Markas Pusat Palang Merah Indonesia Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 96 Jakarta 12790 – Indonesia Telp. +62 21 799 2325 Fax +62 21 799 5188
2007
2007
Tim Penyusun: Nur Salam AS (PMI Pusat) Didi Suardi (PMI Pusat) Gede Sudiartha (PMI Daerah Bali) Mesdiono (PMI Daerah Kalimantan Timur) Putu Suryawan (TSR PMI Pusat) Dinihari Puspita (ICRC) Fachry Singka (IFRC)
Kontributor: Joni Mahmoedi DR. Heru Ariyadi Arifin MH (PMI Pusat) Juliati Susilo (PMI Pusat) Aswi Nugroho (PMI Pusat) Andreanne Tampubolon (PMI Pusat) Eka Wulan Cahyasari (PMI Pusat) Fitriana Sidikah (PMI Pusat) Fajar Sumirat (PMI Pusat) Ummi Alfiah (PMI Pusat) Benny O (PMI Pusat) Akbar (PMI Pusat) Asti (ICRC) Estherina (ICRC) Panjitresna (ICRC) Ria Bratawinata (ICRC) Annisa Marezqa (ICRC) Dewi Siska (IFRC)
Diterbitkan atas kerjasama:
Daftar Isi: Bab 1 1.1 1.2 1.3 1.4
Pendahuluan Umum Maksud Tujuan Sasaran Pembaca
Bab 2 2.1 2.2 2.3
Dasar-Dasar Assessment 2 Siklus Proyek 2 Tujuan Assessment 2 Periode Assessment 2 2.3.1 Saat Pra Bencana/Konflik 3 3.3.1.1 Pengumpulan Data Awal 3 3.3.1.2 HVCA (Hazard Vulnerability and Capacity Assessment 3 3.3.1.3 Baseline Survey 4 2.3.2 Saat Situasi Tanggap Darurat Bencana/Konflik 6 3.3.2.1 Rapid Assessment 6 3.3.2.2Detail Assessment 7 3.3.2.3 Continual Assessment (Lanjutan) 7 2.3.3 Saat Paska Bencana/Konflik 8 3.3.3.1 Assessment Sektoral 8
Bab 3 3.1
Proses Assessment 9 Langkah 1: Sebelum ke Lapangan 10 3.1.1 Mengulas Informasi Sekunder 10 3.1.2 Apakah Asessment Dibutuhkan? 10 3.1.3 Persiapan Assessment 10 3.1.3.1 Tentukan Objektif dan Kerangka Acuan 11 3.1.3.2 Tentukan Jenis Assessment 11 3.1.3.3 Putuskan Apakah Perlu Melibatkan Mitra Luar Atau Tidak 11 3.1.3.4 Kesimpulan Berkenaan Data Sekunder 12 3.1.3.5 Daftar Informasi Yang Dibutuhkan 13 3.1.3.6 Identifikasi Area Yang Akan Dikunjungi & Populasi Target 13 3.1.3.7 Mengorganisir Data Yang Ada 16 3.1.3.8 Mengumpulkan Sumber Daya 16 Langkah 2: Saat Di Lapangan 19 3.2.1 Prinsip-Prinsip Kerja Di Lapangan 19 3.2.2 Bekerja Di Lapangan: Kegiatan 19 Langkah 3: Setelah Dari Lapangan 21 3.3.1 Analisa 21 3.3.2 Ketidaktepatan Informasi 21 3.3.3 Pelaporan 23 3.3.3.1 Laporan Assessment 23 3.3.3.2 Kerangka Kerja Laporan 23 3.3.3.3 Proposal Program 25
3.2
3.3
1 1 1 1 1
Bab 4 4.1 4.2
4.3
Tools Assessment Pengamatan Wawancara 4.2.1 Tentukan Dengan Siapa Ingin Bicara 4.2.2 Pilih Tipe Wawancara Yang Akan Dilakukan 4.2.3 Bagaimana Melakukan Wawancara 4.2.3.1 Wawancara Semi Struktur 4.2.3.2 Perilaku Selama Wawancara 4.2.3.3 Tips Wawancara 4.2.3.4 Seni Bertanya 4.2.3.5 Seni Mendengarkan PRA (Participatory Rural Appraisal) 4.3.1 Alat Ukur Proporsional (Proportional Piling) 4.3.2 Penggolongan Berpasangan (Paired Ranking) 4.3.3 Spot Mapping 4.3.4 Transect Mapping 4.3.5 Jadwal Rutinitas Harian (Daily Routine Schedule) 4.3.6 Kalender Musiman (Seasonal Calendar) 4.3.7 Urutan Kronologis Peristiwa (Historical Timeline) 4.3.8 Pemetaan Kelembagaan (Institutional Mapping)
27 27 27 27 28 30 30 30 31 31 32 33 34 35 35 36 37 37 38 39
Bab 5 Pendekatan Ekonomi Keluarga (HEA) 40 5.1 Pengertian HEA 40 5.2 Kerangka HEA 40 5.3 Hasil Yang Diharapkan 40 5.4 Langkah-Langkah Pengumpulan Data HEA 41 5.4.1 Zona Ekonomi Pangan (Food Economy Zone/FEZ) 41 5.4.2 Kelompok Ekonomi/Kelompok Makmur 41 5.4.3 Akses Keluarga Terhadap Pangan, Pendapatan & Pola Pengeluaran 42 5.4.4 Dasar Pekerjaan Sosial/Jaringan Sosial 46 5.4.5 Efek Bencana/Guncangan 46 5.4.6 Mekanisme Penanggulangan (coping mechanism) 46 5.4.7 Identifikasi Kemungkinan Intervensi 46 Lampiran: Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran
1: 2: 3: 4: 5: 6:
Karakteristik bencana & bantuan Code of Conduct Safer Access Checklist Sektoral Format Assessment Cepat PMI (Rapid Assessment) Format Detail Assessment PMI
Panduan Assessment PMI
Bab 1 Pendahuluan 1.1. Umum Assessment merupakan elemen penting dalam proses penyusunan perencanaan program yang berkaitan dengan pengembangan program Kesiapsiagaan bencana dan Tanggap darurat bencana. Assessment akan memberikan informasi informasi dasar dari sebuah keputusan yang akan diambil. Kadangkala informasi yang baik belum tentu menghasilkan program yang baik apalagi jika informasi yang tersedia sangat terbatas, hampir dipastikan akan menghasilkan program yang tidak dapat memenuhi kebutuhan yang diinginkan. Jadi assessment adalah langkah-langkah strategis pertama yang harus dilakukan sebelum mendisain sebuah program.
1.2. Maksud Maksud disusunnya Panduan ini adalah untuk memberikan pengetahuan dibidang Assesment bagi para staf dan relawan PMI yang akan melaksanakan kegiatan sesuai dengan kaidah-kaidah yang ditetapkan dalam melaksanakan manajemen. Panduan ini banyak mengacu pada buku IFRC "Assessment Guidelines for Emergencies".
1.3. Tujuan - Meningkatkan kapasitas staf dan relawan PMI dalam bidang assessment yang terfokus pada pengembangan program Kesiapsiagaan Bencana dan operasi Tanggap Darurat Bencana. - Meningkatkan kualitas pelayanan Kepalangmerahan umumnya dan pelayanan pada Tanggap Darurat Bencana
1.4. Sasaran pembaca - Relawan PMI (KSR, TSR) - Staff PMI - Pengurus PMI - Mitra kerja PMI
1
Panduan Assessment PMI
Bab 2 Dasar-dasar assesment 2.1.
Siklus Proyek REVIEW / EVALUASI
ASSESSMENT
MONITORING
PERENCANAAN
IMPLEMENTASI
2.2. Pengertian dan tujuan Assesment Assessment adalah Identifikasi dan analisa atas sebuah situasi tertentu, yang menjadi landasan bagi sebuah proyek, program, atau kegiatan. Tujuan assessment adalah untuk mengidentifikasi dampak suatu bencana/konflik, mengumpulkan informasi dasar, mengidentifikasi kelompok yang paling rentan di antara para korban, upaya mengobservasi situasi sekarang (apa yang berubah dinamika situasi di lapangan), serta mengidentifikasi kemampuan respons pemerintah/LSM/organisasi keagamaan/PMI. Tujuan suatu assessment adalah tidak untuk mengidentifikasi intervensi tetapi untuk mencari tahu apakah suatu intervensi diperlukan atau tidak.
2.3. Periode Assesment Periode assessment di Palang Merah Indonesia terbagi 3, yaitu :
Pra-Bencana/ Konflik
Saat Bencana/ Konflik
Paska Bencana/ Konflik
Assessment
Assessment
Assessment
Situasi Normal
Situasi Bencana/Konflik
Situasi PaskaBencana/Konflik
Membandingkan & Menganalisa
2
Panduan Assessment PMI 2.3.1. Saat Pra bencana/Konflik Assessment yang biasa dilaksanakan pada saat pra bencana/konflik atau pada saat situasi normal merupakan langkah kesiapsiagaan PMI. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah : 2.3.1.1. Pengumpulan data awal Data awal ini adalah merupakan data yang diperoleh dari pihak atau lembaga terkait diluar PMI seperti; dari Pemerintah, LSM atau organisasi lain, dari media massa, dll. Data ini sangat penting sebagai informasi awal, karena itu perlu dikumpulkan untuk selanjutnya diobservasi. Mengumpulkan & mengobservasi DATA AWAL adalah mempelajari informasi sebanyak mungkin tentang suatu wilayah rawan bencana/konflik sebelum turun ke lapangan, mempelajari informasi yang relevan (data dari kota/desa, data tentang situasi sebelum bencana/konflik, dan laporan-laporan relevan lainnya), serta data dari media, dan lain-lain. 2.3.1.2. HVCA (Hazard Vulnerability and Capacity Assessment) HVCA dilakukan untuk mengetahui potret dari sebuah wilayah atau daerah yang meliputi kondisi bahaya/ancaman, kerentanan, dan kapasitas. Assessment ancaman/Bahaya (Hazards Assessment) meliputi : • Jenis ancaman bencana / konflik • Indikator peringatan dini • Petanda-petanda alamiah yang mengawali suatu peristiwa bencana • Kecepatan terjadinya peristiwa bencana / konflik • Frekuensi kejadian serupa pada waktu-waktu yang lalu • Waktu kejadian peristiwa bencana/konflik yang pernah terjadi Assessment kerentanan (Vulnerability Assessment) meliputi : • Lamanya suatu peristiwa bencana/konflik yang pernah melanda wilayah itu • Tingkat keparahan atau kerusakan yang diakibatkan • Elemen-elemen yang terancam langsung oleh dampak peristiwa bencana /konflik • Jumlah penduduk yang berdiam di wilayah itu yang paling terancam oleh dampak peristiwa bencana/konflik • Lokasi wilayah rawan bencana/konflik tersebut Assessment Kapasitas (Capacity Assessment) meliputi : • Jumlah penduduk di wilayah rawan bencana/konflik • Tingkat pengetahuan dan keterampilan masyarakat setempat • Mata pencaharian dan tingkat penghasilan masyarakat setempat • Fasilitas umum dan sosial yang tersedia • Organisasi masyarakat • Sistem sosial budaya masyarakat
Jenis ancaman bencana Indikator peringatan dini Petanda awal bencana
3
Panduan Assessment PMI Kecepatan terjadinya bencana Frekwensi kejadian Dugaan waktu kejadian Berapa lama kejadian berlangsung Tingkat kerugian/keparahan Elemen yg paling terancam Penduduk yg paling terancam Lokasi Sumber daya & kapasitas 2.3.1.3. Baseline Survei Disebut Baseline Survey bila data yang dihasilkan merupakan data dasar yang digunakan untuk bahan perencanaan program kegiatan maupun evaluasi terhadap perkembangan program, hasil pelaksanaan program, dampak program terhadap perubahan penbgetahuan sikap dan ketrampilan para penerima bantuan maupun untuk keperluan penyusunan tindak lanjut program dimasa yang akan datang. Salah satu pendekatan terbaik untuk mendapatkan informasi yang relevan dan tepat adalah melalui pendekatan survey. Terdapat 3 alasan mengapa orang melakukan survey : Untuk m e n d i s k r i p s i k a n suatu populasi : informasi yang dihasilkan digunakan untuk menguraikan berbagai karakteristik populasi. Untuk m e nj e l a sk a n : informasi yang dihasilkan digunakan untuk menjelaskan berbagai hubungan dalam suatu populasi. Untuk sar ana eksplor asi : umumnya digunakan pada awal-awal penelitian yakni sebagai sarana untuk mendapatkan informasi lebih jauh tentang populasi. •
•
•
Sebelum survey dilakukan, perencanaan survey harus memikirkan keseluruhan proses survey, meliputi : Apa tujuan melakukan survey ? Apa yang ingin diketahui dalam survey tersebut ? Bagaimana cara merencanakannya ? Bagaimana melakukannya ? Dan bila hasilnya sudah diperoleh, bagaimana cara menganalisisnya ? Bila data telah dianalisis, bagaimana cara memanfaatkan data tersebut untuk keperluan program? Langkah-langkah proses survei mengacu pada Proses Assessment (lihat Bab 3.1. Langkah 1: Sebelum Ke Lapangan). • • • • • •
Kapan melakukan survei ? Survei akan menjadi pilihan yang terbaik saat : Kita perlu cara pengumpulan informasi secara cepat dan efisien. •
4
Panduan Assessment PMI • • •
Kita perlu menjangkau jumlah orang yang cukup banyak jumlahnya. Kita perlu informasi statistik yang valid. Informasi yang kita perlukan tidak tersedia melalui c ara-cara lainnya.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah: Persiapkan kuesioner Saat mempersiapkan kuesioner, pastikan apakah mereka dapat memahami pertanyaan itu? Apakah mereka merasa nyaman atau tidak terganggu dengan pertanyaan itu? Apakah pertanyaan terlalu sensitif? Apakah pertanyaan yang kita gunakan cukup efektif untuk data/informasi yang memang kita inginkan? Pertanyaan yang kita tanyakan sangat tergantung pada audien yang kita survei maupun jenis dan kedalaman informasi yang ingin kita peroleh. Lakukan pre-test terhadap instrument yang sudah dipersiapkan Jika diperlukan, edit dan revisi kuesioner yang sudah dipersiapkan. •
• •
Apa itu Kuesioner ? Kuesioner adalah alat pengumpulan data yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang ingin ditanyakan kepada responden tentang hal-hal yang terkait dengan informasi yang diperlukan. Kuesioner merupakan bagian utama dalam tahapan rencana kegiatan survey. Kuesioner inilah yang digunakan sebagai sarana untuk pengumpulan data. Hasil data yang direfleksikan dalam kuesioner dapat berupa angka, diskripsi, tabel, analisis statistik maupun kesimpulan survei.
2.3.2. Saat situasi Tanggap Darurat Bencana/Konflik Normalnya, assessment pada saat tanggap darurat mengikuti setiap tahapan yang ada (lihat gambar dibawah).
DARURAT RAPID ASSESSMENT CONTINUAL ASSESSMENT DETAIL ASSESSMENT
2.3.2.1. Rapid Assesment Dilakukan setelah terjadi perubahan besar, seperti gempa bumi atau terjadi pengungsian mendadak, assessment memberikan informasi tentang kebutuhan, jenis intervensi/bantuan yang memungkinkan dan sumber daya yang dibutuhkan. Rapid
5
Panduan Assessment PMI assessment biasanya hanya berlangsung satu minggu atau kurang, yang kemudian dilanjutkan dengan dengan detail assessment. Informasi yang dibutuhkan: Lokasi, jumlah penduduk sebe lum bencana alam/konflik, jumlah korban (yang mati, yang terluka, mengungsi), tingkat keparahan wilayah, pihak terkait yang akan/sudah memberikan bantuan, situasi keamanan dan kese lamatan, kebutuhan yang paling mendesak per lokasi, Fasilitas yang tersedia (misal: air bersih, pengadaaan pangan) dan lokasinya, Contact person. Contoh Format Rapid Assesment lihat Lampiran.
2.3.2.2. Detail Assesment Detail assessment dilakukan berdasarkan beberapa alasan, seperti berikut: Rapid assessment telah dilaksanakan, tetapi detail informasi masih dibutuhkan. PMI mempertimbangkan untuk memulai operasi pada sebuah wilayah dan membutuhkan informasi yang detail untuk mengambil keputusan. PMI memperkirakan situasi akan cenderung berubah dan membutuhkan informasi tambahan lain (contohnya bencana kekeringan, banjir-curah hujan terus menerus). Secara umum detail assessment berlangsung satu bulan atau kurang, tergantung luas wilayah dan masalah yang dihadapi serta sumber daya yang tersedia. • •
•
•
Contoh Format Detail Assesment lihat Lampiran
2.3.2.3. Assesment lanjutan (Continual Assessment) Hal ini dilakukan manakala PMI telah melakukan kegiatan detail assessment dan sedang melakukan operasi. Assessment lanjutan merupakan sebuah proses dimana informasi terbaru dibutuhkan. Assessment lanjutan yang efektif membantu anda untuk mengidentifikasi perubahan secara cepat. Ketika perubahan teridentifikasi, rapid atau detail assessment dapat dilakukan kembali. Informasi dari assessment lanjutan digunakan sebagai informasi sekunder selama rapid dan detail assessment ber langsung. Tabel 1. Ringkasan dari pendekatan yang digunakan dalam setiap jenis assessment
Variabel
Rapid assessment
Detail assessment
Waktu
Kurang dari satu minggu
Kurang dari satu bulan
Akses ke sumber informasi
Terbatas Tidak cukup waktu untuk mengunjungi seluruh lokasi dan berbicara dengan seluruh sumber informasi Atau Keamanan dan
Memungkinkan untuk mengunjungi seluruh lokasi dan melakukan wawancara seluruh sumber informasi
Assessment lanjutan Informasi dikumpulkan secara reguler melalui periode operasi Seluruh akses dapat dilalui
6
Panduan Assessment PMI
Jenis dan sumber informasi
Asumsi yang digunakan
Tim assessment
keselamatan membatasi gerakan dan akses ke masyarakat Data sekunder, pelayanan lokal (kesehatan, air dll) NGO, pemerintah, masyarakat yang terkena dampak/kunjungan keluarga (contoh kecil) Tinggi. Keterbatasan waktu untuk mengumpulkan informasi. Harus menggunakan asumsi berdasarkan pengalaman sebelumnya Generalis / non spesialis yang berpengalaman, dengan pengalaman sebelumnya dari jenis bencana yang sama
Data sekunder, seluruh informasi
Data sekunder, sumber informasi tertentu, indikator, relawan dan staff Palang Merah Bulan Sabit Merah
Rendah. Waktu yang cukup untuk wawancara kepada seluruh sumber informasi
Sedang. Asumsi berdasarkan indikator dan sumber informasi, tetapi dapat diverifikasi dari sumber lain Generalis / non Staff Palang Merah spesialis, Bulan Sabit Merah memungkinkan (generalist) yang didukung dengan melaksanakan spesialis aktivitas normal.
2.3.3 Saat Paska Bencana/Konflik 2.3.3.1. Assessment sektoral Setelah masa tanggap darurat selesai dapat dilakukan detail assessment yang dilakukan per sektor untuk melihat pada masing-masing sumber daya yang masih bisa atau perlu dikembangkan. Masa ini juga biasa disebut sebagai masa pemulihan (Recovery). Apabila kapasitas masih kurang maka dapat diberikan intervensi dari luar. Pada masa Recovery ini PMI biasanya lebih fokus kepada program capacity building PMI. Sektor-sektor dalam wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi teknis, biasanya diberikan oleh sumber-sumber informasi utama yang bekerja di sektor yang relevan dengan informasi yang dibutuhkan (misalnya, petugas klinik kesehatan). Checklist untuk sektor-sektor dalam wawancara dan saran untuk menentukan sumber informasi utama diberikan dalam bagian berikut. Seorang pelaku assessment tanpa latar belakang teknis dapat menggali informasi yang ada, jika mereka dapat menemukan sumber informasi yang tepat. Prosesnya sebagai berikut: Carilah sumber informasi dari berbagai macam sektor sebanyak mungkin. Dalam rapid assessment, carilah sektor-sektor yang relevan berkaitan dengan masalah yang paling parah yang tengah dihadapi. Tanyakan sumber informasi utama yang relevan dengan bidangnya. Jangan kuatir jika mereka tidak dapat menjawab semua pertanyaan untuk semua sektor. Bantu sumber informasi itu untuk memberikan informasi tambahan yang mereka anggap penting. Pada saat kembali dari lapangan, berikan informasi dari sektor-sektor yang ada kepada orang yang memahaminya secara teknis di PMI. Jika spesialis tidak ada, konsultasikan dengan Delegasi Regional IFRC atau Kantor Pusat IFRC di Jenewa. •
•
•
7
Panduan Assessment PMI •
Spesialis menggunakan informasi untuk menilai keburukan dari situasi dan menilai apakah masih membutuhkan detail assesment dari sektor tersebut (dalam kondisi yang ekstrim, memungkinkan untuk memulai program berdasarkan informasi dari sektor yang berkaitan, tetapi hal ini seharusnya dibarengi dengan assessment sektor secara keseluruhan).
Catatan pada checklist sektor Checklist ini disusun oleh para spesialis yang memahami bidangnya, yang berasal dari ICRC dan IFRC. Sebagian besar check list ini diperoleh dari buku panduan Sphere. (Lihat Lampiran: Checklist Sektor)
8
Panduan Assessment PMI
Bab 3 Proses Assessment ---------------------- LANGKAH 1: SEBELUM KE LAPANGAN-----------------------1.
Pengumpulan Informasi Awal Lihat 3.1.1
2. Apakah assessment di butu hkan? Lihat 3.1.2.
Jika TIDAK: Proses dihentikan
Jika YA: 3. Assessment dip ersiapkan: - Tentukan tu juan assessment/buat kerangka acuan jika diperlu kan (lihat 3.1.3.1)
- Tentukan jenis assessment yang akan dilakukan (lihat 3.1.3.2) - Putus kan apakah perlu melibatkan mitr a dari luar atau tidak (lihat 3.1.3.3) - Kesimpulan atas data sekund er (lihat 3.1.3.4) - Daftar infor masi yang dibutuh kan (lihat 3.1.3.5) - Identifi kasi area yang akan dikunju ngi & pop ulasi target (lihat 3.1.3.6) - Mengorg anisir d ata yang ada (lihat 3.1.3.7) - Mengump ulkan su mber daya (HR, waktu, logist ik, dll) (lihat 3.1.3.8)
---------------------- LANGKAH 2 : SA AT DI L APANGAN-------------------------
Observasi (gunakan panca indera) Lihat 3.2.2
Wawancara - Wawancara dengan sum ber informasi atau tidak? - Wawancara dengan individu atau kelompok? - Wawancara terstrukt ur, semi-struktur atau tidak terstruktur? lihat 3.2.2
------------
------------
- Analisa data/info & r ekomendasi (lihat 3.3.1) - Pelaporan
9
Panduan Assessment PMI 3.1.
