BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali, bagi sebagian masyarakat internasional, bisa jadi lebih popular dibandingkan “Indonesia.” Banyak yang tidak tahu bahwa Bali adalah bagian dari Indonesia. Dengan keindahan alamnya, Bali menjadi tujuan wisata nomor satu di Indonesia dan sangat terkenal di seluruh dunia. Sebagian besar wilayah Provinsi Bali merupakan daerah pegunungan dan perbukitan. Rantai pegunungan memanjang dari barat ke timur. Rantai pegunungan yang membentang di bagian tengah Pulau Bali menyebabkan wilayah ini secara geografis banyak memiliki lahan miring. Ditinjau dari kemiringan lerengnya, Pulau Bali sebagian besar terdiri atas lahan dengan kemiringan antara 0 - 2 % sampai dengan 15 - 40 %. Selebihnya adalah lahan dengan kemiringan di atas 40 %. Dengan keindahan alam dan banyaknya lahan miring yang mendominasi pulau Bali, hal ini tentunya menjadi potensi pariwisata yang menjanjikan khususnya dibidang pembangunan tempat-tempat akomodasi atau umumnya disebut dengan villa atau hotel sebagai salah satu daya tarik bagi wisatawan mancanegara. Bedugul (Tabanan) dan Ubud (Gianyar) kini menjadi pelopor pembangunan villa atau hotel dengan memanfaatkan kemiringan lahan yang bisa dikategorikan dikate gorikan ke dalam kemiringan lahan yang cukup ekstrim mengingat kemiringan lahan di kedua daerah tersebut berkisar antara 15 – 40%. Membangun villa atau hotel di lahan berkontur miring sebetulnya lebih menguntungkan karena secara visual dapat memanfaatkan arah pandang atau landscape view
yang
lebih
leluasa dan indah serta dengan ketinggian
bangunan yang ada dapat memanfaatkan udara serta sinar matahari yang dapat diatur dengan baik sehingga wisatawan bisa merasakan kesan yang alami, sensasional, dan memberikan pengalaman baru untuk mereka. Selain itu, bila ingin membangun villa bertingkat dua biasanya dengan memanfaatkan kemiringan lahan maka ketinggian bangunan cukup dengan tidak melebihi dari dua tingkat karena sudah didukung dengan perbedaan ketinggian tanah itu
Studio Perancangan Arsitektur 3
1
sendiri. Membangun dan menghuni pada lahan berkontur miring sangat menguntungkan, karena berhubungan langsung antara bangunan dengan tanah dan keberadaan bangunan sejajar dengan topografi tanah serta garis konturnya. Salah satu bentuk tapak yang memiliki potensi besar jika diolah dengan baik adalah tapak yang berada di lereng perbukitan dan pegunungan seperti di Bali. Hal ini disebabkan karena tapak berkontur miring memerlukan perlakuan khusus dalam pengolahannya. Dengan lahan yang berkontur miring dan memiliki kemingan sangat menguntukan dalam mengatasi dan mengatur pengolahan air. Di banyak tempat faktor lahan berkontur miring menjadi sesuatu yang menguntungkan bila diolah dengan benar. Tetapi sebaliknya, jika tidak diolah dengan benar lahan berkontur miring ini dapat menjadi penghambat dalam merancang sebuah bangunan yang berorientasi horizontal dan dapat juga menyebabkan bencana alam. Ketika merancang, tidak semua perencanaan pembangunan akan mendapatkan permukaan tapak yang rata, terkadang seorang ar sitek dihadapkan dengan kondisi tapak yang berkontur miring. Baik kontur yang landai atau kontur terjal bakan mungkin perencanaan pembangunan di atas bukit. Seorang arsitek sebagai perencana harus dapat memanfaatakan kondisi kontur yang seekstrim apapun guna mendapatkan hasil rancangan bagus dan mempunyai nilai lebih walau dengan tapak yang sulit. Lebih lanjut, penulis akan melihat bagaimana membangun dan mengolah lahan berkontur miring serta tahapan yang perlu dilakukan untuk memaksimalkan potensi lahan terutama yang berkaitan dengan topografi secara keselurhan, pengolahan kontur dengan metode cut and fill, penanganan masalah di lerengan/ kontur miring yang berkaitan pada penentuan desain rancangan dan pembuatan pondasi, pondasi, jalur jalan, dan peletakan bangunan. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis memilih judul “Observasi Pita Maha Resort & Spa pada Tapak Berkontur Miring ” sebagai judul laporan survey mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur 3.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan judul yang telah dipilih pada latar belakang di atas, maka didapatkan masalah sebagai berikut:
Studio Perancangan Arsitektur 3
2
sendiri. Membangun dan menghuni pada lahan berkontur miring sangat menguntungkan, karena berhubungan langsung antara bangunan dengan tanah dan keberadaan bangunan sejajar dengan topografi tanah serta garis konturnya. Salah satu bentuk tapak yang memiliki potensi besar jika diolah dengan baik adalah tapak yang berada di lereng perbukitan dan pegunungan seperti di Bali. Hal ini disebabkan karena tapak berkontur miring memerlukan perlakuan khusus dalam pengolahannya. Dengan lahan yang berkontur miring dan memiliki kemingan sangat menguntukan dalam mengatasi dan mengatur pengolahan air. Di banyak tempat faktor lahan berkontur miring menjadi sesuatu yang menguntungkan bila diolah dengan benar. Tetapi sebaliknya, jika tidak diolah dengan benar lahan berkontur miring ini dapat menjadi penghambat dalam merancang sebuah bangunan yang berorientasi horizontal dan dapat juga menyebabkan bencana alam. Ketika merancang, tidak semua perencanaan pembangunan akan mendapatkan permukaan tapak yang rata, terkadang seorang ar sitek dihadapkan dengan kondisi tapak yang berkontur miring. Baik kontur yang landai atau kontur terjal bakan mungkin perencanaan pembangunan di atas bukit. Seorang arsitek sebagai perencana harus dapat memanfaatakan kondisi kontur yang seekstrim apapun guna mendapatkan hasil rancangan bagus dan mempunyai nilai lebih walau dengan tapak yang sulit. Lebih lanjut, penulis akan melihat bagaimana membangun dan mengolah lahan berkontur miring serta tahapan yang perlu dilakukan untuk memaksimalkan potensi lahan terutama yang berkaitan dengan topografi secara keselurhan, pengolahan kontur dengan metode cut and fill, penanganan masalah di lerengan/ kontur miring yang berkaitan pada penentuan desain rancangan dan pembuatan pondasi, pondasi, jalur jalan, dan peletakan bangunan. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis memilih judul “Observasi Pita Maha Resort & Spa pada Tapak Berkontur Miring ” sebagai judul laporan survey mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur 3.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan judul yang telah dipilih pada latar belakang di atas, maka didapatkan masalah sebagai berikut:
Studio Perancangan Arsitektur 3
2
1.2.1 Bagaimana pengaruh tapak berkontur miring pada Pita Maha Resort & Spa, Ubud, Bali? 1.2.2 Bagaimana karakteristik desain dan fasilitas yang ada pada Pita Maha Resort & Spa, Ubud, Bali?
1.3 Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini berdasarkan rumusan masalah di atas adalah, sebagai berikut: 1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana pengaruh tapak berkontur miring pada Pita Maha Resort & Spa, Ubud, Bali. 1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana karakteristik desain dan fasilitas yang ada pada Pita Maha Resort & Spa, Ubud, Bali. Bali.
1.4 Manfaat Penulisan Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan ini adalah sebagai berikut: 1.4.1 Untuk Mahasiswa Penulis dapat menambah wawasan mengenai pengaruh tapak berkontur miring pada Pita Maha Resort & Spa, Ubud, Bali, baik potensi yang dimiliki maupun kendala-kendala yang ada. Selain itu, juga untuk mempelajari apa saja fasilitas yang ada di Pita Maha Resort & Spa, Ubud, Bali, serta untuk memenuhi tugas perkuliahan mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur 3. 1.4.2 Untuk Kampus Kampus dapat menjalankan tugasnya dalam mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi (Pembelajaran, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat). Selain itu, kampus dapat menambah sarana pembelajaran bagi mahasiswa atau sebagai pembanding pembanding dalam pelaksanaan mata kuliah lain.
Studio Perancangan Arsitektur 3
3
1.4.3 Untuk Masyarakat Masyarakat khususnya warga Ubud dapat menambah wawasan mengenai pengaruh tapak berkontur miring pada Pita Maha Resort & Spa, Ubud, Bali, baik potensi yang dimiliki maupun kendala-kendala yang ada. Selain itu, juga untuk mempelajari apa saja fasilitas yang ada di Pita Maha Resort & Spa, Ubud, Bali sehingga dapat memantau agar dalam pelaksanaannya agar tidak menyimpang dari konsep Tri Hita Karana.
