COMMISSIONING TRANSFORMATOR Commissioning transformator merupakan proses pengecekan kondisi sebuah transformator yang dilakukan sesuai dengan prosedur dan syarat yang telah ditentukan. Dalam hal ini, PT Bambang Djaja sebagai produsen Transformator mempunyai standar dalam melakukan commissioning transformator. Pada tanggal 7 september 2016, kami melakukan proses commissioning transformator di Hotel Amaris Margorejo dengan data transformator sebagai berikut : Data Trafo No. Seri
: 1602231
Tegangan LV
: 400 V
Kapasitas
: 400 KVA
V. Group
: Dyn5
Tegangan HV
: 20 KV
Frekuensi
: 50 H
Gambar 1. Data Transformator
Transformator yang dilakukan commissioning adalah tranformator Hermetically Sealed ( SPLN D3.002-1 : 2007 ). Trafo ini merupakan trafo distribusi PLN type Hermatical dengan Full Oil Fill Sistem hermetical ini adalah dengan mengisi seluruh ruang di dalam tangki dengan minyak. Sistem ini diterapkan pada tangki yang dikonstruksi dengan sirip pendingin dari pelat yang fleksibel (corrugated), yang dapat membuat volume tangki bersifat variable, membesar saat beban tinggi dan kembali mengecil pada beban yang lebih rendah.
Prosedur Commissioning Tranformator antara lain : 1. Pengukuran Tahanan Isolasi ( Megger ) Pengukuran tahanan isolasi dilakukan pada sisi Tegangan Tinggi ( HV ) ke Ground, sisi Tegangan Tinggi ( HV ) ke Tegangan Rendah ( LV ), dan sisi Tegangan Rendah ( LV ) ke Ground dengan diberikan tegangan selama 1 menit. Setelah 1 menit, masing-masing tahanan isolasi diukur. Tahanan isolasi antara masing-masing sisi tersebut harus > 500 MΩ.
Gambar 2. Proses Pengukuran tahanan isolasi Hasil Pengukuran tahanan isolasi : Tahanan HV - Gnd LV - Gnd LV - HV Antar HV Antar LV Isolasi ( MΩ )
16,9
18,3
34,1
0
0
Pos. Tap 3
Tabel 1. Hasil Pengukuran tahanan isolasi Hasil pengukuran diatas menunjukkan bahwa tahanan isolasi masing-masing sisi telah memenuhi standar yaitu > 500 MΩ. Sebelum melakukan pengukuran, terlebih dahulu bushing dibersihkan dari debu dan seluruh kabel yang terhubung dengan bushing dilepas secara manual.
Gambar 2. Proses pembersihan HV dari debu
2. Pemeriksaan Tap Changer dan Sambungan Lead Pemeriksaan dilakukan untuk mengecek apakah sambungan lead antar fasa HV dan antar fasa LV sudah terkoneksi dan pemeriksaan Tap Changer. Pemeriksaan sambungan lead dilakukan dengan cara Megger, atau Multi Tester. Dalam kesempatan commissioning transformator ini, kami menggunakan metode pengukuran Multi Tester.
Gambar 3. Pemeriksaan sambungan Lead Sedangkan untuk mengatur posisi Tap Changer adalah sebagai berikut : a. b. c. d.
Memastikan Transformator tidak bertegangan. Misal : Transformator 20 kV/400 V dikehendaki output 400 V, tetapi pada tap 3 terukur 380 V, berarti tegangan input 20 kV/400 V x 380 = 19 kV ( Lihat pada name plate ). Angkat handle tap changer, pindah ke posisi tap lain. Gunakan Multi Tester, pastikan koneksi antar phasa sisi HV terhubung ( short ).
Gambar 4. Mengatur posisi Tap Changer
3. Pemeriksaan Level Minyak Pemeriksaan ini dilakukan apakah minyak dalam kondisi level rendah, atau berada pada kondisi level nominal. Pada kondisi level rendah, switch akan normally close, dan saat kondisi level nominal, switch akan normally open.
