BORANG PORTOFOLIO
Disusun Oleh : Nama/Peserta
: dr. Alva Putri Deswandari
Pendamping
: dr. Riyono
PUSKESMAS SALAMAN I KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH PERIODE FEBRUARI - MEI 2016
BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG INTERNSIP DOKTER INDONESIA
Data Peserta Nama Peserta
: dr. Alva Putri Deswandari
Nama Pendamping
: dr. Riyono
Nama Wahana
: Puskesmas Salaman I
KIDI Wilayah/Provinsi
: Kabupaten Magelang/ Jawa Tengah
Mulai Tanggal
: 1 Februari 2016
Selesai Tanggal
: 31 Mei 2016
Tanda tangan peserta
:
Identitas Nama Dokter Nomor Sertifikat
dr. Alva Putri Deswandari 454/KDPI/SK/U.PNUKMPPD.2/XII/2014
Kompetensi No. STR Internsip 33 2 1 100 1 15 161093 No. SIP Internsip 449.1/007/SIP Int/21/VI/2015 Alumnus FK Universitas Sebelas Maret Tahun : 2014 Alamat Rumah : Jongke Kidul RT 06 RW 24 Sendangadi, Mlati, Sleman Telp : Fax : Email : 082225272262
[email protected]
LAPORAN KEGIATAN INTERNSIP DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SALAMAN I
Alamat: Jalan Raya Magelang-Purworejo KM 15, Kab. Magelang, Telp (0293) 56162
SURAT LAPORAN PELAKSANAAN INTERNSIP Pada hari Rabu tanggal 31 Mei 2016 setelah mempertimbangkan kinerja yang dilakukan oleh para pendamping, kepada peserta dengan nama dr. Alva Putri Deswandari, tempat wahana Puskesmas Salaman I, Kabupaten Magelang, maka pada rapat penilaian akhir dinyatakan yang bersangkutan sudah selesai melaksanakan seluruh kegiatan internsip. Semua dokumen pendukung kegiatan peserta disimpan di Wahana Puskesmas Salaman I.
Salaman, 31 Mei 2016 Pembimbing
dr. Riyono NIP. 197110132010011001 Koordinator Wahana,
dr. Heri Sumantyo, MPH NIP. 19691012200112006
KINERJA UKM CATURWULAN I No
Caturwulan I Perilaku Disiplin (kehadiran tepat waktu) Partisipasi (dalam melakukan assassmen dan
Kinerja A B C D E [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
intervensi E.1 s/d E.7) Argumentasi (rasionalitas) Tanggung jawab (misalnya, menulis laporan
[ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
kasus, laporan kunjungan rumah, penyuluhan) Kerjasama (tenggang rasa, tolong-menolong, [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] tanggap) Manajerial (dinilai berdasarkan laporan dan atau presentasi kasus) Latar Belakang permasalahan atau kasus [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] Permasalahan di keluarga, masyarakat [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] maupun kasus Perencanaan dan pemioihan intervensi
[ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
(misalnya metode penyuluhan, menetapkan prioritas masalah dan intervensi) Pelaksanaan (proses intervensi) Komunikasi Kemampuan berkomunikasi secara efektif (dengan kasus, keluarga maupun masyarakat) Kemampuan bekerja dalam tim (kerjasama
[ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
dengan semua unsur di masyarakat) Kepribadian dan profesionalisme Tanggung jawab profesional (kejujuran,
[ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
keandalan) Menyadari keterbatasan (merujuk,
[ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
konsultasi pada saat yang tepat) Menghargai kepentingan dan pendapat
[ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
kasus maupun pihak lain (menjelaskan semua pilihan tindak medis UKP dan UKM yangbdapat dilakukan dan membiarkan kasus/keluarga/masyarakat untuk memutuskan pemecahan masalah) Partisipasi dalam pembelajaran (aktif
[ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
mengutarakan pendapat dan rasionalisasi tindak UKP dan UKM dalam setiap kegiatan pembelajaran) Kemampuan membagi waktu
[ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
(menyelesaiakan semua tugas pada waktunya dan mempunyai waktu untuk membantu orang lain) Pengelolaan rekam medis (selalu menulis
[ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
data medis secara benar dan baik) Komentar Pendamping
Nama Peserta : dr. Alva Purtri Deswandari
Pendamping: dr.Riyono
Nama Wahana :Puskesmas Salaman I
Tanda tangan :
BORANG PORTOFOLIO F.1. UPAYA PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT TOPIK : INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA ANAK
Disusun Oleh : Nama/Peserta
: dr. Alva Putri Deswandari
Pendamping
: dr. Riyono
PUSKESMAS SALAMAN I KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH PERIODE FEBRUARI - MEI 2016
Berita Acara Presentasi Portofolio Pada hari Senin, tanggal 25 April 2016 telah dipresentasikan portofolio oleh: Nama
: dr. Alva Putri Deswandari
Dengan judul/ topik
: F1. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat (Topik : Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Anak)
Nama Pendamping
: dr. Riyono
Nama Wahana
: Puskesmas Salaman I
Nama Peserta Presentasi
Tanda Tangan
1. 2.
dr. Agha Chandra Sari dr. Alva Putri Deswandari
……………. …………….
3. 4. 5.
dr. Diana Verify Hastutya dr. Ensan Galuh Pertiwi dr. Monica Citraningtyas Astarani
……………. ……………. …………….
6.
dr. Nani Isyrofatun
…………….
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping,
dr. Riyono NIP. 19711013 201001 1 001
BORANG PORTOFOLIO F.1. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat (Topik : Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Anak) Nama Wahana : Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang Topik : Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Anak Tanggal : 14 Maret 2016 Tanggal Presentasi : 25 April 2016 Nama Pendamping : dr. Riyono Tempat Presentasi : Posyandu Flamboyan, Desa Ngadirejo, Salaman Objektif Presentasi : Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Tujuan : Meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya ibu-ibu mengenai Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada anak dan penatalaksanaannya. Bahan bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus Cara membahas : Diskusi Presentasi dan Email diskusi Latar Belakang Permasalahan/Kasus
Audit Pos
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA merupakan infeksi yang berawal dari saluran pernapasan hidung, tenggorokan, laring, trakea, bronchi dan alveoli. Maka pengertian ISPA dapat dikatakan sebagai penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Untuk mendapatkan pengertian ISPA secara menyeluruh dapat dilakukan dengan mengkaitkan hal penting dari penyakit ini, yaitu infeksi akut dan saluran pernapasan. Infeksi akut yang selama ini kita kenal adalah suatu serangan vector penyakit (virus, bakteri, parasit, jamur, dll) selama 14 hari lebih dan jika dibiarkan dapat menjadi kronis, sedangkan saluran pernapasan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya adalah organ-organ yang terlibat dalam pernapasan. Penyakit ISPA sangat erat kaitannya dengan sistem kekebalan tubuh seseorang. Pada sebagian besar kasus ISPA, mereka yang terinfeksi adalah anakanak dikarenakan sistem kekebalan tubuh yang mereka punya menurun atau
memang masih rendah dibandingkan orang dewasa, itulah yang menyebabkan angka prevalensi dan gejala ISPA sangat tinggi bagi anak-anak dan balita. Serangan di saluran pernapasan pada masa bayi dan anak bisa menimbulkan kecacatan hingga dewasa. Kematian dari penyakit ISPA yang dapat ditimbulkan cukup tinggi (20-30%), dan perlu dicatat bahwa penyakit ISPA merupakan masalah kesehatan tidak boleh diabaikan karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang tinggi dengan rasio 1 diantara 4 bayi. Jadi kita dapat memperkirakan episode ISPA dapat terjadi 3-6 kasus kematian setiap tahun. Angka tersebut dibuktikan pada kunjungan pasien ke puskesmas yang cukup tinggi untuk penyakit ISPA yaitu rata-rata lebih dari 25% terutama pada usia balita. Penyakit ini dapat ditularkan melalui udara pernapasan yang mengandung kuman yang dihirup orang sehat lewat saluran pernapasan. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin. ISPA yang tidak ditangani secara lanjut apalagi dianggap sepele dapat berkembang menjadi pneumonia (khususnya menyerang anak kecil dan balita apabila terdapat zat gizi yang kurang dan ditambah dengan keadaan lingkungan yang tidak bersih). Permasalahan di Keluarga Masyarakat maupun Kasus Promosi mengenai Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada anak perlu dilakukan karena : 1. Semakin tingginya jumlah penderita ISPA pada anak, dibuktikan pada kunjungan pasien ke puskesmas yang cukup tinggi untuk penyakit ISPA yaitu rata-rata lebih dari 25% terutama pada usia balita. 2. Semakin tingginya angka kematian anak dan bayi yang disebabkan karena ISPA, dengan rasio 1 diantara 4 anak. 3. Kurangnya pemahaman orang tua mengenai ISPA, terutama mengenai bahaya dan komplikasinya jika tidak ditatalaksana dengan baik
4. Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai penularan dan factor resiko penularan ISPA yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan dan kebersihan perseorangan (PHBS) Tujuan penyuluhan mengenai Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada anak di Posyandu adalah: 1. Tercapainya pemahaman mengenai penyebab, gejala, penatalaksanaan awal, bahaya, komplikasi dan pencegahan ISPA sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan angka kematian anak yang diakibatkan oleh ISPA 2. Terbentuknya agen kesehatan oleh para ibu yang telah mendapatkan penyuluhan mengenai ISPA, sehingga dapat membantu menyebarluaskan informasi mengenai ISPA kepada lingkungan sekitar terutama keluarga, sehingga membantu upaya promosi kesehatan 3. Tercapainya lingkungan yang sehat dan tercapainya PHBS sehingga menurunkan penularan dan faktor resiko ISPA Perencanaan dan Pemilihan Intervensi (Metode Peyuluhan, Menetapkan Prioritas Masalah dan Intervensi) Berdasarkan latar belakang dan permasalahan mengenai kasus Infeksi Saluran Pernafasan
Akut
yang
sering
diderita
anak-anak,
dan
dalam
upaya
mempromosikan mengenai ISPA pada anak termasuk untuk meningkatkan kewaspadaan para ibu, maka kami memilih “METODE PENYULUHAN” dalam perencanaan dan pemilihan intervensi. Termasuk di dalamnya informasi tentang penyebab ISPA, gejala ISPA, penanganan awal yang bisa dilakukan orang tua jika anak mengalami ISPA dan upaya pencegahan ISPA. Kegiatan penyuluhan disertai dengan sesi tanya jawab, baik oleh presentator (untuk menilai pemahaman para siswa setelah dilaksanakannya penyuluhan) maupun oleh para ibu (untuk menanyakan hal-hal yang dirasa belum jelas). Pelaksanaan (Proses Intervensi) Penyuluhan ini dilakukan oleh dokter dan tenaga kesehatan dari Puskesmas Salaman I di Posyandu Flamboyan, yang merupakan gabungan dari Dusun Jetis, Pendem dan Duri di Desa Ngadirejo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang
pada hari Kamis tanggal 14 April 2016. Penyuluhan ini diikuti oleh kurang lebih 24 ibu-ibu. Monitoring dan Evaluasi Termasuk di Dalamnya Pengambilan Kesimpulan A. Kegiatan Penyuluhan/promosi kesehatan mengenai Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Anak B. Waktu Kamis, 14 April 2016 C. Sasaran Ibu-ibu balita Posyandu Flamboyan, Desa Ngadirejo, Kecamatan Salaman D. Monitoring 1. Para ibu dapat mengerti mengenai penyebab ISPA, gejala ISPA, dapat memberikan penatalaksanaan awal jika anak mengalami ISPA, serta dapat mengerti bahaya dan komplikasinya 2. Para ibu dapat menjelaskan mengenai penyebab ISPA, gejala ISPA, penatalaksanaan awal ISPA dan bahaya serta komplikasi ISPA 3. Para ibu dapat menggalakkan pencegahan ISPA bagi diri sendiri, keluarga terutama anak, maupun di lingkungan sekitar 4. Menurunnya jumlah kasus ISPA pada anak E. Evaluasi Para ibu dapat memahami mengenai penyebab, gejala, penatalaksanaan awal, bahaya, komplikasi, pencegahan ISPA. Sebagian besar ibu yang hadir dalam penyuluhan ini aktif dalam mengajukan pertanyaan, terutama mengenai penatalaksanaan ISPA yang dapat dilakukan di rumah sebelum dibawa ke tenaga kesehatan. Secara keseluruhan kegiatan penyuluhan ini berjalan dengan lancer. Namun perlu dilakukan evaluasi berkala untuk menilai ulang pemahaman para ibu mengenai Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Anak.
