"#tungan /ura" Hujan E)ekt#) Bulan
M#nggu
>anuari
/ura" Hujan
P&la Tata Tana'
Andalan
E)ekt#)
Pad#
Pala6#ja
I
4
8-
8-,44
8-,44
II
1
,8
,8
,8
III
-
59,8
59,84
59,84
=ebruari
I
-
-1,49
-1,49
-1,49
II
4
54,4
54,4
54,4
III
5
8,94
8,94
8,94
aret
I
9
1,1
1,1
1,1
II
8
1,9
1,9
1,9
III
15
4,85
4,85
4,85
%pril
I
4
4,44
4,44
4,44
II
5
89,4
89,4
89,4
III
-,4
-,4
-,4
ei
I
9
,
,4
,4
II
1
4
4,44
4,44
III
4
4
4,44
4,44
>uni
I
4
4
4,44
4,44
II
4
,
,4
,4
III
4
4
4,44
4,44
>uli
I
4
4
4,44
4,44
II
4
4
4,44
4,44
III
4
4
4,44
4,44
%gustus
I
4
4
4,44
4,44
II
4
4
4,44
4,44
III
4
4
4,44
4,44
September
I
4
4
4,44
4,44
II
4
4
4,44
4,44
III
4
4
4,44
4,44
Jktober
I
4
4
4,44
4,44
II
4
4
4,44
4,44
III Bulan
M#nggu
Eo*ember
4
4
/ura" Hujan
4,44
4,44
P&la Tata Tata Tana' Tana'
Andalan
E)ekt#)
Pad#
Pala6#ja
I
5
,
,4
,4
II II
8-
9,8
9,8
9,8
II III
,9
,9
,9
esember
I
9
11,14
11,14
11,14
II II
59
5,55
5,55
5,55
III
-
,
,4
,4
TABEL PERHITUN=AN EBUTUHAN AIR IRI=ASI DEN=AN POLA TATA TANAM METODE STANDAR DINAS PEER?AAN UMUM
BAB I PEREN/ANAAN ?ARIN=AN IRI=ASI
*.1. Te&r# Dasar
>aringan >aringan irigasi irigasi terdiri terdiri dari petak!petak petak!petak tersier, tersier, sekunder dan primer primer yang yang berlainan antara saluran pembawa dan saluran pembuang terdapat juga bangunan utama, bangunan pelengkap, yang dilengkapi keterangan nama luas dan debit. Petak tanah yang memperoleh air irigasi adalah petak irigasi. Sedangkan kumpulan kumpulan petak irigasi yang merupakan satu kesatuan kesatuan yang mendapat mendapat air irigasi melalui saluran tersier yang sama disebut petak tersier. Petak tersier menduduki menduduki ungsi sentral, luasnya sekitar 14!44 Ha, kadang!kadang sampai 14 Ha. Pemberi Pemberian an air pada pada petak petak tersier tersier disera diserahka hkan n pada pada petani petani.. >aringa >aringan n yang yang mengalirkan air ke sawah disebut saluran tersier dan kuarter.
BAB I PEREN/ANAAN ?ARIN=AN IRI=ASI
*.1. Te&r# Dasar
>aringan >aringan irigasi irigasi terdiri terdiri dari petak!petak petak!petak tersier, tersier, sekunder dan primer primer yang yang berlainan antara saluran pembawa dan saluran pembuang terdapat juga bangunan utama, bangunan pelengkap, yang dilengkapi keterangan nama luas dan debit. Petak tanah yang memperoleh air irigasi adalah petak irigasi. Sedangkan kumpulan kumpulan petak irigasi yang merupakan satu kesatuan kesatuan yang mendapat mendapat air irigasi melalui saluran tersier yang sama disebut petak tersier. Petak tersier menduduki menduduki ungsi sentral, luasnya sekitar 14!44 Ha, kadang!kadang sampai 14 Ha. Pemberi Pemberian an air pada pada petak petak tersier tersier disera diserahka hkan n pada pada petani petani.. >aringa >aringan n yang yang mengalirkan air ke sawah disebut saluran tersier dan kuarter. aringan irigasi dengan pembuang dipisahkan sehingga keduanya berjalan sesuai sesuai dengan dengan ungsi ungsiny nyaa masing masing!ma !masin sing. g. alam alam hal!ha hal!hall khusus khusus dibuat dibuat sistem sistem tabungan saluran pembawa dan pembuang. pembuang. Keuntungan Keuntungan sistem gabungan adalah pemanaatan air lebih ekonomis dan biaya lebih murah. Kelemahannya adalah saluran sema#am ini lebih sulit diatur dan dieksploitasi, lebih #epat rusak dan menampakkan pembagian air yang tidak merata. Salura Saluran!sa n!salur luran an dapat dapat dileng dilengkap kapii berma# berma#am!m am!ma#am a#am bangun bangunan an yang yang berungsi untuk mempermudah pengaturan air yang berada pada saluran yang lebih ke#il atau pada petak sawah.
Pada jaringan irigasi terdapat bangunan!bangunan pelengkap yang terdiri dari" •
&anggul!tanggul untuk melindungi daerah irigasi dari banjir. 2iasanya dibangun disepanjang tepi sungai sebelah hulu bendung atau sepanjang saluran primer.
•
Kisi!kisi penyaring untuk men#egah tersumbatnya bangunan (pada sipon atau gorong!gorong)
•
>embatan dan jalan penghubung dari desa untuk keperluan penduduk.
Selain bagunan utama dan pelengkap terdapat bangunan pengontrol yang terdiri dari bangunan bagi, sadap, bagi sadap, bangunan terjun, talang, got miring. Sebelum diambil keputusan, terlebih dahulu di#ek apakah apakah daerah ini tidak mungkin diari selamanya atau hanya untuk sementara saja. >ika sudah pasti tidak bisa ditanami, daerah ditandai pada peta. aerah sema#am ini dapat digunakan
sebagai
pemukiman,
pedesaan,
dan
daerah
lai
selain
persawahan/perkebunan. alam pembagian petak tersier dan kuarter harus diperhatikan keadaan lapangan dan batas!batas alam yang ada misalnya saluran!saluran lama, sungai, jalan
raya,
kereta
api
dan
sebagainya.
Peren#anaan
jaringan
irigasi
mempertimbangkan aktor!aktor seperti medan lapangan, ketersediaan air dan lain!lain. Sebelum meren#anakan suatu daerah irigasi terlebih dahulu harus diadakan penyelidikan mengenai jenis!jenis
tanah
pertanian
yang
akan
dikembangkan, bagian yang akan dilewati jaringan irigasi (kontur, sungai, desa, dan lainnya). Keseluruhan proses tersebut harus mempertimbangkan aktor ekonomis dan dampak setelah serta sebelum pelaksanaan proyek. asar tiap!tiap sistem adalah membawa air irigasi ke tempat yang mungkin diairi. aerah yang tidak dapat diari dapat digunakan sebagai daerah non persawahan misalnya perumaha. Sistem yang diren#anakan harus mudah dimengerti dan memperhatikan aktor pemberian air serta pemanaatan daerah yang lebih eekti. ata yang dibutuhkan untuk daerah peren#anaan daerah irigasi adalah keadaan topograi, gambaran peren#anaan atau
pelaksanaan jaringan
utama, kondisi hidrometeorologi untuk menentukan kebutuhan air irigasi atau pembuangan, serta daerah!daerah tergenang atau kering. Saluran irigasi diren#anakan dengan mempertimbangkan garis kontur, sistem irigasi menggunakan sistem graitasi, yaitu air mengalir karena gaya tarik bumi dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah. Sebagai #ontoh, saluran pembawa biasanya dibuat sejajar searah dengan kontur yang akan mengalirkan air dari pun#ak bagian atas menuju ke bawah melalui lembah kontur.
*.2. =a'!aran Daera" Ren8ana
Sistem jaringan irigasi yang akan diren#anakan digambar terlebih dahulu. Hal penting dalam penggambaran adalah pengetahuan tentang peta. egan pertolongan peta dapat diketahui daerah irigasi ren#ana, letak tempat!tempat, jalan kereta, aliran sungai dan lain!lain. &ahapan dalam peren#anaan adalah pendahuluan dan tahap peren#anaan akhir. alam peta tergambar garis kontur daerah ini. ari garis kontur terlihat bahwa topograi daerah tidak terlalu datar. Pada beberapa daerah terdapat #ekungan!#ekungan
dan bukit!bukit. 0le*asi tertinggi adalah 4 dan ele*asi
terendah adalah -,1. Pada daerah ini terdapat satu sungai besar yang dapat dimanaatkan sebagai sumber air pada daerah irigasi. aerah tepi sungai adalah daerah yang potensial untuk daerah persawahan sehingga darah ini sebagian besar digunakan untuk petak tersier. >enis tanah daerah ini adalah loam yang sangat baik untuk pertumbuhan tanaman. Petak yang diambil sebagai per#ontohan adalah petak tersier.
