BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Persatuan
Perawat
Nasional
Indonesia
(PPNI)
mengungkapkan
pelayanan keperawatan merupakan sektor pelayanan jasa yang senangtiasa mengikuti perkembangan global. Indonesia memasuki era globalisasi dan pada tahun 2003 era dimulai adanya pasar bebas Asia dimana banyak tenaga kerja professional keluar dan masuk ke dalam negri. Indonesia sebagai bagian dari masyarakat pasar bebas dan telah menandatangani kesepakatan 10 negara ASEAN khususnya di bidang pelayanan kesehatan. Masyarakat Ekonomi Asean 2015 menghadapi persaingan sektor kesehatan (Supriyanti, 2015). Era globalisasi seperti sekarang ini mutlak dituntut seseorang untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dari semakin kerasnya kehidupan dan dari berbagai tantangan yang harus dihadapi. Untuk mencapai hasil yang maksimal, dibutuhkan sebuah usaha dari setiap individu, salah satu usaha tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan formal dan non formal, pendidikan formal adalah pendidikan jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi (Sidiknas, 2003). Menghadapi persaingan global saat ini perawat perlu menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Langkah awal yang perlu ditempuh adalah penataan pendidikan keperawatan dan memberikan kesempatan kepada perawat untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi (Nursalam,
1
2008). Ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 yang menyebutkan bahwa tenaga kesehatan harus meningkatkan kualifikasi pendidikannya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. teknologi. Upaya yang dilakukan untuk lebih mengembangkan pendidikan keperawatan profesional memang sedang dilakukan dengan meningkatkan pendidikan SPK ke jenjang Akademi keperawatan (D-III). Lulusan Akademi keperawatan diharapkan dapat melanjutkan ke jenjang Pendidikan Ners (Nursalam, 2008). Pendidikan keperawatan merupakan unsur pertama atau langkah awal di dalam meningkatkan kemampuan profesional perawat serta memberikan kesempatan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Asmadi, 2008). Pengembangan sistim pendidikan tinggi keperawatan sangat penting dan sangat berperan dalam pengembangan pelayanan keperawatan profesional, pengembangan teknologi keperawatan, pembinaan kehidupan keprofesian, dan pendidikan keperawatan berlanjut yang dicapai melalui lulusan dengan kemampuan profesional (Nursalam, 2008). Indonesia saat ini, jumlah tenaga kesehatan yang paling banyak adalah perawat, sehingga hal ini membuat perawat mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas maupun di Rumah Sakit. Sakit. Data yang didapatkan dari Pusdatin Kemenkes tahun 2017 jumlah perawat yang ada di Indonesia adalah 224.035 orang dengan latar belakang pendidikan: 5.707 (2,54%) lulusan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK), 183.263 orang (81,8%) perawat lulusan D3 Keperawatan, dan 22.736
2
orang (10,1%) (10,1%) lulusan S1 dan Ners. Sedangkan data yang didapatkan dari profil Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK) kota Padang tahun 2016 jumlah perawat di lingkungan Dinas Kesehatan Kota Padang yaitu 222 orang perawat dengan rincian S1 + Ners sebanyak 18 orang, S1 sebanyak 21 orang, D3 sebanyak 91 orang, dan SPK sebanyak 82 orang. Profesi keperawatan dituntut untuk memiliki kemampuan intelektual, interpersonal kemampuan teknis dan moral. Hal ini bisa ditempuh dengan meningkatkan kualitas perawat melalui pendidikan (Nursalam, 2008). Selama proses dalam meningkatkan pendidikan keperawatan untuk menjadi perawat profesional sangat ditunjang oleh motivasi yang kuat. Individu dalam proses belajar memerlukan motivasi, sebab individu yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak mungkin melakukan aktivitas secara optimal. Motivasi adalah
semua
penggerak,
alasan-alasan
atau
dorongan
dalam
diri
manusiayang menyebabkan seseorang untuk melakukan sesuatu (Purwanto, 2010). Motivasi sangat erat hubungannya dengan proses pembelajaran karena motivasi merupakan kondisi-kondisi yang mengaktifkan atau memberi dorongan dengan mencapai tujuan belajar. Dalam rangka melanjutkan pendidikan ini tentunya mahasiswa mempunyai latar belakang yang beraneka ragam seperti lulusan D III yang asalnya berbeda, semua hal ini ikut berpengaruh dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. Motivasi belajar mahasiswa dapat tumbuh dari dalam diri individu (internal) dan dari luar diri individu (eksternal). Dimana faktor internal yaitu: cita-cita, kemampuan
3
individu, kondisi individu, harapan, persepsi dan minat . Sedangkan faktor eksternal yaitu: dukungan atasan, penghargaan,
persaingan, kodisi sosial
ekonomi dan dukungan keluarga ( Nursalam, 2008 ). Minat merupakan salah satu faktor motivasi mahasiswa yang berasal dari dalam diri individu. Minat merupakan faktor yang paling erat dengan motivasi dibanding faktor lainnya. Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal / aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri (Slameto, 2013). Faktor
lain
yang
mempengaruhi
motivasi
mahasiswa
dalam
melanjutkan pendidikan adalah penghargaan. Penghargaan yang diberikan atas suatu kinerja yang telah dicapai akan memberikan motivasi yang berlebih untuk seseorang mencapai sesuatu. Karena capaiannya akan membuahkan hasil yang diinginkan oleh orang tersebut. Dalam hal melanjutkan pendidikan setelah selesai pendidikan orang tersebut akan mendapatkan penghargaan, seperti kenaikan gaji atau tunjangan bahkan jenjang kariernya (Hasibuan, 2009). Fenomena di lingkungan Kepegawaian negri sipil seorang untuk dihargai ( S1 Keperawatan dan Ners ) meningkat dibandingkan dengan DIII dan SPK. Dilihat dari aspek gaji (dalam bentuk penghargaan) ada perbedaan tunjangan fungsional antara SPK, DIII dengan S1 serta dari pembagian kapitasi juga berbeda poinnya antara SPK, DIII, S1 dan profesi. Aspek karir menganggap pendidikan sebagai salah satu pertimbangan untuk mendapatkan
4
jatah fungsional atau struktural di lingkungan tenpat kerja. Demikian juga dalam pembagian remonerasi / tunjangan kinerja, pendidikan juga merupakan salah satu unsur yang mempunyai peranan penting sebagai angka perhitungan remonerasi, karena pendidikan menempatkan seseorang pada grade yang berbeda. Semenjak PT. Askes berubah menjadi BPJS pada 1 Januari 2014 dimana BPJS menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh Raktyat Indonesia, sehingga peserta BPJS semakin meningkat. Puskesmas, rumah sakit swasta dan pemerintah bekerjasama dengan BPJS. BPJS membayar ke Puskesmas dan Rumah sakit berdasarkan Tarif INACBG'S.
Dimana
strategi
dari
Puskesmas
dan
Rumah
sakit
untuk
mengefektifkan implementasi CBG'S salah satunya adalah dengan melakukan pembagian jasa dengan metode remonerasi. Sehingga hal tersebut memotivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan. Motivasi mahasiswa lainnya dalam melanjutkan pendidikan adalah dukungan keluarga. Seseorang yang sedang berkeluarga tentu saja akan berfikir dua kali apabila harus meninggalkan keluarganya walaupun untuk keperluan pengemhbagan dirinya (Purwanto, 2010). Demi kelancaran dalam melanjutkan pendidikan perlu adanya dukungan keluarga. Jurnal keperawatan sebelumnya yang menggambarkan motivasi mahasiswa yaitu Jurnal Reny Yatnasari Silaban, dkk ( 2016) tentang “ Hubungan Motivasi Mahasiswa Program Sarjana Keperawatan Dengan Minat Melanjutkan Studi Profesi Ners Di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sam Ratulangi Manado Tahun 2016” menyatakan bahwa ada
5
hubungan antara motivasi mahasiswa dengan minat melanjutkan studi profesi Ners di Program Studi Ilmu Keperawatan UNSRAT. Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Febria Novita tentang “ Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Motivasi Perawat Untuk Melanjutkan Pendidikan Ke Jenjang Sarjana Keperawatan dan Profesi Ners di Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2017” menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan atasan dan penghargaan dengan tingkat
motivasi
untuk
melanjutkan
pendidikan
ke
jenjang
sarjana
keperawatan dan Ners. Menurut Undang-Undang Keperawatan No. 38 Tahun 2014 Pasal 7 pendidikan akademik sebagaimana dimaksud adalah program sarjana keperawatan,
program
magister
keperawatan,
dan
program
doktor
keperawatan, hal ini jelas bahwa profesi keperawatan membutuhkan dan mengharuskan praktisinya untuk dapat selalu meningkatkan pendidikannya. Stikes Syedza Saintika Padang membuka Program Sarjana pada tahun 2008 dan sudah akreditasi pada tahun 2014 dengan izin dikti No.462/SK/BANPT/Akered/S/XII/2014 (Adak. Stikes Syedza Saintika Padang). Salah satu Program Studi Sarjana di Stikes Syedza Saintika padang adalah program studi sarjana keperawatan dan Ners. Dimana Program Studi Keperawatan mendapat akreditasi B dengan SK BAN-PT No.071/SK/BANPT/Akred/PN/II/2015. Dan Ners mendapat akreditasi B dengan SK BAN-PT No. 071/SK/BAN-PT/Akred/PN/II/2015. Dimana aturan tugas belajar / ijin belajar berdasarkan surat edaran Menteri PAN dan RB No. 04 Tahun 2013
6
dimana program studi dalam negeri yang diikuti telah mendapatkan minimal akreditasi B dari lembaga yang berwenang. Sama juga halnya dengan peraturan pemerintah kota padang dalam perwako No. 29 tahun 2013 dimana salah satu syaratnya yaitu program studi dalam negeri yang diikuti minimal akreditasi B (Adak. Stikes Syedza Saintika Padang). Pertimbangan peneliti melakukan penelitian di Stikes Syedza Saintika ini karena Stikes Syedza Saintika memiliki akreditasi B, mendapat peringkat Stikes terbaik di kopertis wilayah X Sumbar, Riau, Jambi dan Kepri. Serta tingginya motivasi mahasiswa dalam melanjutkan pendidikan sarjana keperawatan yang terlihat dari data yang diperoleh peneliti di program Ilmu Keperawatan, diantaranya jumlah mahasiswa diprogram keperawatan NR 4 berjumlah 34 orang, NR 5 berjumlah 33 orang, NR 6 berjumlah 31 orang, NR 7 berjumlah 59 orang, lain halnya dengan NR 8 mengalami peningkatan, yaitu jumlah mahasiswanya sebanyak 122 orang. Peningkatannya lebih dari 100%, dan NR 9 juga mengalami peningkatan dengan mahasiswanya berjumlah 186 orang, peningkatannya < 100% (Adak. Stikes Syedza Saintika Padang). Studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada tanggal 14 Mei 2017 di program Keperawatan
Stikes Syedza Saintika terhadap 10 mahasiswa,
diketahui bahwa 5 mahasiswa mengatakan alasan melanjutkan pendidikan ke S1 adalah penghargaan yang diterima nantinya seperti: kenaikan gaji, tunjangan fungsional dan reward lainnya, dan 3 diantaranya mengatakan alasan melanjutkan pendidikan ke S1 adalalah didukung oleh keluarga
7
terutama suami sedangkan 2 diantaranya menyatakan berminat untuk menambah ilmu pengetahuan yang memicu keinginan mahasiswa tersebut untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi lagi. Mahasiswa NR 8 terdiri dari 4 lokal dan berasal DIII Keperawatan yang berbeda, usia yang bervariasi, institusi tempat kerja yang berbeda, tempat tinggal yang berbeda, ada yg didalam dan luar provinsi. Selama perkuliahan peneliti mengamati ada sebagian mahasiswa yang terlambat masuk kuliah dan ada yang membawa anak dalam mengikuti perkuliahan. Berdasarkan permasalahan diatas peneliti melakukan penelitian dengan judul “Faktor -Faktor Yang Berhubungan Dengan Motivasi Mahasiswa dalam melanjutkan pendidikan Ners di Stikes Syedza Saintika Padang Tahun 2017. B. Rumusan Masalah
Apakah
ada
faktor-faktor
yang
berhubungan
dengan
motivasi
mahasiswa program NR 8 dalam melanjutkan pendidikan Ners di Stikes Syedza Saintika Padang Tahun 2017. C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum Diketahui
faktor-faktor
yang
berhubungan
dengan
motivasi
mahasiswa program NR 8 dalam melanjutkan pendidikan Ners di Stikes Syedza Saintika Padang Tahun 2017.
