BUKU SAKU KADER KESEHATAN PEDULI IMUNISASI
DINAS KESEHATAN KOTA SUKABUMI Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Sie Survailance dan Imunisasi
Pendahuluan
P
rogramimunisasidiselenggarakandiIndonesiasejaktahun1956, akan tetapi hingga saat ini masih banyak anak yang belum mendapatkan imunisasi wajib. Banyak faktor yang menghambat keberhasilanprogramimunisasi.Salahsatunyaadalahorangtuabelum memahamipentingnyaimunisasibagianakdimasadepan.Rendahnya pemahaman orang tua tentang penting imunisasi lebih banyak dialami olehorangtuayangbertempattinggaldidaerahpelosok.Halinidapat disebabkanolehrendahnyatingkatpendidikanorangtua.Kebanyakan orangtuadidaerahpelosokhanyasampaipadasekolahtingkatdasar saja.selainitu,kesulitanorangtuadidaerahpelosokadalahkurangnya informasiyangdiperolehtentangimunisasikarenasulitnyaaksesuntuk memperolehinformasi.Orangtuasangatjarangmembacamediacetak, misalnya koran atau majalah kesehatan, karenatidaktersedia di daerah pelosok. Akses internet juga hanya menjangkau daerah perkotaan s a j a s e h i n g g a p e r k e m b a n g a n i n f o r m a s i s u l i t d i d a p a t k a n masyarakatdidaerah pelosok. Semakin s e d i k i t i n f o r m a s i k e s e h a t a n y a n g d i t e r i m a m a k a pengetahuan orang tua akan manfaat i m u n i s a s i a k a n semakinsedikit. O r a n g t u a y a n g kurang mengetahui manfaat imunisasi a k a n k u r a n g m e m p r i o r i t a s k a n pemberian imunisasi kepada anak, tetapi lebih mengutamakan h a l - h a l l a i n , misalnya pekerjaan sebagai penunjang perekonomian keluarga. Selain itu, orang tua akan mudahdipengaruhiolehisu-isuyangberedardimasyarakat.Salahsatu isuyangberkembangdimasyarakatyaituisuefeksampingimunisasi yangmenyebabkandemam,kejang,bengkakdisekitarsuntikanbahkan autis.Akibatnyakemauanorangtuamembawaanakkepuskesmasatau posyanduuntukmemperolehimunisasiakansemakinkecil. Buku Saku Kader Kesehatan Peduli Imunisasi ini sebagai sarana informasidanbekalbagiparakaderuntukmemberikaninformasiyang tepat seputar imunisasi yang beredar di masyarakat, sehingga target pencapaian imunisasi di Kota Sukabumi khususnya dan nasional umumnyadapatterlaksanasecaramaksimal.
1
Apakah yang dimaksud dengan Imunisasi? Imunisasi adalah upaya aktif untuk menimbulkan antibodi atau kekebalan spesifik/khusus yang efektif mencegah penularan penyakit tertentu. dengan cara memberikan vaksin. Baqaimana cara mencegah sakit berat, cacat dan kematian akibat penyakit menular pada bayi dan balita ? Pencegahan secara umum dilakukan dengan memberikan : - ASI eksklusif - makanan dengan gizi yang cukup dan seimbang, - melakukan kebiasaan hidup bersih dan sehat - serta menjaga kebersihan lingkungan. Sebagai perlidungan spesifik/khusus terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi harus diberi imunisasi dasar lengkap. Apa saja penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi? Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi program pemerintah adalah - Hepatitis B, - Tuberkulosis, - Polio, Difteri, - Pertusis (batuk rejan/batuk 100 hari). - Tetanus. campak, dan Pneumonia (radang paruparu) serta - Meningitis (radang selaput otak) yang disebabkan oleh bakteri Haemophylus Influenzae tipe b
Buku Saku Kader Kesehatan Peduli Imunisasi
2
Apa saja imunisasi dasar lengkap yang harus diberikan pada bayi Imunisasi Hepatitis B ( 1 kali ). Polio (4 kali) DPT - HB - Hib (3 kali) dan Campak (1 kali). Apabila bayi sedah diimunisasi lengkap, apakah masih perlu diberikan imunisasi Untuk meningkatkan perlindungan terhadap penyakit, maka imunisasi lanjutan masih perlu diberikan pada usia 1.5 tahun (DPT - HB - Hib) dan 2 tahun (Campak) serta saat sekolah dasar atau sederajat (BIAS) kelas 1 (Campak dan DT). kelas 2 dan 3 (Td). Apakah ada imunisasi untuk wanita usia subur ? Ada, yaitu imunisasi TT (Tetanus Toxoid) untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit tetanus. Imunisasi TT diberikan sebanyak 5 kali terhitung sejak bayi Benarkah imunisasi aman untuk bayi dan balita ? Benar. Vaksin sudah diuji keamanan, khasiat dan mutunya oleh badan resmi negara (Badan Pengawas Obat dan Makanan). Saat ini lebih dari 190 negara (termasuk negara-negara Islam) melaksanakan imunisasi untuk bayi dan balita
Buku Saku Kader Kesehatan Peduli Imunisasi
3
Benarkah bayi dan balita yang tidak diimunisasi lengkap rawan tertular penyakit berbahaya ? Benar. Bayi dan balita yang tidak diimunisasi lengkap penyakitpenyakit berbahaya sehingga mudah tertular penyakit. menderita sakit penyakit berat, menularkan ke anak-anak lain, bahkan dapat menyebabkan kematian dan cacat. Benarkah wabah akan terjadi bila banyak bayi dan balita tidak diimunisasi?