Studio Perancangan Arsitektur 3
4
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Hotel dan Jenis-jenis Hotel Kata “Hotel” berasal dari asal kata Hotel yaitu Hosteis atau tempat perlindungan bagi para pengunjung dengan bayaran tertentu kepada pemilik, maka pengertian hotel diatas dapat dikatakan berkembang berdasarkan sejarah hotel dari awal hingga sekarang. Kata hotel memang tak asing lagi. Hampir disetiap negara ada yang namanya hotel. Sebagian masyarakat berasumsi bahwa hotel adalah bangunan megah dan mahal padahal tidak semua demikian ada banyak hotel yang murah dan terjangkau. Pengertian hotel atau definisi hotel cukup beragam, diantaranya: 1. Berdasarkan Keputusan Menteri Parpostel no. Km 94/HK103/MPPT 1987, pengertian hotel adalah Salah satu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau keseluruhan bagian untuk jasa pelayanan penginapan, penyedia makanan dan minuman serta jasa lainnya bagi masyarakat umum yang dikelola secara komersil. 2. Menurut Prof. Fred Lawson, penulis Buku "Hotel and Resort: Planning and Design”
hotel
didefinisikan
sebagai
tempat
tinggal
untuk
para
pengunjung/pelancong dengan membayar sejumlah uang, dengan dua pelayanan dasar yaitu akomodasi dan makan minum. 3. Menurut wikipedia hotel berasal dari kata hostel, konon diambil dari bahasa Perancis kuno yang artinya tempat penampungan buat pendatang atau bisa juga “bangunan penyedia pondokan dan makanan untuk umum. 4. Menurut Endar Sri,1996:8, pengertian hotel adalah suatu bangunan yang dikelola secara komersil guna memberikan fasilitas penginapan kepada masyarakat umum dengan fasilitas antara lain jasa penginapan, pelayanan barang bawaan, pelayanan makanan dan minuman, penggunaan fasilitas perabot dan hiasan-hiasan yang ada di dalamnya serta jasa pencucian pakaian.
Studio Perancangan Arsitektur 3
5
Dari pengertian diatas maka pengertian atau definisi hotel secara umum adalah badan usaha akomodasi atau perusahaan yang menyediakan pelayanan bagi masyarakat umum dengan fasilitas jasa penginapan, penyedia makanan dan minuman, jasa layanan kamar, serta jasa pencucian pakaian. Fasilitas ini diperuntukan bagi mereka mereka yang bermalam di hotel tersebut ataupun mereka yang hanya menggunakan fasilitas tertentu yang dimiliki hotel itu. Jenis – Jenis Hotel
Penentuan jenis hotel tidak terlepas dari kebutuhan pelanggan dan ciri atau sifat khas yang dimiliki wisatawan (Tarmoezi, 2000). Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat dari lokasi dimana hotel tersebut dibangun, sehingga dikelompokkan menjadi: a. City Hotel
Gambar 2.1 City Hotel Sumber: http://img.tradeindia.com/fp/3/001/135/420.jpg
Berlokasi di perkotaan, biasanya diperuntukkan bagi masyarakat yang bermaksud untuk tinggal sementara (dalam jangka waktu pendek). City Hotel juga kerap disebut transit hotel karena biasanya dihuni oleh para pelaku bisnis yang memanfaatkan fasilitas dan pelayanan bisnis yang disediakan oleh hotel tersebut.
Studio Perancangan Arsitektur 3
6
b. Residential Hotel
Gambar 2.2 Residential Hotel Sumber: http://d2nnkgzicf828r.cloudfront.net/descrip tion7898a5497bf378832be6d001cbfcadc2.jpeg
Hotel yang berlokasi di daerah pinngiran kota besar yang jauh dari keramaian kota, tetapi terjangkau dengan akses kegiatan bisnis atau usaha. Biasanya hotel ini berlokasi di daerah-daerah tenang, terutama karena diperuntukkan bagi masyarakat yang ingin tinggal dalam jangka waktu lama. Dengan sendirinya hotel ini diperle ngkapi dengan fasilitas tempat tinggal yang lengkap untuk seluruh anggota keluarga. c. Resort Hotel
Gambar 2.3 Resort Hotel Sumber: http://tradisipernikahan.com/wpcontent/uploads/2014/09/bali-resort-spa.jpg
Hotel yang berlokasi di daerah pengunungan (mountain hotel) atau di tepi pantai (beach hotel), di tepi danau atau di tepi aliran
Studio Perancangan Arsitektur 3
7
sungai. Hotel seperti ini terutama diperuntukkan bagi keluarga yang ingin beristirahat pada hari-hari libur atau bagi mereka yang ingin berekreasi. Adapun jenis-jenis resort menurut tempat di mana resort itu dibangun, antara lain: 1. Resort Town / City Resort Hotel
Hotel resort ini terletak di kota, namun juga dapat berarti bahwa kota itu sendiri merupakan obyek wisata. 2. Beach Resort / Sea side Resort
Hotel resort yang terletak di pantai atau tepi laut, dengan fokus utamanya adalah laut itu sendiri sebagai obyek yang rekreatif. 3. Golf Resort
Hotel resort yang memiliki fasilitas yang berkaitan dengan olahraga golf. Biasanya terletak juga pada area golf tersebut. 4. Spa Resort
Hotel resort yang memiliki fasilitas spa sebagai salah satu akomodasi hotel dan sebagai daya tarik utama. 5. Ski Resort
Hotel resort yang berada pada arearekreasi ski, biasanya menyediakan fasilitas olahraga salju dengan olahraga utamanya adalah ski. 6. Health Resort (Sanatorium)
Hotel resort yang menyediakan fasilitas utama yang berhubungan dengan kesehatan.Misalnya adalah hotel resor yang dilengkapi dengan fasilitas hydro therapi. 7. Mountain Resort
Hotel
resort
yang
berada
di pegunungan dengan
nuansa tatanan lereng gunung, terdapat di sebuah kota dengan
fasilitas
yang menunjang pada aspek
kepariwisataannya.
Studio Perancangan Arsitektur 3
8
d.
Motel (Motor Hotel)
Gambar 2.4 Motel Sumber: http://files.doobybrain.com/wpcontent/uploads/2010/04/motel postcards.jpgcontent/uploads/2014/09/bali-resort-spa.jpg
Hotel yang berlokasi di pinggiran atau di sepanjang jalan raya yang menghubungan satu kota dengan kota besar lainnya, atau di pinggiran jalan raya dekat dengan pintu gerbang atau batas kota besar. Hotel ini diperuntukkan sebagai tempat istirahat sementara bagi mereka yang melakukan perjalanan dengan menggunakan kendaraan umum atau mobil sendiri. Oleh karena itu hotel ini menyediakan fasilitas garasi untuk mobil.
Klasifikasi Hotel Berdasarkan Kelas
Klasifikasi atau penggolongan hotel ialah suatu sis tem pengelompokkan hotel-hotel ke dalam berbagai kelas atau tingkatan berdasarkan ukuran penilaian tertentu. Hotel dapat dikelompokkan ke dalam berbagai kriteria menurut kebutuhannya, namun
ada
beberapa
kriteria
yang dianggap
paling lazim digunakan. Sementara itu di Indonesia sendiri pada tahun 1970 pemerintah menentukan klasifikasi hotel berdasarkan penilaian-penilaian tertentu dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Luas Bangunan 2. Bentuk Bangunan 3. Perlengkapan (fasilitas)
Studio Perancangan Arsitektur 3
9
4. Mutu Pelayanan Namun pada tahun 1977 ternyata sistem klasifikasi tersebut dianggap tidak sesuai lagi. Maka dengan Surat Keputusan Menteri Perhubungan No. PM. 10/PW. 301/Pdb – 77 tentang usaha dan klasifikasi hotel ditetapkan bahwa penilaian klasifikasi hotel secara minimum didasarkan pada: 1. Jumlah Kamar 2. Fasilitas 3. Peralatan yang tersedia 4. Mutu Pelayanan Berdasarkan klasifikasi hotel di Indonesia yang dikeluarkan oleh peraturan pemerintah, Deparpostel dan dibuat oleh Dirjen Pariwisata dengan SK : Kep-22/U/VI/78, hotel-hotel di Indonesia kemudian digolongkan ke dalam 5 (lima) kelas hotel, yaitu hotel bintang 1 hingga hotel bintang 5. Hotelhotel yang tidak bisa memenuhi standar kelas tersebut ataupun yang berada di bawah standar minimum yang ditentukan oleh Menteri Perhubungan disebut Hotel Non Bintang. Di mana spesifikasinya antara lain, sebagai berikut: Hotel Bintang 1:
Jumlah kamar standar minimum 20 kamar, kamar mandi di dalam, luas kamar standar, minimum 20 m 2. Hotel Bintang 2:
Jumlah kamar standar minimum 30 kamar, kamar mandi di dalam, luas kamar standar minimum 22 m 2, minimal ada 1 suite room dengan luas 45 m 2, serta tersedia ruang makan dan bar. Hotel Bintang 3:
Jumlah kamar standar minimum 50 kamar, kamar mandi di dalam, luas kamar standar minimum 24 m 2, minimal ada 2 suite room dengan luas 48 m 2, tersedia ruang makan dan bar, serta swimming pool. Hotel Bintang 4:
Jumlah kamar standar minimum 100 kamar, kamar mandi di dalam, luas kamar standar minimum 24 m 2, minimal ada 3 suite room dengan luas 48 m 2, tersedia restaurant dan bar, serta swimming pool.
Studio Perancangan Arsitektur 3
10
Hotel Bintang 5:
Jumlah kamar standar minimum 200 kamar, kamar mandi di dalam, luas kamar standar minimum 26 m 2, minimal ada 5 suite room dengan luas 52 m 2,tersedia special restaurant dan bar, swimming pool, serta fasilitas lainnya yang standar internasional. Hotel dengan Spesialiasasi Khusus
1.
Hotel Bujet
Gambar 2.5 Hotel Bujet Sumber: http://3.bp.blogspot.com/T7nqwKz1elI/UY0nNv_yQzI/AAAAAAAAAFQ/dWxGSc1Qbuk/s 1600/amaris-hotel-jogja-yogyakarta_040220110822570934.jpg
Kebutuhan akan business travellng, rupanya menimbulkan tren baru di pasar hotel untuk melahirkan hotel yang sesuai dengan kebutuhan kalangan pebisnis yaitu budget hotel atau smart hotel. Hotel ini sebenarnya mereduksi semua fasilitas hotel yang “tidak perlu”. Jadi, hanya menyediakan kebutuhan dasar bagi traveller. Yang penting traveller bisa menikmati Good Sleep, Good Food, dan Good Price. Kini, pertumbuhan hotel bujet makin berkembang pesat. Tidak hanya di kota besar, tetapi juga menengah hingga kota setingkat kecamatan. Sejumlah jaringan lokal dan internasional gesit membesut hotel bujet kar ena demand yang tinggi.
Studio Perancangan Arsitektur 3
11
2.
Hotel Butik
Gambar 2.6 Hotel Butik Sumber: http://4.bp.blogspot.com/2BlUrk8c1IY/UY0o2k7IZMI/AAAAAAAAAFc/SObF1GAq5RI/s1 600/hotel+butik.jpg
Hotel butik dipandang mampu menarik kunjungan wisatawan ke suatu destinasi. Walaupun destinasi tersebut bukanlah destinasi wisata favorit. Ia memiliki desain unik yang keluar dari keseharian seseorang. Desain pada hotel butik sangat penting karena tiap lokasi mempengaruhi konsep desain. Misalnya, sebuah destinasi yang bersejarah, maka konsepnya pun mengarah ke sana. Inilah yang membuat hotel butik begitu identik dan memiliki pasarnya tersendiri. Hotel butik mudah diterima oleh pasar yang tertarik dengan destinasi yang menjadi lokasi hotel tersebut. Untuk jumlah kamar, biasanya sedikit, kurang dari 100 unit. 2.2 Pemahaman Lahan atau Tapak Berkontur miring
Gambar 2.7 Villa di Tapak Berkontur miring Sumber: http://4.bp.blogspot.com/2BlUrk8c1IY/UY0o2k7IZMI/AAAAAAAAA Fc/SObF1GAq5RI/s1600/hotel+butik.jpg
Studio Perancangan Arsitektur 3
12
Perencanaan
suatu
villa sebaiknya
dilaksanakan
dengan
mempertimbangkan kebiasaan hidup, kebudayaan, tingkatan sosial dan lingkungan sekitarnya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan kualitas kenyamanan suatu villa tinggal yaitu; privacy, sistem ventilasi
(udara)
yang
baik, cahaya sinar matahari yang cukup dan
pencahayaan (penerangan di dalam rumah), lingkungan sosial masyarakat, sedikit pencemaran kebisingan, dapat melihat pemandangan yang menarik, serta kebersihan lingkungan villa. Sementara faktor keamanan yang perlu diperhatikan adalah; kejelasan hirarki jalan (jalan primer, sekunder), tersedianya jalan untuk mobil pemadam kebakaran/ambulance dan sebagainya, pencegahan terhadap kemungkinan perampokan. Tanah berkontur miring dan berbukit-bukit, yang membentuk gunung dan lembah merupakan tanda bahwa ada aliran/ sistem drainase di permukaan bumi. Bukan hanya villa yang dibangun secara perseorangan, villa yang dikembangkan oleh developer juga sengaja mengedepankan konsep perumahan berkontur miring. Untuk kasus villa yang terletak di lereng, perlu dilihat sudut kemiringan lereng dan kondisi tanah. Jika lereng curam, tetapi struktur
tanah kokoh, seperti karang atau cadas, maka hal itu masih
diperbolehkan untuk tempat membangun. Tetapi jika struktur tanah gembur, maka hal tersebut bisa membahayakan dengan melapis lereng dengan beton atau dengan cara-cara lain agar tidak longsor. Seiring dengan perkembangan zaman, jika kita membangun rumah di atas lahan yang kurang baik, kita terpaksa merekayasa kondisi alam dengan menciptakan tambahnya, bisa dilakukan pengembang dengan membuat danau, air mancur, tanah yang di cut and fill. Kemiringan tanah yang akan penulis bahas antara 30 0 - 480, dengan asumsi bahwa pada kemiringan lebih dari 48 0 pada umumnya tidak dipergunakan sebagai lahan untuk tempat tinggal
karena
terlalu
curam.
Faktor gradasi atau kemiringan kontur sangat mempengaruhi sistem utilitas terutama drainase, jika salah penempatan ruang pada gradien tertentu maka akan sangat mengganggu operasional sistem drainase. Demikian juga pemandangan dari dan ke luar site akan terganggu atau tidak maksimal. Dalam
Studio Perancangan Arsitektur 3
13
mengolah lahan yang memiliki kemiringan tertentu di perlukan perlakuan khusus yang berbeda dengan lahan yang memiliki permukaan rata. Dengan proses perencanaan yang matang lahan berkontur miring dapat di manfaatkan sedemikian rupa hingga dapat menghasilkan suatu proses perancangan bangunan yang khas dan memiliki karakter yang sesuai dengan lahan berkontur miring.
Gambar 2.8 Metode Cut & Fill Sumber: http://docs.autodesk.com/CIVIL/2010/ENU/AutoCAD%20Civil%202010%20 User%20Documentation/images/ISD/TuckermanWEB/English/ai_surface_stratum.png
Penahan tanah yang di cut & fill dengan menggunakan tanggul dapat dengan menggunakan bahan tambahan dapat dilakukan dengan pagar palisade (pengembangan pagar anyaman alami dari akar tanaman), dengan bantalan hijau tunggal maupun berganda, atau dengan beronjong (gabion) yang ditanami sebagai berikut.
PAGAR
BANTALAN
BERONJONG
BANTALAN
ISOMETRI BANTALAN
Studio Perancangan Arsitektur 3
14
Lahan berkontur miring merupakan tipe lahan yang memiliki ketidaksetaraan tinggi lahan, berbeda dengan lahan datar yang hampir memiliki ketinggian setara atau datar, tidak memiliki perbedaan ketinggian. Kondisi lahan seperti ini biasanya dapat kita jumpai di daerah dataran tinggi seperti pegunungan atau perbukitan. Beberapa dapat kita jumpai di daerah dataran rendah, namun perbedaan tinggi lahan biasanya tidak seekstrim di daerah dataran tinggi. Sebagian masyarakat merasa kesulitan jika ingin membangun hunian pada lahan berkontur miring. Beberapa cenderung meratakan kondisi lahan dengan menggali atau mengurug tanah sehingga didapatkan kondisi lahan yang datar unuk mempermudah membangun hunian. Hal ini secara teknis pembangunan memang lebih mudah, namun cukup memakan biaya untuk penggalian maupun pengurugan lahan tersebut. Sebaliknya, memiliki lahan berkontur miring bukan berarti sulit untuk memanfaatkannya. Lahan berkontur miring memiliki nilai tersendiri, jika dapat mengolah lahan tersebut dengan bijak, maka hunian yang dibangun di atas lahan berkontur miring memiliki nilai estetis yang sangat tinggi, yang tidak dimiliki oleh hunian yang dibangun di atas lahan datar. Untuk lahan berkontur miring yang akan di bangun hunian atau rumah tinggal, sebaiknya tetap mempertahankan kondisi eksisting lahan. Hal ini salah satu cara adalah dengan menyesuaikan desain rumah tinggal dengan kondisi lahan. Penggalian dan pengurugan memang akan diperlukan, namun hanya sebagian kecil, tidak untuk meratakan kondisi lahan berkontur miring secara keseluruhan. Ketinggian pada desain rumah tinggal akan mengikuti tinggi kontur, sehingga beberapa ruang dalam rumah memiliki kemungkinan berada pada ketinggian yang berbeda. Perbedaan ketinggian dalam ruang ini dikoneksikan atau dihubungkan dengan beberapa anak tangga atau ramp. Desain rumah tinggal di lahan berkontur miring memiliki nilai seni atau artistik yang tinggi jika didesain secara baik. Fungsi ruang publik dan ruang privat dalam hunian dapat dibatasi melalui perbedaan tinggi ruang, hal ini biasa disebut dengan pembatas imajiner, dimana fisik pembatas tidak selalu terlihat, seperti pembatas menggunakan dinding, namun dapat dilakukan tanpa dinding
Studio Perancangan Arsitektur 3
15
dengan perbedaan ketinggian lahan. Beberapa ruang dalam rumah mendapatkan view yang berbeda, ini menambah pengalaman pengguna dalam ruang, pengguna dapat menemukan view baru antar ruang sehingga mengurangi rasa bosan ketika seharian berada dalam rumah.
1. PENGOLAHAN LAHAN BERKONTUR MIRING
Hunian di atas tanah tidak rata memiliki keunikan dibandingkan dengan rumah berlantai satu (tanpa lantai atas), yang berada di atas tanah tidak berkontur miring. Rumah berlantai satu memang tidak meletihkan karena tidak ada tangga yang setiap saat akan mengantarkan tubuh kita dari lantai satu ke lantai yang lain. Keunikan lain yang tidak di dapat lahan datar adalah pemandangannya. Pada lahan ini muka bangunan akan dapat terbentuk menjadi dua sisi. View yang dihasilkan jauh lebih menarik. Tipe-tipe kontur: Perbedaan ketinggian tanah dapat menjadi nilai lebih terhadap lokasi hunian apabila karakteristik topografi tanah menjadi bagian dari desain bangunannya sehingga menjadi ciri khas hunian. Dalam hal ini ada beberapa cara mengolah lahan yang berkontur miring untuk didirikan sebuah hunian. • Sistem Cut and Fill Untuk mengolah perancangan bangunan di atas tanah miring dapat dilakukan cut and fill (gali dan uruk). Istilah ini mnegandung arti bahwa dilakukan pemotongan atau penggalian dan pengisian atau pengerukan semata-mata pada keperluan untuk mempermudah meletakkan lantai-lantai bangunan, agar dapat menciptakan ruangan-ruangan di kemiringan permukaan tersebut. Jadi, metode cut and fill sama sekali tidak meratakan total kemiringan tanah, tetapi harus diartikan mengolah rancangan bangunan atau rancangan potongan dengan sejauh mungkin memanfaatkan potensi-potensi dan kemungkinan-kemungkinan khas yang diberikan oleh kemiringan tanah tersebut.
Studio Perancangan Arsitektur 3
16
2. PENGOLAHAN
BANGUNAN
PADA
LAHAN
BERKONTUR
MIRING
Penyesuaian rumah pada topografi tapak merupakan tuntunan penting. Sesuai kemiringan lerengan gunung dapat dimanfaatkan rumah split-level atau rumah sengkedan sebagai berikut:
Rumah split-level yang berdiri sendiri, berderet, dan sebagainya pada lerengan <10% ( <6°), rumah seperti ini dikerena topografi tanah merupakan lerengan landai, maka memiliki dua lantai yaitu dibagian bawah dan di bagian atas lerengan, biasanya dengan beda tinggi setengah tingkat rumah.
Rumah sengkedan yang berdiri sendiri, berderet, dan sebagainya pada lerengan >10% ( >6°), merupakan rumah yang karena topografi tanah merupakan lerengan yang agak terjal, meka memiliki susunan tingkat rumah yang sesuai garis kontur, dengan beda tinggi selalu satu tingkat rumah.
Rumah sengkedan yang tersusun ( terraced houses ) pada lerengan ±20% (± 11°)
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam hunian membangun di atas tanah yang berkontur miring:
Menyesuaikan bangunan dengan kontur tanah, sebaiknya bangunan yang akan dibangun mengikuti lekukan tanah yang ada.
Cek kepadatan tanah untuk membangun pondasi bangunan.
Penggunaan Split level akan membuat bangunan lebih menarik.
Jika kontur tajam, sebaiknya memanfaatkan ruang pada kontur menjadi bagian dari bangunan.
Menyesuaikan posisi split level untuk mendapatkan view yang terbaik.
Memilih material yang kuat secara konstruksi untuk menopang bangunan.
Menganalisis kondisi iklim sekitar sebelum menentukan desain bangunan.
Studio Perancangan Arsitektur 3
17
Memperhatikan jalur buangan air dan sumber air pada site, untuk menjadi pertimbangan dalam membuat sistem drainase.
Jika menginginkan split level yang landai, sebaiknya menggunakan sistem cut and fill pada kontur, sehingga bisa disesuaikan dengan desain bangunan.
Studio Perancangan Arsitektur 3
18
BAB III METODE PENULISAN
3.1 Metode Penulisan Adapun metode penulisan yang digunakan adalah: 3.1.1 Jenis Penulisan Jenis penulisan yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif, yaitu menggunakan metode studi pustaka dengan mengkaji dan membandingkan sumber-sumber yang relevan sesuai dengan judul penulisan dan objek yang telah diobservasi. 3.1.2 Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan adalah se bagai berikut: 1. Studi Pustaka Mencari literatur-literatur, pustaka, atau artikel-artikel yang terkait dengan hotel dan lahan berkontur miring, baik dari buku ataupun sumber internet. 2. Observasi Melakukan observasi langsung ke salah satu hotel resort yang dibangun pada tapak berkontur miring di daerah Ubud untuk mengetahui keadaan riil pada tapak maupun hotel resort tersebut. 3. Wawancara Wawancara dilakukan untuk mengetahui secara detail beberapa fungsi, fasilitas, dan hal lain yang berkaitan degan hotel resort tersebut. Wawancara dilakukan terhadap front office manager dari hotel terkait.
Studio Perancangan Arsitektur 3
19
3.1.3 Waktu dan Tempat Observasi Observasi ini dilakukan pada tanggal 8 Februari 2015 pukul 10.00 WITA di Pita Maha Resort & Spa (Jl. Sanggingan, PO Box 198, Ubud, Bali). Narasumber & Guide: Bapak Gus Dek menjabat sebagai Front Office
Manager
Gambar 3.1 Dokumentasi Bersama Narasumber Sumber: Dokumentasi Pribadi
3.1.4 Teknik Analisis Data Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis dengan tenik deskriptif kualitatif dengan membandingkan antara kajian pustaka dengan hasil observasi yang telah dilakukan.
Studio Perancangan Arsitektur 3
20
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Lokasi Pita Maha Resort & Spa Pita Maha Resort & Spa adalah salah satu dari hotel dan villa yang merupakan bagian dari Pita Maha Resorts Group yang berada di daerah Ubud tepatnya terletak di jalan Sanggingan, Ubud, Gianyar (Daerah Bukit Tjampuhan). Pita Maha Resort & Spa berjarak hanya 3 km dari pusat Ubud
dan dapat diakses hanya dengan 1 jam 30 menit berkendara dari Bandara Internasional Ngurah Rai. Pita Maha Resort & Spa terletak pada suatu tapak berkontur miring yang strategis yang berada tepat di depan sungai Oos di bukit Tjampuhan sehingga memberikan suasana alami dan sensasional yang akan memanjakan mata pengunjung dengan keindahan alamnya yang masih asri.
Gambar 4.1 Pulau Bali Sumber: https://infopulaubali.files.wordpress.com/2011/01/bali.png
Gambar 4.2 Kabupaten Gianyar Sumber: Google Map
Studio Perancangan Arsitektur 3
21
U
Gambar 4.3 Peta Lokasi Pita Maha Resort & Spa di Jalan Sanggingan, Ubud Sumber: Google Map
Pemilik dari Pita Maha Resort & Spa adalah seorang yang sangat terkenal di daerah Gianyar, beliau adalah Tjokorda Gede Putra Sukawati. Dalam mendesain Pita Maha Resort & Spa, beliau dibantu oleh Cokorda Gede sebagai arsiteknya. Pita Maha Resort & Spa diresmikan tanggal 1 Desember 1995 dan sekarang Pita Maha Resort & Spa sudah resmi berdiri sekitar 21 tahun. Luas lahan dari Pita Maha Resort & Spa adalah 1,8 Hektar yang terdiri dari 24 private villa dengan 4 tipe yang berbeda.
Studio Perancangan Arsitektur 3
22
Spesifikasi bangunan Pita Maha Resort & Spa ini ialah sebagai berikut : 1. Nama Objek
: Pita Maha Resort And Spa
2. Fungsi
: Wisma dan Tempat Rekreasi
3. Jenis Bangunan
: Hotel Resort (Mountain Resort)
4. Pemilik
: Tjokorda Gede Putra Sukawati
5. Lokasi
: Jl.Sanggingan, PO Box 198, Ubud, Bali
6.
: Cokorda Gede
Desain Arsitek
7. Awal Pengerjaan
: 1987
8. Grand Opening
: 1995
9. Luas Tanah
: 1,8 hektare
10. Jumlah Villa
: 24 Private Villa
11. Group
: Pita Maha Resorts Group
Gambar 4.4 Salah Satu View dari Pool Duplex Villa, Pita Maha Resort & Spa Sumber: Dokumen Sumber: Dokumen Pita Maha resort resort & Spa Spa
Studio Perancangan Arsitektur 3
23
Gambar 4.5 Pita Maha Resort & Spa (Tampak Atas) Sumber: Dokumen Sumber: Dokumen Pribadi Pribadi
Studio Perancangan Arsitektur 3
24
Untuk jenis kemiringan lahan, Pita Maha Resort & Spa memiliki kemiringan sekitar 40 0. Adapun lahan berkontur memiliki tipe-tipe seperti
berikut : 1. Butte
Kontur tanah dengan tipe Butte Butte ini memiliki kemiringan ekstrim sampai 90o dan tidak cocok digunakan sebagai lahan untuk pembangunan.
2. Meadow
Kontur tanah dengan tipe meadow berupa dataran luas dengan kemiringan tanah yang tidak terlalu ekstrim ≤ 30 o tanah dengan tipe kontur meadow ini biasa digunakan untuk lapangan golf. 3. Bay Promontory
Studio Perancangan Arsitektur 3
25
Kontur tanah dengan tipe Bay Promontory memiliki tampak seperti bukit bukit kecil memanjang yang didasarnya terdapat dataran luas/pantai, kemiringannya mencapai ≥45 0.
4. River Bottom Flood Plain
Kontur tanah dengan tipe River Bottom Flood Plain merupakan bukit memanjang dengan kemiringan tanah ≤45o yang didasarnya terdapat sungai. Kontur seperti ini banyak dimanfaatkan sebagai hotel, villa, resort, cottage, dll. Beberapa tipe kontur lainnya:
Studio Perancangan Arsitektur 3
26
Berdasarkan jenis-jenis lahan berkontur di atas, Pita Maha Resort & Spa ini tergolong ke dalam jenis River Bottom Flood Plain di mana pada
bagian timur dari Pita Maha Resort & Spa merupakan perbukitan dan dibatasi oleh sungai Oos. PITA MAHA RESORT & SPA
SUNGAI OOS
ARAH KEMIRINGAN TAPAK
Studio Perancangan Arsitektur 3
27
4.2 Pengaruh Tapak Berkontur miring pada Pita Maha Resort & Spa, Ubud, Bali Hasil Observasi yang penulis lakukan di Pita Maha Resort & Spa ini terletak di Kabupaten Gianyar, Bali, tepatnya di Jalan Sanggingan, Ubud. Lokasi Pita Maha Resort & Spa ini berlokasi tepatnya di lereng bukit Tjampuhan yang menghadap sungai Oos dengan pemandangan sawah, lembah, dan sungai. Pita Maha Resort and Spa terletak di kawasan Ubud, hanya berjarak beberapa menit dari pusat kawasan wisata Ubud, dengan akses yang mudah ke Monkey Forest, Museum seni, Istana Ubud dan Pasar Seni Ubud. Pita Maha Resort & Spa hanya 45 menit berkendara dari Sanur dan Kitamani dan hanya 1 jam 30 menit dari wilayah Denpasar. Resort ini menampilkan Gaya Bali Klasik atau Tradisional Bali yang memanfaatkan potensi keindahan alam di daerah Ubud. Wilayah ubud terkenal dengan area yang kaya dengan potensi alamnya dan budayanya. Berbagai arah memiliki potensi alam dari lokasi Pita Maha Resort & Spa ini seperti bagian:
SUNGAI OOS
PITA MAHA RESORT & SPA
Gambar 4.6 Batas - Batas Pita Maha Resort & Spa (Tampak Atas) Sumber: Dokumen Pribadi
- Utara
: Perbukitan dan Permukiman
- Timur : Perbukitan dan Sungai Oos - Selatan : Anhera Suites Resort Bali - Barat
: Jalan Raya Sanggingan, Ubud dan Permukiman Warga
Studio Perancangan Arsitektur 3
28
Dari lokasi Pita Maha ini dapat ditarik berbagai masalah mulai dari lokasi site yang berkontur miring karena letaknya di kawasan lereng bukit Tjampuhan di mana memerlukan perlakuan khusus dalam merancangnya. Pembangunan resort di tapak yang berkontur miring terkadang menimbulkan pengaruh pengaruh baik pengaruh positif maupun negatif yang mempengaruhi desain rancangan resort khususnya Pita Maha Resort & Spa. Pengaruh tersebut antara lain, sebagai berikut: 1. Menguntungkan dari segi pemandangan dan menimbulkan sensasi alami
Tanah berkontur miring merupakan tanah yang memiliki bentuk bidang tanah yang tidak rata, bangunan yang di bangun di atas tanah tidak rata memiliki keunikan dibandingkan dengan bangunan yang berada di atas tanah tidak berkontur miring atau di tanah dengan bidang datar. Keunikan lain yang tidak di dapat lahan datar adalah pemandangannya. Pada lahan berkontur miring ini view yang dihasilkan jauh lebih menarik. Seperti yang terdapat di Pita Maha Resort & Spa yang telah diobservasi di mana wisatawan dapat merasakan pengalaman baru dalam berwisata.
Gambar 4.7 View pada Pita Maha Resort & Spa Sumber: Dokumen Pribadi
Studio Perancangan Arsitektur 3
29
Gambar 4.8 View dari Lobby Pita Maha Resort & Spa Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 4.9 View dari Pool Duplex Villa Pita Maha Resort & Spa Sumber: Dokumen Pribadi
Studio Perancangan Arsitektur 3
30
2. Adanya penggunaan pola terassiring pada Pita Maha Resort & Spa
Selain menambah nilai plus dari segi nilai pemandangan, tanah berkontur miring menyebabkan adanya penggunaan pola terassiring di mana pada pola ini proses pelaksanaannya menggunakan metode cut and fill. Pada pola terassiring juga menyebabkan adanya permainan massa bangunan dengan ketinggian yang berbeda hasil dari perbedaan ketinggian tapak itu sendiri.
Gambar 4.10 Pola Terassiring Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 4.11 Pola Terassiring pada Pita Maha Resort & Spa Sumber: Dokumen Pribadi
Studio Perancangan Arsitektur 3
31
3. Adanya penggunaan teras melayang
Perubahan tinggi permukaan yang ada dapat didramatisir dengan penggunaan teras yang melayang. Teras melayang dapat memberikan sensasi tersendiri bagi para wisatawan, pengalaman baru bagi mereka, serta kesan yang berbeda terhadap resort di tapak berkontur miring, khususnya Pita Maha Resort & Spa.
Gambar 4.12 Ilustrasi Teras Melayang Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 4.13 Teras Melayang pada Pita Maha Resort & Spa Sumber: Dokumen Pribadi
Studio Perancangan Arsitektur 3
32
4. Jalan setapak yang dinamis
Perbedaan ketinggian tanah pada tapak berkontur miring terkadang membuat jalan setapak yang terdapat di dalam suatu tempat khususnya Pita Maha Resort & Spa terlihat dinamis dan sporty. Wisatawan dapat merasakan kealamian akibat adanya perbedaan ketinggian tanah tersebut. Selain itu, vegetasi yang ada juga membuat suasana alami semakin terasa.
Gambar 4.14 Jalan Setapak yang Dinamis pada Pita Maha Resort & Spa Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 4.15 Vegetasi yang Ada Menambah Kesan Alami Sumber: Dokumen Pribadi
Studio Perancangan Arsitektur 3
33
Adapun pengaruh negatif berdasarkan wawancara terhadap narasumber antara lain, sebagai berikut: 1. Tapak rawan erosi
Gambar 4.16 Fenomena Erosi Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 4.17 Ilustrasi Erosi Sumber: Dokumen Pribadi
Pengikisan tanah di lahan berkontur sangat rawan. Hal ini terjadi karena lahan berkontur tidak rata. Air hujan yang terus-menerus mengikis tanah akan menyebabkan kepadatan tanah menjadi berkurang sehingga kemampuan menahan beban lebih lemah ditambah lagi oleh masa tanah dan bangunan dan gravitasi sehingga beban tanah lebih berat.
Studio Perancangan Arsitektur 3
34
Namun, kendala erosi tersebut sudah diatasi dengan penerapan sistem cut and fill di mana pada bagian tanah yang di potong dan diurug, dibangun tanggul yang berbahan batu kali.
Gambar 4.18 Ilustrasi Sistem Cut and Fill Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 4.19 Penerapan Pembangunan Tanggul di Pita Maha Resort & Spa Sumber: Dokumen Pribadi
Studio Perancangan Arsitektur 3
35
2. Biaya pelaksanaan membangun dan perawatan yang lebih mahal
Memang tak dipungkiri, tapak berkontur miring memang akan memakan biaya yang lebih besar ketika dilaksanakannya proses pembangunan dikarenakan tapak ini perlu penanganan khusus seperti adanya penggunaan sistem cut and fill agar bisa aman dan nyaman ketika sudah bisa ditempati oleh pengguna.
Gambar 4.20 Bahan-bahan Bangunan yang Tergolong Mahal Digunakan di Pita Maha Resort And Spa Sumber: Dokumen Pribadi
Selain itu, desain yang unik dengan kesan tradisional seperti granit, alang-alang, kayu, dan bambu juga menambah besar biaya pembangunan yang digunakan. Tidak hanya itu, biaya perawatan yang di gunakan pun tidak sedikit mengingat luasnya lahan serta desain yang memang agak sulit untuk maintenancenya seperti penerapan konsep expose pada rangka atapnya yang memerlukan banyak biaya.
Gambar 4.20 Rangka Ekspose Menambah Biaya Perawatan Sumber: Dokumen Pribadi
Studio Perancangan Arsitektur 3
36
4.3 Karakteristik Desain dan Fasilitas yang Ada pada Pita Maha Resort & Spa, Ubud, Bali A. Karakteristik Desain pada Pita Maha Resort & Spa Resort yang terukir di sisi bukit Tjampuhan ini menawarkan 24 private villa dalam gaya arsitektur tradisional yang mengingatkan kepada keunikan arsitektur tradisional Bali. Pita Maha Resort & Spa termasuk ke dalam resort butik yang sangat identik dengan arsitektur kontemporer di mana dalam konsep yang modern masih diiringi dengan langgam arsitektur tradisional Bali yang terlihat baik pada interior maunpun eksteriornya dengan tujuan untuk menghormati warisan leluhur terutama di bidang arsitektur. Ciri-ciri adanya langgam arsitektur tradisional Bali terlihat di beberapa bagian antara lain, sebagai berikut:
1. Adanya ukiran-ukiran di beberapa bagian dinding
Gambar 4.21 Ukiran pada Dinding Teras Garden Villa Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 4.22 Karang Boma pada Pintu Lobby Sumber: Dokumen Pribadi
Studio Perancangan Arsitektur 3
37
Adanya ukiran, terutama karang boma pada pintu masuk utama dari Pita Maha Resort & Spa memberikan kesan yang sangat kuat terhadap penerapan arsitektur tradisional Bali pada bangunannya.
