SULAWESI WATER AND SANITATION HYGIENE PROJECT CARE INTERNATIONAL INDONESIA
Panduan Penerapan MPA & PHAST dalam Proyek SWASH
2
2
DAFTAR ISI
Mengapa MPA dan PHAST? Pendahuluan Apa itu MPA? Apa itu PHAST? Proses MPA dan PHAST dalam Proyek SWASH Alat Kajian MPA & PHAST 1. Inventaris Data Komunitas 2. Klasifikasi Kesejahteraan 3. Pemetaan Sosial 4. Perecanaan Transect Walks dan Pertemuan Kelompok Terfokus 5. Transect Walks 5.1 Pengelolaan Sumber Air 5.2 Penilaian Tingkat Kualitas Kerja 5.3 Penilaian Pelayanan oleh Kelompok Pengguna Perempuan dan Laki-laki 5.4 Masyarakat yang Tidak Terlayani 6. Tinjauan Pengelolaan Pelayanan 6.1 Pengelolaan dan Pengambilan Keputusan 6.2 Se Sejarah Partisipasi saat Pembangunan Pelayanan 6.3 Penilaian pelatihan – Akses dan Penggunaan 6.4 Pengelolaan Keuangan 7. Efektivitas Penggunaan Sarana Air Bersih 8. Efektivitas Penggunaan Sarana Sanitasi 9. Pembagian Kerja Berdasarkan Gender dan Waktu Kerja 10. Hak Suara dan Pilihan dalam Pengambilan Keputusan 11. Alur Penularan Penyakit dan Penghambatnya 12. Perilaku Baik–Buruk terhadap Kesehatan 13. Analisis Gender : Pembagian Peran Berdasarkan Gender Penggunaan Penggunaan Data MPA dan PHAST dan Analisisnya Penggunaan Data MPA dan PHAST Analisis Data MPA dan PHAST
2 2 4 4 8 12 15 19 22 24 26 32 37 40 40 45 49 53 57 60 64 68 75 79 82 86 86
3
Mengapa MPA dan PHAST? Pendahuluan Tujuan Proyek SWASH adalah untuk memperkuat kapasitas masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatannya melalui penggunaan dan pengelolaan sarana air bersih dan sanitasi yang setara dan berkesinambungan, serta peningkatan pemahaman tentang manfaat hidup sehat. Untuk mendukung pencapaian hasil proyek seperti yang diinginkan melalui suatu proses yang partisipatif, SWASH menggunakan satu set tools dari Methodology for Participatory Assessments (MPA) dan Participatory Hygiene And Sanitation Transformation (PHAST).
Apa itu MPA? Methodology for Participatory Assessment (MPA) adalah suatu metodologi yang memungkinkan kita bersama-sama dengan anggota masyarakat perempuan dan laki-laki, untuk menilai kesinambungan dan pemanfaatan sarana air bersih dan sanitasi, serta prosesproses dalam pembangunannya. Sehingga MPA dapat memberikan data yang dapat digunakan untuk merencanakan peningkatan sarana air bersih dan sanitasi, dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada. Di samping itu, MPA juga dapat digunakan dalam proses monitoring dan evaluasi proyek. MPA mempunyai fokus pada penilaian kebutuhan terhadap sarana air bersih dan sanitasi, dimana penggunaan tools dan sistem skor dengan anggota masyarakat dapat menyediakan informasi yang berharga tentang:
Kelebihan dan kekurangan dari fasilitas sarana air bersih dan sanitasi yang ada Keinginan perempuan dan laki-laki, kelompok kaya dan miskin, untuk pengembangan pada pelayanan SAB/S