*.(. La+ Out ?ar#ngan Ir#gas#
'ay Jut jaringan irigasi adalah suatu #ara yang membedakan bagian! bagian yang terdapat dalam irigasi bentuknya serupa 'ay Jut ap. 'ay Jut ap berisi skema jaringan irigasi. &ujuan pembuatan skema jaringan irigasi adalah mengetahui jaringan irigasi, bangunan irigasi, serta daerah!daerah yang diairi meliputi luas, nama dan debit.
•
2angunan utama (head work)
•
Sistem saluran pembawa (irigasi)
•
Sistem saluran pembuang (drainase)
•
Primer unit, sekunder unit, tersier unit.
•
'okasi bangunan irigasi
•
Sistem jalan
• #n irigated area (lading) • #n irigatable area (tidak dapat dialiri) •
isalnya " a) daerah dataran tinggi b) rawa (daerah yang tergenang)
Saluran pembawa adalah saluran yang membawah air irigasi dari bangunan utama ke petak!petak sawah. %da empat ma#am saluran pembawa, yaitu saluran primer, sekunder, tersier, dan kuarter. Prinsip pembuatan saluran primer adalah diren#anakan bedasarkan titik ele*asi tertinggi dari daerah yang dapat dialiri. >ika daerah yang dialiri diapit oleh dua buah sungai, maka saluran dibuat mengikuti garis prmisah air. Saluran sekunder diren#anakan melalui punggung kontur. Selain saluran pembawa, pada daerah irigasi harus terdapat saluran pembuang. Saluran pembuang dibuat untuk menampung buangan (kelebihan) air dari petak sawah. Sistem pembuangan ini disebut sistem drainase. &ujuan sistem drainase adalah mengeringkan sawah, membuang kelebihan air hujan, dan membuang kelebihan air irigasi. Saluran pembuangan di buat di lembah kontur. asar peren#anaan lahan untuk jaringan irigasi adalah unit tersier. Petak tersier adalah petak dasar disuatu jaringan irigasi yang mendapatkan air irigasi dari suatu bangunan sadap tersier dan dilayani suatu suatu jaringan tersier. =aktor! aktor yang harus dipertimbangkan dalam pembuatan 'ay Jut tersier adalah " •
'uas petak tersier
•
2atas!batas petak
•
2entuk yang optimal
•
Kondisi medan
•
>aringan irigasi yang ada
•
0ksploitasi jaringan
2atas!batas untuk peren#anaan lahan untuk daerah irigasi a. 2atas alam •
&opograi (pun#ak gunung)
•
Sungai
•
'embah
b. 2atas %dministrasi
@aris kontur dengan inter*al
2atas petak yang akan di#at
&ata guna tanah, saluran pembuang dan jalan yang sudah ada serta bangunannya
&ata guna tanah administrati @aris kontur pada peta menggambarkan medan daerah yang akan
diren#anakan. &opograi suatu daerah akan menentukan 'ay 4ut serta konigurasi yang paling eekti untuk saluran pembawa atau saluran pembuang. ari kebanyakan tipe medan 'ay Jut yang #o#ok digambarkan se#ara sistematis. &iap peta tersier yang diren#anakan terpisah agar sesuai dengan batas alam dan topograi. alam banyak hal biasanya dibuat beberapa konigurasi 'ay Jut jaringan irigasi dan pembuang.
Klasiikasi tipe medan sehubungan dengan peren#anaan daerah irigasi " . edan terjal kemiringan tanah - A edan terjal dimasna tanahnya sedikit mengandung lempun rawan erosi karena aliran yang tidak terkendali. 0rosi terjadi jika ke#epatan air pada saluran lebih batas ijin.hal ini menyebabkan berkurangnya debit air yang lewat, sehingga luas daerah yng dialiri berkurang. 'ay Jut untuk daerah sema#am ini dibuat dengan dua alternati . kemiringan ter#uram dijumpai dilereng hilir satuan primer. Sepasang saluran tersier menggambil air dari saluran primer di kedua sisi saluran sekunder. Saluran tersier pararel dengan saluran sekunder pada satu sisi dan memberikan airnya ke saluran kuarter garis tinggi, melalui boks bagi kedua sisinya. -. edan gelombang, kemiringan 4,-1!-,A kebanyakan petak tersier mengambil airnya sejajar dengan saluran sekunder yang akan merupakan batas petak tersier pada suatu sisi. 2atas untuk sisi yang lainnya adalah saluran primer. >ika batas!batas alam atau desa tidak ada, batas alam bawah akan ditentukan oleh trase saluran garis tinggi dan saluran pembuang.
pembuang umumnya merupakan saluran pembuang alami yang letaknya #ukup jauh dari saluran irigasi. Saluran pembuang alami biasanya akan dilengkapi sistem punggung medan dan sistem medan. Situasi dimana saluran irigasi harus melewati saluran pembuang sebaiknya harus dihindari. . edan sangat datar, kemiringan tanah 4,-1A 2entuk petak irigasi diren#anakan dengan memperhatikan hal!hal sebagai berikut" •
2entuk petak sedapat mungkin sama lebar dan sama panjang karena bentuk yang memanjang harus dibuat saluran tersier yang panjang akan menyulitkan pemeriksaan pemberian air dan pemeliharaan juga menyebabkan banyaknya air yang hilang karena rembesan ke dalam tanah dan bo#oran keluar saluran.
•
Petak yang panjang dengan saluran tersier ditengah!tengah petak tidak memberi #ukup kesempatan pada air untuk meresap kedalam tanah karena jarak pengangkut yang terlalu pendek.
•
&iap petak yang dibuat harus diberi batas nyata dan tegas agar tidak terjadi keraguan dalam pemberian air.
•
&iap bidang tanah dalam petak harus mudah menerima dan membuang air yang sudah tidak berguna lagi.
•
'etak petak berdekatan dengan tempat!tempat pintu pengambilan. aksudnya agar pemeriksaan pemberian air pada intake tersier mudah dijalani petugas.
i beberapa petak tersier ada bagian!bagian yang tidak diairi karena berbagai alasan, misalnya "
• >enis tanah tidak #o#ok untuk pertanian • 0le*asi tanah terlalu tinggi • &idak ada petani penggarap • &ergenang air
Ke#o#okan tanah di seluruh daerah dipelajari dan dibuat ren#ana se#ara optimal sehingga dapat diputuskan bentuk jaringan tersiernya.
*.(.1. eadaan T&%&gra)#
@aris!garis kontur
•
2atas!batas petak sawah
•
&ata guna lahan
•
Saluran irigasi, pembuang dan jalan!jalan yang ada beserta bangunannya
•
2atas!batas administrati (desa, kampung)
•
7awa dan kuburan
•
2angunan
Skala peta dan inter*al garis!garis kontur bergantung kepada keadaan topograi " Ta!el. einisi edan untuk &opograi akro &ntur Medan
Sangat atar atar 2ergelombang &erjal
e'#r#ngan Medan
Skala
Inter$al
4,-1 A 4,-1 ! ,4 A !-A F- A
" 1444 " 1444 " -444 " -444
4,-1 4,1 4,1 ,4
Selain itu juga akan diperhatikan kerapatan atau densitas titik!titik di petak! petak sawah agar arah aliran antar petak dapat ditentukan.
Peta ikhtisar harus disiapkan dengan skala " -1444 dengan la' #ut jaringan utama dimana petak tersier terletak. Peta ini harus men#akup trase saluran pembuang, batas!batas petak tersier dan sebagainya.
*.(.2. =a'!ar9ga'!ar Peren8anaan ?ar#ngan +ang ada @ As uildrowing
i daerah!daerah yang sudah ada asilitas irigasinya, diperlukan data!data peren#anaan yang berhubungan dengan daerah!daerah irigasi, kapasitas saluran irigasi dan muka air maksimum dari saluran!saluran yang ada dan gambar!gambar purbalaksanan (kalau ada), untuk menentukan tinggi muka air dan debit ren#ana. >ika data!data ini tak tersedia, maka untuk menentukan tinggi muka air ren#ana pada pintu sadap dan ele*asi bangunan sadap lainnya harus dilaksanakan pengukuran.
