BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
Obat tradisional di Indonesia sangat besar perananya dalam pelayanan kesehatan masyarkat di Indonesia dan sangat potensial untuk dikembangkan. Karena memang Negara kita kaya akan tanaman obat-obatan. Namun, sayang kekayaan alam tersebut tampaknya masih belum dimanfaatkan secara optimal untuk kesehatan. Padahal saat ini biaya pengobatan modern cukup mahal ditambah lagi dengan krisis ekonomi yang melanda bangsa ini belum sepenunya berakhir. Hal tersebut di khawatirkan dapat membuat kemampuan masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang optimal semakin menurun.Obat tradisional merupakan warisan budaya bangsa yang perlu terus dilestarikan dandikembangkan untuk menunjang pembangunan kesehatan sekaligus untuk meningkatkan perekonomian rakyat. Untuk dapat ikut meningkatkan pelayanan dan me ningkatkan pemerintah dan masyarakat itu sendiri. Selama ini industri jamu ataupun obat-obat tradisional bertahan tanpa dukungan yang memadai dari pemerintah maupun industri farmasi. Sementara iu tantangan dari dalam negeri sendiri adalah sikap dari dunia medis yang belum sepenuhnya menerima jamu danobat tradisional. Merebaknya jamu palsu maupun jamu yang bercampur bahan kimia beberapawaktu lalu, semakin menambah keraguan masyarakat akan khasiat dan keamanan mengkonsumsi jamu dan obat tradisional sudah lama dilakukan oleh masyarakat. Obat tradisional ini tentunya sudah diuji bertahun-tahun bahkan berabad-abad sesuai dengan perkembangan kebudayaan bangsa Indonesia. Dokter dan apotik belum dapat menerima jamu sebagai obat yang dapat mereka rekomendasikan kepada pasien sehingga pemasaran produk jamu tidak bisa menggunakan tenaga detailer seperti pada obat modern dipihak dokter
1
masih mengacu kepada pengobatan modern dan tidak menyentuh substansi pengobatan dengan bahan alam (fitofarmaka). Dengan kondisi di atas, tidak heran bila pasar industri jamu dan obat tradisionalsulit berkembang pesat. Padahal, dengan jumlah masyarakat Indonesi yang mencapai lebih dari 200 juta jiwa, sesungguhnya potensi pasar bagi produk jamu ataupun obat obat tradisional amatlah besar. Melihat pemanfaatan jamu yang telah dilakukan masyarakat sejak zaman dahulu, secara empiris terbukti bahwa jamu relatif aman dikonsumsi manusia. Eskipun demikian, pembuktian ilmiah tetap diperlukan. Salah satu kelemahan obat tradisional Indonesia adalah kurangnya penelitian ilmiah yang menjelaskan cara kerja obat tersebut dalam tubbuh manusia. Penelitian yang sudah banyak dilakukakan hanya mengkaji tanaman obat secara individual. Penelitian itupun masih terbatas pada beberapa aspek dan tidak mengupas secara tuntas tentang satu tanaman obat. Padahal, jamu merupakan racikan dari berbagai tanaman obat. Satu jenis jamu bisa terdiri dari 40 macam simplisia. Banyaknya simplisia penyusun jamu memang menyulitkan proses pengujian berbagai aspek jamu tersebut pada manusia. Karena itu, produsen jamu harus dibina agar meracik jamu secara rasional. Salah satu nya, membatasi jumlah simplisia penyusun jamu. Selain untuk memudahkan penelitian penunjang hal itu dilakukan untuk mengurangi efek samping yang mungkin muncul. Terlebih lagi jika jamu tersebut akan dikembangkan menjadi fitofarmaka, sehingga penelitian penunjang mutlak diperlukan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian Obat Tradisinonal 2. Saintifikasi dan Rasionalisasi Obat Tradisional
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami tentang Pengertian Obat Tradisinonal, Saintifikasi dan Rasionalisasi Obat Tradisional.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penggunaan Obat Herbal
Dalam Undang-Undang kesehatan nomor 36 tahun 2009, yang dimaksud dengan obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian ( galenik ), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Obat herbal merupakan bagian dari obat tradisional, akan tetapi penggunaan bahan lebih didominasi tanaman berkhasiat. Semua bagian tanaman dapat digunakan sebagai obat, tergantung pada kandungan khasiatnya dan kebutuhan. Di Indonesia Badan Pengawas Obat dan Makanan bertanggung jawab terhadap peredaran obat tradisional di masyarakat. Saat ini obat tradisional yang beredar dibedakan menjadi tiga, antara lain 1. Jamu ( E mpirical Based H erbal Medicine )