LANGKAH 1: SEBELUM KE LAPANGAN
3.1.1. Mengulas informasi sekunder Data Sekunder Informasi yang telah dikumpulkan, baik itu dari Gerakan Palang Merah maupun organisasi lain. Data sekunder dapat berupa informasi mengenai keadaan di waktu yang telah lalu maupun keadaan saat ini. Data sekunder bisa dalam bentuk tulisan (laporan, dll) ataupun lisan (diskusi, dll). Buatlah ulasan dan analisa atas data sekunder yang ada untuk membantu anda memutuskan apakah assessment perlu dilaksanakan atau tidak. Periksa laporan media; hubungi agensi kemanusiaan lainnya dan pemerintah; tanyakan kepada orang-orang yang baru saja kembali dari lokasi yang terkena d ampak. Kemudian rumuskan: Kondisi alamiah dari bencana (atau cenderung akan terjadi bencana) Keadaan yang mendesak Ketidakjelasan informasi • • •
3.1.2. Apakah assessment dibutuhkan? Anda bisa memutuskan untuk melakukan assessment dengan beragam alasan sebagai berikut: Sebuah perubahan mendadak terjadi (contohnya gempa bumi, banjir bandang/tanah longsor) Anda rasakan kondisi darurat akan terjadi dimasa yang akan datang (contohnya meningkatnya ketidakstabilan politik, kekeringan) Anda membutuhkan informasi lengkap kondisi darurat yang ada. •
•
•
Anda bahkan juga harus dapat memutuskan untuk tidak melaksanakan assessment dengan beragam alasan seperti: Akses tidak memungkinkan ke lokasi bencana Informasi yang ada (berdasarkan laporan agensi lain dll) cukup memuaskan, sehingga tidak perlu melaksanakan asessment lagi. Banyak agensi sudah melaksanakan assessment dilokasi bencana dan adanya kecenderungan kelelahan assessment ditengah-tengah komunitas. • •
•
KELELAHAN ASSESSMENT Ini dapat terjadi ketika ada suatu area yang telah diassessment berulangkali oleh berbagai macam agensi. Masyarakat merasa frustasi karena mereka diharapkan menjawab pertanyaan yang sama, bahkan seringkali dengan hasil yang nihil. Masyarakat kehilangan kesabaran dengan “assessment kemanusiaan”. Dalam kondisi tersebut, sebuah assessment menghasilkan informasi yang tidak berguna.
3.1.3. Persiapan Assessment Jika kebutuhan akan assessment telah diputuskan, ada beberapa hal yang perlu dilakukan sebelum turun ke lapangan.
10
Panduan Assessment PMI 3.1.3.1. Tentukan objektif dan kerangka acuan Mengapa anda ingin melaksanakan assessment? Uraikan objektif secara menyeluruh, pertanyaan yang harus dijawab, dan aktivitas yang harus dilakukan. Uraikan, apabila memungkinkan hal yang spesifik, output yang diharapkan. Harus realistis. Informasi sekecil apakah yang dibutuhkan untuk meraih output yang diminta? Mengacu pada orang yang akan menggunakan informasi tersebut dan kebutuhan informasi apa yang diinginkan. Pengguna informasi tersebut -biasanya, seperti yang tertera dibawah ini: Staff operasional dan program Pencari dana Departemen komunikasi dan media Pengurus. • • • •
Jika diperlukan, buatlah kerangka acuan, jelaskan dengan tepat apa yang diharapkan dari team assessment dalam melaksanakan tugasnya.
3.1.3.2. Tentukan jenis assessment Tentukan tipe assessment yang akan digunakan (rapid, detailed atau continual). Lihat bagian 2.3.2. 3.1.3.3 Putuskan apakah perlu melibatkan mitra dari luar atau tidak Putuskan apakah assement akan dilakukan sendiri, atau melibatkan mitra dari Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, atau dengan mitra dari luar (assessment gabungan). Memungkinkan terjadinya pelaksanaan assessment gabungan dengan organisasi lain (pemerintah atau NGO). Kerjasama ini memiliki manfaat sebagai berikut: Terciptanya kerjasama dan koordinasi dalam perencanaan dan implementasi projek. Efisiensi sumberdaya (pembagian tugas, seperti logistik dan jumlah orang yang dibutuhkan dalam assessment). Mengurangi kelelahan dalam assessment. •
•
•
Ada berbagai cara dalam membagi tugas selama melakukan assessment gabungan. Dua hal yang memungkinkan: Agensi yang memiliki spesialisasi tertentu akan membagi tugasnya. Sebagai contoh, assessment lapangan dan koordinasi tim (FACT) menilai persediaan air dan akses kesehatan, sedangkan UNICEF menilai kebutuhan pendidikan dari pengungsi anakanak. Agensi dengan spesialisasi yang sama membagi wilayah secara geografis. Sebagai contoh, ICRC dan WFP membagi area assessment untuk ketahanan pangan. •
•
Assessment gabungan akan sesuai seandainya: Setiap organisasi yang berpartisipasi berbagi hal tentang nilai-nilai yang ada dan prinsip operasional. Setiap organisasi yang berpartisipasi menggunakan metodologi yang sama atau sesuai. •
•
Dalam kondisi bencana, beberapa hal akan menjadikan assessment gabungan tidak berjalan dengan baik. Sebagai contohnya: Assessment tersebut merupakan mandat khusus (contohnya kunjungan tahanan ICRC). Nilai-nilai organisasi dan prinsip operasi tidak sama. •
•
11
Panduan Assessment PMI • •
Kolaborasi merusak prinsip-prinsip netralitas dan imparsial. Setiap organisasi atau bahkan individu merasakan adanya kecurigaan.
Apabila memungkinkan, buatlah kesepakatan formal yang menyatakan secara spesifik peran dan tanggungjawab setiap organisasi ketika melaksanakan assessment. Jika hasil dari assessment gabungan tidak sesuai, sangatlah penting untuk mengetahui organisasi lain yang melaksanakan assessment. Pengulangan assessment diwilayah yang sama tidak efisien dan melelahkan dan berdampak negatif pada ketepatan dan keamanan. Mengulas laporan assessment dari organisasi lain bisa menjadi bagian yang berharga sebagai ulasan data sekunder.
3.1.3.4. Kesimpulan berkenaan dengan data sekunder Salah satu tugas Ketua Tim adalah mempelajari laporan dari data sekunder; untuk mencari informasi tentang: Latarbelakang informasi dari area yang dikunjungi. Informasi secara langsung berkaitan dengan pertanyaan yang diajukan dalam kerangka acuan. Informasi tentang penyebab dan dampak dari bencana yang terjadi. • •
•
Data sekunder membantu untuk membuat ide awal atas dugaan permasalahan dan juga berguna saat merencanakan wawancara untuk pertama kali di lapangan. Sebagai contoh, jika lahan pertanian terkena dampak kekeringan, maka hendaknya anda juga mendiskusikan kerugian tanam dengan petani. Contoh data sekunder meliputi: Laporan assessment lapangan dari Palang Merah dan Bulan Sabit Merah atau agensi lain. Laporan media. Laporan tentang kondisi sosial, ekonomi, politik dan sejarah yang ada di pemerintah, sivitas akademika atau sekelompok peneliti. Survey teknis yang dikerjakan pihak kementrian, sivitas akademika, NGO, UN . Hasil VCA Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. Data sensus penduduk. Data meterologi. Peta. Saksi mata (orang-orang yang baru kembali dari lapangan). Komunikasi verbal dengan para ahli dilapangan atau isu teknis yang berkaitan. •
• •
• • • • • • •
Ada beberapa sumber lain yang memungkinkan bisa digunakan. Dalam setiap situasi, perhatikan informasi apa yang akan berguna dan dimana diperoleh. Menentukan keakuratan dan kegunaan data sekunder dapat dilakukan dengan menanyakan beberapa hal seperti: Bagaimana informasi diperoleh? Metodelogi yang digunakan? Bagaimana kepastian sumber informasi yang diperoleh? Dari segi apa yang memungkinkan informasi menjadi bias? (Mengacu pada tujuan dalam memperoleh informasi) Seberapa valid informasinya? Apakah informasi berdasarkan kenyataan atau opini? • • •
• •
12
Panduan Assessment PMI
Kata kunci: Bersiaplah selalu untuk menghadapi kenyataan yang berbeda dari apa yang telah direncanakan dan waspadalah akan hal yang tidak terduga. 3.1.3.5. Daftar informasi yang dibutuhkan Ini bergantung pada informasi yang telah ada (yang dapat dipercaya) dan obyektif dari assessment 3.1.3.6. Identifikasi area yang akan dikunjungi & p opulasi target
Wilayah Area
Lokasi
Sangat jarang kemungkinan untuk bisa mendatangi seluruh wilayah yang terkena dampak bencana dalam kondisi darurat. Seharusnya memilih daerah yang bisa mewakili dari lokasi yang terkena bencana. Metode statistik untuk melakukan ini biasanya tidak layak karena alasan waktu dan akses. Selanjutnya gunakan data sekunder untuk mengidentifikasi area dan poplulasi yang cocok dengan kriteria dibawah. ■
■
■
Prioritas 1: Area dan Populasi yang terkena dampak langsung. Sebagai contoh adalah sebuah lokasi gempa atau area konflik militer atau bahkan populasi yang secara terpaksa meninggalkan rumahnya. Prioritas 2: Area dan populasi yang secara tidak langsung terkena bencana. Sebagai contoh, sebuah wilayah yang berdampak secara ekonomis dari konflik yang ditimbulkan oleh wilayah sekitarnya. Prioritas 3: Area dan populasi yang tidak terkena dampak atau berdampak kecil. Dimana kondisi darurat yang terjadi tidak memiliki dampak nyata terhadap masyarakat dan matapencaharian (sangat berguna sebagai perbandingan dengan daerah yang terkena bencana).
Dalam rapid assessment, biasanya hanya memungkinkan untuk mengunjungi suatu wilayah dan populasi dalam ‘prioritas 1’ sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya.
13
Panduan Assessment PMI Pada detail atau assessment lanjutan, ketiga kategori proritas tersebut seharusnya dilakukan. Terkadang pada saat melaksanakan rapid assesment, tidak memungkinkan memperoleh akses pada area di priroritas 1. Jika ini masalahnya, cobalah untuk menggali informasi dan bertanyalah dengan orang-orang yang baru saja mengunjungi daerah tersebut.
Kata Kunci: Jelaskan alasan anda memilih suatu area dalam laporan assessment. Daftar area yang akan dikunjungi mungkin berubah setelah kunjungan pertama kelapangan Dengan melakukan kegiatan dan kunjungan ke lapangan, anda akan mendapatkan gambaran tentang permasalahan penting yang dihadapi pada bebe rapa daerah yang terkena dampak, mungkin bisa dilakukan kunjungan ke daerah lainnya. Apabila anda telah memiliki kerangka waktu yang jelas, ini berarti beberapa area lain akan diabaikan dari daftar kunjungan. Metode Sampling Jika daerah yang ditentukan sangat luas, berisi sejumlah desa-desa atau kotamadyakotamadya, mungkin perlu menggunakan cara dalam menentukan pilihannya ditingkat berikutnya. Ada dua cara yang bisa dilakukan, yakni: ■ Sampling acak. Lakukanlah manakala area yang ditentukan relatif sama. Buatlah daftar lokasi dan pilih secara acak daerah yang akan dikunjungi. ■ Sampling tujuan. Jika lokasi sangat berbeda, pilihlah daerah yang lebih memiliki dampak / karakteristik (etnik, ekonomi, kota/desa dll) Pada dasarnya, lebih baik mengunjungi lebih banyak lokasi dan kurangi wawancara dengan masyarakat pada setiap tempat daripada sebaliknya.
Perhatikan! Dibeberapa kondisi bencana, “jaringan kemanusiaan” muncul disekeliling kota utama. Setiap organisasi berkumpul di lokasi-lokasi bencana dan memenuhi kebutuhan yang diperlukan, mereka berada dalam jarak yang berdekatan. Bagaimanapun, masalah dalam pemenuhan kebutuhan pada suatu wilayah sering muncul antar organisasi kemanusiaan. Ketika menentukan area dan lokasi yang dikunjungi, cobalah pertimbangkan masalah-masalah yang ada. Berikut adalah contoh bagaimana memilih sampling saat berada di lapangan (menggunakan logika yang sama dengan di atas) – Gunakan sampling acak jika tidak ada perbendaan yang mencolok diantara rumah tangga-rumah tangga di lokasi tersebut.
Sampling acak Gunakan sampling acak jika tidak ada perbedaan yang signifikan diantara rumah tangga pada sebuah lokasi. Langkah 1. Tentukan berapa banyak rumah tangga yang diwawancara. Ini tergantung waktu yang tersedia dan besarnya sebuah komunitas. Ambillah sekurang-kurangnya tiga rumah tangga pada setiap lokasi, tetapi bisa juga lebih jika anda memiliki waktu yang cukup. Beri waktu 30 menit untuk setiap wawancara.
14
Panduan Assessment PMI Langkah 2. Identifikasi rumah tangga yang diwawancara. Ambillah posisi di tengah pada sebuah komunitas. Putarkan botol ditanah, perhatikan arah kepala botolnya atau lemparkan pulpen ke udara dan perhatikan arah dimana mendaratnya. Berjalanlah kearah yang telah ditentukan dari botol atau pulpen tersebut, sampai anda berada di pinggir komunitas tersebut, hitunglah berapa jumlah rumah yang dilalui. Bagilah jumlah rumah tersebut dengan jumlah rumah tangga yang anda ingin wawancara; ini memberikan jarak diantara rumah-rumah. Gambar 6 memberikan sebuah contoh: Anda ingin mengambil tiga sampel rumah tangga. Anda berjalan ke arah yang ditentukan dan menghitung 15 rumah terlewati. Jarak antara sampel rumah adalah 15/3 = 5 (15 rumah terhitung, dan 3 sample rumah diminta). Pilihlah nomor antara 1-5; ini akan menjadi rumah pertama yang anda kunjungi. Setelah rumah pertama dikunjungi, berjalanlah dengan arah yang sama dan hitung lima rumah lainnya; ini menjadi rumah tangga kedua yang diwawancara. Akhirnya, lakukan hal yang sama untuk memilih rumah yang terakhir. • • •
• •
Gambar 6. Dia ram Random Arah jalan kaki
Keluarga 3
Rumah
Keluarga 2
Keluarga 1
Pusat lokasi
Pendekatan yang lain untuk sampling acak Jika rumah berada di beberapa jalan, tentukan jalan yang ingin dijadikan sample, kemudian hitung rumah-rumah seperti yang dijelaskan pada langkah 2 diatas. Jika data populasi ada, rumah tangga dapat dipilih acak dari nama-nama yang ada di list. •
•
Sampling berdasarkan kebutuhan Gunakan sampling ini jika ada perbedaan yang signifikan diantara rumah tangga-rumah tangga. Sebagai contoh, anda ingin mewawancarai beberapa rumah tangga karena ada yang berada di daerah pinggiran atau karena mereka memiliki matapencaharian yang berbeda.
15
Panduan Assessment PMI Ada dua cara untuk untuk mengambil contoh: Kelompok-kelompok rumah tangga yang dituju berada pada daerah tertentu dalam lingkungan pedesaan atau perkotaan. Lakukan sampling acak, seperti yang dijelaskan sebelumnya. Kelompok-kelompok rumah tangga yang dituju berada terpisah dengan desa atau kota. Berdasarkan hasil sensus desa atau kota, dimana anda dapat mengidentifikasi rumah tangga-rumah tangga yang dituju, lakukanlah sampling acak dari data sensus tersebut. Jika data sensus tidak ada, tanyakan masyarakat setempat untuk membantu anda untuk mengidentifikasi jumlah rumah tangga yang ada berdasarkan kelompoknya. •
•
3.1.3.7. Mengorganisir data yang ada Tim assessment menyusun sebuah checklist informasi dan sumber daya yang dibutuhkan sebelum pergi kelapangan. Ini merupakan bagian yang penting dari proses sebuah assessment, yang berfungsi mengarahkan pada diskusi tim. Checklist berkaitan dengan spesifik assessment. Sebuah checklist standar tidak dibutuhkan karena: Setiap kondisi bencana berbeda. Proses membuat checklist sangat penting. • •
Checklist diubah setiap hari selama assessment berlangsung. Perubahan dilakukan berdasarkan informasi baru yang diterima dan analisa tim dari informasi tersebut. Checklist persiapan seharusnya memasukkan informasi seperti berikut: Pertanyaan yang diajukan. Metode pengumpulan informasi. Sumber (kelompok atau individu). Lokasi kunjungan. Tanggungjawab dari anggota tim (setiap anggota memiliki tanggungjawab untuk sekian pertanyaan yang ada). • • • • •
Kata Kunci Checklist seharusnya tidak diperlakukan seperti kuesioner. Hanya digunakan sebagai alat untuk menambah daya ingat. Selama wawancara, sesekali lihatlah checklist untuk meyakinkan anda sudah memenuhi semuanya. Informasi baru akan muncul pada saat wawancara. Semakin anda berpengalaman, semakin jarang anda menggunakan checklist! 3.1.3.8. Mengumpulkan Sumber Daya Formasi Tim Tunjuk seseorang untuk menjadi ketua tim dan tentukan formasi tim. Ini bisa mengikuti formasi berikut: Satu orang atau lebih yang berpengalaman tetapi tidak memiliki ■ Generalis. spesialisasi teknis tertentu. ■ Spesialis. Satu orang atau lebih karena memiliki pengalaman yang spesifik dan keahlian. ■ Multi-disiplin. Sekelompok spesialis yang mewakili seluruh sektor didalam tugas Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (insinyur, pekerja kesehatan dll) Manfaat dan kelemahan dari tiga jenis formasi tim dipaparkan berikut ini.
16
Panduan Assessment PMI SusunanTim Generalis
Manfaat Tim dapat berkumpul dengan cepat (karena tidak membutuhkan orang-orang yang memiliki pengetahuan khusus).Oleh karena itu sangat berguna untuk rapid assessment. Memberikan gambaran analisis umum situasi dengan baik. Dapat dilakukan setiap orang, sangat pas untuk asessment lanjutan.
Spesialis
Dapat mengidentifikasi masalah dengan cepat pada bidang yang ditekuninya.
Multi-disiplin
Masalah teknis dapat diketahui dengan detail, sehingga kebutuhan akan tindakan lanjutan bisa dihindari. Pengalaman yang beragam memberikan dasar yang luas untuk sebuah analisa.
Kelemahan Kekurangan orang–orang yang memiliki pengetahuan khusus yang berarti membutuhkan asessment lanjutan apabila ada masalah teknis yang terindentifikasi. Masalah teknis mungkin diabaikan Dalam situasi yang gawat, tim assessment memungkinkan memberikan bantuan pula (seperti halnya dalam kondisi konflik) Bisa jadi hanya fokus pada isu yang diketahuinya saja sehingga mengabaikan hal lain secara umum. Sulit untuk mengumpulkan orangorangnya; sebab itu assessment tidak sering dilakukan dengan susunan tim ini. Mungkin tidak membutuhkan banyak spesialis. Sulit untuk mengkoordinir tim (penggunaan metodelogi yang kurang sesuai, kebutuhan logisitik yang sulit dll) Tim yang besar dapat menghadirkan ancaman dari segi keamanan dan dapat mengintimidasi komunitas kecil.
Pilihlah formasi tim yang sesuai berdasarkan situasi dan kondisi yang ada di lapangan, terutama jenis informasi apa yang ingin dikumpulkan. Setelah itu, pikirkan hal berikut: ■ Jika memungkinkan, libatkan orang yang mampu berbahasa setempat. Libatkan satu orang penterjemah untuk setiap anggota tim yang tidak dapat berbahasa setempat. ■ Usahakan untuk melibatkan pria dan wanita di dalam tim. ■ Teradang sangat berguna jika melibatkan wakil dari populasi yang berasal dari area yang terkena dampak. ■ Semua orang bias; persepsi mereka berdasarkan latar belakang budaya, pengalaman, pelatihan profesional dan banyak lagi faktor lainnya. Waspada akan hal ini dan cobalah untuk meyakinkan perspektif tiap individu dalam tim untuk berimbang. Apabila memungkinkan, sangatlah baik untuk melibatkan staf yang berasal dari kantor setempat, di area yang akan diassessment. Ini berarti bahwa assessment dapat
17
Panduan Assessment PMI dilakukan lebih sering, hemat biaya (biaya perjalanan, dll.), dan meningkatkan hubungan dalam melakukan assessment, perencanaan proyek dan implementasi. Mengorganisir Perjalanan Sebelum turun ke lapangan, ketua tim harus memastikan bahwa semua anggota tim telah diberikan pengarahan mengenai: ■ Kerangka acuan atau hal apa yang diharapkan dari assessment yang akan dilakukan. ■ Rencana kerja, termasuk metodologi yang akan digunakan serta kerangka waktunya. ■ Pembagian tugas masing-masing anggota tim, pelaporan, dll. ■ Pengaturan logistik untuk assessment (transportasi, akommodasi, dll.). ■ Keamanan: situasi terkini dan prosedur selama assessment. ■ Hal-hal lain yang berkaitan dengan assessment Sangatlah penting bahwa semua orang (termasuk penterjemah!) yang akan bergabung dalam kegiatan assessment ikut berpartisipasi pada phase perencanaan. Sebelum turun ke lapangan, tim hendaknya memastikan: - Waktu yang tersedia (misal: waktu efektif di lapangan) sesuai dengan objektif assessment - Periodenya tepat (periode dalam tahun) - Semua hal mengenai logistik dan administrasi sudah diurus.
18
Panduan Assessment PMI 3.2.