2. Adanya penggunaan sesaka di beberapa bagian bangunan
Gambar 4.23 Ukiran pada Dinding Teras Garden Villa Sumber: Dokumen Pribadi
Sesaka juga merupakan salah satu ciri khas dari arsitektur tradisional Bali yang berfungsi menyangga sineb dan lambang sebagai bagian dari rangka atap bangunan. 3. Penggunaan bahan bambu dan kayu yang dominan pada setiap bangunan
Gambar 4.24 Penggunaan Kyu dan Bambu sebagai Rangka Atap Bangunan Sumber: Dokumen Pribadi
Studio Perancangan Arsitektur 3
38
Rangka atap yang terbuat dari kayu dan bambu juga menjadi ciri khas arsitektur tropis dan arsitektur tradisional, khususnya arsitektur tradisional Bali yang diterapkan pada desain bangunan di Pita Maha Resort & Spa. 4. Adanya penggunaan alang-alang sebagai penutup atap ba ngunan
Gambar 4.25 Penutup Atap Alang-alang Digunakan pada Atap Pool Bar Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 4.26 Alangalang Digunakan pada Atap Pool Garden Villa Sumber: Dokumen Pribadi
Alang-alang digunakan sebagai penutup atap pada semua bangunan yang ada di Pita Maha Resort & Spa untuk menambah kesan tradisional dan alami yang menjadi tema di Pita Maha Resort & Spa.
Studio Perancangan Arsitektur 3
39
5. Adanya angkul-angkul di setiap private villa
Gambar 4.27 Angkulangkul pada Pool Garden Villa Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 4.28 Angkul-angkul pada Garden Villa Sumber: Dokumen Pribadi
Angkul-angkul merupakan salah satu ciri khas dari arsitektur tradisional Bali yang merupakan jalan masuk utama menuju suatu pekarangan rumah. Di Pita Maha Resort & Spa angkul-angkul difungsikan sebagai jalan masuk utama menuju masing-masing private villa.
Studio Perancangan Arsitektur 3
40
B. Fasilitas yang Ada pada Pita Maha Resort & Spa Pita Maha Resort & Spa menyediakan berbagai fasilitas yang memuaskan bagi para wisatawannya di mana fasilitas tersebut antara lain 24 private villa, restaurant, lounge, spa, dan lain-lain. Selain itu, sebagai pendukung kinerja resort, terdapat beberapa fasilitas antara lain jalan setapak yang menghubungkan semua massa bangunan yang ada di Pita Maha Resort & Spa, tempat parkir, dan lain-lain.
1. Private Villa Fasilitas private villa yang disediakan oleh Pita Maha Resort & Spa ada empat jenis yaitu Garden Villa, Pool Garden Villa, Pool Duplex Villa, dan Spa Villa, dimana Spa Villa merupakan yang termahal.
No.
Tipe Villa
Jumlah
Harga
1
Garden Villa
8
Rp 4.400.000
2
Pool Garden Villa
12
Rp 5.100.000
3
Pool Duplex Villa
3
Rp 6.500.000
4
Spa Villa
1
Rp 12.900.000
Studio Perancangan Arsitektur 3
41
Keterangan :
Spa Villa (1 Unit)
Pool Duplex Villa (3 Unit)
Pool Garden Villa (12 Unit)
Garden Villa (8 Unit) Gambar 4.29 Roof Plan Pita Maha Resort & Spa Sumber: Dokumen Pribadi
A. Garden Villa
Tipe Garden Villa ini adalah one bedroom villa yang terdiri dari 8 unit dengan masing-masing luas area 150m 2, dimana disetiap kamar ini memiliki keindahan alam yang yang terletak di berbagai sudut setiap kamar. Tipe villa ini diperuntukan bagi wisatawan yang ingin menikmati pemandangan dan waktu bersantai di Desa Tradisional Ubud. Garden Villa ini memiliki ruang tidur dengan double bedroom dengan ketentuan hunian maksimal ialah 3 Dewasa dengan satu tempat tidur tambahan atau 2 Dewasa + 2 Anak-anak dengan penambahan satu tempat tidur.
Studio Perancangan Arsitektur 3
42
Gambar 4.30 Eksterior Garden Villa Sumber: Dokumen Pribadi
Sedangkan untuk Anak di bawah 12 tahun fasilitas yang diberikan ialah
Satu Anak mendapatkan satu tempat tidur
tambahan secara gratis namun tidak termasuk biaya sarapan. Di area lain, living area yang mewah ini berpadu dengan kamar mandi en -suite menggunakan bathup yang mewah dan perabot kayu bergaya tradisional Bali yang berasal dari karya-karya seniman Ubud lokal yang seimbang dengan kenyamanan modern. Fasilitas lainnya berupa free wifi untuk pelayanan internet terhadap penghuni villa.
Studio Perancangan Arsitektur 3
43
Denah Garden Villa
Gambar 4.32 Interior Garden Villa Sumber: Dokumen Pita Maha Resort & Spa
Pada area Interior dari Garden Villa ini terdapat 1 kamar tidur, 1 living room dan 1 buah kamar mandi, Pada Interior ini terdapat 1 buah king size bed yang terdapat pada area kamar tidur
Studio Perancangan Arsitektur 3
44
yang bisa menampung 2-3 orang dewasa. Pada area living room terdapat
kursi
panjang
dan
beberapa
kursi
kecil
yang
memungkinkan 1 keluarga untuk berkumpul bersama sambil menonton tv.
Gambar 4.33 Rangka Atap Garden Villa Sumber: Dokumen Pribadi
Elemen penyusun dari ruangan ini di dominasi oleh material alami berupa kayu sebagai rangka atap dan alang-alang sebagai penutup atap yang di expose sehingga kesan natural bisa tercipta pada area ini. Elemen samping terdapat banyak bukaan sehingga udara segar dari luar bisa masuk ke dalam ruangan dengan mudah.
Gambar 4.34 Lukisan Pewanyangan pada Bagian Belakang Bed Sumber: Dokumen Pribadi
Studio Perancangan Arsitektur 3
45
Pada dinding di belakang bed terdapat lukisan yang menceritakan tentang legenda-legenda yang ada di Bali, hal ini menambah kesan tradisional Bali yang sangat kental pada interior. Untuk lantai digunakan batu marmer sebagai penutupnya karena batu marmer menimbulkan kesan dingin sehingga ruangan lenih terasa sejuk dan mewah.
Gambar 4.35 Area Kamar Mandi Terbuka Sumber: Dokumen Pribadi
Pada Garden Villa ini juga terdapat area kamar mandi terbuka untuk menambah kesan natural yang diberikan saat mandi.
Gambar 4.36 Teras Samping Garden Villa Sumber: Dokumen Pribadi
Studio Perancangan Arsitektur 3
46
Gambar 4.37 Teras Depan Garden Villa Sumber: Dokumen Pribadi
Teras yang terdapat pada Garden Villa ini digunakan sebagai tempat pengunjung menikmati lingkungan sekitar, teras ini mengusung tema tradisional Bali pada setiap elemennya berupa kayu dan alang-alang yang di expose sebagai atap, pada tembok terdapat ukiran Bali dan tiang-tiang penunjang bangunan juga terdapat ukiran, hal ini menimbulkan kesan tradisional Bali yang sangat kental pada area ini.
B. Pool Garden Villa
Gambar 4.38 Eksterior Pool Garden Villa Sumber: Dokumen Pribadi
Studio Perancangan Arsitektur 3
47
Pita Maha Resort terdapat 12 units Pool Garden Villa dengan luasnya masing-masing sekitar 150 m2. Pool Garden Villa pada objek yang kami observasi menggunakan konsep-konsep desain tradisional Bali untuk menambah daya tarik wisatawan sekaligus memperkenalkan bagaimana desain tradisional Bali.
Denah Pool Garden Villa
Dengan menggunakan konsep tradisional Bali juga dapat mempertahankan konsep tradisonal Bali seiring dengan kemajuan zaman dimana konsep tradisional Bali semakin dipandang sebelah mata khususnya di kota-kota besar yang ada di Bali. Pool Garden Villa yang ada pada objek yang kami observasi konsisten setiap bangunannya menggunakan konsep tradisional Bali sehingga begitu banyak ornament-ornamen Bali yang menghiasi setiap bangunan yang ada. Konsep Tradisional Bali dapat menjadi daya jual yang mahal menjadikan alasan Pita Maha Resort tetap
Studio Perancangan Arsitektur 3
48
konsisten menggunakan konsep tersebut. Pool Garden Villa menjadikan view yang mewah dan lokal dengan pemandangan dari punggungan bukit Tjampuhan yang terkesan hijau tropis dan menjadikan aura yang sangat menyegarkan dengan kombinasi alam yang masih sangat alami.
Gambar 4.39 Plans Pool pada Pool Garden Villa Sumber: Dokumen Pribadi
Pool Garden Villa ini memiliki perbedaan yang khas pada konsep rancangan dengan dilengkapi plans pool sendiri/private Kolam renang pada block Pool Garden Villa memiliki luas sekitar 5m2 dengan kedalaman skitar 150 cm dengan berbentuk seperti kulit kacang agar design atau bentuk kolam renang tidak monotone sehingga dapat memeberikan irama yang dapat mengundang nilai estetika. Pada bagian pinggir kolam terdapat sundeck bed sebagai tempat bersantai saat menikmati areal sekitar kolam renang ini. Kolam renang (Plans Pool) ini terdiri di masing-masing bagian atau block villa. Pada bagian kolam juga dilengkapi dengan air mancur yang berasal dari patung kodok untuk menambah nilai estetika pada kolam. Pada bagian pinggir kolam menggunakan pasangan batu candi.
Studio Perancangan Arsitektur 3
49
Gambar 4.40 Open Shower Sumber: Dokumen Pita Maha Resort & Spa
Ditambah kamar mandi luar menjadikan lebih menyatu dengan suasana alam yang disekelilingnya di penuhi dengan landscape atau pertamanan hijau.