Jamu merupakan obat yang diolah secara tradisional, baik dalam bentuk serbuk, seduhan, pil, maupun cairan yang berisi seluruh bagian tanaman, higienis atau bebas cemaran, serta digunakan secara tradisional. Jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dibuat dengan berdasarkan pengalaman atau secara empiris yaitu resep tanaman obat yang memiliki manfaat didapat turun temurun dari nenek moyang. Contoh produk jamu adalah Lancar Asi, Batugin. Dalam kemasan jamu produsen farmasi memberikan label atau logo standar lingkaran hijau dengan gambar rangkaian daun didalamnya. 2. Obat Herbal Terstandar ( Scientific Based H erbal Medicine )
Obat Herbal Terstandar adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan
3
tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan ekstrak. Selain proses produksi dengan teknologi maju, jenis ini telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pra-klinik (uji pada hewan) dengan mengikuti standar kandungan bahan berkhasiat, standar pembuatan ekstrak tanaman obat, standar pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis. Contoh produk obat herbal terstandar adalah Diapet, Tolak Angin Cair Logo standar Obat Herbal Terstandar berupa lingkaran hijau dengan gambar ekstrak kristal didalamnya. 3. Fitofarmaka (Clinical Based H erbal Medicine)
Fitofarmaka adalah obat tradisional dari bahan alam yang dapat disetarakan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia dengan kriteria memenuhi syarat ilmiah, protokol uji yang telah disetujui, pelaksana yang kompeten, memenuhi prinsip etika, tempat uji memenuhi syarat. Contoh produk fitofarmaka adalah Stimuno, Hepagard, Tensigard. Logo standar untuk Fitofarmaka berupa lingkaran berwarna hijau dengan enam garis melintang didalamnya. Adanya uji klinis akan lebih meyakinkan profesi medis untuk menggunakan obat herbal di sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk menggunakan obat herbal karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilmiah. Bahan alam yang berasal dari tanaman lebih banyak digunakan sebagai obat karena tersedia dalam jumlah besar. Tanaman obat sering juga disebut sebagai obat herbal. Indonesia merupakan salah satu dari tujuh negara yang mempunyai keajaiban keanekaragaman hayati. Maka dari itu penggunaan obat herbal di Indonesia berkembang semakin pesat. Penggunaan obat herbal dari pengalaman secara empiris kini telah bergeser menuju kepada pengembangan fitofarmaka yang dapat digunakan di semua pelayanan kesehatan secara formal dan legal, sesuai dengan
4
pemenuhan prosedur ilmiah yang berlaku. Maka sudah menjadi syarat utama jika obat herbal yang dapat digunakan sebagai fitoterapi harus memenuhi berbagai macam persyaratan ilmiah. Fitofarmaka adalah sediaan obat yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya, bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang telah memenuhi persyaratan yang berlaku (Permenkes, 1982). Penerapan fitofarmaka sebagai pengobatan disebut fitoterapi. Dalam sebuah kolom majalah kesehatan, Prof. Dr. Sidik, beliau seorang pakar fitomedisin Indonesia, mengemukakan bahwa penelitian tanaman obat secara umum bertujuan untuk mengetahui khasiatnya, sehingga
dapat
mendorong
penelitian
penemuan
obat
baru
dan
fitofarmaka. Di Indonesia penelitian tanaman obat t erutama bertujuan : 1. Meningkatkan kualitas dan keamanan obat tradisional 2. Meningkatkan mutu simplisia 3. Ekstraksi,
isolasi
dan
identifikasi
secara
bioaktif
dan
mengembangkannya menjadi sediaan obat yang dapat dimanfaatkan menjadi sediaan obat yang dapat dimanfaatkan dalam sistem kesehatan formal, baik sebagai fitofarmaka maupun sebagai sumber senyawa murni. Saat ini banyak negara maju melakukan berbagai macam penelitian ilmiah dilakukan untuk mengidentifikasi suatu senyawa tanaman, akan tetapi setiap penelitian harus sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat Tradisional yang berlaku disetiap negara. Pemerintah Indonesia juga mendorong upaya penelitian tanaman herbal sehingga dapat mengembangkan dunia kedokteran. Obat herbal yang telah menjadi Fitofarmaka harus memenuhi persyaratan fitokimiawi, adanya bukti manfaat klinik (efficacy) obat, keamanan ( safety), dan syarat lain yang telah ditetapkan. (Sidik, 2002). Fitofarmaka dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah distandarisasi serta ditunjang oleh bukti ilmiah sampai dengan uji klinis pada manusia. (Sukmono, 2009).
