PENDAHULUAN Latar Belakang
Binahong atau Anredea Cordifiia Steenis merupakan tanaman obat dari daratan Tiongkok yang dikenal dengan nama asli dheng san chi, chi , sedangkan di dunia international binahong dikenal dengan nama hearthleaf madeiravine. Di Indonesia tanaman ini dikenal sebagai gondola ( Bali ), kandula ( Madura ), uci – uci ( Jawa ) yang sering digunakan sebagai gapura yang melingkar diatas jalan taman. Tanaman merambat ini perlu dikembangkan dan diteliti lebih jauh. Terutama untuk mengungkapkan khasiat dari bahan aktif yang dikandungnya. Berbagai pengalaman yang ditemui di masyarakat, binahong dapat dimanfaatkan untuk membantu proses penyembuhan penyakit-penyakit berat (Fanesa, 2009). Jenis tanaman yang terdapat di bumi nusantara ini ±30.000 jenis, dan ada lebih dari 1000 jenis tanaman obat yang dimanfaatkan dalam industri obat tradisional, dimana ada beberapa simplisia yang banyak dipakai (lebih dari 10 ton per tahun) oleh industri i ndustri obat tradisional untuk memproduksi obat tradisional/obat tradisi onal/obat bahan alam. Berbagai penelitian dan pengembangan yang memanfaatkan kemajuan teknologi dilakukan sebagai upaya peningkatan mutu dan keamanan produk yang diharapkan dapat lebih meningkatkan kepercayaan terhadap manfaat obat bahan alam tersebut (Hidayat, 2007). Penggunaan obat tradisional secara umum dinilai lebih aman dari pada penggunaan obat modern. Hal ini disebabkan karena obat tradisional memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit dari pada obat modern. Tanaman yang biasa dimanfaatkan sebagai obat di antaranya adalah binahong (Anredera cordifoliaTen. cordifoliaTen. Steenis ). Tanaman ini sering digunakan oleh masyarakat Desa
Toima Kecamatan Bunta Kabupaten Luwuk Banggai sebagai obat-obatan tradisional.Tanaman tersebut sengaja dibudidayakan oleh warga di pekarangan rumah mereka agar mudah diambil saat dibutuhkan. Binahong digunakan untuk menyembuhkan luka.Cara tradisional yg dilakukan adalah mengambil beberapa pucuk daun lalu direbus dan air rebusannya diminum.Secara empiris masyarakat memanfaatkan tanaman tersebut.Saat teriris pisau, daun binahong cukup dipetik dan diremas-remas, lalu airnya dioleskan ke luka.Tanaman ini bisa dikatakan mahal dan dipelihara oleh pemiliknya karena khasiatnya yang besar.Masyarakat mungkin tidak mengetahui pada tanaman tersebut terdapat kandungan senyawa kimia yang dinamakan senyawa metabolit sekunder sehingga bermanfaat sebagai obat.Masyarakat menggunakan tanaman tersebut sebagai obat hanya berdasarkan pengalaman turun temurun dan dijadikan kebiasaan (Hidayati, 2009). Tanaman binahong ( Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) dapat di budidayakan secara generatif maupun vegetatif. Saat ini perbanyakan tanaman binahong
secara vegetatif lebih banyak dilakukan dengan rimpang sehingga
diperlukan alternatif lain mengenai cara perbanyakan vegetatif tanaman binahong untuk meningkatkan produktifitasnya. Pertumbuhan tanaman binahong juga ditentukan oleh tempat tumbuh atau media tanamnya. Untuk dapat menghasilkan pertumbuhan tanaman binahong yang baik maka diperlukan media tanam yang baik, yaitu mengenai ketersediaan hara dalam tanah serta aerasi dan drainase yang baik. Untuk itu diperlukan perbandingan yang tepat antara tanah sebagai media tanam, pupuk kandang sebagai penyedia unsur hara serta pasir untuk memperbaiki aerasi dan drainase tanah (Ihsan dkk , 2014).