Gambar 4.41 Interior Pool Garden Villa Sumber: Dokumen Pribadi
Pada Bangunan Pool Garden Villa dibagi menjadi beberapa bagian seperti ruang tidur, kamar mandi, toilet, teras dan minibar. Pada bagian ruang tidur dilengkapi dengan double bed, Tv stereo atau set meja & televise, minibar, dressing table atau meja rias, cup board atau tempat membuat kopi dan wastafel. Seperti yang terlihat pada foto di atas dimana konsep-konsep tradisional Bali diaplikasikan hampir menghiasi seluruh bangunan.
Studio Perancangan Arsitektur 3
50
C. Pool Duplex Villa
Denah Pool Duplex
Studio Perancangan Arsitektur 3
51
Gambar 4.42 Kamar Tidur di Lantai 1 Pool Duplex Villa Sumber: Dokumen Pribadi
Pool Duplex Villa pada Pita Maha Resort tersedia 3 unit dengan luasnya masing-masing sekitar 350 m 2. Pada Pool Duplex Villa bangunan bertingkat dua dengan dua kamar tidur pada lantai 1 dan lantai 2. Pada ruang tidur lantai 1 tersedia dua tempat tidur double bed. Pool Duplex Villa juga memiliki satu kolam renang private yang lebih luas dari Pool Garden Villa sebelumnya. Sehingga bias menampung lebih banyak orang di dalamnya, kapasitas Pool Duplex Villa ini mencapai maksimal 5 orang dewasa dengan tambahan extrabed atau 4 orang dewasa di mana 2 orang diantaranya adalah anak-anak. Secara umum konsep yang digunakan pada unit ini sama percis dengan unit yang lainnya, hanya lebih luas dan penataan ruangnya yang berbeda.
Studio Perancangan Arsitektur 3
52
Gambar 4.43 Kamar Tidur di Lantai 2 Pool Duplex Villa Sumber: Dokumen Pita Maha Resort & Spa
Gambar 4.44 View dari Teras Atas Pool Duplex Villa Sumber: Dokumen Pribadi
Kamar tidur di lantai 2 pada Pool Duplex Villa berukuran 7 m
x 4 m terdapat double bed yang dapat menampung maksimal sekitar 1-2 orang pada masing-masing bednya. Kamar tidur ini dapat menampung anak-anak dari 1 keluarga yang menginap di Pool Duplex Villa. Elemen penyusun pada kamar tidur ini di dominasi kayu pada bagian lantai dinding dan atapnya, hal ini memberikan kesan yang natural untuk dinikmati. Disebelah kamar ti dur lantai 2
Studio Perancangan Arsitektur 3
53
ini terdapat teras yang cukup luas yang digunakan pengunjung untuk bersantai dan menikmati view langsung ke dasar bukit.
Gambar 4.45 Bathroom – Pool Duplex Villa Sumber: Dokumen Pribadi
Pada Pool Duplex Villa terdapat 2 buah kamar mandi yang terdapat di masing-masing lantai. Kamar mandi ini memiliki fasilitas berupa Bathtub (bak berendam), shower area, wc, wastafel dan cermin untuk mencuci muka, gosok gigi, mencuci tangan ataupun sekedar bercermin. Elemen penyusun dari kamar mandi ini di dominasi oleh batu alam berupa marmer yang menimbulkan kesan natural dan dingin.
Gambar 4.45 Bathroom – Pool Duplex Villa Sumber: Dokumen Pribadi
Studio Perancangan Arsitektur 3
54
Pada area teras di Pool Duplex Villa terdapat kursi untuk berdiskusi atau sekedar duduk santai ,di area ini pengunjung di suguhkan dengan view yang langsung mengarah ke dasar bukit yang terdapat pepohonan rindang dan sungai kecil. Hal ini membuat suasana menjadi lebih tenang dan segar.
Gambar 4.46 Plans Pool – Pool Duplex Villa Sumber: Dokumen Pribadi
Pada area eksterior di Pool Duplex Villa terdapat satu kolam renang yang cukup luas untuk digunakan untuk berenang atau sekedar berendam. Dari kolam ini pengunjung bisa menikmati view sambil berenang atau berendam. Di sekitar kolam di tanami pepohonan yang menambah kesan alami yang segar sehingga suasana di kolam ini menjadi tenang dan rileks.
Studio Perancangan Arsitektur 3
55
D. Spa Villa
Gambar 4.47 Kamar Tidur – Spa Villa Sumber: Dokumen Pribadi
– Spa Villa Gambar 4.48 Vi ew Sumber: Dokumen Pribadi
Pita Maha juga menyediakan fasilitas villa dengan tambahan spa di dalamnya. Private villa ini hanya tersdeia 1 unit saja. Pada area Spa Villa ini terdapat 1 buah kamar tidur dengan 1 buah king size bed yang memungkinkan pengunjung untuk menginap sekaligus merasakan sensasi spa yang terdapat dalam paket menginap di sini. Ruangan yang di desain dengan banyak bukaan dan elemen penyusun alami seperti lantai yang dilapisi batu marmer, dinding dilapisi batu paras dan pada atap struktur dan
Studio Perancangan Arsitektur 3
56
alang-alang di expose yang bisa memberikan kesan natural yang sangat terasa dalam kamar ini. Pengunjung bisa beristirahat sambil menikmati angin segar yang masuk melalui bukaan-bukaan besar ditambah gemericik air dari kolam yang terdapat di luar area kamar tidur.Di area kamar tidur ini juga terdapat beberapa kursi untuk pengunjung duduk santai sambil menikmati view berupa kolam renang dan pepohonan rindang yang terdapat di luar area kamar tidur.
Gambar 4.49 Bale Spa – Spa Villa Sumber: Dokumen Pribadi
Pada Bale Spa yang terdapat di Spa Villa ini merupakan tempat dilakukannya spa. Bale spa ini menyerupai teras dan terdapat 2 buah spa bed yang memungkinkan 2 orang melakukan proses spa secara bersamaan. Spa Villa sangat cocok ini menjadi pilihan pasangan baru yang ingin menginap sekaligus merasakan sensasi spa di Ubud. View yang mengarah langsung ke pepohonan yang terdapat di sekitar bukit menambah kesegaran dan memberikan kesan alami yang bisa dirasakan oleh pengunjung saat melakukan proses spa. Elemen penyusun bale spa ini di dominasi oleh kayu-kayuan yang terdapat pada atap, tiang penyangga bangunan dan furniture
Studio Perancangan Arsitektur 3
57
pendukung di bale spa ini, lantai terbuat batu marmer yang bertekstur agak kasar agar tidak licin saat terkena air. Elemen penyusun ini memberikan kesan natural dan tradisional sehingga proses spa menjadi lebih tenang dan menyegarkan.
Gambar 4.50 Plans Pool – Spa Villa Sumber: Dokumen Pribadi
Pada area eksterior di Spa Villa ini terdapat beberapa kolam yang bisa digunakan pengunjung untuk berenang dan sekedar berendam menikmati kesegaran daerah Ubud. View yang dapat dinikmati langsung mengarah pada dasar area bukit yang penuh dengan pepohonan, hal ini menambah kesan alami dan membuat pengunjung merasakan ketenangan dan melakukan penyegaran diri saat menginap di Spa Villa ini.
Studio Perancangan Arsitektur 3
58
2. Swimming Pool
Gambar 4.51 Swimming Pool – Spa Villa Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 4.52 Pool Bar – Spa Villa Sumber: Dokumen Pribadi
Area Swimming Pool utama pada hotel Pita Maha ini memiliki luas 1300cm x 2500cm dengan kedalaman 190cm untuk kolam dewasa dan 80cm untuk kolam renang anak-anak. Area ini terletak di pinggir tebing sehingga sangat cocok untuk mengaplikasikan
infinity
swimming pool karena view yang sangat indah dari tebing, sungai dan terasering yang luas dapat di nikmati sambal berenang. Pada pool deck
Studio Perancangan Arsitektur 3
59
terdaapat pool side bed yang dapat dingunakan untuk bersantai sambal melihat pemandangan. Material yang digunakan pada dasar kolam menggunakan vinyl batu alam sehingga terlihat alami. Selain itu, wisatawan yang ingin berkuliner sambil berenang juga terdapat pool bar di sebelah selatan kolam.
Gambar 4.53 Pool Shower – Spa Villa Sumber: Dokumen Pribadi
Di area ini juga terdapat pool shower untuk bilas dan mengeringkan badan sebelum kembali ke room. Dari pool deck menuju pool shower memiliki perbedaan level karena pengaruh kontur dan menambah nilai estetika. 3. Lounge Area Lounge memiliki luas 200m2. Area lounge ini terdapat 6 buah meja, dimana setiap mejanya terdapat 3 buah kursi. Lounge ini di manfaatkan untuk bersantai sambal mengobrol dan juga digunakan untuk area jika ada event seperti akustik atau tari-tarian. Terdapat bar juga di lounge ini yang menyediakan minuman beralkohol dan beraneka ragam juice.
Studio Perancangan Arsitektur 3
60
Gambar 4.54 Lounge Sumber: Dokumen Pribadi
Untuk material penutup lantai menggunakan keramik berwarna hitam doff sehingga tidak begitu mecolok dan tidak licin. Pada bagian tembok dilapisi dengan vinyl bermotiv kayu berwarna terang untuk kesan natural. Pilar-pilar pada lounge ini diitutupi dengan kayu di coting cokelat begitu juga dengan bar pada lounge ini. Untuk ceiling pada lounge menggunakan tekstur abu-abu dan kayu. Sebelum diubah menjadi tekstur, ceiling ini sempat menggunakan bedeg bambu, namun karena
termakan
waktu
dan
sudah
lapuk,
kemudian
diganti
menggunakan tekstur.