5
BAB III PEMBAHASAN 3.1 Saintifikasi 3.1.1 Definisi
Saintifikasi jamu adalah pembuktian ilmiah jamu melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang merupakan bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Obat tradisional Indonesia adalah jamu. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan atau masyarakat. Pengobatan
komplemeter-alternatif
adalah
pengobatan
non
konvensional yang ditunjukkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan dan efektivitas yang tinggi yang berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik, yang belum diterima dalam kedokteran konvensional. Ilmu pengetahuan biomedik adalah ilmu yang meliputi anatomi, biokimia, histologi, biologi sel dan molekuler, fisiologi, mikrobiologi, imunologi yang dijadikan dasar ilmu kedokteran klinik. Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kemampuan seorang dokter atau dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya untuk menjalankan praktik.
6
Surat bukti registrasi tenaga kesehatan pengobatan komplementer – alternatif yang selanjutnya disebut SBR-TPKA adalah bukti tertulis pemberian
kewenangan
menjalankan
pekerjaan
tenaga
pengobatan
komplementer-alternatif. Surat
tugas
tenaga
pengobatan
komplementer-alternatif
yang
selanjutnya disebut ST-TPKA adalah bukti tertulis yang diberikan kepada tenaga kesehatan yang telah memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja untuk pelaksanaan praktik pengobatan komplementer-alternatif. Surat izin kerja tenaga pengobatan komplementer-alternatif yang selanjutnya disebut SIK-TPKA adalah bukti tertulis yang diberikan kepada tenaga pengobatan komplementer-alternatif dalam rangka pelaksanaan praktik pengobatan komplementer-alternatif. 3.1.2 Tujuan
Tujuan pengaturan Saintifikasi Jamu adalah : a. Memberikan landasan ilmiah (evidence bosed) penggunaan jamu secara empiris melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan. b. Mendorong terbentuknya jejaring dokter atau dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya sebagai peneliti dalam rangka upaya preventif, promotif, rehabilitative dan palitatif melalui penggunaan jamu. c. Meningkatkan kegiatan penelitian kualitatif terhadap pasien dengan penggunaan jamu. d. Meningkatkan penyediaan jamu yang aman, memiliki khasiat yang nyata yang teruji secara ilmiah dan dimanfaatkan secara luas, baik untuk pengobatan sendiri maupun dalam fasilitas pelayanan kesehatan. 3.1.3 Ruang Lingkup
Sainitifikasi jamu diutamakn untuk upaya preventif, promotif, rehabilitative, paliatif, sedangkan upaya kuratif dilakukan atas permintaan tertulis pasien. Persyaratan bahan jamu
Aman berdasarkan uji toksisitas
Berkhasiat berdasarkan data empiris yang dibuktikan dengan uji manfaat praklinik
7
Berkualitas sesuai dengan pedoman yang berlaku secara nasional
3.1.4 Fasilitas pelayanan
Sanitifikasi jamu dalam penelitian berbasis pelayanan kesehatan hanya dapat dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan yang telah mendapatkan izin atau sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk saintifikasi jamu dapat diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta. Fasilitas ini, meliputi : Klinik saintifikasi jamu Hortus medicus dibalai besar penelitian dan pengembangan tanaman
obat
dan
obat
tradisional
(B2P2TO-OT)
Tawangmangu klinik jamu, dapat merupakan praktek dokter atau dokter gigi baik perorangan maupun berkelompok Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional (SP3T). Balai Kesehatan Tradisional masyarakat (BKTM) / Loka Kesehatan Tradisional masyarakat (LKTM) Rumah sakit yang ditetapkan. Klinik jamu terdiri dari :