8
2. Tujuan Khusus a. Diketahui distribusi frekuensi motivasi mahasiswa program NR 8 dalam melanjutkan pendidikan Ners di Stikes Syedza Saintika Padang Tahun 2017. b. Diketahui distribusi frekuensi minat mahasiswa program NR 8 dalam melanjutkan pendidikan Ners di Stikes
Syedza Saintika Padang
Tahun 2017. c. Diketahui distribusi frekuensi penghargaan mahasiswa program NR 8 dalam melanjutkan pendidikan Ners di Stikes Syedza Saintika Padang Tahun 2017. d. Diketahui distribusi frekuensi dukungan keluarga mahasiswa program NR 8 dalam melanjutkan pendidikan Ners di Stikes Syedza Saintika Padang Tahun 2017. e.
Diketahui hubungan minat dengan motivasi mahasiswa program NR 8 dalam melanjutkan pendidikan Ners di Stikes
Syedza Saintika
Padang Tahun 2017. f.
Diketahui hubungan penghargaan dengan motivasi mahasiswa program NR 8 dalam melanjutkan pendidikan Ners di Stikes Syedza Saintika Padang Tahun 2017.
g. Diketahui hubungan dukungan keluarga dengan motivasi mahasiswa program NR 8 dalam melanjutkan pendidikan Ners di Stikes Syedza Saintika Padang Tahun 2017.
9
D. Manfaat Penelitian
1.
Bagi Peneliti Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dalam melakukan suatu penelitian khususnya tentang motivasi mahasiswa dalam melanjutkan pendidikan Sarjana Keperawatan.
2.
Bagi Mahasiwa / Tenaga Keperawatan Untuk
menambah
pengetahuan
dan
gambaran
motivasi
dalam
melanjutkan pendidikan Sarjana Keperawatan 3.
Bagi Stikes Syedza Saintika Hasil penelitian ini
dapat menjadi bahan perbandingan yang dapat
digunakan dan dikembangkan di masa yang akan datang. 4.
Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil Penelitian ini dapat menjadi pemicu untuk dapat mengembangkan keilmuan tentang motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan S1 Keperawatan. Selain itu juga memberikan gambaran tentang Motivasi dan beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi dalam melanjutkan pendidikan S1 Keperawatan.
E. Ruang lingkup penelitian
Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi mahasiswa program NR 8 dalam melanjutkan pendidikan Ners di Stikes Syedza Saintika Padang tahun 2017. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini karena dari studi pendahuluan didapatkan gambaran bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi mahasiswa adalah minat,
10
penghargaan dan dukungan keluarga. Penelitian ini meliputi dua variabel, yaitu variabel independen terdiri dari minat, penghargaan dan dukungan keluarga, sedangkan variabel dependennya adalah motivasi mahasiswa melanjutkan pendidikan Ners. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa keperawatan program NR 8 di Stikes Syedza Saintika Padang. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 28 Juli 2017 sampai dengan tanggal 11 Agustus 2017. Jumlah Populasi dalam penelitian ini adalah 122 orang, dan sampel diambil dengan teknik stratified proposional random sampling karena NR 8 terdiri dari 4 lokal. Responden yang akan diteliti adalah 55 orang dari 4 lokal yang ada. Teknik analisa data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat dan analisa bivariat dengan uji statistik melalui uji chi-square dengan derajat kepercayaan 95% (α = 0,05). Hasil penelitian didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara variabel dependen dengan independen.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Motivasi
1. Definisi Motivasi Menurut Sardiman (2014) “ motivasi berawal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Berawal dari kata motif itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif ”. Motivasi merupakan tenaga penggerak dan kadang-kadang mengenyampingkan hal-hal yang dianggap kurang bermanfaat dalam mencapai tujuan. Dengan motivasi manuai akan lebih cepat dan bersungguh-sungguh dalam melakukan kegiatan. Suatu motivasi murni adalah motivasi yang betul-betul disadari akan pentingnya suatu perilaku yang dirasakan sebagai suatu kebutuhan (Purwanto, 2010). Berdasarkan beberapa definisi yang sudah diuraikan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi merupakan tenaga penggerak dalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar mengajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga memperoleh ilmu pengetahuan dan bisa diterapkan dilapangan nantinya
12
2. Tujuan Motivasi Secara umum tujuan motivasi adalah menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau tujuan tertentu (Purwanto, 2010). 3. Jenis-jenis Motivasi Jenis-jenis
motivasi dalam Sardiman (2014) dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang yaitu : a.
Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya 1)
Motif-motif bawaan yaitu motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari.
2)
Motif-motif yang dipelajari yaitu motif-motif yang timbul karena dipelajari. Motif ini seringkali disebut dengan motifmotif yang diisyaratkan secara sosial.
b.
Motivasi dilihat menurut pembagian dari Woodworth dan Marguis 1)
Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya: kebotuhan untuk minum, makan, bernafas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk istirahat.
2)
Motif-motif darurat. Yang termasuk dalam jenis motif ini antara lain: dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha. Jelasnya motivasi jenis ini timbul karena ransangan dari luar.
13
3)
Motif-motif objektif. Motif ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif
c.
Motivasi jasmaniah dan rohaniah Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu menjadi dua jenis yakni motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah. Yang termasuk dalam motivasi jasmani seperti misalnya: refleks, insting otomatis, nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah adalah kemauan.
d.
Motivasi intrinsik dan ekstrinsik 1)
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu diransang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
2)
Motivasi
ekstrinsik
adalah
motif-motif
yang
aktif
dan
berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. e.
Teori Motivasi Menurut Para Ahli 1)
F.W. Taylor dan Manajemen Ilmiah F.W. Taylor adalah seorang tokoh angkatan manajemen ilmiah, manajemen berdaarkan ilmu pengetahuan. Dalam pendekatannya, motivasi yang disebabkan imbalan keuangan dapat dicapai dengan memenuhi sasaran-sasaran keluaran. Pemikiran inilah yang melatar belakangi sebagian besar penelitian pekerjaan yang didasarkan
pada
skema
imbalan
(insentif) (Uno, 2014).
14
2)
Beberapa teori motivasi menurut Purwanto (2010) a)
Teori hedonisme Hedone dalam bahasa Yunani adalah kesukaan, kekuatan atau kenikmatan, hedonisme.
Implikasi
dari
menurut
pandangan
teori ini
adalah adanya
anggapan bahwa orang akan cenderung menghindari halhal yang sulit dan menyusahkan atau mengandung resiko berat dan lebih suka melakukan suatu yang mendatangkan kesenangan baginya. b)
Teori naluri Bahwa pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok yang dalam hal ini disebut juga dorongan nafsu (naluri) mempertahankan (naluri)
mengembangkan
diri, diri,
dorongan nafsu
nafsu (naluri)
mengembangkan atau mempertahankan jenis. c)
Teori reaksi yang dipelajari Teori berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak berdasarkan naluri tetapi berdasarkan pola pola tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. Menurut teori ini, apabila seorang pemimpin atau pendidik akan memotivasi anak buah atau anak
didiknya,
pemimpin
atau
pendidik
hendaknya
15
mengetahui latar belakang kehidupan dan kebudayaan orang-orang yang dipimpinnya. d)
Teori pendorong Teori ini merupakan panduan antar teori naluri dengan "teori reaksi
yang
dipelajari",
daya
dorong
adalah
semacam naluri tetapi hanya suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Oleh karena itu, menurut teori ini bila seseorang memimpin atau mendidik ingin memotivasi anak buahnya, ia harus berdasarkan atas daya pendorong yaitu atas naluri dan juga reaksi yang dipelajari dari kebudayaan yang dimilikinya. 3)
Teori kebutuhan / Hierarki Kebutuhan Maslow Teori motivasi yang sekarang banyak dipakai orang adalah teori kebutuhan. Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan
oleh
manusia
pada
hakekatnya
kebutuhan fisik maupun psikis. Oleh karena
itu
adalah menurut
teori ini apabila seseorang bermaksud memberikan motivasi pada orang lain, ia harus mengetahui
terlebih
dahulu
apa
kebutuhan-kebutuhan orang-orang yang dimotivasinya. Sebagai pakar
psikologi,
Maslow
dalam
Purwanto
(2010)
mengemukakan adanya lima tingkatan kebutuhan pokok manusia. Adapun kelima tingkatan kebutuhan pokok manusia yang dimaksud adalah :
16
a)
Kebutuhan fisiologis Kebutuhan
fisiologis
memiliki
prioritas
tertinggi
dalam Hirarki Maslow. Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang mutlak dipenuhi manusia untuk bertahan hidup. (1) Kebutuhan oksigen dan pertukaran gas. (2) Kebutuhan cairan dan elektrolit. (3) Kebutuhan eliminasi urine dan alvi. (4) Kebutuhan istirahat dan tidur, kebutuhan aktivitas. (5) Kebutuhan kesehatan temperatur tubuh dan kebutuhan seksual b)
Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (Safety and Security) adalah aman dari berbagai aspek baik fisiologis maupunpsikologis, kebutuhan meliputi : (1) Kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan dan infeksi (2) Bebas dari rasa takut dan kecemasan (3) Bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang baru dan asing
c)
Kebutuhan sosial, yang meliputi antara lain : (1) Memberi dan menerima kasih sayang (2) Perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain (3) Kehangatan dan penuh persahabatan
17
(4) Mendapat
tempat
atau
diakui
dalam
keluarga,
kelompok serta lingkungan sosial. d)
Kebutuhan harga diri (1) Perasaan tidak bergantung pada orang lain (2) Kompeten (3) Penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain.
e)
Kebutuhan akan aktualisasi diri (Self Actualization) Kebutuhan seperti antara lain kebutuhan mempertinggi potensi – potensi dan ekspresi diri meliputi: (1) Dapat mengenal diri sendiri dengan baik (mengenal dan memahami potensi diri) (2) Belajar memenuhi kebutuhan diri sendiri (3) Tidak emosional (4) Mempunyai mempunyai
dedikasi
yang
kepercayaan
diri
tinggi,
kreatif
dan
yang
tinggi
dan
sebagainya. 4)
Teori Keberadaan, keterekaitan, dan pertumbuhan ( Exsistence, Relatedness, and Growth ERG ) Aldefer. Aldefer merumuskan kembali hierarki Maslow dalam 3 kelompok,yang dinyatakan sebagai keberadaan, keterkaitan dan pertumbuhan, yaitu: a)
Kebutuhan akan keberadaan adalah semua kebutuhan yang berkaitan dengan keberadaan manusia yang dipertahankan
18
dan berhubungan dengan kebutuhan fisiologis dan rasa aman pada hierarki Maslow b)
Kebutuhan
keterkaitan
berkaitan
dengan
hubungan
kemitraan c)
Kebutuhan
pertumbuhan
adalah
kebutuhan
yang
berhubungan dengan perkembangan potensi seseorang dan dengan kebutuhan penghargaan dan aktualisasi diri yang dikemukakan Maslow. 5)
Teori X dan Teori Y Douglas McGregor menemukan teori X dan Y setelah mengkaji
cara
para
karyawan. Ada empat
manajer
berhubungan
dengan
para
asumsi yang dimiliki manajer dalam
teori X. a)
Karyawan pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan dan sebisa mungkin berusaha untuk menghindarinya.
b)
Karena karyawan tidak menyukai pekerjaan, mereka harus dipakai, dikendalikan atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan.
c)
Karyawan akan menghindari tanggung jawab dan mencari perintah formal, dimana ini adalah asumsi ketiga
d)
Sebagian karyawan menempatkan keamanan di atas semua faktor lain terkait pekerjaan dan menunjukkan sedikit ambisi.
