jeky miharja Kamis, 24 Maret 2016 LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR AGRONOMI BUDIDAYA TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans L. poir) LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR AGRONOMI
pomo moea ea r ep eptans tans L. poir) BUDIDAYA TANAMAN KANGKUNG DARAT (I po
Oleh :
Nama
: Jeky Miharja
NPM
: E1J014144
Program Stud
: Agroekoteknologi
Dosen Pembimbing
: Dr. Ir Reny Herawaty
Co. Ass/ NPM
: Dedi Rian
Shif Praktikum
: Kamis, 10.00-12.00 WIB
LABORATORIUM AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kangkung merupakan salah satu anggota famili Convolvulaceae. Tanaman kangkung dapat digolongkan sebagai tanaman sayur. Kangkung terdiri dari beberapa jenis, diantaranya kangkung air (Ipomoea aquatica Forsk), kangkung darat (Ipomoea reptans Poir), dan kangkung hutan (Ipomoea crassiculatus Rob.). Kangkung darat (Ipomoea reptans Poir) merupakan sayuran yang bernilai ekonomi dan persebarannya meluas me luas cukup pesat di daerah Asia Tenggara. Beberapa negara yang merintis pembudidayaan tanaman kangkung secara intensif dan komersial adalah Taiwan, Thailand, Filipina, dan Indonesia. Kangkung darat umumnya dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dan dapat menjadi salah satu menu di rumah-rumah makan (Rukmana, 1994). Kangkung darat merupakan tanaman yang relatif tahan kekeringan dan memiliki daya adaptasi luas terhadap berbagai keadaan lingkungan tumbuhan, mudah pemeliharaannya, dan memiliki masa panen yang pendek. Umumnya tanaman kangkung darat hanya ditanam dilahan pekarangan dan sebagian kecil yang ditanam secara intensif dilahan kering, sehingga optimalisasi produksi kangkung masih kurang. Saat ini kangkung darat lebih banyak beredar di pasar-pasar komersial dibanding kangkung air. Kangkung air lebih banyak dikonsumsi dan ditanam secara subsisten oleh masyarakat. Budidaya kangkung darat sangat mudah, karena sayuran ini bersiklus panen cepat dan relatif tahan hama. Karena itulah, harga kangkung dipasaran relatif murah dibanding jenis sayuran lain.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukan kegiatan praktikum ini adalah mahasiswa mampu mengetahui bagaimana cara budidaya tanaman kangkung serta mampu menganalisis pertumbuhan tanaman.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kangkung merupakan salah satu anggota famili Convolvulaceae. Tanaman kangkung dapat digolongkan sebagai tanaman sayur. Kangkung terdiri dari beberapa jenis, diantaranya kangkung air (Ipomoea aquatica Forsk), kangkung darat (Ipomoea reptans Poir), dan kangkung hutan (Ipomoea crassiculatus Rob.). Kangkung darat (Ipomoea reptans Poir) merupakan sayuran yang bernilai ekonomi dan persebarannya meluas me luas cukup pesat di daerah Asia Tenggara. Beberapa negara yang merintis pembudidayaan tanaman kangkung secara intensif dan komersial adalah Taiwan, Thailand, Filipina, dan Indonesia. Kangkung darat umumnya dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dan dapat menjadi salah satu menu di rumah-rumah makan (Rukmana, 1994). Kangkung darat merupakan tanaman yang relatif tahan kekeringan dan memiliki daya adaptasi luas terhadap berbagai keadaan lingkungan tumbuhan, mudah pemeliharaannya, dan memiliki masa panen yang pendek. Umumnya tanaman kangkung darat hanya ditanam dilahan pekarangan dan sebagian kecil yang ditanam secara intensif dilahan kering, sehingga optimalisasi produksi kangkung masih kurang. Saat ini kangkung darat lebih banyak beredar di pasar-pasar komersial dibanding kangkung air. Kangkung air lebih banyak dikonsumsi dan ditanam secara subsisten oleh masyarakat. Budidaya kangkung darat sangat mudah, karena sayuran ini bersiklus panen cepat dan relatif tahan hama. Karena itulah, harga kangkung dipasaran relatif murah dibanding jenis sayuran lain.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukan kegiatan praktikum ini adalah mahasiswa mampu mengetahui bagaimana cara budidaya tanaman kangkung serta mampu menganalisis pertumbuhan tanaman.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Tanaman Kangkung Darat
Menurut Anggara (2009), sistematiks tanaman kangkung darat ( Ipomoea reptans L. poir) diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom
: Plantae ( tumbuhan )
Subkingdom
: Tracheobionta ( berpembuluh )
Superdivisio
: Spermatophyta ( menghasilkan biji )
Divisio
: Magnoliophyta ( berbunga )
Kelas
: Magnoliopsida ( berkeping dua / dikotil )
Sub-kelas
: Asteridae
Ordo
: Solanales
Familia
: Convolvulaceae ( suku kangkung-kangkungan kangkung-kangkungan )
Genus
: Ipomea
Spesies
: Ipomea reptans Poir.