Salaman, 25 April 2016 Peserta
Pendamping
dr. Alva Putri Deswandari
dr. Riyono
LAMPIRAN
BORANG PORTOFOLIO F.2. UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN TOPIK : SANITASI MASJID
Disusun Oleh : Nama/Peserta
: dr. Alva Putri Deswandari
Pendamping
: dr. Riyono
PUSKESMAS SALAMAN I KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH PERIODE FEBRUARI - MEI 2016
Berita Acara Presentasi Portofolio Pada hari Sabtu, tanggal 30 April 2016 telah dipresentasikan portofolio oleh: Nama
: dr. Alva Putri Deswandari
Dengan judul/ topik
: F2. Upaya Kesehatan Lingkungan (Topik : Sanitasi Masjid)
Nama Pendamping
: dr. Riyono
Nama Wahana
: Puskesmas Salaman I
Nama Peserta Presentasi
Tanda Tangan
1. 2.
dr. Agha Chandra Sari dr. Alva Putri Deswandari
……………. …………….
3. 4. 5.
dr. Diana Verify Hastutya dr. Ensan Galuh Pertiwi dr. Monica Citraningtyas Astarani
……………. ……………. …………….
6.
dr. Nani Isyrofatun
…………….
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping,
dr. Riyono NIP. 19711013 201001 1 001
BORANG PORTOFOLIO F.2. Upaya Kesehatan Lingkungan (Topik : Sanitasi Masjid) Nama Wahana : Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang Topik : Sanitasi Masjid Tanggal : 14 Maret 2016 Tanggal Presentasi : 30 April 2016 Nama Pendamping : dr. Riyono Tempat Presentasi : Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang Objektif Presentasi : Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil Bahan bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit Cara membahas : Diskusi Presentasi dan Email Pos diskusi
A. LATAR BELAKANG Tempat-tempat Umum (TTU) adalah suatu tempat di mana umum (semua orang) dapat masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul mengadakan kegiatan baik secara insidentil maupun terus menerus. TTU juga dapat didefinisikan sebagai tempat kegiatan bagi umum yang mempunyai tempat, sarana dan kegiatan tetap yang diselenggarakan oleh badan pemerintah, swasta, dan atau perorangan yang dipergunakan langsung oleh masyarakat. Oleh karena TTU merupakan sarana yang dikunjungi banyak orang, maka
tempat atau sarana umum tersebut sangat berpotensi dalam penyebaran berbagai macam penyakit dan pencemaran lingkungan. Kondisi lingkungan tempat-tempat umum yang tidak terpelihara akan menambah
besarnya
resiko
penyebaran
penyakit
serta
pencemaran
lingkungan sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan dengan menerapkan sanitasi lingkungan yang baik. Pasalnya, tempat-tempat umum itu menjadi semacam indikator berbagai bidang, terutama sosial dan ekonomi. Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan sehingga munculnya penyakit dapat dihindari. Sanitasi merupakan suatu usaha pengendalian faktor-faktor lingkungan untuk mencegah timbulnya suatu penyakit dan penularannya yang disebabkan oleh faktor lingkungan tersebut yang bertujuan mengoptimalkan derajat kesehatan masyarakat. Sanitasi tempattempat umum adalah suatu usaha untuk mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari tempat-tempat umum terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit dan mencegah akibat yang dapat timbul dari tempat-tempat umum. Salah satu tempat umum yang perlu diperhatikan kebersihan dan sanitasi lingkungannya adalah tempat peribadatan atau tempat ibadah. Tempat-tempat ibadah merupakan salah satu sarana tempat-tempat umum yang dipergunakan untuk berkumpulnya masyarakat guna melaksanakan kegiatan ibadah, termasuk masjid. Di mana, dasar pelaksanaan Penyehatan Lingkungan Masjid adalah Kep. Menkes 288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum. B. PERMASALAHAN KASUS Sanitasi tempat-tempat umum merupakan usaha untuk mengawasi kegiatan yang berlangsung di tempat-tempat umum terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit sehingga kerugian yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut dapat dicegah. Sanitasi tempat-tempat umum merupakan problem kesehatan masyarakat yang cukup mendesak. Tempat umum merupakan tempat bertemunya segala macam masyarakat dengan segala penyakit yang dipunyai oleh masyarakat. Oleh
karena hal tersebut, tempat-tempat umum memiliki potensi sebagai tempat terjadinya penularan penyakit, pencemaran lingkungan, ataupun gangguan kesehatan lainnya. yang medianya makanan, minuman, udara dan air. Pengawasan atau pemeriksaan sanitasi terhadap tempat-tempat umum perlu dilakukan untuk mewujudkan lingkungan tempat-tempat umum yang bersih guna melindungi kesehatan masyarakat dari kemungkinan penularan penyakit dan gangguan kesehatan lainnya. Masjid merupakan tempat peribadatan umat Islam, di mana jamaah masjid dapat berasal dari berbagai macam tempat dan tempat atau terkadang juga digunakan sebagai tempat beristirahat bagi beberapa orang. Penularan penyakit dapat terjadi di masjid akibat kurang terjaganya kebersihan alat-alat ibadah, seperti mukena, sarung, dan sajadah, di mana hal tersebut dapat menyebabkan kelainan atau penyakit pada kulit; kurang terjaganya kebersihan karpet-karpet alas masjid sehingga dapat memicu terjadinya alergi; kurang tersedianya air bersih dan jamban; kurang baiknya pengelolaan sampah dan air limbah; kepadatan vector berupa lalat dan nyamuk; dan kurangnya ventilasi dan pencahayaan. Tempat-tempat umum yang tidak sehat dapat menimbulkan berbagai penyakit, yang selanjutnya dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia. Penyakit yang banyak terjadi di tempat-tempat umum antara lain diare, demam berdarah, infeksi saluran pernafasan akut serta penyakit-penyakit lain akibat terpapar asap rokok, seperti : penyakit paru-paru, jantung, dan kanker. Dalam hal ini, masjid sebagai tempat umum dapat menularkan penyakit yang berhubungan dengan kulit (akibat kurang terjaganya kebersihan alat ibadah dan sarana air bersih untuk berwudhu) dan saluran pernafasan-alergi (terutama akibat terdapatnya debu atau bahkan kutu/tungai pada karpet alas masjid). Berdasarkan hal – hal tersebut maka masjid sebagai tempat umum perlu dijaga kebersihan dan sanitasinya untuk mencegah resiko terjadinya berbagai penyakit dan pencemaran pada lingkungan sekitar. C. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI Tenaga kesehatan mengunjungi Masjid Al Mathhar di Dusun Pendem, Desa Ngadirejo, Salaman, kemudian meneliti, mencatat, menilai sesuai
kriteria yang ada dan kemudian memberikan masukan agar tercipta masjid yang memenuhi syarat kesehatan. D. PELAKSANAAN (PROSES INTERVENSI) Tenaga kesehatan menilai Masjid Al Mathhar berdasarkan daftar tilik inspeksi sanitasi masjid, kemudian memberikan penilaian baik, cukup atau kurang (nilai disesuaikan pada setiap indikator di daftar inspeksi). Nilai dari setiap indikator kemudian dijumlahkan sehingga didapatkan nilai total dengan kriteria: baik (nilai 700-1000), cukup (nilai 500-699), dan kurang ( nilai 5499). DAFTAR TILIK INSPEKSI SANITASI MASJID NO I
MATERI Penyediaan Air Bersih a. Kuantitas/Jumlah
b. Kualitas
II
Jamban a. Jumlah b. Kualitas c. Perawatan
III
Peturasan a. Jumlah b. Kualitas
IV
V
Saluran Pembuangan Air Limbah a. Kualitas Pembuangan Air Hujan
KATEGORI
NILAI
Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang
100 60 25 100 60 25
Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang
30 20 10 30 20 15 30 20 10
Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang
45 30 15 45 30 15
Baik Cukup Kurang
60 40 20
a. Kualitas VI
Tempat Pembuangan Sampah a. Jumlah b. Kualitas
VII
VIII
IX
X
Pencahayaan a. Kualitas Penghawaan a. Kualitas Kebersihan Lantai a. Kualitas
Kebersihan Lantai/dinding/langit a. Kualitas b. Perawatan
XII
XIII
30 20 10
Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang
25 15 10 25 15 10
Baik Cukup Kurang
80 50 20
Baik Cukup Kurang
20 10 5
Baik Cukup Kurang
20 10 5
Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang
20 10 5 20 10 5
Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang
15 10 5 15 10 5
Baik Cukup Kurang
30 20 10
Baik Cukup Kurang
30 20 10
Pengawasan Insek/Vektor
b. Perawatan XI
Baik Cukup Kurang
Pengaturan Tempat a. Penempatan Fasilitas PPPK
XIV
XV
Kebersihan Alat Sembahyang a. Kualitas Fasilitas Wudhu a. Jumlah b. Kualitas c. Penempatan d. Perawatan
XVI
Pengurus Masjid a. Kebersihan Perorangan b. Pemeriksaan Kesehatan JUMLAH
Baik Cukup Kurang
80 60 10
Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang
20 10 5 20 10 5 20 10 5 20 10 5
Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang
40 20 10 40 20 10 645
KRITERIA PENILAIAN Baik : 700-1000 Cukup : 500-699 Kurang : 5-499 Berdasarkan penilaian tersebut, jumlah nilai sanitasi untuk Masjid Darussalam adalah 645 (kriteria cukup). E. KESIMPULAN Masjid Al Mathhar yang terletak di Dusun Pendem, Desa Ngadirejo, Kecamatan Salaman ini termasuk ke dalam kriteria tempat umum yang baik, namun belum dapat mencapai kriteria masjid atau tempat umum yang sehat. Masih terdapat beberapa indikator yang belum dimiliki oleh Masjid Al Mathhar, diantaranya tempat pembuangan sampah, fasilitas PPPK, dan upaya pemeriksaan kesehatan bagi pengurus masjid. Jumlah tempat sampah yang tersedia di kawasan masjid masih terbatas dan sampah yang terkumpul hanya
dibuang di kebun belakang Masjid tanpa dibuatkan lubang tempat pembuangan sampah, sehingga sampah-sampah cukup berserakan. Indikator-indikator penilaian yang lain yang telah tersedia seperti tempat wudhu, jamban, peturasan, alat sembahyang, kualitas dan kuantitasnya sudah cukup, jumlah jamban dan peturasan mencapai total 10 jamban/peturasan. Namun dari segi perawatan sangatlah kurang, sehingga terkesan tidak terawat dan berantakan. Begitu pula dengan kebersihan lantai, dinding dan langitlangit yang kurang terawat. Setelah ditelusuri lebih lanjut, hal ini dikarenakan warga sekitar banyak yang memanfaatkan jamban dan peturasan untuk MCK sehari-hari, namun kesadaran warga sekitar untuk ikut menjaga dan membersihkan masih kurang. Jadwal piket kebersihan yang dibuat oleh takmir masjid pun tidak berjalan dengan baik. Karena kurangnya perawatan terhadap beberapa indikator yang telah terpenuhi tersebut, makan menurunkan penilaian tingkat sanitasi. Dari segi penyediaan air bersih tergolong cukup baik, sumber air bersih berasal dari sumur bor sedalam 60 meter. Penghawaan dan pencahayaan masjid Al Mathhar juga tergolong baik. Saluran pembuangan air limbah dibuang ke saptitank yang terpendam di dalam tanah. Diharapkan nantinya, para pengurus takmir Masjid Al Mathhar bekerja sama dengan warga sekitar dan perangkat desa, dapat semakin meningkatkan upaya perawatan sarana dan prasarana masjid, serta dapat melengkapi beberapa indikator yang belum terpenuhi tersebut sehingga dapat terwujud tempat peribadatan yang sehat dan tidak mencemari lingkungan. Selain itu diharapkan warga sekitar yang ikut memanfaatkan fasilitas masjid untuk MCK sehari-hari, dapat membantu menjaga kebersihan lingkungan masjid.
