1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap wanita menginginkan persalinannya berjalan lancar dan dapat melahirkan bayi dengan sempurna. Ada dua cara persalinan yaitu persalinan lewat vagina yang lebih dikenal dengan persalinan alami dan persalinan caesar ata u sectio caesarea caesarea yaitu tindakan operasi untuk mengeluarkan bayi dengan melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta janin diatas 500 gram (Sumelung dkk, 2014). Pada masa lalu melahirkan dengan cara operasi merupakan hal yang menakutkan karena dapat menyebabkan kematian. Namun dengan berkembangnya kecanggihan bidang ilmu kedokteran pandangan tersebut mulai bergeser. Kini sectio caesarea kadang menjadi alternatif pilihan persalinan (Mulyawati, 2011). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Pusat Studi Obstetri dan Ginekologi di Washington DC tahun 1994 menunjukkan bahwa setengah dari jumlah kelahiran sectio caesarea yang tercatat, secara medis sebenarnya tidak diperlukan (Lumban, 2011). Menurut WHO memperkirakan bahwa angka persalinan dengan sectio caesarea sekitar caesarea sekitar 10% sampai 15% dari semua proses persalinan di negara-negara berkembang, dibandingkan dengan 20% di Britania Raya dan 23% di Amerika Serikat, Kanada 2003 memiliki angka a ngka 21%. Persalinan dengan operasi sectio caesarea ditujukan untuk indikasi medis tertentu, yang terbagi atas indikasi untuk ibu dan indikasi untuk bayi. Persalinan sectio caesarea atau bedah caesar harus dipahami sebagai alternatif persalinan ketika persalinan secara normal tidak bisa lagi. Meskipun 90% persalinan termasuk kategori normal atau tanpa komplikasi persalinan, namun apabila terjadi komplikasi maka penanganan selalu berpegang teguh pada prioritas keselamatan ibu dan bayi. Operasi sectio caesarea ini merupakan pilihan persalinan yang terakhir setelah dipertimbangkan cara-cara persalinan pervaginam tidak layak untuk dikerjakan. Sectio caesarea sebaiknya dilakukan karena pertimbangan medis, bukan keinginan pasien yang tidak mau menanggung menanggung rasa sakit (Mulyawati, 2011).
2
Ancaman terbesar bagi perempuan yang menjalani sectio caesarea caesarea adalah anastesia, sepsis berat, dan serangan tromboembolik namun, perlu ditekankan bahwa pneumonia aspirasi yang dahulu merupakan penyebab utama kematian akibat sectio caesarea caesarea telah dapat dihindari sepenuhnya melalui praktik rutin pemberian 30 ml milk of magnesia atau magnesia atau yang lebih baru larutan natrium sitrat, dan asam sitrat. Walaupun terdapat usaha – usaha – usaha usaha untuk menurunkan angka kematian, kecil kemungkinannya untuk lebih menurunkan angka kematian akibat sectio caesarea pada caesarea pada perempuan yang keadaannya parah yang memilih, benar atau salah, untuk tetap hamil walaupun status kesehatannya meragukan (Putri, 2012). Dalam penelitian yang pernah dilakukan di Rumah Sakit Santa Elizabeth Medan Tahun 2003 sebesar 27,76% dan sebesar 13,18% merupakan sectio caesarea caesarea tanpa indikasi medis yaitu atas permintaan ibu bersalin itu sendiri. Permintaan sectio Permintaan sectio caesarea ini caesarea ini tentu bukan tanpa alasan banyak ban yak hal yang mungkin dapat mendorong ibu untuk meminta persalinan persali nan dengan sectio dengan sectio caesarea. caesarea. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa faktor-faktor yang yang dominan mendorong ibu persalinan meminta persalinan secara sectio secara sectio caesarea adalah caesarea adalah karena rasa sakit pada persalinan persal inan sebesar se besar 96,5% hal ini yang dilakukan oleh ibu yang bersalin dan didapati ada yang tidak kuat menahan rasa sakit tersebut sehingga meminta sectio caesarea, caesarea, kesehatan lebih terjamin sebesar 53,5% terutama untuk kesehatan bayi maupun ibu jika melahirkan secara sectio caesarea, caesarea, melakukan sectio caesarea karena ingin sekalian sterilisasi sebesar 35,5%, kosmetik sex sebesar 25%, trauma terhadap persalinan yang pernah dialami dan peristiwa yang tidak menyenangkan seperti ekstraksi vakum, rasa sakit pada persalinan alami menjadi suatu yang mengkhawatirkan ibu sehingga untuk menghindari itu, ibu lebih memilih sectio caesarea dari caesarea dari pada persalinan spontan (Sitepu, 2011). Meskipun data ini tidak bisa mencerminkan seluruh kondisi yang ada di Indonesia, tetapi dapat menggambarkan bahwa angka persalinan dengan sectio ceaserea ceaserea cukup tinggi terjadi di Indonesia. Apalagi sebagian diantaranya tanpa pertimbangan medis. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti prevalensi dan indikasi sectio indikasi sectio caesarea di Rumah Sakit Umum Haji Medan.
3
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian ini yaitu “ untuk mengetahui prevalensi dan indikasi sectio caesarea di Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2016”.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1.Tujuan Umum
Untuk mengetahui prevalensi dan indikasi terjadinya sectio caeserea pada tahun 2016. 1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui prevalensi terjadinya sectio caesarea. 2. Untuk mengetahui indikasi sectio caesarea berdasarkan faktor ibu. 3. Untuk mengetahui indikasi sectio caesarea berdasarkan faktor janin.