Berdasarkan klasifikasi tanaman kangkung di atas, maka secara morfologi tanaman kangkung memiliki dua varietas yaitu kangkung air dan kangkung darat. Kangkung darat, yang mempunyai daun-daun yang panjang dengan ujung yang runcing, berwarna hijau keputih putihan dan bunganya bunganya berwarna putih. Kangkung darat biasanya ditanam di tempat-tempat yang agak kering, sedangkan kangkung air biasa ditanam di pinggir-pinggir kolam, rawwa dan lainla in. (Sumaryono, 1984) Kangkung air (Ipomea aquatic forsk), f orsk), yang mempunyai daun panjang dengan ujung yang agak tumpul berwarna hijau kelam dan bunganya berwarna kekuningkuningan atau ungu. Kangkung air memiliki warna bunga putih kemerah-merahan, ukuran batang dan daun lebih besar dibandingkan dengan kangkung darat, berbatang hijau dan berbiji sedikit. Buah kangkung memiliki diameter 7 – 9 9 mm, halus, berwarna kecoklatan dan berisi 2 – 4 4 biji (Westphal, 1994 dalam Sunarjono, 2009). Kangkung darat memiliki karakteristik warna bunga putih hingga merah muda, daun agak kecil, warna batang putih kehijauan hingga keunguan (Palada dan Chang, 2003 dalam Sunarjono (2009). Kusandryani dan Luthfy, 2006 dalam Sunarjono (2009), menjelaskan bahwadi Indonesia terdapat kangkung dengan berbagai aksesi seperti aksesi akse si 511 asal Bekasi, 504 asal Bengkulu, 512 asal Cikampek dan sebagainya dengan ciri tanaman dengan tipe tumbuh tegak, warna daun hijau, batang bulat, bunga berbentuk terompet dan warna bunga putih. Panjang daun, lebar daun dan umur berbunga berbunga pada aksesi 511 berturut-turut adalah 12,6 cm, 2,95 cm dan 60 hari, pada aksesi 504 berturut-turut 12,3 cm, 2,95 cm dan 65 hari,
sedangkan aksesi 512 memiliki nilai berturut-turut 11,8 cm, 3,35 cm, 63 hari Menurut Wil liams et al., (1991), dalam Yusrinawati 2006, daun memiliki panjang 7 – 14 cm, berbentuk jantung pada pangkalnya dan biasanya runcing pada ujungnya. Batang berongga dan mengapung pada permukaan. Akar adventif segera tebentuk pada buku batang jika menyentuh tanah atau lengas. Pada kondisi hari pendek, tangkai bunga tegak berkembang pada ketiak daun. Biasanya terbentuk satu atau dua kuntum bunga berbentuk terompet dengan leher ungu. Warna mahkota putih, merah jambu muda, atau ungu, berbeda-beda menurut tipe tanaman. Biji mudah terbentuk dan berkembang dalam bulir polong. Rukmana (1994), menambahkan bahwa kangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari satu bulan. Batang tanaman berbentuk bulat panjang, berbuku-buku, banyak mengandung air (herbaceous) dan berlubang-lubang. Batang tanaman kangkung tumbuh merambat atau menjalar dengan percabangan yang banyak. Kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabang akarnya menjalar keseluruh arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60-100 cm serta melebar secara mendatar pada radius 100-150 cm atau lebih, terutama pada jenis kangkung air. Tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di ketiak daun terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru. Bentuk daun umumnya seperti jantung hati, ujung daunnya meruncing atau tumpul, permukaan daun sebelah atas berwarna hijau tua dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda. 2.2 Syarat Tumbuh
Wahyudi (2010) menjelaskan bahwa kangkung tumbuh pada tipe tanah lempung, sampai lempung berpasir, gembur, dan mengandung bahan organik serta lokasi yang terbuka dan memperoleh sinar matahari langsung, masih bisa ditanam di tanah rawa yang drainase airnya tidak lancar. Kangkung termasuk tipe sayuran dataran rendah yang pertumbuhannya kurang optimal bila ditanam di dataran lebih dari 700 mil dari permukaan laut (Westphal, 1994 dalam Sunarjono (2009). Kangkung dapat tumbuh di daerah dengan iklim panas dan tumbuh optimal pada suhu 25
–
30°C (Palada dan Chang, 2003 dalam Sunarjono (2009). Kangkung sangat kuat
menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang dengan kelembaban 60%. Kangkung darat tumbuh optimal pada tanah banyak mengandung bahan organik, tinggi kandungan air dengan pH 5.3-6.0 (Westphal, 1994 dalam Sunarjono (2009). Emilia dan Ainun, 1999 dalam Selviningsih (2006) mengemukakan bahwa umumnya kangkung merupakan tanaman hari pendek dan termasuk tipe sayuran dataran rendah. Kangkung jarang tumbuh pada ketinggian lebih dari 700 m2 karena pada suhu rata-rata 23 0C
kecepatan pertumbuhannya akan mengalami penurunan, oleh karenanya jika dibudidayakan sebagai sayuran komersial tidak akan memberikan keuntungan pada petani. Kangkung umumnya tumbuh di daerah yang memiliki garis lintang yang tinggi seperti Thailand Utara, Vietnam Utara dan Hongkong sebagai sayuran musim panas. Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik ji ka dibudidayakanpada tempat dengan ketinggian maksimal 2000 meter diatas permukaan laut.Tanaman ini membutuhkan tanah yang gembur dan mengandung banyak bahanorganik sebagai tempat tumbuhnya, untuk kangkung darat khususnya tidakmenyukai lahan yang tergenang karena akarnya mudah membusuk,
sedangkangkung
air
membutuhkan
tanah
yang
selalu
tergenang.
