BAB III TINJAUAN LAPANGAN MINYAK F I E L D KAWENGAN ASSET 4 PERTAMINA EP
3.1. Letak Geografis
Lapangan minyak Kawengan terletak kurang lebih 22 km di sebelah timur laut kota Cepu, membentang dari arah barat laut ke tenggara kurang lebih sepanjang 15 km, dengan lebar bagian barat 1 km, dan lebar bagian timur 1,5 km. Lapangan minyak Kawengan terletak dalam tiga kecamatan, masing-masing adalah:
Gambar 3.1. Blok Cepu
Kecamatan Kasiman, di bagian barat
Kecamatan Senori, di bagian tengah
Kecamatan Malo, di bagian timur
15
16
Kecamatan
Kasiman
dan
Kecamatan
Malo
termasuk
daerah
Kabupaten Bojonegoro, sedangkan Kecamatan Senori termasuk daerah Kabupaten Tuban, jadi lapangan minyak Kawengan termasuk dalam daerah propinsi Jawa Timur. Secara regional lapangan minyak Kawengan termasuk dalam Antiklinorium Rembang, yang terdiri dari antiklinal-antiklinal yang membentang dari barat ke timur. Perbukitan Rembang ini dipisahkan dari pegunungan Kendeng oleh suatu jalur sinklinal yang disebut sebagai zona Randublatung, dimana keseluruhan bukit tersebut termasuk cekungan besar Rembang. Puncak tertinggi antiklinorium Rembang kira-kira 500 meter diatas permukaan air laut, sedangkan ketinggian lapangan minyak Kawengan bervariasi antara 140 sampai 200 meter.
Permukaan tanahnya terdiri dari tanah kapur margel, sehingga system pengeringan yang berjalan di permukaan cukup cepat, tetapi erosinya berjalan lambat, karena adanya hutan jati yang menutupi hampir di seluruh lapangan minyak Kawengan. Struktur lapangan minyak Kawengan mempunyai bentuk struktur antiklin asimetris, yang terdiri dari empat buah puncak, dimulai dari desa Wonocolo di sebelah barat menjurus kea rah tenggara dan berakir di daerah Kanten dengan puncak antiklin semakin rendah. Panjang antiklinal lapangan minyak Kawengan sekitar 24 km dan panjang daerah yang diproduksikan sekitar 13,2 km.
17
Gambar 3.2. Geologi cal I nterpretation Lapangan Kawengan
Struktur antiklinal tersebut banyak mengalami patahan-patahan, yaitu terdiri dari enam sampai Sembilan induk patahan yang membagi daerah produktif menjadi beberapa blok, antra lain: Blok I, II, IIIa, IIIb, IIIc, IV, Va, Vb, dan VI. Diantara keempat puncak antiklinal tersebut yaitu dari arah barat-timur masing-masing adalah: Wonocolo/Dandangilo, Kawengan, Wonosari, dan Kidangan, dimana puncak Kawengan adalah merupakan struktur yang paling produktif, maka selanjutnya digunakan sebagai nama Lapangan.
3.2. Aspek Reservoir
Berdasarkan hasil produksi dari tahun ketahun, maka dapat disimpulkan bahwa jenis mekanisme pendorong reservoir pada lapangan Karangampel adalah “Water Drive”. Hal ini didasarkan pada ciri-ciri dari jenis water drive, yaitu: A. Produksi oil semakin menurun, produksi air dari hari ke hari semakin bertambah. B. Tekanan reservoirnya “tetap (konstan).
18
C. Gas Oil Ratio (GOR) Rendah. D. Water Oil Ratio (WOR) Tinggi. Pada reservoir jenis water drive tenaga pendorongnya dari air yang berada dibawah minyak atau akibat pendesakan air (aquifer). Disamping water drive, pada lapangan Karangampel dijumpai pula reservoir jenis solution drive. Dimana tenaga pendorong reservoir berasal dari pengembangan gas yang terlarut dalam minyak. Adapun ciri-ciri dari reservoir jenis solution drive adalah sebagai berikut: a. Tekanan reservoir turun dengan cepat. b. Gas oil ratio (GOR) naik kemudian turun perlahan-lahan. c. Free water production. Dilihat
dari
karakteristik
reservoirnya,
lapangan
karangampel
mempunyai ciri sebagai berikut: a. Porositas batuan reservoirnya adalah porositas sekunder, yaitu porositas yang terjadi setelah proses sedimentasi. Sebagai bukti adalah banyaknya natural fracture. b. Jenis batuannya adalah limestone vulkanik, letaknya berada pada lapisan formasi vulkanik. c. Permeabilitisanya adalah permeabilitas sekunder karena adanya natural fracture (K = besar).