Secara khusus, tools MPA digunakan sebagai alat kajian untuk penggalian informasi tentang kesetaraan akses terhadap sarana, partisipasi dalam pengambilan keputusan, kebutuhan dan kepuasan pengguna, kualitas pelayanan dan pengelolaan, serta kebutuhan pelatihan untuk mengembangkan kemampuan, yang kesemuanya bertujuan agar pelayanan sarana dapat berkesinambungan. Ada lima faktor dalam kesinambungan sarana SAB/S, yaitu: 1. Kesinambungan Teknis Dalam perencanaan telah mempertimbangkan jenis teknologi yang dimanfaatkan sesuai dengan kondisi di masyarakat. 2. Kesinambungan Financial Dalam perencanaan telah mempertimbangkan biaya operasi dan pemeliharaan serta iuran SAB/S telah melibatkan seluruh komponen masyarakat. 3. Kesinambungan Lingkungan Dalam perencanaan telah memperhatikan aspek lingkungan dalam kaitannya dengan sumber air yang dimanfaatkan dan pembuangan air yang telah dimanfaatkan. 4. Kesinambungan Institusi Dalam proses pembentukan badan pengelola telah memperhatikan kesetaraan gender dan pelibatan kelompok miskin, serta mewujudkan nilai-nilai demokrasi dan transparansi. Selain itu dalam kaitannya dengan pengembangan kemampuan melalui pelatihan juga
4
harus melibatkan kelompok miskin dan kesetaraan gender, baik dalam menentukan jenis pelatihan maupun peserta pelatihan. 5. Kesinambungan Sosial Seluruh komponen masyarakat telah dapat hak suara dalam pengambilan keputusan mengenai perencanaan, pembangunan, dan pengelolaan SAB/S. Proses penerapan MPA dalam proyek ini dirancang agar masyarakat mampu mengembangkan suatu rencana kerja yang akan memperkuat kemampuan mereka dalam kelima hal di atas. Data dan skor MPA yang diperoleh kemudian ditempatkan dalam suatu program data base, dimana pelaku proyek dapat menggunakan skor-skor tersebut untuk membandingkan indikator kesinambungan di antara komunitas beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya, melakukan analisis, menyiapkan grafik dan diagram untuk presentasi. Berikut adalah kode skor dalam MPA yang berkaitan dengan sistem skoring dalam b uku panduan ini.
Tabel 1. Kode Skor dalam MPA Kode Skor CD P M PL CM H
TR FIN SM WR TW UP EU DIV VC
Keterangan Kode skoring untuk tool Inventaris Data Komunitas (Community Data). Kode skoring untuk tool Klasifikasi Kesejahteraan (Welfare Classification). Kode skoring untuk tool Pemetaan Sosial (Social Mapping). Kode skoring untuk tool Perencanaan transect walks dan FGD (Planning of transect walks and FGD). Kode skoring untuk tool interview dengan badan pengelola mengenai pengelolaan sarana air bersih (Community Management). Kode skoring untuk tool interview dengan badan pengelola mengenai sejarah partisipasi pada pembangunan sarana air bersih (History of Participation in Services Establishment). Kode skoring untuk tool interview dengan badan pengelola mengenai pelatihan (Training) Kode skoring untuk tool interview dengan badan pengelola mengenai pengelolaan keuangan (Financial Management). Kode s koring untuk tool transect walk terhadap pengelolaan sumber air yang dimanfaatkan untuk sarana air bersih (Source Management). Kode skoring untuk tool transect walk terhadap kualitas kerja dari sistem sarana air bersih maupun sanitasi (Work Rating). Kode skoring untuk tool transect walk terhadap kepuasan kelompok pengguna pada sarana air bersih dan sanitasi (Transect Walk). Kode skoring untuk tool transect walk terhadap penduduk yang tidak terlayani sarana air bersih dan sanitasi (Unserved Population). Kode skoring untuk tool efektivitas penggunaan sarana air bersih dan sanitasi oleh masyarakat pengguna (Effective Use). Kode skoring untuk tool interview dengan badan pengelola mengenai kesetaraan dalam beban kerja dan waktu (Division of tasks and time). Kode skoring untuk tool pengambilan keputusan di masyarakat (Voice and Choice in decision making).
