PRAKTIKUM HIDROLIKA (HSKB 412) KELOMPOK V
BAB III PERCOBAAN PINTU SORONG
A.
Pendahuluan Sejak dahulu diketahui bahwa air merupakan kebutuhan pokok manusia. Pemanfaatannya untuk menunjang kehidupan manusia dirasa makin hari makin berkembang. Mulai dari makan minum dan sanitasi sampai pada produksi barang industri, penerangan dan irigasi. Semua dari hal tersebut tentu banyak mengandalkan potensi sumber air, diantaranya air sungai, air tanah, dan sebagainya. Sehubungan dengan pemanfaatan air untuk irigasi dan kebutuhan yang lain, seringkali dibuatlah bangunan air seperti waduk, saluran, pintu air, terjunan, bendung dan lain sebagainya guna mengatur dan mengendalikan air tersebut. Untuk menyalurkan air ke berbagai tempat guna keperluan irigasi, drainase, air bersih dan sebagainya sering dibuat saluran dengan menggunakan saluran terbuka. Pada pengoperasiannya untuk membagi air, mengatur debit dan sebagainya kadang-kadang diperlukan suatu alat yang disebut pintu air. Banyak macam dan jenis pintu air dan salah satu diantaranya adalah pintu sorong (sluice gate). Untuk itulah maka dirasa perlu untuk mempelajari bagaimana sebuah pintu sorong berpengaruh dalam sebuah aliran air pada saluran air terbuka.
B.
Maksud dan Tujuan 1.
Menentukan koefisien kecepatan (Cv).
2.
Menentukan koefisien kontraksi (Cc).
3.
Mengamati aliran air pada pintu sorong.
4.
Menentukan gaya tekan yang bekerja pada pintu sorong untuk distribusi tekanan non hidrostatik (Fg).
5.
Menentukan gaya tekan yang bekerja pada pintu sorong untuk distribusi tekanan hidrostatik (Fh).
6.
Menentukan besarnya kehilangan tinggi tenaga akibat loncatan air (ΔH)
FAKULTAS TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU
PRAKTIKUM HIDROLIKA (HSKB 412) KELOMPOK V
7.
Menentukan hubungan kedalaman aliran sebelum dan sesudah loncatan air (ya, yb).
C.
Alat dan Bahan 1.
Satu set model saluran air terbuka yang terbuat dari kaca dan dilengkapi dengan pipa air, pompa air dan manometer air raksa.
D.
2.
Model pintu sorong
3.
Alat pengukur kedalaman air (Point Gauge)
4.
Alat ukur panjang (mistar ukur)
Prosedur Percobaan 1.
Kedudukan saluran diatur hingga dasar horizontal.
2.
Pintu sorong dipasang hingga tetap vertikal.
3.
Bukaan Yg diatur antara 10 – 20 mm, kemudian debit ditentukan dengan mengukur Y0,Y1, dan ∆H pada manometer.
4.
Dengan harga debit yang sama dengan nomor 3, pintu sorong diatur sehingga besar Y0 antara 76 -137 mm, kemudian diukur Yg, Y1, ∆H.
5.
Debit diubah dengan mengatur katup pompa dan pintu sorong sehingga Y0, sama dengan harga Y0 pada nomor 4 diatas, kemudian diukur Yg, Y1, ∆H (dalam pengaturan pintu sorong perlu kesabaran dan hati-hati).
6.
Dengan debit yang masih sama, pintu sorong diatur sehingga harga Y0 dan Y1 sama seperti nomor 3 diatas.
7.
E.