Tanaman binahong sangat bermanfaat dalam bidang pengobatan.Bagian tanaman yang digunakan dapat berasal dari daun, batang, hingga umbi yang menempel pada ketiak daun. Kandungan yang terdapat dalam daun binahong antaralain adalah antimikroba. Antimikroba pada daun binahong sangat reaktif terhadap beberapa kuman penyebab infeksi pada luka bakar maupun luka karena terkena benda tajam (Meiliani dkk , 2014). Pertumbuhan dan produktivitas tanaman yang optimal ditentukan oleh kualitas bahan tanaman yang digunakan. Menurut Mus (2008), perbanyakan tanaman binahong secara vegetatif umumnya dilakukan dengan menggunakan setek
batang.
Setek
batang
pada
umumnya
lebih
mudah
dan
sangat
menguntungkan karena batang mempunyai persediaan bahan makanan yang cukup, terdapat tunas-tunas, dan jaringan meristem yang membentuk akar. Manoi (2009) menyatakan bahwa tanaman binahong dapat pula diperbanyak dengan menggunakan setek rimpang akar dan menghasilkan pertumbuhan yang cepat serta memiliki sifat yang sama dengan induknya (Purwoko dan Baskoro, 2010). Tujuan Percobaan
Untuk
mengetahui
pengaruh
perbedaan
bahan
tanam
terhadap
pertumbuhan binahong ( Anredera cordifolia (Ten.) Steenis). Hipotesis Percobaan
Ada
pengaruh
perbedaan
bahan
tanam
terhadap
pertumbuhan
binahong ( Anredera cordifolia (Ten.) Steenis ). Kegunaan Penulisan
Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium
Budidaya
Tanaman
Obat
dan
Rempah
Program
Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman
Klasifikasi tanaman binahong menurut Hidayati (2009) yaitu Kingdom : Spermatophyta ; Subdivisi : Spermatophyta ; Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae; Ordo : Caryophyllales ; Famili : Basellaceae ; Genus : Anredera Spesies : Anredera cordifolia (Ten.) Steenis Tanaman binahong mempunyai akar tunggang yang berdaging lunak dan berwarna coklat kotor. Akarnya berbentuk rimpang (rhizom). Rhizoma adalah batang beserta daun yang terdapat di dalam tanah, bercabang-cabang dan tumbuh mendatar, dari ujungnya dapat tumbuh tunas yang muncul di atas tanah dan dapat merupakan suatu tumbuhan baru (Kismanto dkk , 2013). Tanaman binahong ( Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) merupakan tanaman menjalar, berumur panjang, bisa mencapai panjang + 5 m. Batang lunak, silindris, saling membelit, berwarna merah, bagian dalam solid, permukaan halus, kadang membentuk semacam umbi yang melekat di ketiak daun dengan bentuk tak beraturan dan bertekstur kasar (Hidayati, 2009). Daun tunggal, bertangkai sangat pendek (subsesille), tersusun berseling, berwarna hijau, bentuk jantung (cordata), panjang 5-10 cm, lebar 3-7 cm, helaian daun tipis lemas, ujung runcing, pangkal berlekuk (emerginatus), tepi rata, permukaan licin, bisa dimakan. Bunga majemuk berbentuk tandan, bertangkai panjang, muncul di ketiak daun, mahkota berwarna krem keputih-putihan berjumlah lima helai tidak berlekatan, panjang helai mahkota 0,5-1 cm, berbau harum (Hidayati, 2009).