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1.Manfaat Bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian terutama tentang prevalensi dan indikasi sectio caesarea di Rumah Sakit Haji Medan.
1.4.2.Manfaat Bagi Pendidikan
Sebagai bahan perpustakaan bagi pendidikan dan sebagai bahan bacaan dalam kegiatan proses belajar.
1.4.3.Manfaat Bagi Responden
Memberikan kesadaran kepada responden untuk berhati-hati dalam memilih cara persalinan yang tepat dan memilih sectio caesarea hanya berdasarkan indikasi medis.
4
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sectio Caesarea 2.1.1. Defenisi
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan plasenta ) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan atau kekuatan sendiri. Sectio caesarea adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu dan uterus untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika kelahiran melalui vagina akan mengarah pada komplikasi-komplikasi medis. Kendati demikian cara ini semakin umum sebagai pengganti kelahiran normal. Bedah caesar (bahasa Inggris: caesarean section). Disebut juga dengan sectio caesarea (disingkat dengan SC) adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan dimana irisan dilakukan di perut itu untuk mengeluarkan bayi (Sembiring, 2014).
2.1.2. Sebab – sebab Operasi Sectio Caesarea
Sectio Caesarea yang berencana dan tidak berencana. 1. Sectio caesarea yang direncanakan dari semula telah direncanakan bahwa bayi akan dilahirkan secara sectio caesarea, tidak diharapkan lahir normal, misalnya pada panggul sempit (CV kurang dari 8 cm). 2. Sectio caesarea yang tidak direncanakan. Dalam hal ini kita mencoba bersikap menunggu kelahiran biasa (partus percobaan), bila tidak ada kemajuan. 3. Persalinan atau partus percobaan gagal, baru dilakukan sectio caesarea (Mulyawati, 2012).
6
2.1.3. Indikasi Operasi Sectio Caesarea A. Faktor janin
Tindakan operasi dilakukan karena keadaan janin, seperti janin besar dan pertumbuhannya terhambat berat. 1.
Bayi terlalu besar Berat bayi lahir sekitar 4.000 gram atau lebih, menyebabkan sulit keluar dari
jalan lahir. Umumnya pertumbuhan janin yang berlebihan karena ibu menderita kencing manis. Apabila dibiarkan terlalu lama dijalan lahir dapat membahayakan keselamatan janinnya. Namun bisa saja berat 4.000 gram dilahirkan dengan operasi. Dengan berat janin yang diperkirakan sama, tetapi terjadi pada ibu yang berbeda maka tindakan persalinan yang dilakukan juga berbeda. Misalnya, untuk panggul ibu yang terlalu sempit, berat badan janin 3.000 gram sudah dianggap besar karena bayi tidak dapat melewati jalan lahir. Demikian pula pada posisi sungsang dengan berat janin lebih dari 3,6 kg sudah bisa dianggap besar sehingga perlu dilakukan kelahiran dengan operasi.
2.
Kelainan letak janin Ada dua kelainan letak janin dalam rahim, yaitu letak sungsang dan letak
lintang. Keadaan janin sungsang apabila letak janin di dalam rahim memanjang dengan kepala berada di bagian atas rahim, sementara pantat berada di bagian bawah rongga rahim. Sedangkan pada letak lintang atau miring yang menyebabkan poros janin tidak sesuai dengan jalan lahir. Pada keadaan ini, letak kepala pada posisi yang satu dan bokong akan berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sementara bahu berada pada bagian atas panggul. Letak lintang biasanya ditemukan pada perut ibu yang menggantung atau karena adanya kelainan bentuk rahimnya.
3.
Ancaman gawat janin Seperti diketahui, sebelum lahir, janin mendapat oksigen dari ibunya melal ui
ari-ari dan tali pusat. Apabila terjadi gangguan pada ari-ari, serta gangguan pada tali pusat maka jatah oksigen yang disalurkan ke bayi pun menjadi berkurang. Akibatnya, janin akan tercekik karena kehabisan napas. Kondisi ini biasanya
7
menyebabkan janin mengalami kerusakan otak, bahkan tidak jarang meninggal dalam rahim.
4.
Janin abnormal Janin sakit atau abnormal, misalnya gangguan Rh, kerusakan genetik, dan
hidrosefalus (kepala besar karena otak berisi cairan) dapat menyebabkan dokter memutuskan untuk dilakukannya operasi.
5.
Faktor plasenta Ada beberapa kelainan plasenta yang menyebabkan keadaan gawat darurat
pada ibu maupun janin sehingga harus dilakukan operasi. a) Plasenta previa Salah satu gangguan tali pusat yang sangat dikenal adalah plasenta previa. Posisi plasenta terletak di bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir. Tentu saja, keadaaan ini akan mengakibatkan kepala janin tidak bisa turun dan masuk kejalan lahir. Janin dengan plasenta previa, umumnya juga akan menjadi letak sungsang atau letak melintang. Keadaan ini menyulitkan janin lahir secara alami. Sebenarnya, angka kejadian plasenta previa sangat rendah, yaitu kurang 1%. b) Solutio plasenta Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih cepat dari dinding rahim sebelum waktunya. Apabila plasenta sudah lepas, sementara janin masih lama lahir atau dalam tahapan tertentu maka operasi harus segera dilakukan. Persalinan dengan operasi dilakukan untuk menolong janin segera l ahir sebelum ia mengalami kekurangan oksigen atau keracunan air ketuban. Proses terlepasnya plasenta ditandai dengan perdarahan yang banyak, yang bisa keluar melalui vagina, tetapi bisa juga tersembunyi di dalam rahim.