Kangkungmembutuhkan lahan yang terbuka atau lahan yang mendapatkan sinar matahariyang cukup sebagai tempat tumbuhnya, karena di lahan yang ternaungi tanamankangkung akan tumbuh memanjang. Tanaman ini tumbuh baik sepanjang tahun,curah hujan yang optimal untuk kangkung adalah 500 – 5000 mm/tahun. Kangkung merupakan tanaman yang memiliki kemampuan adaptasi yang tinggisehingga dapat tumbuh dihampir semua kondisi lahan, namun jika ditanam padalahan yang memiliki suhu udara relatif panas batang tanaman ini akan mengeras.Waktu bertanam yang baik ialah pada musim hujan untuk kangkung darat atau musim kemarau untuk kangkung air (Sumaryono, 1984). 2.3 Panen Tanaman Kangkung Darat
Perbedaan jumlah biji yang dihasilkan berpengaruh terhadap perbanyakankangkung. Kangkung darat diperbanyak melalui biji sedangkan kangkung airmelalui stek pucuk batang. Menurut Palada dan Chang (2003) dalam Kartika,2008, kangkung dapat dipanen pada umur 30 – 45 Hari Setelah Tanam (HST)tergantung varietas dan ti pe tanaman. Palada dan Chang (2003)
menyatakankangkung dapat dipanen sekali dengan mencabut tanaman hingga ke akarnya ataubeberapa kali dengan memotong sepanjang 15 – 25 cm pada bagian batang. Selanjutnya
penelitian
Kusandryani
dan
Luthfy
(2006)
dalam
Kartika,
2008menunjukkan kangkung aksesi 511, 504 dan 512 masing-masing memiliki umurpanen 42, 43 dan 40 HST.Pemanenan yang sering dilakukan akan menghambat pembungaan danmenstimulasi pertumbuhan tunas samping. Tanaman yang tidak dipanenmenyebabkan tunas samping berkembang menjadi daun yang panjang. Hasilpanen kangkung berbeda-beda disebabkan oleh faktor genetik tanaman. Panen pada tanaman kangkung yang ditanam di darat bisanya dilakukanpada umur 20 – 50
hari setelah benih disebar. Hasil tanamannya berkisar antara 7 – 30 ton/ha produk segar,
dan dapat mencapai 400 ton/ha/tahun. Kangkung yangditanam di air, di Thailand hasil produksinya dapat mencapai 90 ton/ha produksegar (Hayati, 2005 dalam Selviningsih 2006). Kangkung sudah bisa dipanen pada umur 2 – 3 minggu setelah tanam,yaitu saat panjang batangnya kira-kira 20 25 cm. Panen perdana ini untukmendapatkan hasil bahan sayuran daun juga berfungsi untuk merangsangpertumbuhan vegetatif (pucuk-pucuk) berikutnya yang lebih banyak. Kangkungdapat pula dipangkas sesudah berumur 1,5 bulan dari saat penanaman. Caramemanen kangkung darat adalah pangkas batangnya dan menyisakan sekitar 2 – 5cm di atas permukaan tanah atau meninggalkan 2 – 3 buku tua. Cara pemanenankangkung darat juga dapat dilakukan dengan mencabut tanaman beserta denganakar-akarnya Panen dilakukan pada sore hari dengan tujuan agar tidak mengalamikelayuan yang drastis akibat pengaruh suhu udara yang panas ataupun teriknya sinar matahari. Panen dilakukan dengan cara memotong kangkung yang siappanen dengan ciri batang besar dan berdaun lebar.Selanjutnya Palada dan Chang (2003), menyatakan bahwa panendilakukan 2 – 3 minggu sekali setiap kali habis panen biasanya akan terbentuk cabang-cabang baru. Produksi kangkung akan menurun baik secara kuantitatifmaupun kualitatif setelah kangkung dipanen sebanyak 5 kali. Setelah berbungamaka perlu disisakan ± 2 m2agar bijinya dapat diproduksi sebagai benih. Hal inimembutuhkan waktu ± 40 hari sampai biji kering. Tanaman kangkung yang telah berumur satu tahun biasanya tumbuhlambat, kerdil, dan kurang produktif. Gejala ini dapat disebabkan oleh tuanyaumur tanaman dan kondisi tanah tidak subur lagi. Oleh karena itu, tanaman inisebaiknya dilakukan peremajaan kembali. Pertanaman kangkung dibongkar,tanahnya diolah secara sempurna, dan diberi pupuk kandang seperti padapermulaan berkebun , kemudian ditanami bahan tanaman /benih/ bibit baru yangunggul dan sehat. Wahyudi (2010) menjelaskan bahwa tahapan panen dan pascapanenkangkung adalah kangkung dapat dipanen pada umur 20 – 30 HST, melakukanpembasahan lahan (pengairan) menjelang panen untuk memudahkan pencabutantanaman, mencabut tanaman beserta akarnya untuk mempertahankan tingkatkesegaran tanaman dalam waktu yang relatif lama, mengumpulkan hasil panen ditempat pencucian, mencuci kangkung yang telah dipanen, terutama di bagianakarnya dari bekas-bekas tanah hingga bersih, menyusun rapi kangkung yangtelah dicuci di rak-rak terbuka untuk diangin-anginkan dan agar bekas air pencucian bisa tiris dan mengemas kangkung menggunakan label isolasi denganberat sesuai permintaan pasar. Umumnya, berat kangkung per ikat sekitar 200gram atau 250 gram.