Salaman, 30 April 2016 Peserta
Pendamping
dr. Alva Putri Deswandari
dr. Riyono LAMPIRAN
Masjid Al Mathhar di Dusun Pendem, Ngadirejo, Salaman
Tempat Wudhu
Kamar Mandi
Jamban
Sumur Bor
Lantai Kotor oleh Pasir
Bagian Dalam Masjid
Tempat Pembuangan Sampah
Karpet Berdebu
Al-Qur’an yang Tidak Tertata
Dinding Masjid
Kamar Mandi Samping Masjid
BORANG PORTOFOLIO F.3. UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) DAN KELUARGA BERANCANA (KB) TOPIK : DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN SEDANG
Disusun Oleh : Nama/Peserta
: dr. Alva Putri Deswandari
Pendamping
: dr. Riyono
PUSKESMAS SALAMAN I KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH PERIODE FEBRUARI - MEI 2016
Berita Acara Presentasi Portofolio Pada hari Sabtu, tanggal 30 April 2016 telah dipresentasikan portofolio oleh: Nama
: dr. Alva Putri Deswandari
Dengan judul/ topik
: F3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB) (Topik : Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang)
Nama Pendamping
: dr. Riyono
Nama Wahana
: Puskesmas Salaman I
Nama Peserta Presentasi
Tanda Tangan
1. 2.
dr. Agha Chandra Sari dr. Alva Putri Deswandari
……………. …………….
3. 4. 5.
dr. Diana Verify Hastutya dr. Ensan Galuh Pertiwi dr. Monica Citraningtyas Astarani
……………. ……………. …………….
6.
dr. Nani Isyrofatun
…………….
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping,
dr. Riyono NIP. 19711013 201001 1 001
BORANG PORTOFOLIO F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB) (Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang) Nama Wahana Topik Tanggal Nama Pasien Tanggal Presentasi
: Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang : Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang : 1 April 2016 : An. A No. RM : : 30 April 2016 Nama Pendamping :
dr. Riyono Tempat Presentasi : Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang Objektif Presentasi : Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil Deskripsi Seorang anak 14 bulan, dengan diare Tujuan Untuk mengetahui diare akut pada anak dan penatalaksanaannya. Bahan bahasan : Tinjauan Riset Kasus Cara membahas :
Pustaka Diskusi
Presentasi dan
Email
Audit Pos
diskusi Data pasien Nama : An.A Nama Klinik : Puskesmas Salaman I Data Utama untuk bahan diskusi : 1. Diagnosis / Gambaran Klinis
Nomor Registrasi : Terdaftar sejak : -
Pasien datang ke IGD Puskesmas Salaman I oleh orang tuanya dengan keluhan BAB mencret sejak 2 hari sebelum datang ke puskesmas. Diare ± 510x dalam sehari. Diare cair seperti air, berwarna kuning kecoklatan, ampas (+) sedikit, lendir (-), darah (-). Tiap kali BAB ± ¼ - ½ gelas belimbing. Pasien masih mau makan dan minum namun hanya sedikit-sedikit. Jika dipaksa minum banyak, pasien muntah. Nyeri perut (-), demam (-), lemas (+). BAK terakhir ± 1 jam sebelum datang ke puskesmas.
2. Riwayat Pengobatan Pasien belum berobat sebelumnya. 3. Riwayat Kesehatan / Penyakit Riwayat keluhan serupa : disangkal Riwayat kejang
: disangkal
Riwayat asma/alergi
: disangkal
Riwayat ganti susu
: disangkal
4. Riwayat Keluarga/Pohon Keluarga
Tn.Y/28 th
Ny.S/24 th An.A/14 bl
Riwayat keluhan serupa : disangkal Riwayat asma/alergi
: disangkal
5. Riwayat Sosial Ekonomi dan Lingkungan Pasien tinggal dengan kedua orang tuanya dalam 1 rumah. Ayah pasien sebagai buruh/karyawan swasta. Ibu pasien sebagai ibu rumah tangga. Pasien berobat dengan fasilitas BPJS. Sumber air minum menggunakan air sumur 6. Riwayat Perinatal Ibu pasien teratur periksa kehamilan di bidan >4 kali dan mendapatkan vitamin serta tablet penambah
darah. Penyakit selama kehamilan disangkal.
Ibu pasien tidak mengonsumsi obat-obatan lainya. 7. Riwayat Kelahiran Lahir spontan di bidan, usia kehamilan cukup bulan, lahir langsung
menangis kuat. BBL 2900 gram, PB 49 cm. 8. Riwayat Imunisasi -
BCG : 7 hari DPT : 2, 4, 6 bulan Polio : 0, 2, 4, 6 bulan Hep. B : 0, 2, 4, 6 bulan Campak : 9 bulan
Kesan : Imunisasi lengkap 9. Riwayat Gizi/Makan-Minum Pasien dari lahir hingga sekarang usia 14 bulan masih minum ASI ditambah susu formula. Saat usia 0-6 bulan pasien hanya ASI Eksklusif. Pasien makan bubur susu sejak usia 6 bulan dan mulai diperkenalkan makanan keluarga sejak usia 12 bulan. Saat ini pasien makan sesuai menu makanan keluarga seperti tahu, tempe, lauk, sayur, buah dengan frekuensi makan 3-4 kali sehari. Ibu pasien tidak mengeluh kesulitan makan pada anak. Kesan : kualitas dan kuantitas asupan nutrisi cukup 10. Riwayat Tumbuh Kembang -
Senyum Tengkurap Duduk Merangkak Berdiri berpegangan Berjalan
: 2 bulan : 4 bulan : 6 bulan : 8 bulan : 9 bulan : 13 bulan
Kesan : pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan umur 11. Pemeriksaan Fisik A. Keadaan umum : Lemah, Rewel, Composmentis, Gizi Kesan Cukup BB : 10 kg PB : 76 cm B. Vital Sign HR : 120x/menit RR : 26x/menit Suhu : 36,7oC C. Mata Conjungtiva anemis (-|-), Mata Cowong (+|+) D. Mulut
Mukosa basah (+) E. Hidung Sekret (-|-), Nafas cuping hidung (-|-) F. Telinga Sekret (-|-), Tragus pain (-|-) G. Jantung BJ I-II, intensitas normal, regular, bising (-) H. Paru SDV (+|+), RBK (-|-), Wheezing (-|-) I. Abdomen BU (+) meningkat, supel, timpani, nyeri tekan (-), turgor kembali cepat J. Ekstremitas Capillary Refill Time < 2“ Arteri Dorsalis Pedis teraba kuat, Akral dingin (-) Daftar Pustaka : 1.
IDI Depkes RI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
2.
Kesehatan Primer. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. 2013. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman Pelayanan Medis IDAI : Diare
3.
Akut. Jakarta : Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2009. WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta : World Health Organization. 2009
Hasil Pembelajaran Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam. Diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 52,2% anak usia 1-4 tahun. Menurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2005, etiologi diare akut dibagi atas empat penyebab: 1. Bakteri Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas 2. Virus Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus 3. Parasit Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli, Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum, Strongyloides stercoralis
4. Non infeksi Malabsorpsi,
keracunan
makanan,
alergi,
gangguan
motilitas,
imunodefisiensi, kesulitan makan, dll. Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau tidak langsung melalui lalat ( melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger). Faktor risiko terjadinya diare adalah : 1. Faktor Perilaku a. Tidak memberikan
Air
Susu
Ibu/ASI
(ASI
eksklusif),
memberikan Makanan Pendamping/MP ASI terlalu dini akan mempercepat bayi kontak terhadap kuman b. Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diare karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu c. Tidak menerapkan Kebiasaaan Cuci Tangan pakai sabun sebelum memberi ASI/makan, setelah Buang Air Besar (BAB), dan setelah membersihkan BAB anak d. Penyimpanan makanan yang tidak higienis 2. Faktor Lingkungan a. Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan Mandi Cuci Kakus (MCK) b. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk Disamping faktor risiko tersebut diatas ada beberapa faktor dari penderita yang dapat meningkatkan kecenderungan untuk diare antara lain: kurang gizi/malnutrisi
terutama
anak
gizi
buruk,
penyakit
imunodefisiensi/imunosupresi dan penderita campak. Terdapat beberapa pembagian diare: 1.