“Benar. Semakin banyak anak yang tidak diimunisasi maka semakin banyak anak yang tidak terlindungi dan rentan tertular penyakit berbahaya, seperti wabah polio tahun 2005 - 2006 di sukabumi, wabah campak di Jawa Tengah dan Jawa Barat tahun 2010 - 2011
Menteri Kesehatan R.I mengajurkan agar bayi - bayi di indonesia memperoleh 5 Imunisasi Dasar Lengkap
4
Benarkah di semua vaksin terdapat zat - zat berbahaya yang dapat merusak otak ? Isu itu tidak benar. Vaksin yang digunakan dalam program imunisasi sudah dinyatakan aman oleh Badan Pengawas Obat dan Pengamanan serta Badan Kesehatan Dunia
Bagaimana orangtua harus bersikap terhadap isu - isu negatif tentang imunisasi? Sebaiknya orang tua jangan mudah percaya terhadap isu - isu tersebut tetap memberikan imunisasi secara lengkap untuk anak - anaknya. Kapan jadwal pemberian imunisasi bayi ?
UMUR
IMUNISASI
0 - 7 hari
HB 0
1 bulan
BCG. Polio 1
2 bulan
DPT-HB-Hib 1. Polio 2
3 bulan
DPT-HB-Hib 2. Polio 3
4 bulan
DPT-HB-Hib 3. Polio 4
9 bulan
Campak
18 - 36 bulan
Booster DPT-HB-Hib
24 - 26 bulan
Booster Campak
Buku Saku Kader Kesehatan Peduli Imunisasi
5
Apa Manfaat Imunisasi bagi bayi?
UMUR
MANFAAT
Hepatitis B
Mencegah penyakit Hepatitis b dan kerusakan hati
BCG
Pencegah penyakit Tuberkulosis (TB)
Polio
Mencegah penyakit Polio yang menyebabkan lumpuh layu pada tungkai dan atau lengan
DPT-HB-Hib
Mencegah penyakit Difteri. Pertusis (Batuk Rejan). Tetanus, Hepatitis B, Pneumonia (radang paru-paru), dan Meningitis (radang selaput otak) yang disebabkab oleh Hib.
Campak
Mencegah penyakit Campak yang dapat mengakibatkan komplikasi radang paru, radang otak dan kebutaan.
Apa yang harus dilakukan apabila jadwal imunisasi bayi sudah terlewat dari yang seharusnya? Imunisasi dasar lengkap harus diberikan pada bayi sebelum berusia 1 tahun, walaupun sudah tidak sesuai dengan jadwal. Imunisasi harus tetap dilengkapi meskipun usia lebih dari 1 tahun, kecuali Imunisasi Hepatitis B untuk bayi baru lahir hanya diberikan pada usia maksimal 7 hari dan BCG hanya diberikan maksimal 1 tahun.
Buku Saku Kader Kesehatan Peduli Imunisasi
6
Sesudah diimunisasi apakah masih mungkin tertular penyakit tersebut ? “ Bayi yang sudah mendapat imunisasi dasar lengkap kecil kemungkinannya untuk menderita penyakit tersebut, seandainya sakit gejalanya jauh lebih ringan dan tidak berbahaya.. Apakah bayi atau anak yang sedang pilek, batuk boleh di imunisasi? “ Boleh. Batuk pilek ringan tanpa demam diimunisasi kecuali bila bayi sangat rewel, imunisasi dapat ditunda 1-2 minggu kemudian.
Buku Saku Kader Kesehatan Peduli Imunisasi
7
Apakah bayi atau anak yang sedang minum obat antibiotik boleh diimunisasi ? Boleh. Antibiotik tidak mengganggu potensi vaksin, namun perlu dipertimbangkan apabila bayi atau anak menderita penyakit berat, berikan imunisasi setelah penyakit sembuh. Apakah jadwal imunisasi untuk bayi prematur dan bayi berat lahir rendah harus ditunda ? Ya. Sebaiknya imunisasi diberikan setelah berat badan bayi tersebut sudah mencapai > 2000 gram atau 2 kilogram. Apakah perlu diulang pemberiannya, jika bayi muntah setelah imunisasi Polio ? Jika muntah terjadi sebelum 10 menit, pemberian imunisasi Polio harus diulang dengan dosis sama. jika muntah terjadi lebih dari 10 menit setelah imunisasi, maka tidak perlu diulang. Jika muntah berulang, imunisasi Polio diberikan lagi pada hari berikutnya.