BAB III METODOLOGI
3.1 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kangkung darat, air, pupuk urea, pupuk KCl, dan pupuk SP 36.
Alat yang digunakan adalah parang,cangkul, meter rool, gembor, tali rapia, pisau, dan timbangan analitik, mistar dan alat tulis menulis. 3.2 Pelaksanaan Praktikum
Persiapan lahan Persiapan lahan meliputi perbersihan lahan, pengolahan tanah, penggemburan tanah, dan pembuatan bedengan. Luas lahan yang digunakan adalah 6 m2 (2 m x 3 m ).
Penanaman Penanaman dilakukan dengan menggunakan tugal dengan jarak tanam 5x 10 cm. Pada setiap lubang tanam ditanami dua benih kangkung darat. Setelah benih tumbuh atau berumur satu minggu melakukan pengamatan vegetatif dengan menghitung daya tumbuh benih dan besar persentasenya.
Aplikasi pemupukan Pemupukan dasar diaplikasikan dengan dosis sebagai berikut :
1. Urea : 50 Kg/ha maka dosis yang diperlukan untuk lahan tanam hanya sebanyak 0,03 Kg atau 30 gram/ 6 m2 2.
SP 36 : 25 Kg/ha maka dosis yang diperlukan untuk lahan tanam hanya sebanyak 0,015 Kg atau 15 gram/ 6 m2
3. KCl : 25 Kg/ha maka dosis yang diperlukan untuk lahan tanam hanya sebanyak 0,015 Kg atau 15 gram/ 6 m2
Sampling Penentuan tanaman sample dilakukan dengan pengundian secara acak. Pada pelaksanaan ditentukan 30 tanaman sampel.
Variabel Pengamatan Pengamatan terhadap komponen pertumbuhan dan hasil dilakukan pada 30 tanaman contoh yang diambil secara acak pada setiap satuan percobaan. Variabel yang diamati adalah : 1. Tinggi tanaman (cm) Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang diatas permukaan tanah sampai titik tumbuh tanaman, dilakukan pada tiap minggu dan saat panen. 2. Jumlah daun (helai) Daun yang dihitung adalah daun yang sudah terbuka sempurna p ada 30 tanaman contoh yang sudah ditentukan secara acak, dilakukan pada tiap minggu.
MST). 3. Bobot basah per tanaman (g) Bobot basah per tanaman contoh diperoleh pada saat tanaman dipanen yaitu menimbang tanaman sampel yang sudah ditentukan pada saat panen. Kegiatan pemeliharaan meliputi penyiraman, penyulaman, penyiangan dan perlindungan tanaman (pengendalian), antara lain : 4.pengukuran diameter batang Dilakukan dengan menghitung diameter keliling tanaman per sampel dengan menggunakan alat bantu jangka sorong.
1. Penyiraman Penyiraman dilakukan setelah tanam, selanjutnya disiram pada pagi dan sore hari atau tergantung keadaan cuaca serta kondisi kelembaban tanah disekitar tanaman. Pada waktu hujan tidak perlu dilakukan penyiraman. 2. Penyulaman Penyulaman dilakukan dengan maksud agar mengganti benih kangkung yang tidak tumbuh atau tumbuh tidak normal pada saat tanaman berumur 1 minggu setelah tanam (MST) sehingga bisa diperoleh tanaman yang seragam. 3. Penyiangan Penyiangan dilakukan pada gulma yang tumbuh disekitar tanaman pokok, sehingga tidak tedadi kompetisi atau persaingan terhadap unsur hara, air dan sinar matahari. Penyiangan dilakukan secara periodik tergantung dari banyaknya gulma/rumput liar yang tumbuh.
4. Perlindungan tanaman (pengendalian) Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara mekanis yaitu dengan mengambil hama yang menyerang dan dibunuh atau memangkas bagian tanaman yang sakit.