Berdasarkan lamanya diare: a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari. b. Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah
2.
(failure to thrive) selama masa diare tersebut. Berdasarkan mekanisme patofisiologik a. Diare sekresi (secretory diarrhea) b. Diare osmotic (osmotic diarrhea) Diare pada anak dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk
menentukan tanda utama dan tanda tambahan. Tanda utama meliputi keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma, rasa haus, turgor kulit abdomen menurun. Tanda tambahan meliputi ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir mulut dan lidah. Penilaian derajat dehidrasi pada diare akut anak didasarkan sesuai dengan kriteria berikut : 1. Diare Akut Tanpa Dehidrasi (kehilangan cairan <5% BB) a. Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan b. Keadaan umum baik, sadar c. Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cowong, air mata ada,
2.
mukosa mulut dan bibir basah d. Turgor abdomen baik, bising usus normal e. Akral hangat Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang/Tak Berat (kehilangan cairan 5-10% BB) a. Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda tambahan b. Keadaan umum gelisah atau cengeng c. Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata
kurang, mukosa mulut dan bibir sedikit kering d. Turgor kurang, akral hangat 3. Diare Akut Dehidrasi Berat (kehilangan cairan >10% BB) a. Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda tambahan b. Keadaan umum lemah/letargi/koma c. Ubun-ubun besar sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak ada, mukosa mulut dan bibir sangat kering d. Turgor sangat kurang, akral dingin Penatalaksanaan diare akut pada anak meliputi 5 pilar yaitu cairan sesuai derajat
dehidrasi,
zinc,
nutrisi,
antibiotic
yang
tepat
dan
edukasi.
Penatalaksanaan terapi cairan menurut derajat dehidrasi : 1. Tanpa Dehidrasi a. Cairan rehidrasi oralit diberikan 5-10 ml/kgBB setiap BAB cair atau berdasarkan usia yaitu usia < 1 tahun sebanyak 50-100 ml, usia 1-5 tahun sebanyak 100-200 ml dan usia > 5 tahun semaunya. Dapat diberikan cairan rumah tangga sesuai kemauan anak. ASI harus tetap
diberikan b. Pasien dapat dirawat dirumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain (tidak mau minum, muntah, diare frekuen dan profus) 2. Dehidrasi Ringan Sedang a. Cairan rehidrasi oral hiperosmolar diberikan sebanyak 75cc/kgBB dalam 3 jam untuk mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi dan sebanyak 5-10 mL/kgBB tiap diare cair b. Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah setiap diberi minum walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi sedikit atau melalui pipa nasogastrik. Cairan intravena yang diberikan adalah Ringer Laktat atau KaEN 3B atau NaCl dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan berat badan. Status hidrasi dievaluasi secara berkala BB 3-10 kg : 200 mL/kgBB/hari BB 10-15 kg : 175 mL/kgBB/hari BB > 15 kg : 135 mL/kgBB/hari c. Pasien dipantau di Puskesmas/Rumah Sakit selama proses rehidrasi sambil member edukasi tentang melakukan rehidrasi kepada orang tua 3. Dehidrasi Berat a. Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan Ringer Laktat atau Ringer Asetat 100 mL/kgBB dengan cara pemberian - Umur < 12 bulan : 30 mL/kgBB dalam 1 jam pertama, 70 -
mL/kgBB dalam 5 jam berikutnya Umur > 12 bulan : 30 mL/kgBB dalam ½ jam pertama, 70
mL/kgBB dalam 2 ½ jam berikutnya b. Masukkan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan dapat minum, dimulai dengan 5 mL/kgBB selama proses rehidrasi Seng terbukti secara ilmiah terpercaya dapat menurunkan frekuensi buang air besar dan volume tinja sehingga dapat menurunkan resiko terjadinya dehidrasi pada anak. Seng/Zink elemental diberikan selama 10-14 hari meskipun anak telah tidak mengalami diare dengan dosis anak umur < 6 bulan 10 mg per dari dan anak umur > 6 bulan 20 mg per hari. ASI dan makanan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur tetap diberikan untuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai pengganti nutrisi yang hilang. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase
kesembuhan. Anak tidak boleh dipuasaka, makanan diberikan sedikit demi sedikit tapi sering. Buah-buahan diberikan terutama pisang. Antibiotik diberikan bila ada indikasi, misalnya disentri atau kolera. Pemberian antibiotic yang tidak rasional akan mengganggu keseimbangan flora usus sehingga dapay memperpanjang lama diare. Selain itu pemberian antibiotic yang tidak rasional juga dapat mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotic. Edukasi diberikan kepada orang tua. Orang tua diminta untuk membawa kembali anaknya ke pusat pelayanan kesehatan bila ditemukan hal berikut : demam, tinja berdarah, makan atau minum sedikit, sangat haus, diare makin sering atau belum membaik dalam 3 hari. Orang tua dan pengasuh diajarkan cara menyiapkan oralit dengan benar.
RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO 1. SUBYEKTIF Pasien datang ke IGD Puskesmas Salaman I oleh orang tuanya dengan keluhan BAB mencret sejak 2 hari sebelum datang ke puskesmas. Diare ± 510x dalam sehari. Diare cair seperti air, berwarna kuning kecoklatan, ampas (+) sedikit, lendir (-), darah (-). Tiap kali BAB ± ¼ - ½ gelas belimbing. Pasien masih mau makan dan minum namun hanya sedikit-sedikit. Jika dipaksa minum banyak, pasien muntah. Nyeri perut (-), demam (-), lemas (+). BAK terakhir ± 1 jam sebelum datang ke puskesmas. Pasien belum dibawa berobat sebelumnya. Riwayat keluhan serupa
disangkal. Riwayat perinatal dan kelahiran dalam batas normal. Riwayat imunisasi lengkap. Kualitas dan kuantitas asupan nutrisi kesan cukup. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan kesan normal sesuai usia. 2. OBJEKTIF A. Keadaan Umum : Lemah, Rewel, Gizi Kesan Cukup BB : 10 kg, PB : 76 cm B. Vital Sign HR : 120x/menit RR : 26x/menit Suhu : 36,7oC C. Mata Mata cowong (+|+) D. Mulut Mukosa basah (+) E. Abdomen BU (+) meningkat, Turgor kembali cepat F. Ekstremitas Capillary Refill Time < 2“ Arteri Dorsalis Pedis teraba kuat, Akral dingin (-) 3. ASSESSMENT Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan Sedang 4. PLAN Pengobatan/Monitoring Penatalaksanaan diare akut pada anak mencakup 5 hal, yaitu pemberian cairan yang sesuai derajat dehidrasi, pemberian zinc, pemberian nutrisi yang sesuai umur, pemberian antibiotik yang rasional jika diperlukan dan pemberian edukasi kepada orangtua. Karena pada pasien ini tergolong diare akut dengan dehidrasi ringan sedang, maka penatalaksanaannya menggunakan rencana terapi B dan disarankan rawat inap di puskesmas untuk monitoring kebutuhan cairan. Terapi carian menggunakan infus Ringer Laktat untuk rehidrasi dengan kebutuhan cairan 175 cc/kgBB/hari (karena BB anak 10 kg).
Pemilihan
rehidrasi
menggunakan
infuse
dengan
pertimbangan karena pasien sulit minum dan jika dipaksa pasien muntah.
Pemberian Zinc 1x20 mg selama 10 hari berguna untuk reepitelisasi mukosa villi-villi usus yang rusak akibat diare. Untuk nutrisi pada pasien tetap harus dijaga, untuk menjaga asupan nutrisi anak. ASI maupun Air Susu Botol tetap harus diberikan, terutama jika pasien meminta. Dapat juga ditambah pemberian oralit ½ gelas (100 cc) tiap anak BAB. Pada kasus ini, pemberian antibiotic belum diperlukan karena tidak ada diare lendir maupun darah yang mengarah ke infeksi parasit/bakteri. Diare akut pada pasien ini diperkirakan penyebabnya adalah virus (Rotavirus) karena tidak ada nyeri perut dan konsistensi watery feses. Diare ini disebabkan oleh enterotoksin virus yang biasanya terjadi terutama pada anak usia di bawah 2 tahun. Terapi : -
Rawat Inap IVFD Ringer Laktat 175 cc/kgBB/hari = 19 tpm makro Zinc 1x20 mg selama 10 hari Oralit ½ gelas (100 cc) tiap BAB Awasi KUVS dan tanda-tanda dehidrasi berat
Konseling/Edukasi/Konsultasi a. Menjelaskan mengenai definisi, faktor risiko, penyebab, penularan, penatalaksanaan, dan prognosis diare akut pada anak b. Menjelaskan kepada orang tua tanda bahaya diare pada anak dan penatalaksanaan awal jika anak diare dan cara membuat oralit. Jika di rumah tidak tersedia oralit, dapat diberikan larutan gula garam dengan cara 1 sendok teh gula dan ¼ sendok teh garam, dicampur dalam 1 gelas air putih matang. c. Menjelaskan kepada orang tua bahwa jika anak diare, tidak boleh diberi obat anti diare karena beresiko terhadap anak (dapat terjadi ileus). d. Menjelaskan kepada orang tua bahwa jika anak diare, cairan/ASI dan makanan sehari-hari tetap diberikan untuk menjaga asupan nutrisi anak, lebih memperhatikan kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum makan,
memperhatikan kebersihan lingkungan, BAB di jamban, memberikan anak makanan penyapihan yang benar, selalu menyediakan air minum yang bersih dan selalu memasak makanan hingga matang. Rujukan Rujukan perlu dilakukan jika dengan terapi cairan tidak respon dan muncul tanda-tanda dehidrasi berat. Selain itu rujukan juga diperlukan jika terjadi penurunan kesadaran dan nyeri perut yang signifikan. Salaman, 30 April 2016 Peserta
Pendamping
dr. Alva Putri Deswandari
dr. Riyono
BORANG PORTOFOLIO F.4. UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT TOPIK : DISLIPIDEMIA
Disusun Oleh : Nama/Peserta
: dr. Alva Putri Deswandari
Pendamping
: dr. Riyono
PUSKESMAS SALAMAN I KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH PERIODE FEBRUARI - MEI 2016
Berita Acara Presentasi Portofolio Pada hari Sabtu, tanggal 30 April 2016 telah dipresentasikan portofolio oleh: Nama
: dr. Alva Putri Deswandari
Dengan judul/ topik
: F4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat (Topik : Dislipidemia)
Nama Pendamping
: dr. Riyono
Nama Wahana
: Puskesmas Salaman I
Nama Peserta Presentasi
Tanda Tangan
1. 2.
dr. Agha Chandra Sari dr. Alva Putri Deswandari
……………. …………….