1. Klinik jamu tipe A 2. Klinik jamu tipe B
Persyaratan
Tipe A
Tipe B
√
√
Dokter
√
√
Apoteker dan atau asisten apoteker
√
-
alternative √
√
√
√
√
√
Peralatan medis
√
√
Peralatan jamu
√
√
Ruang tunggu
√
√
Ruang pendaftaran dan rekam medis
√
√
Ruang konsultasi pelaksanaan penelitaan
√
√
a. Ketenagaan
Tenaga
kesehatan
komplementer
lainnya Diploma tradisional tenaga administrasi b. Sarana
8
Ruang pemeriksaan atau tindakan
√
√
Ruang peracikan jamu
√
√
Ruang penyimpanan jamu
√
-
Ruang diskusi
√
-
Ruang laboratorium sederhana
√
-
Ruang apotek jamu
√
-
Klinik jamu dapat merupakan praktim perorangan dokter atau dokter gigi maupun praktik berkelompok dokter atau dokter gigi. Sesuai
dengan
peraturan
menteri
kesehatan
nomor
003/Menkes/per/1/2010 tentang saintifikasi jamu dalam penelitian berbasis pelayanan kesehatan,
klinik saintifikasi
jamu hortus medikus
di
B2P2TO2T tawang mangu termasuk dalam klinik jamu tipe A. klinik jamu harus memiliki izin dari kepala dinas kesehatan kabupaten kota setempat. Izin tersebut diberikan selama 5 tahun dan dapat diperpanjang kembali selama memenuhi persyaratan. Klinik jamu harus memiliki kerja sama rujukan pasien dengan rumah sakit. Untuk rujukan pelayanan jamu dilakukan di rumah sakit yang memberikan pelayanan dan penelitian komplementer-alternatif, sedangkan untuk rujukan pengobatan pasien dilakukan di rumah sakit pada umumnya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan berlaku. 3.1.5 Ketenagaan
Dokter atau dokter gigi dan tenaga kesehatan lainya yang memberikan layanan tamu pada fasilitas pelayanan kesehatan harus memiliki : Dokter : STR : surat izin praktik apoteker : STRA Tenaga pengobat komplementer-alternatif : SBR, TPKA, ST-TPKA/SIK-TPKA
9
Tenaga kesehatan lainya: surat izin /registrasi,surat izin kerja/surat izin praktik Tenaga pengobatan tradisional : surat terdaftar/surat izin sebagai tenaga pengobat tradisional. 3.1.6 Penelitian
Jamu yang diberikan kepada pasien dalam rangka penelitian berbasis pelayanan
kesehatan
hanya
dapat
diberikan
setelah
mendapatkan
persetujuan tindakan (informed consen) dari pasien. Persetujuan diberikan setelah pasien mendapatkan penjelasan dan diberikan secara lisan atau tertulis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tenaga kesehatan dan tenaga lainnya yang melakukan penelitian berbasis pelayanan jamu kepada pasien harus melakukan pencatatan dalam rekam medis (medical report) yang dibuat tersendiri sesuai dengan pedoman pelayanan jamu di fasilitas kesehatan. Pelaksanaan kegiatan penelitian dan etikal clearence penelitian jamu dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tarif
yang
ditetapkan
difasilitas
pelayannan
kesehatan
yang
mempunyai kegiatan saintifikasi jamu dalam penelitian berbasis pelayanan kesehatan harus murah dan terjangkau oleh masyarakat. Pendapatan yang diperoleh oleh fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah harus merupakan pendapatan negara bukan pajak dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3.1.7 Pembinaan dan Pengawasan
Pembinaan dan pengawasan saintifikasi jamu dilakukan oleh meteri, kepala
dina
kesehatan
provinsi/kabupaten/kota
yang
dalam
pelaksanaannya membentuk komisi nasional/daerah saintifikasi jamu. Keanggotaan komisi nasional/daerah saintifikasi jamu terdiri dari pakar atau ahli yang berasal dari institusi yang berkaitan dengan jamu, organisasi profesi, produsen jamu dan masyarakat.