Buku Saku Kader Kesehatan Peduli Imunisasi
8
Berapa lama jarak antara pemberian ASI dengan pemberian imunisasi Polio ? ASI dapat diberikan sebelum atau segera setelah bayi mendapat imunisasi Polio. Apabila anak diberi beberapa jenis vaksin yang disuntikkan sekaligus apakah tidak berbahaya ? Tidak berbahaya, asalkan imunisasi dilakukan di bagian tubuh yang berbeda (misalnya paha / lengan kiri dan kanan) serta menggunakan alat suntik yang berlainan. Apabila bayi atau anak sudah pernah sakit Campak, Difteri atau Pertusis (batuk rejan) bolehkah diimunisasi untuk penyakitpenyakit tersebut ? Boleh, karena pemberian imunisasi pada bayi atau anak yang pernah menderita penyakit tersebut dapat menambah kekebalan. Apakah anak yang menderita Epilepsi boleh diimunisasi? Boleh. Riwayat kejang atau Epilepsi di dalam keluarga bukan halangan untuk memberikan imunisasi. Orangtua atau pengasuh harus diingatkan bahwa sesudah imunisasi DPT-HB-Hib dan Campak dapat timbul deman, oleh karena itu dianjurkan untuk segera memberi obat penurun panas. Hanas diingatkan pula bahwa setelah imunisasi Campak, demam dapat timbul pada hari ke 5 sampai dengan hari ke 10 setelah imunisasi.
Buku Saku Kader Kesehatan Peduli Imunisasi
9
Apakah setelah diimunisasi bayi atau anak akan selalu menderita demam? Tidak selalu. Demam merupakan reaksi pertahanan tubuh terhadap imunisasi yang diberikan pada setiap anak, tergantung kondisi kesehatannya. Kalau anak demam, satu hal yang dapat disimpulkan bahwa tubuhnya memiliki reaksi pertahanan tubuh yang bagus terhadap vaksin tersebut. Vaksin mahal pun tidak dapat menjamin seratus persen bahwa anak yang divaksin akan tidak panas. Vaksin yang sering menimbulkan demam adalah DPT-HB-Hib dan Campak. Demam pada DPT-HB-Hib timbul segera setelah imunisasi, sedangkan pada campak demam timbul pada hari kelima sampai dengan hari kesepuluh setelah imunisasi. Apakah anak yang menderita alergi boleh di imunisasi? Pasien yang menderita alergi seperti asma, eksim dan pilek boleh diimunisasi tetapi kita harus sangat berhati-hati jika anak alergi berat terhadap telur, karena beberapa vaksin mengandung protein telur seperti vaksin Campak. Apakah imunisasi menyebabkan anak menderita Autisme ? Sampai saat ini tidak ada bukti yang mendukung bahwa imunisasi apapun dapat menyebabkan Autisme Apakah benar mutu vaksin di Puskesmas atau Posyandu berbeda dengan di dokter spesialis ? Tidak. Dari segi mutu dan efektivitas vaksin sama walaupun merk mungkin berbeda. Semua vaksin yang digunakan di Indonesia sudah diteliti dan mendapatkan jaminan mutu dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) dan Badan Kesehatan Dunia. Apakah yang harus dilakukan bila menemukan anak yang tidak pernah di imunisasi usia 9 bulan dan sekarang usianya sudah 5 tahun ? Segera berikan imunisasi campak Buku Saku Kader Kesehatan Peduli Imunisasi
10
Bisakah ASI. gizi dan suplemen herbal menggantikan imunisasi ? Tidak, karena ASI, gizi, dan suplemen herbal hanya memperkuat pertahanan tubuh secara umum. untuk membentuk kekebalan terhadap kuman tertentu diperlukan imunisasi. Dimana dapat memperoleh imunisasi ? Imunisasi dapat diperoleh di posyandu, puskesmas, rumah sakit pemerintah maupun swasta, dan klinik swasta. Apakah perlu membayar untuk memperoleh imunisasi ? Pelayanan imunisasi yang termasuk dalam program pemerintah di posyandu, puskesmas, dan rumah sakit pemerintah tidak dipungut biaya. Seluruh Vaksin dalam program imunisasi nasional disediakan oleh pemerintah.
Buku Saku Kader Kesehatan Peduli Imunisasi
11
20 Mitos Kampanye Hitam
Anti
I S A S I N U IM
12
“ Imunisasi adalah investasi terbesar bagi anak di masa depan. Imunisasi adalah hak anak yang tidak bisa ditunda dan diabaikan sedikitpun. Imunisasi sudah terbukti manfaat dan efektivitasnya dan teruji keamanannya secara ilmiah dengan berdasarkan kejadian berbasis bukti. “ Tetapi masih banyak saja orangtua dan kelompok orang yang menyangsikannya. Setiap tahun ada sekitar 2,4 juta anak usia kurang dari 5 tahun di dunia yang meninggal karena penyakit-penyakit yang dapat dicegah oleh vaksinasi. Di Indonesia, sekitar 7 persen anak belum mendapatkan vaksinasi. Salah satu masalah utama yang menghambat keberhasilan program imunisasi adalah penyebaran informasi yang tidak benar dan menyesatkan tentang imunisasi. Hal itu adalah wajar terjadi karena demikian banyak informasi yang beredar yang tidak berdasarkan pemikiran dan dasar ilmiah meski dilakukan oleh seorang dokter. Hambatan lain adalah munculnya kelompok-kelompok antivaksinasi yang menyebabkan kampanye hitam dengan membawa faktor agama dan budaya. Biasanya, kelompok tertentu yang menyebarkan kampanye hitam imunisasi demi kepentingan pribadi khususnya dalam kepentingan bisnis terselubung yang mereka lakukan. Sebagian kelompok ini adalah yang berdiri dibelakang oknum pelaku naturopathy, food combining, homeopathy atau bisnis terapi herbal. Inilah 20 Mitos Tidak benar Yang Disebarkan Kampanye Hitam Anti Imunisasi : 1. Imunisasi tidak aman. Tidak Benar. Saat ini 194 negara terus melakukan vaksinasi untuk bayi dan balita. Badan resmi yang meneliti dan mengawasi vaksin di negara tersebut umumnya terdiri atas para dokter ahli penyakit infeksi, imunologi, mikrobiologi, farmakologi, epidemiologi, dan biostatistika.