*.*. Ske'a S#ste' ?ar#ngan Ir#gas#
Skema jaringan irigasi merupakan penyederhanaan dari tata letak jaringan irigasi yang menunjukkan letak bangunan irigasi yang penting. Skema jaringan irigasi mempertimbangkan hal sebagai berikut " •
Saluarn primer, sekunder dan bangunan sadap menuju saluran tersier digambar terlebih dahulu dengan lambang sesuai ketentuan.
•
&iap ruas saluran diantara saluran menunjukkan luas daerah yang diairi. Panjang saluran disesuaikan dengan panjang sesungguhnya dan kapasitasnya.
•
&iap bangunan sadap diberi nama bangunan, luas, kapasitas bangunan serta saluran yang akan diari.
•
'okasi dan nama pembendung air ditulis.
•
%rah aliran sungai ditunjukkan.
•
itulis juga nama bangunan pelengkap serta bangunan kontrol lainnya.
*.,. Petak Ters#er Per8&nt&"an
Peren#anaan jaringan irigasi tersier harus sedemikian sehingga pengelolaan air dapat dilaksanakan dengan baik.
Petak tersier ideal adalah petak yang masing!masing pemilik sawahnya memiliki pengambilan sendiri dan dapat membuang kelebihan air langsung ke jaringan pembuang. Para petani dapat mengangkut hasil pertanian dan peralatan mesin atau ternaknya dari dan kesawah melalui jalan petani yang ada.
*.,.2. Ukuran Petak Ters#er dan uarter
iperlukan titik pembagi yang lebih
•
Saluran!saluran yang lebih pendek menyebabkan kehilangan air yang ke#il
•
'ebih sedikit petani yang terlibat kerja sama lebih baik
•
Pengaturan air yang lebih baik sesuai dengan kondisi tanaman
•
Peren#anaan lebih leksibel sehubungan dengan batas!batas desa
Kriteria umum untuk pengembangan petak tersier "
" 14!14 hektar
" 9!1 hektar
Panjang saluran tersier
" 144 meter
Panjang saluarn kuarter
" 144 meter
>arak antara saluran kuarter dan pembuang
" 44 meter
*.,.(. Batas Petak
2atas berdasarkan pada kondisi topograi. aerah itu hendaknya diatur sebaik mungkin, sedemikian hingga satu petak tersier terletak dalam satu daerah administrati*e desa agar eksploitasi dan pemeliharaan jaringan lebih baik. >ika ada dua desa di petak tersier yang sangat luas maka dianjurkan untuk membagi petak!petak tersebut menjadi dua petak subtersier yang berdampingan sesuai dengan daerah desa masing!masing. 2atas!batas petak kuarter biasanya akan berupa saluran irigasi dan pembuangan kuarter yang memotong kemiringan medan dan saluran irigasi serta pembuangan kuarter yang memotong kemiringan medan. >ika mungkin batas ini bertepatan dengan batas!batas hak milik tanah.
BAB PEREN/ANAAN BAN=UNAN UTAMA
1.Peren8anaan Mer8u Bendung )
Peren#anaan 0le*asi 2endung a) 0le*asi mer#u bendung iperoleh dari
" 6 ,44 M 1 3 6 9,44 m
Hilir
" 6 ,44 M 5,1 3 6 5.1 m
-) Panjang er#u 2ruto ( bb )
) 'ebar 'ubang Pembilas 'ebar bangunan pembilas diambil sepersepuluh kali lebar sungai rata!rata. %dapun dalam hal ini, lebar lubang pembilas telah didapatkan dari gambar peta situasi sebesar m.
es#'%ulan< a) iren#anakan pembilas dengan lebar masing M masing -,44 meter
b) Pilar pembilas - buah dengan lebar masing M masing ,14 meter
) Panjang er#u 2endung 0ekti ( be) Panjang mer#u bendung eekti dihitung dengan menggunakan rumus yakni sebagai berikut " be 3 bb M - ( n . kp 6 ka ) . He dengan " be " panjang mer#u bendung eekti ( m ) bb " Panjang mer#u bruto (dari perhitungan panjang mer#u bendung) n
" jumlah pilar pembilas ( m )
kp " koe. kontraksi pilar ( 4,4 ) ka " koe. kontraksi pangkal bendung ( 4, ) He " tinggi energy >adi, perhitungan panjang mer#u bendung eekti, yaitu " be 3 bb M - ( n . kp 6 ka ) . He 3 81 M - ( - . 4,4 6 4, ) . He 3 81 M 4,-4 . He Perhitungan panjang mer#u bendung eekti dapat juga dilakukan dengan menggunakan #ara lain yakni sebagai berikut " be 3 2b ! -4A (\b!\t) be 3 81 M -4A ( 5 M - ) 3 8, m dengan " bb " Panjang mer#u bruto \b " >umlah lebar pembilas \t " >umlah pilar!pilar pembilas
1)
&inggi uka %ir 2anjir di
iren#anakan debit banjir ( Gd ) 3 51 m/dt Gd 3 $ . be . He ,1
iasumsikan " He 3 Ha (lihat penjelasan di bawah) " be 3 8, m imana " -
Gd He 3 $ ⋅ be
Gd " debit banjir sungi ren#ana $
" koe. debit pelimpah ( -, )
-
Ha " tinggi tekanan 51H 3 -,H ⋅ 8/, / 3 -,55- m
&inggi tekanan (deesain head) ditentukan dengan persamaan berikut " He
3 He M *-/-g
*-/-g
3 4 (diabaikan)
Ha
3 -.55- m
es#'%ulan <
&inggi muka air banjir di udik bendung 3 Ha 3 -.55- m
0le*asi muka air banjir
3 0le*asi mer#u bendung 6 Ha 3 ,44 6 -.553 1.55- m
1.) Penentuan Eilai >ari!>ari er#u 2endung Eilai jari!jari mer#u bendung ditentukan berdasarkan graik hubungan antara tinggi muka air udik (ha) dan besarnya jari!jari (r) serta debit pengaturan lebar yang diterbitkan oleh P%. ari garik tersebut, Ha3He 3 -.55- m dan ]3,5- m/detik/mT diperoleh nilai r 3 .1
5) Pemilihan &ipe 2entuk Pelimpah 2entuk pelimpah diren#anakan menggunakan tipe mer#u bulat. %dapun hal ini disebabkan oleh beberapa a#tor berikut ini " ! 2entuknya sederhana sehingga mudah dalam pelaksanaannya. ! empunyai mer#u yang besar sehingga lebih tahan terhadap benturan batu gelundung. ! &ahan terhadap goresan atau abrasi karena diperkuat oleh pasangan batu #andi atau beton.
2. Desa#n Bangunan Intake )
2entuk Intake Intake di desain dengan lubang pengairan terbuka, dilengkapi dengan dinding
banjir, arah Intake terhadap sumbu sungai di buat tegak lurus. 'antai intake tanpa kemiringan dengan ele*asi lantai sama tinggi dengan ele*asi plat underslui#e. -) imensi lubang Intake ari tabel perhitungan maka dimensi diperoleh " GIntake 3 ,5- m/dt imensi lubang intake dihitung dengan menggunakan persamaan berikut " G
3 ^. b . a .
- ⋅ g ⋅ z
engan " a 3 tinggi bukaan (m) b 3 lebar bukaan (m) + 3 kehilangan tinggi energi pada bukaan (m) ^ 3 koe. debit (antara 4,94!4,4) g 3 per#epatan gra*itasi Perbandingan antara lebar bukaan dan tinggi bukaan dapat diambil dengan perbandingan sebagai berikut " b " h
3 " atau
b " h
3 ,1 " atau
b " h
3-"
Selanjutnya, tinggi bukaan diasumsikan a3h(dari table perhitungan) 3,5188 dibulatkan menjadi ,1 m. engan demikian, perhitungan dimensi lubang intake didapatkan " G
3^.b.a.
- ⋅ g ⋅ z
,5- 3 4,91 . b . ,1.