19
Bertentangan
dengan
pandangan-pandangan
negatif
mengenai sifat manusia dalam teori X, ada pula empat asumsi positif yang disebutkan
dalam teori Y (Robbins ,2008 dalam
Wirawan 2015). (1) Karyawan
menganggap
menyenangkan,
kerja
sebagai
hal
yang
seperti halnya istirahat atau bermain.
(2) Karyakan akan berlatih mengendalikan diri dan emosi untuk mencapaii berbagai tujuan. (3) Karyawan bersedia belajar untuk menerima, mencari, dan bertanggung jawab (4) Karyawan mampu membuat berbagai keputusan inovatif yang diedarkan keseluruh populasi, dan bukan hanya bagi mereka yang menduduki posisi manajemen. 6)
Teori Motivasi Kesehatan Herzberg Frederick Herzberg (Kompri, 2016) mengemukakan teori motivasi berdasar teori dua faktor yaitu faktor higiene dan motivator . Dia membagi kebutuhan Maslow menjadi dua bagian yaitu kebutuhan tingkat rendah (fisik, rasa aman, dan sosial) dan kebutuhan tingkat tinggi (prestise dan aktualisasi diri) serta mengemukakan bahwa cara terbaik untuk memotivasi individu adalah dengan memenuhi kebutuhan tingkat tingginya. Menurut
Hezberg,
faktor-faktor
seperti
kebijakan,
administrasi perusahaan, dan gaji yang memadai dalam suatu
20
pekerjaan akan menentramkan karyawan. Bila faktor-faktor ini tidak memadai maka orang-orang tidak akan terpuaskan. Menurut hasil penelitian Herzberg ada tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam memotivasi bawahan (Kompri,2016) yaitu :
a)
Hal-hal yang mendorong karyawan adalah pekerjaan yang menantang
yang
berprestasi, bertanggung
mencakup jawab,
perasaan
kemajuan,
dapat
menikmati pekerjaan itu sendiri dan adanya pengakuan atas semua itu. b)
Hal-hal yang mengecewakan karyawan adalah terutama pada faktor
yang bersifat
embel-embel
saja
dalam
pekerjaan, peraturan pekerjaan, penerangan, istirahat dan lain-lain sejenisnya. c)
Karyawan akan kecewa bila peluang untuk berprestasi terbatas.Mereka akan menjadi sensitif pada lingkungannya serta mulai mencari-cari kesalahan.
7). Teori Manusia Kompleks Masalahnya, kebanyakan teori motivasi diatas menganggap orang termotivasi oleh suatu jenis pendorong. Model utamanya dapat dijelaskan sebagai berikut:
21
a)
Manusia ekonomi, yang termotivasi terutama oleh imbalan keuangan
b)
Manusia sosial, yang termotivasi dipengaruhi terutama oleh sifat hubungan kemitraan dalam pekerjaan, diturunkan terutama dari karya dan observasi melalui percobaan percobaan.
c)
Manusia yang mengaktualisasikan diri, seperti yang dinyatakan dalam hierarkikebutuhan Maslow dan teori Y McGregor.
5. Unsur-Unsur Motivasi Purwanto (2010) menyatakan unsur-unsur motivasi menjadi: a.
Motivasi merupakan suatu tenaga dinamis manusia dan munculnya memerlukan ransangan baik dari dalam maupun dari luar.
b.
Motivasi sering kali ditandai dengan perilaku yang penuh emosi.
c.
Motivasi
merupakan
reaksi
pilihan
dari
beberapa
alternatif
pencapaian tujuan. d.
Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan manusia.
6. Fungsi Motivasi Sardiman (2014) mengemukakan ada 3 fungsi motivasi yaitu: a.
Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai pengerak atau motor yang melepaskan energi.
b.
Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai
22
c.
Menyeleksi perbuatan, yakni menetukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakanyang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
7. Pendekatan Dalam Mempelajari Motivasi a.
Pendekatan instink Instink adalah pola perilaku yang kita bawa sejak lahir yang secara biologis diturunkan. Beberapa instink yang mendasar adalah instink untuk menyelamatkan diri dan instink untuk hidup.
b. Pendekatan pemuasan kebutuhan ( Drive Reduction) Teori yang menekankan pada apa yang menarik seseorang untuk berperilaku atau drive theory ini menjelaskan motivasi dalam suatu gerak sirkuler. Manusia terdorong untuk berperilaku tertentu guna mencapai tujuannya sehingga tercapailah keseimbangan. Dengan
demikian
teori
ini
merupakan
teori
yang
berusaha
menjelaskan apa yang menarik seseorang untuk berperilaku tertentu atau disebut juga sebagai push theory. c.
Pendekatan insentif Insentif merupakan stimulus yang menarik seseorang untuk melakukan sesuatu karena dengan melakukan perilaku tersebut, maka kita akan mendapatkan imbalan. Imbalan yang menarik bagi kita tentu
saja
adalah
imbalan
yang
mendatangkan
sesuatu
23
menyenangkan. Dalam hal ini, insentif merupakan tujuan yang ingin dicapai. d.
Pendekatan arousal Pendekatan ini mencari jawaban atas tingkah laku dimana tujuan dari perilaku ini adalah untuk meningkatkan rasa ketegangan. Teori ini disebut juga sebagai oponen-proses. Pandangan hedonista mengatakan bahwa manusia selalu mencari kenikmatan atau hal-hal yang membuatnya merasa senang dan menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan.
e. Pendekatan kognitif Pendekatan kognitif ini menjelaskan bahwa motivasi adalah merupakan produk dari pikiran, harapan, dan tujuan seseorang. Dalam pendekatan ini dibedakan antara motif instrinsik atau motif yang berasal dari dalam diri, dengan motif ekstrinsik atau motif yang dari luar (Notoadmodjo, 2013). 8. Pengukuran Motivasi Motivasi tidak dapat diobservasi secara langsung namun harus diukur. Pada umumnya, yang banyak diukur adalah motivasi sosial dan motivasi biologis.
Ada beberapa cara untuk mengukur motivasi yaitu
dengan 1) tes proyektif, 2) kuesioner, dan 3) perilaku (Notoadmodjo, 2013).
24
a.
Tes proyektif Apa yang kita katakan merupakan cerminan dari apa yang ada dalam pikiran kita. Dengan demikian untuk memahami apa yang dipikirkan
orang,
maka
diberi
stimulus
yang
harus
diinterpretasikan. Salah satu teknik proyektif yang banyak dikenal adalah Thematic Apperception Test (TAT). Dalam tes tersebut klien diberikan gambar dan klien diminta untuk membuat cerita dari gambar tersebut. Dalam teori Mc Leland dikatakan, bahwa manusia memiliki tiga kebutuhan yaitu kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk power, kebutuhan untuk berafiliasi. Dari isi cerita tersebut kita dapat menelaah motivasi yang mendasari klien berdasarkan konsep kebutuhan di atas (Notoadmodjo, 2013). b.
Kuesioner Salah satu cara untuk mengukur motivasi melalui kuesioner adalah dengan meminta klien untuk mengisi kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan
yang
dapat
memancing
motivasi
klien.Sebagai contoh adalah EPPS ( Edward’s Personal Preference Schedule). Kuesioner tersebut terdiri dari 210 nomer dimana pada masing-masing nomor terdiri dari dua pertanyaan. Klien diminta memilih salah satu dari dua pertanyaan tersebut yang lebih mencerminkan dirinya. Dari pengisian kuesioner tersebut kita dapat melihat dari ke-15 jenis kebutuhan yang dalam tes tersebut, kebutuhan mana yang paling dominan dari dalam diri kita.
25
Contohnya antara lain, kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan akan keteraturan, kebutuhan untuk berafiliasi dengan orang lain, kebutuhan untuk membina hubungan dengan lawan jenis, bahakan kebutuhan untuk bertindak agresif ( Notoatmodjo, 2013 ). c.
Observasi perilaku Cara lain untuk mengukur motivasi adalah dengan membuuat situasi
sehingga
klien
dapat
memunculkan
perilaku
yang
mencerminkan motivasinya. Perilaku yang diobservasi adalah apakah klien menggunakan umpan balik yang diberikan, mengambil keputusan yang beresiko dan mementingkan kualitas daripada kuantitas kerja ( Notoatmodjo, 2013 ). Motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi karena tertarik untuk mencapai karir yang lebih baik, lebih dihargai dengan pendidikan yang lebih tinggi, menjadi perawat yang professional, memperoleh peningkatan golongan dan kenaikan pangkat, mendapatkan imbalan gaji yang lebih baik, serta dapat mengambil keputusan yang tepat dalam segala situasi berdasarkan
ilmu
pengetahuan
dalam
melaksanakan
praktek
keperawatan (Sunaryo, 2006). Motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi karena dipengaruhi oleh keinginan yang bermacam-macam, beberapa keinginan yang umum dinyatakan yaitu gaji atau upah yang baik, penghargaan, pekerjaan yang berarti,
26
sikap teman kerja yang baik, kesempatan untuk maju, kondisi kerja yang aman, nyaman, dan menarik, mendapatkan pimpinan yang adil dan bijaksana. Gaji atau upah yang baik, bisa dipakai untuk memuaskan kebutuhan fisiologis, sosial maupun egoistis. Sebagian besar perawat menginginkan gaji yang tinggi dari pekerjaannya setelah melanjutkan pendidikan. Sikap teman kerja yang lebih
baik
merupakan keinginan yang berasal dari kebutuhan egoistis, yang bisa diwujudkan dengan pujian, kaidah yang diumumkan kepada rekan-rekan sekerjanya dan sebagainya. Mendapatkan pimpinan yang adil dan bijaksana, akan menjamin bahwa pekerjaan akan tetap bisa dipertahankan. B. Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Motivasi Melanjutkan pendidikan.
Menurut
Nursalam
(2008)
faktor
yang
mempengaruhi
motivasi
perawat dalam melanjutkan pendidikan ada 2, terdiri dari: 1.
Faktor Internal a.
Cita-cita dan aspirasi, cita-cita merupakan faktor pendorong yang dapat menambah semangat sekaligus memberikan tujuan yang jelas dalam belajar. Cita-cita dan aspirasi akan memperkuat motivasi perawat,
karena
terwujudnya
cita-cita
dan
aspirasi
akan
mewujudkan aktualisasi diri. Cita-cita yang bersumber dari diri
27
sendiri akan membuat seseorang berupaya lebih banyak, yang diindikasikan dengan:
b.
1)
Sifat ingin tahu yang lebih luas
2)
Kreativitas tinggi
3)
Keinginan untuk memperbaiki kegagalan
4)
Berusaha untuk bekerja sama
Kemampuan individu, Kemampuan seseorang akan mempengaruhi motivasinya. Kemampuan yang dimaksud adalah segala potensi yang berkaitan dengan intelektual dan intelegensi.
c.
Kondisi individu, jasmani dan rohani individu yang sehat akan memberikan motivasi yang positif pada seseorang. Kondisi individu secara fisiologis yang mempengaruhi motivasi meliputi: Kesehatan fisik dan Panca indra. Sedangkan kondisi psikologis, meliputi: bakat, intelegensi, sikap, persepsi, minat.
d.
Harapan, bahwa harapan adalah keseluruhan dari kemampuan yang dimiliki individu untuk menghasilkan jalur mencapai tujuan yang diinginkan, bersamaan dengan motivasi yang dimiliki untuk menggunakan
jalur-jalur
tersebut.
Harapan
didasarkan
pada
harapan positif dalam mencapai tujuan. Harapan adalah keadaan termotivasi yang positif didasarkan pada hubungan interaaktif antara agency (energi untuk mengarah pada tujuan) dan pathway (rencana untuk mencapai tujuan). Mengkonsepkan harapan kedalam dua komponen, yaitu kemampuan untuk merencanakan jalur untuk 28
mencapai tujuan yang diinginkan dan agency atau motivasi untuk menggunakan jalur tersebut. Harapan merupakan keseluruhan dari kedua komponen tersebut. Berdasarkan konsep ini, harapan akan menjadi lebih kuat jika harapan itu disertaai dengan adanya tujuan yang bernilai yang memiliki kemungkinan untuk dicapai, bukan sesuatu yang mustahil dicapai, pemikiran hopeful mencakup tiga komponen yaitu goal, phatway thinking, dan agency thinking. Berdasarkan
konseptualisasi
ini,
emosi
positif
dan
negatif
merupakan hasil dari pemikiran hopeful atau hpeless yang memiliki tujuan e.
Persepsi, persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsngan diterapakn kepada manusia. Menurut Sarlito Sarwono (2012) persepsi berlangsung saat seseorang menerima stimulus dari sunia luar yng ditangkap oleh organ-organ bantuannya yang kemudian masuk ke dalam otak. Di dalamnya terjadi sebuah berikir yang pada akhirnya terwujud sebagai sebuah pemahaman. Pemahaman ini lebih kurang disebut persepsi. Persepsi adalah suatu proses diterimanya rangsang sampai rangsang itu disadari dan diterima sehingga mengahasilkan penafsiran pengalaman. Pengalaman ini dipahami dengan melihat rangsangan sebagai suatu proses individu dan mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesa-kesan atau pengalaman-pengalaman sensorinya dalam usaha memberikan suatu makna atau arti tertentu.
29
Persepsi merupakan suatu hal kompleks dan interaktif. f.
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal / aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri (Slameto, 2013). Sedangkan
menurut
Syah
(2001)
minat
adalah
kecenderungan dan kegairahan tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah suatu sumber yang dimiliki oleh seseorang yang dapat dijadikan
sumber
motivasi
untuk
melakukan
sesuatu
yang
diinginkannya. 1) Aspek minat a)
Aspek kognitif Aspek ini didasarkan atas konsep yang dikembangkan seseorang mengenai bidang yang berkaitan dengan minat. Konsep yang membangun aspek kognitif didasarkan atas pengalaman dan apa yang dipelajari dari lingkungan.
b) Aspek afektif Aspek afektif adalah konsep yang membangun konsep kognitif dan dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan atau objek yang menimbulkan minat. Aspek ini mempunyai peranan yang besar dalam memotivasi tindakan seseorang.
30
c) Aspek psikomotor Kemampuan yang dimiliki individu tanpa perlu pemikiran yang tepat, aspek psikomotor mampu menimbulkan minat indovidu namun tidak terlalu meningkat (Hurlock, 2012). 2.
Faktor Eksternal a. Dukungan atasan Dukungan adalah suatu kondisi dimana sesorang diberi dorongan
sehingga merasa aman dan nyaman secara psikologis.
Atasan atau pimpinan adalah sesorang yang mempergunakan wewenang, mengarahkan bawahan untuk mengerjakan tugas dalam mencapai tujuan organisasi (Hasibuan, 2009). Dukungan pimpinan adalah kebijakan yang diberikan
pihak
rumah sakit terhadap perawat untuk melanjutkan pendidikan. Pimpinan merupakan pendukung utama dalam membantu perawat mencapai target jangka panjang. Pimpinan yang tidak mendukung perawat untuk melanjutkan pendidikan akan menurunkan motivasi perawat untuk menempuh pendidikan lanjut. Taylor (1999) dalam Siagian (2003) menyatakan bahwa dukungan yang diberikan dibagi dalam 5 bentuk: 1) dukungan instrumental 2) dukungan informasional, 3) dukungan emosional, 4) dukungan harga diri, 31
5) dukungan dari kelompok. b. Penghargaan Penghargaan, pengakuan, atau recognition atas suatu kinerja yang telah dicapai seseorang akan menjadi perangsang atau faktor yang kuat. Pengakuan atas suatu kinerja akan memberikan kepuasan batin (Sastrohadiwiryo,2002), dalam Wirawan, 2015). . Penghargaan adalah insentif yang mengaitkan bayaran atas dasar untuk dapat meningkatkan produktifitas karyawan (Kompri, 2016). Dengan adanya pengakuan dan penghargaan atas satu kinerja yang telah dicapai maka seseorang akan lebih termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan selalu berusaha untuk mengembangkan dirinya. Menurut Hasibuan (2009) komponen sistem penghargaan terdiri dari: 1) kenaikan gaji, 2) bonus, 3) insentif, 4) promosi. Menurut
Simamora
(2004),
penghargaan
atau
imbalan
dibagi menjadi 2, yaitu: 1)
Penghargaan instrinsik (instrinsic reward), berupa: perasaan kompetensi diri, perasaan pencapaian dalam dirinya, tanggung jawab dan otonomi pribadi, perasaan pengakuan informal, status, dan kepuasan kerja.
2)
Penghargaan ekstrinsik (extrinsic reward ), berupa: gaji, tunjangan karyawan, sanjungan dan pengakuan, pengakuan formal, promosi jabatan, hubungan sosial, lingkungan kerja, pembayaran insentif.
32
c.
Persaingan, adalah kegiatan yang berdasarkan atas sikap rasional dan emosional dalam mencapai prestasi kerja yang terbaik. Persaingan dipicu oleh ambisi untuk memperoleh pengakuan, penghargaan, status sosial terbaik (Hasibuan, 2009)
d.
Kondisi sosial ekonomi Status ekonomi adalah sebuah komponen kelas sosial, mengacu pada
tingkat
Pendapatan
pendapatan yang
keluarga
mencukupi
dan
sumber
pendapatan.
kebutuhan-kebutuhan
keluarga
umumnya berasal dari pekerjaan para anggota keluarga dan sumbersumber pribadi seperti pensiun dan bantuan-bantuan (non publik) (Friedman, 1989 dalam Wirawan, 2015). Tingkat sosial ekonomi sangat
mempengaruhi
perbaikan
pendidikan
dan
perbaikan
pelayanan kesehatan yang diinginkan oleh masyarakat. Rata-rata keluarga dengan sosial ekonomi yang cukup baik akan memilih tingkat pendidikan dan sarana kesehatan yang bagus dan bermutu . Status ekonomi yang baik, membuat memperluas
minat
mereka
orang
cenderung
untuk mencakup hal yang semula
belum mampu mereka laksanakan untuk dapat dilaksanakan. Sebaliknya kalau status ekonomi mengalami kemunduran karena tanggung jawab keluarga atau usaha yang kurang maju, maka orang cenderung untuk mempersempit minat mereka termasuk dalam minat melanjutkan atau meningkatkan pendidikan. Hal ini terkait dengan pertimbangan biaya pendidikan untuk melanjutkan
33
pendidikan
dan
biaya
akan
kebutuhan
sehari-hari
untuk
keluarganya. Adapun pembagian kelas-kelas sosial di keluarga antara lain: (1) keluarga kelas atas, (2) keluarga kelas menengah, (3) keluarga kelas bawah (Friedman, 1998 dalam Wirawan, 2015) e.
Dukungan Keluarga Seseorang yang sudah berkeluarga tentu saja akan berfikir dua kali apabila harus meninggalkan keluarganya walaupun untuk keperluan pengembangan dirinya. Sebaliknya orang yang masih belum berkeluarga kemungkinan sangat berminat dan mempunyai motivasi tanpa memikirkan hal lain yang berhubungan dengan keluarganya. Dan demi klancaran dalam melanjutkan pendidikan perlu adanya relasi yang baik antar anggota kelurga yang lain. Hubungan pengertian dan kasih sayang dari anggota keluarga yang lain dapat mendukung dalam proses pendidikan (Purwanto, 2010). Minat seseorang sedikit banyak dipengaruhi oleh keluarga dalam hal ini berkenaan dengan sifat-sifat yang berhubungan dengan kemampuan menyerap pengetahuan atau sesuatu yang berwujud keterampilan dan keadaan keluarga dapat mempengaruhi berhasil tidaknya sesesorang dalam suatu usaha. Ketegangan dalam kehidupan keluarga akan menciptakan suatu kondisi baik tidaknya suatu hubungan atau kegiatan yang individu lakukan. Dukungan dari keluarga
akan
memberikan
proses
kelancaran
usahannya.
Lingkungan keluarga yang harmonis dalam berinteraksi akan
34
menunjang kesuksesan serta mengarahkan tenaga kerjannya lebih efisien (Erlita Dhiah Utami, 2007). Menurut Suparyanto (2010) motivasi untuk belajar atau melanjutkan
pendidikan
juga
dipengaruhi
oleh
karakteristik
individu, antara lain: 1.
Usia Motivasi didukung oleh kematangan atau usia seseorang. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang berpikir logis dan bekerja sehingga
motivasi
seseorang
kuat
dalam
melakukan
sesuatu.Kematangan usia ini akan mempengaruhi pada proses berfikir
dan
pengambilan
keputusan
dalam
melanjutkan
pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. (Menurut Handoko (1998), dalam Kompri, 2016). Dyne dan Graham (2005) dalam Wirawan (2015) menyatakan bahwa, pegawai yang berusia lebih tua cenderung lebih mempunyai rasa keterikatan atau komitmen pada organisasi dibandingkan dengan yang berusia muda sehingga meningkatkan loyalitas mereka pada organisasi. Hal ini juga menjadi tolak ukur seorang pegawai untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. 2.
Jenis kelamin Dalam pelaksanaan pendidikan dan pengembangan diperlukan kemampuan fisik dan psikologis, kemampuan fisik dan
35
psikologis laki- laki dan perempuan berbeda, hal ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk mengikuti pendidikan dan menghadapi stressor yang mungkin dialami selama menempuh pendidikan, antara laki-laki dan perempuan akan berbeda dalam menghadapinya. 3.
Pendidikan Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin tinggi pula pengetahuannya. Sehingga orang tersebut akan cenderung untuk memperluas minat dan motivasinya terhadap sesuatu hal .
4. Status perkawinan Status perkawinan adalah status seseorang apakah ia sudah menikah atau belum. Seseorang yang sudah mempunyai pasangan dan menikah, tentu pertimbangan
dalam
akan
menentukan
lebih
minat daripada
banyak yang
belum menikah. Hal ini akan berhubungan dengan adanya dukungan keluarga dalam menentukan keputusan. 5.
Lama Kerja Masa kerja biasanya dikaitkan dengan waktu mulai bekerja, dimana pengalaman kerja
juga ikut
menentukan kinerja
seseorang. Semakin lama masa kerja maka kecakapan akan lebih baik karena sudah menyesuaikan diri dengan pekerjaanya. Seseorang akan mencapai kepuasan tertentu bila sudah mampu
36
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Semakin lama karyawan bekerja mereka cenderung lebih terpuaskan dengan pekerjaan mereka, hal ini juga dapat mempengaruhi motivasi seseorang untuk lebih mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan seorang perawat. C. Konsep Pendidikan Keperawatan
1.
Definisi pendidikan Pendidikan adalah segala sesuatu untuk membina kepribadian dan mengembangkan kemampuan manusia, jasmaniah, dan rohaniah yang berlangsung seumur hidup, baik didalam maupun diluar sekolah, untuk pembangunan persatuan dan masyarakat adil dan makmur dan selalu ada dalam keseimbangan (Sastrohadiwiryo, 2007) Pendidikan
berkelanjutan
perawat
didefinisikan
oleh
ANA
(American Nurse Association) dalam Potter (2005) adalah sebagai aktivitas pendidikan yang direncanakan bertujuan untuk membangun dasar pendidikan dan pengalamam dari perawat professional untuk meningkatkan
praktik,
pendidikan,
administrasi,
penelitian,
atau
pengembangan teori sampai akhirnya perbaikan kesehatan masyarakat.
37
2.
