BAB III METODE PENERAPAN KEGIATAN DAN ANALISIS MASALAH
A. Gambaran Lokasi 1. Letak Geografis
Puskesmas Polokarto terletak di desa Mranggen Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Wilayah kerja Puskesmas Polokarto terdiri dari 17 desa, dengan batas wilayah sebagai berikut : Utara : Kecamatan Mojolaban dan Kabupaten Karanganyar Selatan : Kecamatan Bendosari Barat : Kecamatan Grogol Timur : Kabupaten Karanganyar
Gambar 1. Peta Wilayah Kecamatan Polokarto
2. Wilayah Kerja Cakupan
Berikut adalah wilayah kerja cakupan yang terdiri atas 17 desa, yaitu : 1. Desa Bulu dengan luas wilayah w ilayah 5,034 km 2 2. Desa Rejosari dengan luas wilayah 6,2140 km 2 3. Desa Polokarto dengan luas wilayah wila yah 8,2388 km 2 4. Desa Mranggen dengan luas wilayah wil ayah 4,4175 km 2
36
5. Desa Godog dengan luas wilayah wila yah 2,9550 km 2 6. Desa Wonorejo dengan luas wilayah wila yah 2,5490 km 2 7. Desa Jatisobo dengan luas wilayah 3,7497 km 2 8. Desa Kayuapak dengan luas wilayah wila yah 3,2351 km 2 9. Desa Genengsari dengan luas wilayah 4,3290 km 2 10. Desa Kenokorejo dengan luas wilayah wila yah 3,820 km 2 11. Desa Tepisari dengan luas wilayah 6,160 km 2 12. Desa Kemasan dengan luas wilayah 3,350 km 2 13. Desa Bakalan dengan luas wilayah 3,040 km 2 14. Desa Ngombakan dengan luas wilayah 1,850 km 2 15. Desa Karangwuni dengan luas wilayah wila yah 1,710 km 2 16. Desa Bugel dengan luas wilayah 1,540 km 2 17. Desa Pranan dengan luas wilayah 1,940 km 2 Luas wilayah total 64,41 km 2. Jumlah Penduduk : 85.152 Jiwa
3. Keadaan Sosial Ekonomi
Mata pencaharian penduduk sebagian besar terdiri dari : buruh tani, petani, pedagang, TNI/Polri, dan buruh buruh industry
4. Sarana Pelayanan Kesehatan 1. Puskesmas Induk
a. Puskesmas Induk : Luas tanah 1200 m2, luas bangunan 1200 m2 2. Puskesmas Pembantu a. Puskesmas Kenokorejo : Luas tanah 1000 m2,luas bangunan 450 m2 b. Puskesmas Karangwuni : Luas tanah 160 m2, luas bangunan 112 m2 c. Puskesmas Kayuapah : Luas tanah 380 m2, luas bangunan 380 m2 d. Puskesmas Genengsari : Luas tanah 120 m2, luas bangunan 120 m2 e. Puskesmas Bulu : Luas tanah ta nah 180 m2, luas bangunan 180 m2
37
3. Lain-lain
a. Milik Pemerintah 1. Puskesmas Induk
:1
2. Puskesmas Pembantu
:5
3. Puskesmas Keliling
:8
b. Milik Swasta 1. Dokter Praktek
: 11
2. RB
:3
3. Balai Pengobatan
:3
4. Posyandu
5.
a. Posyandu Balita
: 126
b. Posyandu Lansia
: 106
Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja di Puskesmas Polokarto sebanyak 95 orang yang terdiri dari 86 orang PNS dan 9 orang magang. Distribusi jenis tenaga kerja dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
No.
PNS /PTT
JENIS TENAGA
THL / AGANG
JUMLA H
1
Dokter Umum
6
-
6
2
Dokter Gigi
2
-
2
3
Perawat / Assisten Perawat
16
-
16
4
Perawat gigi
2
-
2
5
Bidan Puskesmas
16
-
16
6
Bidan Desa
17
-
17
7
Sanitarian
3
-
3
8
Gizi
2
-
2
38
9
Analis Kesehatan
2
-
2
10
Asisten Apoteker
2
-
2
11
Administrasi
11
-
11
12
Tenaga Strategis
2
2
4
13
Radiologi
1
-
1
14
Rekam Medik
2
1
3
15
Cleaning Servis / Penjaga / Cuci / Sopir
-
4
4
15
Fisioterapie
1
2
3
16
Pranata Lab
1
-
1
86
9
95
Jumlah
Bimtek, 2013 Tabel 1. Distribusi Tenaga kerja di Puskesmas Polokarto
6.