- ⋅ H,9 ⋅ 4,-
,5- 3 4.91 . b . -,8 ,5- 3 -,1-5 b b
3 .5 m _ 1 m
iambil b 3 1 m, dibuat - bukaan sehingga lebar pintu - B -,14 m. es#'%ulan <
'ebar bukaan pintu intake
3 - B -,14 m
&inggi bukaan lubang intake 3 ,1 m 'ebar pilar
)
3 ,1 m
Pemeriksaan iameter Sedimen ;ang asuk Ke Intake 2esarnya diameter partikel yang melewati intake sebanding dengan ke#epatan
aliran pada lubang intake.
" Ke#. %liran
Gs " 2erat jenis partikel ( -,51 ) d
" diameter partikel Ke#epatan aliran yang mendekat ke intake dapat dihitung dengan
menggunakan rumus berikut ini " G3%BR engan " G
3 debit intake (mN/detik)
%
3 luas penampang basah (m)
R
3 ke#epatan aliran (m/s) R3
G
% (luas penampang basah) %
3 (- /B8,14 -,1) B ,1 m R 3 ,53 8,1 m R 3 ,1 m /dt 3
engan demikian dimensi partikel " R
3 4,5 . X(Gs !) d Y /-
,1 3 4,5 . X(-,51 !) d Y /d 3 .-81 mm iam iamet eter er part partik ikel el yang yang melew melewat atii intak intakee dipe diperk rkir irak akan an .-8 .-81 1 mm atau atau dibulatkan menjadi mm.
(.Desa#n Bengunan Pereda' Energ# a.Pemilihan tipe >enis sungai di daerah ini yakni sungai allu*ial dengan angkutan sedimen dominan raksi pasir dan kerikil. %dapun diren#anakan tinggi mer#u bendung lebih dari m sehingga terjadi perbedaan ele*asi dasar udik lebih tinggi dari dasar sungai. 2erdasarkan dua alasan tersebut maka tipe peredam yang #o#ok adalah tipe J. alam penggunaan tipe ini ditentukan bentuk mer#u bendung bulat dengan satu satu
jari jari!j !jar arii
pem pembulat ulatan an,,
bidan idang g
mirin iring g
tub tubuh
bend bendun ung g
bagia agian n
hilir ilir
permukaannya bentuk miring dengan dengan perbandingan ".
b.@raik dan 7umus alam mendesain dimensi peredam energy tipe J ini digunakan graik! graik yang diterbitkan diterbitkan oleh P%. @raik!graik @raik!graik tersebut yaitu graik untuk menentukan dimensi peredam energy tipe J yakni seperti berikut " !@raik untuk penentuan kedalaman lantai peredam energy !@raik untuk penentuan panjang lantai peredam energi !Parameter energy dihitung dengan rumus sebagai berikut" !Kedalaman lantai peredam energy dihitung dengan rumus "
:
diperoleh dari graik.
!Panjang lantai peredam energy dihitung dengan rumus " :
diperoleh dari graik.
!&inggi ambang akhir dihitung dengan rumus " a3 (4,B -)
!'ebar ambang akhir dihitung dengan rumus " b3 - B a Keterangan " 0 3 parameter energy G 3 debit desain persatuan lebar pelimpah bendung mN/dt/m + 3 perbedaan tinggi muka air udik dan hilir, m g 3 per#epatan graitasi m/dt s 3 kedalaman lantai akhir, m a 3 tinggi ambang akhir, m - 3 kedalaman air di hilir, m
#.esain dimensi peredam energy ebit desain persatuan lebar
3 ,1 mN/dt/mT + 3 ,1 m g 3 ,9 m/dt kedalaman air di hilir " - 3 ; G 3 $ B ' B ; /G 3 51 m/dt $ 3 ,8 ' 3 2entang sungai rata!rata diambil 5 m
3 ,11 m
Parameter energy
3 3 ,51 Panjang lantai peredam energy" '/- 3 ,98 : '/- diambil dari graik J ' 3 ,98 B ,5 3 -5,51 m 3 -8.4- m
Kedalaman lantai peredam energy " /- 3 ,1 : /- diperoleh dari graik J 3 ,1 B ,11 3 1,-1 3 1 m
&inggi ambang akhir % 3 4, B ,11 3 ,451 _ , m
'ebar ambang akhir 23-Ba 3 - B , 3 -,- m
*.Peren8anaan D#'ens# H#dr&l#k Bangunan Pe'!#las 2angunan pembilas diren#anakan menggunakan undersli#e lurus dengan meletakkan bangunan di sisi tubuh bendung dekat tembok pangkal. %dapun mulut underslui#e mengarah ke udik bukan ke arah samping dan pilar pembilas berungsi sebagai tembok penangkal. 'antai intake tanpa kemiringan dengan ele*asi lantai sama tinggi dengan ele*asi plat underslui#e
imensi lubang undersli#e Pembilas dibuat buah masing!masing -,44 m. lebar pilar pembilas ditetapkan - buah dengan lebar msing!masing pilar ,14 m.
• lebar lubang
3 -,14 m
• tinggi lubang
3 diren#anakan ,1 m
• lebar pilar
3 ,1 m
• underslui#e dibagi - bagian
,. Per"#tungan Bangunan Ukur Pada Intake &ipe bangunan ukur pada intake yang digunakan adalah jenis ;ru% de >ru'ter sebab debit intake yang dihasilkan sangat besar yakni G intake 3 .5m/detik. 2angunan ukur berungsi mengukur besarnya debit ke saluran. iletakkan agak jauh di hilir pintu intake. 2esarnya aliran diketahui dengan memba#a tinggi muka air di pelskal. %dapun perhitungan yang dilakukan seperti tertera di bawah ini"
engan" G
" debit intake 3 .5- m/detik
$d
"
2
" lebar bukaan pintu
koeisien debit diambil 4,
;
" bukaan pintu
H
" tinggi energi total di atas ambang di udik pintu
3 8. m _ 8 m
Pintu dibuat dengan tiga lebar bukaan masing!masing -, m. %nggapan
3`3
3 4,1
diperoleh dari graik
3 4,4
diperoleh dari graik
>adi h 3 4,1 B tinggi bukaan lubang intake 3 4,1 B ,1 3 4,8-1 m _ 4,81 m 2ukaan tinggi minimum (;min) ;min
3 4,4 B ,1 3 4,- m
2ukaan tinggi maksimum (;maB) ;maB
3 4,5 B ,1 3 4,1 m _ 4, m
-.Per"#tungan Panjang Lanta# Ud#k 7umus yang digunakan berdasarkan teori 'aneTs " ' 3 'R 6 / 'H
imana " '
3 panjang total rayapan
'R 3 panjang *ertikal rayapan 'H 3 panjang horisontal rayapan alam desain ini diambil nilai " <
∆ :
=
imana " ' 3 Panjang rayapan H 3 kehilangan tekanan
Per"#tungan
Perhitungan dilakukan dengan kondisi tidak ada aliran dari udik sehingga G34. >adi H 3 ele*asi mer#u M ele*asi lantai olakan 3 M -,9- 3 4 m Panjang rayapan seharusnya" ' b F B H 3 B 4 3 4 m Ta!el. Koeisien &anah
Pasir agregat halus atau lanau Pasir halus Pasir sedang Pasir kasar Kerikil halus Kerikil sedang Kerikil besar termasuk berangkal 2ongkah dengan sedikit brongkal 6 kerikil 'empung lunak 'empung sedang 'empung keras 'empung sangat keras
9,1 8,1 5,4 1,4 ,4 ,1 ,4 -,1 ,4 -,4 ,9 ,5
7abel. Panjang Rembesan
2erdasarkan tabel di atas diperoleh" '* 3 1,45 m 'h 3 ,99 m 'p 3 '* 6 / ' H 'p 3 1,45 6 ,94 3 1,984 m %dapun ' b yang dibutuhkan 3 4 m 'p hasil perhitungan 3 1,984 m 'p 3 1,984 F 'b 3 4 JK Panjang lantai udik #ukup memadai.
BAB I ANALISIS STABILITAS PELIMPAH
-.1
Te!al Lanta#
&ebal lantai saluran samping, transisi, pelun#ur, dan peredam energi diren#anakan agar dapat menahan gaya angkat (uplift ). 7umus yang digunakan adalah sebagai berikut"
)p x − 7 x γ b
dx ≥ !s ⋅
< x ⋅ ∆Η <
engan "
-.2
dB
3 tebal lantai pada titik yang ditinjau (m)
=s
3 a#tor keamanan
3 gaya angkat di titik B (t.m !)