Percobaan diulangi untuk debit yang berbeda
Data Hasil Percobaan Tabel I.1. Data hasil percobaan di laboratorium
No
∆H (cmHg)
1
70
2
80
Q (cm3/det)
Yg (cm)
Y0 (cm)
Y1 (cm)
1,0 1,5
8,0 10,5
1,0 1,2
1,5 1,0
8,3 12,0
1,1 1,0
Ket Y2 = Y3 = Y4 = Y2 = Y3 =
FAKULTAS TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU
PRAKTIKUM HIDROLIKA (HSKB 412) KELOMPOK V
3
4 F.
150
2,0 1,5
8,1 13,7
1,5 1,0
120
1,5 2,0
13,2 7,6
2,2 2
Y4 = Y2 = Y3 = Y4 = Y2 = Y3 = Y4 =
Perhitungan F. 1. Dasar Teori V02/2g
Pintu Sorong
H0=E0
H1=E1 V12/2g
Y0
V0 Fh/F0
Fg Yg
Y1
Gambar 1.1. Aliran dibawah pintu sorong dengan dasar horizontal Y0 = tinggi muka air di hulu. Y1 = tinggi muka air di hilir. Yg = tinggi ujung bawah pintu sorong dari dasar saluran. Persamaan Bernoulli dapat diterapkan hanya di dalam kasus dimana kehilangan energi diabaikan dari satu potongan ke potongan yang lain, atau bilamana tinggi kehilangan energi sudah diketahui. (Bambang Triatmodjo, 1996) Menentukan Cv, Cc, Cd Aliran dibawah pintu sorong adalah sebuah contoh aliran konvergen ; dimana persamaan untuk debit diperoleh dengan cara menyamakan energi di penampang 0 dan 1.
Jadi : H O H1 FAKULTAS TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU
F1
PRAKTIKUM HIDROLIKA (HSKB 412) KELOMPOK V
Garis energi pada penampang 1 adalah paralel (karena permukaan bebas paralel dengan dasar saluran), maka distribusi tekanan adalah hidrostatik. Energi spesifik dinyatakan dengan unsur elevasi sedemikan rupa, sehingga dasar saluan dianggap sebagai datum, z = 0, jadi:
EY
V2 2g
Harga minimum dari energi spesifik berada pada kondisi aliran kritis, kedalamannya disebut kedalaman kritis (Yc). Aliran pada kedalaman yang lebih tinggi dari Yc dinamakan aliran subkritis dan bila lebih rendah dari Yc dinamakan aliran superkritis. Kedalaman kritis dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut: (Fathurrazie Shadiq, 2008) Q2 Yc 2 b .g
1/3
Karena distribusi kecepatan pada penampang adalah seragam dengan demikian tinggi energi total (H’) dari setiap garis arus adalah: 2
2
P / V0 P / V1 Ho Yo Y1 H1 ρ.g 2g ρ.g 2g /
/
2
2
V V YO O Y1 1 2g 2g
... (1)
Subtitusikan harga kecepatan yang dinyatakan dalam Q, kedalam persamaan (1): Q2 Q2 YO Y1 2 2 2g.b2 .YO 2g.b2 .Y1
maka, didapat:
FAKULTAS TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU
PRAKTIKUM HIDROLIKA (HSKB 412) KELOMPOK V
Q Teoritis Qt
b.YO . 2g.Y1 YO 1 Y1
atau Qt
b.Y1 . 2g.Y O Y1 1 YO
... (2)
Reduksi kecil dalam debit akibat adanya tahanan kekentalan antara penampang 0 dan 1, diperhitungkan dengan memasukkan koefesien Cv kedalam persamaan (2) : Q
Cv.b.Y1. 2g.YO Y1 1 Yo
... (3)
Harga Cv berkisar antara 0,95 dan 1,00 (0,95 < Cv <1), tergantung pada bentuk pola aliran (dinyatakan oleh perbandingan Yg/Yo) dan gesekan. Kedalaman hilir (Y1) dapat dinyatakan sebagai bagian daripada ketinggian lubang pintu sorong: Y1 = Cc.Yg Dimana Cc adalah koefesien kontraksi yang biasanya diberi harga 0,61. Koefesien kontraksi hampir tidak tergantung pada perbandingan Yg/Yo. Sehingga persamaan (3) menjadi: Q
Cv.Cc.b.Yg . 2g.Y O Cc.Yg 1 YO
Persamaan diatas kadang-kadang ditulis sebagai berikut: (Bambang Triatmodjo, 1996)
Q Cd.b.Yg. 2g.Yo ... (4) Dimana Cd (koefisien debit) adalah fungsi dari Cv, Cc, Yg, & Yo. Persamaan untuk aliran tenggelam, adalah sebagai berikut:
Q K.Cd.b.Yg. 2g.Yo FAKULTAS TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU
PRAKTIKUM HIDROLIKA (HSKB 412) KELOMPOK V
Dimana K adalah faktor aliran tenggelam.