8
c) Plasenta accreta Plasenta accreta merupakan keadaan menempelnya plasenta di otot rahim. Hal ini jarang terjadi, tetapi pada umumnya di alami ibu yang mengalami persalinan yang berulang kali, ibu berusia rawan untuk hamil (diatas 35 tahun), dan ibu yang pernah operasi (operasinya meninggalkan bekas yang menyebabkan menempelnya plasenta). d) Vasa previa Keadaan pembuluh darah di selaput ketuban berada di mulut rahim (ostium uteri) jika pecah dapat menimbulkan perdarahan banyak yang membahayakan janin dan ibunya. Untuk mengurangi resiko pada ibu dan janin maka persali nan dilakukan dengan operasi.
6.
Kelainan tali pusat Ada dua kelainan tali pusat yang biasa terjadi yaitu prolapsus tali pusat (tali
pusat menumbung) dan terlilit tali pusat. Prolapsus tali pusat merupakan keadaan penyembulan sebagian atau seluruh tali pusat. Pada keadaan ini, tali pusat berada di jalan lahir sebelum bayi. Sebenarnya, lilitan tali pusat ke tubuh janin tidak selalu berbahaya. Selama tali pusat tidak terjepit atu terpelintir maka aliran oksigen dan nutrisi dari plasenta ke tubuh janin tetap aman. Lilitan tali pusat ke tubuh janin baru berbahaya apabila kindisi tali pusat terjepit atau terpelintir yang menyebabkan aliran oksigen dan nutrisi ke tubuh janin tidak lancar.
7.
Bayi kembar Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara Caesar. Hal ini karena
kelahiran bayi kembar memiliki risiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara alami (Sembiring, 2014).
9
B. Faktor Ibu
1.
Usia Ibu Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35 tahun, memiliki
resiko melahirkan dengan operasi. Apalagi pada wanita dengan usia 40 tahun ke atas. Pada usia ini, biasanya seseorang memiliki penyakit yang berisiko, misalnya tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis, dan preeklamsia. Eklampsia (keracunan kehamilan) dapat menyebabkan ibu kejang sehingga dokter memutuskan persalinan dengan sectio caesarea.
2.
Tulang panggul Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang panggul sangat menentukan mulus tidaknya proses persalinan.
3.
Persalinan sebelumnya dengan Sectio caesarea Sebenarnya, persalinan melalui bedah Caesar tidak mempengaruhi persalinan
selanjutnya harus berlangsung secara operasi atau tidak. Apabila memang ada indikasi yang mengharuskan dilakukannya tindakan pembedahan, seperti bayi terlalu besar, panggul terlalu sempit, atau jalan lahir yang tidak mau membuka, operasi bisa saja dilakukan.
4.
Faktor hambatan jalan lahir Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang kaku sehingga
tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor, dan kelainan bawaan ja lan lahir, tali pusat pendek, dan ibu sulit bernapas. Keadaan ini menyebabkan persalinan terhambat atau macet, yang biasa disebut distosia.
5.
Kelainan kontraksi rahim
10
Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi (inkoordinate uterine action) atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak dapat melebar pada proses persalinan, maka kepala bayi tidak terdorong dan tidak dapat melewati jalan lahir dengan lancar.
6.
Ketuban pecah dini Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat menyebabkan bayi
harus segera dilahirkan. Kondisi ini membuat air ketuban merembes ke luar sehingga tinggal sedikit atau habis. Air ketuban (amnion) adalah cairan yang mengelilingi janin di dalam rahim.
7.
Rasa takut kesakitan Umumnya seorang wanita yang melahirkan secara alami akan mengalami
proses rasa sakit, yaitu berupa rasa mulas disertai rasa sakit pinggang dan pangkal paha yang semakin kuat dan “menggigit”. Kondisi tersebut karena keadaan yang pernah atau baru akan terjadi dan sering menyebabkan seorang wanita yang akan melahirkan akan merasa ketakutan, khawatir, dan cemas menjalaninya. Hal ini bisa karena alasan secara psikologis tidak tahan melahirkan dengan sakit. Kecemasan yang berlebihan juga akan menggambarkan proses persalinan alami yang berlangsung (Sembiring, 2014).
2.1.4. Istilah Sectio Caesarea 1. Sectio caesarea primer yaitu dari semula telah direncanakan bahwa janin
akan dilahirkan secara sectio caesarea, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada panggul sempit. 2. Sectio caesarea sekunder Dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu
kelahiran biasa (partus percobaan), bila tidak ada kemajuan persalinan atau partus percobaan gagal, baru dilakukan sectio caesarea. 3. Sectio caesarea ulang Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami sectio
caesarea (previous caesarean section) dan pada kehamilan selanjutnya dilakukan sectio caesarea ulang.
11
4. Sectio caesarea histerektomi Adalah suatu operasi dimana setelah janin
dilahirkan dengan sectio caesarea, langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu indikasi (Sitepu, 2011).