DB
3 kedalaman air pada titik B (m)
` b
3 berat jenis konstruksi (t.m!)
HB
3 tinggi energi di hulu sampai titik B (m)
H
3 beda tinggi energi hulu sampai hilir (m)
'
3 panjang rayapan total (m)
'B
3 panjang rayapan dari titik yang ditinjau (m)
Anal#s#s =e&l&g# dan P&ndas#
%nalisis geologi pondasi pada bangunan pelimpah selain didasrkan pada pengamatan peta geologi juga didasarkan pada hasil penyelidikan di bawah permukaan melalui pengeboran inti dan sukur uji. Se#ara
umum struktur
geologi
pondasi
dikelompokkan dalam beberapa lapisan, yaitu" . 'apisan atas (T#p s#il ) -. 'apisan tengah (?uartenar' s#il )
pada
daerah
studi
dpat
. 'apisan bawah (Tertiar' s#il ) ari hasil pengamatan se#ara *isual di permukaan maupun dari hasil pengeboran dan sumur uji, maka batuan yang menyusun daerah penyelidikn berdasarkan urutan statigrainya mulai dari muda sampai tua adalah sebagai berikut " a. 0ndapan allu*ial b.
Satuan intrusi andesit
#.
Satuan &ua
d.
Satuan anglomerat
-.(
Anal#s#s Sta!#l#tas Pel#'%a"
alam meren#anakan suatu konstruksi yang kokoh dan baik maka harus diperhitungkan semua beban yang bekerja pada konstruksi tersebut. Suatu konstruksi paing tidak harus mempunyai kedudukan yang stabil dalam semua keadaan yang mungkin terjadi. isamping itu daya dukung tanah tempat suatu konstruksi didirikan haruslah #ukup kuat untuk menahan konstruksi tersebut. Jleh karena itu dalam peren#anaan pelimpah perlu dilakukan #ontrol! kontrol stabilitas yang meliputi " . Stabilitas terhadap guling -. Stabilitas terhadap geser . Stabilitas terhadap daya dukung tanah
-.*
Sta!#l#tas Ter"ada% =ul#ng
Kontrol stabilitas terhadap momen guling digunakan rumus sebagai berikut (An&'#nF10<1- " @eadaan #r%al
f =
@eadaan >e%pa
f =
dengan " S
3 %ngka keamanan
& t & g & t & g
F .1
F .
-.,
t
3 omen tahan (t.m)
g
3 omen guling (t.m)
Sta!#l#tas Ter"ada% =eser
∑ B tanθ ∑ :
c ⋅ A +
dengan"
-.-
S
3 angka keamanan
#
3 kohesi antara dasar pondasi dengan tanah pondasi
%
3 luas pembebanan (m-)
\R
3 jumlah gaya!gaya *erti#al (ton)
\H
3 jumlah gaya!gaya hori+ontal (ton)
c
3 sudut geser antara pondasi dengan tanah pondasi
Sta!#l#tas Ter"ada% Da+a Dukung Tana"
ika titik tangkap resultan terletak di dalam batas / dari tepi dasar pondasi masing!masing sisi maka"
e=
∑ & − ∑ & B
B
= ∑
B
σ
:
A
( +
5e 8
)
−
< -
< 5
σ tanah
dengan"
σ
3 besarnya reaksi daya dukung tanah (t.m !)
\R
3 jumlah gaya *erti#al (ton)
e
3 eksentrisitas pembebanan
2
3 lebar pondasi (m)
%
3 luas dasar pondasi per satuan panjang (m!-)
-. >ika titik tangkap resultan gaya!gaya yang bekerja terletak di luar batas / dari tepi dasar masing!masing sisi"
e F
σ maB 3
<
-⋅
∑B
< ⋅ x
8 x = . − e dengan"
-.
σ
3 besar reaksi daya dukung tanah (t.m !)
\R
3 jumlah gaya *erti#al (ton)
e
3 eksentrisitas pembebanan
B
3 lebar eekti dari kerja reaksi pondasi (m)
Da+a Dukung Tana" Ij#n
aya dukung tanah ijin adalah tanah maksimum yang dapat dipikul oleh tanah tanpa terjadi kelongsoran.
$ult A f
=
α ⋅ ; ⋅ c
+ β ⋅ γ ⋅ 8 ⋅ γ + γ ⋅ Cf ⋅ $ A f
engan"
]ult
3 daya dukung batas (t.m !-)
σ
3 daya dukung tanah yang diijinkan (t.m !-)
S
3 angka keamanan
α , β
3 a#tor bentuk pondasi (tabel -!)
γ
3 berat jenis tanah (t.m!)
$
3 kohesi tanah
3 kedalaman pondasi (m)
2
3 lebar pondasi (m)
E#, E], E` 3 koeisien daya dukung (tabel -!1)
-.0
Anal#s#s Pe'!e!anan
alam perhitungan pembebanan ditinjau dari gaya!gaya yang bekerja pada pelimpah, gaya tersebut adalah" . @aya tekanan hidrostatis air di hulu pelimpah -. @aya tekanan hidrodiamis air I hulu pelimpah . @aya akibat tekanan air di hilir pelimpah . @aya akibat berat pelimpah 1. @aya akibat tanah di samping 5. @aya akibat gempa
7abel. Fa!tor entu! Pondasi 7akt&r !entuk
Menerus
,4 4,1
Bentuk %&ndas# Bujursangkar Perseg#
,1 4,
L#ngkaran
,4 6 42/' , 4,1 6 4,2/' 4, (Au%berD A#sr#dars#n#1 24D//)
7abel. Koefisien 6a;a 6u!ung dari <=,AK9 c 4f 1f 4f 1f -4f -1f -9f -f 5f 4f 1f 14f
E# 1, 1, 1, 1,1 8, , ,1 -4, -,1,8 8-, 8,1
E] 4 4 4 ,-,4 , , 4,5 4,1 1,8 -1,9 48,
E` ,4 , , -,8 , 1,5 8, , ,5 9, 8, 1,
(Au%berD A#sr#dars#n#1 24D//)
-. =a+a Ak#!at Tekanan A#r 1. Tekanan H#dr&stat#s =w =
-
⋅ γ w ⋅ : − ⋅ γ ⋅ w ⋅ : -
-
dengan" Pw
3 tekanan air statis (t.m!-)
H
3 tinggi muka air di atas pelimpah (m)
H-
3 tinggi muka air di hulu pelimpah (m)
`w
3 berat jenis air (t.m!)
2. Tekanan H#dr&d#na'#s =d =
8 .
9 = : -
⋅ γ w ⋅ k: ⋅ : -- ( − z ,1 )
. − z − 1 ⋅ − z
-, 1
, 1
dengan" Pd 3 tekanan air dinamis (ton) kH 3 koeisien gempa Q
3 perbandingan H/H-
;
3 jarak terhadap pusat tekanan (m)
(. Berat A#r 7 = γ w ⋅ B
dengan" R
3 *olume air (m)
` w 3 berat jenis air (t.m!)
-..1 Berat Send#r# Bangunan 7 t#tal 7 n
= 7 + 7 - + 7 + .... + 7 n
= B n ⋅ γ b
dengan" Dtotal
3 berat total konstruksi (ton)
D
3 berat konstruksi tiap bagian (ton)
R
3 *olume konstruksi tipa bagian (m)
`b
3 berat jenis konstruksi (t.m!)
BAB II. ANALISIS STABILITAS ONSTRUSI
.1. Sta!#l#tas
Suatu konstruksi harus mempunyai kedudukan yang stabil dalam segala keadaan yang mungkin menimpanya. isamping itu tanah tempat suatu konstruksi didirikan haruslah #ukup kuat untuk menahan beban konstruksi dan pengaruh! pengaruh luar lainnya. Jleh karena itu, dalam peren#anaan bangunan pelimpah ini, perlu dilakukan kontrol!kontrol stabilitas yang meliputi " !
Stabilitas terhadap guling.
!
Stabilitas terhadap geser.
!
Stabilitas terhadapdaya dukung tanah. Kondisi pembebanan dalam peren#anaan ini ditinjau terhadap keadaan,
yang merupakan keadaan yang paling kritis terhadap keamanan bangunan. Keadaan tersebut adalah @S&ed#!+&F 1(<12( < . Kondisi pada akhir konstruksi. -. Kondisi pada muka air waduk normal dan gempa. . kondisi pada muka air banjir dan gempa.