LANGKAH 2: SAAT DI LAPANGAN
3.2.1. Prinsip-prinsip kerja di lapangan Prinsip-prinsip ini seharusnya diikuti selama kerja di lapangan: dengan masyarakat yang terkena bencana merupakan hal yang ■ Konsultasi penting. Bangkitkan semangat masyarakat yang terkena bencana untuk menjelaskan situasi dengan bahasa dan waktu yang mereka miliki. Bahkan pada kondisi bencana yang terjadi dengat cepat masih selalu ada kemungkinan melibatkan pendapat masyarakat lokal. ■ Perhatikan kebutuhan-kebutuhan yang mendesak dari kelompok dan individu yang berbeda (laki-laki, perempuan, orangtua, anak-anak dll) ■ Perhatikan kejelasan informasi yang diterima. Informasi mungkin ‘nyata’ (benar), ‘opini’ (tergantung dengan perspektif orang yang memberi informasi) atau ‘rumor’ (berdasarkan informasi yang belum jelas). ■ Bias. Setiap orang bias. Mengingat perspektif dari pemberi informasi dan mereka yang melaksanakan assessment. ■ Carilah kelompok marjinal dan pastikan ketertarikan mereka. Siapa yang kuat dan suara siapa yang diabaikan? Golongan marjinal berdasarkan jender, etnis, status sosial dan karakteristik lainnya. ■ Carilah perubahan dan tren yang mempengaruhi masyarakat. Cobalah memahami apa yang menyebabkan terjadinya perubahan. ■ Perhatikan hal yang terjadi diluar dugaan. Siapkanlah asumsi yang dibutuhkan. Perhatikan dan temukan isu mana yang paling penting dalam masyarakat dan dengan siapa anda berbicara. Perhatikan dampak dari isu-isu dalam masyarakat sebagai suatu kesatuan. ■ Sebagai contoh, HIV/AIDS bukanlah hanya sebuah isu kesehatan. Di sebagian besar negara-negara dipermukaan bumi ini, menjadikan isu tersebut memiliki dampak yang luas terhadap ekonomi dan sosial. ■ Melalui hasil assessment, pikirkanlah bagaimana informasi ini digunakan. Jenisjenis program apa saja yang sesuai? Hal ini berkenaan dengan efek positif dan negatif dari program-program tersebut (Panduan ‘Better Programming Initiative–BPI’ dapat menjadi panduan yang baik). ■ Pikirkan waktu yang dibutuhkan dalam kunjungan lapangan. Cobalah hindari waktu kunjungan dimana masyarakat sedang sibuk atau mereka sedang ada acara/kegiatan. Perhatikan pula halnya dengan musim yang sedang berlangsung. Beberapa orang dari masyarakat biasanya tidak ada dalam komunitas untuk suatu musim tertentu dan aktivitas dan kerentanan cenderung berubah-ubah dari musim ke musim.
3.2.2. Bekerja di lapangan: kegiatan Setiap hari kondisi dilapangan berbeda dan harus direncanakan dengan baik. Langkah-langkah yang telah ditentukan tidak selamanya harus sesuai seperti rencana. Beberapa langkah bisa dilakukan pada saat yang bersamaan jika jumlah tim assessment cukup banyak. Terkadang perlu untuk mengulang beberapa langkah apabila terdapat hal yang bertentangan dan tidak konsisten.
19
Panduan Assessment PMI Berikut adalah langkah-langkah yang biasa dilakukan:
Langkah 1. Rencana harian Kegiatan dilapangan seharusnya direncanakan dengan hati-hati setiap harinya. Tim assessment seharusnya membuat sebuah persiapan, seperti berikut (biasanya dilakukan pada malam hari): Menentukan lokasi yang dikunjungi ■ Membuat checklist informasi yang dibutuhkan ■ Sepakat menggunakan metode wawancara dan sumber informasi (dapat dilakukan ■ pada saat kegiatan berlangsung) Membagi tanggungjawab (siapa yang melakukan wawancara) ■ Langkah 2. Bicara dengan pemerintah setempat . Dapatkanlah informasi melalui pemerintah setempat (dan berapa orang penting) ketika tiba dilokasi. Jelaskan siapa anda, alasan dari kunjungan dan metodelogi yang akan dilakukan. Terkadang sangat berguna apabila anda memberikan kartu nama organisasi kepada mereka. Ini memberikan bentuk transparansi dan p ertanggungjawaban. Langkah 3. Pengamatan Lakukan pengamatan dilokasi bersama dengan masyarakat setempat. Ini akan memberikan kesan awal kepada masyarakat. Melalui kunjungan lapangan kemudian dilanjutkan dengan pengamatan (lihat bagian 5.1). Langkah 4. Wawancara Pilih individu (dari rumah tangga, sektor informan, dll) atau kelompok (umum, matapencarian, sektor, dll), dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan (lihat bagian 5.2). Langkah 5. Pertemuan tim Tim assessment seharusnya bertemu secara reguler dilapangan selama melakukan assessment (saat siang hari atau sore hari). Ini memberikan kesempatan untuk berbagi pengalaman dan kesepakatan apabila terjadi perubahan jadwal assessment. Langkah 6. Pertemuan dengan komunitas Disaat memungkinkan, buatlah pertemuan dengan perwakilan dari masyarakat diakhir kegiatan assessment. Jelaskan apa yang telah anda kerjakan dan kesimpulan yang dibuat (tetapi jangan membuat komitmen atau janji berkaitan dengan pemberian bantuan).
20
Panduan Assessment PMI 3.3.
LANGKAH 3: SETELAH DARI LAPANGAN
3.3.1. Analisa Analisa merupakan sebuah proses dimana seluruh informasi yang diperoleh dari segala sumber yang berbeda disatukan dan dipelajari, hal ini dilakukan untuk memungkinkan anda menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam assessment: Apa masalah utamanya? Siapa yang terkena dampaknya? Apa kapasitas dari masyarakat yang terkena dampaknya? Bagaimana mereka mengatasi masalahnya? Apakah ada bantuan yang tersedia? Apakah memerlukan intervensi Palang Merah Bulan Sabit Merah? Jika ya, intervensi seperti apa yang diminta? • • •
• •
Catatan Kunci Anda harus menganalisa informasi secara terus menerus dari hasil assessment. Jangan tinggalkan analisa sampai assessment selesai. Satu pengecualian pada hal penting diatas, perhatikan analisa informasi pada sektorsektor tertentu. Jika sebuah tim assessment tidak memiliki seorang spesialis, informasi yang ada dianalisa setelah assessment selesai oleh seorang spesialis. Generalis / Non spesialis seharusnya tidak mencoba menganalisa informasi yang spesifik selama di lapangan, karena akan berakibatkan kesalahan yang nyata dalam pemberian inf ormasi. Pada bagian ini memberikan saran pada: Memperbaiki kesalahan pada informasi yang diperoleh. Ringkasan dari informasi. Menyatukan informasi dari berbagai sumber untuk mencapai suatu kesimpulan. Membuat proposal untuk program. • • • •
3.3.2. Ketidaktepatan informasi Dalam setiap assessment anda akan menghadapi permasalahan akan ketidaktepatan informasi. Ini terjadi manakala pemberi informasi memberikan beragam jawaban terhadap pertanyaan yang sama. Sebagai contoh: Seseorang mengatakan kepada anda bahwa sumber air kering selama dua bulan dalam tahun ini, sedangkan orang lain mengatakan tidak pernah kering. Seseorang mengatakan kepada anda bahwa ternak di desa mati. Orang lain mengatakan sebagian ternak masih hidup dan mencari rumput ditempat yang jauh. •
•
Bagian ini memberikan langkah-langkah yang harus dilalui agar supaya dapat mengurangi informasi yang tidak tepat.
Langkah pertama adalah pikirkanlah informasi yang anda peroleh. Ini akan mengidentifikasi kesalahan. Tanyakan pada diri anda pertanyaan berikut: Apakah informasi terbaru mendukung atau bertentangan dengan data sekunder? Apakah informasi yang diperoleh dari sebuah sumber itu mendukung atau bertentangan dengan yang lain? • •
21
Panduan Assessment PMI • •
Apakah informasi yang diperoleh dari anggota tim assessment yang berbeda? Apakah informasi tersebut ‘masuk akal’? Sebagai contoh, jika seseorang mengatakan kepada anda bahwa hasil panen gagal, sementara anda melihat dengan jelas jagung hasil panen di desa, ini adalah kesalahan.
Menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi menuntun anda untuk memikirkan pertanyaanpertanyaan baru untuk dijawab atau mencari sumber informasi yang lain untuk mengklarifikasi situasi. Pengamatan seringkali sangat dibutuhkan (lihat bagian 5.1).
Kata Kunci Sebagai panduan umum, cobalah memeriksa informasi yang penting dengan membandingkan masukan dari sekurang-kurangnya tiga sumber yang berbeda. Sumber-sumber ini seharusnya berbeda satu sama lain. Jika beberapa sumber yang berbeda memberikan informasi yang sama, berarti informasi kemungkinan benar. Langkah kedua adalah diskusikan temuan secara reguler dengan anggota tim: Selama dilapangan. Bicarakanlah sekurang-kurangnya sekali selama ada di lapangan (biasanya malam hari). Bandingkan informasi yang ada, diskusikan yang salah dan sepakat merubah jadwal wawancara. Setiap hari setelah kerja. Setelah kerja dilapangan, diskusikan informasi yang ada dan berikan kesimpulan. Setelah bekerja di lapangan. Tim bertemu untuk meyepakati kesimpulan akhir. •
•
•
Langkah ketiga adalah memperhatikan alasan dari ketidaktepatan. Ada tiga hal yang biasa yang memungkinan ini terjadi: Persepsi. Selalu tidak ada jawaban yang ‘benar’. Interprestasi orang-orang pada suatu kejadian tergantung pada kondisi yang dialaminya. Akses mendapatkan informasi. Beberapa orang lebih paham tentang satu hal ketimbang orang lain. Kesalahpahaman. Terkadang orang sengaja memberikan informasi yang tidak sesuai. •
•
•
Tentukan apakah ketidaktepatan informasi akan berdampak pada kesimpulan assessment dan proposal untuk program-program selanjutnya. Jika ketidaktepatan bukan hal yang kritis untuk program-program selanjutnya, cobalah untuk memperbaikinya tetapi jangan membuang waktu yang terlalu lama. Jika anda tidak dapat memperbaikinya, anda seharusnya menempatkan sebuah catatan penjelasan pada laporan akhir. Jika ketidaktepatan informasi ini tidak berdampak yang signifikan terhadap kesimpulan akhir, cobalah putuskan dengan: Memutuskan dari tiga alasan yang ada ( atau kombinasikan alasan) yang berkaitan. Memperhatikan kenapa terdapat perbedaan informasi. Bandingkan keyakinan anda pada setiap sumber, mungkin salah satu sumber lebih memiliki kredibilitas dari yang lainnya. Cek informasi. Entah itu tanyakan lagi kepada sumber informasi dimana informasi diterima atau identifikasi sumber yang baru yang mungkin bisa diklarifikasi. • • •
•
Jika langkah-langkah tersebut tidak menyelesaikan perbedaan, anda harus membuat sebuah keputusan. Dalam hal ini tim leader membuat keputusan, dengan
22
Panduan Assessment PMI mendiskusikan anggota tim dan memperhatikan semua informasi yang tersedia. Sangatlah penting bahwa: Kesimpulan didasari oleh keputusan yang telah diidentifikasi dalam laporan assessment, dan dengan asumsi yang jelas. Membuat rekomendasi untuk kelanjutannya. •
•
3.3.3. Pelaporan Tim assessment tidak diharapkan membuat desain program yang lengkap. Bagaimanapun ide dari tim sangatlah berguna untuk merencanakan program. Ada tiga kemungkinan kesimpulan dari assessment: Tidak ada kebutuhan untuk intervensi (kapasitas masyarakat yang terkena dampak sanggup untuk mengatasinya). Disana ada kebutuhan untuk intervensi, tetapi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah bukanlah organisasi yang tepat untuk melakukan intervensi. Disana ada kebutuhan untuk intervensi dan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah merupakan organisasi yang tepat. •
•
•
3.3.3.1. Laporan Assessment Bagian ini menghadirkan sebuah format untuk rapid dan detail assessment. Untuk setiap assessment, susunlah sebuah laporan berdasarkan dari informasi yang diberikan. Angka yang detail dari setiap informasi akan bergantung dari keadaan yang ada dari setiap assessment. Penting untuk menghadirkan kesimpulan dari sebuah assessment sejelas mungkin. Penggunaan format standar membantu pembaca untuk mengetahui dengan cepat informasi sebagaimana mereka terbiasa dengan tampilannya. Catatan Kunci Buatlah laporan assessment sesingkat mungkin, tetapi pastikan semua informasi penting tidak terlewatkan. Petunjuk diberikan pada bagian panjang narasi. Panjangnya narasi ini disesuaikan apa itu dikurangi atau diperpanjang.
3.3.3.2. Kerangka kerja Laporan Rapid dan detail assessment Bagian I 1. Ringkasan 2. Tanggal Laporan: 3. Alasan melakukan assessment 4. Tanggal dan jenis bencana 5. Lokasi bencana 6. Jumlah orang yang terkena dampak bencana:
Ringkasan dari kesimpulan assessment: berikan penjelasan (1/2 halaman) ringkasan dari permasalahan dan populasi yang terkena bencana. Apa kebutuhannya (jika ada)? Apakah direkomendasikan Palang Merah Bulan Sabit Merah melakukan intervensi? Jika ada, berikan garis besarnya.
23
Panduan Assessment PMI Apakah direkomendasikan melakukan assessment lanjutan? Jika ada, berikan detail dan waktunya. Bagian 2. 1. Latarbelakang informasi 2. Tim assessment : Nama, Organisasi, Profesi/keahlian/jabatan setiap tim. 3. Lokasi yang dikunjungi: Nama daerah dan jelaskan kenapa dipilih. 4. Perjalanan yang dilakukan: Lokasi yang dikunjungi setiap harinya. 5. Sumber informasi: Masyarakat dan wawancara kelompok dalam setiap harinya. 6. Sumber data sekunder: Detail dokumen dan pemberi informasi yang dikonsultasikan. 7. Hambatan. Apa hambatan yang dialami dalam melakukan assessment (waktu, akses, keamanan dll.)?
Bagian 3. Detail Narasi: Berikan penjelasan (1/2-1 halaman) dengan menjelaskan: Penyebab bencana. Prakiraan ke depan • •
Garis besar (1-2 halaman) situasi keseluruhan dan dampak bencana, berdasarkan informasi yang diperoleh melalui wawancara kelompok umum (dan informasi yang relevan lainnya): Struktur sosial Pergerakan masyarakat Matapencaharian Lingkungan Pelayanan Hal lain • • • • • •
Asumsi dan penilaian: Apa asumsi dan penilaian yang dihasilkan? Ketidaktepatan: Apakah ada ketidaktepatan informasi pada saat melakukan assessment? Kerentanan dan kapasitas: Berikan ringkasan dari setiap permasalahan, kebutuhan dan upaya penanganan dengan memasukan kedalam tabel berikut:
Masalah
Normal atau baru
Jika normal, berapa sering masalah itu terjadi?
Jika baru, kapan masalah itu ada?
Penggolongan masalah: Apakah semua sumber informasi setuju dengan penggolongan masalah? Jika tidak, berikan secara jelas (masalah yang mana yang paling penting dari setiap kelompok pemberi informasi). Pendapat lain dari informasi yang ada:
24
Panduan Assessment PMI Kebutuhan, upaya penanganan dan bantuan Masalah Populasi yang Kebutuhan terkena dampak (sebutkan angka)
Cara mengatasi
Bantuan
Lokasi-lokasi dari populasi yang terkena dampak. Apakah ini tempat tinggal mereka? Jika tidak, kenapa mereka berpindah? Kapan mereka pindah? Bagaimana akses menuju lokasi? Berikan penjelasan yang berkaitan dengan musim, infrastruktur (jalan, bandara dll), keamanan dan faktor politik. Apakah upaya mengatasi masalah memiliki konsekwensi negatif terhadap kesehjateraan masyarakat dan berdampak panjang terhadap mata pencaharian? Apakah ada masyarakat yang tidak menerima bantuan? Jika ya kenapa?
Masyarakat yang terkena dampak
Kebutuhan
Apakah upaya dan bantuan yang dilakukan memenuhi kebutuhan
Persentase kebutuhan yang diberikan dengan upaya yang dilakukan? (A)
Persentase kebutuhan yang diberikan dengan bantuan? (B)
Persentase kekurang yang ada dalam memenuhi kebutuhan? (100-A-B)
Jelaskan bagaimana persentase dihitung. Dimana kekurangan yang diidentifikasi dalam pemenuhan kebutuhan, jelaskan apakah direkomendasikan intervensi Palang Merah Bulan Sabit Merah, berikan alasan. Apa jenis intervensi yang direkomendasikan kepada Palang Merah Bulan Sabit Merah?
3.3.3.3. Proposal program Berikan penjelasan (1/2 halaman) dari proposal yang diajukan tim assessment: Detail program yang diajukan Permasalahan Jenis program (kesehatan, watsan, pangan dll) Aktivitas utama
25
Panduan Assessment PMI Durasi program Populasi masyarakat yang terkena bencana Jumlah penerima bantuan Lokasi penerima bantuan Kemungkinan konsekwensi negatif yang dihadapi Siapa yang melaksanakan program (Kantor Pusat, IFRC, ICRC) Akankah Palang Merah Bulan Sabit Merah membutuhkan mitra kerja? (masyarakat, pemerintah, NGO dll) Koordinasi dengan organisasi lain Hambatan Jumlah staff yang dibutuhkan Budget yang dibutuhkan
Lampiran laporan assessment Lampirkan dokumen-dokumen berikut: 1. Kerangka acuan untuk assessment. 2. Ringkasan wawancara kelompok mata pencaharian dan rumah tangga 3. Hasil checklist dari sektor-sektor yang diwawancara
26
Panduan Assessment PMI
Bab 4 Tools ASSESSMENT 4.1. Pengamatan Pengamatan seringkali digolongkan hanya sebagai sumber informasi. Banyak informasi yang dapat diperoleh dengan cepat melalui pengamatan. Pentingnya, ini memberikan ‘rasa’ dari sebuah situasi-suara dan aroma dan kesan yang dilihat. Hal-hal tersebut yang menjadi alasan untuk turun ke lapangan. Ide yang baik untuk memulai assessment adalah dengan berjalan di seputar lokasi. Selama assessment, lakukanlah pengamatan sebanyak mungkin. Apabila anda mendiskusikan air, lihatlah sumber air yang ada. Apabila masyarakat menjelaskan makanan yang anda tidak tahu, tanyalah dan (cicipilah!). Anda dapat belajar banyak dengan meluangkan waktu di tempat masyarakat berkumpul (warung,dll). Lihat sekitar anda dan berbicaralah dengan masyarakat. Pengamatan sangat berguna untuk pengecekan ulang. Sebagai contoh, anda diberitahukan bahwa semua stok pangan telah hilang karena kemarau. Kemudian anda melihat sekumpulan besar kambing. Hal ini tidak sepenuhnya berlawanan dengan informasi sebelumnya - banyak penjelasan yang memungkinkan - tetapi ini memberikan dasar untuk pertanyaan berikutnya: ”Siapa yang memiliki kambingkambing tersebut?”, Bagaimana mereka bisa bertahan di masa kemarau?” dan selanjutnya. Melakukan kunjungan ke lokasi bersama masyarakat setempat, memudahkan untuk berdiskusi. Kondisinya tidak formal dan dapat segera bertanya manakala melihat sesuatu. Hal ini lebih alamiah ketimbang menggunakan check list pertanyaan. Sangatlah penting, berjalan serta melakukan pengamatan adalah cara terbaik untuk mendapatkan informasi yang tidak terduga. (masalah tidak dapat diprediksi). Pengamatan merupakan cara yang paling mudah dilakukan untuk menilai infrastruktur dan logistik. Berkendara disepanjang jalan juga merupakan cara untuk mendapatkan informasi apabila akses dapat dilalui (tetapi untuk daerah konflik, berhati-hatilah dengan ranjau atau kondisi keamanan lainnya). Akhirnya, satu pesan untuk mengetahui seluruh hal: Cari tahulah! •
•
•
•
•
Kata kunci: Pengamatan tidak hanya melibatkan indera penglihatan tapi juga melibatkan indera pendengar, pencium, perasa dan peraba.
4.2. Wawancara Wawancara adalah kegiatan menggali informasi dari seseorang atau sekelompok orang melalui sebuah proses komunikasi dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Wawancara merupakan pendukung utama dalam melakukan assessment lapangan. Setiap informasi yang ingin kita dapatkan hendaknya dilihat dari berbagai aspek: Kepada siapa yang sebaiknya saya menanyakan informasi yang diinginkan? Apakah saya harus bicara dengan perorangan atau dengan kelompok? Bagaimana saya melakukankan wawancara? • • •
27
Panduan Assessment PMI 4.2.1. Tentukan dengan siapa ingin berbicara Sumber informasi utama merupakan orang-orang yang memiliki pengetahuan khusus terhadap beragam aspek dalam komunitas. Mereka sangat berguna dalam melakukan assessment darurat dimana waktu sangat terbatas. Sebagai contohnya petani, petugas kesehatan, pegawai pemerintah, kelompok wanita, anak-anak dan pemuda, LSM lokal dan pedagang. Tetapi untuk orang-orang yang memilik pandangan yang menarik dan dapat menjelaskan permasalahan, juga dapat dimasukkan sebagai sumber informasi utama. Perhatikanlah orang-orang yang memiliki pandangan yang menarik selama assessment. Wawancara sumber informasi utama didasari oleh pengetahuan yang khusus dan pengalaman yang dimiliki. Jika yang diwawancarai seorang dokter, kemungkinan perbincangan akan fokus pada isu kesehatan. Bagaimanapun, perhatikan hal-hal berikut: adalah seorang dokter (atau insinyur atau ■ Misalnya bahwa sumber informasi utama profesi yang lain) bukan berarti dia memahami banyak seluruh aspek dimana dia bekerja pada bidangnya; seorang dokter bedah memiliki pengetahuan yang sedikit tentang isu kesehatan yang utama pada daerah pedesaan. ■ Orang-orang profesional, dikarenakan oleh posisi sosial mereka dan hubungannya dengan orang-orang profesional lainnya menyebabkan mereka memiliki pengetahuan yang baik tentang kondisi sosial dan politik dan bahkan mungkin dapat memberikan informasi lebih dari pekerjaan yang dilakoninya. Penentuan sumber informasi dibutuhkan untuk memutuskan informasi apa yang dapat diberikan dengan benar oleh sumber informasi. Mulailah wawancara dengan permasalahan umum, kemudian pindah ke hal-hal yang spesifik.