Gambar 4. Pemeriksaan level minyak Saat proses commissioning, kita juga mengecek apakah switch dalam kondisi normally open atau normally close sesuai gambar diatas menggunakan multimeter, dan setelah dilakukan pengecekan semua kondisi switch dalam kondisi baik. Selain level minyak, tekanan minyak juga dilengkapi dengan switch. Tekanan pada minyak transformator harus < 50 kPa.
Gambar 5. Pressure Relief Device trafo tekanan 50 kPa 4. Pengesetan Peralatan Pengaman Transformator Beberapa peralatan pada transformator yang perlu dilakukan pengesetan diantaranya : a. Oil Level b. Oil Thermometer
c. MPRD ( Medium Pressure Relief Device ) d. Buchlolz Relay e. Winding Thermo f. DGPT2 / RIS Saat melakukan commisioning, kita melakukan simulasi alarm dan tripping. Saat simulasi dilakukan trafo tidak dalam kondisi bertegangan dan hanya memastikan apakah set oli level telah dilakukan dengan baik. Simulasi berjalan dengan baik, trafo trip saat oil level melewati kondisi batas rendahnya, switch menjadi normally open.
Gambar 6. Simulasi tripping transformator 4.1 DMCR / RIS ( Detection Measurement and Control Relay ) Merupakan Relai proteksi dengan kontak NO dan NC yang di desain untuk Transformator Hermatically Sealed. Alat ini dapat digunakan sebagai internal parameter kontrol dalam trasnformator, seperti tekanan, temperatur, Oil level, dan deteksi gas.
Oil Temperatur
Oil level kondisi normal
Gambar 7. Detection Measurement and Control Relay
Berikut adalah tabel dalam standar penggunaan D.M.C.R : Finding
Recommended adjustment Fault detected Action to be taken
Gas emitted or drop in level
Large float at the top
Serious fault
De-energize unit
0.20 bar
Serious fault
De-energize unit
Thermostat threshold 1
90°C
Overvoltages
Activate alarm
Thermostat threshold 2
100°C
Overvoltages
De-energize unit
Pressure switch
Pada gambar D.M.C.R diatas minyak berada pada kondisi nominal, artinya terjadi kondisi pada minyak yang tidak sesuai lagi dengan standar, misalnya level tegangan tembus yang drop, banyak terdapat gelembung udara di dalam minyak, dll maka switch secara otomatis akan membuka dan memutus tegangan yang masuk ke transformator sehingga sistem akan Trip. Semua sistem indikator terhubung secara paralel, artinya apabila salah satu dari ketiga syarat terpenuhi, maka transformator akan trip. 5. Pemeriksaan kebocoran packing bushing dan kondisi fisik cover Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan apakah kondisi bushing dan cover dalam kondisi baik. Hasil pemeriksaan saat commissioning menunjukkan bahwa kondisi fisik dari bushing dalam kondisi baik. Pemeriksaan cover juga tidak ditemukan kebocoran. Berikut hasil dari pemeriksaan saat commisioning transformator : Kondisi Fisik
HV Bushing
LV Bushing
Level minyak
Kebocoran
Roda
Body & Rad
Ok
Ok
Ok
-
Ok
Ok
Tabel 2. Kondisi fisik cover dan Bushing
Gambar 8. Kondisi fisik cover dan Bushing
6. Pemeriksaan kontak switch pada D.M.C.R
Gambar 9. Switch Kontak switch pada D.M.C.R mewakili fungsi kerja dari 3 sensor, yaitu level/Gas, Tekanan ( Pressure ), dan temperatur. Pemeriksaan kontak switch dilakukan dengan menggunakan multimeter dan semua kontak switch ini pada posisi normally close. Kontak ini berada pada 1 tempat dalam sistem D.M.C.R, dimana prinsip kerjanya sama seperti relay. Apabila ada gangguan pada internal transformator, maka kontak akan normally open dan transformator akan trip ( memutus sumber tegangan yang masuk ke trafo ). Tabel DMCR Protection Relay Breaking and making capacity Temperatur