2.1.5. Resiko Sectio Caesarea
Di bawah ini adalah resiko- resiko yang mungkin dialami oleh wanita yang melahirkan dengan operasi yang dapat mengakibatkan cedera pada ibu maupun bayi. 1. Alergi
Biasanya resiko ini terjadi pada pasien yang alergi terhadap obat tertentu. Penggunaan obat-obatan pada pasien sectio caesarea lebih banyak dibandingkan dengan cara melahirkan alami. Jenis obat-obatan ini beragam, mulai dari antibiotik, obat untuk pembiusan, penghilang rasa sakit serta beberapa cairan infus. Oleh karena itu, biasanya sebelum operasi akan ditanyakan kepada pasien apakah mempunyai alergi tertentu.
2. Perdarahan
Perdarahan dapat mengakibatkan terbentuknya bekuan darah pada pembuluh darah balik di kaki dan rongga panggul. Oleh karena itu, sebelum operasi, seorang wanita harus melakukan pemeriksaan darah lengkap. Salah satunya untuk mengetahui masalah pembekuan darahnya. Selain itu, perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria uteri ikut terbuka atau karena atonia uteri. Kehilangan darah yang cukup banyak dapat menyebabkan syok secara mendadak. Kalau perdarahan tidak dapat diatasi, kadang perlu tindakan histerektomi, terutama pada kasus atonia uteri yang berlanjut.
3. Cedera pada organ lain
Jika tidak dilakukan secara hati-hati, kemungkinan pembedahan dapat mengakibatkan terlukanya organ lain seperti rectum atau kandung kemih. Penyembuhan luka bekas bedah Caesar yang tidak sempurna dapat menyebabkan infeksi pada organ rahim atau kandung kemih. Selain itu, dapat juga berdampak
12
pada organ lain dengan menimbulkan perlekatan pada organ-organ di dalam rongga perut untuk kehamilan risiko tinggi yang memerlukan penaganan khusus.
4. Parut dalam rahim
Seorang wanita yang telah mengalami pembedahan akan memiliki parut dalam rahim. Oleh karena itu, pada tiap kehamilan serta persalinan berikutnya ia memerlukan pengawasan yang cermat sehubungan dengan bahaya ruptur uteri, meskipun jika operasi dilakukan secara sempurna risiko ini sangat kecil terjadi. Pada beberapa jenis kulit, sayatan bekas operasi juga dapat mengakibatkan terbentuknya jaringan parut berlebih pada kulit perut (keloid) yang dapat menggangu karena terasa nyeri dan gatal. Tidak itu saja, juga akan mengganggu keindahan daerah perut.
5. Demam
Kadang-kadang, demam setelah operasi tidak bisa dijelaskan penyebabnya. Namun, kondisi ini bisa terjadi karena infeksi.
6. Mempengaruhi produksi ASI
Efek pembiusan bisa mempengaruhi produksi ASI jika dilakukan pembiusan total (narkose). Akibatnya, kolostrum tidak bisa dinikmati bayi dan bayi tidak dapat segera menyusui begitu ia dilahirkan. Namun, apabila dilakukan dengan pembiusan regional tidak banyak mempengaruhi produksi ASI (Putri, 2012).
2.1.6.Faktor – faktor yang Mempengaruhi Memilih Operasi Sectio Caeserea
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ibu memilih persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis. Faktor dari masing-masing individu berbeda- beda yaitu :
13
1.
Faktor sosial Manusia selalu dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan ia juga dituntut untuk
dapat beradaptasi dan bertingkah laku sesuai norma yang ada. Hal ini disebabkan karena pengaruh informasional yaitu pengaruh agar informasi yang diperoleh dari orang lain diterima sebagai fakta, sehingga dengan pengaruh tersebut individu mempunyai dua sumber informasi mengenai kenyataan
pengalaman sensorik
pribadi dan laporan serta perilaku orang-orang yang berada disekitarnya. Operasi Caesar mulai memasyarakat sehingga persalinan dengan operasi cenderung meningkat tiap tahunnya.
2.
Faktor ekonomi Ekonomi adalah ilmu mengenai asas-asas produksi, distribusi, dan pemakaian
barang-barang serta kekayaan seperti keuangan, perindustrian dan perdagangan. Semakin tinggi tingkat ekonomi suatu masyarakat akan berpengaruh terhadap perilaku kesehatannya. Masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi menengah ke atas cenderung memilih pelayanan kesehatan yang baik dan canggih. Operasi Caesar merupakan hal yang tidak menakutkan lagi terutama bagi masyarakat golongan ekonomi menengah ke atas sehingga sebagian dari mereka memilih operasi Caesar pada proses persalinannya.
3.
Kepercayaan Menurut kamus besar bahasa Indonesia kepercayaan adalah anggapan atau
keyakinan bahwa sesuatu yang dipercayai itu benar atau nyata. Harapan dan keyakinan akan kejujuran dan kebaikan. Proses persalinan sectio caesarea dilakukan karena adanya kepercayaan yang berkembang di masyarakat yang mengaitkan waktu kelahiran dengan peruntungan nasib anak dengan harapan apabila anak dilahirkan pada tanggal dan jam sekian maka akan memperoleh rezeki dan kehidupan yang lebih baik.
14
4.
Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, indra pendengaran, indra penciuman, indra perasa, dan indra peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Semakin tinggi pengetahuan ibu maka semakin luas pandangan ibu dalam memilih proses persalinan yang tepat. Meningkatnya kecenderungan wanita melahirkan dengan operasi berhubung dengan semakin meningkatnya perhatian mereka terhadap kehamilannya.
5.
Pekerjaan Menurut kamus besar Bahasa Indonesia kerja adalah sesuatu yang sengaja
dilakukan untuk mendapatkan imbalan. Kecenderungan memilih persalinan sectio caesarea karena para ibu banyak yang bekerja. Mereka sangat terikat dengan waktu dan sudah memiliki jadwal tertentu. Misalnya kapan mereka h arus kembali bekerja.
6.
Kecemasan Kecemasan adalah suatu keadaan menggoncang karena adanya ancaman
terhadap kesehatan. Persalinan normal cemas adalah respon emosional terhadap penilaian individu subjektif, yang dipengaruhi alam sadar dan tidak diketahui secara khusus penyebabnya. Cemas pada individu dapat memberikan motivasi untuk mencapai sesuatu dan merupakan sumber penting dalam usaha memelihara keseimbangan hidup. Kecemasan adalah suatu keadaan menggoncang karena adanya ancaman terhadap kesehatan Pada saat sebelum persalinan ibu akan merasakan saat-saat kontrakasi. Kontraksi merupakan keadaan kejang otot rahim atau pengerutan otot rahim sehingga menjadi lebih pendek untuk merangsang pembukaan rahim yang lebih lebar untuk persiapan persalinan alami. Pada saat kontrakasi ibu akan merasakan
15
sakit luar biasa. Saat ini lah yang sering menakutkan bagi sebagian ibu yang akan melahirkan. Karena kekhawatiran atau kecemasan mengalami rasa sakit persalinan normal maka ibu memilih persalinan sectio caesarea untuk mengeluarkan bayinya.
7.
Kesepakatan suami istri Seperti halnya kehamilan, yang merupakan hasil kerja sama suami dan istri
maka kerja sama ini juga sebaiknya terus berlangsung sampai janin dilahirkan. Kerjasama ini juga dibutuhkan dalam pemilihan proses persalinan nantinya. Dimana proses tersebut disepakati dan disetujui oleh suami dan istri (Hariningsih, 2016).
2.1.7.Komplikasi Sectio Caesarea
Komplikasi utama persalinan sectio caesarea adalah kerusakan organ-organ seperti vesika urinaria dan uterus saat dilangsungkannya operasi, komplikasi anestesi, perdarahan, infeksi dan tromboemboli. Kematian ibu lebih besar pada persalinan sectio caesarea dibandingkan persalinan pervaginam. Sulit untuk memastikan hal tersebut terjadi apakah dikarenakan prosedur operasinya ataukah karena alasan yang menyebabkan ibu hamil tersebut harus dioperasi. Takipneu sesaat pada bayi baru lahir lebih sering terjadi pada persalinan sectio caesarea, dan kejadian trauma persalinan pun tidak dapat disingkirkan. Risiko jangka panjang yang dapat terjadi adalah terjadinya plasenta previa, solusio plasenta, plasenta akreta dan ruptur uteri. Adapun efek yang ditimbulkan dalam persalinan sectio caesarea, dibandingkan dengan persalinan pervaginam pada ibu dan bayinya adalah sebagai berikut : nyeri abdomen, perlukaan vesika urinaria, perlukaan uterus, kebutuhan operasi pada persalinan selanjutnya, histerektomi, perawatan intensif, penyakit tromboemboli, lama rawat inap, masuk kembali setelah keluar rumah sakit, kematian maternal, plasenta previa, ruptur uterus, tidak memiliki anak lagi, morbiditas pernafasan pada neonatus (Siregar, 2013). Menurut penelitian dari Indah Afriani Nst dengan judul “Prevalensi Persalinan Sectio Caesarea Atas Indikasi Plasenta Previa Di RSUD DR. Pirngadi
16
Medan Tahun 2010” menyatakan bahwa dari 25 subjek penelitian yang didapat sebagian besar penderita plasenta previa yang di seksio sesare a mengalami plasenta previa totalis (20 orang; 80.0 %), berusia 20-34 tahun (15orang; 60.0 %). Pada umumnya memiliki pendidikan terakhir setingkat SMA (16 orang; 64.0 %). Mayoritas bekerja sebagai ibu rumah tangga (19 orang; 76.0 %). Berasal dari kota Medan (18 orang; 72.0 %). Kebanyakan dengan usia kehamilan ≥ 37 minggu yaitu (22 orang; 88.0 %), paritas lebih dari satu (multigravida) (9 orang; 36.0 %), memiliki riwayat persalinan pervaginam (14 orang; 56.0 %) serta fetal maternal outcome yang hidup (24 orang; 96.0 %). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa prevalensi persalinan seksio sesarea dengan indikasi plasenta previa kebanyakan mengalami plasenta previa totalis dengan usia 20-34 tahun yang pendidikan terakhir setingkat SMA, bekerja sebagai ibu rumah tangga, berasal dari kota Medan, usia kehamilan ≥ 37 minggu, sudah memiliki anak lebih dari satu, dengan riwayat persalinan pervaginam, serta fetal maternal outcome dalam keadaan hidup (Nasution, 2010). Menurut penelitian dari Vijayaletchumy Chandrashekaran dengan judul “Prevalensi Sectio caesarea Atas Indikasi Partus Tidak Maju (Fetopelvik Disproportional)” menyatakan bahwa Dari 51 subjek penelitian yang didapat yang paling banyak di sectio caesarea adalah penderita partus tidak maju yaitu sebanyak 24 orang ( 47.1%),berusia 20-34 tahun yaitu sebanyak 42 orang (82%). Pada umumnya memiliki pendidikan terakhir setingkat SMA (42orang,82%). Mayoritas bekerja sebagai ibu rumah tangga (43orang,84%). Kebanyakan dengan usia kehamilan >37 minggu (aterm) yaitu sebanyak 47 orang ( 92.2%), paritas 0 (26 orang, 50.98%), serta parameter maternal dan fetal semuanya hidup 51 orang (100%). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa prevalensi persalinan seksio sesarea dengan indikasi partus tidak maju adalah yang paling banyak dengan usia 20-34 tahun yang pendidikan terakhir setingkat SMA, bekerja sebagai ibu rumah tangga, usia kehamilan >37 minggu (aterm), memiliki anak kurang dari 1, serta parameter maternal dan fetal dalam keadaan hidup (Chandrashekaran, 2013).