Menentukan Debit Aliran Aktual (Qact) Garis Energi
Garis Tekanan
d1
d2
Z1 Z2
H
Gambar 1.2 Venturimeter
Persamaan Bernoulli E1 = E2
(Hukum Kekekalan Energi)
2
P1 V1 P2 V 2 2 Z1 Z2 γ air 2g γ air 2g Karena saluran horizontal, maka Z1 = Z2
P1 P2 V2 V1 γ air 2g 2
2
... (1)
Hukum Kontinuitas A1.V1 = A2.V2 V1
A 2 .V2 A1
0,25.3,14.d .V 0,25.3,14.d 2
2
2
2 1
FAKULTAS TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU
PRAKTIKUM HIDROLIKA (HSKB 412) KELOMPOK V
4
d .V V1 2 4 2 d1
2
2
... (2)
Substitusikan persamaan (2) ke dalam persamaan (1) : 4
V2 2
P1 P2 γ air
d 2 .V2 d1
2
4
2g
4 2 d V2 1 2 4 .d1 P1 P2 ...(3) γ air 2g
Dalam kondisi keseimbangan didapat : P1 + air (H + y) = P2 + air.y + Hg.H P1 + air.H + air.y = P2 + air.y + Hg.H P1 + air.H = P2 + Hg.H
γ Hg P1 P ΔH 2 ΔH γ air γ air γ air γ Hg ΔH P1 P 2 - ΔH γ air γ air γ air (γ Hg - γ air )H P1 P2 γ air γ air P1 P2 ΔH(γ Hg γ air ) ; dimana Hg = 13,6 ; air = 1 γ air P1 - P2 12 ,6 H γ air
... (4)
Persamaan (4) disubstitusikan ke dalam persamaan (3) : 4 2 V2 1 d 2 4 d1 12,6H 2g
d24 12,6H.2g V2 1 4 d1 2
FAKULTAS TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU
PRAKTIKUM HIDROLIKA (HSKB 412) KELOMPOK V
V2
25,2H .g
2
d24 1 4 d1
Q
= A2 . V2
Q
0,25. 3,14 . d 2 . (25,2. H . g) 12 2 = 1 4 4 2 1 d 2 /d1
... (5)
Dari data diketahui : d1 = 3,15 cm d2 = 2,00 cm g = 981 cm/det2 maka persamaan (5) menjadi : Qact = 361,63 √ Dimana :
... (Hasil Kalibrasi 3 Maret 2006) Qact = Debit nyata yang melewati ambang (cm3/det) ∆H
= Selisih tinggi air raksa pada manometer (cmHg)
Menghitung energi spesifik (Es) Energi pada tampang lintang saluran, yang dihitung terhadap dasar saluran, disebut dengan energi spesifik atau tinggi spesifik. Jadi energi spesifik adalah jumlah dara energi tekanan dan energi kecepatan disuatu titik yang diberikan oleh bentuk berikut:
Penurunan Rumus Gaya Dorong Pada Sekat Komponen gaya horisontal pada saluran : FAKULTAS TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU
PRAKTIKUM HIDROLIKA (HSKB 412) KELOMPOK V
a.
Gaya distribusi hidrostatik dihulu sekat (F0).
b.
Gaya distribusi hidrostatik di hilir sekat (F1).
c.
Gaya geser pada dasar saluran.
d.