Panen Pemanenan dilakukan secara serempak pada seluruh tanaman pada umur empat minggu setelah tanam (MST). Cara panen tanaman kangkung darat yaitu dengan mencabut seluruh bagian tanaman.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan 4.1.1 Menghitung Daya Tumbuh Tanaman Kangkung
-
Banyaknya Jumlah Bibit yang di Tanam : 2 biji perlubang : 10
(baris) x
30(jumlah lubang dalam 1
baris) x
1(biji) = 600 biji
Jadi, total biji yang ditanam = 600 biji -
Banyaknya Jumlah Benih yang Tumbuh : 2 biji perlubang, jumlah tanaman yang tumbuh : 585 batang per lubang dan yang tidak tumbuh : 15 biji.
Daya Tumbuh Tanaman :
Daya Tumbuh Tanaman :
Tabel.1 Pengamatan Pengukuran Minggu Pertama Tinggi Tanaman Dan Helai Daun
NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Rata-rata
TINGGI TANAMAN (CM) 7 6 11 2 5 6 5 10 5 7 8 9 9 4 5 5 6 10 6 10 7 6 6 5 11 7 5 8 7 8 10
JUMLAH DAUN (CM) 4 4 5 4 4 3 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 6 4 6 4 4 4 4 6 4 4 4 4 5 3,83
Tabel.2 Pengamatan Pengukuran Tinggi Tanaman Dan Helai Daun Minggu Ke Dua (2) NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Rata-rata
TINGGI TANAMAN (CM) 10 8 14 3 6 8 7 12 6 9 10 11 11 6 6 7 8 13 8 12 9 8 8 6 13 9 8 10 9 11 12,46
JUMLAH DAUN (CM) 8 6 9 4 6 7 7 7 8 8 8 7 7 8 6 6 8 9 7 9 7 9 7 6 8 7 9 7 7 8 7,33
Tabel.3 Pengkuran Minggu Ke Tiga (3) Tinggi Tanaman Dan Helai Daun
NO
rata (cm)
Ratadaun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Rata-rata
TINGGI TANAMAN (CM) 18 13 15 8 12 14 10 20 10 16 17 13 13 10 13 14 13 16 11 16 12 11 13 9 19 10 10 18 15 18 12,66
JUMLAH DAUN (CM) 9 9 9 7 9 10 9 9 8 10 10 9 8 8 6 8 9 10 8 12 9 9 10 8 9 8 9 8 10 10 8,9
Kurva ratatinggi tanaman
rata jumlah (helai)
Tabel.4 Pengukuran Diameter Batang No Sampel Diameter batang (mm) 1 sampel 1 0,74 2 sampel 2 0,11 3 sampel 3 0,44 4 sampel 4 0,41 5 sampel 5 0,44 6 sampel 6 0,62 7 sampel 7 0,34 8 sampel 8 0,32 9 sampel 9 0,55 10 sampel 10 0,62 11 sampel 11 0,52 12 sampel 12 0,84 13 sampel 13 0,84 14 sampel 14 0,86 15 sampel 15 0,10 16 sampel 16 0,63 17 sampel 17 0,45 18 sampel 18 0,44 19 sampel 19 0,51 20 sampel 20 0,83 21 sampel 21 0,93 22 sampel 22 0,61 23 sampel 23 0,94 24 sampel 24 0,42 25 sampel 25 0,34 26 sampel 26 0,43 27 sampel 27 0,54 28 sampel 28 0,74 29 sampel 29 0,52 30 sampel 30 0,31
Tabel.4 Pengukuran Berat Basah NO
BERAT DAUN
BERAT BATANG
BERAT AKAR
BERAT TOTAL
SAMPEL
1
2,1
0,1
0,1
2
1,9
2,5
2,9
3
2,9
2,6
1,7
4
0,5
2,5
5,0
5
1,2
1,5
2,4
6
1,1
0,8
2,3
7
2,5
2,5
2,5
8
1,7
1,6
1,5
9
2,9
2,6
1,7
10
2,9
2,5
2,5
11
0,1
0,8
2,3
12
0,5
0,7
2,0
13
0,5
0,7
2,0
14
1,8
1,7
3,1
15
2,7
2,4
2,9
16
3,2
2,6
2,8
17
2,5
1,5
2,9
18
0,2
0,1
2,8
19
2,1
2,0
2,9
20
1,4
0,4
1,6
21
1,2
0,5
2,7
22
3,1
2,7
2,9
23
3,2
2,9
2,7
24
2,5
1,8
2,3
25
1,6
1,8
3,3
26
2,4
2,5
2,9
27
2,0
2,5
2,8
28
1,9
1,1
0,7
29
1,4
2,4
1,8
30
1,0
0,8
1,5
4.2 Pembahasan
0,77kg
Berdasarkan hasil kegiatan praktikum yang telah dilakukan, Pada saat pengolahan lahan, gulma yang tumbuh pada lahan rata-rata ukurannya tinggi, dan alat-alat yang digunakan pun dalam keadaan kurang baik. Pembersihan lahan dari sisa-sisa tanaman dilakukan bertujuan agar lahan dapat dimanfaatkan untuk membudidayakan tanaman kangkung. Penanaman dilakukan sehari setelah pengolahan lahan, sebelum dilakukan penanaman, petakan ditaburi dengan pupuk kandang, hal ini dilakukan bertujuan untuk menambah kandungan unsur hara dalam tanah, bisa saja dilakukan penanaman tanpa adanya penambahan pupuk tapi mungkin pertumbuhannya akan terhambat dan kangkung tumbuh kurang subur. Pupuk kandang dianggap sebagai pupuk lengkap karena selain menimbulkan tersedianya unsur hara bagi tanaman, juga mengembangkan kehidupan jasad renik (mikroorganisme) di dalam tanah. Jasad renik sangat penting bagi kesuburan tanah dan sisa -sisa tanaman yang dapat diubahnya menjadi humus, senyawa-senyawa tertentu disintesisnya menjadi bahan-bahan yang berguna bagi tanaman (Mul Mulyani Sutejo, 1995 : 108). Kemudian diatur jarak untuk lubang tanam, untuk melubangi dilakukan penugalan dengan menggunakan kayu. Penanaman dilakukan dengan memasukkan 2 buah benih dalam satu lubang. Adapun prosedur pengaturan jarak tanam yaitu jarak antar tanaman dalam satu petakan yaitu 5 cm x 10 cm. Untuk tanaman berbaris jarak tanam dalam barisan antar barisan menentukan kerapatan (spacing). Jarak tanam antar barisan ditentukan oleh perlengkapan_perlengkapan untuk penyiangan tangan maupun tumpang sari. Kecendrungan dewasa ini adalah jarak yang sempit dan perlengkapan sekarang diarahkan kesana. Kerapatan tanaman mempengaruhi penampilan dan produksi tanaman, terutama karena koefisien penggunaan cahaya (Setyati, 2002). Jarak tanam turut mempengaruhi perkembangan tanaman, menghambat pertumbuhan vegetatif dan produktifitas tanaman akibat persaingan unsur hara, air dan ruang tumbuh serta mengurangi perkembangan tinggi dan kedalaman akar. Hal ini sesuai dengan pendapat Gardner, (1991) menyatakan bahwa Kerapatan tanam merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, karena penyerapan energi matahari oleh permukaan daun yang sangat menentukan pertumbuhan tanaman juga sangat dipengaruhi oleh kerapatan tanaman ini, jika kondisi tanaman terlalu rapat maka dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman karena dapat menghambat perkembangan vegetatif dan menurunkan hasil panen akibat menurunnya laju fotosintesis dan perkembangan daun. Dari variabel yang diamati juga dapat dilihat bahwa banyak faktor lain yang mempengaruhi dari hasil produksi tanaman, yaitu adanya ketersediaan air yang cukup sehingga tanman tidak terancam kekeringan. Dapat saya bandingkan dari hasil praktikum 2 orang teman
kelompok saya yang mana hasil produksi tanaman kangkungnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan hasil produksi kangkung saya, dan dapat saya ambil beberapa f aktor yang dapat mempengaruhi laju pertumbuhan tanaman saya yaitu : ketersediaan air yang kurang pada lahan praktikum saya yang menyebabkan kondisi tanaman kangkung saya mengalami gangguan pertumbuhannya. Selain itu lahan yang saya pakai juga termasuk tanah miskin yang mana kekurangan unsur hara dan ketika pemupukan adanya ketidakrataan pemberian pupuk urea dan juga pada saat pemberian pupuk kandang tidak dapat memenuhi unsur hara yang dibutuhkan dari tanaman kangkung itu sendiri, karena ketersediaan pupuk yang minimal.
Gbr.1 tanaman kangkung mulai tumbuh
Gbr.2 kangkung berumur 1 minggu
Harusnya pengamatan dan pengukuran daya tumbuh tanaman dilakukan semenjak kangkung mulai tumbuh dengan kotiledonnya, namun karena kami tidak mengetahui mengenai hal tersebut. Maka pengamatan yang disertai dengan pengukuran dilakukan pada kangkung yang telah berumur 2 minggu. Yang pada sebelumnya telah dilakukan pennetuan sampel. Sampel ditentukan secara random (acak) sebanyak 30 buah. Untuk memenuhi kebutuhan unsur-unsur yang dibutuhkan untuk tanaman karena kurangnya ketersediaan unsur tersebut dalam tanah, maka dilakukan kembali pemupukan ssetelah kangkung berumur 3 minggu. Pupuk yang digunakan adalah SP36 sebanyak 15 gr, KCl 5 gr, dan urea 30 gr. Pemberian pupuk tersebut dialkukan dengan ditaburkan diantara sela pada barisan tanaman.