5
Apa itu PHAST? PHAST merupakan suatu metodologi yang dapat digunakan untuk membantu mencapai perubahan ke arah perilaku hidup bersih dan sehat, di samping dalam mengembangkan SAB/S. PHAST ingin membantu masyarakat dalam memperbaiki perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mencegah penyakit diare, dan mendorong masyarakat untuk mengelola sarana air bersih dan penyehatan lingkungan. Semuanya itu dilakukan dengan: memperlihatkan hubungan antara sanitasi dengan status kesehatan mempertebal rasa percaya diri dari anggota masyarakat meningkatkan kemampuan masyarakat dalam merencanakan perbaikan lingkungan dan memiliki serta mengoperasikan sarana air bersih dan penyehatan lingkungan Dalam proyek SWASH, penggunaan PHAST mempunyai fokus pada perubahan perilaku hidup bersih dan sehat di tingkat rumah tangga dan masyarakat, yaitu dengan mempelajari keadaan secara keseluruhan pada masyarakat mengenai status kesehatan yang berhubungan dengan air dan sanitasi. Sehingga harapan proyek yang berkaitan dengan kesehatan, yaitu; penggunaan sarana sanitasi yang efektif; pelaksanaan praktek mencuci tangan; peningkatan pengetahuan tentang PHBS dan penerapannya; penurunan penyakit yang disebabkan oleh air; dan masyarakat memanfaatkan media-media kesehatan untuk peningkatan PHBS, dapat dicapai dengan baik.
Proses MPA dan PHAST dalam Proyek SWASH Seperti telah diuraikan di atas, SWASH dalam siklus proyeknya menggunakan MPA dan PHAST, dimana aktivitasnya dilakukan setelah Rembug Desa 1. Buku Panduan ini menyediakan uraian rinci dari masing-masing tool MPA dan PHAST, dan informasi yang diperlukan untuk diskusi anggota masyarakat dalam analisis situasi mengenai kesehatan, sarana air bersih dan sanitasi. Informasi yang diperoleh dari kegiatan MPA dan PHAST ini bermanfaat untuk kegiatan selanjutnya yaitu Rembug Desa 2. Adapun tools MPA dan PHAST yang digunakan dalam Proyek SWASH dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut.
6
Tabel 2. Tools MPA & PHAST dalam Proyek SWASH FGD Kelompok kaya
Alat Kajian (Tools)
i s u k s i D n a r u p m a C
1.
Inventaris Data Komunitas (CD)
2.
Klasifikasi Kesejahteraan (P)
X
3.
Pemetaan Sosial (M)
X
4.
Perencanaan Transect Walks dan FGD (PL) Transect Walks (SM, WR, TW, UP)
X
5. 6.
7.
8.
9.
n a u p m e r e P
i k a l i k a L
n a u p m e r e P
i k a l i k a L
n a r u p m a C
a y n n i a L
a y n a h n a k u k a l i D a n a r a s a d a a l i b
X
Tinjauan Pengelolaan Pelayanan 6.1 Pengelolaan dan pengambilan keputusan (CM) 6.2 Sejarah Partisipasi saat pembangunan pelayanan (H) 6.3 Penilaian pelatihan – akses dan penggunaan (TR) 6.4 Pengelolaan keuangan (FIN) Efektivitas Penggunaan/ Pocket Voting SAB (EU) Efektivitas Penggunaan/ Pocket Voting SS (EU)
Pembagian Kerja Berdasarkan Gender dan Waktu Kerja (DIV) 10. Hak Suara dan Pilihan dalam Pengambilan Keputusan (VC)
n a r u p m a C
FGD Kelompok Miskin
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Keterangan
Menggunakan Monografi Desa dan Peta Sosial; informasi bisa didapat dari narasumber lain, seperti puskesmas, dll. Diskusi dilakukan dengan optimal bersama 40 orang anggota masyarakat dari seluruh komponen Peta dibuat bersama anggota masyarakat yang sangat paham dengan kondisi desa Perencanaan TW dan FGD dilakukan bersama anggota masyarakat setelah Peta selesai dibuat Mengunjungi dan diskusi dengan masyarakat yang ditemui pada titik-titik kunjungan transect berdasarkan perencanaan Diskusi dengan Badan Pengelola sarana air bersih yang ada saat ini, dan masih aktif mengelola sarana. (Dilakukan hanya apabila terdapat Badan Pengelola yang dibentuk khusus untuk mengoperasikan dan memelihara sarana)
Diskusi dilakukan dengan optimal bersama 20 orang (dengan memperhatikan keseimbangan gender) untuk masing-masing FGD Diskusi dilakukan dengan optimal bersama 20 orang (dengan memperhatikan keseimbangan gender) untuk masing-masing FGD Diskusi dilakukan dengan optimal bersama 10 - 15 orang untuk masing-masing FGD Diskusi dilakukan dengan optimal bersama 10 - 15 orang untuk masing-masing FGD