Gaya yang bekerja pada sekat (Fg). Untuk mencari gaya teoritis yang bekerja pada sekat, Fg diabaikan karena
disini pengamatan hanya dilakukan pada jarak yang relatif pendek sehingga dasar saluran dapat dianggap licin sempurna. Keseimbangan gaya : F = F0 – F1 – Fg F = 0,5..g (Y0/Y1 –1 ) – Fg
…(5)
Akibat gaya-gaya ini pada air maka momentum aliran sekat bertambah. (Fathurrazie Shadiq, 2008) Prinsip momentum : F = m.dv F = q.v1 – q.v0 Dimana : q = debit per satuan lebar q=Q/b
...(6)
Hukum Kontinuitas : A0.V0 = A1.V1 b.Y0.V0 = b.Y1.V1 V1 = Y0.V0 / Y1
… (7)
Persamaan (6) dan (7) disubtitusikan ke persamaan (5) menjadi :
F
Y Q 2 .ρ .1 1 2 b .Y1 Yo ...11
Persamaan (11) ini didistrubisikan ke dalam persamaan (8) menjadi :
1 Y1 2 Yo Yo 2 Fg 0,5.g.Y1 . 2 1 Q 2 . Y b 2 .Y1 1 Fg = 0,5.g.ρ.(Yg)
FAKULTAS TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU
PRAKTIKUM HIDROLIKA (HSKB 412) KELOMPOK V
Menghitung gaya tekan yang bekerja pada pintu sorong untuk distribusi tekanan hidrostatik.
F. 2. Contoh Perhitungan Contoh perhitungan untuk Q (debit) berubah dan Yg tetap, dimana untuk mendapatkan Q, Cc, Cv, dan Cd. Untuk contoh perhitungan ini digunakan data percobaan yang pertama ∆H
= 70 cm/Hg = 12,8 x 70 cm air = 896 cm air
g
= 981 cm/det2
b
= 8,2 cm
Yg
= 1,0 cm
Y0
= 8,0 cm
Y1
= 1,0 cm
Ya
=
ρ
=1000 kg/m3 = 1000000 g/ 1000000 cm3 = 1 g/cm3
Menghitung Debit (Q) sebenarnya a.
Debit (Q) Q 361,63 ΔH
361,63 896 = 10.824,671 cm3/det b.
Penampang saluran (A) A = Y.b ; b = 8,2 cm A0 = Y0.b = 8,0 × 8,2 = 65,6 cm2 A1 = Y1.b = 1,0 × 8,2 = 8,2 cm2 Aa = Ya . b =
c.
Kecepatan (V) V
Q A
FAKULTAS TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU
PRAKTIKUM HIDROLIKA (HSKB 412) KELOMPOK V
Vo
V1 d.
10.824,671 165,01 cm/det 65,6
10.824,671 1.320,08 cm/det 8,2
Energi spesifik (E atau H)
Es Y
V2 2g 2
165,01 V02 E 0 Y0 8,0 13,908 cm 2g 2 981 2
1.320,08 V2 E1 Y1 1 1,0 888,18 cm 2g 2 x 981 Ea Ya
e.
Va2 2g 2 x 981
Koefisien kecepatan aliran (Cv) y Q 1 1 y g Cv b.y1 2g.y0
1,0 1 1,0 Cv 8,2 1,0 2.981.8,0 10.824,671
= 14,899 f.
Koefisien kontraksi (Cc) Cc
g.
Koefisien debit (Cd) Cd
h.
y1 1,0 1,0 y g 1,0
Q b.Yg . 2g.Y0
10.824,671 8,2.1,0. 2.981.8,0
10,54
Menentukan Fg FAKULTAS TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU
PRAKTIKUM HIDROLIKA (HSKB 412) KELOMPOK V
Fg = 0,5.g.ρ.(Yg) = 0,5 . 981 . 1 . 1,0 = 490,5 g/cm.det2 i.
Menentukan Fh Fh 0,5..g.Y0 Y1 0,5.1.981. 8,0 - 1,0
= 3433,5 g/cm.det2 j.
Menghitung tinggi tenaga akibat loncatan air (∆H’) ∆H’ ∆H’
Ya - Y1 3 4.Y1 .Ya
4,4 1,043 4 1,04 4,4
= 2,072 cm k.
Menghitung angka Froude
Untuk Fr pada Y0 (Fr0)
V0 g.Y0 165,01 Fr0 1,863 981.8,0
Fr0
Jenis aliran superkritis, karena Fr > 1
Untuk Fr pada Y1 (Fr1)
Fr1 Fr1
V1 g.Y1 1320,08 981.1,0
42,147
Jenis aliran super kritis, karena Fr > 1
FAKULTAS TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU
PRAKTIKUM HIDROLIKA (HSKB 412) KELOMPOK V
Untuk Fr pada Y4 (Fr4)
Fr4
V4
g.Y4
57,603
0,8768
981.4,4
Jenis aliran sub kritis, karena Fr < 1
l.