Definisi Keperawatan Pada
lokakarya
nasional
1983
telah
disepakati
pengertian
keperawatan sebagai berikut, keperawatan adalah pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio psiko sosio spiritual
yang
komprehensif
yang ditujukan kepada
individu,
kelompok dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial spriritual yang komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia (Kusnanto, 2003). Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keperawatan adalah upaya pemberian pelayanan/asuhan yang bersifat
humanistic dan
professional, holistic berdasarkan ilmu keperawatan, standart pelayanan dengan berpegang teguh kepada kode etik yang melandasi perawat professional
secara
mandiri
atau
melalui
upaya
kolaborasi
berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi . 3. Definisi Pendidikan Keperawatan Pendidikan
dalam
bidang
keperawatan
merupakan
proses
penyadaran dan penemuan diri sebagai insan keperawatan, yang
38
memiliki kematangan dalam berfikir, bertindak, dan bersikap sebagai perawat yang profesional, sehingga ia mampu menjawab berbagai tantangan dalam kehidupan pribadi maupun profesinya (Kusnanto, 2003). Keperawatan
bukan
merupakan
kumpulan
keterampilan
spesifik dan sederhana saja. Berdasarkan pilar strategi pembangunan kesehatan
yang
ditetapkan
Depkes,
pada
poin
yang
kedua
:
profesionalisme, yaitu melalui “Pengambangan Sistem Pendidikan Tinggi Keperawatan” dalam upaya mewujudkan keperawatan sebagai profesi di Indonesia. Hal ini bertujuan memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau, dan perlu didukung oleh sumber daya pelaksana kesehatan, termasuk didalamnya tenaga keperawatan yang cukup, baik dalam jumlah maupun kualitas melalui Pendidikan Tinggi Keperawatan (Nursalam, 2008). 4.
Sistem pendidikan tinggi keperawatan di Indonesia Hasil Lokakarya Nasional dalam bidang keperawatan tahun 1983 telah menghasilkan kesepakatan nasional secara konseptual yang mengakui
keperawatan
di
Indonesia
sebagai
profesional
dan
pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesi. Sejalan dengan perkembangan teknologi, pendidikan keperawatan juga mengalami peningkatan baik jenjang maupun mutu pendidikan. Pendidikan keperawatan yang dahulu adalah pendidikan dasar atau menengah kini telah meningkat pada jenjang pendidikan tinggi. Saat ini masih banyak variasi pendidikan keperawatan di Indonesia, jenjang
39
pendidikan keperawatan yang utama adalah Sekolah Perawat Kesehatan (SPK), Akademi atau Pendidikan Ahli Madya Keperawatan/Politeknik dengan 3 tahun program diploma keperawatan, dan Program Studi Ilmu Keperawatan yang menawarkan program strata 1 keperawatan (S1 keperawatan) dan S2 terkait dengan keperawatan (Priharjo R, 2005). Menurut
Nursalam
(2008),
sistem
pendidikan
tinggi
di
Indonesia dijelaskan sebagai berikut: a.
Program pendidikan DIII keperawatan Program pendidikan DIII keperawatan yang meluluskan perawat
generalis sebagai
perawat
vokasional (Ahli Madya
Keperawatan) berlandaskan keilmuan dan keprofesian yang kokoh. Sebagai perawat vokasional atau profesional pemula harus tetap memiliki tingkah laku dan kemampuan profesional serta mampu melaksanakan asuhan keperawatan dasar secara mandiri dibawah supervisi. Selain itu, mempunyai kemampuan mengelola praktik keperawatan
berdasarkan
kebutuhan
dasar
manusia
dengan
memanfaatkan IPTEK keperawatan yang maju dan tepat guna. b.
Program pendidikan Ners Program pendidikan Ners menghasilkan lulusan perawat Sarjana Keperawatan dan Profesional ( Ners=” First Profesional Degree”) dengan sikap, tingkah laku, dan kemampuan profesional, serta mampu melaksanakan asuhan keperawatan dasar (sampai degan
kerumitan
tertentu)
secara
mandiri.
Sebagai
perawat
40
profesional, yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan objektif klien dan melakukan supervisi praktik keperawatan yang dilakukan oleh perawat profesional pemula. Selain itu, juga dituntut untuk memiliki kemampuan dalam meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan dengan memanfaatkan IPTEK, serta melakukan riset keperawatan dasar dan penerapan sederhana. Program pendidikan Ners memiliki landasan keilmuan yang kokoh dan landasan keprofesian yang mantap sesuai dengan sifat pendidikan profesi. c.
Program Magister Keperawatan Program magister keperawatan menghasilkan perawat ilmuwan dengan sikap dan tingkah laku dan kemampuan sebagai ilmuwan keperawatan. Sebagai perawat ilmuwan diharapkan memiliki kemampuan berikut ini: 1) Meningkatkan
pelayanan
profesi
dengan
penelitian
dan
pengembangan. 2) Berpartisispasi dalam pengembangan bidang ilmunya. 3) Mengembangkan penampilannya yang lebih luas dengan mengaitkan ilmu profesi yang serupa. 4) Merumuskan masayarakat
pendekatan dengan
penyelesaian
cara
penalaran
berbagai ilmiah
masalah
(keputusan
Mendikbud No.056/U/1994-pasal 2 ayat 3). d. Program Pendidikan Ners Spesialis
41
Program Ners spesialis menghasilkan Magister Keperawatan dan profesional (ners spesialis, second profesional degree) dengan sikap, tingkah laku, dan ketrampilan profesional, serta mampu untuk melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan spesialistik 5.
Tujuan Pendidikan Keperawatan Tujuan
dari
pendidikan
keperawatan
menurut
(Nursalam, 2008)
adalah: a.
Menumbuhkan dan membina sikap serta tingkah laku profesional yang sesuai dengan tuntunan profesi keperawatan.
b.
Membangun landasan ilmu pengetahuan yang kokoh, untuk melaksanakan
pelayanan
asuhan
keperawatan
profesional,
mengembangkan diri pribadi dan ilmu keperawatan. c.
Menumbuhkan ketrampilan profesional, mencakup keterampilan intelektual, teknikal dan interpersonal.
d.
Menumbuhkan dan membina landasan etik keperawatan yang kokoh.
6.
Pendidikan berkelanjutan perawat Pendidikan
berkelanjutan
perawat
didefinisikan
oleh
ANA
( American Nurse Association) dalam Potter (2005) adalah sebagai aktifitas pendidikan yang direncanakan bertujuan untuk membangun dasar pendidikan dan pengalaman dari perawat profesional untuk meningkatkan
praktik,
pendidikan,
administrasi,
penelitian,
atau
pengembangan teori sampai akhirnya perbaikan kesehatan masyarakat.
42
Pengembangan pendidikan keperawatan sebaiknya dirancang secara berkesinambungan, berjenjang dan berlanjut sesuai dengan prinsip belajar seumur hidup bagi perawat yang mengabdi di masyarakat. Pendidikan berkelanjutan ini dimaksudkan untuk mempertahankan profesionalisme perawat baik melalui pendidikan formal maupun non formal (Perry & Potter, 2005). Dapat disimpulkan bahwa, pendidikan berkelanjutan perawat merupakan sesuatu hal yang dinamis untuk pengembangan teori dan praktik perawat sebagai perawat profesional guna mempertahankan dan meningkatkan kualitas dalam diri seorang perawat. 7.
Tujuan pendidikan berkelanjutan Perry & Potter (2005) menjelaskan, bahwa tujuan pendidikan berkelanjutan adalah: meningkatkan
untuk menyiapkan perawat
asuhan
keperawatan
melalui
klinik mampu perluasan
ilmu
keperawatan, membantu perawat untuk mengembangkan ketrampilan, pengetahuan, dan teori keperawatan terkini, untuk meningkatkan dan mempertahankan
praktik
keperawatan,
promosi
dan
uji
coba
kepemimpinan dalam melakukan perubahan yang efektif dalam sistem pelayanan kesehatan serta menjawab kebutuhan belajar profesional. Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan pendidikan berkelanjutan adalah untuk menghasilkan perwat yang berkemmpuan profesional, mampu mempertanggungjawabkan secara legal keputusan dan tindakan yang dilakukan.
43
8.
Jenis-jenis pendidikan berkelanjutan Jenis pendidikan berkelanjutan dikelompokkan atas pendidikan secara informal dan pendidikan secara formal (Hasibuan, 2009) a.
Pendidikan secara informal, yaitu perwat atas keinginan dan usaha sendiri melatih dan mengembangkan dirinya dengan memperlajari buku-buku literatur yang ada hubungannya dengan pekerjaan atau jabatannya. Pendidikan secara karyawan
tersebut
informal menunjukkan bahwa
berkeinginan
keras
untuk
maju
dengan
meningkatkan kemampuan kerjanya melalui pelatihan-pelatihan. b. Pendidikan secara formal, yaitu perawat ditugaskan untuk mengikuti pendidikan baik yang dilaksanakan oleh instansi yang bersangkutan atau oleh lembaga-lembaga pendidikan atau pelatihan yang resmi. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan berkelanjutan baik secara formal atau informal sangat diperlukan oleh perawat
untuk
mengembangkan
diri.
Pendidikan
berkelanjutan
hendaknya juga dapat bermanfaat bagi perawat. 9.
Manfaat serta dampak pendidikan berkelanjutan Setiap aktifitas pasti memiliki arah yang dituju, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Arah yang dituju merupakan rencana yang dinyatakan sebagai hasil yang harus dicapai. Manfaat dan dampak yang diharapkan dari pendidikan berkelanjutan harus diurmuskan dengan jelas tidak mengabaikan dan kemampuan instansi yang bersangkutan.
44
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat serta dampak yang diharapkan dari pendidikan berkelanjutan meliputi peningkatan keahlian kerja, pengurangan keterlambatan, kemangkiran dan perpindahan tenaga kerja, pengurangan kecelakaan kerja dan kerusakan peralatan kerja, peningkatan produktivitas kerja, peningkatan kecakapan
kerja,
peningkatan
rasa
tanggung
jawab
(Sastrohadiwiryo,2007). Perawat yang ingin melanjutkan pendiidkan kejenjang yang lebih tinggi sangat membutuhkan dukungan pimpinan disamping analisa kebutuhan dari organisasi tempat mereka bekerja dan peraturan yang mendukungnya. D. Persyaratan pemberian tugas belajar dan izin belajar bagi PNS
1. Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia No 04 Tahun 2013 tentang pemberian tugas belajar dan ijin belajar bagi pegawai negeri sipil yaitu: a. Ketentuan pemberian tugas belajar : 1) PNS yang telah memiliki masa kerja paling kurang 1 (satu) tahun terhitung sejak diangkat menjadi PNS 2) Untuk bidang ilmu yang langka serta diperlukan oleh organisasi dapat diberikan sejak diangkat sebagai PNS sesuai kriteria kebutuhan yang ditetapkan oleh masing-masing instansi 3) Mendapatkan surat tugas dari pejabat yang berwenang 4) Bidang ilmu yang ditempuh sesuai dengan pengetahuaan atau keahlian yang dipersyaratkan dalam jabatan pada organisasi dan
45
sesuai dengan analisis beban kerja dan perencanaan SDM instansi masing-masing. 5) Usia maksimal: a)
Program Diploma I, Diploma II, Diploma III dan Program Srata I (S-1) atau setara berusia paling tinggi 25 (dua puluh lima ) tahun.
b)
Program Srata II (S-2) atau setara berusia paling tinggi 37 ( tiga puluh tujuh ) tahun.
c)
Program Srata III (S-3) atau setara paling tinggi 47 (empat puluh tujuh ) tahun.
6) Untuk daerah terpencil, tertinggal, dan terluar atau jabatan sangat diperlukan, usia maksimal dapat ditetapkan menjadi: a)
Program Diploma I, Diploma II, Diploma III dan Program Srata I (S-1) atau setara berusia paling tinggi 37 ( tiga puluh tujuh) tahun.
b)
Program Srata II (S-2) atau setara berusia paling tinggi 42 ( empat puluh dua tujuh) tahun.
c)
Program Srata III (S-3) atau setara paling tinggi 47 (empat puluh tujuh ) tahun.