Tanaman binahong memiliki bunga majemuk berbentuk tandan atau malai panjang, bertangkai panjang, muncul di ketiak daun, mahkota berwarna putih sampai krem berjumlah lima helai tidak berlekatan, panjang helai mahkota sekitar 0,5 - 1 cm dan memiliki bau yang harum (Kismanto dkk , 2013). Syarat Tumbuh Iklim
Tanaman binahong tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Tanaman ini juga dapat tumbuh pada ketinggian 3000 meter di atas permukaan laut dengan suhu 20-30 oC pada bulan januari dan 10-30o oC pada bulan juli serta dengan curah hujan 500-2000 mm per tahun. Tanaman ini tumbuh pada beberapa vegetasi seperti hutan, lahan pertanian, dan lahan yang berumput (Kismanto dkk , 2013). Pada tanah lembab yang subur, tanaman ini dapat tumbuh secara agresif setinggi 40 meter dan membentuk pohon kanopi. Kecepatan pertumbuhan binahong 1 meter per buan dan lebih dari 1 meter pada musim panas. Binahong lebih cepat tumbuh di daerah yang memiliki banyak cahaya. Oleh karena itu tanaman binahong dapat tumbuh dengan mudah dni Indonesia karena Indonesia merupakan negara tropis yang mendapat intensitas sinar matahari yang tinggi (Aini, 2014). Tanah
Tumbuhan ini mudah tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi. Banyak ditanam di dalam pot sebagai tanaman hias dan obat (Wardani, 2007). Tanaman binahong mudah tumbuh baik di dataran rendah maupun dataran tinggi dalam lingkungan yang dingin dan lembab. Perbanyakan bisa dilakukan
secara generatif dengan biji, namun lebih sering dikembangbiakkan secara vegetatif menggunakan akar rimpangnya (Kismanto dkk , 2013). Tanaman binahong mempunyai daya adaptasi yang luas terhadap berbagai jenis tanah, seperti : Aluvial, Ragosol, Grumosol, Latosol dan Andosol, sirih dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dengan struktur sedang. Sebaiknya binahong ditanam pada tanah yang subur, berhumus, kaya akan hara dan gembur (Hapsoh dan Hasanah, 2011). Hujan yang cukup pada saat tanam sangat dibutuhkan agar tanaman tumbuh dengan baik. Distribusi curah hujan yang merata selama periode tumbuh akan menjamin pertumbuhan vegetatif.
Jenis tanah lempung berpasir, atau
lempung liat berpasir sangat cocok untuk tanaman obat pada umumnya. Kemasaman
(pH)
tanah
yang
cocok
untuk
tanaman
obat
adalah
6-7
(Gustiyudha, 2009). Sifat kimia tanah yang berperan penting adalah kemasaman tanah (pH). Binahong menghendaki tanah dengan kemasaman (pH) 5,0 – 7,0. Hal yang paling penting diperhatikan dalam pemilihan lokasi untuk penanaman adalah aerase, drainase serta struktur tanah baik (Noverizah dan Miftakhuromah, 2010). Bahan Tanam
Jenis bahan stek dari jaringan tanaman yang masih muda lebih mudah terbentuk akar dari pada bahan stek dari jaringan yang sudah tua. Fenomena ini sering terjadi pada stek tanaman hutan, termasuk pada jenis surian (T. sinensis) ini. Pembuatan stek surian dari bahan stek batang tanaman sudah tua (> 5 tahun) sulit tumbuh akar, sedangkan dengan menggunakan bahan stek dari batang bibit yang masih muda (umur 3 bulan) mudah terbentuk akar (Werdhany dkk , 2008).