13
Sampai saat ini tidak ada negara yang melarang vaksinasi, justru semua negara berusaha meningkatkan cakupan imunisasi lebih dari 90%
2. Terdapat "ilmuwan" menyatakan bahwa imunisasi berbahaya. Tidak benar imunisasi berbahaya. "Ilmuwan" yang sering dikutip di buku, tabloid, milis ternyata bukan ahli vaksin, melainkan ahli statistik, psikolog, homeopati, bakteriologi, sarjana hukum, wartawan. sehingga mereka tidak mengerti betul tentang vaksin. Sebagian besar mereka bekerja pada era tahun 1950- 1960, sehingga sumber datanya juga sangat kuno. 3. "Ilmuwan kuno" yang sering dikutip informasi di media masa atau media elektronik lainnya adalah ahli vaksin. Tidak benar. Mereka semua bukan ahli vaksin. Contoh : Dr Bernard Greenberg (biostatistika tahun 1950), DR. Bernard Rimland (Psikolog), Dr. William Hay (kolumnis), Dr. Richard Moskowitz (homeopatik), dr. Harris Coulter, PhD (penulis buku homeopatik, kanker), Neil Z. Miller, (psikolog, jurnalis), WB Clark (awal tahun 1950), Bernice Eddy (Bakteriologis tahun 1954), Robert F. Kenedy Jr (sarjana hukum) Dr. WB Clarke (ahli kanker, 1950an), Dr. Bernard Greenberg (1957-1959), Dr. William Hay, penulis buku "Immunisation: The Reality behind the Myth"(penggagas food combioning). Neil Z. Miller sering disebut sebagai peneliti vaksin internasional ternyata adalah medical research journalist dan natural health advocate. 4. Dokter Wakefield adalah "ahli vaksin", membuktikan MMR menyebabkan autisme. Tidak benar. Wakefield juga bukan ahli vaksin, dia dokter spesialis bedah. Penelitian Wakefield tahun 1998 hanya dengan sample 18. Banyak penelitian lain oleh ahli vaksin di beberapa negara menyimpulkan MMR tidak terbukti mengakibatkan autis. Setelah diaudit oleh tim ahli penelitian, terbukti bahwa Wakefield memalsukan data, sehingga kesimpulannya salah. Hal ini telah diumumkan di majalah resmi kedokteran Inggris British Medical Journal Februari 2011.
14
5. Imunisasi sebabkan autisme. Tidak benar. Beberapa institusi atau badan dunia di bidang kesehatan yang independen dan sudah diakui kredibilitasnya juga melakukan kajian ilmiah dan penelitian tentang tidak adanya hubungan imunisasi dan autisme. Dari hasil kajian tersebut, dikeluarkan rekomendasi untuk tenaga profesional untuk tetap menggunakan imunisasi MMR dan thimerosal karena tidak terbukti mengakibatkan Autisme. The All Party Parliamentary Group on Primary Care and Public Health pada bulan Agustus 2000, menegaskan bahwa MMR aman. Dengan memperhatikan hubungan yang tidak terbukti antara beberapa kondisi seperti inflammatory bowel disease (gangguan pencernaan) dan autisme adalah tidak berdasar. WHO (World Health Organisation), pada bulan Januari 2001 menyatakan mendukung sepenuhnya penggunaan imunisasi MMR dengan didasarkan kajian tentang keamanan dan efikasinya. Beberapa institusi dan organisasi kesehatan bergengsi di Inggris pada Januari 2001 setelah mengadakan pertemuan dengan pemerintahan Inggris mengeluarkan pernyataan bersama yaitu MMR adalah vaksin yang sangat efektif dengan laporan keamanan yang sangat baik. The American Academy of Pediatrics (AAP), organisasi profesi dokter anak di Amerika Serikat pada tanggal 12 - 13 Juni 2000 mengadakan konferensi dengan topik "New Challenges in Childhood Immunizations" di Oak Brook, Illinois Amerika Serikat yang dihadiri para orang tua penderita autis m e , p a k a r imunisasi kesehatan anak dan para peneliti. P e r t e m u a n t e r s e b u t merekomend a s i k a n b a h w a t i d a k t e r d a p a t hubungan antara MMR d a n a u t i s m e . M e nya t a k a n b a h w a p e m b e r i a n imunisasi secara terpisah t i d a k l e b i h b a i k d i b a n d i n g k a n M M R , m a l a h a n t e r j a d i keterlambatan imunisasi
15
MMR. Selanjutnya akan dilakukan penelitian lebih jauh tentang penyebab autisme.