Gambar 4.55 Lounge Material Sumber: Dokumen Pribadi
Studio Perancangan Arsitektur 3
61
4. Restaurant
Gambar 4.56 Restaurant Sumber: Dokumen Pribadi
Selain lounge, terdapat juga restaurant. Restaurant Pita Maha Resort & Spa merupakan fasilitas yang terdapat dalam bangunan ini dimana pengunjung dapat bersantai sambil menikmati santapan yang tersedia. Restaurant Pita Maha Resort & Spa menyuguhkan tempat yang bernuansa tradisional dengan suasana yang nyaman dan tenang.restaurant ini berorientasi ke arah timur sehingga pemanfaatan cahaya matahari pada pagi hari sangat diutamakan,pengaplikasian hal tersebut dapat dilihat dari bentuk atap yang di buat setengah terbuka agar cahaya matari pagi yang menyehatkan dapat masuk tanpa halangan selain itu bentuk atap juga dibuat lebih dinamis agar tidak terkesan monoton.
Gambar 4.57 Lantai 2 Restaurant Sumber: Dokumen Pribadi
Studio Perancangan Arsitektur 3
62
Pada sekitar area Restaurant Pita Maha Resort & Spa terdapat berbagai jenis tumbuhan dan pepohonan sehingga sirkulasi udara berlangsung dengan sangat baik.hal ini sangat berpengaruh karena jika sirkulasi udara pada ruangan ini kurang baik akan membuat pengunjung merasa kurang nyaman saat berada di restaurant.
Gambar 4.58 Elemen Atas Restaurant Sumber: Dokumen Pribadi
Pada Restaurant Pita Maha Resort & Spa menggunakan granit berwarna cream sebagai bahan penutup lantai agar terkesan sejuk dan santai. Fasilitas yang terdapat seperti meja makan dan kursi dominan menggunakan bahan kayu dengan finishing warna coklat sesuai dengan konsep ruangan yang tradisional dan alami.
Gambar 4.59 Elemen Samping Restaurant Sumber: Dokumen Pribadi
Studio Perancangan Arsitektur 3
63
Elemen samping pada Restaurant Pita Maha Resort & Spa menggunakan kombinasi bahan kayu finishing cokelat tua dengan anyaman bambu yang rapi, hal ini semakin menguatkan konsep ruang yang natural dan tradisional. Selain itu pada dinding ruangan dipajang berbagai macam lukisan besar yang menggambarkan kegiatan penduduk daerah setempat, tidak hanya itu terdapat juga pajangan berupa topeng-topeng khas tradisional Bali.
5. Spa
Gambar 4.60 Spa Sumber: Dokumen Pita Maha Resort & Spa
Dikarenakan keterbatasan saat observasi sehinggan kami menggunakan foto yang kami dapat dari staff. Pada bangunan spa di Pita Maha Resort & Spa ini menghadirkan konsep bangunan tradisonal Bali, yang mana kita dapat lihat dari bentuk tiang tiang yang mengambil bentuk sesaka pada arsitektur tradisional Bali, serta ornamen ukiran Bali yang terletak pada canggahwangnya. Pada bangunan spa ini banyak menggunakan bahan-bahan dari alam yaitu kayu, bambu, dan alang-alang pada atapnya. Pada bangunan ini juga terdapat plans pool yang terletak dibawah ruangan spa, memberikan kesan sejuk terhadap ruangan yang berada
Studio Perancangan Arsitektur 3
64
diatasnya terutama pada ruangan spa. Plans pool ini juga memberikan kenyamanan serta rasa tenang ketika melakunan massage bagi pengunjung. Pada bangunan spa di Pita Maha Resort & Spa, orientasi menghadap kearah timur sehingga pemanfaatan matahari dipagi hari sangat dimanfaatkan, juga terdapat hamparan bukit dengan pepohonan yang cukup rimbun yang memberikan kesan sejuk serta didukung dengan susana yang sejuk di tempat tersebut akan memberikan kenyamanan serta pengalaman spa yang terbaik dan damai yang dirasakan penghuni ataupun pengunjung yang melakukan massage pada tempat tersebut. 6. Lobby
Gambar 4.61 Furniture - Lobby Sumber: Dokumen Pita Maha Resort & Spa
Pada lobby hotel ini, di bagian pintu depan terdapat ukiran Bali dan karang boma yang menimbulkan kesan tradisional. Tidak hanya bagian depan, pada pintu menuju ke room juga terdapat ukiran yang sama. Fungsi dari lobby ini untuk menyambut tamu dan untuk mengurus tamu yang akan check-in atau check-out, juga untuk tamu duduk menunggu sambil melihat pemandangan.
Studio Perancangan Arsitektur 3
65
KARANG BOMA
Gambar 4.62 Karang Boma - Lobby Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 4.63 Front Office Sumber: Dokumen Pribadi
Posisi lobby ini paling tinggi dari area yang lain sehingga, dapat melihat keadaan di swimming pool dan pemandangan dari lobby. Di lobby terdapat front desk, 3 buah meja tamu dan 8 buah sofa single. Material penutup lantai pada lobby menggunakan marmer berwarna krem untuk kesan naturan dan menimbulkan kesan elegan. Untuk
Studio Perancangan Arsitektur 3
66
bagian tembok lobby dan front office menggunakan paras jogja yang diukir Bali. Kemudian untuk pilar-pilarnya di tutupi dengan kayu yang di coting cokelat tua. Untuk bagian atas diekspose, sehingga terlihat usuk-usuknya dan penataan pasangan alang-alang yang menimbulkan kesan yang lebih tradisional.
7. Jalan Setapak
Gambar 4.64 Jalan Setapak Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 4.67 Jalan Setapak – Pita Maha Resort & Spa Sumber: Dokumen Pribadi
Studio Perancangan Arsitektur 3
67
Gambar 4.68 Anak Tangga – Pita Maha Resort & Spa Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 4.69 Anak Tangga Menuju Garden Villa – Pita Maha Resort & Spa Sumber: Dokumen Pribadi
Pada Pita Maha Resort & Spa ini terdapat jalan setapak berupa peninggian level tanah dan juga berupa anak-anak tangga yang disusun secara dinamis. Anak tangga didesain dengan tingkat kemiringan yang normal sehingga sirkulasi manusia berjalan lancar dan civitas tidak lelah berjalan. Selain itu Pita Maha Resort & Spa sangat memanfaatkan
Studio Perancangan Arsitektur 3
68
sumber daya alam berupa pepohonan yang masih indah sebagai nilai estetika juga sebagai penahan tanah (pohon yang akarnya kuat).
8. Tempat Parkir
Gambar 4.70 Tempat Parkir – Pita Maha Resort & Spa Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 4.71 Drop Off Area Sumber: Dokumen Pribadi
Parkir Pita Maha Resort & Spa menyuguhkan tempat yang cukup luas bagi pengunjung sehingga pengunjung merasa nyaman dan tenang memarkir mobilnya disini. Selain itu suasana pengap dan panas yang biasanya dirasakan pada area parker dapat dinetralisir oleh adanya
Studio Perancangan Arsitektur 3
69
banyak pohon perindang di sekitar area parker. Akses dan sirkulasinya juga cukup baik karena di depan tempat parker terdapat jalan yang cukup besar untuk mobil mendapatkan haluan sebelum memarkir mobil ataupun keluar area parkir. Sebelum menaruh mobil di tempat parkir. Penumpang pada umumnya diturunkan terlebih dahulu di drop off area.
9. View dari Pita Maha Resort & Spa Berikut ini adalah beberapa foto view ke arah bukit Tjampuhan yang di dapat dari Pita Maha Resort & Spa, Ubud, Bali.
Gambar 4.72 View dari Lobby Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 4.73 View dari Restaurant Sumber: Dokumen Pribadi
Studio Perancangan Arsitektur 3
70
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Pita Maha Resort & Spa berada pada tapak bertransis yang berada di bukit Tjampuhan, Ubud, Bali. Keunggulan utamanya sudah jelas yaitu nilai plus pada pemandangan perbukitan dengan hamparan pepohonan hijau yang rimbun. Selain itu, tema arsitektur tradisional Bali yang diusung oleh Pita Maha Resort & Spa juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang mengunjungi Resort yang menjadi bagian dari Pita Maha Resorts Group ini. Fasilitas yang ditawarkan pun jauh di atas standar dengan tujuan agar wisatawan yang datang juga merasa nyaman ketika menginap di Pita Maha Resort & Spa. Namun, beberapa kekurangan juga ditemukan pada Pita Maha Resort & Spa seperti biaya perawatan untuk bangunan menjadi mahal karena bahan-bahan yang digunakan sangat rentan untuk rusak. Meskipun demikian, Pita Maha Resort & Spa merupakan resort yang sangat bagus dan recommended untuk dikunjungi.
5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memberikan beberapa saran terkait dengan observasi yang dilakukan di Pita Maha Resort & Spa. Saran tersebut antara lain, sebagai berikut: 1. Keunggulan yang disuguhkan di Pita Maha Resort & Spa sebaiknya dipertahankan sebagai daya tarik wisatawan. 2. Kekurangan yang ada seperti rentan rusaknya bahan-bahan yang digunakan bisa dicegah untuk waktu yang lama dengan melakukan perawatan perawatan kecil sehingga biaya penggatian bahan yang mahal bisa ditunda dalam waktu yang lama juga.
Studio Perancangan Arsitektur 3
71