Bahan stek pada umur muda memiliki juvenilitas tinggi serta kandungan auksin dan sitokinin yang tinggi pula sehingga pertumbuhan akar pada stek batang bibit akan mudah terbentuk. Pergerakan auksin pada tanaman bergerak secara polar dari ujung tajuk menuju akar, sebaliknya pergerakan sitokinin dari ujung akar ke ujung tajuk (Baker, 1989; Salisbury dan Ross, 1995). Pola translokasi hormon tersebut dapat menyebabkan adanya perbedaan kandungan hormon pada batang bibit, sehingga diduga akan mempengaruhi pertumbuhan akar apabila bahan stek diambil dari bagian pangkal bibit, tengah dan ujung. Sebagian hasil fotosintat juga ditranslokasi ke bagian batang sehingga dapat bermanfaat dalam pembentukan kalus pada stek batang. Diduga ada kaitan yang erat antara posisi bagian batang bibit dengan kemapuan pembentukan akar stek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stek yang berasal dari bagian pangkal bibit memiliki jumlah dan panjang akar paling besar. Terdapat korelasi yang sangat erat antara posisi bagian pangkal, tengah dan ujung batang bibit dengabn jumlah akar primer dan sekunder (Kismanto dkk , 2013). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Haryati (2010) bahwa setek pucuk pada tanaman jeruk siam menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dari setek batang tersier bagian tengah dan setek daun. Di dalam usaha perbanyakan tanaman jeruk kacang dengan setek yang menjadi permasalahan adalah bagaimana mendapatkan bahan setek yang mempunyai kecepatan tumbuh yang tinggi dan persentase perakaran yang lebih tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut diatas, beberapa penelitian telah dilakukan dengan menggunakan zat pengatur tumbuh sintetis akar. Zat ini akan meransang mempercepat pertumbuhan dan perakaran setek. Heddy (1996) menyatakan bahwa zat pengatur tumbuh
digolongkan menjadi lima kelompok yaitu auksin, giberalin sitokinin, asam absisi dan etilen (Fanesa, 2009). Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek ditandai oleh terjadinya regenerasi akar dan pucuk pada bahan stek sehingga menjadi tanaman baru. Regenerasi akar dan pucuk dipengaruhi oleh faktor intern dan extern. Salah satu faktor intern yang mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk adalah fitohormon yang berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh . Menurut Hartman, et.al (1977) zat pengatur tumbuh yang paling berperan pada pengakaran stek adalah auksin. Auksin yang biasa dikenal yaitu Idole-3-acetie Acid (IAA), Indoloe Butyrie Acid (IBA) dan Nepthaleneacetie Acid (NAA). IBA dan NAA bersifat lebih efektif dibandingkan IAA yang merupakan auksin alami(Pasetri yani, 2006).
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Praktikum
Praktikum dilakukan di Lahan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 25 m dpl yang dimulai dari bulan Oktober 2015 sampai dengan Desember 2015. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum yaitu cutter untuk memotong bahan tanam binahong, cangkul untuk mencampur media tanam, ajir, gembor untuk menyiram tanaman, penggaris untuk mengukur tinggi tunas tanaman, alat tulis dan buku data untuk mencatat data praktikum. Adapun bahan yan digunakan yaitu tunas umbi ketiak, rhizome, stek pucuk, stek batang 1 ruas, dan stek batang 2 ruas sebagai bahan tanam dalam percobaan untuk diamati pertumbuhannya, topsoil dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1 sebagai media tanam binahong, airsebagai media untuk penyiraman, polibeg sebagai wadah media tanam dan label sebagai penanda perlakuan. Metode Percobaan
Praktikum ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Non Faktorial, dengan : Faktor I
: Bahan Tanam (S) :
S1
= tunas umbi ketiak
S2
= rizhome
S3
= stek pucuk
S4
= stek batang 1 ruas
S5
= stek batang 2 ruas
Model Linear Yij = μ + ρi + α j + εij , dimana : Yij
: Hasil pengamatan pada blok ke – i dari bahan tanam ke-j
μ
: Nilai tengah percobaan
ρi
:
α j
: Efek sumber bahan tanam pada jenis ke – j.