6. Thimerosal dalam kandungan autism sebagai penyebab autisme. Tidak benar. Penelitian yang mengungkapkan bahwa thimerosal tidak mengakibatkan Autis dilakukan oleh berbagai penelitian di antaranya dilakukan oleh Kreesten M. Madsen dkk dari berbagai intitusi di Denmark. Mereka mengadakan penelitian bersama terhadap anak usia 2 hingga 10 tahun sejak tahun 1970 hingga tahun 2000. Mengamati 956 anak sejak tahun 1971 hingga 2.000 anak dengan autis. Sejak thimerosal digunakan hingga tahun 1990 tidak didapatkan kenaikkan penderita auitis secara bermakna. Kemudian sejak tahun 1991 hingga tahun 2000 bersamaan dengan tidak digunakannya thimerosal pada vaksin ternyata jumlah penderita autis malah meningkat drastis. Kesimpulan penelitian tersebut adalah tidak ada hubungan antara pemberian thimerosal dengan autis. Demikian juga Stehr-Green P dkk, Department of Epidemiology, School of Public Health and Community Medicine, University of Washington, Seattle, WA, bulan Agustus 2003 melaporkan antara tahun 1980 hingga 1990 membandingkan prevalensi dan insiden penderita autisme di California, Swedia, dan Denmark yang mendapatkan ekposur dengan imunisasi thimerosal. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa insiden pemberian thimerosal pada autisme tidak menunjukkan hubungan yang bermakna. Geier DA dalam Jurnal Americans Physicians Surgery tahun 2003, menungkapkan bahwa thimerosal tidak terbukti mengakibatkan gangguan neurodevelopment (gangguan perkembangan karena persarafan) dan penyakit jantung. Melalui forum National Academic Press tahun 2001, Stratton K dkk melaporkan tentang keamanan thimerosal pada vaksin dan tidak berpengaruh terhadap gangguan gangguan neurodevelopment (gangguan perkembangan karena persarafan). Sedangkan Hviid A dkk dalam laporan di majalah JAMA 2004 mengungkapkan penelitian terhadap 2.986.654 anak per
16
tahun didapatkan 440 kasus autis. Dilakukan pengamatan pada kelompok anak yang menerima thimerosal dan tidak menerima thimerosal. Ternyata tidak didapatkan perbedaan bermakna. Disimpulkan bahwa pemberian thimerosal tidak berhubungan dengan terjadinya autis. Menurut penelitian Eto, menunjukkan manifestasi klinis autis sangat berbeda dengan keracunan merkuri. Sedangkan Aschner, dalam penelitiannya menyimpulkan tidak terdapat peningkatan kadar merkuri dalam rambut, urin dan darah anak Autis. Pichichero melakukan penelitian terhadap 40 bayi usia 2-6 bulan yang diberi vaksin yang mengandung thimerosal dan dibandingkan pada kelompok kontrol tanpa diberi thimerosal. Setelah itu dilakukan evaluasi kadar thimerosal dalam tinja dan darah bayi tersebut. Ternyata thimerosal tidak meningkatkan kadar merkuri dalam darah, karena etilmerkuri akan cepat dieliminasi dari darah melalui tinja. Selain itu masih banyak lagi peneliti melaporkan hasil yang sama, yaitu thimerosal tidak mengakibatkan autisme.
7. Semua vaksin terdapat zat-zat berbahaya yang dapat merusak otak ? Tidak benar. Isu itu karena "ilmuwan" tersebut di atas tidak mengerti isi vaksin, manfaat, dan batas keamanan zat-zat di dalam vaksin. Contoh: jumlah total etil merkuri yang masuk ke tubuh bayi melalui vaksin sekitar 2 mcg/kgbb/minggu, sedangkan batas aman menurut WHO adalah jauh lebih banyak (159 mcg/kgbb/minggu). Oleh karena itu vaksin mengandung merkuri dengan dosis yang sangat rendah dan dinyatakan aman oleh WHO dan badan-badan pengawasan lainnya. 8. Vaksin terbuat dari nanah, dibiakkan di janin anjing, babi, manusia yang sengaja digugurkan? Tidak benar. Isu itu bersumber dari "ilmuwan" 50 tahun lalu (tahun 1961-1962). Pengetahuan imunologi, biomolekuilar vaksin dan teknologi pembuatan vaksin berkembang sangat pesat. Sekarang tidak ada vaksin yang terbuat dari nanah atau dibiakkan embrio anjing, babi, atau manusia. Metode baru dan teknologi paling modern dari manipulasi
17
biomolekuler telah diyakini teknologi vaksin baru sekarang memasuki "zaman keemasan." Perbaikan vaksin sangat mungkin dilakukan di masa depan untuk mendapatkan keamanan dan efektifitas vaksin lebih hebat lagi
9. Imunisasi tak masuk akal bermanfaat. Tidak benar. Pendapat yang menyesatkan yang tidak berdasarkan kajian ilmiah dan penelitian ilmiah dikeluarkan oleh Dr. William Hay seorang dokter yang bergerak di bidang food combining, dalam buku "Immunisation: The Reality behind the Myth""Tak masuk akal memikirkan bahwa Anda bisa menyuntikkan nanah ke dalam tubuh anak kecil dan dengan proses tertentu akan meningkatkan kesehatan. Tubuh punya cara pertahanan tersendiri yang tergantung pada vitalitas saat itu. Jika dalam kondisi fit, tubuh akan mampu melawan semua infeksi, dan jika kondisinya sedang menurun, tidak akan mampu. Dan Anda tidak dapat mengubah kebugaran tubuh menjadi lebih baik dengan memasukkan racun apapun juga ke dalamnya." Padahal sampai saat ini 194 negara di seluruh dunia yakin bahwa imunisasi aman dan bermanfaat mencegah wabah, sakit berat, cacat, dan kematian pada bayi dan balita. Terbukti 194 negara tersebut terus menerus melaksanakan program imunisasi, termasuk negara dengan sosial ekonomi tinggi dan negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, dengan cakupan umumnya lebih dari 85 %. Ribuan penelitian tentang efikasi dan manfaat vaksi secara biomolekular dan secara statistik bermanfaat secara bermakna.