Metode untuk menentukan karakteristik reservoir diatas adalah: a. Metode interpretasi dan prediksi secara geologis dan data hasil produksi. b. Metode logging dan coring (analisa core di laboratorium) Sehingga
dilihat
dari
bidang
reservoirnya,
lapangan
migas
karangampel sangat berpotensi terutama untuk reservoir jenis water drive,
19
dimana dengan jenis reservoir ini dapat diperoleh Recofery factor sebesar 30 – 65 % dari cadangan Hidrokarbon yang ada di reservoir tersebut. 3.3. Aspek Pemboran Lapangan Kawengan
Sistem yang digunakan dalam operasi pemboran pada lapangan kawengan adalah pemboran vertical dan horizontal. Hal ini didasarkan atas beberapa pertimbangan yaitu : a. Sulitnya pembebasan lahan, mengingat terjadinya over lapping atas kepentingan tata guna lahan beberapa instansi. b. Kepentingan social-ekonomi penduduk, lokasi pemboran biasanya terletak pada tempat pemukiman penduduk dan juga persawahan yang merupakan sumber penghidupan penduduk. c. Harga lahan dan pembuatan lokasi yang cukup mahal. Harga tanah akan membumbung tunggi setelah tanah atau lahan tersebut telah diketahui akan digunakan sebagai lokasi pemboran. d. Padatnya jalur lalu lintas yang akan digunakan sebagai sarana dalam kegiatan operasi pemboran atas hal yang menyangkut dengan sarana infrastruktur. Bertolak dari masalah diatas, maka dikembangkan atas digunakan sistem pemboran dengan sistem “cluster” atau sistem gugus dengan pola hexagonal. Yang dimaksud dengan sistem cluster berpola hexagonal adalah suatu lapangan dimana terdapat beberapa buah sumur yang titik-titik tager pemborannya membentuk segi enam yang tengahnya terdapat satu sumur vertical atau tegak yang titik pemborannya tepat berada ditengah titik pemboran lainnya. Permasalahan khusu operasional pemboran yang sering dijumpai adalah sebagai berikut :
Prospek bertekanan rendah dan tinggi sehingga sering terjadi lost circulation dan kick atau sampai terjadi blow out . Hal ini sangat erat terkait dengan desain lumpur yang akan digunakan.
20
Shale problem yaitu swelling dan keguguran formasi yang unsolidated . Hal ini sangat erat hubunganya dengan desain lumpur dan semen.
Karena jenis lithologi pada bermacam-macam formasi yang ditembus, maka perlakuan dan perencanaan casing yang digunakan harus cermat begitu juga dengan lumpur dan semen yang digunakan.
Jenis dan kondisi rig yang digunakan dalam operasi pemboran adalah : o
Rig yang sudah tidak sesuai
o
Kondisi rig yang sudah tua
o
Biaya sewa rig yang mahal
o
Pembebasan tanah yang sulit
Usaha untuk mengatasi dan mengantisipasi berbagai problem yang berhubungan dengan teknis pemboran adalah dengan jalan bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang perminyakan khususnya drilling aau dikenal dengan nama “service company”. Diantaranya adalah dibidang cementing (dowell schlumberger) dan dibidang well testing atau loggin (Haliburton). 3.5. Aspek Produksi
Lapangan Kawengan memiliki luas sekitar 32,91 km². Jumlah total sumur adalah 172 sumur. Namun, sumur yang berproduksi hanya 20 sumur. Water Cut (WC) pada lapangan ini sudah sangat tinggi, yaitu sebesar 90%, sehingga produksi minyak yang didapatkan sangatlah sedikit karena merupakan sumur tua peninggalan zaman Belanda. Pada lapangan kawengan 20 sumur yang sedang beroperasi dan menghasilkan 400 BOPD. Metode produksi pada lapangan kawengan saat ini menggunakan artificial
lift
dikarenakan
tekenan
reservoir
sudah
tidak
mamapu
mengalirkan fluida sampai ke permukaan. Artificial lift yang digunakan pada lapang ini kebanyakan adalah sucker rod pump dan electric submersible pump. Pada lapangan kawengan terdapat 6 stasiun pengumpul yaitu SP-1, SP-2, SP-3, SP-4, SP-5, dan SP-6. Minyak dari ke 6 stasiun pengumpul akan
21
dialirakn ke SPU KAWENGAN yang selanjutnya dikirim ke PPP MENGGUNG yang akan di satukan dengan minyak dari SPU LEDOK dan SPU NGLOBO yang selanjutnya akan dilairkan ke CPA MUDI dan disatukan dengan minyak yang ada pada lapangan mudi dan sukowati. Peralatan pada stasiun pengumpul utama : a. Manifold Berfungsi untuk mengalirkan cairan produksi dari sumur ke separaotr dengan tekanan kerja tertentu. b. Separator Berfungsi untuk memeisahkan cairan produksi minyak,air,dan gas. Di SPU-A terdapat dua jenis separator yaitu separato test yang dilengkapi alat flow meter untuk menghitung tinggi laju aliran cairan dari flow meter untuk mengukur laju aliran gas. Liquid level control untuk menghitung cairan yang keluar dari separator. Sedangkan lainnya adalah separator untuk sumur dengan tekanan rnedah (125-175 psi) dan medium pressure production separator untuk sumur bertekanan sedang (175-350 psi) c. Tangki Pada SPU-A terdapat 8 tangki yaitu A1, A2, A3, A4, A5, A6, A7, dan A8. Tangki A1 sampai A5 merupakan pengumpul minyak. Tangki A6 adalah tangki air yang digunkana untuk pemadam kebakaran. Tangki A7 adalah tangki penyimpan solar untuk bahan bakar. Sedangkan tangki A8 digunkana untuk test. d. Oil transfer pump Minyak yang telah diproses di tangki kemudian dipompakan kembali ke oil transfer pump untuk kemudian di pompakan munuju terminal Balongan. Selain digunakan sistem pengangkatan minyak yang modern, di lapangan Kawengan, tepatnya di Desa Wonocolo masih dijumpai adanya sistem pengangkatan minyak yang sangat sederhana, yaitu dengan cara penimbaan, baik dengan tenaga manusia (ditarik beramai-ramai, sekitar 6 -
22
8 orang) maupun secara mekanis (ditarik dengan tali yang dililitkan pada roda truk bekas yang digerakkan oleh tenaga mesin).