3. 4. 5.
dr. Diana Verify Hastutya dr. Ensan Galuh Pertiwi dr. Monica Citraningtyas Astarani
……………. ……………. …………….
6.
dr. Nani Isyrofatun
…………….
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping,
dr. Riyono NIP. 19711013 201001 1 001
BORANG PORTOFOLIO F.4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat (Topik : Dislipidemia) Nama Wahana Topik Tanggal Nama Pasien Tanggal Presentasi
: Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang : Dislipidemia : 26 Maret 2016 : Ny. F No. RM : 01173001 : 30 April 2016 Nama Pendamping :
dr. Riyono Tempat Presentasi : Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang Objektif Presentasi : Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil Deskripsi Seorang wanita, 51 tahun, leher cengeng dan konsultasi hasil laboratorium Tujuan Untuk mengetahui dislipidemia dan penatalaksanaannya. Bahan bahasan : Tinjauan Riset Kasus Cara membahas :
Pustaka Diskusi
Presentasi dan
Email
Audit Pos
diskusi Data pasien Nama : Ny. F Nama Klinik : Puskesmas Salaman I Data Utama untuk bahan diskusi : 1. Diagnosis / Gambaran Klinis
Nomor Registrasi : 01173001 Terdaftar sejak :
Pasien datang ke Puskesmas Salaman I dengan keluhan leher terasa cengeng sejak 1 minggu dan memberat 2 hari sebelum datang ke puskesmas. Leher cengeng dirasakan terus menerus, terasa berat. Keluhan memberat jika pasien beraktifitas dan sedikit berkurang jika pasien beristirahat atau tidur. Pasien juga mengeluh pusing. Kelemahan anggota gerak (-), kesemutan (-) muntah (-), mual (-), mata berdenyut (-). Pasien juga datang untuk konsultasi hasil cek kolesterol yang dilakukan beberapa hari yang lalu. Pasien mengatakan hasil kolesterol 264. Pasien mengaku sehari-hari sering makan tumisan dan goring-gorengan. Pasien jarang
mengonsumsi buah-buahan dan jarang berolahraga. 2. Riwayat Pengobatan 1 minggu sebelumnya pasien sudah berobat, karena tekanan darah tinggi diberikan obat Captopril 25 mg diminum 2x sehari. Keluhan sempat membaik namun kemudian kambuh kembali. 3. Riwayat Kesehatan / Penyakit Riwayat keluhan serupa : (+) sering kambuh-kambuhan Riwayat maag
: disangkal
Riwayat hipertensi
: (+) ± 5 tahun yang lalu
Riwayat diabetes
: disangkal
Riwayat jantung
: disangkal
4. Riwayat Keluarga Riwayat keluhan serupa : disangkal Riwayat hipertensi
: (+) ibu pasien
Riwayat diabetes
: disangkal
Riwayat jantung
: disangkal
5. Riwayat Sosial Ekonomi Pasien tinggal dengan suami dalam 1 rumah dan mempunyai 3 orang anak. Pasien sebagai ibu rumah tangga. Pasien berobat dengan fasilitas BPJS.
6. Pemeriksaan Fisik A. Vital Sign Tekanan Darah : 160/80 mmHg Nadi : 90x/menit RR : 22x/menit Suhu : 36,7oC B. Status Gizi BB : 58 kg
TB : 160 cm IMT : 22,65 kg/m2 Kesimpulan : Normoweight C. Mata TIO per palpasi kesan normal, Reflek cahaya (+|+), Pupil isokor (3mm| 3mm) D. Hidung Sekret (-|-), Nafas cuping hidung (-|-) E. Telinga Sekret (-|-), Tragus pain (-|-) F. Jantung BJ I-II intensitas normal, regular, bising (-) G. Paru SDV (+|+), RBK (-|-), RBH (-|-), Wheezing (-|-) H. Abdomen BU (+) normal, supel, timpani, nyeri tekan (-) I. Ekstremitas Oedem (-|-), akral dingin (-|-) J. Px Neurologis Motorik : dalam batas normal Sensorik : dalam batas normal Daftar Pustaka : 1.
Adam JNF. Dislipidemia. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati
S,
penyunting.
Buku
Ajar
Ilmu Penyakit
2.
Dalam. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2011 Andini, NAM. Hiperkolesterolemia. Lampung : Fakultas Kedokteran
3.
Universitas Lampung. 2015 IDI Depkes RI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Kesehatan Primer. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. 2013.
Hasil Pembelajaran Dislipidemia didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan dan penurunan dari fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total (koltotal), kolesterol LDL (kol-LDL), trigliserida (TG), serta penurunan kolesterol HDL (kol-HDL). Ketiganya tidak dapat dibicarakan sendiri-sendiri karena ketiganya memiliki peran yang penting dan memiliki keterkaitan yang sangat erat satu
dengan yang lainnya terhadap proses terjadinya aterosklerosis, sehingga ketiganya sering dikenal sebagai triad lipid. Klasifikasi dislipidemia dibagi menjadi dua klasifikasi, yakni : 1. Klasifikasi Europian Atherosclerosis Societ (EAS) EAS telah menetapkan klasifikasi sederhana yang berguna untuk pemilihan terapi, yaitu hiperkolesterolemia, dislipidemia campuran, dan hipertrigliseridemia.
2. Klasifikasi WHO Klasifikasi WHO merupakan modifikasi klasifikasi Fredrickson yang didasarkan pada pengukuran kol-total dan TG, serta penilaian secara elektroforesis subkelas lipoprotein.
Klasifikasi kedua yakni klasifikasi patogenik, membagi menjadi dislipidemia primer dan sekunder. Dislipidemia primer dapat disebabkan oleh banyak kelainan genetik, dislipidemia ini menjadi beberapa keadaan. Dislipidemia sekunder adalah dislipidemia yang terjadi akibat suatu penyakit
lain, misalnya hipotiroidisme, sindroma nefrotik, diabetes melitus, dan lainlain. Diagnosis dislipidemia didapatkan dengan pemeriksaan laboraturium profil lipid plasma. Pemeriksaan ini dianjurkan pada setiap orang dewasa berusia lebih dari 20 tahun. Kadar lipid plasma yang diperiksa meliputi kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan trigliserida. Apabila ditemukan hasil yang normal, maka dianjurkan pemeriksaan ulangan setiap lima tahun NCEP ATP III pada tahun 2011 membuat suatu batasan kadar lipid plasma yang sampai saat ini masih digunakan :
Kadar lipoprotein, terutama kolesterol LDL, meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Dalam keadaan normal, pria memiliki kadar yang lebih tinggi, tetapi setelah menopause kadarnya pada wanita mulai meningkat. Faktor lain yang menyebabkan tingginya kadar lemak tertentu (misalnya VLDL dan LDL) adalah: 1. Riwayat keluarga dengan dislipidemia 2. Obesitas 3. Diet kaya lemak 4. Kurang melakukan olahraga 5. Penggunaan alkohol 6. Merokok 7. Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik 8. Kelenjar tiroid yang kurang aktif
Sebagian besar kasus peningkatan kadar trigliserida dan kolesterol total bersifat sementara dan tidak berat, dan terutama merupakan akibat dari makan lemak. Pembuangan lemak dari darah pada setiap orang memiliki kecepatan yang berbeda. Seseorang bisa makan sejumlah besar lemak hewani dan tidak pernah memiliki kadar kolesterol total lebih dari 200 mg/dL, sedangkan yang lainnya menjalani diet rendah lemak yang ketat dan tidak pernah memiliki kadar kolesterol total dibawah 260 mg/dL. Perbedaan ini tampaknya bersifat genetik dan secara luas berhubungan dengan perbedaan kecepatan masuk dan keluarnya lipoprotein dari aliran darah. Apabila dislipidemia tidak segera diatasi, maka dapat terjadi berbagai macam komplikasi, antara lain: 1. Atherosklerosis 2. Penyakit jantung koroner 3. Penyakit serebrovaskular seperti strok 4. Kelainan pembuluh darah tubuh lainnya 5. Pankreatitis akut Dislipidemia sering disertai dengan keadaan lain yang tergabung dalam sindroma metabolik. Keadaan-keadaan tersebut antara lain : 1. Obesitas sentral 2. Resistensi insulin atau intoleransi glukosa 3. Keadaan prothrombotic seperti peningkatan fibrinogen dan plasminogen activator inhibitor di darah 4. Peningkatan tekanan darah (130/85 mmHg atau lebih) 5. Keadaan proinflamasi (seperti peningkatan high-sensitivity C-reactive protein di dalam darah)
RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO
1. SUBYEKTIF Pasien datang ke dengan keluhan leher terasa cengeng sejak 1 minggu dan memberat 2 hari sebelum datang ke puskesmas. Leher cengeng dirasakan terus menerus, terasa berat. Keluhan memberat jika pasien beraktifitas dan sedikit berkurang jika pasien beristirahat atau tidur. Pasien juga mengeluh pusing. Kelemahan anggota gerak (-), kesemutan (-) muntah (-), mual (-), mata berdenyut (-). Pasien juga datang untuk konsultasi hasil cek kolesterol yang dilakukan beberapa hari yang lalu. Pasien mengatakan hasil kolesterol 264. Pasien mengaku sehari-hari sering makan tumisan dan goring-gorengan. Pasien jarang mengonsumsi buah-buahan dan jarang berolahraga. 1 minggu sebelumnya pasien sudah berobat, karena tekanan darah tinggi diberikan obat Captopril 25 mg diminum 2x sehari. Keluhan sempat membaik namun kemudian kambuh kembali. Riwayat keluhan serupa (+) sering kambuh-kambuhan. Pasien memilihi riwayat hipertensi sejak 5 tahun dan ibu pasien juga memiliki riwayat hipertensi. 2. OBJEKTIF A. Vital Sign Tekanan Darah : 160/80 mmHg Nadi : 90x/menit RR : 22x/menit Suhu : 36,7oC B. Status Gizi BB : 58 kg TB : 160 cm IMT : 22,65 kg/m2 Kesimpulan : Normoweight C. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Kolesterol : 264 mg/dl 3. ASSESSMENT Dislipidemia (Hiperkolesterolemia) dengan Hipertensi Stage II 4. PLAN
Pengobatan : Untuk membantu mengontrol kadar kolesterol penderita, diperlukan penatalaksanaan
secara
holistik.