17
Menurut penelitian dari Rasdiana Muhammad dengan judul “Karakteristik Ibu Yang Mengalami Persalinan Dengan Sectio Casarea Di RSUD Moewardi Surakarta Tahun 2014” menyatakan bahwa 1. Prevalensi persalinan Sectio Caesarea 2014 yaitu paling banyak pada Juni sebesar 74 responden dan paling sedikit Desember yaitu sebanyak 41 responden 2. Distribusi responden berdasar faktor sosiodemografi paling terbanyak pada kelompok umur 20-35 tahun dengan jumlah 56 responden (64,4 %), Jawa dengan 80 responden (92%), paling banyak 52 responden (59,8 %) pada SLTA, kelompok dengan status ibu bekerja dengan 70 responden (80,5%), siste m pembayaran adalah BPJS dengan 63 responden (72,4%). 3. Proporsi ibu bersalin sectio caesarea berdasarkan mediko obstetri mayoritas paritas primipara dan grandemulti (resiko tinggi) dengan 72 responden (82,8%), 46 responden (52.9%) dengan jarak kehamilan lebih 2 tahun, 56 responden (64,4%) pada riwayat obstetri baik. 4. Persalinan sectio caesarea dilakukan berdasarkan indikasi ibu paling banyak diperoleh akibat pre eklampsi dengan 28 responden (32,2 %)dan gawat janin dengan 25 responden (28,7%) (Muhammad, 2016). Menurut penelitian dari Anna Puteri Gozali dengan judul “Prevalensi Sectio caesaare dan Indikasi Disproporsi Fetopelvik Di RSUP Haji Adam Malik Medan” menyatakan bahwa dari 99 orang yang menjalani seksio sesarea periode Januari 2008 – Desember 2009, 91 orang memenuhi kriteria inklusi sebagai subjek penelitian. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa proporsi ibu yang menjalani seksio sesarea dengan indikasi disproporsi fetopelvik adalah sebanyak 30,8%. Distribusi karakteristik ibu yang menjalani seksio sesarea dengan indikasi disproporsi fetopelvik di RSUP Haji Adam Malik tahun 2008-2009 yaitu: usia 2035 tahun (85,7%), suku Batak (71,4%), tinggi badan <155cm (82,1%), berat badan normal (60,7%), primipara (41,8%), dan memiliki riwayat sektio sesarea pada persalinan sebelumnya (75%). Hasil tabulasi silang menunjukkan adanya hubungan bermakna (p=0.001) antara tinggi badan dengan kejadian disproporsi fetopelvik. Karakteristik bayi yang lahir dengan indikasi disproporsi fetppelvik yaitu berat
18
badan normal (86%) dengan nilai APGAR yang baik pada menit ke-5 (100%) (Gozali, 2012). Menurut penelitian dari Dewi Andriani dengan judul “ Faktor – faktor yang Mempengaruhi Tindakan Sectio Caesarea di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Dompu Tahun 2010 ” menyatakan bahwa pada tahun 2010 persalinan dengan seksio sesarea di Rumah Sakit Umum Kabupaten Dompu sebesar 75,2%, lebih tinggi dari angka seksio sesarea secara nasional. Prevalensi faktor – faktor berisiko tinggi terhadap sectio caesarea tertinggi ditemukan pada paritas risiko. Sementara prevalensi faktor – faktor berisiko terhadap sectio caesarea terendah pada variabel letak lintang. Faktor predisposisi yang berhubungan dengan tindakan sectio caesarea adalah paritas ibu. Faktor penguat (cara bayar) mempunyai hubungan dengan tindakan sectio caesarea, dimana ibu yang membayar biaya rumah sakit mempunyai peluang lebih tinggi untuk dilakukan sectio caesarea. Faktor indikasi medis yang berhubungan dengan tindakan sectio caesarea adalah partus lama, bekas seksio sesarea, PEB/Eklampsia dan kematian janin dalam rahim (Andriani, 2012).
19
2.2. Kerangka Teori
PERVAGINAM PERSALINAN PEMBEDAHAN (SC )
INDIKASI MEDIS (IBU DAN JANIN)
INDIKASI NON MEDIS
2.3. Kerangka Konsep
SECTIO CAESAREA
PREVALENSI DAN INDIKASI SECTIO CAESAREA
20
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang membuat deskripsi mengenai fenomena yang ditemukan. Dengan desain penelitian menggunakan cross sectional yaitu studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi, distribusi, maupun hubungan penyakit dengan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan, penyakit, atau karakteristik terkait kesehatan lainnya, secara serentak pada individu-individu dari suatu populasi pada satu saat (Notoatmojo, 2014).