10
3.2 Rasionalisasi
Penggunaan obat herbal dalam dunia kedokteran semakin terlihat nyata, produsen dan peneliti kefarmasian semakin bersemangat untuk menemukan khasiat dan zat murni obat baru yang berasal dari herbal. Sediaan obat herbal pun dibuat semakin exclusive dan menarik, sehingga layak jika digunakan sebagai terapi modern yang tepat sasaran. Masyarakat dan medis mulai melirik kebaradaan obat herbal karena adanya kepercayaan obat herbal lebih aman karena telah terbukti kemanannya selama
bertahun-tahun.
Selain
itu
juga
disebabkan
karena
adanya
keputusasaan terhadap penggunaan obat modern yang tidak didapatkan efek yang diinginkan, bahkan tidak jarang menimbulkan permasalahan yang baru. Penelitian obat herbal mempunyai peran yang sangat besar untuk menentukan ketepatan penggunaan suatu sediaan. Hasil uji penelitian merupakan bukti ilmiah yang dapat digunakan sebagai dasar terapi. Meskipun demikian sebelum memberikan terapi herbal sebaiknya dokter meresepkan dengan beberapa pertimbangan. Berdasarkan fungsinya tujuan terapi herbal dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Terapi Komplementer Terapi komplementer merupakan terapi herbal yang digunakan sebagai terapi penyerta yang mendukung terapi primer, tanpa mengubah fungsi obat kimia sebagai terapi utama pasien. Biasanya digunakan untuk terapi yang membutuhkan tambahan obat untuk tercapai hasil yang diharapkan. Dibawah adalah beberapa macam kasus penggunaan obat herbal sebagai komplementer : Pada pasien yang menderita typhus, sebagai terapi primer tetap diberikan antibiotik Cotrimoxazole tetapi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dapat dikombinasikan dengan Stimuno sehingga kondisi pasien segera membaik. 2. Terapi Alternatif Terapi alternatif merupakan terapi herbal yang digunakan sebagai pengganti terapi primer. Biasanya sering digunakan untuk mengatasi
11
gangguan penyakit kronis. Dibawah adalah beberapa macam kasus penggunaan obat herbal sebagai alternatif : Pada pasien dengan hipertensi yang sudah tidak dapat ditoleransi dengan menggunakan Captopril atau antihipertensi lainnya, ternyata memberikan perubahan penurunan tekanan darah yang signifikan setelah diberikan Tensigard. Pada akhirnya dari berbagai macam pengalaman dan penelitian dapat difahami bahwa obat herbal secara signifikan semakin memberikan manfaat dalam dunia pengobatan. Obat herbal tidak lagi dianggap sebelah mata sebagai obat kuno, tetapi mampu disejajarkan dengan obat modern. Perlu
dukungan
dari
berbagai
pihak
agar
terapi
herbal
dapat
dikembangkan sebagai warisan kekayaan Indonesia. Contoh Rasionalisasi Jamu a. Jamu pegal Linu Rasionalisasi
menurut
pedoman
rasionalisasi
komposisi
obat
tradisional ditjen BPOM 1993 Indikasi
: - Mengurangi rasa nyeri - Penyegar badan - Penenang/pelelap tidur
Komposisi dan kegunaan Ekstrak : 1. Languatis Rhizoma 40 mg Kegunaan : batuk, bronkritis, demam, kolera, diare, mual, mulas, napas/mulut bau, nifas, radang tenggorokan, rematik, sakit kepala. 2. Zingiberis Aromaticae 40 mg Kegunaan : Asi, batuk, membangkitkan nafsu makan, mulas, perut kembung, serbat, mencegah kelesuan. 3. Retrofacti fructus 40 mg 4. Kegunaan : demam, tonik, sakit kuning, mencegah kelesuan, pegel linu.