Penatalaksanaan
ini
meliputi
terapi
farmakologis dan non farmakologis. Hiperkolesterolemia merupakan bagian dari penyakit dislipidemia. Kadar kolesterol normal yang optimal yaitu < 200 mg/dl. Ada beberapa faktor risiko yang berpengaruh dan juga menentukan kadar kolesterol sasaran pada pasien ini, yaitu pasien juga memiliki hipertensi (≥140/90). Berdasarkan banyaknya faktor resiko yang dimiliki pasien (1 faktor resiko), maka pasien termasuk kelompok resiko rendah, sehingga target sasaran kadar kolesterol pada pasien adalah <160 mg/dl. Pada kunjungan pasien ke Puskesmas Salaman, pasien diberi terapi medikamentosa dengan HMG Co-A Reductase Inhibitor yaitu Simvastatin 10 mg diminum stau kali setiap malam. Obat ini dikonsumsi terus menerus, sampai kadar kolesterol pasien mencapai target <160 mg/dl, dan pasien telah dapat mengatur diet. Tujuan pemberian simvastatin adalah menurunkan jumlah kolesterol dengan cara menurunkan sintesis kolesterol di hati. Selain itu, untuk mengontrol tekanan darah, pasien juga diberi obat anti hipertensi berupa Amlodipin dengan dosis 5 mg sekali sehari. R/ Simvastatin tab mg 10
No.V
__
⅟
R/ Amlodipin tab mg 5
No.V
S 0-0-0-1 S 0-0-0-1
__
⅟
Konseling/Edukasi/Konsultasi : a. Menjelaskan mengenai definisi, faktor risiko, penyebab, penatalaksanaan dan prognosis dislipidemia b. Untuk perilaku kesehatan keluarga pasien, pasien diberikan edukasi mengenai pola makan dan olahraga yang baik bagi pasien, tentu hal ini membutuhkan adanya dukungan dari keluarga. Pasien harus menerapkan pola makan gizi seimbang, pasien juga harus melakukan olahraga secara terus menerus. Oleh karena itu, selain untuk membantu
mengingatkan minum obat, dukungan dari keluarga terutama suami pasien penting untuk mendukung perubahan pola makan dan olahraga yang harus dilakukan oleh pasien. c. Modifikasi diet harus sehat, berimbang dan aman dengan mengurangi asupan makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol seperti jeroan, santan, minyak dan goreng-gorengan. Pasien diberikan edukasi mengenai gizi seimbang. Berdasarkan piramida gizi seimbang dari USDA Department, didapatkan kebutuhan sehari untuk karbohidrat yaitu 3-8 porsi, dimana satu porsinya sama dengan satu potong roti atau setengah mangkuk nasi atau setengah mangkuk sereal. Kebutuhan sehari untuk protein yaitu 2-3 porsi, dimana satu porsinya sama dengan satu potong tahu/tempe atau tiga ons daging/ayam/ikan. Sedangkan kebutuhan lemak yaitu 2-3 porsi, dimana satu porsinya sama dengan satu sendok teh minyak atau margarin. Kebutuhan sehari untuk sayur dan buah masing-masing yaitu 3-5 porsi, dimana satu porsinya sama dengan satu potong mangkuk sayur dan merupakan kebutuhan kalori
buah atau setengah serat
pada diet
hiperkolesterolemia. d. Pola makan yang baik bagi pasien, selain menyesuaikan dengan gizi seimbang, perlu untuk memperbanyak konsumsi serat. Serat didapatkan dari oatmeal, ataupun buah-buahan. Pasien juga dapat mengkonsumsi ikan sebagai sumber omega 3, dan juga mengkonsumsi kacang-kacangan. Pasien diharapkan juga dapat mengikuti konsultasi gizi yang dilakukan di Puskesmas Salaman. e. Pola olahraga yang baik bagi pasien yaitu dilakukan terus menerus. Pasien dapat melakukan olahraga jalan kaki, naik sepeda, ataupun berenang, disesuaikan dengan kemampuan dan kesenangan pasien. Latihan jasmani dilakukan selama 150 menit per minggu. f. Menjelaskan bahwa pasien harus control teratur untuk melihat target terapi dan maintenance jika target terapi sudah tercapai Rujukan Rujukan perlu dilakukan jika terdapat penyakit komorbid yang harus ditangani oleh spesialis.
Salaman, 30 April 2016 Peserta
Pendamping
dr. Alva Putri Deswandari
dr. Riyono
BORANG PORTOFOLIO F.5. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR/TIDAK MENULAR TOPIK : CAMPAK
Disusun Oleh : Nama/Peserta
: dr. Alva Putri Deswandari
Pendamping
: dr. Riyono
PUSKESMAS SALAMAN I KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH PERIODE FEBRUARI - MEI 2016
Berita Acara Presentasi Portofolio Pada hari Senin, tanggal 25 April 2016 telah dipresentasikan portofolio oleh: Nama
: dr. Alva Putri Deswandari
Dengan judul/ topik
: F5. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular/Tidak Menular (Topik : Campak)
Nama Pendamping
: dr. Riyono
Nama Wahana
: Puskesmas Salaman I
Nama Peserta Presentasi 1. 2. 3. 4. 5. 6.
dr. Agha Chandra Sari dr. Alva Putri Deswandari dr. Diana Verify Hastutya dr. Ensan Galuh Pertiwi dr. Monica Citraningtyas Astarani dr. Nani Isyrofatun
Tanda Tangan ……………. ……………. ……………. ……………. ……………. …………….
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping,
dr. Riyono NIP. 19711013 201001 1 001
BORANG PORTOFOLIO F.5. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular/Tidak Menular ( Topik : Campak) Nama Wahana Topik Tanggal Nama Pasien Tanggal Presentasi
: Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang : Campak : 3 Maret 2016 : An.F No. RM : : 25 April 2016 Nama Pendamping :
dr. Riyono Tempat Presentasi : Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang Objektif Presentasi : Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil Deskripsi Seorang laki-laki, 12 tahun, demam dan muncul bercak-bercak merah di seluruh tubuh. Tujuan Untuk mengetahui campak dan penatalaksanaannya. Bahan bahasan : Tinjauan Riset Cara membahas :
Pustaka Diskusi
Presentasi dan
Kasus
Audit
Email
Pos
diskusi Data pasien Nama : An.F Nama Klinik : Puskesmas Salaman I Data Utama untuk bahan diskusi : 1. Diagnosis / Gambaran Klinis
Nomor Registrasi : Terdaftar sejak: 3 Maret 2016
Pasien datang ke Puskesmas Salaman I dengan keluhan demam sejak 7 hari sebelum datang ke puskesmas. Demam dirasakan terus menerus, terutama jika pagi dan malam hari. Demam menurun dengan pemberian obat penurun demam (Paracetamol), namun jika efek obat habis, demam naik kembali. Mimisan (-), gusi berdarah (-), BAB darah (-), batuk (+) berdahak, pilek (+), mual (-), muntah (-), diare (-). 2 hari sebelum datang ke puskesmas, pasien mengeluh mulai muncul
bercak-bercak berwarna kemerahan di seluruh tubuh. Bercak kemerahan awalnya muncul di dahi, menyebar ke wajah dan kemudian makin lama menyebar ke badan dan kaki tangan. Pasien merasa sedikit gatal dan juga megeluh kedua mata berair. 2. Riwayat Pengobatan 3 hari yang lalu pasien sudah berobat ke bidan, diberi obat penurun panas (Paracetamol) dan obat batuk. 3. Riwayat Kesehatan / Penyakit Riwayat keluhan serupa : disangkal Riwayat asma/alergi
: disangkal
Riwayat sakit kulit
: disangkal
4. Riwayat Keluarga
Tn.K/38 th
Ny.D/34 th
An.F/11 th Riwayat keluhan serupa : disangkal Riwayat asma/alergi : disangkal 5. Riwayat Sosial Ekonomi Pasien tinggal dengan kedua orang tua dan adiknya dalam 1 rumah. Ayah dan ibu pasien sebagai karyawan swasta. Pasien berobat dengan pembayaran umum karena belum memiliki jaminan kesehatan. 6. Riwayat Imunisasi
-
BCG : 7 hari DPT : 2, 4, 6 bulan Polio : 0, 2, 4, 6 bulan Hep. B : 0, 2, 4, 6 bulan Campak : 9 bulan
Kesan : Imunisasi lengkap 7. Pemeriksaan Fisik A. Keadaan umum : Lemas, Composmentis, Gizi Kesan Cukup BB : 35 kg B. Vital Sign HR : 100x/menit RR : 22x/menit Suhu : 38,8oC C. Mata Conjungtiva anemis (-|-), Injeksi Conjungtiva (+|+) D. Mulut Mukosa basah (+), bercak koplik (-) E. Hidung Sekret (-|-), Nafas cuping hidung (-|-) F. Telinga Sekret (-|-), Tragus pain (-|-) G. Jantung BJ I-II, intensitas normal, regular, bising (-) H. Paru SDV (+|+), RBK (-|-), Wheezing (-|-) I. Abdomen BU (+) normal, supel, timpani, nyeri tekan (-), turgor kembali cepat J. Ekstremitas Akral dingin (-|-), petechie (-|-) Status Lokalis UKK : Ruam makulopapular eritematosa generalisata Diaskopi (+) Daftar Pustaka : 1.
IDI Depkes RI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
2.
Kesehatan Primer. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. 2013. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Pedoman Pelayanan Medik. Jakarta : Perdoski. 2011
Hasil Pembelajaran
Campak adalah penyakit sangat menular dengan gejala prodromal seperti demam, batuk, coryza/pilek, konjungtivitis dan bintik-bintik kecil dengan bagian tengah berwarna putih atau putih kebiru-biruan dengan dasar kemerahan di daerah mukosa pipi (bercak koplik). Tanda khas bercak kemerahan dikulit timbul pada hari ketiga sampai ketujuh, dimulai di daerah muka, kemudian menyeluruh, berlangsung selama 4-7 hari, dan kadang-kadang berakhir dengan pengelupasan kulit berwarna kecoklatan. Penyakit ini disebabkan oleh virus campak, merupakan virus RNA berserat negatif yang terselubung (ber envelope), anggota genus Morbilivirus, famili Paramyxoviridae. Virus RNA serat negatif mengkode dan mengemas transkriptase sendiri, tetapi mRNA hanya disintesis pada saat virus
tidak
berselubung berada di dalam sel yang diinfeksi. Replikasi virus terjadi sesudah sintesis mRNA dan sintesis protein virus dalam jumlah banyak. Virus Campak ditularkan dari orang ke orang, manusia merupakan satusatunya reservoir penyakit Campak . Virus Campak berada disekret nasoparing dan di dalam darah minimal selama masa tunas dan dalam waktu yang singkat setelah timbulnya ruam. Penularan terjadi melalui udara, kontak langsung dengan sekresi hidung atau tenggorokan dan jarang terjadi oleh kontak dengan benda-benda yang terkontaminasi dengan sekresi hidung dan tenggorokan. Penularan dapat terjadi antara 1 – 2 hari sebelumnya timbulnya gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Penularan virus Campak sangat efektif sehingga dengan virus yang sedikit sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Campak adalah penyakit menular yang dapat menginfeksi anak-anak pada
usia dibawah 15 bulan, anak usia sekolah atau remaja. Penyebaran
penyakit Campak berdasarkan umur berbeda dari satu daerah dengan daerah lain, tergantung dari kepadatan penduduknya, terisolasi atau tidaknya daerah tersebut. Pada daerah urban yang berpenduduk padat transmisi virus Campak sangat tinggi.