7) Program studi di dalam negeri yang akan diikuti telah mendapatkan persetujuan / akreditasi minimal B dari lembaga yang berwenang.
46
8) Bagi PNS yang menduduki jabatan struktural dibebaskan dari jabatannya 9) Bagi PNS yang menduduki jabatan fungsional dibebaskan sementara dari jabatannya 10) Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam 1 ( satu ) tahun terakhir paling kurang bernilai baik 11) Tidak sedang menjalani hukuman disiplin tingkat se dang atau berat 12) Tidak sedang menjalani pemberhentiaan sementara sebagai PNS 13) Jangka waktu pelaksanaan a)
Program Diploma I (DI) paling lama 1 (satu) tahun
b)
Program Diploma II (DII) paling lama 2 (dua) tahun
c)
Program Diploma II I(DIII) paling lama 3 (tiga) ta hun
d)
Program Strata I (S-1) / Diploma IV (DIV), paling lama 4 (empat ) tahun
e)
Program Strata II (S-2) / setara, paling lama 2 (dua ) tahun
f)
Program Strata III (S-3) / setara, paling lama 4 (empat) tahun
14) Jangka waktu pelaksanaan tigas belajar sebagaimana dimaksud diatas masing-masing dapat diperpanjang palimg lama 1 tahun 2 semester ) sesuai kebutuhan instansidan persetujuan sponsor dan / instansi
47
15) Bagi PNS yang belum dapat menyelesaikan tugas belajar setelah diberikan perpanjangan waktu 1 tahun sebagaimana dimaksud diatas, dapat diberikan perpanjangan kembali paling lama 1 tahun, dengan perubahan status menjadi izin belajar. 16) Dalam melaksanakan izin belajar sebagaimana diatas PNS tetap dapat meninggalkan tugasnya sebagaimana berlaku sebagai tugas belajar. 17) Dalam memberikan tugas belajar, setiap instansi harus memberikan kesempatan yang sama bagi semua PNS sesuai dengan bidang tugasnya 18) PNS yang telah selesai melaksanakan tugas belajar wajib bekerja kembali untuk negara pada unit kerja pada instansi tempat pegawai bersangkutan bekerja semula 19) PNS tidak berhak menuntut penyesuaian ijazah ke dalam pangkat yang lebih tinggi, kecuali terdapat formasi. E. Ketentuan Pemberian izin belajar :
1)
PNS yang telah memiliki masa kerja paling kurang 1 (satu) tahun terhitung sejak diangkat menjadi PNS
2)
Mendapatkan izin secara tertulis dari pejabat yang berwenang
3)
Tidak meninggalkan tugas jabatannya, dikecualikan sifat pendidikan yang sedang diikuti, PNS dapat meninggalkan jabatan sebagian waktu kerja atas izin pimpinan instansi
48
4)
Unsur penilaian Pelaksanaan pekerjaan dalam 1 (satu) tahun terakhir paling kurang bernilai baik.
5)
Tidak sedang menjalani hukuman disiplin tingkat sedang atau berat
6)
Tidak pernah melanggar kode etik PNS tingkat sedang atau berat
7)
Tidak sedang menjalani pemberhentian sementara sebagai PNS
8)
Pendidikan yang akan ditempuh dapat mendukung pelaksanaan tugas jabatan pada unit organisasi
9)
Biaya pendidikan ditanggung oleh PNS yang bersangkutan
10) Program Studi didalam negeri yang akan diikuti
telah
mendapatkan persetujuan / akreditasi minimal B dari lembaga yang berwenang. 11) PNS tidak berhak untuk menuntut penyesuaian ijazah ke dalam pangkat yang lebih tinggi kecuali terdapat formasi 2. Di lingkungan pemerintah Kota Padang Tugas belajar dan izin belajar di lingkungan pemerintah Kota Padang di atur dalam Pewako No. 29 Tahun 2013 dalam Bab IV yang menjelaskan tentang persyaratannya yaitu : a.
Telah memiliki masa kerja paling kurang 1 (satu ) tahun terhitung sejak diangkat jadi PNS (untuk tugas belajar biaya APBN dan izin belajar), dan untuk tugas belajar biaya APBD atau sendiri minimal pengabdian 4 tahun , dengan usia paling tinggi :
49
1)
Program DIII dan S1 atau setara paling tinggi berusia 25 tahun
2)
Program S2 atau setara paling tinggi berusia 37 tahun
3)
Program S3 atau setara paling tinggi berusia 40 tahun
b.
Bidang ilmu yang ditempuh harus linear
c.
Program studi di dalam negeri yang diikuti minimal akreditasi B
d.
Untuk pengambilan profesi minimal pengabdian 4 (empat) tahun di lingkungan pemerintah Kota Padang.
50
F. Kerangka Teori
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Motivasi
Mahasiswa Dalam
Melanjutkan Pendidikan Sarjana Keperawatan
Faktor karakteritik 1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Pendidikan 4. Status perkawinan 5. Lama kerja Faktor Internal: 1. Cita-cita dan aspirasi 2. Kemampuan individu 3. Kondisi individu 4. Harapan 5. Persepsi 6. Kepuasan 7. Minat
Motivasi Mahasiswa melanjutkan pendidikan Sarjan Keperawatan
Faktor Eksternal: 1. Dukungan atasan 2. Penghargaan 3. Persaingan 4. Kondisi sosial ekonomi 5. Dukungan keluarga
Bagan 2.1 karangka Teori Sumber: Suparyanto (2010), Nursalam (2008), Hasibuan (2009), Purwanto (2010)
51
BAB Ill METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif analitik yaitu penelitian yang dilakukan untuk melihat kekuatan hubungan antara variabel satu dengan variabel lainnya yang bertujuan mengetahui “ Faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi mahasiswa program NR 8 dalam melanjutkan pendidikan Ners di Stikes Syedza Saintika Padang tahun 2017” melalui pendekan cross sectional. Cros
sectional
merupakan
suatu
penelitian
yang
mempelajari
hubungan antara faktor risiko (independen) dengan faktor efek (dependen), dimana melakukan observasi atau pengukuran variabel sekali dan sekaligus pada waktu yang sama (Riyanto, 2011). B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Stikes Syedza Saintika Padang dengan waktu penelitian dimulai dari pengambilan data observasi awal bulan April sampai dengan Agustus 2017. Pertimbangan peneliti melakukan penelitian di Stikes Syedza Saintika ini adalah tingginya motivasi mahasiswa melanjutkan pendidikan keperawatan di Stikes Syedza Saintika Padang.
52
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoadmodjo, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa program Non Reguer 8 Prodi Keperawatan di Stikes Syedza Saintika Padang yang berjumlah 122 orang. 2. Sampel Menurut Nursalam (2011) sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat digunakan sebagai subjek penelitian. Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili atau representatif. Sampel sebaiknya memenuhi kriteria yang dikehendaki, sampel yang dikehendaki merupakan bagian dari populasi target yang akan diteliti secara lansung, kelompok ini meliputi subjek yang memenuhi kriteria inkklusi dan ekslusi(Riyanto, 2011). Untuk
populasi
kecil
atau
lebih
kecil
dari
10.000,
dapat
menggunakan formula yang lebih sederhana yaitu sebagai berikut (Notoatmodjo, 2013) : n=
N 1 + N (d2)
Ket : N = Besar Populasi n = Besar sampel d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,1)
53
n =
122 1 + 122(0.1)2
n =
122 2.22
= 55 orang sampel Adapun kriteria sampel pada penelitian ini adalah Kriteria inklusi : 1. Mahasiswa NR 8 yang ada di lingkumgan Stikes Syedza Saintika 2. Mahasiswa yang bersedia menjadi responden Kriteria Ekslusi 1. Mahasiswa yang sedang cuti atau sakit 2. Mahasiswa yang berasal dari SPK 3. Teknik pengambilan sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini secara stratified proposional random sampling , yaitu pengambilan sampel sesuai dengan konteks penelitian yang dilakukan secara acak dan sudah di porsikan pada masing-masing tempat penelitian.
54
Tabel 3.2 Jumlah sampel yang akan diambil berdasarkan proporsinya
NO
NAMA LOKAL
JUMLAH MAHASISWA
1
2
3
1 2 3 4
D.
NR 8A NR 8B NR 8C NR 8D TOTAL
33 31 29 29 122
PROPORSI SAMPEL YANG AKAN DITELITI 4= {JUMLAH POPULASI MAHASISWA/ TOTAL POPULASI (122)} X TOTAL SAMPEL (55) 15 14 13 13 55
Etika Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengurus surat izin penelitian di Prodi Keperawatan Stikes Syedza Saintika Padang. Setelah mendapatlan persetujuan, peneliti mulai melakukan penelitian dengan memperhatikan masalah etika yang meliputi (Dharma, 201) : 1. Menghormati harkat dan martabat manusia ( Respect For Human Dignity) Peneliti
perlu
mempertimbangkan
hak-hak
subyek
untuk
mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonnomy). Beberapa tindakan yang terkait dengan prinsip menghormati harkat dan martabat
manusia,
adalah
:
peneliti
mempersiapkan
formulir
persetujuan subyek (informed concent). Sebelum lembar persetujuan
55
diberikan
kepada
subjek
penelitian.
Peneliti
terlebih
dahulu
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Setelah diberikan penjelasan, lembar persetujuan diberikan kepada subjek penelitian. Jika subjek penelitian bersedia diteliti maka mereka akan menandatangani lembar persetujuan namun jika subjek penelitian menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormatinya. 2. Menghargai privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for privacy and confidentiality) Setiap manusia memiliki hak-hak dasar invidu termasuk privasi dan kebebasan individu. Pada dasarnyanya penelitian akan memberikan akiabt terbukanya informasi individu termasuk informasi yang bersifat pribadi. Sedangkan, tidak semua orang menginginkan informasinya diketahui oleh orang lain, sehingga peneliti perlu memperhatikan hakhak dasar individu tersebut. Dalam aplikasinya, peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas baik nama maupun alamat asal subyek dalam kuesioner dan alat ukur apapun untuk menjaga anonimitas
dan
kerahasiaan
identitas
subyek.
Peneliti
dapat
menggunakan koding (inisial atau identification number) sebagai pengganti identitas responden.
56
3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness) Untuk memenuhi prinsip keterbukaan, penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional, berperikemanusiaan, dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan, keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan religus subyek penelitian. Lingkungan penelitian dikodisikan agar memenuhi prinsip keterbukaan yaitu kejelasan prosedur penelitian, prinsip keadilan. Menekankan sejauh mana kebijakan penelitian membagiakan keuntungan dan beban secara merata atau menurut kebutuhan, kemampuan, kontribusi dan pilihan bebas masyarakat. Sebagai contoh dalam prosedur penelitian, peneliti mempertimbangkan aspek keadilan gender dan hak subyek untuk mendapatkan perlakukan yang sama baik sebelum, selama, maupun sesudah berpartisipasi dalam penelitian. 4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan ( Balancing harms and benefits). Peneliti
melaksanakan
penelitian
sesuai
dengan
prosedur
penelitian guna mendapatkan hasil yang bermandaat semaksimal mungkin bagi subyek penelitian dan dapat dijeneralisasikan di tingkat populasi (beneficence). Peneliti memiimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek (nonmaleficence). Apabila intervensi penelitian berpotensi mengakibatkan cedera atau stres tambahan maka subyek dikeluarkan dari kegiatan penelitian untuk mencegah terjadinya cedera, kesakitan, stress, maupun kematian subyek penelitian.