Sumber Dana
Sumber dana berasal berasal dari APBD, BOK Sukoharjo, APBD APBD Provinsi Jawa Tengah, APBN.
7.
Visi
Masyarakat Polokarto sehat yang mandiri dan berkedilan 8.
Misi
a) Memberikan pelayanan kesehatan dasar dan lanjutan yang terjangkau b) Meningkatkan profesionalisme petugas dan mutu pelayananan c) Meneyediakan fasilitas pelayanan kesehatan yang lengkap d) Mengutamakan kepuasan pelanggan e) Meningkatkan dan memberdayakan peran serta masyarakat di bidang kesehatan
39
f)
Meningkatkan
kemauan
dan
kemampuan
masyarakat
dalam
pembangunan yang berwawasan kesehatan
9.
Motto
“Cepat, tepat, manfaat, dan bersahabat” bersahabat” B. HASIL PENCAPAIAN TB PER BULAN
Data yang dikumpulkan dari Puskesmas Polokarto didapatkan jumlah penemuan kasus TB pada Januari 2014 sampai Agustus 2014, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Jumlah Penemuan Kasus TBC Di Puskesmas
Polokarto Pada Januari 2014 sampai Agustus 2014
No
Bulan
Suspek
BTA+
Ro+
TB Anak
Ep
1
Januari
14
1
1
0
0
2
Februari
20
2
0
0
1
3
Maret
24
0
1
0
0
4
April
31
2
2
0
0
5
Mei
49
5
0
0
0
6
Juni
20
1
1
0
0
7
Juli
20
1
0
0
0
8
Agustus
0
0
0
0
0
178
12
5
0
1
40
CDR
27,9%
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan angka kejadian TB di Polokarto berubah-ubah tiap bulannya. Pada pertengahan tahun 2014, kejadian TB di Polokarto mengalami peningkatan yang si gnifikan. Dari perhitungan diatas, didapatkan CDR di Puskesmas Polokarto pada tahun 2014 adalah 27,9 %. Angka tersebut masih jauh dari target yang diharapkan yaitu 70%. Faktor penyebab rendahnya CDR : (1)Kurangnya komitmen antara tenaga kesehatan, kader, maupun masyarakat sendiri untuk memberantas TBC, (2) kurangnya kerjasama antara tenaga internal dan eksternal kesehatan di wilayah polokarto, (3) Kurang aktifnya semua petugas, (4) kurangnya koordinasi dengan pelayanan kesehatan swasta/kerjasama swa sta/kerjasama lintas li ntas program, (5) Pusling dan pustu yang tidak mengirim suspek (6) kurangnya pengetahuan tentang TB dari semua petugas Puskesmas, (7) masyarakat tidak mau berobat, karena malu akan sakitnya ataupun karena kekurangan sarana prasarana (8) akses masyarakat ke pelayanan kesehatan masih kurang (9) Penyebab lain, seperti petugas ahli yang Cuma 2 orang yang harus membawahi 85 ribu penduduk, penjaringan terlalu longgar (terlalu sensitif), banyak orang yang tidak memenuhi kriteria suspek terjaring, dan kualitas dahak yang diperiksa kurang baik. Untuk mengatasi masalah tersebut disarankan agar diterapkan penyesuaian (adjustment) estimasi prevalensi kasus TB yang digunakan sebagai target CDR di tingkat kota, kabupaten, maupun kecamatan. Sebagai contoh, banyak analisis menunjukkan, tingkat pendapatan penduduk, kepadatan penduduk, kondisi lingkungan pemukiman, dan infeksi HIV/AIDS di suatu wilayah merupakan faktor risiko TB. Karena itu estimasi kasus TB dapat disesuaikan menurut variabel-variabel tersebut. Dengan angka korelasi (penyesuaian) tersebut maka provinsi/ kota/ kabupaten/ kecamatan yang penduduknya penduduknya memiliki tingkat pendapatan lebih tinggi, kepadatan penduduk lebih rendah, lingkungan pemukiman lebih bersih, dan insidensi infeksi HIV/ AIDS, memiliki estimasi prevalensi kasus TB yang lebih rendah daripada provinsi/ kota/ kabupaten/ kecamatan yang penduduknya memiliki tingkat pendapatan lebih rendah,