εij
: Efek galat percobaan
Efek blok ke - i
PELAKSANAAN PERCOBAAN PELAKSANAAN PERCOBAAN Pembibitan
Pembibitan dilakukan dengan cara mengambil bahan tanam dari bagian vegetatif tanaman binahong yaitu bagian pucuk, batang, umbi ketiak, dan rhizome dan penanaman dilakukan pada baby bag dengan perbandingan media tanam top soil dan pupuk kandang 2 : 1. Persiapan Lahan
Lahan yang akan digunakan dibersihkan dari gulma dan tumbuhan liar dan bongkahan-bongkahan batu maupun kayu yang mengganggu. Pembuatan Naungan
Naungan dibuat dengan menggunakan bambu sebagai tiang dan rumbiah sebagai atap dengan ujung tertinggi menghadap ke timur agar mendapat sinar matahari pagi. Naungan dibuat setinggi 2meter untuk mempermudah dalam kegiatan perawatan tanaman. Pembuatan Media Tanam
Media tanam yang digunakan adalah topsoil dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1 Penanaman Binahong
Tanaman binahong ditanam sebanyak 3 bibit per baby bag untuk setiap perlakuan. Kedalaman penanaman pada media tanam yaitu dengan kedalaman tanah lebih kurang 2 cm.Setiap kelompok terdapat 5 baby bag . Penanaman dilakukan pada siang hari
Pembuatan Pacak
Pacak pada tanaman binahong dibuat pada saat 1 minggu setelah tanam. Pacak dibuat dengan menggunakan kayu atau bambu setinggi 1,5 m untuk tempat merambatnya batang binahong. Pemeliharaan Tanaman Penyiraman
Setelah tanaman ditanam ke dalam baby bag , penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor. Penyiraman dilakukan setiap harinya pada sore hari kecuali apabila hari hujan. Penyiangan
Penyiangan pertama dilakukan ketika tanaman binahong berumur 2 – 4 minggu setelah
tanam, kemudian secara berkala 3 – 6 minggu sekali sesuai
kondisi gulma yang mengganggu. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara manual, dengan membunuh hama yang ada pada tanaman . Parameter Pengamatan Tinggi Tunas (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari pangkal batang hingga ujung daun yang tumbuh dengan menggunakan meteran. Pengamatan tinggi tanaman dilakukan pada saat 1 minggu setelah pindah tanam (1MSPT) hingga 8 MSPT dengan interval pengamatan 1minggu.
Jumlah Daun (helai)
Jumlah daun dihitung dengan kriteria daun telah muncul dari buku batang. Pengamatan jumlah daun dilakukan pada saat 1 minggu setelah pindah tanam (1MSPT) hingga 8 MSPT dengan interval pengamatan 1minggu.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran ) diketahui bahwa perlakuan bahan tanam berpengaruh tidak nyata terhadap parameter pertambahan tinggi tanaman, tinggi tunas, dan jumlah daun. Pertambahan tinggi tanaman (cm)
Tabel hasil pengamatan pada parameter pertambahan tinggi tanaman binahong adalah sebagai berikut : Tabel 1. Rataan pertambahan tinggi tanaman (cm) Perlakuan S1 S2 S3 S4 S5
Rataan 1.04 0.83 1.94 0.41 1.39
Dari data pengamatan tinggi tanaman (Tabel 1), dapat diketahui perlakuan bahan tanam S3 (Stek pucuk) menghasilkan rataan tertinggi (1.94 cm) dan rataan terendah pada perlakuan S4 (Stek batang 1 ruas) yaitu 0.41 cm. Tinggi Tunas (cm)
Tabel hasil pengamatan
pada parameter tinggi tunas adalah sebagai