10. Vaksin mengandung lemak babi ? Tidak benar. Hanya sebagian kecil dari vaksin yang pernah bersinggungan dengan tripsin pada proses pengembangan maupun pembuatannya seperti vaksin polio injeksi (IPV) dan meningitis. Pada vaksin meningitis, pada proses penyemaian induk bibit vaksin tertentu 15 – 20 tahun lalu, ketika panen bibit vaksin tersebut bersinggungan dengan tripsin pankreas babi untuk melepaskan induk vaksin dari persemaiannya. Tetapi kemudian induk bibit vaksin tersebut dicuci dan dibersihkan total,
18
sehingga pada vaksin yang disuntikkan tidak mengandung tripsin babi. Atas dasar itu maka Majelis Ulama Indonesia berpendapat vaksin itu boleh dipakai, selama belum ada penggantinya. Contohnya vaksin meningokokus (meningitis) haji diwajibkan oleh Saudi Arabia bagi semua jemaah haji untuk mencegah radang otak karena meningokokus.
11. Vaksin yang dipakai di Indonesia buatan Amerika ? Tidak benar. Vaksin yang digunakan oleh program imunisasi di Indonesia adalah buatan PT Bio Farma Bandung, yang merupakan BUMN, dengan 98,6% karyawannya adalah Muslim. Proses penelitian dan pembuatannya mendapat pengawasan ketat dari ahli-ahli vaksin di BPOM dan WHO. Vaksin-vaksin tersebut juga diekspor ke 120 negara, termasuk 36 negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam, seperti Iran dan Mesir. Vaksin yang digunakan oleh program imunisasi di Indonesia adalah buatan PT Biofarma Bandung. Vaksin-vaksin tersebut dibeli dan dipakai oleh 120 negara, termasuk 36 negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam.
12. Program imunisasi hanya di negara Muslim dan miskin agar menjadi bangsa yang lemah? Tidak benar. Imunisasi saat ini dilakukan di 194 negara, termasuk negara-negara maju dengan status sosial ekonomi tinggi, dan negara-negara non-Muslim. Kalau imunisasi bisa melemahkan bangsa, maka mereka juga akan lemah, karena mereka juga melakukan program imunisasi, bahkan lebih dulu dengan jenis vaksin lebih banyak. Kenyataanya : bangsa dengan cakupan imunisasi lebih tinggi justru lebih kuat. Jadi terbukti bahwa imunisasi justru memperkuat kekebalan terhadap penyakit infeksi, bukan melemahkan. 13. Di Amerika banyak kematian bayi akibat vaksin ? Tidak benar. Isu itu karena penulis tidak faham data Vaccine Adverse Event Reporting System (VAERS) FDA Amerika tahun 1991-1994, yang mencatat 38.787 laporan kejadian ikutan pasca imunisasi, oleh penulis angka
19
tersebut ditafsirkan sebagai angka kematian bayi 1 - 3 bulan. Kalau memang benar angka kematian begitu tinggi tentu FDA AS akan heboh dan menghentikan vaksinasi. Faktanya Amerika tidak pernah meghentikan vaksinasi bahkan mempertahankan cakupan semua imunisasi di atas 90 %. Angka tersebut adalah semua keluhan nyeri, gatal, merah, bengkak di bekas suntikan, demam, pusing, muntah yang memang rutin harus dicatat kalau ada laporan masuk. Kalau ada 38.787 laporan dari 4,5 juta bayi berarti KIPI hanya 0,9 %.
14. Banyak bayi balita meninggal pada imunisasi masal campak di
Indonesia ? Tidak benar. Setiap laporan kecurigaan adanya kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) selalu dikaji oleh Komnas/Komda KIPI yang terdiri dari pakar-pakar penyakit infeksi, imunisasi, imunologi. Setelah dianalisis dari keterangan keluarga, dokter yang merawat di rumah sakit, hasil pemeriksaan fisik, dan laboratorium, ternyata balita tersebut meninggal karena radang otak, bukan karena vaksin campak. Pada bulan itu ada beberapa balita yang tidak imunisasi campak juga menderita radang otak. Berarti kematian balita tersebut bukan karena imunisasi campak, tetapi karena radang otak.