4.2.2. Pilih tipe wawancara apa yang akan dilakukan Wawancara dapat dilakukan secara berkelompok atau perorangan. Wawancara kelompok memberikan interaksi diantara orang-orang. Dengan membuat suasana diskusi yang bersifat membangun, anda dapat mengecek kembali informasi dan masalah yang ada. Sebagai contoh, seseorang akan mengatakan hal yang serius dalam permasalahan pelayanan kesehatan, tetapi mungkin saja orang lain tidak setuju. Sebuah perdebatan akan terjadi, dan bahkan apabila tidak terselesaikan, akan memberikan kesan dari beragam permasalahan yang berdampak terhadap masyarakat. Wawancara kelompok dilakukan dengan dua cara: ■ Anda ingin mendapatkan informasi tentang topik-topik dalam hal yang luas – pendekatan ini digunakan dalam wawancara kelompok umum. Kumpulkan sekelompok orang dari latarbelakang yang berbeda yang dapat secara bersama memberikan penjelasan yang luas tentang situasi yang ada. ■ Anda ingin mendapatkan pengertian yang dalam dari isu tertentu (wawancara kelompok matapencaharian). Dalam hal ini sekelompok orang dengan latarbelakang yang sama sangat berguna. Manakala melakukan wawacara kelompok, perhatikan bahwa: ■ Beberapa orang lebih terbuka daripada yang lainnya.
28
Panduan Assessment PMI Beberapa orang lebih percaya diri dalam sebuah kelompok karena status mereka dalam masyarakatnya. Sebaliknya, orang-orang dari kelompok marjinal kemungkinan enggan berbicara terbuka, khususnya jika dianggap bertentangan. ■
!!! Apabila masyarakat setempat sangat memegang kuat hirarki, akan ada batasan terhadap sejumlah perbedaan yang ditampilkan dalam sebuah kelompok. Jika tidak ada kesempatan untuk berbicara bebas, atau apabila partisipasi mereka akan menjadikan masalah buat diri mereka atau yang lainnya, akan lebih baik apabila dihadirkan dalam kelompok yang terpisah dengan perbandingan yang imbang (atau wawancara masyarakat secara terpisah). Ciptakan suasana santai, tidak formal; carilah pendapat dari mereka yang enggan berbicara. “Kendalikan” orang-orang yang cenderung berbicara sehingga tidak mendominasi perbincangan. Ada tiga cara dalam memilih masyarakat untuk melakukan wawancara: Diajukan oleh pemimpin masyarakat. Hal ini kemungkinan dilakukan dalam komunitas yang kecil atau tempat dimana ada dorongan kecil untuk memanipulasi data. Bagaimanapun pendekatan ini seharusnya dihindari, yang mana bisa menjadi bias berkenaan kekuasaan dari sekelompok orang. Perwakilan. Diskusi terjadi dan masyarakat bergabung karena kemauan mereka. Ini dapat efektif jika waktunya singkat dan dalam komunitas kecil, tetapi hatihatilah jumlah masyarakatnya tidak dapat diatur. Diajukan oleh sumber informasi utama . Pendekatan yang bagus ini bisa terjadi jika waktunya ada. Organisasi dalam masyakat setempat dan masyarakat lainnya yang sangat mengetahui kondisi (mungkin guru, atau pemimpin agama) dapat mengidentifikasikan. Bila memungkinkan libatkan masyarakat marjinal. •
•
•
Mulailah dengan perbincangan umum tentang kehidupan masyarakat setempat, beberapa hal disekitar anda dll. Jangan langsung bertanya pada pokok permasalahan karena: Akan bernada salah. Anda ingin mendengar hal-hal positif dan juga negatif dari kehidupan sebuah masyarakat. Konsentrasi pada permasalahan memberikan kesan tujuan anda hanya sebatas “apa yang dapat diberikan oleh Palang Merah Bulan Sabit Merah”. Ini menyebabkan masyarakat akan mengeluarkan sejumlah “kebutuhan” dari yang diinginkan. •
•
Cermatilah permasalahannya dengan hati-hati dengan memberikan pertanyaan dalam berbagai cara dan mencari hal yang saling melengkapi dan bertentangan dari informasi yang anda miliki. Peka dengan situasi; jika masyarakat tidak nyaman dengan pertanyaan, jangan dipaksa.
Wawancara perorangan (sumber informasi utama) dilakukan dengan tiga alasa n: ■ Anda mencari informasi teknis yang dapat diberikan oleh orang-orang profesional; seperti petugas kesehatan atau petugas PDAM. ■ Anda tertarik dalam isu yang sensitif dimana tidak sesuai dilakukan dalam diskusi kelompok; (sebagai contoh, pelecehan sex diantara pengungsi). ■ Anda tidak memiliki waktu untuk melakukan wawancara kelompok.
29
Panduan Assessment PMI Sebelum memulai wawancara perorangan, pastikan bahwa orang yang diwawancarai tersebut tidak akan ditempatkan pada situasi yang menyulitkan. Apabila memungkinkan, jelaskan kepada komunitas alasan mengapa anda ingin mendiskusikan beberapa hal dan tentang apa.
4.2.3. Bagaimana melakukan wawancara 4.2.3.1. Wawancara Semi Struktur Ada banyak cara untuk melakukan wawancara. Mulai dari yang terstruktur (dengan pertanyaan yang telah disiapkan, kuesioner), semi sruktur (setengah terstruktur, checklist), hingga tak terstruktur (tanpa mempersiapkan pertanyaan). Jenis wawancara yang akan kita bahas lebih lanjut adalah wawancara semi struktur yang mana dilakukan secara informal tapi pertanyaannya terstruktrur. Rumuskan tujuan wawancara Anda Tetapkan Narasumber Wawancaranya tampak informal tapi terstruktur Buatlah daftar 3 - 4 topik untuk ditanyakan tapi rincian pertanyaan tidak perlu ditulis Terangkan maksud dilakukannya wawancara kepada narasumber Wawancara dengan beberapa sumber berbeda, memungkinkan penginterpretasian data kuantitatif Wawancara sebaiknya dilakukan tidak lebih dari 30 menit Gunakan pertanyaan terbuka agar dapat menggali lebih dalam informasi Buatlah catatan selama wawancara Gunakan tools pendukung (PRA) Triangulasi jawaban dari beberapa narasumber yang berbeda Di akhir assessment, cobalah menentukan jawaban rata-rata agar diperoleh data yang dapat digunakan • • • •
• •
• • • • •
4.2.3.2. Perilaku selama Wawancara Kenali diri sendiri dan kenali pihak lain Sesuaikan sikap Anda dengan narasumber Membangun keakraban Komunikasi non-verbal Sikap menghormati. • • •
• •
Lakukan • Sempatkan untuk memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud kedatangan • Mulailah bertanya mengenai seseorang atau sesuatu yang nyata • Pancing topik pembicaraan dengan menggunakan – apa, kapan, di mana, siapa, mengapa, bagaimana?Gunakan kata selidik – apa maksud Anda? Katakan lebih lanjut tentang hal ini… Ada yang lain? Tapi kenapa?
Jangan Lakukan • Jangan membawa buku catatan yang tebal atau map yang terlihat resmi • Jangan menyela narasumber, hindari pertanyaan tertutup • Jangan menerima jawaban pertama begitu saja • Jangan bantu menjawab jika narasumber ragu-ragu. Bersabarlah • Jangan menghakimi atau memperlihatkan ketidakpercayaan
30
Panduan Assessment PMI • Lakukan wawancara secara informal, dengan diskusi, diselingi dengan pertanyaan-pertanyaan • Santai, sabar dan dengarkan dengan seksama • Perhatikan faktor non-verbal • Pilih narasumber dengan tepat, gunakan "PRA tools" • Jika wawancara tidak berjalan sebagaimana mestinya, hentikan dengan sopan dan berterima kasihlah pada narasumber
• Jangan membuat narasumber merasa di uji silang • Jangan mempengaruhi, bersikaplah seobjektif mungkin • Jangan menanyakan pertanyaan sensitif di depan banyak orang
4.2.3.3. Tips Wawancara Minta pendapat lokal tentang topik yang relevan dalam berdiskusi. Jangan mendesak pembicaraan yang berkaitan dengan isu sensitive atau sesuatu yang tidak layak. Dalam melakukan kunjungan kemungkinan anda dapat terganggu. Anda sedang berada dirumah seseorang. Terimalah tawaran dari keramahtamahan (seperti, disajikan teh) Pekalah dengan cara anda bertanya. Hormati dan sopan sangatlah penting. Jagalah percakapan seinformal mungikn. Tidak perlu terburu- buru. Amati. Disekitar anda. Lihat makanan apa yang dihidangkan. Perhatikan barangbarang rumah tangga dan kondisi mereka dan apa yang terlihat tidak ada (seperti lazimnya sebuah masyarakat). Tanyakan pertanyaan yang umum tentang kehidupan dan perubahan yang terjadi. Tanyakan pertanyaan dari yang anda lihat disekitar anda: “Sayuran apa yang tersedia?”, “Kapan anda menggunakannya?” dan begitu selanjutnya. Cobalah. Cicipilah makanan apabila anda disajikan. Ini akan membangun kepercayaan dan merupakan hal yang baik untuk memulai sebuah diskusi tentang makanan. Jika anda berbicara dengan wanita, tanyakan apa memungkinkan untuk bertemu dengan temannya, saudara atau tetangga. Jika ya, buatlah sebuah diskusi kecil (tiga atau lima orang) di rumah. •
•
•
•
•
•
Di beberapa budaya, tidak memungkinkan untuk orang asing mengunjungi wanita di rumah. Jangan memaksa untuk tetap mengunjunginya. Apabila memungkinkan, terkadang harus ada saudara laki-lakinya yang menemani, jelaskan dengan sopan kepada saudara laki-lakinya tentang alasan anda melakukan wawancara dan katakanlah sangat penting untuk mendengar pendapatan langsung dari wanita.
4.2.3.4. Seni Bertanya – Tipe pertanyaan yang direkomendasikan DEFINISI PERTANYAAN TERBUKA Membuat narasumber (OPEN QUESTION) berbicara. Dan juga membuat narasumber berpikir
CONTOH Mengapa anda mengungsi ke tempat ini? Bagaimana Anda bisa sampai kesini? Apa ruang kelas itu cukup menampung semua pengungsi?
31
Panduan Assessment PMI PERTANYAAN TERTUTUP (CLOSED QUESTION)
Meminta narasumber untuk memberikan garis besar fakta, opini.
PERTANYAAN CERMIN (MIRROR QUESTION)
Mengembalikan sebuah pernyataan kepada narasumber.
PERTANYAAN TERKAIT (RELATED QUESTION)
Pertanyaan ini untuk memperdalam jawaban.
–Tipe pertanyaan yang tidak direkomendasikan DEFINISI PERTANYAAN YANG Pertanyaan yang meminta SUGESTIF DAN persetujuan.. BERSIFAT MENUNTUN Berkesan sudah tahu (GUIDED, SUGGESTIVE jawaban. QUESTION) PERTANYAAN Bertujuan untuk PERANGKAP memerangkap narasumber (PITFALLS QUESTION) supaya dia mengatakan sesuatu tanpa menyadarinya. PERTANYAAN BALASAN Menjawab pertanyaan (COUNTER QUESTION) dengan mengajukan pertanyaan lain. PERTANYAAN KONTROVERSIL (CONTROVERSIAL QUESTION)
Apakah Anda setuju tangki air ini ditempatkan di sini? Apakah Bapak bersedia jika kita bergotong royong membangun tenda darurat? Siapa yang memberi bantuan makanan? Berapa banyak orang yang mengungsi di sini? (… ini tentu dapat dilakukan) terlalu erlalu tentu saja, tapi itu t singkat !
(… Tangki air ini pasti bisa dipindahkan) terlalu erlalu tentu saja, tapi itu t beresiko pecah! Untuk apa tenda ini dibangun ? (…untuk kegiatan anak-anak) Contohnya? (…untuk sekolah darurat, bermain) Apa itu cukup memadai? (… untuk sementara demikian)
CONTOH Tapi andakan masih punya gaji bulanan, tidakkah begitu?
Kemarin saya lihat anda di tempat distribusi bantuan, berarti anda sudah mendapatkan bantuan kan?
(… Sudahkah Anda menerima pembayaran saya?) Berapa banyak yang Anda bayar ? Bertujuan untuk melibatkan Apakah Anda tahu risikonya narasumber. bagi Anda?
32
Panduan Assessment PMI 4.2.3.5. Seni Mendengarkan "Ef f e ct ct i v e l i s t e n i ng n g" (mendengarkan secara efektif) Keterbukaan pikiran yang berarti keingintahuan, kemauan untuk belajar, dan bertemu, berkenalan dan memahami orang lain dan ide-ide mereka Keobyektifan, atau sadar akan adanya sudut pandang lain. Hal ini dapat membuat kita mampu melihat dunia luar dengan cara yang lebih realistis, dan bukannya hanya berdasar apa yang baik atau tidak baik menurut kita. Kematangan emosional memampukan kita untuk mendengar segala sesuatu secara netral tanpa terbawa/terpengaruh dengan pernyataan-pernyataan emosional
"Ac t i v e l i s t e n i n g " (mendengarkan secara aktif) Memberikan perhatian penuh pada keseluruhan perilaku narasumber, karena pesan sebenarnya yang dikatakan oleh seseorang kadang tersembunyi di balik kata-kata yang diucapkan. Memperlihatkan empati, tetapi tetap berkepala dingin dan obyektif, mampu memahami perasaan orang lain tanpa terpengaruh oleh perasaan yang sama. Membiarkan narasumber mengekspresikan dirinya dengan bebas dan jangan mencap seseorang atas apa yang dikatakannya. Memperlihatkan minat Anda dengan mendengarkan, membuat catatan, mengulang kembali hal penting, dan bertanya.
4.3. PRA (Participatory Rural Rural Appraisal) PRA adalah suatu metode yang digunakan untuk pengkajian / penilaian (keadaan) desa secara partisipatif dengan penduduk desa yang bersangkutan. Tujuannya adalah sebagai sarana dialog / komunikasi, mengumpulkan data dan informasi, analisa situasi, alat dan metode untuk melakukan assessment kerentanan dan kapasitas. Sasaran PRA adalah masyarakat. Kelebihan dari pembelajaran partisipatif ini adalah: 1 Partisipatoris dan visual 2 Pembalikan dari model konvensional: a. Dari tertutup menjadi terbuka b. Dari ditentukan lebih dulu menjadi proses c. Dari individu menjadi kelompok d. Dari verbal menjadi visual e. Dari perhitungan menjadi perbandingan f. Dari penentu menjadi katalisator/motivator g. Dari rasa bosan menjadi menyenangkan Prinsip-prinsip PRA: Pendekatan partisipatif Masyarakat sebagai subyek, bukan obyek Saling belajar dan menghargai perbedaan/berbagi pengalaman dan info Mengkritisi kesadaran dan tanggung jawab diri sendiri Pembelajaran informal Belajar dari kesalahan Pemberdayaan kapasitas masyarakat • • • • • • •
33
Panduan Assessment PMI •
Keberlanjutan
Berikut ini adalah tools yang digunakan dalam PRA:
4.3.1. Alat Ukur Proporsional (Proportional Piling) Alat untuk memperkirakan jumlah dan proporsi, terutama jika kita bekerja dengan orang yang tidak terbiasa menggunakan data kuantitas. Seperti: menentukan distribusi, dalam persen, beberapa sumber daya yang berbeda, atau barang-barang yang didistribusikan, dll. dalam suatu rumah tangga atau komunitas. Contoh: Tanya
: Apa yang anda lakukan dengan hasil panen?
Jawab
: 1. Dimakan
2. Bibit
3. Dijual
4. Barter
Keluarga petani mungkin susah untuk memberikan jumlah yang tepat atas keempat jawaban di atas. Gambarlah lingkaran dan buatlah garis potongan sesuai dengan jumlah jawaban. Kemudian tuliskan jawaban di atas bidang yang tersedia:
Dimakan
Bibit
Barter
Dijual
Kemudian ambil 100 biji-bijian dan mintalah si Petani untuk meletakkan bijibijian tersebut sesuai tempatnya. Kita mengibaratkan 100 biji-bijian tersebut = jumlah 1 kali hasil panen.
45 Dimakan
5 Bibit
Barter
Dijual
30
20
34
Panduan Assessment PMI Dari hasil di atas kita bisa melihat bahwa 45% hasil panen digunakan untuk konsumsi keluarga, 30% digunakan untuk barter, 20% dijual dan 5% dijadikan bibit untuk musim tanam berikut.
4.3.2. Penggolongan Berpasangan (Paired Ranking) Seringkali penerima bantuan susah untuk menyebutkan apa kebutuhan mereka yang paling utama. Dan saat mereka ditanyakan hal i ni, mereka akan menjawab: "Semuanya penting". Sebagai organisasi kemanusiaan sangatlah penting untuk mengetahui apa sebenarnya kebutuhan yang paling mendesak yang dibutuhkan oleh penerima bantuan. Paired Ranking adalah alat untuk menentukan peringkat beberapa jawaban berbeda, menurut tingkat kepentingannya bagi suatu komunitas. Alat ini digunakan saat melakukan assessment. Contoh: Tanya Jawab
: Apa kebutuhan terbesar anda? : Makanan, Pakaian, Obat-obatan, Hygiene
Makanan Makanan Pakaian Obat-obatan Hygiene
Pakaian M
Obat-obatan O O
Hygiene M H O
Kemudian hitunglah hasil atas jawaban yang dibe rikan. Hasil: :3 1. Obat-obatan (O) :2 2. Makanan (M) :1 3. Hygiene (H) :0 4. Pakaian (P) Jangan lupa bertanya kepada pria dan wanita karena bias saja prioritas mereka berbeda.
4.3.3. Spot Mapping Tujuan: Untuk mengetahui situasi dan kondisi sebenarnya atas suatu komunitas Untuk mengetahui area rawan konflik Untuk mengidentifikasi sumber daya alam yang penting di suatu komunitas • • •
Informasi apa yang perlu dituangkan ke dalam Spot Map? Gambar geografis dan topografis; Infrastruktur (jalanan, jembatan, jaringan telepon, pipa air, dll); Tipe fasilitas (fasilitas medis, sosial, sekolah, toko, perusahaan, dll); Penggunaan lahan; Jumlah dan tipe rumah; Sumber daya alam; Ternak; dan Sumber air. Contoh:
35
Panduan Assessment PMI
4.3.4. Transect Mapping Bagian topografi peta (sisi vertikal) yang memperlihatkan struktur demografi dan geografi suatu tempat Tujuan: Untuk menganalisa karakteristik geografis dan demografis suatu komunitas berdasarkan spot mapping pada berbagai aspek dan variabel Untuk memahami kerentanan dan kapasitas suatu komunitas dengan menggunakan perspektif jender •
•
Contoh:
36
Panduan Assessment PMI 4.3.5. Jadwal Rutinitas Harian (Daily Routine Schedule) Suatu alat untuk mengumpulkan data waktu yang relevan yang menggambarkan pola kerja harian dan berbagai aktivitas yang dilakukan orang-orang di suatu komunitas secara rutin. Tujuan: a. Untuk mendiskusikan rencana kegiatan dan implikasinya terhadap penggunaan waktu, yang berkaitan dengan jender dan tipe pekerjaan b. Untuk memperlihatkan beban kerja harian berbagai kelompok dalam suatu komunitas (mis. buruh pabrik, petani, nelayan, pelajar, dll) Jadwal rutin harian dapat membantu tim assessment untuk memahami bagaimana ragam anggota masyarakat menggunakan waktunya. Ini juga dapat membantu dalam merancang suatu program. Sebagai contoh, jika orang menggunakan waktu 5 jam untuk mengambil air maka sangat berarti jika mempertimbangkan untuk melakukan sesuatu demi meningkatkan suplai air. Dengan membandingkan jadwal harian saat ini dengan jadwal harian pada masa lalu dapat membantu anda untuk mengidentifikasi trend. Sebagai contoh, jika saat ini orang berjalan 2 jam untuk mencari kayu baker dimana sebelumnya kayu bakar dapat ditemukan dalam ½ jam, maka dapat anda disimpulkan bahwa telah terjadi masalah penggundulan hutan dan sebuah proyek untuk penggunaan kompor irit minyak mungkin akan berguna. • Akan menarik jika melakukan tools ini secara terpisah dengan anggota keluarga yang berbeda (mis., anak-anak, pria dan wanita). • Minta nara sumber untuk menggambarkan sebanyak mungkin mengenai kegiatan yang dilakukan dan jumlah waktu yang digunakan untuk setiap kegiatan. Contoh:
37
Panduan Assessment PMI
4.3.6. Kalender Musiman (Seasonal Calender) Alat untuk mencatat kegiatan-kegiatan pada suatu komunitas dalam satu tahun (kondisi iklim, kegiatan sosial, kegiatan produksi, penyakit, benc ana, dll.) Kalender Musim dapat mengindikasikan apakah sesuatu yang terjadi adalah normal (terjadi setiap tahun) ataukah baru. Sebagai contoh, di beberapa daerah pertanian tiap tahun selalu terjadi masa paceklik sebelum masa panen. Hal ini tentu saja merupakan masa yang sulit tetapi masyarakat sudah mempunyai cara untuk mengatasi masalah tersebut. Ketersediaan bahan pangan sangat terbatas pada saat paceklik dibandingkan dengan saat usai panen. Kalender Musim juga berguna jika harus mengkoordinasikan suatu kegiatan dengan masyarakat. Kita harus menyesesuaikan diri dengan jadwal masyarakat dan kesibukannya. • •
•
Kalender dapat dilakukan saat wawancara kelompok maupun individual. Minta nara sumber untuk mengidentifikasi kegiatan yang berlangsung rutin setiap tahun normal, seperti iklim (musim hujan, musim kemarau), kegiatan ekonomi (musim tanam, dll), acara adapt/budaya (acara keagamaan, festival, dll) dan kegiatan lainnya Tandai semua kegiatan yang tidak umum atau baru (pada kalender)
Contoh :
4.3.7. Urutan kronologis peristiwa (Historical Timeline) Suatu alat untuk mengumpulkan data yang relevan dengan waktu/sejarah bencana/ konflik, dengan mengetahui dampak terhadap struktur sosial, perpindahan penduduk, mata pencaharian dan lingkungan.
38
Panduan Assessment PMI Contoh: Tahun Peristiwa 1972 1980
2002
Kronologi Terjadi penjarahan besar besaran Banjir
Pertikaian antar kampung A &B
Dampak yang terjadi 20 KK mengungsi. Masy. takut ke ladang. Tdk ada pengungsian. Banyak masy. terjangkit penyakit (diare, kulit, dst.). 2 meninggal. 5 dirawat di RS.