Menghitung rasio Yg/Yo Yg/Yo= 1,0/8,0 =0,125 Hasil perhitungan selanjutnya ada pada tabel I.2., tabel I.3. dan tabel I.4.
FAKULTAS TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA F. 1 Tabel Hasil Perhitungan Tabel I.2. Data hasil perhitungan Q, A, dan V ∆H (cmHg) 28 28 16 16 30 30 42 42
Yg (cm) 1,5 1,645 1,2 1,5 2 1,925 2,2 2
Y0 (cm) 19,85 17 17 12,46 13,8 16 16 19,5
Y1 (cm) 1,04 1,9 0,8 1,1 1,23 0,6 1,96 2,1
Y4 (cm) 4,4 4,48 3,9 4 5,37 4,67 5,3 4,19
Q (cm3/det) 1913,566 1913,566 1446,520 1446,520 1980,729 1980,729 2343,630 2343,630
b (cm) 7,55 7,55 7,55 7,55 7,55 7,55 7,55 7,55
A0 (cm2) 149,868 128,350 128,350 94,073 104,190 120,800 120,800 147,225
A1 (cm2) 7,852 14,345 6,040 8,305 9,287 4,530 14,798 15,855
A4 (cm2) 33,220 33,824 29,445 30,200 40,544 35,259 40,015 31,635
V0 (cm/det) 12,76839 14,90897 11,27012 15,37657 19,01074 16,39676 19,40091 15,9187
V1 (cm/det) 243,7043 133,3960 239,4901 174,1746 213,2912 437,2470 158,3748 147,8165
Tabel I.3. Data hasil perhitungan E, Cv, Cd, Cc, Ec,Fg, Fh, dan Fr E0 (cm)
E1 (cm)
E2 (cm)
Cv
Cc
Cd
Fg (g/cm.det2)
Fh (g/cm.det2)
Fr0
Fr1
Fr4
19,93 17,11 17,06 12,58 13,98 16,14 16,19 19,63
31,31 10,97 30,03 16,56 24,42 98,04 14,74 13,24
6,09 6,11 5,13 5,17 6,59 6,28 7,05 6,99
1,607 1,072 1,693 1,467 1,647 2,826 1,229 1,082
0,693 1,155 0,667 0,733 0,615 0,312 0,891 1,050
0,856 0,844 0,874 0,817 0,797 0,769 0,796 0,793
735,750 806,873 588,600 735,750 981,000 944,213 1079,100 981,000
9226,305 7406,550 7946,100 5572,080 6165,585 7553,700 6886,620 8534,700
0,0915 0,1154 0,0873 0,1391 0,1634 0,1309 0,1549 0,1151
7,6298 3,0898 8,5489 5,3022 6,1402 18,023 3,6118 3,2567
0,8768 0,8534 0,7942 0,7646 0,6731 0,8300 0,8123 1,1555
ALIRAN MELALUI PINTU SORONG KELOMPOK V
V4 (cm/det) 57,60283 56,57421 49,12617 47,89801 48,85442 56,17735 58,56879 74,08463
PRAKTIKUM HIDROLIKA (HSKB 412) KELOMPOK V Tabel I.4. Data hasil perhitungan Yg/Yo dan H’
Yg/Yo
H' (cm)
0,075567
2,072
0,096765
0,504
0,070588
2,387
0,120385
1,386
0,144928
2,686
0,120313
6,015
0,13750
0,897
0,102564
0,259
FAKULTAS TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU
PRAKTIKUM HIDROLIKA (HSKB 412) KELOMPOK V
G.