Berdasarkan tempat penyebaran penyakit Campak berbeda, dimana daerah perkotaan siklus epidemi Campak terjadi setiap 2-4 tahun sekali, sedangkan di daerah pedesaan penyakit Campak jarang terjadi, tetapi bila sewaktu-waktu terdapat penyakit Campak maka serangan dapat bersifat wabah dan menyerang kelompok umur yang rentan. Berdasarkan profil kesehatan tahun 2008 terdapat jumlah kasus Campak yaitu 3424 kasus di Jawa barat, di Banten 1552 kasus, di Jawa tengah 1001 kasus. Penyakit campak mempunyai masa inkubasi 10-14 hari, merupakan jangka waktu dari mulai mendapat paparan sampai munculnya gejala klinis penyakit. Gejala prodromal pertama penyakit adalah demam, lemas, anoreksia, disertai batuk, pilek, dan konjungtivitis. Gejala prodromal berakhir 2 sampai 3 hari. Selama periode ini, pada mukosa pipi muncul lesi punctat kecil berwarna putih, yang merupakan tanda diagnostik dini penyakit campak yang disebut Kopliks Spots. Koplik menemukan spot kecil dengan ukuran 1-3 mm berwarna merah mengkilat, dan pada titik pusatnya berwarna putih kebiruan. Gejala prodromal berakhir pada saat munculnya ruam pada kulit. Ruam pada kulit sangat khas berupa makulopapuler, yang muncul pertama kali pada muka dan belakang telinga, selanjutnya menyebar secara sentrifugal ke tubuh dan ekstrimitas. Ruam dikulit mulai menghilang 3-4 hari dari sejak baru muncul. Keterlibatan jaringan limfe terjadinya
limfadenopati,
secara
menyeluruh
mengakibatkan
splenomegali ringan, dan apendiksitis. Pada
penyakit yang tanpa komplikasi penyembuhan secara klinis segera mulai setelah munculnya ruam pada kulit. Adapun komplikasi yang terjadi disebabkan oleh adanya penurunan daya tahan tubuh secara umum sehingga mudah terjadi infeksi tumpangan. Hal yang tidak diinginkan adalah terjadinya komplikasi karena dapat mengakibatkan kematian pada balita, keadaan inilah yang menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi
sekunder
seperti
:
Otitis
media
akut,
Ensefalitis,
Bronchopneumonia, dan Enteritis. Penderita Campak tanpa komplikasi dapat berobat jalan. Tidak ada obat yang secara langsung dapat bekerja pada virus Campak. Anak memerlukan
istirahat di tempat tidur, kompres dengan air hangat bila demam tinggi. Anak harus diberi cukup cairan dan kalori, sedangkan
pasien perlu diperhatikan
dengan memperbaiki kebutuhan cairan, diet disesuaikan dengan kebutuhan penderita dan berikan vitamin A 100.000 IU per oral satu kali. Apabila terdapat malnutrisi pemberian vitamin A ditambah dengan 1500 IU tiap hari
RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO 1. SUBYEKTIF Pasien datang ke Puskesmas Salaman I dengan keluhan demam sejak 7 hari sebelum datang ke puskesmas. Demam dirasakan terus menerus, terutama jika pagi dan malam hari. Demam menurun dengan pemberian obat penurun demam (Paracetamol), namun jika efek obat habis, demam naik kembali. Mimisan (-), gusi berdarah (-), BAB darah (-), batuk (+) berdahak, pilek (+), mual (-), muntah (-), diare (-). 2 hari sebelum datang ke puskesmas, pasien mengeluh mulai muncul bercak-bercak berwarna kemerahan di seluruh tubuh. Bercak kemerahan awalnya muncul di dahi, menyebar ke wajah dan kemudian makin lama menyebar ke badan dan kaki tangan. Pasien merasa sedikit gatal dan juga megeluh kedua mata berair. 3 hari yang lalu pasien sudah berobat ke bidan, diberi obat penurun panas (Paracetamol) dan obat batuk. Riwayat keluhan serupa disangkal. Riwayat imunisasi kesan lengkap. 2. OBJEKTIF A. Vital Sign Nadi
: 100x/menit
RR : 22x/menit Suhu : 38,8oC B. Mata Injeksi konjungtiva (+|+) C. Status Lokalis UKK Ruam makulopapular eritematosa generalisata, Diaskopi (+) 3. ASSESSMENT Febris Hari ke-VII e.c. Campak/Morbili 4. PLAN Pengobatan : Pengobatan yang diberikan kepada pasien adalah pengobatan suportif dan simptomatik, karena morbili disebabkan oleh virus sehingga bersifat self limited tergantung daya tahan tubuh. Terapi suportif diberikan dengan menjaga cairan tubuh dan mengganti cairan yang hilang misal karena muntah dan diare. Pada pasien tidak didapatkan muntah maupun diare, terapi cairan diberikan untuk menjaga cairan tubuh/maintenance. Terapi simptomatik diberikan berdasarkan gejala simptomatik, seperti demam diberi antipiretik, batuk diberi antitusif/mukolitik/ekspectoran.
Jika
terjadi
infeksi
sekunder,
dapat
dipertimbangkan pemberian antibiotic. Terapi : -
Rawat Inap IVFD Ringer Laktat tetesan maintenance Kebutuhan cairan 1800 cc/hari = 51 cc/jam = 19 tpm makro Paracetamol 3x500 mg Ambroxol 3x1 tab CTM 3x1 tab Multivitamin 1x1 Awasi KUVS, tanda-tanda infeksi sekunder/komplikasi dan tanda-tanda dehidrasi
Konseling/Edukasi : a. Menjelaskan mengenai definisi, faktor risiko, penyebab, penatalaksanaan, dan prognosis campak pada orang tua pasien. b. Menjelaskan kepada keluarga dan pasien bahwa campak merupakan
penyakit yang menular namun pada sebagian besar pasien, infeksi dapat sembuh sendiri, sehingga pengobatan bersifat suportif c. Menjelaskan kepada keluarga pasien agar memenuhi kebutuhan cairan pasien di samping pemberian cairan melalui infus. Beri asupan cairan berupa air teh, susu, oralit, atau pun jus. Berikan penjelasan pula mengenai tanda-tanda dehidrasi kepada keluarga pasien terutama jika pasien disertai muntah dan diare. d. Menjelaskan tanda-tanda bahaya/komplikasi yang dapat mengarahkan ke komplikasi campak sehingga kondisi pasien dapat lebih teratasi dan dapat ditatalaksana dengan lebih cepat dan tepat. e. Menjelaskan cara-cara pencegahan campak pada keluarga pasien termasuk pentingnya vaksinasi Campak saat bayi berumur 9 bulan dan booster campak usia 24 bulan dan 6 tahun. Untuk anggota keluarga/kontak yang rentan, dapat diberikan vaksin campak atau human immunoglobulin untuk pencegahan. f. Memastikan obat dan vitamin dikonsumsi sesuai dosis dan anjuran dokter. Konsultasi : Menjelaskan bahaya penyakit campak serta komplikasi yang dapat terjadi. Menjelaskan pengobatan yang harus dilakukan pasien, serta tanda-tanda bahaya/komplikasi. Menunjuk pengawasan minum obat dan pengawasan kondisi pasien, terutama mengenai tanda-tanda bahaya/komplikasi dan tandatanda dehidrasi kepada keluarga pasien. Menjelaskan cara pencegahan campak. Rujukan Rujukan perlu dilakukan jika campak dengan komplikasi seperti superinfeksi bakteri, pneumonia, dehidrasi, croup dan ensefalitis.
Salaman, 25 April 2016 Peserta
Pendamping
dr. Alva Putri Deswandari
dr. Riyono
BORANG PORTOFOLIO F.6. UPAYA PENGOBATAN DASAR TOPIK : TENSION TYPE HEADACHE
Disusun Oleh : Nama/Peserta
: dr. Alva Putri Deswandari
Pendamping
: dr. Riyono
PUSKESMAS SALAMAN I KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH
PERIODE FEBRUARI - MEI 2016
Berita Acara Presentasi Portofolio Pada hari Senin, tanggal 25 April 2016 telah dipresentasikan portofolio oleh: Nama
: dr. Alva Putri Deswandari
Dengan judul/ topik
: F6. Upaya Pengobatan Dasar (Topik : Tension Type Headache)
Nama Pendamping
: dr. Riyono
Nama Wahana
: Puskesmas Salaman I
Nama Peserta Presentasi 1. 2. 3. 4. 5. 6.
dr. Agha Chandra Sari dr. Alva Putri Deswandari dr. Diana Verify Hastutya dr. Ensan Galuh Pertiwi dr. Monica Citraningtyas Astarani dr. Nani Isyrofatun
Tanda Tangan ……………. ……………. ……………. ……………. ……………. …………….
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping,
dr. Riyono NIP. 19711013 201001 1 001
BORANG PORTOFOLIO F.6. Upaya Pengobatan Dasar ( Topik : Tension Type Headache) Nama Wahana Topik Tanggal Nama Pasien Tanggal Presentasi
: Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang : Tension Type Headache : 29 Maret 2016 : Ny. K No. RM : 00092601 : 25 April 2016 Nama Pendamping :
dr. Riyono Tempat Presentasi : Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang Objektif Presentasi : Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil Deskripsi Seorang wanita, 36 tahun, nyeri kepala seperti diikat Tujuan Untuk mengetahui tension type headache dan penatalaksanaannya. Bahan bahasan : Tinjauan Riset Kasus Cara membahas :
Pustaka Diskusi
Presentasi dan
Email
Audit Pos
diskusi Data pasien Nama : Ny. K Nama Klinik : Puskesmas Salaman I
Nomor Registrasi : Terdaftar sejak : 29 Maret 2016
Data Utama untuk bahan diskusi : 1. Diagnosis / Gambaran Klinis Pasien datang ke Puskesmas Salaman I dengan keluhan nyeri kepala sejak 2 hari sebelum datang ke puskesmas. Nyeri kepala dirasakan di seluruh kepala terutama bagian leher dan kepala bagian belakang. Nyeri kepala terasa seperti diikat dan terasa berat, namun tidak berdenyut. Keluhan dirasakan terus menerus dan makin lama makin memberat hingga pasien juga kesulitan untuk tidur. Mual (-), muntah (-), pandangan kabur (-), mata dan hidung nrocos (-), pusing berbutar (-), demam (-).