15. Demam, bengkak, merah setelah imunisasi adalah bukti vaksin berbahaya? Tidak benar. Demam, merah, bengkak, gatal di bekas suntikan adalah reaksi wajar setelah vaksin masuk ke dalam tubuh. Seperti rasa pedas dan berkeringat setelah makan sambal adalah reaksi normal tubuh kita. Umumnya keluhan tersebut akan hilang dalam beberapa hari. Boleh diberi obat penurun panas, dikompres. Bila perlu bisa konsul ke petugas kesehatan terdekat. 16. Program imunisasi gagal? Tidak benar. Isu-isu tersebut bersumber dari data yang sangat kuno (50-150 tahun lalu) hanya dari 1 - 2 negara saja, sehingga hasilnya sangat berbeda dengan hasil penelitian terbaru, karena vaksinnya sangat berbeda. Isu vaksin cacar variola gagal, berdasarkan d a t a y a n g s a n g a t k u n o , d i I n g g r i s
20
tahun 1867 - 1880 dan Jepang tahun 1872-1892. Fakta terbaru sangat berbeda, bahwa dengan imunisasi cacar di seluruh dunia sejak tahun 1980 dunia bebas cacar variola. Isu vaksin difteri gagal, berdasarkan data di Jerman tahun 1939. Fakta sekarang: vaksin difteri dipakai di seluruh dunia dan mampu menurunkan kasus difteri hingga 95 %. Isu pertusis gagal hanya dari data di Kansas dan Nova Scottia tahun 1986. Isu vaksin campak berbahaya hanya berdasar penelitian 1989-1991 pada anak miskin berkulit hitam di Meksiko, Haiti dan Afrika.
17. Program imunisasi gagal, karena setelah diimunisasi bayi balita masih bisa tertular penyakit tersebut ? Tidak benar. Program imunisasi di seluruh dunia tidak pernah gagal. Perlindungan vaksin memang tidak 100%. Bayi dan balita yang telah diimunisasi masih bisa tertular penyakit, tetapi jauh lebih ringan dan tidak berbahaya. Banyak penelitian imunologi dan epidemiologi di berbagai membuktikan bahwa bayi balita yang tidak diimunisasi lengkap tidak mempunyai kekebalan spesifik terhadap penyakitpenyakit berbahaya. Mereka mudah tertular penyakit tersebut, akan menderita sakit berat, menularkan ke anak-anak lain, menyebar luas, terjadi wabah, menyebabkan banyak kematian dan cacat. 18. Vaksin berbahaya, tidak effektif, tidak dilakukan di negara maju ? Tidak benar. Karena di Indonesia ada orang-orang yang tidak mengerti tentang vaksin dan imunisasi, hanya mengutip dari "ilmuwan" tahun 1950 -1960 yang ternyata bukan ahli vaksin, atau berdasar data-data 30 - 40 tahun lalu (1970 - 1980an) atau hanya dari 1 sumber yang tidak kuat. Atau dia mengutip Wakefield spesialis bedah, bukan ahli vaksin, yang penelitiannya dibantah oleh banyak tim peneliti lain, dan oleh majalah resmi kedokteran Inggris British Medical Journal Februari 2011 penelitian Wakefield dinyatakan salah atau bohong. Ia hanya berdasar kepada 1 - 2 laporan kasus yang tidak diteliti lebih lanjut secara ilmiah, hanya berdasar logika biasa. Badan penelitian di berbagai negara
21
membuktikan bahwa dengan meningkatkan cakupan imunisasi, maka penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi berkurang secara bermakna. Oleh karena itu, saat ini program imunisasi dilakukan terus menerus di 194 negara, termasuk negara dengan sosial ekonomi tinggi dan negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
19. ASI, gizi, dan suplemen herbal sudah cukup menggantikan imunisasi. Tidak ada satupun badan penelitian di dunia yang menyatakan bisa, karena kekebalan yang dibentuk sangatlah berbeda. ASI, gizi, suplemen herbal, kebersihan, hanya memperkuat pertahanan tubuh secara umum, karena tidak membentuk kekebalan spesifik terhadap kuman tertentu. Kalau jumlah kuman banyak dan ganas, perlindungan umum tidak mampu melindungi bayi, sehingga masih bisa sakit berat, cacat atau bahkan mati. Imunisasi merangsang pembentukan antibodi dan kekebalan seluler yang spesifik terhadap kuman-kuman atau racun kuman tertentu, sehingga bekerja lebih cepat, efektif, dan efisien untuk mencegah penularan penyakit yang berbahaya. Selain diberi imunisasi, bayi harus diberi ASI eksklusif, makanan pendamping ASI dengan gizi lengkap dan seimbang, kebersihan badan, makanan, minuman, pakaian, mainan, dan lingkungan. Suplemen diberikan sesuai kebutuhan individual yang bervariasi. Selain itu bayi harus diberikan kasih sayang dan stimulasi bermain untuk mengembangkan kecerdasan, kreatifitas dan perilaku yang baik. 20. Imunisasi dan Konspirasi Zionisme di dalamnya. Tidak benar. Jika dirunut sejarah vaksin modern yang dilakukan oleh Flexner Brothers, dapat ditemukan bahwa kegiatan mereka dalam penelitian tentang vaksinasi pada manusia didanai oleh Keluarga Rockefeller. Di dunia internasional banyak yayasan sosial yang mendanai penelitian ilmiah tentang vaksin dan masalah kesehatan masyarakat lainnya. Memang Rockefeller sendiri adalah salah satu keluarga Yahudi yang paling berpengaruh di dunia tetapi
22
sebenarnya mereka adalah pendiri WHO dan lembaga strategis lainnya (The UN's WHO was established by the Rockefeller family's foundation in 1948 - the year after the same Rockefeller cohort established the CIA. Two years later the Rockefeller Foundation established the U.S. Governmenat's National Science Foundation, the National Institute of Health (NIH), and earlier, the nation's Public Health Service (PHS). Yayasan Rockefeller yang berdiri sejak tahun 1913 dan kredibilitasnya telah diakui dunia kesehatan Internasional yang berupaya meningkatkan kesehatan global dengan bekerja untuk mengubah sistem kesehatan sehingga lebih mudah diakses dan terjangkau masyarakat tidak mampu. Yayasan kesehatan dunia ini juga menghubungkan jaringan surveilans penyakit global untuk membantu mereka yang berjuang meminimalkan penyebaran penyakit menular yang dapat menyebabkan pandemi. Yayasan ini juga meningkatkan monitoring, deteksi dan respon terhadap penyakit menular seperti Ebola, SARS, dan flu burung untuk mencegah pandemi. Memperluas penggunaan teknologi untuk meningkatkan perawatan kesehatan. Melibatkan sektor swasta untuk bekerja dengan sektor publik dalam mengembangkan praktik dan kebijakan untuk menyediakan dan mendanai pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin.