Analisa Hasil Percobaan
Grafik Hubunga
1.4
n Cc vs
1.2 1
Yg/Yo Cc
0.8 0.6 0.4 0.2 0 0
0.05
0.1
0.15
Yg/Yo
Gambar 1.3 Grafik Hubungan Cc vs Yg/Yo pada H = 28 cmHg 0.74 0.73 0.72 0.71 Cc 0.7 0.69 0.68 0.67 0.66 0
0.05
0.1
0.15
Yg/Yo
Gambar 1.4 Grafik Hubungan Cc vs Yg/Yo pada H = 16 cmHg 0.7 0.6 0.5 Cc
0.4 0.3 0.2 0.1 0 0
0.05
0.1
0.15
0.2
Yg/Yo
Gambar 1.5 Grafik Hubungan Cc vs Yg/Yo pada H = 30 cmHg FAKULTAS TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU
PRAKTIKUM HIDROLIKA (HSKB 412) KELOMPOK V
1.24 1.22 1.2 1.18 1.16 Cc 1.14 1.12 1.1 1.08 1.06 0
0.05
0.1
0.15
Yg/Yo
Gambar 1.6 Grafik Hubungan Cc vs Yg/Yo pada H = 42 cmHg
Analisa Grafik: Grafik Cc vs Yg/Yo merupakan grafik yang menggambarkan hubungan antara koefisien kontraksi (Cc) dengan rasio kedalaman air di bawah pintu sorong terhadap kedalaman air di hulu (Yg/Yo). Berdasarkan grafik di atas, secara
keseluruhan
dapat
disimpulkan
bahwa
grafik
mempunyai
kecenderungan berbanding lurus (lihat Gambar 1.3, Gambar 1.4, Gambar 1.5 dan Gambar 1.6). Artinya, semakin besar harga Cc, maka semakin besar harga Yg/Yo. Demikian pula sebaliknya. semakin kecil harga Cc, maka semakin besar harga Yg/Yo.
FAKULTAS TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU
PRAKTIKUM HIDROLIKA (HSKB 412) KELOMPOK V
Grafik Hubungan Cv vs Yg/Yo 1.8 1.6 1.4 1.2 1 Cv 0.8 0.6 0.4 0.2 0 0
0.05
0.1
0.15
Yg/Yo
Gambar 1.7 Grafik Hubungan Cc vs Yg/Yo pada H = 28 cmHg 1.75 1.7 1.65 Cv 1.6 1.55 1.5 1.45 0
0.05
0.1
0.15
Yg/Yo
Gambar 1.8 Grafik Hubungan Cc vs Yg/Yo pada H = 16 cmHg 3 2.5 2 Cv 1.5 1 0.5 0 0
0.05
0.1
0.15
0.2
Yg/Yo
Gambar 1.9 Grafik Hubungan Cc vs Yg/Yo pada H = 30 cmHg FAKULTAS TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU
PRAKTIKUM HIDROLIKA (HSKB 412) KELOMPOK V
1.24 1.22 1.2 1.18 1.16 Cv 1.14 1.12 1.1 1.08 1.06 0
0.05
0.1
0.15
Yg/Yo
Gambar 1.10 Grafik Hubungan Cc vs Yg/Yo pada H = 42 cmHg Analisa Grafik: Grafik Cv vs Yg/Yo merupakan grafik yang menggambarkan hubungan antara koefisien kecepatan (Cv) dengan rasio kedalaman air di bawah pintu sorong terhadap kedalaman air di hulu (Yg/Yo). Berdasarkan grafik di atas, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa grafik berbentuk linier turun (lihat Gambar 3.3, Gambar 3.4 dan Gambar 3.5). Artinya, semakin besar harga Cv, maka semakin kecil harga Yg/Yo. Demikian pula sebaliknya, semakin kecil harga Cv, maka semakin besar harga Yg/Yo.
FAKULTAS TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU
PRAKTIKUM HIDROLIKA (HSKB 412) KELOMPOK V H.
Kesimpulan 1.
Pada hasil percobaan nilai Cv, Cc, dan Cd, nilai Cv sedikit menyimpang dari teori, misalnya nilai Cv teori berkisar antara (0,95 < Cv < 1), tetapi dalam praktiknya nilai Cv yang dihasilkan berkisar antara (1,072 < Cv < 2,826). Kemungkinan besar kesalahan ini terjadi karena kurang ketelitian dalam menentukan tinggi aliran dalam percobaan.
2.