Gmbr 3.(pada saat penimbangan pupuk)
Gmbr. 4 (KCL, SP36 dan Urea)
Gmbr.5 (Pada saat pemupukan) Pengamatan dilakukan mengukur tinggi tanaman, dan menghitung jumlah daun dalam setiap sampel setiap minggunya. Hasil pengamatan persampel setiap minggunya telah tertera pada hasil, dan pada lampiran. Tinggi tanaman diukur dari pangkal titik tumbuh sampai ujung tanaman. Dan jumlah daun dihitung keseluruhan dalam setiap sampel namun daun yang dihitung adalah semua daun pada sampel yang telah membuka sempurna. Sesuai dengan hasil pengamatan, tinggi tanaman dalam satu petakan tersebut berbeda beda hal ini dapat terjadi karena unsur hara yang terdapat dalam tanah walaupun dalam petakan yang sama namun pertumbuhan tiap tanaman berbeda, hal ini karena unsur-unsur hara yang tersedia berbeda jumlahnya . Sehingga jika tanaman yang hidup pada area yang memiliki unsur
hara yang cukup, maka ia akan tumbuh dengan subur. Dan sebaliknya jika tidak pada area yang kandungan unsur haranya kurang, maka ia akan tumbuh dengan lambat, batang pendek, kerdil. Gambar 6. (pada saat pengukuran tinggi tanaman) Kangkung darat yang kami budidayakan ini kekurangan air
Setelah umur tanaman
kangkung mencapai 4 minggu, kondisi kangkung sudah menunjukkan indikasi untuk panen yaitu: tinggi tanaman dan jumlah daun sudah mencapai kestabilan, dan tidak terjadi pertumbuhan yang cepat sperti pertamabahan tinggi tanamandan penambahan jumlah daun lagi, karena tanaman sudah berhenti atau proses pertumbuhannya mengurang maka dilakukan pemanenan. Panen dialakukan dengan cara mencabut tanaman dari sampai akar. Sebelum dilakukan pemanenan, terlebih dahulu dilakukan pengukuran tinggi tanaman dan pengitungan jumlah helai daun. Setelah tahapan pemanenan selesai, maka dilakukan penimabangan bobot seluruh tanaman dalam satu petakan. Dalam hal ini bobot kangkung dalam petakan yaitu 3,2 kg.
Gbr.7 tanaman siap dipanen Setelah itu, dilakukan analisis pertumbuhan tanaman kangkung dengan cara menganilisis pertumbuhan tanaman pada setiap sampelnya. Hal-hal yang dilakukan yaitu mennentukan diameter batang persampel, setelah itu menentukan tingkat kehijauan daun persampel, diameter batang dengan alat bantu jangka sorong,
menentukan berat daun, berat akar, berat
batang, dengan cara ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik, Rata-rata
dari
hasil
analisis
pengamatan
tinggi tanaman
dan jumlah
daun
menunjukkan pertambahan yang signifikan, karena pada setiap minggunya, tanaman selalu mengalami peningkatan pertumbuhan, hal ini dapat dilihat pada tabel hasil pengamatan. Pengamatan dilakukan dengan cara menganalisis tinggi tanaman dan jumlah daun bertujuan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan tanaman, apakah tanaman tersebut sudah dapat dikatakan pertumbuhannya baik atau kurang baik. Karena variabel yang digunakan untuk analaisis mengindikasikan kriteria pertumbuhan tanaman, jika hasil setiap variabel menunjukkan hasil yang positif, selalu mengalami peningkatan berarti hal ini dapat dikatakan pertumbuhan tanaman kangkung yang ditanaman secara lapang sesuai dengan prosedur yaitu dengan perlakuan pemberian pupuk kandang sebanyak 12 kg perpetakan, pemberian pupuk (SP36, KCL, Urea) masing-masi ng sebanyak 15 gr, 15 gr, 30 gr. Hasil produksi dapat dikatakan kurang baik, karena jika dibandingkan dengan hasil produksi pada petakan yang lainnya, hasil produksi pada petakan saya lebih rendah, hal
ini dapat dilihat pada kurva perbandingan hasil rata -rata pertumbuhan tanaman dari minggu ke minggu baik tinggi tanaman jumlah daun Dari hasil produksi yang didapat, dapat diambil anggapan bahwa hasil produksi tanaman kangkung saya kurang maksimal dikarenakan kondisi lahan yang kurang tersediaan pupuk sebagai unsur hara untuk pertumbuhan tanaman.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pertumbuhan tanaman kangkung darat pada praktikum ini kurang memadai menyebabkan pertumbuhan kangkung menjadi kurang maksimal produksinya. Dengan pemberian pupuk terhadap tanaman kangkung, maka tanah mempunyai unsur hara yang cukup untuk pertumbuhan tanaman kangkung. Setiap meningkatnya tinggi tanaman, jumlah daun yang dimiliki juga ikut bertambah. Perbedaan jumlah daun yang terjadi setiap tanaman, menjelaskan korelasi antara pertumbuhan tanaman dan daun. Sehingga pertumbuhan tunas yang aktif akan menyebabkan pembentukan daun yang aktif. Ketersediaan unsur hara sangat menetukan produksi saat pemanenan.