berikut : Tabel 2. Tinggi Tunas (cm) Perlakuan S1 S2 S3 S4 S5
Rataan 7.25 6.83 21.30 4.81 6.80
Dari data pengamatan tinggi tunas (Tabel 2), dapat diketahui perlakuan bahan tanam S3 (Stek pucuk) menghasilkan rataan tertinggi (21.30 cm) dan rataan terendah pada perlakuan S4 (Stek batang 1 ruas) yaitu 4.81 cm. Jumlah Daun (helai)
Tabel hasil pengamatan pada parameter jumlah daun binahong adalah sebagai berikut : Tabel 3. Rataan Jumlah Daun (helai) Perlakuan S1 S2 S3 S4 S5
Rataan 1.66 1.33 2.40 1.01 1.48
Dari data pengamatan jumlah daun (Tabel 3), dapat diketahui perlakuan bahan tanam S3 (Stek pucuk) menghasilkan rataan tertinggi (2.40 helai) dan rataan terendah pada perlakuan S4 (Stek batang 1 ruas) yaitu 1.01 cm. Pembahasan Pertumbuhan tanaman binahong ( Anredera cordifolio Ten.) terhadap perlakuan bahan tanam
Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran ) didapat bahwa, perlakuan bahan tanam berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman, tinggi tanaman dan jumlah daun. Pada parameter pertambahan tinggi tanaman, dapat diketahui bahwa perlakuan bahan tanam
S3 (Stek pucuk)
menghasilkan rataan
tertinggi
(1.94 cm) dan rataan terendah pada perlakuan S4 (Stek batang 1 ruas) yaitu 0.41 cm, Hal ini disebabkan oleh pucuk merupakan bagian tanaman yang aktif memanjang dan membelah, pada bagian ujung pucuk terdapat auksin yang
menumpuk dan beberapa komposisi cadangan makanan sehingga kemampuan tanaman untuk berdiferensiasi semakin besar dan cepat. Bagian tanam dengan sat u ruas memiliki kemampuan tumbuh yang cukup lama dibandingkan bahan tanam lainnya karena cadangan makanan yang sangat terbatas dan keberadaan hormon pertumbuhan yang sangat sedikit pada bagian batang, selain itu jumlah ruas yang digunakan sangat sedikit.Hal ini berkesinambungan dengan pernyataan Haryati, 2010 bahwa setek pucuk pada tanaman jeruk siam menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dari setek batang tersier bagian tengah. Pada parameter tinggi tanaman, dapat diketahui bahwa perlakuan bahan tanam S3 (Stek pucuk) menghasilkan rataan tertinggi (21.30 cm) dan rataan terendah pada perlakuan S4 (Stek batang 1 ruas)
yaitu 4.81 cm. Hal ini
dikarenakan oleh pucuk merupakan bagian tanaman yang aktif memanjang dan membelah, pada bagian ujung pucuk terdapat auksin yang menumpuk dan beberapa komposisi cadangan makanan sehingga kemampuan tanaman untuk berdiferensiasi semakin besar dan cepat. Bagian tanam dengan satu ruas memiliki kemampuan tumbuh yang cukup lama dibandingkan bahan tanam lainnya karena cadangan makanan yang sangat terbatas dan keberadaan hormon pertumbuhan yang sangat sedikit pada bagian batang, selain itu jumlah ruas yang digunakan sangat sedikit. Hal ini sesuaidengan penytaan Kismanto, 2013 bahwa ahan stek pada umur muda memiliki juvenilitas tinggi serta kandungan auksin dan sitokinin yang tinggi pula sehingga pertumbuhan akar pada stek batang bibit akan mudah terbentuk. Pergerakan auksin pada tanaman bergerak secara polar dari ujung tajuk menuju akar, sebaliknya pergerakan sitokinin dari ujung akar ke ujung tajuk.