2. Riwayat Pengobatan Dua bulan sebelumnya, pasien sudah berobat dan diberikan obat (pasien lupa nama obat tersebut). Keluhan dirasakan berkurang, tetapi kemudian kambuh kembali. 3. Riwayat Kesehatan / Penyakit Riwayat keluhan serupa : (+) sering kambuh-kambuhan terutama jika sedang kelelahan dan banyak pikiran Riwayat maag
: disangkal
Riwayat hipertensi
: disangkal
Riwayat diabetes
: disangkal
Riwayat jantung
: disangkal
4. Riwayat Keluarga Riwayat keluhan serupa : disangkal Riwayat hipertensi
: disangkal
Riwayat diabetes
: disangkal
Riwayat jantung
: disangkal
5. Riwayat Sosial Ekonomi Pasien tinggal dengan suami dalam 1 rumah dan mempunyai 2 orang anak. Pasien sebagai ibu rumah tangga. Pasien berobat dengan fasilitas BPJSJamkesmas.
6. Pemeriksaan Fisik A. Vital Sign Tekanan Darah : 110/70 mmHg Nadi : 80x/menit RR : 22x/menit Suhu : 36,7oC B. Mata
TIO per palpasi kesan normal, Reflek cahaya (+|+), Pupil isokor (3mm| 3mm) C. Hidung Sekret (-|-), Nafas cuping hidung (-|-) D. Telinga Sekret (-|-), Tragus pain (-|-) E. Jantung BJ I-II, intensitas normal, regular, bising (-) F. Paru SDV (+|+), RBK (-|-), Wheezing (-|-) G. Abdomen BU (+) normal, supel, timpani, nyeri tekan (-) H. Px Neurologis Motorik : dalam batas normal Sensorik : dalam batas normal Daftar Pustaka : 1.
IDI Depkes RI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
2.
Kesehatan Primer. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. 2013. ISH Classification ICHD II (International Classification of Headache Disorders)available at http://ihs-classification.org/downloads/mixed/ICHD
3.
-IIR1final.doc Reksodiputro, A.Hariyanto,dkk. Migren dan Sakit Kepala. Aru W.sudoyo, Bambang Setyohadi, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2007.934-936.
Hasil Pembelajaran Tension Type Headache merupakan sensasi nyeri pada daerah kepala akibat kontraksi terus menerus otot-otot kepala dan tengkuk (M.splenius kapitis,
M.temporalis,
M.maseter,
M.sternokleidomastoid,
M.trapezius,
M.servikalis posterior, dan M.levator skapula). Etiologi dan Faktor Resiko Tension Type Headache (TTH) adalah stress, depresi, bekerja dalam posisi yang menetap dalam waktu lama, kelelahan mata, kontraksi otot yang berlebihan,
berkurangnya
aliran
darah,
dan
ketidakseimbangan
neurotransmitter seperti dopamin, serotonin, noerpinefrin, dan enkephalin. TTH terjadi 78 % sepanjang hidup dimana Tension Type Headache
episodik terjadi 63 % dan Tension Type Headache kronik terjadi 3 %. Tension Type Headache episodik lebih banyak mengenai pasien wanita yaitu sebesar 71%sedangkan pada pria sebanyak 56 %. Biasanya mengenai umur 20 – 40 tahun. Klasifikasi TTH adalah Tension Type Headache episodik dan dan Tension Type Headache kronik. Tension Type Headache episodik, apabila frekuensi serangan tidak mencapai 15 hari setiap bulan. Tension Type Headache episodik (ETTH) dapat berlangsung selama 30 menit – 7 hari. Tension Type Headache kronik (CTTH) apabila frekuensi serangan lebih dari 15 hari setiap bulan dan berlangsung lebih dari 6 bulan. Tension Type Headache harus memenuhi syarat yaitu sekurang kurangnya dua dari berikut ini : (1) adanya sensasi tertekan/terjepit, (2) intensitas ringan – sedang, (3) lokasi bilateral, (4) tidak diperburuk aktivitas. Selain itu, tidak dijumpai mual muntah, tidak ada salah satu dari fotofobia dan fonofobia. Gejala klinis dapat berupa nyeri ringan- sedang – berat, tumpul seperti ditekan atau diikat, tidak berdenyut, menyeluruh, nyeri lebih hebat pada daerah kulitkepala, oksipital, dan belakang leher, terjadi spontan, memburuk oleh stress,insomnia, kelelahan kronis, iritabilitas, gangguan konsentrasi, kadang vertigo,
danrasa
tidak
nyaman
pada
bagian
leher,
rahang
serta
temporomandibular. Tidak ada uji spesifik untuk mendiagnosis TTH dan pada saat dilakukan pemeriksaa neurologik tidak ditemukan kelainan apapun. TTH biasanya tidak memerlukan pemeriksaan darah, rontgen, CT scan kepala maupun MRI. Relaksasi selalu dapat menyembuhkan TTH. Pasien harus dibimbing untuk mengetahui arti dari relaksasi yang mana dapat termasuk bed rest,massage, dan/ atau latihan biofeedback. Pengobatan farmakologi adalah simpel analgesia dan/atau muclesrelaxants. Ibuprofen dan naproxen sodium merupakan obat yang
efektif
untuk
kebanyakan
orang.
Jika
pengobatan
simpel
analgesia(asetaminofen, aspirin, ibuprofen, dll.) gagal maka dapat ditambah butalbital dan kafein (dalam bentuk kombinasi seperti Fiorinal) yang akan menambah efektifitas pengobatan. Diferensial Diagnosa dari TTH adalah sakit kepala pada spondilo-artrosis deformans, sakit kepala pasca trauma kapitis, sakit kepala pasca punksi
lumbal,migren klasik, migren komplikata, cluster headache, sakit kepala pada arteritis temporalis, sakit kepala pada desakan intrakranial, sakit kepala pada penyakit kardiovasikular, dan sakit kepala pada anemia. TTH dapat menyebabkan nyeri yang menyakitkan
tetapi
tidak
membahayakan. Nyeri ini dapat sembuh dengan perawatan ataupun dengan menyelesaikan masalah yang menjadi latar belakangnya jika penyebab TTH berupa pengaruh psikis. Nyeri kepala ini dapat sembuh dengan terapi obat berupa analgesia. TTH biasanya mudah diobati sendiri. Progonis penyakit ini baik, dan dengan penatalaksanaan yang baik maka > 90 % pasien dapat disembuhkan.
RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO 1. SUBYEKTIF Pasien datang ke dengan keluhan nyeri kepala sejak 2 hari sebelum datang ke puskesmas. Nyeri kepala dirasakan di seluruh kepala terutama bagian leher dan kepala bagian belakang. Terasa seperti diikat dan terasa berat, namun tidak berdenyut. Keluhan dirasakan terus menerus dan makin lama makin memberat hingga pasien juga kesulitan untuk tidur. Mual (-), muntah (-), pandangan kabur (-), mata dan hidung nrocos (-), pusing berbutar (-), demam (-). Dua bulan sebelumnya, pasien sudah berobat dan diberikan obat (pasien lupa nama obat tersebut). Keluhan dirasakan berkurang, tetapi kemudian kambuh kembali. Keluhan seperti ini dirasakan kambuh-kambuhan terutama jika pasien banyak pikiran dan kelelahan. 2. OBJEKTIF A. Vital Sign Tekanan Darah : 110/70 mmHg Nadi : 80x/menit RR : 22x/menit
Suhu : 36,7oC B. Mata TIO per palpasi kesan tidak meningkat C. Pemeriksaan Neurologis Motorik : dalam batas normal Sensorik : dalam batas normal 3. ASSESSMENT Tension Type Headache 4. PLAN Pengobatan : Pengobatan yang diberikan kepada pasien adalah Analgetik golongan NSAID berupa Natrium Diklofenac dengan dosis 2x50 mg. Pasien juga mengalami kesulitan tidur, bisa dipertimbangkan pemberian Diazepam 2 mg malam hari sebelum tidur jika perlu. Alprazolam menjadi pilihan akhir karena memiliki efek ketergantungan jika dikonsumsi terus menerus. R/ Natrium Diklofenac tab mg 50 No.VI S 2 dd tab I p.c. R/ Diazepam tab mg 2 S 0-0-0-1 p.r.n
⅟
___ No.II ____
⅟
Konseling/Edukasi a. Menjelaskan mengenai definisi, faktor risiko, penyebab, penatalaksanaan, dan prognosis tension type headache pada pasien. b. Menjelaskan kepada pasien bahwa keluhannya tersebut berkaitan dengan stress pikiran maupun fisik dan kecemasan, bukan karena ada kelainan di dalam kepala atau otak. Sehingga pengobatannya pun didasarkan pada penyebab yang mendasari. c. Keluarga pasien diharapkan ikut serta membantu menjelaskan kepada pasien bahwa tidak ditemukan kelainan fisik dalam rongga kepala atau otaknya sehingga dapat menghilangkan rasa takut akan adanya tumor otak atau penyakit intracranial lainnya.
d. Keluarga
pasien
diharapkan
ikut
membantu
mengurangi
beban
pikiran/kecemasan yang menjadi pencetus keluhan yang dirasakan saat ini. Konsultasi Pasien perlu dimotivasi agar lebih memahami bahwa keluhan nyeri kepala yang dialami bukan karena ada masalah di dalam kepala/otak namun dicetuskan karena faktor psikis seperti stress pikiran. Hendaknya pasien lebih terbuka terhadap keluarga atau suami jika sedang ada masalah sehingga mengurangi beban pikiran. Rujukan Rujukan perlu dilakukan jika nyeri kepala tidak membaik setelah diberi obat pereda nyeri, dapat dipertimbangkan untuk diberi rujukan ke spesialis syaraf di fasilitas pelayanan kesehatan sekunder. Jika pikiran pasien terlalu berat hingga tidak dapat diatasi dan memimbulkan gejala kecemasan/depresi berat, dapat dipertimbangkan untuk dirujuk ke spesialis jiwa.
Salaman, 25 April 2016 Peserta
dr. Alva Putri Deswandari
Pendamping
dr. Riyono