240 V 50 / 60 Hz
6A
Cos ᵠ > 0.5
Alarm
24 V 48 VDC
4A
L / R 40 ms
Tripping
220 VDC
500 mA
L / R 40 ms
240 V 50 / 60 Hz
6A
Cos ᵠ > 0.5
24 V 48 VDC
2A
L / R 40 ms
220 VDC
200 mA
L / R 40 ms
240 V 50 / 60 Hz
1A
Cos ᵠ > 0.5
24 V 48 VDC
1A
L / R 40 ms
220 VDC
100 mA
L / R 40 ms
Pressure
Oil level / Gas
Tabel 3. Standar operasional Kontak D.M.C.R
7. Pemasangan kabel Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan kabel saat commissioning transformator, diantaranya adalah : 1. Tidak membebani Bushing 2. Kencangkan sehingga tidak ada loss contact. Tekanan sekrup yang menghubungkan antara kabel bertekanan dengan bushing harus sebesar 50 Nm. Dan alat yang digunakan untuk mengukur tekanan sekrup adalah Torsi Meter. Torsi meter
Proses pengencangan sekrup LV bushing transformator dengan kabel yang akan terhubung ke beban. Prosedur menggunakan alat Torsi meter adalah setting alat torsi meter sebesar 50 Nm, kemudian mata sekrup disesuaikan dengan ukuran sekrup. Putar torsi meter searah jarum jam ( clockwise ) untuk mengencangkan sekrup sampai mencapai nilai 50 Nm pada layar digital torsi meter. Setelah mendekati nilai 50 Nm, led pada torsi meter akan berkedip dan mengeluarkan bunyi beep sampai kekencangan sekrup mencapai 50 Nm. Gambar 10. Pengencangan skrup dengan torsi meter 3. Gunakan schoon kabel sesuai tipe dan ukuran kabel HV cable, 1 x 95 mm2 12 / 20 kV N2X5Y LV cable, PVC 1 x 240 mm2 0.6/1 kV NYY
LV cable, PVC 1 x 240 mm2 0.6/1 kV NYY
4. Jika menggunakan banyak kabel buatlah rak kabel, sehingga bushing tidak terkena gaya tarik / beban kabel. Untuk menghindari kebocoran atau pecah bushing. 5. Hindari memasukkan kabel satu phasa dalam pipa besi/cincin besi, karena akan menimbulkan panas yang dapat merusak isolaso kabel. 8. Pentanahan Transformator Prosedur pentanahan transformator adalah sebagai berikut : a. Ketanahkan tangki dan cover untuk mengamankan operator terhadap tegangan sentuh. b. Ketanahkan juga titik netral transformator pada sambungan bintang atau sigzag untuk stabilisasi tegangan output. c. Ketanahkan arester. 9. Parallel Transformator Jika pada aplikasinya trafo akan diparalel dengan trafo lain, sebaiknya dalam pemesanan disebutkan karakteristik trafo yang telah ada. Persyaratan paralel transformator adalah : a. Besar tegangan harus sama b. Vector grup harus sama c. Frekuensi sama d. Impedansi sama Sebelum mengoperasikan pastikan kembali bahwa urutan dasa dan tegangan transformator yang akan diparalel adalah sama. 10. Pemeriksaan setelah energise Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut : a. Tegangan input dan output trafo phasa-phasa dan phasa netral b. Urutan phasa c. Noise Transformator Bila ditemukan noise/bunyi yang tidak normal, periksa : 1. Tegangan transformator, kenaikan tegangan mengakibatkan kenaikan fluk density inti besi, sehingga noise juga meningkat. Ubah tap pada tegangan yang sesuai. 2. Grounding dan koneksi kabel. 3. Pengencangan skrup baut pada assesories dan tangki trafo. 4. Jika bunyi dalam tangki, lakukan pemeriksaan bagian dalam.