3.2. Waktu dan Tempat 3.2.1.Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2016 – Maret 2017.
3.2.2.Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di instalasi rekam medik RSU Haji Medan di jalan Rs. Haji, Estate Medan- Percut Sei Tuan, Kota Medan.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1.Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian atau objek yang akan diteliti (Sastroasmoro & Ismail, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang melahirkan sectio caesarea yang tercatat di dalam rekam medik di RSU Haji Medan pada tahun 2016 yang berjumlah 326 pasien.
21
3.3.2.Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi tersebut (Sastroasmoro & Ismail, 2014). Sampel yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah sebagian populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah karakteristik atau ciri-ci ri yang perlu dipenuhi oleh populasi sehingga dapat diambil sebagai sampel, sedangkan kriteria eksklusi adalah karakteristik yang menghalangi anggota populasi untuk dijadikan sampel (Notoatmodjo, 2012). Oleh karena itu peneliti menetapkan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut : 1.
Kriteria Inklusi a)
Pasien yang melahirkan di RS Haji Medan
b)
Kehamilan dengan persalinan sectio caesarea
2.
Kriteria Eksklusi a)
Pasien melahirkan di RS Haji Medan yang tidak memiliki data rekam
medis yang lengkap
3.4. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling menurut Sugiyono (2012) total sampling adalah jumlah sampel yang sama dengan populasi. Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini berasal dari data sekunder yaitu rekam medis pasien yang melahirkan pada tahun 2016 di RS Haji Medan.
3.5. Variabel Penelitian
Variabel adalah karakteristik subyek penelitian yang berubah dari satu subyek ke subyek lain. Dalam penelitian, pengukuran terhadap veriabel selalu dilakukan guna mencari hubungan antara dua atau lebih variabel (Sastroasmoro & Ismail, 2014).
22
3.5.1.Variabel Independen
Menurut Sastroasmoro (2014) variabel independen atau disebut juga variabel bebas adalah variabel yang apabila ia berubah akan mengakibatkan perubahan pada variabel lain. Dalam penelitian ini, variabel independen adalah indikasi faktor ibu dan janin.
3.5.2.Variabel dependen
Variabel dependen atau variabel tergantung merupakan variabel yang berubah akibat perubahan variabel independen atau variabel bebas (Sastroasmoro, 2014). Dalam penelitian ini, variabel dependen adalah tindakan persalinan sectio caesarea . 3.6. Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah batasan dalam istilah yang operasional dari variabel – variabel yang diamati/diteliti, sehingga diharapkan tidak ada makna ganda dari istilah yang digunakan dalam penelitian ini (Sastroasmoro & Ismail, 2014). Variabel
No
1. -
Defenisi
Alat
Cara
Tingkat
operasional
ukur
Ukur
Pengukuran
Dokumentasi
Dikategorikan:
Faktor ibu
Umur ibu pada
Rekam
Usia ibu
saat melahirkan
Medis
1.
<20tahun
2. 20-35 3. -
-
Tulang panggul
Persalinan sebelumnya dengan sectio caesarea
Ukuran lingkar panggul ibu Persalinan sebelumnya dengan sectio caesarea atau persalinan alami
Rekam
Dokumentasi
Medis Rekam Medis
Skala
Rasio
tahun
>20 tahun
1. Sempit
Nominal
2. Tidak sempit Dokumentasi
1.Sectio caesarea Nominal 2.Tidak dengan sectio caesarea
23
-
Kelainan kontraksi rahim
-
Ketuban pecah dini
-
2. -
Lemah dan tidak terkoordinasi atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak terdorong kepala bayi dan tidak dapat melewati jalan lahir dengan lancar Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat menyebabkan bayi harus segera dilahirkan
Rekam Medis
Dokumentasi
Rasio
2. Sedang 3. Lemah
Rekam
Dokumentasi
Medis
Medis
kesakitan
Wanita secara alami akan merasa sakit yaitu berupa rasa mulas, sakit pinggang dan menyebabkan ketakutan menjalaninya
Faktor janin
Tindakan operasi
Rekam
Bayi terlalu besar
dilakukan karena
Medis
1. Pecah
Nominal
2. Tidak pecah
Rekam
Rasa takut
1. Kuat
Dokumentasi
Dokumentasi
1.
Ya
2.
Tidak
1.
Bayi terlalu
Nominal
Rasio
besar (>4000 g)
keadaan janin,
2.
seperti janin besar
Bayi normal (3000-3600 g)
dan
3.
pertumbuhannya
Bayi kecil (<2500 g)
terhambat berat
-
Kelainan letak janin
Ada dua yaitu letak sungsang dan letak lintang
Rekam Medis
Dokumentasi
1. Letak lintang 2. Letak sungsang
Nominal
24
-
Ancaman gawat janin
-
Janin abnormal
-
Faktor plasenta
-
-
3.
Kelainan tali pusat
Bayi kembar
Prevalensi
Apabila terjadi gangguan pada ari – ari serta gangguan pada tali pusat maka jatah oksigen ke bayi berkurang
Rekam Medis
Dokumentasi
1. 2.
Misalnya gangguan Rh, kerusakan genetik, dan hidrosefalus
Rekam Medis
Dokumentasi
1. Ada 2. Tidak ada
Nominal
Adanya keadaan plasenta yang menyebabkan keadaan gawat darurat pada ibu ataupun janin
Rekam Medis
Dokumentasi
1. Ada 2. Tidak ada
Nominal
Lilitan tali pusat ke tubuh janin tidak selalu berbahaya. Selama tidak terjepit atau terpelintir maka aliran oksigen dan nutrisi tetap aman
Rekam Medis
Dokumentasi
1. 2.
Ada Tidak ada
Ada Tidak ada
Kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi
Rekam Medis
Dokumentasi
1. Kembar 2. Tunggal
Angka kejadian
Rekam
dokumentasi
Persentase sectio
sectio caesarea
Medis
caesarea
Nominal
Nominal
Nominal
25
3.7. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data (Notoatmodjo, 2012). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rekam medis yang dikumpulkan setelah memperoleh perizinan dari Rumah Sakit tersebut dan checklist form.
3.8. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari rekam medik persalinan sectio caesarea dan persalinan normal di RS Haji Medan.
3.9. Pengolahan dan Analisis Data
Berikut langkah-langkah pengolahan data (Notoatmodjo, 2012) yaitu: 1. Editing, hasil wawancara atau angket yang didapatkan melalui kuesioner disunting terlebih dahulu. Tujuan dari editing adalah untuk meminimalisir kesalahan. 2. Coding, pemberian kode disetiap jawaban-jawaban responden. Tujuan dari coding adalah untuk mempermudah dalam memasukan data (data entry). 3. Data entry, jawaban- jawaban responden yang berbentuk “kode”(angka atau huruf) dimasukkan kedalam program atau “software” komputer. 4. Cleaning, pengecekan kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan 5. sebagainya, lalu dilakukan pembetulan atau koreksi.
26
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, Dewi., 2012. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Tindakan Seksio Sesarea di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Dompu Tahun 2010 . Jurnal Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia Chandrashekaran, Vijayaletchumy., 2013. Prevalensi Seksio Sesarea Atas Indikasi Partus TidakMaju (Fetopelvik Disproportional). Jurnal Kedokteran. Universitas Ssumatera Utara
Gozali, Anna Puteri., 2012. Prevalensi Seksio Sesarea dan Indikasi Disproporsi Fetopelvik Di RSUP Haji Adam Malik Medan. Jurnal Kedokteran. Universitas Sumatera Utara Hariningsih, Ni Made., 2016. Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Ibu Hamil untuk Memilihi Persalinan dengan Metode Sectio Caesarea Tanpa Indikasi Medis Di RSU Bali Royal Hospital Tahun 2016 . Jurnal Kesehatan Masyarakat. Universitas Udayana Lumbansiantar, Rupdi. 2011. Gambaran Pengetahuan Tentang Indikasi Persalinan Sectio Caesarea pada Ibu Hamil di UPTD Puskesmas Cikampek Utara Kecamatan Kota Baru Jawa Barat Tahun 2011 . Jurnal Kesehatan Masyarakat. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Indonesia Bekasi Muhammad, Rasdiana., 2016. Karakteristik Ibu Yang Mengalami Persalinan
Dengan Sectio Casarea Di RSUD Moewardi Surakarta Tahun 2014 . Jurnal Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta
Mulyawati, Isti., dkk. 2011. Faktor Tindakan Persalinan Operasai Sectio Caesarea. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Universitas Negeri Semarang : 14-21 Nasution, Indah Afriani., 2010. Prevalensi Persalinan Sektio Sesarea Atas Indikasi Plasenta Previa Di RSUD DR. Pirngadi Medan Tahun 2010. Jurnal Kedokteran. Universitas Sumatera Utara Notoatmodjo, S., 2012. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. PT Rineke Cipta. Jakarta : 172-177 Putri, Kiki Amelia. 2012. Faktor – faktor yang mempengaruhi Tindakan Sectio Caesarea Karyawan (Keluarga) Perusahaan Y Peserta Program Managed Care Perusahaan Asuransi X . Jurnal Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia
27
Sastroasmoro, P. D., & ismail, P. d. (2014). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto Sembiring, Mei Munah. 2014. Gambaran Determinan Permintaan Persalinan Sectio Caesarea Tanpa Indikasi Medis. Karya Tulis Ilmiah. Universitas Sumatera Utara Sitepu, Ika Bella. 2011. Gambaran Faktor-Faktor Non Medis yang Mendorong Ibu Melakukan Persalinan Sectio Caesarea. Karya Tulis Ilmiah. Universitas Sumatera Utara Siregar, Siti Maisyaroh. 2013. Karakteristik Ibu Bersalin dengan Sectio Caesarea di Rumah Sakit Umum Daerah Pirngadi Medan Tahun 2011-2012 . Jurnal Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara Sugiyono. 2014. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R7D. Bandung Alfa Beta Hal: 90 Sumelung, Veibymiaty., dkk. 2014. Faktor – faktor yang Berperan Meningkatnya Angka Kejadian Sectio Caesarea di Rumah Sakit Umum Daerah Liun Kendage Tahuna. Jurnal Fakultas Kedokteran. Universitas Sam Ratulangi Manado World Health Organization (WHO)., 2010. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42255/5/Chapter%20I.pdf (accessed 12 Des 2016)