Pada parameter jumlah daun, dapat diketahui bahwa perlakuan bahan tanam S3 (Stek pucuk) menghasilkan rataan tertinggi (2.40 helai) dan rataan terendah pada perlakuan S4 (Stek batang 1 ruas)
yaitu 1.01 cm. Hal ini
dikarenakan Hal ini dikarenakan oleh pucuk merupakan bagian tanaman yang aktif memanjang dan membelah, pada bagian ujung pucuk terdapat auksin yang menumpuk dan beberapa komposisi cadangan makanan sehingga kemampuan tanaman untuk berdiferensiasi semakin besar dan cepat. Bagian tanam dengan sat u ruas memiliki kemampuan tumbuh yang cukup lama dibandingkan bahan tanam lainnya karena cadangan makanan yang sangat terbatas dan keberadaan hormon pertumbuhan yang sangat sedikit pada bagian batang, selain itu jumlah ruas yang digunakan sangat sedikit. Hal ini berkesinambungan dengan pernyataan Haryati, 2010 bahwa setek pucuk pada tanaman menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dari setek batang tersier bagian tengah.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Binahong ( Anredera cordifolio Ten.) dapat diperbanyak secara vegetatif dengan bahan tanam rhizome,tunas umbi ketiak, setek pucuk dan setek batang. 2. Perlakuan bahan tanam berpengaruh tidak nyata terhadap parameter pertambahan tinggi tanaman, tinggi tunas, dan jumlah daun. 3. Perlakuan bahan tanam stek pucuk menghasilkan rataan tertinggi pada pada parameter pertambahan tinggi tunas, jumlah daun dan tinggi tunas. 4. Perlakuan bahan tanam stek batang 1 ruas menghasilkan rataan terendah pada pada parameter pertambahan tinggi tunas, jumlah daun dan tinggi tunas Saran
Berdasarkan
percobaan
yang
telah
dilaksanakan
dapat
dilakukan
percobaan lanjutan dengan media tanam lain dan dosis pupuk NPK yang di tingkatkan guna mendapatkan hasil yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, S.Q. 2014. Pengaruh Salep Ekstrak Daun Bonahong ( Andrea cordifolia (Tenore) Steenis ) Terhadap Pembentukan Jaringan Luka Bakar Tikus Sprague dawley. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta Fanesa, A. 2009. Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Stek Pucuk Jeruk Kacang. Universitas Andalas, Padang. Gustiyudha, M. 2008. Teknik perbanyakan tanaman sirih merah ( Piper crocatum L.) secara cangkok di CV. Indmira Kaliurang km 18 Yogyakarta. Universitas Sebelas maret, Surakarta. Hapsoh dan Y. Hasanah. 2011. Budidaya tanaman obat dan rempah. Universitas Sumatera Utara Press, Medan. Hidayat, Y. 2007. Pertumbuhan Akar Primer dan Sekunder dan Tersier Stek Batang Bibit Surian. Wana Mukti Forestry Research, Jakarta. Hidayati, I.W. 2009. Uji Aktifitas Salep Ekstrak Daun Binahong ( Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) Sebagai Penyembuh Luka Bakar Pada Kulit Punggung Kelinci. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta Ihsan., Tatik., dan Tri, R. 2014. Kajian Perbanyakan Vegetatif Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) Pada Beberapa Media Tanam. Fakultas Pertanian UNIBA. Surakarta Kismanto, J., Nikmatul, F., Mahendrata, P., Yant o, M.A.F.A., Mulyadi dan Nila, W. 2013. Obat Herbal Antibakteri Ala Tanaman Binahong. Stikes Kusuma Husada Surakarta. Surakarta Meiliani., Elisma., dan Arifin, H. 2014. Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Binahong ( Anredera Cordifolia (Tenore) Steen.). Fakultas Farmasi Universitas Andalas. Padang Noveriza, R. dan Miftakhurohmah. 2010. Efektivitas ekstrak metanol daun sirih ( Piper betle L.) dan daun jeruk purut (Cytrus Histrix) sebagai antijamur pada pertumbuhan Fusarium Oxysporum. Jurnal Littri 16 (1) : 6 – 11 Pasetriyani, E.T. 2006. Pengaruh Macam Media Tanam Dan Zat Pengatur Tumbuh Growtone Terhadap Pertumbuhan Stek Batang Tanaman Jarak Pagar. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh Purwoko, S dan Baskoro. 2010. Pengaruh Bahan Perbanyakan Tanaman dan Jenis Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Tanaman Binahong ( Anredera cordifolia (Ten.) Steenis). Universitas Sriwijaya. Palembang
Wardani, N. E. K. 2007. Pengaruh Pemberian Daun Binahong Terhadap Kualitas Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di Rumah Sakit Syarifah Ambarni Rato Ebuh Bangkalan. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Padang Werdhany, W. I., M. S. S. Anthony, dan W. Setyorini. 2008. Sirih Merah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Yogyakarta.