57
5. Mendapatkan penjelasan lengkap ( full disclosure) Penjelasan lengkap berarti bahwa peneliti telah secara penuh menjelaskan tentang sifat penelitian, hak subjek untuk menolak berperan serta, tanggung jawab peneliti, serta kemungkinan resiko dan manfaat yang bisa terjadi. Beberapa tindakan yang terkait dengan prinsip menghormati harkat dan martabat manusia, adalah: peneliti mempersiapkan formulir persetujuan subyek (informed consent ) yang terdiri
dari:
(1)
penjelasan
manfaat
penelitian;
(2)
penjelasan
kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang dapat ditimbulkan; (3) penjelasan manfaat yang akan didapatkan; (4) persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan subyek berkaitan dengan prosedur penelitian; (5) persetujuan subyek dapat mengundurkan diri kapan saja; dan (6) jaminan anonimitas dan kerahasiaan. Namun kadangkala, formulir persetujuan subyek tidak cukup memberikan proteksi bagi subyek itu sendiri terutama untuk penelitian-penelitian klinik karena terdapat perbedaan pengetahuan dan otoritas antara peneliti dengan subyek. E. Metode Pengumpulan Data
1. Pengumpulan data a. Data Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengurus surat izin untuk melakukan penelitian ke Bagian Adak Stikes Syedza Saintika Padang kemudian diajukan ke
Ka Prodi Ilmu Keperawatan. Setelah disetujui
58
oleh Ka Prodi Ilmu Keperawatan
Sitkes Syedza Saintika Padang,
Peneliti melakukan penelitian pada tanggal 28 Juli sampai dengan 11 Agustus 2017. Pengumpulan data dilakukan di institusi pendidikan Syedza Saintika Padang dengan cara menggunakan kuesioner yang diberikan pada responden yang ada saat melakukan penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langka sebagai berikut : a. Menjelaskan tentang penelitian dan tujuan dari penelitian kepada responden. b. Setelah responden memahami tentang tujuan penelitian maka responden diminta untuk menandatangani informed concent. c. Melakukan pembagian kuesioner kepada responden. d. Pada
saat
pengisian
kuesioner
peneliti
mendampingi
dan
memberikan penjelasan jika responden tidak memahami tentang pertanyaan yang diajukan. e. Mengumpulkan kuesioner yang telah diisi oleh responden dan meneliti kembali apakah seluruh pertanyaan yang ada dalam kuesioner sudah diisi oleh responden. f. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data dan analisa data.
59
2. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan tahapan sebagai berikut : a. Editing (Pemeriksaan Data) Editing yaitu proses awal dari pengolahan data dimulai dengan pemeriksaan data dari lapangan, kemudian peneliti memastikan bahwa data yang diperoleh baik, artinya data tersebut telah terisi semua, konsisten, relevan, dan dapat dibaca dengan baik. Hal ini dilakukan dengan memeriksa tiap lembar kuesioner yang ada b. Coding (Pengkodean Data) Coding yaitu data yang diperoleh dari sumber data yang sudah diperiksa kelengkapannya kemudian diubah menjadi angka dengan tujuan mempermudah saat analisa dan mempercepat entry data. Pengkodean dilakukan dengan mengacu pada kode yang telah disusun. c. Entry Data (Memasukkan Data) Pada tahap ini data dimasukkan kedalam komputer dengan menggunakan peranti lunak d. Cleaning (Membersihkan Data) Kegiatan cleaning adalah pengecekan kembali data yang telah dientry dalam komputer untuk memastikan bahwa data tersebut bersih dari kesalahan sehingga data tersebut benar-benar bersih dari kesalahan dan siap untuk dianalisa.
60
F. Teknik Analisa Data
Setelah data diolah di komputer, kemudian dilakukan uji normalitas data dengan hasil data tidak terdistribusi normal, jadi dalam penelitian ini peneliti menggunakan mean sebagai acuan hasil ukur variabel. 1. Analisa univariat Analisa ini digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi yang akan diterliti sehingga diketahui variasi dari masingmasing variabel. Dimana variabel tersebut adalah variabel independent ( minat, penghargaan dan dukungan keluarga) dan variabel dependent (motivasi melanjutkan pendidikan). Semua variable dianalisis dengan distribusi frekuensi dan presentase yang dihitung dengan persamaan pada setiap variabelnya, dengan rumus sebagai berikut : P = f x 100 % n Keterangan : P : Persentase f : Frekuensi teramati n : sampel 2. Analisa bivariat Analisa bivariat adalah analisa untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Analisa pada penelitian ini adalah menggunakan komputerisasi, selanjutnya penelitian ini dilakukan dengan uji statistic melalui uji chi-
61
square dengan derajat kepercayaan 95 % (α = 0,05). Untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik digunakan derajat kemaknaan P value < 0,05 maka hasilnya disebut Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat hubungan yang bermakna pada variabel yang diuji korelasinya, sedangkan jika p value > 0,05 maka hasil menyatakan Ho diterima dan Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antar variabel yang diuji. G. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian merupakan kerangka hubungan antara konsep-konsep yang akan diukur atau diamati melalui penelitian yang akan dilakukan. Kerangka konsep tidak dapat lansung diamati maka konsep dapat diukur melalui variabel (Riyanto, 2011). Kerangka konsep penelitian ini didapatkan variabel yang diduga berhubungan dengan motivasi yang dapat digambarkan dalam diagram di bawah ini : Bagan 3.1 Kerangka Konsep
Variable independen
Variable dependen
Minat
Penghargaan
Motivasi Mahasiswa dalam melanjutkan pendidikan Ners di Stikes Syedza Saintika Padang Tahun 2017
Dukungan keluarga
62
H. Hipotesa penelitian
1. Ha : ada hubungan antara minat dengan tingkat motivasi mahasiswa dalam melanjutkan pendidikan Ners di Stikes Syedza Saintika Padang tahun 2017. 2. Ha : ada hubungan antara penghargaan dengan tingkat motivasi mahasiswa dalam melanjutkan pendidikan Ners di Stikes Syedza Saintika Padang tahun 2017. 3. Ha: ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat motivasi mahasiswa dalam melanjutkan pendidikan Ners di Stikes Syedza Saintika Padang tahun 2017.
63
I. Variabel dan Definisi Operasional N Variabel o A. Variabel Dependen 1. Motivasi
B. Variabel Independen 1. Minat
2.
3.
Penghargaan
Dukungan Keluarga
Definisi Operasional
Alat Ukur
Cara Ukur
Hasil Ukur
Keinginan yang mendorong seseorang untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
Kuisioner
Angket
1. Motivasi tinggi jika : > mean (44,8) 2. Motivasi rendah jika : < mean ( 44,8)
Keinginan yang dimiliki utuk melanjutkan pendidikan
Kuisioner
Angket
1.Tinggi > mean (34,75) 2. Rendah < mean ( 34,75)
Suatu bentuk pengakuan dari atasan, pekerjaan, dan lingkungan kerja untuk meningkatkan motivasi pegawainya Dukungan yang diberikan keluarga untuk melanjutkan pendidikan.
Kuisioner
Angket
1. Tinggi jika > mean (3,46) 2. Rendah jika < mean (3,46)
Kuisioner
Skala Ukur
Ordinal
Angket
1. Mendukung > mean (20,27) 2. Tidak Mendukung < mean (20,27) Sumber: Riko Tri Putra, 2015.
64
Ordinal
Ordinal
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Syedza Saintika Padang
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Syedza Saintika Padang bernaung dibawah Yayasan Pengembangan Sumber Daya Manusia ( YPSDM) dan berlokasi di Jl. Prof. Dr. Hamka No.228 Air Padang. Stikes Syedza saintika berdiri pada tahun 2008 dan mempunyai 4 program studi yaitu: Ilmu Keperawatan (S1), Kesehatan Masyarakat (S1), Kebidanan (D3) dan Profesi Ners. Semua program studi tersebut telah terakreditasi “B” serta isntitusi isntit usi juga telah terakreditasi “B” oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi ( BANPT) RI. Stikes Syedza Saintika Padang sudah akreditasi pada tahun 2014 dengan izin dikti No.462/SK/BAN-PT/Akered/S/XII/2014 (Adak, Stikes Syedza Saintika Padang). Program Studi Keperawatan mendapat akreditasi B dengan SK BANPT No.071/SK/BAN-PT/Akred/PN/II/2015. Dan Ners mendapat akreditasi B dengan SK BAN-PT No. 071/SK/BAN-PT/Akred/PN/II/2015 (Adak, Stikes Syedza
Saintika
Padang).
Stikes
Syedza
Saintika
mempunyai
visi
mewujudkan pendidikan tinggi kesehatan yang profesional dengan dilandasi oleh nilai-nilai moral yang tinggi, kesabaran, keta bahan, keuletan dan berdaya saing. Tenaga pengajar pengajar terdiri dari dosen tetap dan
luar dari berbagai
perguruan tinggi, t inggi, rumah sakit dan dinas kesehatan di sumatera barat dengan kualifikasi S1, S2, dan S3 serta guru besar dari berbagai disiplin ilmu. Stikes 65
Syedza Saintika juga dilengkapi fasilitas yang lengkap dalam kegiatan belajar mengajar. Fasilitas yang tersedia dalam menunjang proses belajar menagajar antara lain gedung milik sendiri, ruang perkuliahan full AC, ruang administrasi, ruang ibadah, ruang rapat, sarana olahraga seperti volley ball, takraw, table tennis, badminton dll. Selain itu Stikes Syedza Saintika padang juga
mempunyai
laboratorium
kebidanan,
laporatorium
keperawatan,
laporatoriun fisika dan kimia, laboratorium computer, lahan praktek seperti rumah sakit, rumah bersalin, puskesmas, dan praktek bidan swasta. Media pengajaran menggunakan LCD, laptop, wireless, area hotspots, area parker serta sarana pendukung lainnya dengan lokasi kampus yang aman, nyaman dan mudah terjangkau. B. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Stikes Syedza Saintika Padang sejak tanggal 28 Juli 2017 sampai dengan tanggal 11 Agustus 2017 dengan data sebagai berikut : 1. Analisa Univariat
Analisa univariat bertujuan untuk menggambarkan hasil masing-masing variabel meliputi variabel independen (minat, penghargaan, dukungan keluarga) dan variabel dependen (motivasi) secara rinci analisa univariat sebagai berikut :
66
a. Motivasi Mahasiswa Program NR 8 Dalam Melanjutkan Pendidikan Ners di Stikes Syedza Saintika Padang Tahun 2017 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Motivasi Mahasiswa Program NR 8 Dalam Melanjutkan Pendidikan Ners di Stikes Syedza SaintikaPadang Tahun 2017
No 1. 2.
Motivasi Rendah Tinggi Jumlah
Frekuensi 22 33 55
Persentase 40 60 100
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa kurang dari separuh 22 (40 %) Mahasiswa Program NR 8 yang memiliki motivasi rendah dalam melanjutkan melanjutkan pendidikan Ners di Stikes Syedza Saintika Padang Tahun 2017. b. Faktor Minat Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Minat Mahasiswa Program NR 8 Dalam Melanjutkan Pendidikan Ners di Stikes Syedza Saintika Padang Tahun 2017
No 1. 2.
Minat Rendah Tinggi Jumlah
Frekuensi 23 32 55
Persentase 41,8 58,2 100
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa kurang dari separuh 23 (41,8 %) Mahasiswa Program NR 8 yang memiliki minat rendah dalam melanjutkan melanjutkan pendidikan Ners di Stikes Syedza Saintika Padang Tahun 2017.
67
c. Faktor Penghargaan Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penghargaan Mahasiswa Program NR 8 Dalam Melanjutkan Pendidikan Ners di Stikes Syedza Saintika Padang Tahun 2017
No 1. 2.
Penghargaan Rendah Tinggi Jumlah
Frekuensi 26 29 55
Persentase 47,3 52,7 100
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa kurang dari separuh 26 (47,3%) Mahasiswa Program NR 8 yang memiliki penghargaan rendah dalam melanjutkan pendidikan Ners di Stikes Syedza Saintika Padang Tahun 2017. d. Faktor Dukungan Keluarga Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga Mahasiswa Program NR 8 Dalam Melanjutkan Pendidikan Ners di Stikes Syedza Saintika Padang Tahun 2017
No 1. 2.
Dukungan Keluarga Tidak Mendukung Mendukung Jumlah
Frekuensi 23 32 55
Persentase 41,8 58,2 100
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa kurang dari separuh 23 (41,8%) Mahasiswa Program NR 8 yang merasa tidak didukung oleh keluarga dalam melanjutkan melanjutkan pendidikan Ners di Stikes Syedza Saintika Padang Tahun 2017.