5.2 Saran
Saran yang dapat saya berikan pada praktikum das ar-dasar agronomi tentang budidaya tanaman kangkung darat kali ini yaitu pada penggunaan pupuk organik kompos yang digunakan benar-benar pupuk kompos yang telah terurai. Dan para dosen dan coass selalu membimbing praktikan di lahan jika terjadinya keadaan lahan dan kondisi tanaman kurang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anggara, R. 2009. Pengaruh Kangkung Darat (Ipomea reptans Poir.) Ter hadap Efek Sedasi Pada Mencit BALB/C. Fakultas Kedokteran UniversitasDiponegoro. Semarang. Harjadi, S.S. 1993. PengantarAgronomi. PT. Gramedia. Jakarta Kartika, J.G., D.S.Anas. 2008. Phosphorus Correlation Study for Vegetable Grown in Ultisols. Nangung, Bogor. Sanrem CRSP Working Paper no. 07-08. Palada, M. C. dan Chang L. C. 2003. Suggested Cultural Practices For Vegetable Amaranth. Asian Vegetable Research and Development Center. Rukmana, R. 1994. Bertanam Kangkung. Kanisius Yogyakarta. Selviningsih, Lina. 2006. Kajian berbagai padatan tanam terhadap pertumbuhan dan pertumbuhan dan hasil dua kultivar tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans Poir). Prosiding seminar. Sumaryono. 1984. Kunci Bercocok Tanam Sayur-Sayuran Penting di Indonesia.Seminar. Indonesia. Sunarjono, H. 2003. Bertanam 30 Jenis Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta. Yusrinawati, A., dkk. 2006. Pengaruh pemberian beberapa macam pupuk daun terhadap
pertumbuhan dan hasil tiga varietas kangkung darat (Ipomoea reptans) di lahan pasir pantai. Prosiding seminar skripsi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
LAMPIRAN
NO
TINGGI JUMLAH DAUN TANAMAN (CM) (CM) 1 7 4 2 6 4 3 11 5 4 2 4 5 5 4 6 6 3 7 5 4 8 10 5 9 5 4 10 7 4 11 8 4 12 9 4 13 9 4 14 4 3 15 5 4 16 5 4 17 6 4 18 10 6 19 6 4 20 10 6 21 7 4 22 6 4 23 6 4 24 5 4 25 11 6 26 7 4 27 5 4 28 8 4 29 7 4 30 8 5 Pengamatan Pengukuran Minggu Pertama Tinggi Tanaman Dan Helai Daun
Tabel.3 Pengkuran Minggu Ke Tiga (3) Tinggi Tanaman Dan Helai Daun
NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
TINGGI TANAMAN (CM) 18 13 15 8 12 14 10 20 10 16 17 13 13 10 13 14 13 16 11 16 12 11 13 9 19 10 10 18 15 18
JUMLAH DAUN (CM) 9 9 9 7 9 10 9 9 8 10 10 9 8 8 6 8 9 10 8 12 9 9 10 8 9 8 9 8 10 10
NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
TINGGI TANAMAN (CM) 10 8 14 3 6 8 7 12 6 9 10 11 11 6 6 7 8 13 8 12 9 8 8 6 13 9 8 10 9 11
JUMLAH DAUN (CM) 8 6 9 4 6 7 7 7 8 8 8 7 7 8 6 6 8 9 7 9 7 9 7 6 8 7 9 7 7 8
Pengamatan Pengukuran Tinggi Tanaman Dan Helai Daun Minggu Ke Dua (2)
Pengukuran Diameter Batang
No
Sampel
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
sampel 1 sampel 2 sampel 3 sampel 4 sampel 5 sampel 6 sampel 7 sampel 8 sampel 9 sampel 10 sampel 11 sampel 12 sampel 13 sampel 14 sampel 15 sampel 16 sampel 17 sampel 18 sampel 19 sampel 20 sampel 21 sampel 22 sampel 23 sampel 24 sampel 25 sampel 26 sampel 27 sampel 28 sampel 29 sampel 30
Diameter batang (mm) 0,74 0,11 0,44 0,41 0,44 0,62 0,34 0,32 0,55 0,62 0,52 0,84 0,84 0,86 0,10 0,63 0,45 0,44 0,51 0,83 0,93 0,61 0,94 0,42 0,34 0,43 0,54 0,74 0,52 0,31
Diposkan oleh JMB di 00.15 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest Tidak ada komentar: Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Mengenai Saya
JMB JEKY MIHARJA Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
▼
2016 (28) ► April (6) o ▼ Maret (22) o laporan dasgron akhir kangkung darat agrotek unib LAPORAN PRAKTIKUMDASAR-DASAR PERLINDUNGANTANAMANN... LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN... LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN... LAPORAN PRAKTIKUM DASAR – DASAR ILMU TANAH Acara 1... LAPORAN PRAKTIKUM DASAR – DASAR ILMU TANAH Acara I... LAPORAN PRAKTIKUM DASAR – DASAR ILMU TANAH ACARA 4... LAPORAN PRAKTIKUM DASAR – DASAR ILMU TANAH Acara I... LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH ACARA
5 “...
laporan dasgron akhir kangkung darat agrotek unib LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR AGRONOMI BUDIDAYA... LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR AGRONOMI BUDIDAYA... LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR AGRONOMI BUDIDAYA... LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA Alat-Alat Laboratorium ... LAPORAN GENETIKA SIL SILAH KELUARGA FP UNIVERSITAS... LAPORAN GENETIKA MITOSIS AGROEKOTEKNOLOGI UNIB laporan genetika interaksi gen universitas bengkul... laporan praktikum biologi fp agroekoteknologi univ... laporan praktikum biologi fp agroekoteknologi univ...