41
kepadatan penduduk lebih tinggi, lingkungan pemukiman lebih buruk, dan insidensi infeksi HIV/ AIDS lebih tinggi. Dengan metode itu dapat dihindari overestimasi dan underestimasi tentang prevalensi kasus TB di suatu populasi. Selain itu, untuk mengatasi rendahnya tingkat CDR Tuberkulosis khususnya di Puskesmas Polokarto, maka dapat dilakukan beberapa langkah diantaranya : (1) mengaktifkan ke semua kader untuk pengiriman suspek sesuai kesepakatan bersama. (2) meningkatkan keaktifan bagi petugas dalam mencari penderita, (3) meningkatkan koordinasi dengan pelayanan kesehatan swasta, (4) melakukan bimbingan teknis medis secara rutin tentang TB kepada semua petugas pelayanan, (5) menambah kader dan tenaga ahli untuk pencapaian target (6) memberikan penyuluhan kepada penderita dan keluarganya tentang resiko penyakit TB, (7) mengaktifkan laboratorium untuk pemeriksaan BTA sehingga tidak hanya di puskesmas induk, (8) upaya menggerakkan partisipasi masyarakat untuk meningkatkan penjaringan kasus TB.
C. PENENTUAN PRIORITAS MASALAH
Prioritas masalah yang telah diperoleh melalui matrikulasi masalah perlu disusun alternative pemecahannya dengan terlebih terlebi h dahulu menggali penyebab dari masalah tersebut. Penyebab peningkatan angka kejadian TBC di wilayah desa binaan, antara lain disebabkan oleh : 1. Kurangnya tenaga ahli dan kader yang trampil untuk menemukan dan merujuk suspek TB dan TB BTA(+). 2. Kerjasama yang kurang antara tenaga kesehatan baik bidan desa, mantri, praktek dokter swasta yang mana jarang mengirim pasien suspek untuk pemeriksaan BTA. 3. Terlalu banyak penduduk, terlalu banyak desa, sementara tenaga ahli yang mengurus penjaringan TBC cuma 2 orang kesehatan kes ehatan kurang. 4. Kurangnya komitmen tenaga kesehatan internal dan eksternal puskesmas untuk mengirim suspek dan membantu penanggulangan TBC
42
5. Kurangnya kerjasama antara dokter praktek swasta, bidan praktek swasta untuk mengirim suspek. 6. Pustu dan pusling juga tidak mengirim suspek ke puskesmas. 7. Tidak aktifnya laboratorium untuk pemeriksaan BTA di pustu kenokorejo sehingga masyarakat harus ke puskesmas induk. 8. Pengetahuan pasien tentang penyakit TBC juga masih sangat kurang contohnya pasien yang batuk lama jarang memeriksa kesehatannya karena dianggap cuma batuk batuk biasa.
Ataupun pasien malu untuk untuk
memeriksakan penyakitnya 9. Lingkungan di masyarakat yang kurang bagus seperti ventilasi dan pencahayaan didalam rumah yang masih kurang. kurang. D. RANCANGAN PENYELESAIAN MASALAH/ ANALISIS MASALAH
Berdasarkan teori Blum, bahwa derajat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh empat faktor yaitu perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan, dan underlying disease. Maka untuk mencari alternatif pemecahan masalah ini kita perlu melihat sumber-sumber permasalahan
dari faktor-faktor penunjang kesehatan tersebut dalam diagram tulang ikan sebagai berikut : SDM
metode
- Motivasi petugas puskesmas kurang
- SOP belum ada
- kerjasama lintas sector kurang - Kerjasama kader dan puskesmas kurang
- pelatihan kurang
Penemuan suspek TB dan pasien TB BTA
-sosial ekonomi rendah Higine, sanitasi kurang
- Dana transport kader kurang
Lingkungan
- sarana pelatihan kader kurang - transportasi suspek kurang
Dana
sarana
43
(+) meningkat.
Keterangan : 1. INPUT a. SDM : tenaga terampil kurang 2. PROSES : a. Belum maksimalnya pelaksanaan dari petunjuk teknis yang sudah ada. b. Prosedur kerja penemuan TB untuk petugas dan kader belum ada. b. Memotivasi petugas untuk menetapkan suspek dan merujuk. 3. Genetik/lingkungan. a. Keadaan sosial ekonomi b. Lingkungan yang kurang bersih, tidak memenuhi syarat PHBS
E. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
Berdasarkan penyebab-penyebab yang ada didapatkan beberapa alternatif penyelesaian masalah sebagai berikut : Tabel 5. Alternatif Pemecahan Masalah Masalah
Alternatif Pemecahan Masalah
1. Komunikasi yang kurang Kerjasama
Mengadakan
kurang
penuluhan
kesehatan
pertemuan
baik bidan desa, mantri,
kesehatan,
praktek dokter swasta yang
langsung
mana
untuk
antara
pasien
yang
tenaga
jarang
mengirim
suspek
untuk
mengenai
pemeriksaan BTA.
penyuluhanataupun antara kader,
pertemuantenaga maupun
dengan
masyarakat
member
informasi
TBC.
Target
pengiriman suspek di desa dibuat target dan dievaluasi.
2. Terlalu banyak penduduk,
44
Menambah jumlah tenaga ahli di
terlalu
banyak
desa,
bidan TBC untuk meningkatkan
sementara tenaga ahli yang mengurus
angka penemuan kasus.
penjaringan
TBC cuma 2 orang. 3. Kurangnya
komitmen
Advokasi
kepala
puskesmas
membuat
komitmen
tenaga kesehatan internal
untuk
dan eksternal puskesmas
peningkatan suspek TBC
untuk mengirim suspek dan
membantu
penanggulangan TBC TBC 4. Tidak
aktifnya
laboratorium
untuk
pemeriksaan
BTA
kenokorejo
sehingga
masyarakat ke
Mengaktifkan laboratorium pustu kenokorejo
di
pustu
harus
untuk
pemeriksaan
BTA.
puskesmas
induk. 5. Pengetahuan
tentang
pasien
Mengoptimalkan program system
TBC
informasi
TBC
juga masih sangat kurang
sosialisasi
kepada
contohnya
tentang penanggulangan TBC.
batuk
penyakit
pasien lama
yang
terpadu
dan
masyarakat
jarang
memeriksa kesehatannya karena
dianggap
batuk biasa. pasien
malu
cuma
Ataupun untuk
memeriksakan penyakitnya 6. Belum adanya kader TB
di lingkungan desa yang
Membentuk dan melatih kader TB
45
untuk
menemukan
dan
memiliki untuk
ketrampilan
menemukan
merujuk suspek TB dan TB BTA
dan
(+).
merujuk suspek TB dan TB BTA (+).
F. MENENTUKAN PEMECAHAN MASALAH
Untuk mengetahui berbagai faktor pendukung dan penghambat sub Program P2PL yaitu angka penemuan TBC yang hanya 6,74%. Untuk itu dilakukan kajian seksama dengan analisis SWOT sebagai berikut : Tabel 6. Analisis SWOT
SW
OT
Kekuatan (S)
Kelemahan (W)
Ada tenaga profesional
Kepercayaan
kerjasama dan koordinasi
terhadap
yang baik antara puskesmas
puskesmas
Adanya
dengan praktek kesehatan
fasilitas
penunjang
swasta lainnya.
puskesmas
(ranap dan laboratorium)
Tersedianya
Terjangkaunya
pelayanan
kader
Adanya
TBC
Strategi SO
kerjasama dengan RS/DPS
Kurangnya pemahaman masyarakat tentang gejala
kesehatan
(pustu/puling) Peluang (O)
Komunikasi yang kurang antara masayarakat dan
dana
(JKMM/APBDII, BOK)
Belum terjalinnya
Strategi Strategi WO
Meningkatkan kerjasama
Optimalkan
tenaga
yang
dengan RS/DPS
ada sesuai dengan tugas
Terus
pokok
memberikan
Banyaknya
pembekalan
dan
kader kesehatan
pelatihan bagi para kader
46
Meningkatkan kerjasama
dengan
kualitas kader
diwilayah
puskesmas
Penggunaan dana secara
dengan
promosi
optimal
penyuluhan
lewat
pencegahan
TBC. Meningkatkan peran serta
kader
dalam
mendukung
P2PL
khususnya TBC. Ancaman (T)
Tingkat
Strategi Strategi ST
ekonomi
dan
survey
sejauh
mana
Lebih
melibatkan
peran
serta tokoh masyarakat dan
sosial
pengetahuan masyarakat
organisasi
masyarakat
tentang TBC
setempat untuk ikut secara
Meningkatkan kegiatan-
aktif dalam program P2PL
yang dimana
rendah
masih
kegiatan
ada rumah yang tidak sehat
Melakukan
Strategi WT
promosi
kesehatan
Memperbaiki dan
Pendekatan
secara
strategi
masyarakat
perencanaan program
penyuluhan
Kurangnya
personal melalui kader-
kesadaran untuk
kader desa agar dapat
dan koordinasi yang jelas
memeriksakan
memberi
dengan
diri bila sakit
pada saat ada kegiatan-
kesehatan swasta di wilayah
kegiatan
binaaan
(misal
penyuluhan
masyarakat rapat
karang
taruna, rapat PKK, rapat RT, dsb)
Meningkatkan
penyuluhan-tentang pencegahan TBC
47
Meningkatkan komunikasi
pelayanan
puskesmas
polokarto.