.2. Per"#tungan =a+a9=a+a ang Bekerja .2.1. Per"#tungan Tekanan Tana"
Perhitungan tekanan tanah pada tubuh pelimpah didasar kan 2erat air diatas tubuh pelimpah ! ! ! ! ! !
DD D D1 D5 D8
3 ,9 tm! 3 1,55 tm! 3 ,55 tm! 3 4,8 tm! 3 5,45 tm ! 3 --,1 tm !
.2.2. Per"#tungan =a+a Angkat @u%l#)t
7ayapan air yang melewati pondasi mempunyai tekanan ke atas yang bekerja pada dasar struktur. 2esarnya gaya angkat dihitung berdasarkan persamaan, yaitu "
Pada ru'us Rank#ne, yaitu "
3 tan- (1f!θ/-)
Ka
34, iketahui 3 - 4 (untuk tipe tanah pasir bulat, ekanika &anah >ilid -" 2raja . as: hal 1), maka " 3 / -. @ a .γ t . :
Pa
3 C . 4,. ,98 . 1.-9 - . 3 9,49 t 3 / -. @ a .γ t . :
P p
3 C . 4.. ,98 . ,1 - . 3 1.98 t
.2.(. Per"#tungan Tekanan A#r
Keadaan air di hulu pelimpah akan menimbulkan gaya hidrolis pada hulu dinding ambang pelimpah. @ayanya bekerja ke arah *ertikal dan hori+ontal. @aya *ertikal adalah berat sendiri air, sedangkan gaya hori+ontal adalah tekanan air statis dan dinamis. a. Kondisi muka air normal !
&ekanan air statis Pw
3 C . `w . H3 C . . 1 3 -.1 tm!-
!
&ekanan air dinamis Pd
3 8/- . . 4, . 1 - . (!4.1) 3 ,5 tm!-
b. Kondisi muka air banjir !
&ekanan air statis Pw
3 C B ((γ w B H--)!( γ w B H-)) 3 C B (( B 8,5 -) ! ( B -,5 -) 3 -1.1 tm!-
!
&ekanan air dinamis Pd
3 8/- . . 4,1 . 8,5 - . ( M 4,) ,1 3 -.8 tm!-
.2.*. Per"#tungan ga+a angkat %ada 'as#ng9'as#ng t#t#k adala" <
H @'
N&tas#
U% @t'J91
N:L
7:L
N:L
7:L
et
'a 3
4
1
8.54
1.44
8.54
'b 3
5.44
9.54
1.89
9.9
'# 3
,-
5.44
9.54
1.
9.4
ED' 6 ,4
'd 3
1,-9
.-9
.99
.5
-.-
H 3 5,1
'e 3
4,55
.-9
.99
.8
-.48
' 3
-,1
9.89
.9
5.-
.4-
=D' 6 1,5
'g 3
4,891
9.89
.9
5.-1
9.91
H 3 5,1
'h 3
-.89
1.9
.8
.8
'i 3
-
-.89
1.9
.--
.9-
'j 3
,1
9.-9
4.99
.8
5.
'k 3
1,5-8
9.-9
4.99
-.14
1.4
'l 3
4,1
9,89
.9
-.9
1.
'm 3
4,1
9,89
.9
-.89
1.9
'n 3
-,-9
1,51
9.-1
-.91
1.94
.2.,. Per"#tungan Berat Send#r# &nstruks#
2erat sendiri pelimpah merupakan hasil perkalian antara *olume beton. Perhitungan dibagi dalam beberapa pias, yaitu " D
3 . . . -, 3 ,5 t
D-
3 ,99 . ,8- . . -, 3 -, t
D
3 ,8- . ,8- . 4,1 .. -, 3 -5,8 t
D
3 ,45 . 9,9 . . -, 3 -9,55 t
D1
3 -,1 . - . . -, 3 - t
D5
3 -,1 . . 4,1 . . -, 3 t
D8
3 . . 4,1 . . -, 3 ,9 t
D9
3 . -. . -, 3 ,- t
D
3 8,41 . ,89 . . -, 3 8-,9 t
D4
3 ,1 . -,-9 . . -, 3 9,- t
D
3 4,1 .4,. 4,91. . -, 3 ,48 t
.2.,. Per"#tungan Da+a Dukung Tana" Ij#n
Perhitungan daya dukung tanah ijin digunakan rumus dari O"sak#, sebagai berikut " σ
3
$ult f
=
α .c. c
+ β .γ . 8. γ + γ . C f . $ f
iketahui data tanah sebagai berikut " 3 -4 (untuk tipe tanah pasir bulat, ekanika &anah &anah >ilid -" 2raja .
as: hal 1) $
3 tm
sat
3 ,98 tm!
ari tabel -!1, untuk 3 - 4 didapat harga koeisien daya dukung berikut " E# 3 -4, : E ` 3 4,5 dan E ] 3 , . sedangkan aktor bentuk untuk pondasi menerus didapat
3 ,4 dan 3 4,1
σ
3
.-.-4,H
3 9, tm
+ 4,1.,98 .4,H .4 ,5 + ,98 .8,89 ., !-
Ta!el. =aktor 2entuk Pondasi 7akt&r
Bentuk P&ndas# Bujursangkar Perseg#
Menerus !entuk ,4 , 4,1 4, Au%ber D A#sr#dars#n#1 A#sr#dars#n#1 24D//
L#ngkaran
,4 6 4, 2/' 4,1 6 4, 2/'
, 4,
Ta!el. Eilai E#, E` dan E] K N8 N 4 1 , 4 1 1 , 4 4 1 , 4 1 1 ,1 ,-4 8 , -,4 -1 , , -9 ,1 , -4, 4,5 5 -,4,1 4 1,8 1,8 1 8-, -1,9 14 8,1 48, Au%ber D A#sr#dars#n#1 24D //
N ,4 , , -,8 , 1,5 8, , ,5 9, 8, 1,
1. &ntr&l &ntr&l Sta!#l#t Sta!#l#tas as &nd#s# &nd#s# Muka A#r N&r'a N&r'all Ta Tan%a =e'%a =e'%a Perhitungan gaya!gaya yang bekerja dan momen yang terjadi pada
kondisi ini ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Volume Notasi
m3
Berat Jenis t/m-3
Gaya (t) Horizonta Vertikal l 9,60 21,34 26,74 -
Lengan (m)
Momen tm
X
Y
a!an
Guling
2,00
-
19,20
-
4,94
-
105,40
-
7,45
-
199,18
-
W1
4,00
2,40
W2
8,89
2,40
W3
11,14
2,40
W4
34,03
2,40
81,66
-
8,19
-
668,82
-
W5
5,00
2,40
12,00
-
5,00
-
60,00
-
W6
1,25
2,40
3,00
-
6,33
-
18,99
-
W7
2,00
2,40
4,80
-
10,05
-
48,24
-
W8
8,00
2,40
19,20
-
11,38
-
218,50
-
W9
30,35
2,40
72,84
-
20,91
-
1523,08
-
W 10
3,42
2,40
8,21
-
30,18
-
247,72
-
W 11
0,45
2,40
1,07
-
30,59
-
32,74
-
Pw
12,50
1,00
-
12,50
-
1,67
20,88
Pd
1,46
1,00
-
1,46
-
1, 1 ,65
2,41
Pa
8,08
1,87
-
15,11
-
2,65
40,04
Pp
5,87
1,87
-
10,98
-
2,65
29,09
Up1
5,00
1,00
5,00
-
0,50
-
-2,50
-
Up2
0,39
1,00
0,39
-
0,67
-
-0,26
-
Up3
7,25
1,00
7,25
-
1,66
-
-12,04
-
Up4
0,19
1,00
0,19
-
1,44
-
-0,28
-
Up5
28,99
1,00
28,99
-
4,82
-
-139,73
-
Up6
10,14
1,00
10,14
-
5,67
-
-57,49
-
Up7
6,07
1,00
6,07
-
7,65
-
-46,44
-
Up8
0,05
1,00
0,05
-
7,54
-
-0,38
-
Up9
15,35
1,00
15,35
-
9,23
-
-141,68
-
Up10
3,81
1,00
3,81
-
8,81
-
-33,59
-
Up11
4,72
1,00
4,72
-
10,87
-
-51,31
-
Up12
0,07
1,00
0,07
-
10,71
-
-0,72
-
Up13
23,88
1,00
23,88
-
13,00
-
-310,44
-
Up14
6,24
1,00
6,24
-
13,60
-
-84,83
-
Up15
5,90
1,00
5,90
-
15,08
-
-88,97
-
Up16
0,05
1,00
0,05
-
14,97
-
-0,75
-
Up17
15,53
1,00
15,53
-
17,66
-
-274,26
-
Up18
12,35
1,00
12,35
-
16,76
-
-206,99
-
Up19
12,49
1,00
12,49
-
21,98
-
-274,47
-
Up20
3,46
1,00
3,46
-
21,15
-
-73,18
-
Up21
1,11
1,00
1,11
-
24,29
-
-26,96
-
Up22
0,35
1,00
0,35
-
24,38
-
-8,53
-
Up23
1,75
1,00
1,75
-
24,79
-
-43,38
-
Up24
0,71
1,00
0,71
-
24,69
-
-17,53
-
Up25
6,92
1,00
6,92
-
28,44
-
-196,80
Up26
0,71
1,00
0,71
-
27,95
-
-19,84
"#$%3&
"&%&'
Jumla!