4.3.8. Pemetaan Kelembagaan (Institutional Mapping) 1
2
Suatu alat untuk mengumpulkan data yang menjelaskan berbagai institusi/stakeholder dalam suatu komunitas, peran-peran mereka, dan hubungan di antara mereka. Mengidentifikasi peran dan hubungan institusi/stakeholder dalam/dengan suatu komunitas
Contoh:
39
Panduan Assessment PMI
Bab 5 Pendekatan Ekonomi Keluarga (Household Economic App r oach / HEA) Bagian ini difokuskan pada isi dari assessment dan ditujukan untuk menyediakan lebih banyak informasi tentang elemen-elemen yang harus diperhatikan sehingga agar dapat lebih mengerti situasi. Hal ini berarti memahami bagaimana masyarakat bertahan setelah krisis (atau guncangan), memahami krisisnya (atau guncangan), aktor-aktor yang terlibat, masalah yang dihadapi oleh populasi baik secara langsung maupun tidak langsung diakibatkan oleh krisis (atau guncangan) dan juga strategi yang mereka jalankan dilapangan dalam merespon krisis.
5.1. Pengertian HEA HEA adalah kumpulan cara-cara dimana keluarga berusaha untuk memenuhi (mengakses/menguatkan/memelihara) kebutuhan pokoknya (makanan, pendapatan dan aset seperti tabungan, ternak, tanah dll). HEA dapat menggambarkan: - Bagaimana kehidupan beragam keluarga - Resiko apa yang dapat menyebabkan kerentanan - Bagaimana mereka mengatasi "guncangan" - Aset dan sumber daya apa yang dapat diakses oleh ragam keluarga, - Bagaimana sumber daya itu dapat dimanfaatkan agar dapat memenuhi kebutuhan harian, musiman dan jangka panjang.
5.2. Kerangka HEA HEA terdiri dari 2 elemen: 1. Kerangka dasar untuk menjawab pertanyaan spesifik dan 2. metode kerja di lapangan untuk mendapatkan informasi secara cepat de ngan sedikit dokumentasi atau pengambilan informasi yang dikumpulkan dari mata pen caharian. HEA dibuat berdasarkan perbandingan antara tahun normal (tahun yang menggambarkan kondisi biasa / kondisi orang hidup secara normal dimana populasi dapat memenuhi kebutuhan pokoknya) dengan tahun sekarang, terutama pada saat setelah guncangan. Dengan membuat perbandingan seperti ini, kita dimungkinkan untuk menentukan apakah keadaan suatu populasi saat ini lebih buruk/sama/lebih baik dibanding masa lampau. Agar dapat memahami strategi adaptasi yang telah dibentuk oleh suatu keluarga, empat elemen harus dipelajari: 1. Akses terhadap pangan 2. Akes terhadap pendapatan 3. Pengeluaran/kewajiban 4. Aset
5.3. Hasil Yang Diharapkan HEA menunjukkan pada kita apakah suatu populasi berada pada keadaan ekonomi tidak aman dan saat ini membutuhkan bantuan. Hal ini juga dapat digunakan untuk mereview hasil dari suatu intervensi terhadap ekonomi rumah tangga. Lebih jauh lagi, dapat memberikan gambaran bagaimana ekonomi pedesaan/perkotaan be rjalan.
40
Panduan Assessment PMI 5.4. Langkah-Langkah Pengumpulan Data HEA Untuk mendapatkan gambaran penuh atas ekonomi keluarga, hendaknya mengikuti serangkaian langkah pengumpulan data sebagaimana akan diuraikan lebih lanjut di bawah ini. Pengumpulan data menggunakan metode sebagaimana dijelaskan di bagian awal yaitu PRA.
5.4.1. Zona Ekonomi Pangan (Food Economy Zone = FEZ ) Zona Ekonomi Pangan adalah area geografi dimana mayoritas rumah tangga mendapatkan pangan dan pendapatan dengan kombinasi cara dan aktivitas yang mirip. Zona Ekonomi Pangan memiliki batasan yang bisa jadi saling tumpang tindih satu dan lainnya. (mis: sistem bank dan kehidupan/bisnis informal di kota dan aktivitas pertanian di pedesaan) Contoh:
5.4.2. Kelompok Ekonomi / Kelompok Makmur Kelompok ekonomi atau kelompok makmur adalah kelompok keluarga yang mempunyai kapasitas yang sama untuk mendapatkan pangan dan pilihan pendapatan yang berbeda dalam suatu Zona Ekonomi Pangan. Libatkan masyarakat untuk memberikan gambaran mengenai kelompok ekonomi yang berbeda dalam komunitas mereka. Informasi yang perlu dimasukkan pada kegiatan ini adalah distribusi "kemakmuran" dan aset (terutama asset produksi). Faktor utama yang membedakan antara satu tipe keluarga dengan yang lainnya adalah "kemakmuran". Di banyak tempat, masyarakat dikelompokkan dalam 3 kelompok ekonomi yaitu: miskin, sedang, kaya.
41
Panduan Assessment PMI Karena adanya keterbatasan waktu di lapangan sehingga tidak memungkinkan untuk mewawancarai semua keluarga. Oleh sebab itu usahakan untuk mencari kelompok yang dapat mewakili mayoritas dari tiap kelompok ekonomi (misal: kaya, sedang, miskin). Informasi ini bisa didapatkan dari nara sumber yang terpercaya misalnya kepala desa, tetua adat atau guru. Kemudian kembangkan profilnya sesuai dengan kemampuan ekonomi mereka. KARAKTERISTIK
KAYA
SEDANG
MISKIN
PEKERJAAN
Pedagang, petani skala-besar Atap genteng, dinding bata, lantai keramik 3-5 hektar
Petani skala-kecil, pembuat gula Atap seng, dinding papan, lantai semen
Buruh, penjual kayu api Atap rumbia, Dinding papan, lantai papan
1.5 – 2 hektar
0.5 hektar, pinjam 1 hektar
3-5 4-6 4-6
1-3 2-4 2-4
Tidak ada 0-2 0-1
1-2 1 Kepala keluarga: kasur pegas, lainnya: kasur busa. Kursi dan meja kayu mahal. 2 wajan besar, 2 wajan kecil mutu bagus, 2-3 panci PAM & Sumur Bor Nasi, Ayam, telur, sayur Kebanyakan: sampai sekolah lanjutan
1 0-1 Kepala keluarga: kasur busa, lainnya: kasur kapuk. Kursi dan meja kayu murah 1 wajan besar, 1-2 wajan kecil mutu jelek, 1-2 panci PAM Nasi, Ikan, tempe, sayur Kebanyakan: sekolah dasar, sedikit: sekolah lanjutan
0 0 Semua keluarga: kasur kapuk.
RUMAH
AKSES LAHAN TERNAK: SAPI KAMBING UNGGAS ASSET: SEPEDA KULKAS TEMPAT TIDUR
PERABOTAN ALAT MASAK
SUMBER AIR MAKANAN: PENDIDIKAN
Memakai tikar untuk duduk 1 wajan mutu jelek, 1 panci tanah liat Sumur timba Nasi, Ikan asin, tempe Sedikit: sekolah dasar
5.4.3. Akses keluarga pada pangan, pendapatan dan pola pengeluaran Dalam setiap Zona Ekonomi Pangan, kita harus memahami akses suatu keluarga terhadap pangan dan pendapatan serta bagaimana beragamnya untuk setiap kelompok ekonomi. Informasi ini bisa didapatkan dengan mewawancarai wakil dari tiap kelompok ekonomi secara terpisah dan dengan melibatkan beberapa pria dan wanita. Narasumber tersebut hendaknya dapat mengidentifikasi: a. akses keluarga terhadap pangan: gambaran darimana suatu keluarga mendapatkan bahan pangan (hasil tanam, hasil ternak, hasil tangkap, pemberian, beli, dll.). b. akses keluarga terhadap pendapatan: gambaran darimana suatu keluarga mendapatkan penghasilan/uang (gaji pegawai, penjualan ternak/hasil pertanian, jasa, dll.), frekuensi kegiatan, anggota keluarga yang terlibat dalam kegiatan tersebut, dan perkiraan mengenai berapa banyak pendapatan yang didapatkan dari setiap kegiatan yang dimaksudkan untuk pendapatan rumah tangga
42
Panduan Assessment PMI c. pengeluaran rumah tangga: gambaran bagaimana suatu rumah tangga mengelola pendapatan/uang (belanja pangan, belanja pakaian, biaya kesehatan, biaya pendidikan, PLN, BBM, pajak, dll.) Informasi dari ketiga area ini (pangan, pendapatan & pengeluaran) dimasukkan ke dalam diagram lingkaran seperti contoh di bawah:
AKSES PANGAN:
Sumber Pangan K eluarga Miskin Bel i
Hasi l Tanam
Ternak Mi li k
5%
45% 50%
Sumber Pangan Keluarg a Sedang Beli
Hasil Tanam
25%
Te rn ak M ilik
25%
50%
43
Panduan Assessment PMI AKSES PENDAPATAN:
Pendapatan Keluarga Miskin Jual Hasil Tanam
Produk Ternak
Buruh Tani
Kayu Api
Tukang 20%
10%
50%
5% 15%
Pendapatan Keluarga Sedang Jual Hasil Tanam
Produk Ternak
Buruh Tani
Kayu Api
Tukang 25% 35%
5% 5% 30%
44
Panduan Assessment PMI
POLA PENGELUARAN:
Pengeluaran Keluarga Misk in Makanan
Ternak
Kesehatan
Alat RT
BBM
Tabung
Sekolah
25%
30%
10% 10% 15%
5% 5%
Pengeluaran Keluarga Sedang Makanan
Ternak
Kesehatan
Alat RT
BBM
Tabung
Sekolah
22%
44%
22% 1% 5%
5% 1%
45
Panduan Assessment PMI 5.4.4. Dasar layanan / jaringan sosial. Perhatikan layanan sosial dan jaringan sosial yang ada pada suatu daerah. Area geografi mana yang mendapat akses/keuntungan atas layanan sosial (kesehatan/ air/ pendidikan, dll) atau akses/keuntungan atas jaringan sosial yang ada (grup nelayan, ibu-ibu PKK, dll). Buatlah Peta Kelembagaan.
5.4.5. Efek bencana / guncangan Hal ini mengenai analisis bagaimana kemampuan suatu keluarga untuk mendapatkan kebutuhan pokok pada saat krisis akibat bencana/guncangan, seperti ketidakamanan, pengungsian, perpindahan penduduk dll. Guncangan / Bencana: Kejadian dimana dapat mengakibatkan kerugian pada suatu keluarga. Diprediksi dan tidak dapat diprediksi. Bencana alam atau akibat manusia. Akibat dari bencana pada keluarga dimanapun te rgantung pada kombinasi dari: Kekuatan bencana (skala, kekuatan, durasi) o Ekonomi keluarga / Tingkat ketahanan o Kemungkinan untuk mengganti kerugian yang terjadi o Pilihan yang dapat dibuat oleh suatu keluarga o Tingkat ketergantungan pasar o
5.4.6. Mekanisme Penanggulangan (copi ng mecanism ) Mekanisme penanggulangan diambil dari adaptasi/aktivitas yang tidak umum yang dipilih seseorang sebagai cara hidup saat melewati masa sulit agar dapat menjaga kehidupan dan mata pencahariannya. Strategi penanggulangan bisa dibagi menjadi: Strategi yang tidak merusak mata pencaharian (seperti perubahan makanan dalam waktu singkat, mengumpulkan buah-buahan liar, penjualan barang yang tidak penting, pindahnya seseorang untuk bekerja, penambahan waktu kerja, penggunaan keahlian, solidaritas dll.) – hal hal tersebut mudah dirubah. Strategi yang mungkin dapat merusak mata pencaharian (seperti penjualan barang properti, penjualan aset produktif, pengundulan hutan besar-besaran, pekerja anak, pelacuran, kejahatan) – hal-hal tersebut agak susah berubah Sangat penting untuk mengetahui berapa lama seseorang dapat bertahan dengan mekanisme penanggulangan: Bahan pangan apa yang tersedia dan pilihan mata pencaharian yang dapat dikembangkan dalam situasi sekarang? Tambahan pilihan apa yang dapat dikejar? dll -
5.4.7. Identifikasi Kemungkinan Intervensi Langkah terakhir adalah: mengidentifikasi kemungkinan intervensi. Informasi dari keenam langkah di atas yang didapat dengan jalan diskusi dengan komunitas, akan membantu untuk menentukan intervensi yang tepat.
46
Panduan Assessment PMI Lampiran-lampiran:
1. Karakteristik bencana & bantuan 2. Code Of Conduct 3. Safer Access 4. Checklist Sektoral 5. Format Assessment Cepat PMI (Rapid assessment) 6. Format Detail Assessment
47
LAMPIRAN 1
Karakteristik Bencana 1. Bencana Alam Bencana adalah kejadian luar biasa yang disebabkan oleh fenomena alam atau ulah manusia, yang dampaknya melampaui "kemampuan mengatasi" dari masyarakat yang terpengaruh. Ditinjau dari aspek Geografis, Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik yakni lempeng benua Asia, Australia, Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Bagian selatan dan Timur Indonesia terbentang sabuk vulkanik yang memanjang dari Pulau Sumatra, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Sulawesi yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa. Kondisi ini sangat berpotensi menimbulkan bencana gunung meletus, gempa bumi, tsunami, banjir dan ta nah longsor. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kegempaan yang tinggi didunia, yakni lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan diAmerika Serikat. Wilayah Indonesia juga terletak didaerah iklim tropis dengan dua musim yang berbeda yakni musim panas dan hujan. Kondisi iklim seperti ini digabungkan dengan kondisi topografi permukaan dan batuan yang relatif beragam, baik secara fisik maupun kimiawi, menghasilkan tanah yang subur. Sebaliknya, kondisi ini dapat menimbulkan beberapa akibat buruk bagi manusia seperti terjadinya bencana Hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor, kebakaran hutan dan kekeringan. Bencana jenis Hidrometeorologi juga dipacu oleh semakin meningkatnya aktivitas manusia serta kemajuan tekhnologi moderen. Kerusakan hutan yang sengaja dibabat mengurangi serapan air secara alami dan membuka struktur tanah lebih longgar akibatnya sangat mudah bergerak menjadi labil. Sejak tahun 2003 sampai dengan tahun 2005 telah terjadi 1.429 kali bencana alam yang disebabkan oleh beberapa faktor dan faktor Hidrometeorologi menepati rangking pertama yakni banjir dan tanah longsor sampai mencapai 53,3 persen. Masing-masing wilayah di Indonesia juga memiliki risiko hazard yang berbeda-beda namun ada beberapa emiliki ncaman yang sama seperti, Sumatra, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara sampai Sulawesi sama-sama memeiliki hazard gunung berapi artinya daerah tersebut juga terancam dengan gempa tektonik. Pesisir utara Sumatra dan selatan adalah ancaman tsunami, demikian pula selatan Pulau Jawa dan selatan Bali. Banjir dan Tanah longsor acapkali terjadi didaerah Sumatra dan Jawa. Sedangkan bagian utara garis khatulistiwa masih sangat rawan terhadap gempa bumi sampai ke timur Papua.
2. Konflik Konflik adalah perseteruan antara dua pihak atau lebih dengan intensitas yang bervariasi, yang dapat mengganggu aktivitas dan stabilitas kehidupan manusia. Sebagai pengetahuan umum, berikut adalah beberapa tipe konflik menurut ICRC: -
Konflik Bersenjata Internasional adalah ketika angkatan bersenjata dari 2 atau lebih negara saling berhadapan, meskipun salah satu dari mereka mungkin tidak mengakui adanya keadaan perang.
1
LAMPIRAN 1
Contoh: Konflik antara Irak - Amerika, Inggris, dan sekutu. Konflik antara Pakistan India. Perjuangan kemerdekaan RI melawan Belanda. -
Konflik Bersenjata Non-Internasional adalah suatu konfrontasi yang terjadi di dalam wilayah suatu negara antara angkatan bersenjata reguler negara itu dengan kelompok bersenjata yang teridentifikasi, atau antara kelompok-kelompok bersenjata yang terorganisir. Contoh: Konflik antara Angkatan bersenjata RI melawan separatis GAM. Konflik antara milisi merah putih melawan separatis fretilin (Timor Timur). Konflik antara angkatan bersenjata Srilanka melawan separatis Macan Tamil.
-
Gangguan Internal adalah bentrokan kekerasan dalam intensitas dan priode tertentu yang terjadi dalam satu negara akibat perseteruan antar kelompok. Pemerintah terkait dapat meminta polisi atau bahkan tentara untuk memulihkan hukum dan ketertiban. Gangguan internal dapat merupakan awal ataupun akibat dari konflik bersenjata non-internasional. Contoh: Konflik etnis Dayak - Madura di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Konflik agama Islam - Kristen di Poso, Maluku & Maluku Utara. Konflik etnis Hutu Tutsi di Rwanda.
-
Ketegangan Internal dapat digambarkan sebagai situasi mencekam yang disebabkan faktor politik, agama, ras, sosial, ekonomi, ataupun ideologi, yang biasanya diikuti dengan penahanan, tapi tidak berkembang menjadi bentrokan bersenjata. Negara menurunkan aparta keamanan sebagai suatu tindakan preventif untuk mempertahankan hukum. Ketegangan internal dapat merupakan awal dari gangguan internal. Contoh: Demostrasi mahasiswa menolak kenaikan BBM, truk tangki Pertamina disandera dan jalanan di blok selama 5 jam. Perkelahian antara supporter tim sepakbola Persebaya – Persib yang berakhir dengan huru hara selama 3 jam. Polisi diturunkan untuk tindakan preventif.
Batas antara ketegangan internal dan gangguan internal tidaklah mudah ditentukan karena perbedaannya berkaitan dengan tingk at keseriusannya. Karakteristik bencana dan konflik dikaji dari aspek Lingkungan, Penerimaan bantuan, Kebutuhan dan Respons bantuan, dapat dijelaskan dengan matrik sebagai berikut : ASPEK K AJIAN Lingkungan
PERSAMAAN • Menimbulkan
konsekuensi humaniter yang parah dan mengancam kehidupan
•
Dapat terjadi secara perlahan ataupun secara mendadak
PERBEDAAN • Hadirnya
elemenelemen bersenjata • Dampak konflik pada bersifat memecah-belah • Penyebab bencana biasanya adalah alam, sementara konflik selalu bersifat "manusia lawan manusia" • Dampak konflik dapat lebih lama pengaruhnya
2
LAMPIRAN 1
Penerim aan Bantuan
•
Orang yang rentan adalah yang paling menderita
• Terjadi
Kebutuhan
Respon Palang Merah
pengungsian
• Kebutuhannya
akan bantuan serupa
•
Kebutuhan akan dukungan psikologi
•
Bantuan yang diberikan sama
•
Sarana pendukung yang dibutuhkan sama
• Sama-sama
membutuhkan: negosiasi & koord. dengan pemerintah, rencana pelaksanaan bantuan & SOP
Dalam konflik, penyebab kerentanan melebar hingga ke penyebab konflik itu sendiri • Konflik menimbulkan kelompok rentan baru • Konflik menimbulkan kebutuhan akan perlindungan keamanan • Penanganan untuk konflik bisa berlangsung lebih lama • Perlunya perlindungan korban (dalam konflik) • Jika LSM yg hadir sedikit, maka makin besar tekanan bagi PMI (dalam konflik). • Cara melakukan & pelaku kegiatan mungkin berbeda karena masalah keamanan (dalam hal konflik) • Perhatian khusus mengenai manajemen personel dan operasi dengan pendekatan keamanan (dalam konflik) •
Sumber: safer access review, Jakarta 2004
3
LAMPIRAN 1
Bantuan Bantuan adalah kegiatan yang bertujuan untuk membatasi dampak suatu konflik pada populasi yang terkena pengaruh; memelihara atau memulihkan kehidupan korban; dan memastikan agar korban dapat memperoleh kembali atau memelihara akses terhadap kebutuhan-kebutuhan ekonomi pokok. Sumber bantuan bisa didapatkan dari berbagai kalangan seperti: Pemerintah, Gerakan Palang Merah, LSM, PBB, Masyarakat, dll. Ada banyak jenis bantuan yang bisa dilakukan untuk membantu korban akibat konflik. Beberapa diantaranya adalah distribusi pangan, distribusi uang, proyek yang memberikan penghasilan, food for work (proyek yang upahnya adalah makanan), cash for work (proyek yang upahnya adalah uang). Palang Merah harus mencoba memberikan bantuan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan yang ada. Jangan memberikan bantuan semata-mata berdasarkan stok yang ada di dalam gudang kita. 1. Manajemen Bantuan Manajemen bantuan memegang peranan yang sangat penting dalam suatu kegiatan pemberian bantuan. PMI Pusat telah membuat suatu panduan Manajemen Bantuan untuk memudahkan PMI melaksanakan kegiatan pemberian bantuan. Pada prinsipnya, bantuan PMI harus didistribusikan secara langsung oleh petugas PMI kepada korban konflik. Bantuan itu harus dilengkapi dengan logo PMI (pada kemasan barang maupun pada lokasi distribusi). Prosedur Distribusi Bantuan PMI: Sebelum distri busi Meregistrasi ulang para penerima bantuan Menyiapkan keperluan administrasi (formulir logistik) Mempersiapkan transportasi untuk distribusi Mengatur personil PMI di lokasi distribusi Menentukan tempat pendistribusian
Pada saat distri busi Mengatur para penerima bantuan Memberikan pengumuman Mendistribusikan bantuan
Setelah distri busi Rekapitulasi/ review kegiatan pendistribusian Monitoring dan evaluasi
Dalam pendistribusian bantuan, PANCA-T harus diperhatikan. Tepat Waktu: distribusi dilakukan tepat pada waktunya dan sesuai dengan kebutuhan pada saat itu. Untuk bantuan darurat, waktu pendistribusian harus sesegera mungkin setelah assessment. Tepat Tempat: distribusi dilaksanakan pada tempat yang tepat. Tempat tersebut harus mudah di akses oleh penerima bantuan dan petugas distribusi, cukup luas sehingga dapat menampung semua penerima bantuan, harus aman bagi penerima bantuan, petugas distribusi dan barang bantuan dari gangguan hujan dan panas demikian pula halnya dengan keamanan.