Adanya penyuluhan rutin
Untuk meningkatkan program pada tahun mendatang Puskesmas Polokarto dapat melakukan : 1. Pembentukan dan pelatihan kader TB untuk meningkatkan penemuan suspek TB dan TB BTA (+). 2. Puskesmas meningkatkan komunikasi dan koordinasi yang jelas antara jejaring internal dan eksternal tenaga kesehatan di lingkungan puskesmas Polokarto. 3. Advokasi kepala puskesmas untuk membuat komitmen peningkatan suspek TB. 4. Mengusulkan
kepada
minlok
puskesmas
mengenai
mekanisme
penemuan kasus TB atau mekanisme kerja penemuan suspek TB. 5. Diberlakukan target pengiriman suspek disetiap desa dibuat capaian kemudian dievaluasi. 6. Mengoptimalkan program system informasi TBC terpadu. 7. Sosialisasi
ke
masyarakat
penanggulangan
TB
baik
melalui
penjaringan maupun melalui bidan desa. desa. 8. Penggunaan dana yang ada di Puskesmas secara optimal. 9. Lebih melibatkan peran serta tokoh masyarakat dan organisasi masyarakat setempat untuk ikut secara aktif dalam program P2PL 10. Melakukan survei sejauh mana pemahaman masyarakat tentang TBC dan pencegahannya serta meningkatkan kegiatan-kegiatan promosi kesehatan.
48
G. RENCANA PEMECAHAN MASALAH
Berikut matrikulasi alternative pemecahan masalah dari kegiatan P2PL yang dilakukan oleh Puskesmas Polokarto. Tabel 7. Matrikulasi Alternatif Pemecahan Masalah No
DaftarPemecahanMasa DaftarPemecahanMasalah lah
Efektivitas M
I
Efisiensi (C)
V
MxIxV C
1
Advokasi untuk
kepala
puskesmas
membuat
komitmen
4
4
2
3
10
4
4
3
2
24
4
3
2
3
8
peningkatan suspek TBC 2
Membentuk dan melatih kader TB untuk menemukan dan merujuk suspek TB dan TB BTA (+).
3
Menambah jumlah tenaga ahli di
bidan
TBC
meningkatkan
untuk angka
penemuan kasus.
Kriteria efektivitas :
M = Magnitude (besarnya masalah yang dapat deselesaikan) I
= Importancy Importancy (pentingnya jalan keluar)
V = Vulnerability (sensitivitas jalan keluar) Kriteria penilaian efektifitas :
1
= tidak efektif
2
= agak efektif
3
= cukup efektif
4
= efektif
5
= paling efektif
49
Kriteriaefisiensi Kriteriaefisiensi :
C
= Efficiency – Cost Cost (semakin besar biaya yang diperlukan semakin
tidak efisien)
Kriteria penilaian efesiensi :
1
= paling efisien
2
= efisien
3
= cukup efisien
4
= agak efisien
5
= tidak efisien
Berdasarkan criteria matriks diatas, maka urutan prioritas pemecahan masalah adalah sebagai berikut : 1. Membentuk dan melatih kader TB untuk menemukan dan merujuk suspek TB dan TB BTA (+). 2. Advokasi kepala puskesmas untuk membuat komitmen peningkatan suspek TB. 3. Menambah jumlah tenaga ahli di bidan TBC untuk meningkatkan angka penemuan kasus.
50