23
Sikap orang tua dalam menghadapi kampanye hitam Bila mendengar dan mengetahui kontroversi tersebut, maka pasti akan membingungkan masyarakat awam. Hal ini terjadi karena yang memberikan informasi yang tidak benar tersebut adalah para ahli kedokteran tetapi yang tidak berkompeten sesuai keahliannya. Untuk menyikapinya kita harus cermat dan teliti dan berpikiran lebih jernih. Kalau mengamati beberapa penelitian yang mendukung adanya berbagai kejadian berhubungan dengan imunisasi, mungkin benar sebagai pemicu atau sebagai co-accident atau kebetulan. Penelitian yang menunjukkan hubungan keterkaitan imunisasi dan berbagai hal yang tidak benar hanya dilihat dalam satu kelompok kecil (populasi). Secara statistik hal ini hanya menunjukkan hubungan, tidak menunjukkan sebab akibat. Kita juga tidak boleh langsung terpengaruh pada laporan satu atau beberapa kasus, misalnya bila orang tua anak autism berpendapat bahwa anaknya timbul gejala autism setelah imunisasi. Kesimpulan tersebut tidak bisa digeneralisasikan terhadap anak sehat secara umum (populasi lebih luas). Kalau itu terjadi bisa saja kita juga terpengaruh oleh beberapa makanan yang harus dihindari oleh penderita autism juga juga akan dihindari oleh anak sehat lainnya. Jadi logika tersebut harus dicermati dan dimengerti. Menanggapi tantangan tersebut, Prof Sri Rezeki Hadinegoro, Ketua Pelaksana Konferensi Vaksin Se-Asia 3 mengatakan, pemerintah bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melakukan pendekatan kepada ulama dan masyarakat untuk memberikan pemahaman yang benar. "Kami tidak melawan pemahaman kelompok antivaksin, tetapi jangan memutarbalikkan fakta pada masyarakat," kata Sri dalam acara jumpa pers pelaksanaan Konferensi Vaksinasi Asia Ke-3 di Jakarta, Kamis (28/7/2011). Ketua Bidang Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama menambahkan,
24
masyarakat seharusnya tidak perlu mengkhawatirkan keamanan dan kehalalan vaksin yang beredar. "Pemerintah menjamin semua vaksin yang beredar sesuai kaidah-kaidah yang berlaku. Pada kasus kontroversi vaksin meningitis untuk jemaah haji, kami mengikuti saran MUI," katanya. Persoalan black campaign dari vaksin ternyata juga ditemui di negara-negara lain, misalnya di Filipina. Menurut Enrique Tayag, President of Philliphine Foundation for Vaccination, kelompok antivaksin juga menjadi tantangan. "Bagaimanapun masyarakat harus diingatkan manfaat vaksin untuk kesehatan anak jauh lebih besar daripada efek samping yang ditakutkan," katanya dalam kesempatan yang sama. Hambatan lain adalah munculnya kelompok-kelompok antivaksinasi yang menyebabkan kampanye hitam dengan membawa faktor agama dan budaya. Biasanya kelompok tertentu yang menyebarkan kampanye hitam imunisasi demi kepentingan pribadi khususnya dalam kepentingan bisnis terselubung yang mereka lakukan. Sebagian kelompok ini adalah yang dilakukan oleh oknum pelaku naturopathy, homeopathy, food combining, atau bisnis terapi herbal. Sebagian dari kelompok ini juga dilakukan oleh dokter bahkan beberapa profesor. Tetapi semuanya bukan berasal dari ahli medis, dokter atau profesor yang berkompeten di bidangnya seperti ahli kesehatan anak, ahli vaksin, ahli imunologi. Sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak juga dokter atau profesor yang bergerak di bidang bisnis terapi alternatif atau non medis. Meski sebenarnya ilmu dan aliran terapi alternatif tersebut pada umumnya sangat baik, tetapi sayangnya sebagian kecil di antara mereka demi keberhasilan bisnis mereka mengorbankan kepentingan anak di dunia dengan menyebarkan informasi tidak benar dan menyesatkan.