12
5. Curcumae Rhizoma Kegunaan : cacar air, demam, kolesterol tinggi,
batu
empedu,
batu ginjal, nyeri haid, nyeri sendi, sembelit, pegel linu. b. Jamu galian singset Indikasi : untuk mengurangi obesitas, mengencangkan merampingkan dan menyegarkan badan. Komposisi dan kegunaan 1. Guazumae folium Kegunaan : diaforetik, tonik, dan astringen, daun berkhasiat sebagai obat pelangsing tubuh. 2. Curcumae Rhizoma Kegunaan : berkhasiat untuk memperlancar air susu ibu, penyegar badan, pelega perut, dan obat kejang. 3. Phylanti herba Kegunaan : diuretik, ekspektoran, emenagog. 4. Melaleucae fructus 5. Kegunaan : buah dan daun berkhasiat sebagai obat masuk angin dan untuk penghangat badan. c. Tolak angin anak Indikasi : mengurangi gejala masuk angin, mual, muntah. Komposisi dan kegunaan : 1. Foeniculi fructus Kegunaan : meningkatkan transport mukosilier yang efektif untuk mengatasi batuk produktif akibat masuk angin. 2. Caryophilli folium Kegunaan : menghilangkan rasa mual, muntah, juga sebagai penambah tenaga. 3. Isorae fructus Kegunaan : mengurangi rasa nyeri (analgetik) 4. Madu Kegunaan : nutrisi yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh
13
Dalam upaya pembinaan industri obat tradisional, pemerintah melalui direktur jendral pengawasan obat dan makanan depatemen kesehatan yang kemudian berubah menjadi badan pemeriksaan obat dan makanan (Badan BPOM) telah memberikan petunjuk pembuatan obat tradisisonal dengan komposisi rasional melalui pedoman rasionalisasi komposisi obat tradisional dan petunjuk formularium obat tradisisonal. Petunjuk itu terkait dengan masih banyaknya obat tradisional yang tidak rasional ditinjau dari jumlah bahan penyusunnya. Umumnya sejumlah simplisia penyususn tersebut merupakan beberapa simplisia yang mempunyai khasiat sama. Karena itu, perlu diketahui racikan simplisi yang rasional agar ramuan yang diperoleh mempunyai khasiat sesuai dengan maksud pembuatan jamu tersebut. Komposisi obat tradisional yang biasa diproduksi oleh industri jamu dalam bentuk jamu sederhana, umumnya tersusun dari bahan baku yang sangat banyak dan bervariasi. Sementara itu obat dalam bentuk herbal terstandar dan fitofarmaka biasanya tersusun dari simplisia tunggal atau maksimum lima macam bahan tanaman obat. Pembahasan ini lebih ditekankan pada penyusun obat tradisonal sederhana atau jamu, mengingat banyak berdar jamu denga komposisi yang tidak rasional. Misalnya, menggunakan campuran bahan dengan khasiat sejenis pada satu ramuan dan menggunakansimplisia yang tidak sesuai dengan manfaat yang diharapkan. Tujuan pemanfaatan jamu umumnya tercermin dari nama umum jamu. Jamu yang diproduksi dan didistribuasikan di Indonesia dikenai aturan yang ditetpkan BPOM. Salah satunya, dalam pengemasannya diberi label yang menjelaskan tentang obat tersebut, termasuk tentang manfaat atau khasiatnya. Penjelasan tentang manfaat jamu hanya boleh disampaikan dalam bentuk mengurangi atau menghilangkan keluhan yang dialami seseorang, bukan menyembuhkan suatu diagnosa penyakit. Secara umum, jamu dapat dibedakan menjadi 2 yaitu yang bertujuan untuk menjaga kesehatan dan dimanfaatkan untuk mengobati keluhan penyakit.
14
yang
Jamu untuk tujuan promotif dan prefentif
Ada beberapa macam jenis jamu dengan tujuan prefentif dan promotif yang beredar di pasaran. Jamu tersebut diproduksi oleh obat industry obat tradisional, baik besar maupun kecil. Tabel 1. Nama jamu untuk tujuan promotif dan prefentif Nama
umum
jamu
dan
Kegunaan simplisia penyusun
pemanfaatan Anton-anton muda
Dimanfaatkan
untuk
-
Pencegah mual
-
Meningkatkan
menjaga
pencernaan
kesehatan ibu hamil dan janin dalam -
Penambah nafsu makan
-
Penyegar badan
-
Pereda kejang
-
Anti kembung
-
Pencahar
-
Pelancar air susu ibu
kandungan pada saat usia kehamilan masih muda (bulan ke 4- bulan ke 7) Anton anton tua
Dimanfaatkan
untuk
fungsi
menjaga
kesehatan ibu hamil dan janin dalam kandungan pada saat kandungan pada
15
enzim
saat usia sudah tua (kehamilan bulan ke 7-persalinan) Jamu habis bersalin
-
Penambah darah
-
Bersih darah ( dengan pengertian
Dimanfaatkan untuk mengembalikan kesehatan
ibu
setelah
mencegah infeksi)
mengalami -
Penghenti pendarahan (Rahim)
-
Penambah nafsu makan
-
Pelancar ASI
-
Penambah nafsu makan
-
Peluruh haid
-
Penyegar badan
-
Antiseptic
-
Penguat Rahim
-
Pengelat
-
Penenang/pelelap tidur
-
Antiseptic
-
Pelancar peredaran darah
-
Penenang/pelelap tidur
-
Pelembut kulit
-
Peluruh lemak
-
Penambah nafsu makan
-
Anti kembung
-
Pencegah mual
-
Meningkatkan
persalinan Jamu ASI
Dimanfaatkan untuk melancarkan dan meningkatkan air susu ibu pada ibu yang menyusui Jamu haid teratur
Dimanfaatkan untuk menjaga agar haid datang secara teratur dan lancer setiap bulan Jamu berhenti darah (waktu haid)
Dimanfaatkan untuk menghentikan darah haid yang berlebihan Jamu jerawat
Dimanfaatkan untuk menghilangkan jerawat yang banyak diderita oleh remaja Jamu penambah nafsu makan
Dimanfaatkan untuk meningkatkan nafsu makan
fungsi
enzim
pencernaan sumber vitamin dan
16
mineral Jamu subur peranakan
-
Keseimbangan hormone
-
Penyegar badan
-
Anti radang
-
Sumber vitamin E
-
Pengurang nyeri
-
Prnrnang/pelelap tidur
-
Penyegar badan
-
Penambah nafsu makan
-
Anti radang
-
Pengurang nyeri
-
Peluruh dahak
-
Pengurang nyeri
-
Penenang/pelelap tidur
-
Pencegah mual
-
Peluruh haid
-
Pengurang nyeri
-
Pereda kejang
Dimanfaatkan untuk menyuburkan kandungan
wanita
agar
dapat
memperoleh keturunan Jamu
masa
penghenti
haid
(menopause)
Dimanfaatkan keluhan
untuk
pada
menoupause
mengurangi
wanita
menjelang
(klimakterium)
kadang-kadang
yang
mengalami
pendarahan tidak teratur, badan terasa lelah, nafsu makan kurang, sakit kepala, dan sakit pinggang Jamu selokarang
Jamu sekalor
Jamu nyeri haid
Jamu untuk tujuan kuratif
Jamu yang dibuat untuk menyembuhkan penyakit atau menghilangkan gejala penyakit banyak dijumpai. Bahkan, saat ini industry farmasi bersaing dengan industry obat tradisional memproduksi berbagai obat tradisional untuk terapi suatu penyakit. Obat tradisional ini sebagian telah diproduksi dalam bentuk herbal terstandar dan fitofarmaka. 17
Tabel 2. Nama jamu untuk tujuan kuratif dan kegunaan simplisia penyusun Nama jamu
Kegunaan simplisia penyusun
Jamu keputihan
Dimanfaatkan untuk mengurangi atau menghilangkan
keluhan
-
Antiseptik
-
Simplisia
yang
mengandung
aroma
keluarnya
lender dari vagina yang berlebihan Jamu batu
Dimanfaatkan
mengatasi
keluhan
batuk
Jamu sesak nafas
Jamu sesak nafas digunakan untuk mengurangi sesak nafas Jamu gatal
Dimanfaatkan untuk menghilangkan keluhan
gatal
pada
tubuh
yang
-
Peluruh dahak
-
Mengurangi nyeri
-
Penenang
-
Antiradang
-
Antiseptik
-
Peluruh dahak
-
Anti alergi
-
Pelebar bronchus
-
Penenang/pelelap tidur
-
Antiseptik
-
Pembersih darah
-
Penengan/pelelap tidur
-
Simplisia
disebabkan oleh berbagai penyebab Bau badan
Dimanfaatkan
untuk
yang
mengandung
aroma
mengilangkan
-
bau badan yang kurang sedap
Meningkatkan pencernaan
Cacingan
Dimanfaatkan untuk menyembuhkan cacingan yang diderita oleh seseorang
18
-
Anti septik
-
Obat cacing
-
Penambah darah
fungsi
enzim
-
Antiseptik
-
Pembersih darah
-
Penenang/pelelap tidur
-
Antiradang
-
Analgesic/pengurang nyeri
-
Penurun panas
-
Analgesic
-
Penambah nafsu makan
-
Pelelap tidur
Sembelit
-
Pencahar
Dimanfaatkan untuk memudahkan dan
-
Anti kembung
-
Anti kembung
-
Anti septik
-
Pengelat
Maag atau sakit ulu hati
-
Anti radang
Dimafaatkan untuk mengurangi gejala
-
Anti kembung
-
Penenang atau pelelap tidur
-
Penambah nafsu makan
Eksim
Dimanfaatkan untuk menyembuhkan penyakit eksim Encok/rematik
Dimanfaatkan keluhan
untuk
mengurangi
dan
mengurangi
nyeri
bengkak radang persendian, serta nyeri otot karna kelelahan Influenza
Dimanfaatkan gejala
untuk
influenza
ringan,sakit
mengurangi
seperti
kepala,
demam
bersin-bersin,
pilek, badan terasa letih dan lesu
melncarkan buang air besar Mencret Dimanfaatkan
untuk
mengurangi
gejala yang timbul akibat infeksi saluran pencernaan
wasir
berupa
nyeri,
mual,
dan
kembung yang timbul akibat radang lambung.
19
Wasir atau haemoroid Dimanfaatkan gejala
untuk
wasir
pembengkakan,
mengurangi
berupa
nyeri,
perdarahan,
-
Anti radang
-
Anti septik
-
Penghenti perdarahan
-
Pencahar
dan
kesulitan buang air besar
KOMPOSISI SIMPLISIA PENYUSUN OBAT TRADISIONAL
Komposisi obat tradisional dapat disusun dengan memperhatikan khasiat setiap simplisia penyusunnya. Selain itu, sebaiknya memerhatikan takaran dari setiap simplisia dan dosis penggunaan sediaan. Sayangnya penelitian ilmiah yang menunjang hal tersebut masih sangat kurang, sehingga penetapan takaran dan dosis hanya mengacu pada pengalaman peracik obat tradisional dan atas dasar kebiasaan penggunaan terdahulu. Indonesia yang terletk digaris khatulistiwa sangat kaya jenis tanaman. Diantara puluhan ribu jenis tanaman di indonesia, yang telah diketahui mempunyai khasiat obat sekitar 940 jenis. Dari jumlah tersebut, yang sudah dimanfaatkan dalam industri jamu baru sekitar 250 jenis. Tabel 3 nama simplisa dan kegunaan
Manfaat/kegunaan
Antikembung
Nama simplisia Indonesia
Latin
Umbi bawang merah
Allium cepae Bulbus
Umbi bawang putih
Allii sativi Bulbus
Daun selasih
Basilici Folium
Daun sembung
Blumeae Folium
Kulit kayu manis
Burmani Cortex
20
Anti septik
Bunga cengkih
Caryophylly Flos
Daun poko
Menthae Folium
Daun sembukan
Paederiae Folium
Biji kedawung
Parkiae Semen
Umbi bawang putih
Allii sativi Bulbus
Kulit pule
Altoniae Cortex
21
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan
22