Untuk nilai Cc diperoeh hasil (0,0312 ≤ Cc ≤ 1,155). Nilai dari Cc ini sangat dipengaruhi oleh faktor besar kecilnya nilai Y1 (tinggi muka air di hilir) dan juga besar kecilnya nilai Yg (tinggi ujung bawah pintu sorong dari dasar saluran). Hal tersebut dikarenakan nilai Cc diperoleh dari pembagian antara Y1 dengan Yg. Dengan melihat dari nilai hasil pembagian tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai Cc akan < 1 jika nilai Yg lebih besar jika dibanding dengan nilai Y1 dan nilai Cc akan > 1 jika nilai Yg lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai Y1 serta Cc akan bernilai 1 jika nilai Yg sama besar dengan nilai Y1.
3.
Berdasarkan perhitungan mengenai menentukan jenis aliran berdasarkan angka Froude maka dapat diperoleh adanya perubahan jenis aliran dari aliran sub kritis menjadi aliran super kritis dari atau pada kedalaman Y0 sampai Y1. Kemudian aliran berubah kembali dari super kritis menjadi sub kritis pada kedalaman Y1 sampai Y4.
4.
Untuk nilai Fg adalah merupakan gaya tekan yang bekerja pada pintu sorong untuk distribusi tekanan non hidrostatik adalah sebesar (588,6 ≤ Fg ≤ 1079,1) g/cm.det2.Nilai dari Fg sangat bergantung terhadap besar kecilnya dari nilai Yg (tinggi ujung bawah pintu sorong terhadap dasar aliran). Jika semakin besar nilai Yg maka nilai Fg akan semakin besar pula begitu juga sebaliknya bila semakin kecil nilai Yg maka niali Fg akan semakin kecil pula.
5.
Untuk nilai Fh adalah merupakan gaya tekan yang bekerja pada pintu sorong untuk distribusi tekanan hidrostatik adalah sebesar (5572,080 ≤ Fh ≤ 9226,305) g/cm.det2. Faktor yang sangat mempengaruhi nilai dari Fh adalah dari besar-kecilnya hasil pengurangan dari Y0 (kedalaman aliran di titik 0) terhadap Y1( kedalaman aliran di titik 1). Dimana semakin FAKULTAS TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU
PRAKTIKUM HIDROLIKA (HSKB 412) KELOMPOK V besar hasil pengurangan tersebut maka nilai Fh akan semakin besar dan begitu juga sebaliknya jika nilai pengurangan semakin kecil maka akan semakin kecil hasil dari perhitungan Fh. 6.
Besarnya kehilangan tinggi tenaga akibat loncatan air adalah (0,259 ≤ ΔH'≤ 6,015) cm. Besar kecilnya ΔH' bergantung kepada hasi dari pangkat 3 dari pengurangan kedalaman aliran di titik 4 dengan kedalaman aliran di titik 1 dibagi dengan 4 kali dari perkalian antara kedalaman aliran di titik 1 dengan kedalaman aliran dititk 4.
7.
Jika profil aliran air kita amati secara keseluruhan (Lampiran), maka dapat disimpulkan bahwa kedalaman air di titik a atau aliran air sebelum terjadi loncatan air akan lebih rendah dibandingkan kedalaman air di titik b setelah loncatan air. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan luas penampang di titik a dan titik b pada kondisi dimana debit yang mengalir pada penampang a sama dengan debit yang mengalir pada penampang b, hal ini akan berpengaruh terhadap nilai kecepatan aliran pada penampang a dan b, dimana jika luas penampang 1 lebih kecil dari penampang 2 maka kecepatan aliran di tampang 1 lebih besar dari penampang 2.
FAKULTAS TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU
PRAKTIKUM HIDROLIKA (HSKB 412) KELOMPOK V
Daftar Pustaka 1. Shadiq, F. 2008. Hidrolika Praktis dan Mudah. Banjarmasin: Penerbit Pustaka Banua 2. Triadmodjo, B. 1996. Hidraulika. Yogyakarta: BETA OFFSET
FAKULTAS TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU
PRAKTIKUM HIDROLIKA (HSKB 412) KELOMPOK V I.
Lampiran 1.
Sketsa Alat
FAKULTAS TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU