BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG
Kebutuhan gizi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan anak, mengingat manfaat gizi dalam tubuh dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak, serta mencegah terjadinya berbagai penyakit akibat kurang gizi dalam tubuh. Adapaun salah satu penyebab dari gangguan status gizi adalah penyakit cacingan. Bila status gizi buruk akan menyebabkan gangguan gizi, anemia, gangguan pertumbuhan dan tingkat kecerdasan anak menurun. Sekitar 40 hingga 60 persen penduduk Indonesia menderita cacingan dan data WHO menyebutkan lebih dari satu milliar penduduk dunia juga menderita cacingan. Sebagian besar penderita cacingan hidup di wilayah kumuh. Dan penderita di kalangan anak sekolah pun masih cukup tinggi. Menurut survei yang pernah dilakukan oleh Sub Direktorat Penanggulangan dan Pencegahan Diare, Cacingan, dan ISPL, Departemen Kesehatan Jakarta di suatu daerah terutama pada anak Sekolah Dasar (SD) menyebutkan sekitar 49,5 persen dari 3160 siswa di 13 SD ternyata menderita cacingan. Siswa perempuan memiliki prevalensi lebih tinggi yaitu 51,5 persen dibandingkan dengan siswa laki-laki yang hanya 48,5 persen. Studi pendahuluan yang dilaksanakan di salah satu sekolah kota Surabaya, tepatnya di sekolah Al Mustofa Surabaya, pada bulan Januari 2009 pernah terjadi satu kasus penyakit cacingan. Yaitu dari 5 siswa yang diperiksa ada salah satu siswa yang positif terdapat telur cacing. Sebelum anak terkena cacingan, terlebih dahulu telur cacing keluar dari perut manusia bersama feses. Jika limbah manusia itu dialirkan ke sungai atau got, maka setiap tetes air akan terkontaminasi telur cacing. Jika air yang telah tercemar dipakai oleh orang lain untuk menyirami tanaman atau aspal jalan, telur-telur itu naik ke darat. Begitu air mengering, mereka menempel pada butiran debu. Telur lainnya terbang ke tempat-tempat yang sering dipegang tangan manusia. Lewat interaksi sehari-hari, mereka bisa berpindah dari satu tangan ke tangan lain. Karena menular lewat makanan, sehingga dapat menelan telur cacing dari sayuran mentah yang dicuci kurang 1
bersih, ketika menetas cacing tersebut akan tinggal di usus halus dan akan tinggal di perut anak tersebut. Setelah mencapai umur 2 - 3 bulan, cacing akan menjelma menjadi seekor cacing betina dewasa yang siap bertelur dan akan membuat siklus baru buat cacing-cacing generasi berikutnya. Setelah terinfeksi akan mengalami kekurangan hemoglobin (Hb) hingga 12 gr persen dan akan berdampak terhadap kemampuan darah membawa oksigen ke berbagai jaringan tubuh, termasuk ke otak. Akibatnya, penderita cacingan terserang penurunan daya tahan tubuh serta metabolisme jaringan otak. Bahkan dalam jangka panjang, penderita akan mengalami kelemahan fisik dan intelektualitas. Jika anak-anak sudah terinfeksi cacing, baisanya akan menunjukkan gejala keterlambatan fisik, mental dan seksual.
I.2.TUJUAN I.2.1.TUJUAN UMUM Setelah memberikan penyuluhan tentang Pencegahan Cacingan Pada Anak di Posyandu Balita Jatisari, Desa Punung, Kecamatan punung diharapkan ibu-ibu dapat mengetahui tentang Pencegahan Cacingan Pada Anak I.2.2.TUJUAN KHUSUS Setelah memberikan penyuluhan tentang Pencegahan Cacingan Pada Anak, diharapkan ibuibu di Posyandu Balita Jatisari, Desa Punung, Kecamatan Punung dapat mengerti dan memahami tentang : 1. 2. 3. 4.
Apa yang dimaksud dengan Cacingan Pada Anak Mengetahui penyebab dari Cacingan Pada Anak Mengetahui efek yang ditimbulkan dari penyakit Cacingan Pada Anak Mengetahui cara pencegahan Cacingan Pada Anak
I.3.MANFAAT 2
I.3.1.Manfaat Bagi Masyarakat Pengetahuan yang diberikan diharapkan dapat menambang pengetahuan masyarakat tentang Pencegahan Cacingan Pada Anak. Sehingga ibu – ibu dapat mengetahui penyebab, melakukan tindakan pencegahan untuk terhindar dari penyakit Cacingan pada Anak sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak tidak terganggu I.3.2.Manfaat Bagi Dokter Internship Dokter Internship mampu menjalankan fungsinya memberikan pengetahuan tentang Pencegahan Cacingan Pada Anak kepada masyarakat. Selain itu, dapat melatih diri dalam pelayanan kesehatan di masyarakat, bukan hanya dalam terapi penyakit tetapi dalam promosi kesehatan dan preventif penyakit. I.3.3.Manfaat Bagi Puskesmas Punung Pengetahuan masyarakat mengenai Pencegahan Cacingan Pada Anak dapat membantu meningkatkan kualitas hidup masyarakat terutama untuk anak – anak yang sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan, sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak tidak terganggu, serta sebagai salah satu upaya promosi kesehatan dari Puskesmas
BAB II 3
TINJAUAN PUSTAKA
II.1.Pengertian cacingan Cacingan adalah penyakit yang disebabkan oleh jenis cacing-cacing khusus yang ditularkan melalui tanah dan sarana penularan lainnya. Tempat bersarang cacing-cacing ini di dalam tubuh manusia pun berbeda, ada yang bersarang di usus halus seperti cacing gelang dan cacing tambang. Ada juga yang bermukim di usus besar seperti cacing cambuk. Cacingan merupakan penyakit khas daerah tropis dan sub-tropis, dan biasanya meningkat ketika musim hujan. Pada saat tersebut, sungai dan kakus meluap, dan larva (masa hidup setelah telur) cacing menyebar ke berbagai tempat yang sangat mungkin dapat bersentuhan dan masuk ke dalam tubuh manusia. Larva cacing yang masuk ke dalam tubuh perlu waktu 13 minggu untuk berkembang. Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan.
II.2.Cacing penyebab penyakit Penyakit infeksi cacing dapat di sebabkan oleh beberapa jenis cacing, dintaranya adalah Ascaris
lumbricoides yang
americanus dan Ancylostoma
menyebabkan
duodenale yang
askariasis, Necator
menyebabkan
necatoriasis
dan
anchilostomiasis, Enterobius vermicucularis yang menyebabkan enterobiasis,Trichuris trichiura (Trichocephalus trichuriasis, Strongyloides
dispar,
cacing
stercoralis yang
cambuk)
menyebabkan
yang
menyebabkan
strongiloidiasisTrichinella
spiralis (Trichina worm, cacing trichina) yang menyebabkan, Toxocara canis (dog worm) dan Toxocara cati (cat worm) umunya menginfeksi hewan (anjing dan kucing) tapi kadangkadang cacing ini dapat hidup pada manusia sebagai parasit yang mengembara(erratic parasit)
yang
menyebabkan
penyakit
viceral
larva
migrans, Ancylostoma
braziliense dan Ancylostoma caninum yang menyebabkan creeping eruption pada manusia dan cacing-cacing jenis lain yang dapat menginfeksi manusia .
II.3. Jenis Cacing 4
II.3.1.Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides) Manusia merupakan satu-satunya hospes (tempat hidup) cacing ini. Cacing jantan berukuran 10 – 30 cm, sedangkan betina 22 – 35 cm, pada stadium dewasa hidup di rongga usus halus, cacing betina dapat bertelur sampai 100.000 – 200.000 butir sehari, terdiri dari telur yang dibuahi dan telur yang tidak dibuahi. Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi tumbuh menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk infektif ini bila tertelan manusia, akan menetas menjadi larva di usus halus, larva tersebut menembus dinding usus menuju pembuluh darah atau saluran limfa dan dialirkan ke jantung lalu mengikuti aliran darah ke paru-paru menembus dinding pembuluh darah, lalu melalui dinding alveolus masuk rongga alveolus, kemudian naik ke trachea melalui bronchiolus dan broncus. Dari trachea larva menuju ke faring, sehingga menimbulkan rangsangan batuk, kemudian tertelan masuk ke dalam esofagus lalu menuju ke usus halus, tumbuh menjadi cacing dewasa. Proses tersebut memerlukan waktu kurang lebih 2 bulan sejak tertelan sampai menjadi cacing dewasa II.3.2.Cacing Tambang Cacing tambang Hospes parasit ini adalah manusia, Cacing dewasa hidup di rongga usus halus dengan giginya melekat pada mucosa usus. Cacing betina menghasilkan 9.000 – 10.000 butir telur sehari. Cacing betina mempunyai panjang sekitar 1 cm, cacing jantan kira-kira 0,8 cm, cacing dewasa berbentuk seperti huruf S atau C dan di dalam mulutnya ada sepasang gigi. Daur hidup cacing tambang adalah sebagai berikut, telur cacing akan keluar bersama tinja, setelah 1 – 1,5 hari dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi larva rabditiform. Dalam waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi larva filariform yang dapat menembus kulit dan dapat bertahan hidup 7–8 minggu di tanah. Setelah menembus kulit, larva ikut aliran darah ke jantung terus ke paru-paru. Di paru-paru menembus pembuluh darah masuk ke bronchus lalu ke trachea dan laring. Dari laring, larva ikut tertelan dan masuk ke dalam usus halus dan menjadi cacing dewasa. Infeksi terjadi bila larva filariform menembus kulit atau ikut tertelan bersama makanan. II.3.3,Cacing Cambuk Manusia merupakan hospes cacing ini. Cacing betina panjangnya sekitar 5 cm dan yang jantan sekitar 4 cm. Cacing dewasa hidup di kolon asendens dengan bagian anteriornya masuk ke dalam mukosa usus. Satu ekor cacing betina diperkirakan menghasilkan telur sehari 5
sekitar 3.000 – 5.000 butir. Telur yang dibuahi dikelurkan dari hospes bersama tinja, telur menjadi matang (berisi larva dan infektif) dalam waktu 3 – 6 minggu di dalam tanah yang lembab dan teduh. Cara infeksi langsung terjadi bila telur yang matang tertelan oleh manusia (hospes), kemudian larva akan keluar dari telur dan masuk ke dalam usus halus sesudah menjadi dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan masuk ke kolon asendens dan sekum. Masa pertumbuhan mulai tertelan sampai menjadi cacing dewasa betina dan siap bertelur sekitar 30 – 90 hari.
II.4.Gejala Cacingan II.4.1.Gejala Umum Secara keseluruhan gejala-gejala kecacingan adalah • Berbadan kurus dan perrtumbuhan terganggu (kurang gizi) • Kurang darah (anemia) •
Daya tahan tubuh rendah,sering-sering sakit, lemah dan senang menjadi letih sehinnga sering tidak hadir sekolah dan mengakibatkan nilai pelajaran turun.
Gejala-gejala ini terjadi karena cacing Ascaris Lumbricoides hidup dalam rongga usus manusia dan mengambil makanan terutama karbohidrat dan protein, 1 ekor cacing akan mengambil karbohidrat 0,14 gram/hari dan protein 0,035 gram/hari. Akibat adanya cacing ascaris dalam tubuh, maka anak yang mengkonsumsi makanan yang kurang gizi dapat dengan mudah akan jatuh kedalam kekurangan gizi buruk, sedangkan
6
cacing trichuris dan cacing tambang disamping mengambil makanan juga akan menghisap darah sehingga dapat menyebabkan anemia. II.4.2.Gejala Khusus II.4.2.1.Cacing Gelang Sering kembung, mual, dan muntah-muntah. Kehilangan nafsu makan dibarengi diare, akibat ketidakberesan di saluran pencernaan. Pada kasus yang berat, penderita mengalami kekurangan gizi. Cacing gelang yang jumlahnya banyak, akan menggumpal dan berbentuk seperti bola, sehingga menyebabkan terjadinya sumbatan di saluran pencernaan. II.4.2.2.Cacing Cambuk Dapat menimbulkan peradangan di sekitar tempat hidup si cacing, misalnya di membrane usus besar. Pada kondisi ringan, gejala tidak terlalu tampak. Tapi bila sudah parah dapat mengakibatkan diare berkepanjangan. Jika dibiarkan akan mengakibatkan pendarahan usus dan anemia. Peradangan bisa menimbulkan gangguan perut yang hebat, yang menyebabkan mual, muntah, dan perut kembung.
II.4.2.3.Cacing Tambang Cacing tambang menetas di luar tubuh manusia, larvanya masuk kedalam tubuh melalui kulit. Cacing tambang yang hidup menempel di usus halus menghisap darah si penderita. Gejala yang biasa muncul adalah lesu, pucat, dan anemia berat. II.4.2.4.Cacing Kremi Telur cacing ini masuk ke dalam tubuh melalui mulut, lalu bersarang di usus besar. Setelah dewasa, cacing berpindah ke anus. Dalam jumlah banyak, cacing ini bisa menimbulkan gatalgatal di malam hari. Tidak heran bila si kecil nampak rewel akibat gatal-gatal yang tidak dapat ditahan. Olesi daerah anusnya dengan baby oil dan pisahkan semua peralatan yang bisa menjadi media penyebar, seperti handuk, celana, pakaian.
II.5.Penularan Cacingan
7
Penularan kecacingan secara umum melalui dua cara 1. Anak buang air besar sembarangan – Tinja yang mengandungi telur cacing mencemari tanah – Telur menempel di tangan atau kuku ketika mereka sedang bermain– Ketika makan atau minum, telur cacing masuk ke dalam mulut – tertelan – kemudian orang akan cacingan dan seterusnya terjadilah infestasi cacing. 2. Anak buang air besar sembarangan – tinja yang mengandung telur cacing mencemari tanah – dikerumuni lalat – lalat hinggap di makanan atau minuman – makanan atau minuman yang mengandungi telur cacing masuk melalui mulut – tertelan – dan selanjutnya orang akan cacingan – infestasi cacingpun terjadi.
siklus masuknya penyakit kecacingan pada tubuh manusia melaui dua cara yaitu Pertama : telur yang infektif masuk melalui mulut, tertelan kemudian masuk usus besar , beberapa lama hari kemudian menetas jadi larva lalu menjadi dewasa dan berkembang biak. Kedua : telur menetas ditanah lalu menjadi larva infektif kemudian masuk melalui kulit kaki atau tangan menerobos masuk ke pembuluh darah terus ke jantung berpindah paruparu, lalu
terjerat di
tenggorakan masuk kerongkongan lalu usus halus kemudian
menjadi dewasa dan berkembang biak. II.6.Pencegahan Penyakit Cacingan
Cucilah tangan sebelum makan.
Budayakan kebiasaan dan perilaku pada diri sendiri, anak dan keluarga untuk mencuci tangan sebelum makan. Kebiasaan akan terpupuk dengan baik apabila orangtua meneladani. Dengan mencuci tangan makan akan mengeliminir masuknya telur cacing ke mulut sebagai jalan masuk pertama ke tempat berkembang biak cacing di perut kita. 8
Pakailah alas kaki jika menginjak tanah. Jenis cacing ada macamnya. Cara masuknya pun beragam macam, salah satunya adalah cacing tambang (Necator americanus ataupun Ankylostoma duodenale). Kedua jenis cacing ini masuk melalui larva cacing yang menembus kulit di kaki, yang kemudian jalan-jalan sampai ke usus melalui trayek saluran getah bening. Kejadian ini sering disebut sebagai Cutaneus Larva Migran (dari namanya ini kita sudah tahu lah apa artinya; cutaneus: kulit, larva: larva, migrant: berpindah). Nah, setelah larva cacing sampai ke usus, larva ini tumbuh dewasa dan terus berkembang biak dan menghisap darah manusia. Oleh sebab itu Anda akan anemia. *Lha wong berbagi darah dan hidup dengan cacing
Gunting dan bersihkan kuku secara teratur. Kadang telur cacing yang terselip di antara kuku Anda dan selamat masuk ke usus Anda dan mendirikan koloni di sana.
Jangan buang air besar sembarangan dan cuci tangan saat membasuh. Setiap kotoran baiknya dikelola dengan baik, termasuk kotoran manusia. Di negara kita masih banyak warga yang memanfaatkan sungai untuk buang hajat. Dengan perilaku ini maka kotoran-kotoran ini akan liar tidak terjaga, sehingga mencemari lingkungannya. Dan, jika lingkungan sudah cemar, penularan sering tidak pandang bulu. Orang yang sudah menjaga diri sebersih mungkin sekalipun masih dapat dihinggapi parasit cacing ini.
Bertanam atau Berkebunlah dengan baik. Ambillah air yang masih baik untuk menyiram tanaman. Agar air ini senantiasa baik maka usahakan lingkungan sebaik mungkin. Menjaga alam ini termasuk bagian dalam merawat kesehatan.
Peduli lah dengan lingkungan, maka akan dapat memanfaatkan hasil yang baik. Jika air yang digunakan terkontaminasi dengan tinja manusia, bukan tidak mungkin telur cacing bertahan pada kelopak-kelopak tanaman yang ditanam dan terbawa hingga ke meja makan.
Cucilah sayur dengan baik sebelum diolah. Cucilah sayur di bawah air yang mengalir. Mengapa demikian? Ya, agar kotoran yang melekat akan terbawa air yang mengalir, di samping itu nilai gizi sayuran tidak hilang jika dicuci di bawah air yang mengalir. Cara mengolah sayuran yang baik dapat Anda lihat di artikel Cerdas mengolah Sayuran : Menjamin Ketersediaan Nutrisi.
9
Hati-hatilah makan makanan mentah atau setengah matang, terutama di daerah yang sanitasinya buruk. Perlu dicermati juga, makanan mentah tidak selamanya buruk. Yang harus diperhatikan adalah kebersihan bahan makanan agar makanan dapat kita makan sesegar mungkin sehingga enzim yang terkandung dalam makanan dapat kita rasakan manfaatnya. Ulasan saya tentang makanan mentah yang menyehatkan dapat dilihat pada artikel Diet Sunda ini.
Buanglah kotoran hewan hewan peliharaan kesayangan Anda seperti kucing atau anjing pada tempat pembuangan khusus
Pencegahan dengan meminum obat anti cacing setiap 6 bulan, terutama bagi Anda yang risiko tinggi terkena infestasi cacing ini, seperti petani, anak-anak yang sering bermain pasir, pekerja kebun, dan pekerja tambang (orang-orang yang terlalu sering berhubungan dengan tanah.
II.7.Pengobatan Penyakit Cacingan
Penanganan untuk mengatasi infeksi cacing dengan obat-obatan merupakan pilihan yang dianjurkan. Obat anti cacing Golongan Pirantel Pamoat (Combantrin dan lainlain) merupakan anti cacing yang efektif untuk mengatasi sebagian besar infeksi yang disebabkan parasit cacing.
Intervensi berupa pemberian obat cacing ( obat pirantel pamoat 10 mg / kg BB dan albendazole 10 mg/kg BB ) dosis tunggal diberikan tiap 6 bulan pada anak SD dapay mengurangi angka kejadian infeksi ini pada suatu daerah
Paduan yang serasi antara upaya prevensi dan terapi akan memberikan tingkat keberhasilan yang memuaskan, sehingga infeksi cacing secara perlahan dapat diatasi secara maksimal, tuntas dan paripurna
BAB III PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI 10
III.1.Perencanaan III.1.1. Sasaran Kegiatan penyuluhan tentang Pencegahan Cacingan Pada Anak di Posyandu Balita Jatisari, Desa Punung, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan. III.1.2. Waktu Kegiatan Kegiatan ini dilakukan di Posyandu Balita Jatisari tanggal 18 Mei 2013 III.1.3. Lokasi Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Pencegahan Cacingan Pada Anak di Posyandu Balita Jatisari, Desa Punung, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan.
III.2. Pemilihan Intervensi Pemilihan intervensi adalah berupa pemberian penyuluhan tentang Pencegahan Cacingan Pada Anak di Posyandu Balita Jatisari, Desa Punung, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan
BAB IV PELAKSANAAN DAN INTERVENSI
11
Pada tanggal 18 Mei 2013 dilakukan Penyuluhan tentang Pencegahan Cacingan Pada Anak di Posyandu Balita Jatisari, Desa Punung, Kecamatan Punung yang dihadiri sekitar 20 ibu yang memiliki balita, 3 kader posyandu, dan 1 staff perawat Puskesmas Punung. Materi yang diberikan berupa 1. 2. 3. 4. 5.
Pengertian tentang penyakit cacingan Gejala Cacingan Pada Anak Penyebab Cacingan Pada Anak Pencegahan Cacingan Pada Anak Pengobatan Cacingan Pada Anak Setelah dilakukan pemberian materi, para peserta dapat melakukan tanya jawab
dengan narasumber. Ibu – ibu yang memiliki anak dan kader desa diharapkan dapat lebih mudah dan lebih mengerti tentang Pencegahan Cacingan Pada Anak sehingga tidak megganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
DAFTAR PUSTAKA
12
1. Agustina. 2000. Telur Cacing Ascaris Lumbricoides pada Tinja dan Kuku Anak Balita serta pada tanah di Kecamatan Paseh Kabupaten Bandung, Jawa Barat 2. Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta 3. Azwar A 1993. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Mutiara, Jakarta 4. Bakta IM. 1995. Aspek Epidemiologi Infeksi Cacing Tambang Pada Penduduk Dewasa Desa Jagapati Bali, Jurnal Medika, Jakarta 5. Brown 1983. Dasar Parasitologi Klinis, Penerjemah Rukmono, Jakarta 6. Budiarto E 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran, EGC, Jakarta 7. Depkes RI, 1998. Pedoman Program Pemberantasan Penyakit Kecacingan, Jakarta 8. Dirjen P2M & PL 1998. Pedoman Program Pemberantasan Penyakit Kecacingan, Depkes RI, Jakarta 9. Entjang I 2001. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Citra Aditya Bakti, Bandung 10. Fatmandini A.S 1998. Infeksi Cacingan Usus yang Ditularkan Melalui Tanah Kaitannya dengan Perilaku Anak dan Status Gizinya di SD Negeri Sleman, Program Pasca sarjana, Universitas Gajah Mada, Yogjakarta FKUI, 2010. Parasitologi Kedokteran, Jakarta. 11. Gandahusada S. Ilahude H, Herry D dan Pribadi W 2004, Parasitologi Kedokteran. FK UI, Jakarta 12. Ginting L. 2005. Faktor-faktor yang mempengaruhi Infestasi Kecacingan anak SD di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, Program Pasca sarjana, Universitas Indonesia, Jakarta. 13. Ginting. 2008. Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar di Desa Tertinggal, Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir, Universitas Sumatera Utara. 14. Hadidjaja P 1994. Masalah
Penyakit
Kecacingan
di
Indonesia
dan
Penanggulangannya, Majalah Kedokteran Indonesia, Jakarta 15. Helmy D. 2000. Penyakit cacing di Unit Pemukiman Transmigrasi Propinsi Bengkulu Pada Anak Sekolah Dasar, Media Litbang Kesehatan, Jakarta 16. Hidayat,T., 2002. Kesehatan Lingkungan Higine perseorangan dan Intensitas penyakit kecacingan dengan status gizi pada anak sekolah dasar di kota Mataram. Thesis Program Pasca Sarjana, UGM, Yokyakarta. 17. Nelson (1994). Ilmu Kesehatan Anak. Bagian ke – 2. EGC. Jakarta. 18. Mahzumi W. 2000. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Angka Kecacingan Dalam Program Pemberian Obat Cacing Anak Usia Sekolah, Program Pasca Sarjana UGM, Yogjakarta.
13