%'3
*#%"
a. Sta!#l#tas ter"ada% gul#ng S 3 (Kondisi @empa)
S 3
4-9.1 H-./
3 .-5 F .1 %man
!. Sta!#l#tas ter"ada% geser S 3
S 3 3 .59 F .1 %man 8. Sta!#l#tas ter"ada% da+a dukung
e3
∑ &E − ∑ &h − < < < ∑E - 5 -5,4 − 4,41 − -H,548 < -5,4
e3
-H,548 5
e 3 !,98 ,1 maks 3
maks 3
-5 ,4 5. − ,9H8 + 4,H -H,548
ijin
3 18,1 9, t
2. &ntr&l Sta!#l#tas &nd#s# Muka A#r N&r'al dan =e'%a Perhitungan gaya!gaya yang bekerja dan momen yang terjadi pada
kondisi ini ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Volume
Notasi
m3
Berat Jenis
Gaya (t)
Lengan (m)
Momen tm
t/m-3
Vertikal
Horizontal
X
Y
a!an
Guling
W1
4,00
2,40
9,60
1,44
2,00
0,50
19,20
0,72
W2
8,89
2,40
21,34
3,20
4,94
2,64
105,40
8,45
W3
11,14
2,40
26,74
4,01
7,45
1,85
199,18
7,42
W4
34,03
2,40
81,66
12,25
8,19
1,75
668,82
21,44
W5
5,00
2,40
12,00
1,80
5,00
5,03
60,00
9,05
W6
1,25
2,40
3,00
0,45
6,33
4,61
18,99
2,07
W7
2,00
2,40
4,80
0,72
10,05
5,11
48,24
3,68
W8
8,00
2,40
19,20
2,88
11,38
5,78
218,50
16,65
W9
30,35
2,40
72,84
10,93
20,91
2,39
1523,08
26,11
W10
3,42
2,40
8,21
1,23
30,18
2,64
247,72
3,25
W11
0,45
2,40
1,07
0,16
30,59
1,23
32,74
0,20
Pw
12,5
1
12,5
1,67
20,875
Pd
1,46
1
1,46
1,65
2,409
Pa
8,08
1,87
15,1096
2,65
40,04044
Pp
5,87
1,87
10,9769
2,65
29,08879
Up1
5,00
1
5,00
0,50
-2,5
Up2
0,39
1
0,39
0,67
-0,2613
Up3
7,25
1
7,25
1,66
-12,035
Up4
0,19
1
0,19
1,44
-0,27504
Up5
28,99
1
28,99
4,82
-139,732
Up6
10,14
1
10,14
5,67
-57,4938
Up7
6,07
1
6,07
7,65
-46,4355
Up8
0,05
1
0,05
7,54
-0,377
Up9
15,35
1
15,35
9,23
-141,681
Up10
3,81
1
3,81
8,81
-33,5925
Up11
4,72
1
4,72
10,87
-51,3064
Up12
0,07
1
0,07
10,71
-0,71757
Up13
23,88
1
23,88
13,00
-310,44
Up14
6,24
1
6,24
13,60
-84,8328
Up15
5,90
1
5,90
15,08
-88,972
Up16
0,05
1
0,05
14,97
-0,7485
Up17
15,53
1
15,53
17,66
-274,26
Up18
12,35
1
12,35
16,76
-206,986
Up19
12,49
1
12,49
21,98
-274,468
Up20
3,46
1
3,46
21,15
-73,1755
Up21
1,11
1
1,11
24,29
-26,9619
Up22
0,35
1
0,35
24,38
-8,53125
Up23
1,75
1
1,75
24,79
-43,3825
Up24
0,03
1
0,71
24,69
-17,5299
Up25
6,29
1
6,92
0,00
0
Up26
0,71
1
0,71
0,00
0
Jumla!
3#%"3
+*%""#
#"'%
*%"'3
a. Sta!#l#tas ter"ada% gul#ng S 3 (Kondisi Eormal)
S 3
-1,9 H, 1
= 5,149 > . %man
!. Sta!#l#tas ter"ada% geser S 3 F ,
S 3
-.4,H + - ,9. tan 3 ,4- F , %man 8H,
8. Sta!#l#tas ter"ada% da+a dukung
e3
∑ &E − ∑ &h − < < < ∑E - 5 -,9 − 8H, -H,548 − < -,9
e3
-H,548 5
e 3 !,4158 ,1 maks 3
maks 3
-, 9 5. − ,4158 + 3 9,98 9, t 4,H -H,548
ijin
(. &ntr&l Sta!#l#tas &nd#s# Muka A#r Banj#r Tan%a =e'%a Perhitungan gaya!gaya yang bekerja dan momen yang terjadi pada
kondisi ini ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Berat Jenis t/m-3
Vertikal
Horizontal
X
Y
a!an
Guling
4,00
2,40
9,60
-
2,00
-
19,2
-
W2
8,89
2,40
21,34
-
4,94
-
105,3998
-
W3
11,14
2,40
26,74
-
7,45
-
199,1832
-
W4
34,03
2,40
81,66
-
8,19
-
668,8150
-
W5
5,00
2,40
12,00
-
5,00
-
60
-
W6
1,25
2,40
3,00
-
6,33
-
18,99
-
W7
2,00
2,40
4,80
-
10,05
-
48,24
-
W8
8,00
2,40
19,20
-
11,38
-
218,496
-
W9
30,35
2,40
72,84
-
20,91
-
1523,084
-
W10
3,42
2,40
8,21
-
30,18
-
247,7174
-
W11
0,45
2,40
1,07
-
30,59
-
32,7435
-
W12
4,89
1,00
4,89
-
4,94
-
24,1566
-
W13
5,66
1,00
5,66
-
7,31
-
41,3746
-
W14
3,66
1,00
3,66
-
9,69
-
35,4654
-
W15
0,73
1,00
0,73
-
10,96
-
8,0008
-
W16
16,06
1,00
16,06
-
21,66
-
347,8596
-
W17
22,35
1,00
22,35
-
24,75
-
553,1625
-
1,00
-
25,50
-
2,50
-
63,75
1,00
-
2,71
-
2,50
-
6,78
Nota si
Volume
W1
m3
Pw
25,50
Pd
2,71
Gaya (t)
Lengan (m)
Momen tm
Pa1
8,08
1,87
15,11
3,15
47,60
Pa2
5,87
1,87
10,98
4,15
45,55
Up1
7,60
1,00
-7,60
0,50
3,80
Up2
0,39
1,00
-0,39
0,67
-0,26
Up3
10,68
1,00
-10,68
1,66
-17,73
Up4
0,19
1,00
-0,19
1,44
-0,28
Up5
42,71
1,00
-42,71
4,82
-205,87
Up6
10,89
1,00
-10,89
5,67
-61,74
Up7
7,96
1,00
-7,96
7,65
-60,93
Up8
0,05
1,00
-0,05
7,54
-0,36
Up9
22,55
1,00
-22,55
9,23
-208,16
Up10
3,81
1,00
-3,81
8,81
-33,56
Up11
6,95
1,00
-6,95
10,87
-75,49
Up12
0,07
1,00
-0,07
10,71
-0,73
Up13
35,39
1,00
-35,39
13,00
-460,06
Up14
6,25
1,00
-6,25
13,60
-84,96
Up15
7,81
1,00
-7,81
15,08
-117,70
Up16
0,05
1,00
-0,05
14,97
-0,72
Up17
28,54
1,00
-28,54
17,66
-503,96
Up18
12,34
1,00
-12,34
16,76
-206,83
Up19
28,69
1,00
-28,69
21,98
-630,36
Up20
3,50
1,00
-3,50
21,15
-74,00
Up21
2,55
1,00
-2,55
24,29
-61,91
Up22
0,10
1,00
-0,10
24,38
-2,38
Up23
3,01
1,00
-3,01
24,79
-74,61
Up24
-0,15
1,00
0,15
24,69
3,62
Up25
6,29
1,00
-13,86
28,44
-394,25
Up26
0,71
1,00
-6,93
27,95
-193,73
Jumla!
