LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM ANALISA INTI BATUAN
SI E V E A NA L Y SI S
Disusun oleh: NAMA
: ARUM SEKARWAGE J.R.
NIM
: 113150086
PLUG
:H
LABORATORIUM ANALISA INTI BATUAN JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA 2017
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN MINGGUAN
SI E VE ANA LYSI S
Disusun untuk memenuhi persyarat mengikuti Praktikum Analisa Inti Batuan, Tahun Akademik 2017/2018, Jurusan Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Disusun oleh : NAMA
: ARUM SEKARWAGE J. R.
NIM
: 113150086
PLUG
:H
Disetujui untuk Laboratorium Analisa Inti Batuan Oleh : Asisten Praktikum
(INDRA BAYU)
BAB V
SI E VE ANA LYSI S
5.1.
TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan besarnya sorting coefficient sampel batuan pasir. 2. Menentukan baik buruknya sortasi sampel batuan pasir. 3. Mengetahui aplikasi lapangan dari sieve analysis.
5.2.
DASAR TEORI
Tahap
penyelesaian
suatu
sumur
yang
menenbus
formasi
lepas
(unconsolidated ) tidak sesederhana seperti tahap penyelesaian dengan formasi kompak (consolidated ) karena harus mempertimbangkan adanya pasir yang ikut terproduksi bersama fluida produksi. Jika pasir tersebut tidak terkontrol dapat menyebabkan pengikisan dan penyumbatan pada peralatan produksi. Selain itu, akan menimbulkan penyumbatan pada dasar sumur dan volume pipa akan berkurang. Produksi pasir lepas ini pada umumnya se nsitif terhadap laju produksi. Apabila laju alir fluida produksi rendah, maka kuantitas pasir yang ikut terproduksi juga rendah, demikian sebaliknya. Metode yang umum digunakan untuk menanggulangi masalah kepasiran meliputi penggunaan slotted atau screen liner dan gravel packing . Metode penanggulangan ini memerlukan pengetahuan tentang distribusi ukuran pasir agar dapat ditentukan pemilihan ukuran screen dan gravel yang tepat. Kriteria ini didasarkan pada metode well completion, yang salah satu faktornya adalah sand exclusion completion ( problem kepasiran). Produksi pasir sangat erat kaitannya dengan kestabilan formasi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor kecepatan aliran, sementasi batuan, kandungan lempung formasi, dan migrasi butir-butir halus formasi. Pasir dari formasi yang tidak berkonsolidasi harus segera diatasi untuk menghindari kerusakan-kerusakan yang lebih mahal, seperti penurunan hasil produksi akibat terendamnya pasir didalam sumur, kerusakan peralatan akibat
sifat abrasi dari pasir, kerusakan pada casing dan liner , serta erosi. Untuk membersihkan endapan pasir dapat menggunakan macaroni tubing atau carawas over . Agar produksi pasir dapat senantiasa terkontrol dengan baik, dapat digunakan tiga metode yaitu : pengurangan drag force, mechanical method resin, dan consolidated method . Dengan pengontrolan pasir yang baik diharapkan efektivitas dan efesiensi peralatan produksi dapat dipelihara dengan baik sehingga dapat mengoptimalkan hasil produksi. Untuk menghitung distribusi ukuran pasir, digunakan lah koefisien keseragaman butir pasir ( sorting coefficient ). Berdasarkan hasil percobaan Schwartz diperoleh :
(SC) = (SC) =
berat kumulatif 40% berat kumulatif 90%
d 40 d 90
Schwartz mengklasifikasikan Sorting Coefficient (SC) menjadi :
SC < 3
: baik (distribusi pasir seragam)
3 < SC < 5 : sedang (distribusi pasir tidak seragam)
SC > 5
: buruk (distribusi pasir sangat tidak seragam)
5.3.
ALAT DAN BAHAN
5.3.1. Alat
1. Torison balance 2. Timbangan digital 3. Electric Sieve Shaker 4. Tyler Sieve ASTM (16, 20, 40, 60, 140) 5.3.2. Bahan
1. Sampel core (yang telah dihaluskan menjadi pasir)
5.4.
GAMBAR ALAT
2
3
1
Keterangan : 1. Electric sieve shaker 2. Mesh (urutan dari atas ke bawah : 16, 20,40,60,dan 140) 3. Penguat sieve shaker
Gambar 5.1.
E lectric Sieve Shaker ( Laboratorium Analisa Inti Batuan)
Gambar 5.2. Timbangan Digital ( Laboratorium Analisa Inti Batuan)
5.5.
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Mengambil pasir dan menimbang dengan teliti 200 gram. 2. Menyediakan sieve analysis yang telah dibersihkan dengan di bagian bawahnya (hati-hati waktu membersihkannya). 3. Menyusun sieve
analysis yang
telah
dibersihkan
diatas
alat
penggoncang dengan mangkuk pada dasarnya sedangkan sieve diatur dari yang paling halus di atas mangkuk dan yang paling keras dipuncak. 4. Menuangkan dengan hati-hati pasir batuan reservoir ke dalam sieve yang paling atas, kemudian dipasang tutup, dan mengeraskan penguatnya. 5. Menggoncangkannya selama 30 menit. 6. Menuangkan isi dari sieve ke dalam mangkuk masing-masing kemudian menimbang berat kumulatif. 7. Membuat tabel dengan kolom no. sieve, opening diameter dengan kumulatif percent retained . 8. Membuat grafik semi log antara opening diameter dengan kumulatif percent retained . 9. Dari grafik yang didapat dihitung : a. Opening diameter pada berat kumulatif 40%, 50%, dan 90% b. Sorting coefficient
5.6.
HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN
5.6.1. Hasil Percobaan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dengan menggunakan sampel pasir sebesar 200 gram, diperoleh data – data sebagai berikut : Tabel V - 1 Data Hasil Sieve Analysis US. Sieve
Berat
% Berat
Kumulatif
Kumulatif
(gr)
(%)
0,2
0,2
0,1 %
0,84 / 0,0232
7,99
8,19
4,13 %
40
0,42 / 0,0165
93,58
101,77
51,33 %
60
0,297 / 0,0117
65,33
167,1
84,27 %
140
0,106 / 0,0147
24,19
191,29
96,47 %
Opening Diameter
Berat
(mm/inch)
(gr)
16
1,19 / 0,0468
20
Seri es Number
5.6.2 Perhitungan
1.
Menghitung % berat kumulatif.
% berat kumulatif sieve no.16 = ( 0,2 / Wtotal ) x 100 % = 0,1 %
% berat kumulatif sieve no.20 = ( 8,19 / Wtotal ) x 100 % = 4,13 %
% berat kumulatif sieve no.40 = ( 101,77 / Wtotal ) x 100 % = 51,33 %
% berat kumulatif sieve no.60 = ( 167,1 / Wtotal ) x 100 % = 84,27 %
% berat kumulatif sieve no.140 = ( 191,29 / W total ) x 100 % = 96,47 %
2.
Dari hasil pembacaan Grafik 5.1. Hubungan antara Opening Diameter vs % Berat Kumulatif didapatkan data sebagai berikut.
Opening diameter pada berat kumulatif 40% (d 40) = 0,43 mm
Opening diameter pada berat kumulatif 50% (d 90) = 0,14 mm
3.
Koefisien keseragaman butiran pasir ( C ) adalah : C=
d 40 d 90
0,43
0,14
= 3,07
5.6.3. Grafik
fi t al u m u K t ar e . B 1. 5 % ki s f v ar G
et
r
O
p
e
n
ni
g
D
ai
m
e
5.7.
PEMBAHASAN
Praktikum Analisa Inti Batuan minggu kedua acara kedua berjudul Sieve Analysis. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui distribusi sorting sampel batupasir. Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu timbangan digital, electric sieve shaker , dan tyler sieve ASTM (16, 20, 40, 60, dan 140). Prinsip kerja yang diterapkan pada percobaan ini yaitu memilah-milah sampel core yang telah dihancurkan menjadi pasir sehingga dibedakan sesuai ukuran butirnya setelah diproses pada alat sieve shaker sehingga dapat diketahui nilai Schwartz Coefficient melalui perhitungan. Percobaan ini diawali dengan menimbang butiran-butiran pasir sebanyak 200 gram kemudian dimasukkan ke dalam sieve yang telah disusun di atas electric sieve shaker dengan urutan sieve dengan opening diameter paling besar berada di atas dan yang paling kecil di bawah. Kemudian goncangkan sieve shaker selama 30 menit. Tuangkan isi sieve dari yang paling besar ke dalam mangkok untuk ditimbang. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan oleh plug H didapat % berat kumulatif untuk sieve no. 16 sebesar 0,1 %, no. 20 sebesar 4,13 %, no. 40 sebesar 51,33 %, no. 60 sebesar 84,27 %, dan no. 140 sebesar 96,47 %. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai SC (Schwartz Coefficient ) sebesar 3,07. Angka tersebut menandakan bahwa distribusi butiran sampel batupasir yang digunakan plug H adalah tidak seragam karena nilainya berada di antara angka 3 dan 5. Aplikasi lapangan dari sieve analysis yaitu, dalam aspek reservoir untuk mengetahui keseragaman butir pasir sehingga bisa merencanakan penanggulangan jika terjadi problem kepasiran, kemudian pada aspek produksi digunakan untuk menentukan ukuran screen liner atau gravel pack yang akan digunakan. Problem kepasiran sangat mempengaruhi laju alir produksi sehingga dengan pemilihan ukuran screen liner atau gravel pack yang tepat dapat menangulangi problem kepasiran.
5. 8.
KESIMPULAN
1.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh plug H, didapatkan data kuantitatif sebagai berikut. C=
2.
d 40 d 90
0,43
0,14
= 3,07
Hasil percobaan sieve analysis menunjukkan bahwa sampel core batupasir yang digunakan memiliki pemilahan butiran yang sedang. 3. Aplikasi lapangan dari sieve analysis yaitu dengan diketahuinya keseragaman butiran pasir, dapat dilakukan perencanaan penanggulangan jika terjadi problem kepasiran.