4
LAMPIRAN 1
Tepat Sasaran: barang bantuan diberikan kepada penerima bantuan sesuai dengan kebutuhan berdasarkan hasil assessment. Prioritas diberikan kepada yang paling rentan. Tepat Jumlah: barang bantuan yang didistribusi harus sesuai dengan jumlah penerima bantuan berdasarkan hasil assessment. Tepat Kualitas : mutu barang bantuan yang didistribusi harus diperhatikan. Pastikan bahwa barang tersebut dalam kondisi yang baik dan tidak kadaluarsa. Sebelum memulai distribusi, hendaknya memilih tempat pendistribusian yang mudah di akses, baik oleh penerima bantuan maupun oleh petugas distribusi dan logistik. Tempat tersebut harus cukup luas sehingga dapat menampung semua penerima bantuan. Barang bantuan harus aman dari gangguan hujan dan panas, demikian pula halnya dengan petugas distribusi dan penerima bantuan. 2. Efek Sampi ng Distr ibus i Pangan Sangat penting untuk menentukan apakah risiko yang timbul akibat distribusi seimbang dengan risiko tidak mendistribusikan bantuan. Berikut ini adalah beberapa contoh resiko-resiko yang patut dipertimbangkan sebelum memutuskan pemberian bantuan pangan: •
• •
•
•
•
Terkumpulnya penerima bantuan dalam jumlah yang besar di satu titik distribusi dapat menimbulkan risiko penyakit epidemis (misal: TBC dan penyakit kulit). Pihak logistik akan menjadi kewalahan dalam menyiapkan bantuan. Penerima bantuan dan petugas distribusi dapat mengalami penjarahan (penerima bantuan saat kembali dari titik distribusi, demikian pula halnya dengan petugas distribusi saat menuju ke titik distribusi). Distribusi pangan dapat menyebabkan ketergantungan korban akan bantuan dari luar sehingga korban menjadi tertahan dalam situasi krisis. Kelompok-kelompok bersenjata dan pendukungnya terdorong untuk tetap meneruskan krisis yang ada (eksploitasi bantuan secara politik/finansial). Pertanian lokal (produsen makanan) tersaingi dengan masuknya bahan pangan dari luar.
3. Penerim a Bantuan Penerima bantuan adalah korban konflik (orang/rumah tangga/kelompok) yang menderita secara mental/fisik dan tak mampu mengatasi keadaan tersebut, serta membutuhkan dukungan/bantuan langsung maupun tak langsung. Agar bantuan yang diberikan tepat sasaran, maka analisa penerima bantuan perlu dilakukan. Analisa penerima bantuan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk menyeleksi orang-orang yang pantas menerima bantuan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu seperti: •
•
• •
Yang paling rentan dalam komunitas yang terkena dampak (ibu hamil, anakanak, lansia, janda, dll) Yang kehilangan alat-alat produksi dan aset (alat pertanian, lahan pertanian, peralatan nelayan, mesin jahit, warung, dll) Orang-orang yang mengungsi Yang kehilangan anggota keluarga
5
LAMPIRAN 2
PEDOMAN PERILAKU bagi GERAKAN PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH INTERNASIONAL dan LEMBAGA-LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT (LSM) dalam Operasi Bantuan Bencana
Disponsori oleh Caritas Internasionalis, Catholic Relief Services, Federasi Internasional Perhimpunan-perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, Aliansi Save the Children Internasional, Federasi Dunia Lutheran, Oxfam, dan Dewan Gereja Sedunia (yang kesemuanya merupakan anggota the Steering Committee for Humanitarian Response/Panitia Pengarah Respons Kemanusiaan), bersama dengan Komite Internasional Palang Merah (ICRC)
LAMPIRAN 2
Tujuan Pedoman Perilaku ini bermaksud menjaga standar perilaku kita. Pedoman ini bukan menyangkut teknis operasi, misalnya bagaimana cara menghitung persediaan makanan atau cara mendirikan kamp pengungsi. Namun, pedoman ini berusaha mempertahankan standar yang tinggi menyangkut kemandirian, efektififitas, dan hasil yang ingin dicapai oleh LSM yang bergerak di bidang respons bencana dan oleh Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. Pedoman ini adalah pedoman suka rela, yang berarti bahwa pedoman ini dijalankan atas dasar keinginan organisasi yang menerimanya dengan maksud mempertahankan standar-standar yang tercantum dalam pedoman ini. Dalam kasus konflik bersenjata, Pedoman Perilaku ini perlu ditafsirkan dan diterapkan sesuai dengan Hukum Humaniter Internasional. Pedoman Perilaku ini akan disajikan terlebih dulu. Setelah itu ada tiga lampiran yang menggambarkan lingkungan kerja yang kita inginkan akan diciptakan oleh Pemerintah Tuan Rumah, Pemerintah Donor, dan organisasi antarpemerintah dalam rangka memfasilitasi penyaluran bantuan kemanusiaan secara efektif.
Definisi Ornop atau LSM: Ornop atau LSM (Organisasi Non-pemerintah atau Lembaga Swadaya Masyarakat) di sini mengacu pada organisasi, baik nasional maupun internasional, yang dibentuk terpisah dari pemerintah negara tempat organisasi itu didirikan. NGHA ( Non-Governmental Humanitarian Agencies): Dalam teks ini, istilah Non-Governmental Humanitarian Agencies (Organisasi Kemanusiaan Non-pemerintah) mengacu pada komponenkomponen Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional –yaitu: Komite Internasional Palang Merah (ICRC), Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC), dan Perhimpunan-perhimpunan Nasional– serta LSM-LSM seperti dimaksud di atas. Pedoman Perilaku ini mengacu khusus pada NGHA yang bergerak di bidang respons bencana. IGO: IGO ( Inter-Governmental Organization/Organisasi Antarpemerintah) ialah organisasi yang terdiri dari dua pemerintah atau lebih. Dengan demikian, termasuk di dalamnya adalah badan-badan PBB dan organisasi-organisasi regional. Bencana: Bencana adalah kejadian buruk yang menyebabkan kematian, penderitaan manusia yang berat, dan kerugian materi dalam skala besar.
LAMPIRAN 2
Pedoman Perilaku Prinsip-prinsip Perilaku bagi Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional dan LSM-LSM dalam Program Respons Bencana
1:
Kewajiban kemanusiaan adalah prioritas utama
Hak untuk mendapatkan bantuan kemanusiaan dan untuk memberikan bantuan semacam itu merupakan prinsip kemanusiaan dasar yang dimiliki semua warga negara di semua negara. Sebagai bagian dari masyarakat internasional, kita mengakui kewajiban kita untuk memberikan bantuan kemanusiaan di manapun diperlukan. Karena itulah kita memerlukan akses tanpa hambatan terhadap populasi yang terkena bencana, yang merupakan hal yang sangat penting bagi kita untuk dapat melaksanakan kewajiban tersebut. Motivasi utama dari tindakan kita memberikan respons terhadap bencana adalah untuk mengurangi penderitaan yang dialami oleh kelompok-kelompok yang paling tidak mampu mengatasi dampak bencana. Bilamana kita memberikan bantuan kemanusiaan, hal itu bukanlah suatu tindakan partisan atau tindakan politis sehingga tidak boleh dipandang sebagai tindakan semacam itu.
2: Bantuan diberikan tanpa mempertimbangkan ras, kepercayaan ataupun kebangsaan penerima bantuan dan tanpa pembeda-bedaan yang merugikan dalam bentuk apapun. Prioritas bantuan ditentukan semata-mata berdasarkan kebutuhan.
Bilamana mungkin, bentuk bantuan perlu kita tentukan berdasarkan hasil asesmen yang komprehensif atas kebutuhan yang dihadapi korban bencana dan atas kemampuan yang sudah ada pada masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Keseluruhan program kita perlu mencerminkan pertimbangan asas proporsionalitas. Penderitaan manusia di manapun juga harus dikurangi; jiwa adalah hal yang sangat berharga di manapun juga. Oleh karenanya, bantuan yang kita berikan perlu mencerminkan tingkat penderitaan yang akan diatasi. Dalam melaksanakan pendekatan tersebut, kita mengakui sangat pentingnya peran kaum perempuan di masyarakat-masyarakat yang rawan bencana, dan kita perlu memastikan agar peran ini didukung, tidak dihilangkan, oleh program bantuan kita. Pelaksanaan kebijakan yang bersifat semesta ( universal), tidak memihak (impartial), dan mandiri (independent ) seperti itu hanya dapat berjalan efektif apabila kita dan mitra kita mempunyai akses terhadap sumber-sumber daya yang dibutuhkan untuk memberikan bantuan yang pantas serta mempunyai akses yang sama terhadap semua korban bencana.
3:
Bantuan tidak boleh digunakan untuk kepentingan politik ataupun agama
Bantuan kemanusiaan harus diberikan berdasarkan kebutuhan individu, keluarga, dan masyarakat. Walaupun NGHA mempunyai hak untuk memegang suatu opini keagamaan atau politik tertentu, kita menegaskan bahwa pemberian bantuan sama sekali tidak boleh tergantung pada apakah si penerima bantuan juga memegang opini keagamaan atau politik yang sama. Kita tidak boleh mengaitkan janji, penyerahan, ataupun distribusi bantuan kita dengan apakah si
LAMPIRAN 2
4:
Kita hendaknya berusaha untuk tidak menjadi alat kebijakan luar negeri pemerintah
NGHA adalah lembaga yang bekerja secara mandiri dari pemerintah. Karena itulah kita merumuskan kebijakan kita sendiri beserta strategi pelaksanaannya, dan kita tidak menjalankan kebijakan pemerintah manapun juga, kecuali sejauh kebijakan pemerintah yang bersangkutan sejalan dengan kebijakan kita sendiri. Kita sekali-kali tidak boleh dengan sengaja –ataupun karena kelalaian– membiarkan diri kita atau staf kita dimanfaatkan sebagai alat untuk mengumpulkan informasi yang sensitif dari segi politik, militer ataupun ekonomi bagi pemerintah ataupun lembaga lain yang mungkin mempunyai tujuan di luar kepentingan kemanusiaan. Demikian pula, kita tidak boleh bertindak sebagai alat kebijakan luar negeri dari pemerintah donor. Bantuan yang kita terima harus kita pergunakan untuk menanggapi kebutuhan korban, dan bantuan yang kita terima itu tidak boleh diberikan kepada kita karena pihak donor perlu membuang kelebihan komoditasnya atau karena pihak donor mempunyai kepentingan politik tertentu. Kita menghargai dan mendorong pemberian bantuan tenaga dan keuangan secara sukarela oleh perorangan demi mendukung kerja kita, dan kita mengakui kemandirian tindakan yang didorong oleh motivasi suka rela semacam itu. Demi menjaga kemandirian kita, kita harus menghindari ketergantungan terhadap satu sumber dana saja.
5:
Kita harus menghormati budaya dan adat istiadat setempat
Kita harus berusaha menghargai budaya, tatanan, dan adat istiadat yang berlaku di masyarakat dan negara tempat kita bekerja.
6:
Kita harus berusaha meningkatkan respons bencana dengan kapasitas setempat
Semua orang dan masyarakat memiliki kemampuan maupun kerentanan, pun pada saat bencana. Bilamana mungkin, kita harus memperkuat kemampuan ini dengan cara mempekerjakan staf lokal, membeli barang lokal, dan berhubungan bisnis dengan perusahaan setempat. Bilamana mungkin, kita harus bekerja melalui NGHA lokal sebagai mitra dalam perencanaan dan pelaksanaan, dan bekerja sama dengan badan-badan pemerintah lokal bilamana sesuai. Koordinasi yang tepat atas respons bencana perlu kita beri prioritas yang tinggi. Hal ini dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya di negara yang bersangkutan oleh pihak-pihak yang paling terlibat dalam operasi bantuan itu, dan seyogyanya wakil dari badan-badan PBB yang relevan perlu dilibatkan.
7: Perlu dicari cara untuk melibatkan para penerima bantuan dalam proses manajemen bantuan
Bantuan bencana jangan sekali-kali dipaksakan pada penerima bantuan. Pemberian bantuan secara efektif dan proses rehabilitasi yang berkesinambungan dapat dicapai dengan sebaik-baiknya apabila penerima bantuan turut dilibatkan dalam perancangan, manajemen, dan pelaksanaan program bantuan yang bersangkutan. Kita harus berusaha agar masyarakat berpartisipasi sepenuhnya dalam program program bantuan dan rehabilitasi yang kita jalankan.
LAMPIRAN 2 8: Pemberian bantuan harus bertujuan untuk mengurangi kerentanan terhadap bencana di kemudian hari, selain untuk memenuhi kebutuhan pokok
Semua kegiatan bantuan berpengaruh terhadap prospek pembangunan jangka panjang, dan pengaruh ini bisa positif atau negatif. Karena itu, kita perlu berusaha untuk menjalankan program bantuan yang dapat secara aktif mengurangi kerentanan para penerima bantuan terhadap bencana di kemudian hari sehingga membantu menciptakan gaya hidup yang sifatnya berkelanjutan. Perlu kita berikan perhatian secara khusus terhadap masalah-masalah lingkungan dalam proses perencanaan dan manajemen program bantuan. Kita juga harus berusaha untuk memperkecil dampak negatif dari bantuan kemanusiaan yang kita berikan, yaitu dengan berupaya menghindari terciptanya ketergantungan jangka panjang para penerima bantuan pada bantuan dari luar.
9: Kita bertanggung jawab kepada pihak yang kita bantu maupun kepada pihak yang memberi kita sumber daya
Kita sering bertindak sebagai institusi penghubung dalam kemitraan antara pihak yang ingin membantu dan pihak yang membutuhkan bantuan di kala bencana. Karena itulah kita harus bertanggung jawab kepada kedua belah pihak. Semua transaksi kita dengan donor dan penerima bantuan harus mencerminkan sikap keterbukaan dan transparansi. Kita mengakui perlunya membuat laporan kegiatan, baik dari segi keuangan maupun dari segi keefektifan. Kita mengakui kewajiban untuk melakukan pemantauan secara semestinya atas pelaksanaan distribusi bantuan dan untuk melakukan asesmen secara reguler atas dampak bantuan bencana. Kita juga harus berusaha melaporkan, secara terbuka, dampak dari kegiatan kita dan faktor-faktor apa yang memperkecil ataupun yang memperbesar dampak tersebut. Program-program kita perlu didasarkan pada standar profesionalisme dan keahlian yang tinggi, dengan tujuan memperkecil kemungkinan terbuangnya sumber daya yang berharga secara sia-sia.
10: Dalam kegiatan informasi, publisitas, dan promosi yang kita lakukan, kita harus memandang korban bencana sebagai manusia yang bermartabat, bukan sebagai objek belas kasihan
Respek terhadap korban bencana sebagai mitra sejajar dalam bekerja tidak boleh hilang dari diri kita. Dalam memberikan informasi kepada publik, kita harus menyajikan gambaran yang objektif tentang situasi bencana yang bersangkutan, yaitu dengan menjelaskan pula kemampuan dan aspirasi yang dimiliki para korban, bukan hanya kerentanan dan kekhawatiran yang ada pada mereka. Walaupun kita perlu bekerja sama dengan media demi meningkatkan respons masyarakat, kita tidak boleh membiarkan keinginan pihak-pihak luar ataupun pihak-pihak dalam akan publisitas menjadi hal yang lebih penting daripada prinsip 'memaksimalkan keseluruhan bantuan bencana' itu sendiri. Kita perlu menghindari kompetisi memperoleh liputan media dengan lembaga-lembaga bantuan bencana lainnya pada situasi di mana liputan media bisa merugikan pelayanan yang kita berikan kepada penerima bantuan atau merugikan keamanan staf kita sendiri atau merugikan keamanan para penerima bantuan.
LAMPIRAN 2
Lingkungan Kerja Setelah secara unilateral setuju untuk berusaha mematuhi Pedoman Perilaku sebagaimana diuraikan di atas, di bawah ini kami sajikan sejumlah petunjuk umum (rekomendasi) mengenai lingkungan kerja seperti apa yang kita inginkan agar diciptakan oleh pemerintah donor, pemerintah tuan rumah, dan organisasi-organisasi antarpemerintah –khususnya badan-badan PBB– dalam rangka memfasilitasi partisipasi yang efektif dari NGHA dalam kegiatan respons bencana. Petunjuk-petunjuk umum ini disajikan di sini sebagai pedoman. Petunjuk-petunjuk ini tidaklah mengikat secara hukum, dan kami juga tidak mengharapkan agar pemerintah dan lembaga antarpemerintah menyatakan persetujuan mereka atas pedoman ini dengan menandatangani suatu dokumen tertentu, meskipun penandatanganan dokumen semacam itu mungkin bisa diupayakan di masa mendatang. Petunjuk-petunjuk ini disajikan di sini dalam semangat keterbukaan dan kerja sama, dengan tujuan agar para mitra kita mengetahui hubungan ideal seperti apakah yang ingin kita jalin dengan mereka.
LAMPIRAN 2
Lampiran I: Rekomendasi bagi pemerintah negara yang terkena bencana 1: Pemerintah-pemerintah perlu mengakui dan menghormati kegiatan-kegiatan kemanusiaan yang mandiri dan tidak memihak yang dilakukan oleh NGHA
NGHA adalah organisasi yang mandiri (independen). Kemandirian dan ketidakmemihakan ini perlu dihormati oleh pemerintah tuan rumah. 2: Pemerintah tuan rumah perlu memfasilitasi akses cepat terhadap korban bencana bagi NGHA
Supaya organisasi-organisasi kemanusiaan non-pemerintah (NGHA) dapat bertindak secara sepenuhnya sesuai dengan prinsip-prinsip kemanusiaan mereka, mereka perlu memperoleh akses yang cepat dan tidak memihak terhadap korban bencana dengan tujuan memberikan bantuan kemanusiaan. Adalah kewajiban pemerintah tuan rumah, sebagai bagian dari pelaksanaan tanggung jawabnya secara berdaulat, untuk tidak menghalangi pemberian bantuan kemanusiaan dan untuk menyetujui tindakan tidak memihak serta tidak bersifat politis yang dilakukan oleh NGHA. Pemerintah tuan rumah perlu memfasilitasi agar staf bantuan dapat masuk secara cepat, terutama dengan mengecualikan mereka dari keharusan memperoleh visa jalan, visa masuk, dan visa keluar atau dengan memberikan visa-visa tersebut secara cepat. Pemerintah-pemerintah perlu memberikan izin lintas udara dan izin mendarat bagi pesawat terbang yang mengangkut pasokan dan personil bantuan i nternasional selama tahap darurat bencana.
3: Pemerintah-pemerintah perlu memfasilitasi agar barang-barang dan informasi bantuan dapat masuk secara tepat waktu pada masa bencana
Pasokan dan perlengkapan bantuan dibawa masuk ke sebuah negara semata-mata untuk tujuan meringankan penderitaan manusia, bukan untuk memperoleh keuntungan komersial. Pasokan semacam itu lazimnya perlu diberi izin untuk melakukan perjalanan secara bebas dan tanpa hambatan dan tidak boleh dikenai persyaratan mengenai dokumen asal-usul atau faktur dari konsulat, persyaratan mengenai izin impor dan/atau ekspor, atau persyaratan-persyaratan lainnya ataupun dikenai pajak impor, biaya mendarat, atau biaya pelabuhan. Masuknya untuk sementara waktu perlengkapan-perlengkapan yang diperlukan bagi pemberian bantuan, termasuk kendaraan, pesawat terbang ringan, dan peralatan telekomunikasi, perlu difasilitasi oleh pemerintah tuan rumah yang menerima bantuan tersebut, yaitu dengan cara untuk sementara waktu tidak memberlakukan persyaratan menyangkut perijinan ataupun pendaftaran terhadap perlengkapan-perlengkapan tersebut. Demikian pula, pemerintah-pemerintah hendaknya tidak memberlakukan pembatasan mengenai pengeluaran (re-ekspor) perlengkapan-perlengkapan bantuan tersebut ketika operasi pemberian bantuan telah selesai. Untuk memfasilitasi komunikasi di masa bencana, pemerintah tuan rumah perlu mengalokasikan frekuensi radio tertentu yang boleh digunakan oleh organisasi-organisasi bantuan untuk melakukan komunikasi di dalam wilayah negaranya maupun komunikasi internasional dalam rangka komuniksi bencana dan perlu mengumumkan frekuensi radio tersebut kepada komunitas respons bencana sebelum terjadinya bencana.
LAMPIRAN 2
4: Pemerintah-pemerintah perlu berupaya menyediakan pelayanan informasi perencanaan bencana ( disaster information and planning service ) secara terkoordinasi
dan
Pada akhirnya, tanggung jawab atas keseluruhan perencanaan dan koordinasi terhadap kegiatan bantuan terletak di tangan pemerintah tuan rumah. Perencanaan dan koordinasi tersebut akan berjalan dengan jauh lebih baik jika NGHA diberi informasi mengenai bantuan yang dibutuhkan, mengenai instansi-instansi yang melakukan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan bantuan, dan mengenai risiko keamanan yang mungkin dihadapi oleh NGHA. Pemerintah-pemerintah didorong untuk memberikan informasi semacam itu kepada NGHA. Agar kegiatan bantuan dapat terkoordinasi secara efektif dan terlaksana secara efisien, pemerintah tuan rumah didorong untuk menunjuk sebuah pihak tertentu sebagai penghubung tunggal antara NGHA-NGHA yang datang dan pihak berwenang nasional.
5:
Bantuan bencana di masa konflik bersenjata
Di masa konflik bersenjata, kegiatan bantuan diatur oleh ketentuan-ketentuan Hukum Humaniter Internasional yang relevan.
LAMPIRAN 2
Lampiran II: Rekomendasi bagi pemerintah donor 1: Pemerintah donor perlu mengakui dan menghormati kegiatan kemanusiaan yang mandiri (independen) dan tidak memihak yang dilakukan oleh NGHA
NGHA adalah organisasi mandiri yang kemandirian serta ketidakmemihakannya perlu dihormati oleh pemerintah donor. Pemerintah donor tidak boleh memanfaatkan NGHA untuk mencapai tujuan politis atau ideologis apapun. 2:
Pemerintah donor perlu memberikan bantuan dengan jaminan kemandirian operasi.
NGHA menerima bantuan dana dan materi dari pemerintah donor dengan semangat yang sama seperti ketika memberikan bantuan kepada korban bencana: yaitu semangat kemanusiaan dan semangat kemandirian bertindak. Pelaksanaan kegiatan bantuan pada akhirnya merupakan tanggung jawab NGHA sehingga perlu berjalan sesuai dengan kebijakan NGHA. 3: Pemerintah donor perlu menggunakan jasa baiknya untuk membantu NGHA memperoleh akses terhadap korban bencana
Pemerintah donor perlu mengakui pentingnya menerima tanggung jawab sampai tingkat tertentu untuk mengupayakan agar staf NGHA memperoleh akses yang aman dan bebas ke lokasi bencana. Pemerintah donor hendaknya siap untuk melakukan diplomasi dengan pemerintah tuan rumah mengenai permasalahan akses tersebut bilamana diperlukan.
LAMPIRAN 2
Lampiran III: Rekomendasi bagi organisasi antarpemerintah 1: Organisasi antarpemerintah perlu mengakui NGHA, baik yang nasional maupun yang internasional, sebagai mitra yang berharga
NGHA bersedia bekerja dengan badan-badan PBB dan organisasi-organisasi antarpemerintah lainnya demi meningkatkan respons bencana. NGHA melakukan hal itu dengan semangat kemitraan yang menghormati integritas serta kemandirian semua mitra. Organisasi antarpemerintah harus menghormati kemandirian dan ketidakmemihakan NGHA. NGHA perlu diajak bicara oleh badan badan PBB dalam penyusunan rencana bantuan.
2. Organisasi antarpemerintah perlu membantu pemerintah tuan rumah dalam menyediakan sebuah kerangka koordinasi yang menyeluruh bagi operasi bantuan bencana internasional maupun nasional
NGHA pada umumnya tidak mempunyai mandat untuk menyediakan kerangka koordinasi yang menyeluruh bagi bencana yang memerlukan respons internasional. Tanggung jawab tersebut jatuh ke tangan pemerintah tuan rumah dan badan-badan PBB yang relevan. Karena itu, pemerintah tuan rumah dan badan-badan PBB yang relevan didorong untuk menyediakan kerangka koordinasi semacam itu secara tepat waktu dan efektif dalam rangka melayani negara yang terkena bencana dan masyarakat respons bencana nasional maupun internasional. Akan tetapi, NGHA bagaimanapun juga perlu melakukan segala upaya untuk memastikan koordinasi yang efektif atas kegiatan-kegiatan mereka sendiri.
3. Organisasi antarpemerintah perlu memberikan perlindungan keamanan kepada NGHA sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan bagi badan-badan PBB.
Bilamana pelayanan keamanan perlu disediakan oleh organisasi antarpemerintah sesuai ketentuan yang ada, maka pelayanan tersebut perlu diberikan kepada NGHA sebagai mitra operasional mereka bilamana NGHA memintanya.
4. Organisasi antarpemerintah perlu memberi NGHA akses yang sama terhadap informasi yang relevan seperti yang diberikan kepada badan-badan PBB
Organisasi antarpemerintah didorong untuk memberikan kepada NGHA yang menjadi mitra operasional mereka seluruh informasi yang ada kaitannya dengan pelaksanaan kegiatan bantuan bencana yang efektif.
LAMPIRAN 2
Formulir Registrasi Organisasi-organisasi antarpemerintah yang ingin mendaftarkan dukungan atas Pedoman Perilaku ini serta kesediaan untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip dari Pedoman Perilaku ini ke dalam kegiatan mereka perlu mengisi formulir di bawah ini dan mengirimkannya kepada: Disaster Policy Management, International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies, PO Box 372 1211 Geneva 19 Switzerland. Tel +41 (022) 7304222 Fax +41 (022) 7330395
Kami ingin mendaftarkan dukungan atas Pedoman Perilaku ini dan akan berusaha mengintegrasikan prinsip-prinsip dari Pedoman Perilaku ini ke dalam kegiatan kami.
Nama organisasi Alamat
Telepon Fax Tanda tangan Posisi dalam organisasi Tanggal
LAMPIRAN 3
Safer Acc ess Safer access (akses
yang lebih aman) adalah suatu konsep / kerangka kerja yang disusun agar PMI
dapat: memiliki akses yang lebih baik terhadap masyarakat yang terkena dampak konflik melakukan operasinya dengan lebih aman dalam situasi konflik Kerangka kerja ini berisi pedoman operasional bagi PMI sebagai organisasi maupun individu-individu di dalamnya agar dapat melakukan aktifitasnya de ngan lebih aman dalam situasi konflik. • •
Secara umum, pokok bahasan Safer Access ini dibagi ke dalam 3 topik, yaitu 1. Keamanan PMI dalam konflik; 2. Dasar hukum dan kebijakan gerakan (palang merah); 3. 7 pilar. 1. Keamanan PMI dalam Konflik Setiap petugas palang merah haruslah paham bahwa di daerah konflik ada resiko-resiko tertentu yang tidak dapat dihilangkan maupun dikurangi lagi. Oleh karena itu: keterlibatan seseorang dalam pekerjaan palang merah haruslah bersifat sukarela, dengan menyadari segala resiko dan konsekuensinya. Orang itu berhak untuk menolak melakukan suatu tugas apabila ia merasa takut bahwa keamanan dirinya terancam. diperlukan pedoman langkah-langkah keamanan untuk membatasi resiko-resiko yang ada, sampai ke tingkat yang tidak terhindarkan lagi (di luar kemampuan kita). •
•
Di samping melakukan persiapan antisipasi konflik, secara spesifik PMI juga perlu untuk dapat memahami situasi konflik yang sedang terjadi. Mengetahui tipe-tipe konflik & hubungannya dengan tugas PMI, mengetahui dasar hukum yang dipakai oleh PMI untuk bertindak dalam situasi konflik, pemahaman akan hak, kewajiban dan keterbatasan PMI di saat konflik dan relevansi penerapan instrumen HPI / HAM sebagai dasar pemberian bantuan dan perlindungan. Pemahaman akan situasi konflik tersebut, sekali lagi akan semakin meningkatkan keamanan PMI dalam bertugas. Berikut adalah poin-poin penting yang harus dipahami dalam suatu konflik: Aktor, pemicu, sumber, karakteristik, serta tahapan-tahapannya Persamaan dan perbedaan dalam hal respon pada saat bencana non-konflik dan pada saat konflik Siapa yang terkena dampak konflik, dengan cara bagaimana, dan apa pengaruhnya bagi bantuan kemanusiaan dan perlindungan yang diberikan PMI? Identifikasi dan assessment terhadap resiko-resiko yang muncul dari situasi konflik itu dan pentingnya mencegah, menghindari atau mengurangi resiko-resiko tersebut Pentingnya suatu analisa konflik yang mendalam, analisa tentang dampaknya terhadap komunitas, dan analisa tentang respon nasional maupun internasional terhadap konflik itu Penerapan prinsip-prinsip Dasar Gerakan Palang Merah • •
•
•
•
•
Dengan demikian persiapan antisipasi konflik pada masa damai merupakan hal yang sangat penting. Apabila persiapan ini tidak dilakukan PMI dengan baik dan langkah-langkah keamanan tidak diperhatikan, maka pada masa konflik kemungkinan PMI tidak akan dapat melakukan segala kegiatannya dengan lancar. Operasi bantuan tidak berjalan, bahkan bisa saja terjadi insideninsiden keamanan terhadap personil maupun properti PMI. Di berbagai belahan dunia, insideninsiden keamanan terhadap palang merah telah beberapa kali terjadi, misalnya: Pada tahun 2002, 12 anggota Palang Merah Nepal terbunuh dalam jangka 4 bulan Pada tahun 2003, 4 personil Palang Merah Pantai Gading terbunuh; personil Palang Merah Kongo diserang dan terluka; 6 personil Palang Merah Uganda diserang dan terluka dalam rangka melaksanakan tugas. Di Indonesia, pada tahun 2001 kantor PMI Bieureun, Aceh menjadi sasaran penembakan dan pada tahun 2003 ambulans PMI ditembak saat bertugas. • •
•
Secara umum, langkah-langkah keamanan disusun dengan maksud: mencegah insiden besar dengan cara menghilangkan kemungkinannya untuk terjadi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menghilangkan targetnya, misalnya dengan cara menghindarkan orang-orang dari daerah yang dianggap "berbahaya," ataupun dengan membatalkan perjalanan darat jika ada bahaya ranjau, dsb. Pencegahan dilakukan pada saat sebelum terjadi insiden. •
LAMPIRAN 3
•
•
mengurangi risiko, baik dengan cara mengambil tindakan perlindungan yang mempunyai efek penangkalan (misalnya dengan garis pelindung, alarm, penjaga, dsb.) ataupun dengan langkah pencegahan yang mendukung penghormatan atas tindakan, staf, dan properti Palang Merah. Pengurangan dilakukan pada saat sebelum atau pada saat terjadi insiden. membatasi kerusakan yang telah terjadi, misalnya dengan asuransi, evakuasi medis, dsb. Pembatasan dilakukan pada saat terjadi atau sesudah insiden.
Lalu apa yang harus dilakukan PMI agar siap merespon situasi konflik? Persiapan antisipasi konflik merupakan kombinasi dari persiapan-persiapan di bidang-bidang berikut ini: Pelayanan Dalam masa damai PMI haruslah senantiasa berlatih untuk meningkatkan kemampuannya dalam memberikan pelayanan-pelayanan kepada masyarakat di berbagai bidang, seperti: o pertolongan pertama (PP) / evakuasi air / sanitasi / penampungan o pencarian orang hilang (tracing) o o sosialisasi kepalangmerahan (diseminasi) manajemen bantuan darurat o Peralatan dan sumber daya manusia Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia serta peralatan operasionalnya Struktur manajemen bencana Mematangkan struktur manajemen bencana sehingga dapat memberikan respon lebih cepat dan akurat Elemen-elemen safer access Menerapkan prinsip-prinsip safer access, baik pada masa damai maupun konflik, untuk memaksimalkan keamanan PMI saat bertugas •
•
•
•
2. Dasar Hukum dan K ebijakan Gerakan (Palang Merah) Dengan memahami dasar hukum dan kebijakan Gerakan Palang Merah, setiap anggota PMI dapat mengerti berbagai hak, kewajiban, serta keterbatasan PMI di saat konflik agar dapat bertindak sebaik-baiknya. Selain itu, anggota PMI pun akan dapat melakukan pendekatan maupun negosiasi dengan berbagai pihak yang terkait, dengan mengacu pada hukum ataupun kebijakan yang ada. Pada akhirnya, pemahaman akan hal ini juga akan membantu PMI untuk meningkatkan keamanannya dalam menjalankan semua tugasnya.
Secara umum ada beberapa hukum dan kebijakan, baik internasional maupun nasional, yang berkaitan dengan kegiatan kepalangmerahan, khususnya dalam hal konflik. Hukum dan kebijakan itu antara lain adalah: I.
Di tingkat internasional A. Konvensi Jenewa tahun 1949 Perjanjian internasional ini secara umum mengatur tentang perlindungan bagi pihak-pihak yang terlibat dalam konflik. Konvensi ini terbagi dalam 4 bagian: Bagian I melindungi anggota angkatan bersenjata yang luka dan sakit dalam pertempuran di darat. Bagian II melindungi anggota angkatan bersenjata yang luka, sakit, dan mengalami kapal karam dalam pertempuran di laut Bagian III melindungi para tawanan perang Bagian IV melindungi penduduk sipil B. Protokol Tambahan 1977 Protokol ini terbagi dalam 2 bagian, yaitu: Protokol Tambahan 1, memperkuat perlindungan kepada para korban konflik bersenjata internasional Protokol Tambahan 2, memperkuat perlindungan kepada para korban konflik bersenjata non-internasional
LAMPIRAN 3 II.
Di tingkat nasional A. Undang-Undang No. 59 tahun 1958 Undang-Undang ini meresmikan keikutsertaan Indonesia dalam Konvensi-Konvensi Jenewa tanggal 12 Agustus 1949 B. Keputusan Presiden RI No. 25 tahun 1950 Keppres ini berisi pengesahan dan pengakuan atas berdirinya Perhimpunan Nasional Palang Merah Indonesia C. Keputusan Presiden RI No. 246 tahun 1963 Keppres ini berisi tentang tugas pokok dan kegiatan PMI D. Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Palang Merah Indonesia E. Garis-Garis Kebijakan Palang Merah Indonesia
Kegiatan Pokok PMI sesuai visi dan misinya (AD/ART) Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana Pelayanan sosial dan kesehatan, termasuk Upaya Kesehatan Transfusi Darah Penyebarluasan dan pengembangan aplikasi nilai-nilai kemanusiaan dan prinsip-prinsip dasar Gerakan PM/BSM Internasional serta HPI bagi seluruh m asyarakat Indonesia Pembinaan generasi muda dan relawan • • •
•
3. 7 Pilar Safer Access Konsep 7 pilar Safer Access ini diharapkan dapat menjadi alat yang efektif untuk menciptakan kesadaran anggota PMI pada semua level tentang berbagai hal penting yang harus dipertimbangkan pada saat akan memberikan perlindungan maupun bantuan bagi para korban konflik. Adapun ke-7 pilar tersebut adalah: 1. Penerimaan Terhadap Organi sasi Sosialisasi & Diseminasi mengenai Gerakan Palang Merah & Bulan Sabit Merah Internasional harus dilakukan secara terus menerus secara simultan baik pada saat "sebelum", "saat terjadi" dan "setelah" kegiatan penanggulangan bencana dilakukan. Sosialisasi dan Diseminasi dilakukan secara mandiri atau terintegrasi dengan kegiatan PMI lainnya. Semua anggota PMI harus bisa diseminasi tentang PMI. Koordinasi dengan pihak terkait (Pemerintah, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, TNI/POLRI, dll). PMI dapat bekerja sama dengan unsur lainnya yang terkait dengan penanggulangan bencana. Menjaga Prinsip Dasar Gerakan. PMI berpedoman pada Ketujuh Prinsip Dasar Gerakan dalam melakukan setiap kegiatan. •
•
•
2. Penerimaan Terhadap Indi vid u Setiap Petugas PMI mampu mengenali kemampuan diri sendiri. Jangan memaksakan diri, sabar dan tidak ceroboh dalam mengambil tindakan. Berlatihlah untuk meningkatkan kemampuan diri. Setiap Petugas PMI mampu beradaptasi terhadap lingkungan dimanapun dia bertugas. Beradaptasi dengan adat budaya yang ada. Setiap Petugas PMI mematuhi aturan hukum setempat. Misalnya hukum lokal (adat) atau hukum pemerintah daerah. Sebagai Petugas PMI menerapkan 7 Prinsip Dasar Gerakan dalam tingkah laku pribadinya. Setiap Petugas PMI harus mengedepankan etika dan moral serta menjaga gaya hidup sehat. Tidak meminum-minuman keras, narkoba, asusila dan dapat mengendalikan stres. Setiap Petugas PMI memiliki tanggung jawab dan solidaritas. •
•
•
•
•
•
3. Identifikasi Setiap Petugas PMI memahami dan dapat melakukan sosialisasi & diseminasi mengenai penggunaan Lambang yang tepat. Semua barang bantuan, kendaraan dan kantor PMI harus mempunyai identitas PMI Setiap Petugas PMI yang bertugas harus menggunakan atribut PMI dan membawa kartu identitas (KTA/KTP/SIM) serta surat tugas. Setelah bertugas, atribut PMI harus dikembalikan ke Markas/Penanggung Jawab. •
• •
•
LAMPIRAN 3
4. Komun ikasi Internal Pengarahan mengenai situasi keamanan kepada petugas PMI yang akan bertugas oleh Penanggung Jawab. Penyelenggaraan rapat koordinasi rutin sesuai dengan kebutuhan oleh Penanggung Jawab. Pelaporan setiap insiden bencana yang dinilai dapat mempengaruhi keselamatan dan keamanan yang terjadi saat bertugas kepada Penanggung Jawab. Laporan diberikan secara akurat dengan melakukan cek ulang dan penilaian (assessment), bukan berdasarkan informasi semata (mencegah beredarnya isu). Menjaga kerahasiaan (siapa perlu tahu tentang apa – hingga sejauh mana; untuk mencegah kepanikan). Menjaga komunikasi timbal balik antar tim dan posko. Pembuatan laporan sesuai dengan jenjang penugasan. Menggunakan alat komunikasi sesuai dengan standar komunikasi PMI, sesuai dengan kebutuhan tugas dan menjaga alat komunikasi yang digunakan dengan baik. Setelah bertugas, alat komunikasi PMI harus dikembalikan ke Markas/Penanggung Jawab. •
•
•
•
• • •
•
5. Komun ikasi Eksternal Informasi yang dapat disampaikan kepada media/publik hanya fakta yang bersifat umum (apa yang kita kerjakan dan bukan yang disaksikan, didengar atau dirasakan). Pembagian informasi yang bersifat kebijakan dilakukan oleh Pengurus. Sedangkan pembagian informasi yang bersifat operasional dilakukan oleh humas atau unit pelaksana yang ditunjuk oleh Pengurus. (Detail mengenai ketentuan akan dicakup dalam SoP Komunikasi) Rapat koordinasi antar lintas sektoral terkait dilakukan atas sepengetahuan Pengurus/penanggung-jawab operasi yang ditunjuk. •
•
•
6. Aturan Keamanan Pengurus/penanggung-jawab operasional memastikan situasi keamanan di lapangan Petugas PMI harus mengetahui dan mengikuti aturan-aturan yang dibuat oleh otoritas setempat (satkorlak atau penguasa perang pada saat konflik). Kendaraan yang digunakan harus dilengkapi dengan dokumen kendaraan (STNK, SIM), lambang PMI dan perlengkapan standar (Kotak PP, Peralatan emergency kendaraan). Sebelum menggunakan kendaraan PMI pastikan pemeriksaan penting seperti kondisi bahan bakar, oli dan tekanan ban telah dilakukan. Pastikan penyimpanan kunci kendaraan yang mudah diakses. Kendaraan PMI hanya dapat digunakan oleh Petugas PMI dan hanya untuk kepentingan kegiatan PMI. Apabila melalui Pos Pemeriksaan kurangi kecepatan. Lampu dalam mobil dinyalakan (apabila berkendaraan di malam hari) dan kontrol emosi. Dilarang menggunakan pengawalan bersenjata, kecuali pada situasi khusus tertentu dan harus mendapatkan izin dari Pengurus PMI. Petugas PMI dilarang membawa senjata tajam/api. Senjata tajam dikecualikan untuk mendukung penugasan (sebagai pelengkap peralatan tanggap darurat). Petugas PMI dilarang mengangkut siapapun yang bersenjata termasuk personil keamanan. Apabila terjadi pemberhentian paksa/ancaman bersenjata, maka patuhilah instruksi dari pihak yang memberhentikan/mengancam, bersikap tenang dan berusaha untuk bernegosiasi. Tekankan sikap dan posisi anda pada netralitas. Apabila terjadi perampokan barang, jangan pernah mengambil resiko untuk membela barang atau uang, nyawa Anda lebih penting dibandingkan barang atau uang. Apabila terjadi penculikan, maka patuhilah instruksi dari pihak yang memberhentikan/mengancam, bersikap tenang dan berusaha untuk bernegosiasi, serta tidak melakukan tindakan yang mengancam keselamatan diri. Mengamankan pelepasan seorang tawanan adalah tanggung jawab pihak luar, bukan tawanan. Buatlah rencana keamanan dalam beberapa alternatif resiko sesuai dengan kondisi lapangan (jika ... maka ...). • •
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
LAMPIRAN 3
•
Pembatasan waktu kerja di lapangan dibuat sesuai dengan kondisi lapangan (misalnya jam malam, pembatasan aktifitas malam hari, dsb.).
7. Tindakan Perlind ungan Setiap Petugas PMI memiliki rencana perlindungan/penyelamatan diri pribadi maupun tim (misalnya rencana A, B, C …). Pada keadaan darurat konflik, Petugas PMI memilih tempat berlindung yang bersifat netral (tidak memilih tempat yang identik dengan salah satu pihak). Pada keadaan darurat bencana alam, Petugas PMI memilih tempat berlindung yang tidak beresiko. Petugas PMI selalu menjaga keamanan barang-barang pribadi dan operasional tanggap darurat. Petugas PMI wajib diberikan jaminan asuransi saat bertugas. Petugas PMI wajib mengenakan perlengkapan keamanan standar sesuai dengan kebutuhan. •
•
•
•
• •
Keuntung an jika dalam masa damai mempersiapkan diri menghadapi konfl ik… Dengan akses yang lebih baik, PMI akan mendapatkan akses yang lebih aman pula ke penerima bantuan PMI menjadi lebih kuat sehingga dapat menjangkau lebih banyak orang dengan lebih efektif Lebih meningkatkan kemampuan profesional PMI JUMLAH SUKARELAWAN DAN STAF PMI YANG MENINGGAL DAN TERLUKA AKAN BERKURANG !!!
LAMPIRAN 4
CHECKLIST SEKTORAL Checklist ini disusun oleh para spesialis yang memahami bidangnya, yang berasal dari ICRC dan IFRC. Sebagian besar check list ini diperoleh dari buku panduan Sphere. 1. Sumber inf ormasi dari sektor k esehatan Kementerian Kesehatan, klinik lokal, pekerja kesehatan dalam masyarakat, organisasi kemanusiaan (lokal dan internasional), masyarakat (wanita). Isu yang menarik Apakah ada sebuah program pelayanan kesehatan dalam situasi bencana? Apa yang biasa dilakukan? Bagaimana perkembangannya? Apakah masalah utama berkaitan dengan kesehatan, fasilitas kesehatan atau akses terhadap fasilitas kesehatan? Apa kapasitas yang tersedia dalam melakukan respon? Siapa yang bertanggung jawab? Apakah ada kekurangan dalam melakukan pelayanan kesehatan? Apakah ada kebutuhan untuk melakukan intervensi? Apakah ada kebutuhan khusus dalam kesehatan? (Emergency Response Unit, ahli bedah dll)? Informasi apa yang selanjutnya dibutuhkan? •
•
• •
•
•
Subjek
Informasi yang berkaitan
H1
Komposisi umur (jika perbandingannya sangat berbeda, temukan alasannya)
Rata-rata negara berkembang: 0 - 4 tahun:12.4 % 5 – 9 tahun: 11.7 % 10 – 14 tahun: 10.5 % 15 – 19 tahun: 9.5 % 20 – 59 tahun: 48.6 % Wanita hamil: 2.4 %
H2
Rata-rata angka kematian kotor
Masalah jika melampaui: 1 per 10,000 per hari Kritis jika melampaui: 2 per 10,000 per hari
H3
Angka kematian dibawah 5 tahun
Masalah jika melampaui: 2 per 10,000 per hari Kritis jika melampaui: 4 per 10,000 per hari
H4
Saluran gangguan pernapasan pada anakanak dibawah 5 tahun Penyakit diare pada anakanak dibawah 5 tahun
Masalah jika melampaui: 10 % per bulan dalam kondisi dingin
Malaria pada populasi yang rentan (dewasa yang tidak besar didaerah malaria dan pada anakanak dibawah 5 tahun
Masalah jika melampaui: 50 % yang terjadi setiap bulan
H5
H6
Masalah jika melampaui: 50 % yang terjadi setiap bulan
LAMPIRAN 4
CHECKLIST SEKTORAL H7
Antisipasi penyakit campak
Masalah jika kurang dari: 90 % imunisasi yang diberikan untuk anak-anak umur 6 bulan sampai 12 tahun
H8
Antisipasi program peningkatan imunisasi (EPI)
Masalah jika kurang dari: 85 % yang dicakup
H9
Pencegahan HIV
Data pencegahan yang ada saat ini
H10
TBC
Apakah ada kebijakan nasional? Apakah ada program pengobatan secara langsung atau kursus singkat?
H11
Infeksi penyakit menular
Apakah ada ketentuan pencegahan?
H12
Kesehatan dalam reproduksi
Apakah ada akses yang luas terhadap pelayanan kesehatan dalam reproduksi atau pengetahuan?
H13
Apakah ada masalah kesehatan lainnya yang timbul?
Jelaskan
H14
Assessment kesehatan pada kejiwaan: kronis dan beberapa kasus
Struktur pendukung sosial, apa yang dilakukan orang-orang terhadap orang yang mengalami gangguan kejiwaan, siapa yang merawatnya? Apakah fasilitasnya rusak? Jika ya, kemana orang-orang pergi? Apakah ada sistem perawatan alternatif lain?
H15
Assessment kesehatan pada kejiwaan: dampak dari bencana
Apakah sistem pendukung lengkap (keluarga, jaringan sosial/keagamaan, pemerintah dll)? Apakah masyarakat yang terkena bencana mampu untuk memulai kehidupan lagi? Apakah mereka saling membantu dalam setiap kegiatan?
H16
Tingkat kerusakan fasilitas kesehatan
Kondisi pelayanan kesehatan: fasilitas, peralatan, obat-obatan, barang-barang, vaksin, pegawai.
H17
Akses terhadap pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang terkena bencana (sektor umum dan swasta)
Perbandingan dari masyarakat yang memiliki akses terhadap pengobatan, pembedahan, dokter kandungan, perawatan kehamilan, pelayanan kesehatan ibu dan anak; jarak terdekat pelayanan kesehatan. Kelompok / individu yang tidak memiliki akses.
H18
Bagaimana sistem kesehatan nasional dikelola?
Sistem ambulance? Apakah ada rumah sakit rujukan atau berfungsi?
LAMPIRAN 4
CHECKLIST SEKTORAL H19 H20
Pelaku kesehatan lainnya Ketersediaan obat
Daftar Apakah obat dijual secara reguler? Apakah obatobatan ada di pasar bebas? Apa hal-hal yang berpengaruh untuk keselamatan?
2. Sumber informasi dari sektor nut risi /gizi Kementerian Kesehatan, survey nutrisi, survey kesehatan dalam penduduk, lokal klinik, organisasi kemanusiaan, masyarakat (utamanya wanita).
N1
Subjek
Informasi yang berkaitan
Informasi nutrisi
< -2 Z berat badan terhadap tinggi (malnutrisi keseluruhan): normal/meningkat/menurun < -3 Z berat badan terhadap tinggi (malnutrisi yang parah): normal/meningkat/menurun Kekurangan yodium: lazimnya 5 -19.9 % pada anak-anak usia 6 -12 tahun = masalah kesehatan publik yang ringan Kekurangan Vitamin A: lazimnya lebih dari 1 % pada anak-anak dibawah umur 6 tahun = masalah kesehatan umum
N2
Resiko malnutrisi terhadap pelayanan kesehatan yang buruk
Gangguan saluran pernapasan pada anak-anak dibawah 5 tahun: Masalah jika melampaui: 10 % yang terjadi setiap bulan pada musim dingin Penyakit diare pada anak-anak dibawah usia 5 tahun: Masalah jika melampaui: 50 % yang terjadi setiap bulan Antisipasi penyakit campak: Masalah jika kurang dari: 90 % imunisasi yang diberikan untuk anak-anak usia 6 bulan samapai 12 tahun Pencegahan HIV : Data pencegahan yang ada
N3
N4
Resiko malnutrisi terhadap fasilitas yang tidak cukup
Resiko malnutrisi terhadap akses makanan yang kurang
Perubahan pola kerja Perubahan komposisi rumahtangga: jumlah yang besar dari anak-anak yang terpisah atau yatim piatu Lihatlah matapencaharian, pertanian, pasar
LAMPIRAN 4
CHECKLIST SEKTORAL N5
Intervensi nutrisi atau ketersediaan dukungan berbasis masyarakat didaerah bencana
Mandat, kebijakan dan pengalaman dari Gerakan Palang Merah Kapasitas masyarakat lokal
3. Sumber inf ormasi dari s ektor air dan sanitasi Kementerian Kesehatan, Kementerian Lingkungan Hidup, PDAM, klinik lokal, organisasi kemanusiaan (lokal dan internasional), masyarakat, pengamatan. Subjek
Informasi yang berkaitan
W1
Penyakit diare
Normal/meningkat/menurun
W2
Diare berdarah
Normal/meningkat/menurun Jika meningkat, detail kelompok umur dan lokasi. Bantu pemerintah untuk mengisolasikan penderita.
W3
Jumlah dan kualitas air
Sekurang-kurangnya 15 liter air per orang per hari Pada kasus yang ekstrim: 5 liter per orang per hari untuk minum dan masak Detail sumber air (Apakah terkontaminasi?) Apakah airnya dijernihkan?
W4
Pengiriman penyimpanan
air
W5
Pembuangan kotoran
dan
Cara membawa dan menyimpan (apakah air dapat tercemar?); jarak dan waktu ke sumber air (tidak lebih 500m berjalan); tempat penyimpanan rumah tangga; tersedia pada sebuah lembaga Apakah ada toilet atau jamban terbuka? Apakah dekat antara tempat pembuangan kotoran dengan rumah? Tidak lebih dari 20 orang untuk satu latrine atau toilet, tidak lebih 50 m dari rumah.
W6
Fasilitas untuk wanita
W7
Tempat cuci tangan atau Apakah fasilitas tersedia? Apakah mereka fasilitas mandi gunakan? Apakah ada sabun? Apakah fasilitasnya aman dan terpisah untuk pria dan wanita?
W8
Penyakit
bawaan
Aman atau dapat diterima secara budaya? Ya atau tidak, jelaskan
dari
Apakah ada alat pembasmi?
LAMPIRAN 4
CHECKLIST SEKTORAL binatang (lalat,nyamuk dan Apakah ada benda-benda di tanah? (genangan serangga lain) air, kotoran sampah) W9
Tingkat kerusakan air dan saluran pembuagan
Kondisi fasilitas, peralatan, material, pegawai.
4. Sumber inf ormasi dari sektor penampungan dan barang-barang rum ahtangga Data metereologi, survey udara, pemerintah setempat, masyarakat, pengamatan. Subjek
Informasi yang berkaitan
S1
Jenis penampungan
Berkaitan dengan faktor cuaca: tahan terhadap hujan, angin, matahari, dingin
S2
Kondisi fisik penampungan yang ada
Penjelasan, perbandingan yang tidak sesuai menurut kolom S1, alasan kekurangan (karena gempa, penampungan sementara dll.)
S3
Kebutuhan akan penampungan
tempat
Jumlah rumah tangga yang kekurangan tempat penampungan
S4
Barang-barang rumah tangga yang dibutuhkan
Jumlah masyarakat yang kekurangan barangbarang rumah tangga yang diperlukan (disebabkan oleh bencana / masyarakat rentan)
S5
Bahan bakar
Apakah masyarakat memiliki akses bahan bakar untuk memasak? Darimana bahan bakar itu berasal? Apakah penampungan bahan bakar merusak lingkungan?
5. Sumber inf ormasi dari sektor Pertanian Petani, Kementrian Pertanian, Organisasi Pertanian dan Makanan, pedagang, survey udara, masyarakat, buruh harian. Subjek
Informasi yang berkaitan
A1
Bagaimana produksi tahun ini dibandingkan dengan kondisi normal?
Total produksi dari hasil panen utama dibandingkan pada produksi normal negara atau propinsi, hasil panen perhektar dibandingkan dengan kondisi normal
A2
Apakah ada masalah produksi untuk beberapa hal?
Kecenderungan harga produk pertanian utama. Perbandingan antara produk (seperti biji-bijian dan ternak), antara area (terkena dampak dan yang tidak terkena) dan waktu (tahun ini dan tahun sebelumnya)
LAMPIRAN 4
CHECKLIST SEKTORAL A3
Jumlah lahan pertanian yang terkena dampak (misalnya selama banjir) Kesehatan ternak
Baik atau buruk, akses pelayanan kesehatan
A5
Ketersediaan dan akses mendapatkan benih
Jumlah dan harga di pasar bandingkan dengan harga normal
A6
Penjualan aset produksi pertanian Tidak memiliki akses lahan karena ketidakamanan atau bahaya alam
Lebih tinggi dari rata-rata penjualan normal
A4
A7
Persentase lahan yang terkena dampak dan yang tidak
Jumlah lahan yang tidak bisa digunakan
6. Sumber inf ormasi dari sektor Pasar Pedagang, petani, buruh harian, pegawai, perusahaan angkutan. Subjek Informasi yang berkaitan M1
M2
M3
M4 M5
Apakah hasil utama dan Ya atau tidak, Jika tidak, yang mana yang tidak komoditi yang penting ada? Apakah ada pengganti dari produk lain? tersedia? Dampak dari krisis yang Apakah ada perubahan produksi? Apakah terjadi pada ketersediaan cadangan kacau/ komoditi Harga komoditi Kumpulkan harga yang sekarang; tahun lalu; disaat sebelum dan sesudah bencana; disaat sebelum dan sesudah panen terakhir; waktu yang berkaitan lainnya. Darimana komoditi itu Apakah ada perubahan? Kenapa? berasal? Upah buruh rata-rata Berapa gaji buruh? Apakah gajinya meningkat perhari atau menurun? Kenapa?
M6
Waktu kerja buruh harian
Berapa hari rata-rata waktu kerja buruh dalam satu bulan? Apakah meningkat atau menurun? Kenapa?
M7
Tersedia truk sewaan dan Jumlah perusahaan pengangkutan, biayanya jumlah truk yang ada, biaya sewa
M8
Barang-barang yang dijual di pasar
kira-kira
Penjualan barang-barang rumahtangga (seperti baju) dan perhiasan mengindikasikan masyarakat menjadi miskin
Manakala waktu dan akses terbatas, pasar dapat menjadi sumber informasi yang baik (orang-orang datang dari berbagai penjuru desa). Analisa pedesaan berguna dalam kondisi
LAMPIRAN 4
CHECKLIST SEKTORAL urban dimana masyarakatnya bergantung pada pembelian kebutuhan barang-barang rumahtangga. Pasar dapat dimonitor secara reguler. Analisa pasar bersifat kompleks. Pendekatan yang ada bersifat sederhana. Tetapi ada halhal yang perlu diingat: Pedagang mungkin segan memberikan infromasi untuk alasan komersil. Pasar dapat dimanipulasi oleh pengusaha atau politikus. Pedagang pada umumnya menaikkan harga jika ada pembeli yang kaya (seperti orang asing). Karena itu, gunakan staff lokal untuk melakukan survey dan cross check harga dengan masyarakat setempat (utamanya wanita). Pedagang sangat sibuk. Bertanya langsung pada pokok permasalahan. • • •
•
7. Sumber inf ormasi dari s ektor Perlindungan Pemerintah setempat, organisasi kemanusiaan (lokal dan internasional), pemimpin agama, pengacara, organisasi hak asasi manusia, pekerja sosial dan kesehatan, masyarakat (utamanya wanita dan anak-anak). Subjek
Informasi yang berkaitan
P1
Apakah hak asasi Idps, pencari suaka, pengungsi dan masyarakat setempat dihargai?
Jika tidak, berikan secara detail hukum yang berlaku dan penyalahgunaan wewenang (misalnya Panduan Prinsip Idps dan Konvensi Pengungsi)
P2
Apakah Idps, pencari suaka atau pengungsiberesiko untuk kembali ke tempat asalnya, relokasi atau penempatan yang tidak sesuai dengan harapannya?
Jika ya, berikan secara detail (misalnya prinsip ....)
P3
Apakah ada keluarga yang terpisah? Apakah ada anggota keluarga yang hilang? Apakah ada registrasi Idps?
Berikan jumlahnya, lokasi, detail proses registrasi
Apakah ada kecenderungan fisik yang terjadi seperti diskriminasi jender, pelecehan seksual, intimidasi atau kondisi yang tidak aman? Apakah ada diskriminasi terhadap beberapa orangorang atau kelompok? Apakah ada masalah
Berikan detail jumlah masyarakat yang r entan
P4
P5
P6
P7
Jika ya, berikan prosedurnya
Berikan detail jumlah masyarakat yang r entan
Jika
berikan
detail
LAMPIRAN 4
CHECKLIST SEKTORAL dengan manajemen jenasah? Apakah ada resiko terhadap orangorang yang dimakamkan tanpa diidentifikasi?
8. Sumber inf ormasi dari sektor Keamanan Pemerintah setempat, organisasi kemanusiaan (lokal dan internasional), masyarakat. Subjek SEC1 SEC2
Ancaman keamanan Keamanan bepergian
Informasi yang berkaitan potensi dalam
Sebgai contoh konflik, kriminalitas, ranjau Berikan secara detail ancaman keamanan dan lokasi
SEC3
Komunikasi
Apakah telephone berfungsi?
dan
radio
komunikasi
SEC4
Jaringan pendukung
Detail lokasi kantor dan kontak person per lokasi RC/RC, UN, NGO
SEC5
Fasilitas kesehatan
Lokasi dan kontak detail rumah sakit untuk kondisi darurat
SEC6
Rencana Darurat
Jelaskan sistem pendukung perubahan operasional
apabila
terjadi
9. Sumber inf ormasi dari s ektor Pengadaan dan Logi stik Observasi, masyarakat, perusahaan pengangkutan.
LOG1
LOG2
LOG3
LOG4
Subjek
Informasi yang berkaitan
Bagaimana kondisi jalan yang menghubungi antara daerah dan tempat persediaan barangbarang? Apakah ada daerah yang tidak dapat dilalui dengan jalan darat? Dimana bandara, pelabuhan, stasiun kereta terdekat? Apakah ada gudang atau tempat penyimpanan?
Jelaskan kondisi jalan, termasuk faktor-faktor musiman, waktu tempuh dan jenis kendaraan yang cocok
Sebutkan lokasinya dan saran alat transportasi
Sebutkan lokasi dan kondisinya
Sebutkan dengan detail ukuran, kondisi, kepemilikan (milik Perhimpunan Nasional)?
LAMPIRAN 4
CHECKLIST SEKTORAL LOG5
Siapa yang akan menerima dan bertanggungjawab untuk pengiriman barang?
Sebutkan dengan detail kantor Perhimpunan Nasional dll
LOG6
Barang-barang tersedia
Sebutkan dengan detail bahan bakar yang tersedia, bahan bangunan, makanan (termasuk perkiraan jumlah yang bisa dibeli)
LOG7
Kapasitas angkutan lokal
Sebutkan dengan detail ketersediaannya dan harga sewa
LOG8
Harga
‘Lihat indikator pasar’
yang
PALANG MERAH INDONESIA Format Assessment Cepat 1. UMUM Jenis Kejadian
1 2 3 4
Bencana Alam Konflik Kecelakaan Dan lain-lain
Tanggal Waktu Propinsi
Kabupaten / Kota Kecamatan Desa / Kelurahan
Petugas Assessment 2. INFORMASI UMUM Jumlah korban
1 2 3 4
Pengungsi / IDP's
Meninggal dunia Luka b erat Luka ringan Hilang Ada Tidak
Lokasi Pengungsian
Jumlah 3. DAMPAK SARANA & PRASARANA Rumah tinggal Akses tr ans po rt asi
Akses ko mu ni kasi Sarana umum
Rusak berat
Rusak ringan
1 2
Jalan Jembatan
Berfungsi Berfungsi
Tidak berfungsi Tidak berfungsi
3
Kendaraan umu m
Berfungsi
Tidak berfungsi
Telepon/Fax/Telex/Telegram Telepon selular
Kantor Pos Internet
1 RS/Fasilit as Kesehatan 2 Listrik 3 Air 4 Sekolah 5 Tempat ibadah
Berfungsi Berfungsi Berfungsi Berfungsi Berfungsi
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
berfungsi berfungsi berfungsi berfungsi berfungsi
4. SITUASI KEAMANAN
5. TINDAKAN YANG SUDAH DILAKUK AN
6.
KEB UTUHAN MENDESAK ( KORBA N & PMI )
PMI
Pemerintah
NGO's / LSM
ORPOL / ORMAS
7. KONTAK PERSON
Format Detail Asesment PMI 1. Petugas A ssessment Tanggal Assessment :
Nama Petugas :
Tipe Asesment : Awal Lanjutan : …
Tipe Lokasi : Lokasi kejadian Pengungsian/ IDP’s Tempat relokasi Kembali ke daerah asal Penduduk lokal
2. Umum
Propinsi
:
Kabupaten/ Kota :
Kecamatan
:
Desa
:
Dusun
:
Nama Lokasi
:
Titik GPS (Jika ada) Jenis Kejadian : Bencana alam Kecelakaan
Lintang :
Bujur : Sebab Kejadian :
Konflik Lainnya: …………........
3. Akses Transportasi Akses menuju lokasi : Darat Air (Laut/ Sungai/ Danau) Udara 4. Data Demog rafi Populasi
Tanggal/ Waktu Kejadian :
Laki
Jenis Kendaraan :
Perempuan
Jumlah KK Jumlah Jiwa
Catatan:
Sumber data : Nama : Instansi/Jabatan : Kontak ( alamat & telepon ) :
Balita 0-5 thn Anak terpisah dari keluarga
Lansia >60
Orang cacat fisik
Wanita Hamil
Ibu menyusui
Perempuan sebagai KK
Catatan :
5. Penampungan
Jenis Penampungan
Jumlah
Jiwa
Sementara Semi permanen Permanen
Sarana Tenda keluarga Tenda pleton Terpal Atap daun ……………….
Tempat Lapangan Sekolah Tempat ibadah Perkantoran ……………….
Catatan:
6. Pangan
Sumber makanan pada saat ini : Ya 1. Hasil Ternakan 2. Hasil Pertanian 3. Perikanan/ hasil tangkapan 4. Tumbuhan liar 5. Bantuan/ sumbangan
Tidak
Jenis pangan yang dikonsumsi saat Masalah umum pada akses ini : …………………………………… terhadap pangan : ………………………………………... ....................................................... ………………………………………... ....................................................... Frekwensi konsumsi makanan : 1 x sehari 2 x sehari 3 x sehari lainnya …………………………………………………....................................
1
Format Detail Asesment PMI 6. Barter/ tukar 7. Beli 8. Lainnya
Catatan :
7. Non Pangan / Lainn ya (jangan tanyakan, cukup diamati) Dari pengamatan anda, apakah ada kebutuhan sbb: Ya Tidak 1. Alat masak 2. Alas tidur 3. Selimut 4. Pakaian 5. Hygiene Kit 6. Jerigen/ember 7. Terpal 8. Kebutuhan bayi 9. Kebutuhan wanita 10. lainnya:
Catatan: Ya
Tidak
8. Air dan Sanitasi Ai r
Sumber air
Untuk Minum/Masak Cukup Tidak cukup
Mata air Sumur Air hujan Sungai Parit PDAM (pipa/pasokan) Lainnya: ………... Bagaimana perlakuan terhadap air sebelum diminum: Tidak ada Direbus Penyaringan Memakai bahan kimia
Untuk Mandi/Cuci Cukup Tidak cukup
berwarna
Tempat penyimpanan air untuk minum di rumah Ada Tidak ada Tempat penyimpanan:
Terbuka
Kualitas berbau
berasa
Jarak sumber air untuk minum: ..... km
Tertutup
Catatan:
Sanitasi MCK Tidak Ada Temporer Umum Keluarga Catatan:
Sampah Sumber sampah : Rumah tangga Dapur umum RS
Permanen jumlah ....... unit jumlah ....... unit
Pembagian MCK umum berdasar jenis kelamin Ya Tidak
Jenis pengumpulan sampah Alat pengangkut awal: sampah: Bak sampah Tidak ada Drum Gerobak Lainnya: ……..... Mobil Tidak ada Lainnya: …….... Cukup
Pembuangan air limbah Septik tank Lubang gali
Perlakuan terhadap sampah : Dikubur Dibakar Incinerator Ke TPA Lainnya: …………
Tempat pembuangan sementara (TPS) : Ada Tidak
Tidak cukup
Apakah pengendalian vektor pembawa penyakit diperlukan? Ya Tidak
Catatan:
2
Format Detail Asesment PMI 9. Kesehatan Jumlah Korban : Luka berat :
Jiwa
Luka ringan
:
Jiwa
Meninggal
:
Jiwa
Tenaga Kesehatan : Ada tidak jumlah 1. Dokter ______ 2. Perawat ______ 3. Bidan ______ 4. Farmasi ______ 5. Ahli Kesling ______
Masalah kesehatan terbanyak : Ada tidak jumlah 1. Diare ______ 2. ISPA ______ 3. Penyakit Kulit ______ 4. Malaria ______ 5. Campak ______ 6. Malnutrisi ______ 7. Demam Berdarah ______ 8. TBC ______ 9. Lain-lain ______
Sarana kesehatan : Rumah Sakit Puskesmas Pustu Polindes Klinik RS. Lapangan Klinik Keliling Lainnya
Prasarana Pelayanan Kesehatan : 1. Ambulance Ada Tidak Jika YA, jumlah _____ unit 2.
Tingkat Fatalitas kasus : Jumlah Kelahiran ______ Jumlah Kesakitan ______ Jumlah Kematian ______
Logistik obat-obatan Cukup Tidak cukup
Masalah kesehatan yang ditemukan :
Kebutuhan di sektor Kesehatan yg diperlukan :
Sumber informasi :
Catatan :
10. Pemuli han Hubungan K eluarga/ Restoring Famil y Li nks (RFL)
Adakah korban yg kehilangan kontak dengan keluarga : Ya
Tidak
Orang hilang: Ya Tidak Jumlah ______
Akses terhadap sarana komunikasi : mudah sulit Jika sulit, apa masalahnya : ............................................................................... ............................................................................... ............................................................................... ...............................................................................
Lokasi ditemukannya kelompok rentan yang terpisah dengan k eluarga : Ya tidak jumlah 1. Tempat Penampungan _______ 2. Panti Asuhan ________ 3. Lain-lain : Adakah penanggungjawab RFL : Ada Tidak bila ada berikan informasi identitas yg bersangkutan :
kelompok rentan yang terpisah dengan keluarga : ada tidak 1. Anak-anak <18 th 2. Lansia 3. Orang Cacat 4. Ibu Hamil
Untuk korban yang meninggal : Ya tidak 1. Di evakuasi ke RS 2. Diambil keluarga 3. Lain-lain…………………………
Nama RS. rujukan untuk korban yang meninggal :
3