+%
'"%#*$'
$%+#+
a. Sta!#l#tas ter"ada% gul#ng S 3 (Kondisi Eormal)
S 3
599,8-85,58
= ,-48H > .1 %man
!. Sta!#l#tas ter"ada% geser S 3 F ,1
S 3
-.4,H + 8,99H/. tan 1/,-H51
3 ,4 F ,1 %man
8. Sta!#l#tas ter"ada% da+a dukung
e3
∑ &E − ∑ &h − < < < ∑E - 5 8,99H58 − 1,-H51 -H,548 − < 8 , 99H58
e3
-H,548 5
e 3 !,11989 ,1 maks 3
maks 3
8,99H58 5. − ,1199 + 3 ,9 9, t 4,H -H,548
ijin
$3%$+"
*. &ntr&l Sta!#l#tas &nd#s# Muka A#r Banj#r Dengan =e'%a Perhitungan gaya!gaya yang bekerja dan momen yang terjadi pada
kondisi ini ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Volume Notasi m3
Berat Jenis t/m-3
W1
4,00
2,40
W2
8,89
2,40
W3
11,14
2,40
W4
34,03
2,40
W5
5,00
2,40
W6
1,25
2,40
W7
2,00
2,40
W8
8,00
2,40
W9
30,35
2,40
W10
3,42
2,40
W11
0,45
2,40
W12
4,89
1,00
W13
5,66
1,00
W14
3,66
1,00
W15
0,73
1,00
W16
16,06
1,00
W17
22,35
1,00
Pw
25,50
1,00
Pd
2,71
1,00
Pa
8,08
1,87
Pp
5,87
1,87
Up1
7,60
1,00
Up2
0,39
1,00
Up3
10,68
1,00
Up4
0,19
1,00
Up5
42,71
1,00
Up6
10,89
1,00
Up7
7,96
1,00
Up8
0,05
1,00
Up9
22,55
1,00
Up10
3,81
1,00
Up11
6,95
1,00
Up12
0,07
1,00
Up13
35,39
1,00
Up14
6,25
1,00
Up15
7,81
1,00
Up16
0,05
1,00
Up17
28,54
1,00
Up18
12,34
1,00
Up19
28,69
1,00
Up20
3,50
1,00
Gaya (t) Vertika l 9,60 21,34 26,74 81,66 12,00 3,00 4,80 19,20 72,84 8,21 1,07 4,89 5,66 3,66 0,73 16,06 22,35 -7,60 -0,39 -10,68 -0,19 -42,71 -10,89 -7,96 -0,05 -22,55 -3,81 -6,95 -0,07 -35,39 -6,25 -7,81 -0,05 -28,54 -12,34 -28,69 -3,50
Horizont al 1,44 3,20 4,01 12,25 1,80 0,45 0,72 2,88 10,93 1,23 0,16 25,50 2,71 15,11 10,98 -
Lengan (itik ,erat) (m)
Momen tm
X
Y
a!an
Guling
2,00
0,50
19,20
0,72
4,94
2,64
105,40
8,45
7,45
1,85
199,18
7,42
8,19
1,75
668,82
21,44
5,00
5,03
60,00
9,05
6,33
4,61
18,99
2,07
10,05
5,11
48,24
3,68
11,38
5,78
218,50
16,65
20,91
2,39
1523,08
26,11
30,18
2,64
247,72
3,25
30,59
1,23
32,74
0,20
4,94
-
24,16
-
7,31
-
41,37
-
9,69
-
35,47
-
10,96
-
8,00
-
21,66
-
347,86
-
24,75
-
553,16
-
-
1,67
-
42,59
-
1,65
-
4,47
-
2,65
-
40,04
-
2,65
-
29,09
0,50
-
-3,80
-
0,67
-
-0,26
-
1,66
-
-17,73
-
1,44
-
-0,28
-
4,82
-
-205,87
-
5,67
-
-61,74
-
7,65
-
-60,93
-
7,54
-
-0,36
-
9,23
-
-208,16
-
8,81
-
-33,56
-
10,87
-
-75,49
-
10,71
-
-0,73
-
13,00
-
-460,06
-
13,60
-
-84,96
-
15,08
-
-117,70
-
14,97
-
-0,72
-
17,66
-
-503,96
-
16,76
-
-206,83
-
21,98
-
-630,36
-
21,15
-
-74,00
-
Up21
2,55
1,00
-2,55
-
24,29
-
-61,91
-
Up22
0,10
1,00
-0,10
-
24,38
-
-2,38
-
Up23
3,01
1,00
-3,01
-
24,79
-
-74,61
-
Up24
-0,15
1,00
0,15
-
24,69
-
3,62
-
Up25
13,86
1,00
-13,86
28,44
-
-394,25
Up26
6,93
1,00
-6,93
27,95
-
-193,73
Jumla!
'%&
*3%3$""#
a. Sta!#l#tas ter"ada% gul#ng S 3 (Kondisi @empa)
S 3
59, -1, -
= ,58 > . %man
!. Sta!#l#tas ter"ada% geser S 3 ,
S 3
-.4,H + 1,4 tan H,5//
3 ,55 F , %man
8. Sta!#l#tas ter"ada% da+a dukung
e3
∑ &E − ∑ &h − < < < ∑E - 5 59, − -1,- − -H,548 < 1,4
e3
-H,548 5
e 3 !1,591 ,1 maks 3
maks 3
1,4 5. − 1,591 + 3 ,111-8 9, t 4,H -H,548
ijin
$%3
#'%#3
BAB II PENUTUP
.1 es#'%ulan
ari perin#ian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam tugas besar ini, selain meren#anakan kebutuhan air irigasi kami juga meren#anakan jaringan irigasi serta bangunan utama irigasi dan komponen pelengkapnya. . Kebutuhan air untuk irigasi 2erdasarkan perhitungan dengan pola tata tanam diperoleh kebutuhan air irigasi maksimum sebesar ,511 lt/dt/ha yang terjadi pada bulan ei minggu ke!-. -. Peren#anaan 2angunan
#.
d.
e.
terhadap benturan, goresan dan abrasi. esain bangunan intake 3 1,9 m • iambil b • >umlah bukaan 31 • 'ebar bukaan 3 , m 3 ,- m • &inggi bukaan 3 buah • >umlah pilar esain bangunan peredam energi 3 m • Panjang kolam olakan • &inggi, lebar dan selang blok!blok kolom olakan 3 ,99 m 3 4, m • 'ebar gerigi maksimum 3 -,1 m • >arak antar gerigi esain hidrolik bangunan pembilas 3-m • 'ebar lubang 3 ,1 m • &inggi lubang 3 ,1 m • 'ebar pilar Panjang lantai udik • Panjang rayapan seharusnya -5 m • &etapi menurut perhitungan 'p 3 -,548 m sehingga panjang lantai udik #ukup memadai.
. Stabilitas konstruksi a. Kontrol kondisi muka air normal tanpa gempa Stabilitas terhadap guling, geser dan terhadap gaya dukung aman. b. Kontrol kondisi muka air normal dan gempa Stabilitas terhadap guling, geser dan terhadap gaya dukung aman. #. Kontrol kondisi muka air banjir tanpa gempa Stabilitas terhadap guling, geser dan terhadap gaya dukung aman. d. Kontrol kondisi muka air banjir dengan gempa Stabilitas terhadap guling, geser dan terhadap gaya dukung aman.
.2. Saran
. Karena waktu yang diberikan dalam pengerjakaan tugas irigasi dan bangunan air sangat terbatas maka diharapkan tugas dapat terselesaikan tepat waktu. -.