68
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan pada 2 variabel yaitu variabel dependen dan independen. Analisa ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan diantara 2 variabel tersebut dengan menggunakan uji chi square secara rinci dengan hasil sebagai berikut : a. Hubungan Faktor Minat Dengan Motivasi Mahasiswa Dalam Melanjutkan Pendidikan Ners di Stikes Syedza Saintika Padang Tabel 4. 5 Hubungan Faktor Minat Dengan Motivasi Mahasiswa Dalam Melanjutkan Pendidikan Ners di Stikes Syedza Saintika Padang Tahun 2017
Motivasi Jumlah Minat
Rendah
Rendah
Tinggi
f
%
f
%
f
%
20
87,0
3
13,0
23
100
P Value
0,000
Tinggi
2
6,2
30
93,8
32
100
Jumlah
22
40,0
33
60,0
55
100
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dari responden dengan motivasi yang memiliki motivasi rendah
lebih banyak ditemukan pada
responden yang memiliki minat rendah sebanyak 20 orang (87,0%) dibandingkan dengan minat yang tinggi sebanyak 2 orang (6,2%) dalam melanjutkan pendidikan jenjang Ners di Stikes Syedza Saintika Padang 69
tahun 2017 sedangkan untuk uji statistic didapatkan nilai p = 0,000 (p< 0,05) artinya ada hubungan yang bermakna antara motivasi dengan minat.
b. Hubungan Faktor Penghargaan Dengan Motivasi Mahasiswa Dalam Melanjutkan Pendidikan Ners di Stikes Syedza Saintika Padang Tabel 4. 6 Hubungan Faktor Penghargaan Dengan Motivasi Mahasiswa Dalam Melanjutkan Pendidikan Ners di Stikes Syedza Padang Tahun 2017 Motivasi Jumlah Penghargaan
Rendah
Rendah
Tinggi
f
%
f
%
f
%
15
57,7
11
42,3
26
100
P Value
0,024
Tinggi
7
24,1
22
75,9
33
100
Jumlah
22
40,0
33
60,0
55
100
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dari responden dengan motivasi yang memiliki motivasi rendah
lebih banyak ditemukan pada
responden yang memiliki penghargaan rendah sebanyak 15 orang (57,7%) dibandingkan dengan penghargaan yang tinggi sebanyak 7 orang (24,1%) dalam melanjutkan pendidikan Ners di Stikes Syedza Saintika Padang tahun 2017, sedangkan untuk uji statistic didapatkan nilai p = 0,024 (p< 0,05) artinya ada hubungan yang bermakna antara motivasi dengan penghargaan.
70
c. Hubungan Faktor Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Mahasiswa Dalam Melanjutkan Pendidikan Ners di Stikes Syedza Saintika Padang Tabel 4. 7 Hubungan Faktor Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Mahasiswa Dalam Melanjutkan Pendidikan Ners Di Stikes Syedza Padang Tahun 2017 Motivasi Dukungan Keluarga
Tidak Mendukung
Jumlah Rendah
Tinggi
f
%
f
%
f
%
17
73,9
6
26,1
23
100
P Value
0,000
Mendukung
5
15,6
27
84,4
32
100
Jumlah
22
40,0
33
60,6
55
100
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa dari responden dengan motivasi yang memiliki motivasi rendah
lebih banyak ditemukan pada
responden yang memiliki dukungan keluarga yang
tidak mendukung
sebanyak 17 orang (73,9%) dibandingkan dengan dukungan keluarga yang mendukung sebanyak 5 orang (15,6%) dalam melanjutkan pendidikan Ners di Stikes Syedza Saintika Padang tahun 2017 sedangkan untuk uji statistic didapatkan nilai p = 0,000 (p< 0,05) artinya ada hubungan yang bermakna antara motivasi dengan dukungan keluarga.
71
BAB V PEMBAHASAN A. Analisa Univariat 1. Motivasi
Hasil penelitian berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa kurang dari separuh (40 %) Mahasiswa Program NR 8 yang memiliki motivasi rendah dalam melanjutkan melanjutkan pendidikan Ners di Stikes Syedza Saintika Padang Tahun 2017. Penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Isa Mohamad Sukriyant, dkk (2014) tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan Motivasi Perawat D3 Untuk Melanjutkan Pendidikan Ke Jenjang S1Keperawatan di Rawat Inap RSUD Dr. M. Dunda Kabupaten Gerontalo” yang mendapatkan hasil bahwa kurang dari separuh (21,4%) perawat memiliki motivasi rendah untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang Sarjana Keperawatan. Sama juga halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Reny Yatnasari Silaban, dkk ( 2016) tentang “ Hubungan Motivasi Mahasiswa Program Sarjana Keperawatan Dengan Minat Melanjutkan Studi Profesi Ners Di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sam Ratulangi Manado” yang
mendapatkan hasil bahwa
kurang dari separuh (18,8%) perawat memiliki motivasi rendah dalam melanjutkan Studi Profesi Ners. Motivasi
merupakan
tenaga
penggerak
dan
kadang-kadang
mengenyampingkan hal-hal yang dianggap kurang bermanfaat dalam mencapai tujuan. Motivasi sangat erat hubungannya dengan proses 72
pembelajaran karena motivasi merupakan kondisi-kondisi yang mengaktifkan atau memberi dorongan dengan mencapai tujuan belajar (Purwanto, 2010). Secara umum tujuan motivasi adalah menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau tujuan tertentu (Purwanto, 2010). Motivasi belajar mahasiswa dapat tumbuh dari dalam diri individu (internal) dan dari luar diri individu (eksternal). Dimana faktor internal yaitu: cita-cita, kemampuan individu, kondisi individu, harapan, persepsi dan minat Sedangkan faktor eksternal yaitu: dukungan atasan, penghargaan, persaingan, kodisi sosial ekonomi dan dukungan keluarga ( Nursalam, 2008 ). Rendahnya motivasi mahasiswa dalam melanjutkan pendidikan bisa disebabkan karena faktor usia karena sebanyak 25 orang (45,5%) berusia diatas 30 tahun. Faktor usia sangat mempengaruhi motivasi seseorang yang sudah berusia lanjut dalam melanjutkan pendidikan dibandingkan dengan yang masih muda karena kemampuan mengingat akan semakin berkurang saat bertambahnya usia. Faktor lain yang menyebabkan rendahnya motivasi ini adalah faktor individu itu sendiri seperti: faktor psikologis, faktor jasmaniah, ataupun faktor kelelahan karena mahasiswa dalam melanjutkan pendidikan ini sambil bekerja dan berasal dari luar kota. Rendahnya motivasi ini juga disebabkan karena faktor tuntutan di pekerjaan atau penghargaan yang didapatkan setela h melanjutkan pendidikan, ini terlihat dari analisa kuesioner no 2 diketahui bahwa lebih dari (63,63%) separuh responden melanjutkan pendidikan karena akan dihargai di instansi
73
tempat
bekerja.
sehingga
karena
alasan
itulah
mereka
melanjutkan
pendidikan. Dimana seseorang akan termotivasi untuk mengembangkan dirinya jika ada atau memperoleh penghargaan, baik berupa pujian, imbalan, gaji, insentif maupun promosi jabatan. Analisa peneliti terhadap hasil penelitian disimpulkan bahwa motivasi awal seseorang mengikuti pendidikan Ners akan dapat mempengaruhi proses dalam mengikuti pembelajaran nantinya. Tinggi rendahnya motivasi mahasiswa dalam melanjutkan pendidikan Ners akan mempengaruhi hasil yang dicapai nantinya. Beberapa mahasiswa terlambat studinya disebabkan oleh lemahnya motivasinya daripada kelemahan intelektualnya. Mahasiswa yang mempunyai motivasi yang tinggi dalam melanjutkan pendididikan akan menyesesaikan perkuliahan dengan tepat waktu dan bertambah ilmu pengetahuan yang dimiliki. 2. Faktor Minat
Hasil penelitian berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa kurang dari separuh (41,8 %) Mahasiswa Program NR 8 yang memiliki minat rendah dalam melanjutkan melanjutkan pendidikan Ners di Stikes Syedza Saintika Padang Tahun 2017. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Riko Tri Putra (2015) tentang “Analilis Faktor Motivasi Mahasiswa Program B
2014 dan 2015 dalam melanjutkan
pendidikan S1 Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Andalas “ diperoleh hasil kurang dari separuh (47,9%) memiliki minat yang rendah dalam melanjutkan pendidikan. Sama juga halnya dengan penelitian yang
74
dilakukan oleh Reny Yatnasari Silaban, dkk ( 2016) tentang “ Hubungan Motivasi Mahasiswa Program Sarjana Keperawatan Dengan Minat Melanjutkan Studi Profesi Ners Di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sam Ratulangi Manado” yang
mendapatkan hasil bahwa
kurang dari separuh (21,9%) perawat memiliki minat rendah dalam melanjutkan Studi Profesi Ners. Minat adalah sumber yag dimiliki oleh seseorang yang dapat dijadikan sumber motivasi untuk melakukan sesuatu yang diinginkan, semakin tinggi minat seseorang terhadap suatu hal, semakin tinggi pula motivasi seseorang tersebut untuk mendapatkan hal tersebut. Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketetarikan pada suatu hal atau aktivitasi tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya (Slameto, 2013). Minat itu tidak bersifat permanen akan tetapi dapat berubah-ubah. Jika seseorang merasa sesuatu itu bermanfaat atau menyenangkan untuknya, maka minat akan sesuatu atau topic tertentu akan meningkat, sementara itu apabila rasa kepuasan akan sesuatu menurun, maka minat itu juga akan turun. Sedangkan menurut Syah (2001) minat adalah kecenderungan dan kegairahan tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah suatu sumber yang dimiliki oleh seseorang yang dapat dijadikan sumber motivasi untuk melakukan sesuatu yang diinginkannya.
75
Minat yang rendah dalam melanjutkan pendidikan bisa disebabkan oleh faktor psikologis seseorang, faktor kelelahan, faktor keluarga seperti: suasana rumah, hubungan antar anggota keluarga dan faktor lain yaitu penghargaan. Minat mahasiswa dalam melanjutkan pendidikan bisa berubah seiring dengan berjalannya waktu, jika mahasiswa tersebut memang menganggap pentingnya mendalami ilmu keperawatan. Minat rendah ini dapat terlihat dari adanya mahasiswa yang menunjukkan perilaku saat mengikuti perkuliahan yaitu bercerita di kelas walaupun dosen menerangkan. Seseorang bisa menjadi malas melakukan sesuatu ketika minat yang kurang, sehingga hanya sekedar mengikuti perkuliahan dan ilmu yang didapatkanpun kurang. Minat rendah dalam melanjutkan pendidikan ini juga terlihat dari analisa kuesioner no 10 kurang dari separuh (43,65%) responden ingin melanjutkan S1 Keperawatan karena tuntutan zaman yang mengharuskan berpendidikan tinggi agar memperoleh penghargaan dari orang lain. Dan dari analisa kuesioner no 11 juga terlihat lebih dari separuh (52,69%) responden melanjutkan S1 karena ingin berpangkat tinggi di dunia kerja. Analisa peneliti terhadap hasil penelitian disimpulkan bahwa minat sangat mempengaruhi motivasi seseorang dalam melanjutkan pendididkan. Minat akan tumbuh dan semakin meningkat apabila terdapat rangsangan berupa motivasi, baik itu dari dalam maupun dari luar diri manusia. Apabila rangsangan tersebut hanya datang dari satu sisi, katakanlah hanya dari dalam diri seseorang, tentunya minat tersebut tidak akan maksimal
76
karena kurangnya dorongan, masukan, dan pembenaran dari luar diri seseorang. Mahasiswa dalam melanjutkan pendidikan lebih didorong oleh faktor penghargaan daripada minat yang tinggi dalam melanjutkan pendidikan. 3. Faktor Penghargaan
Hasil penelitian berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa kurang dari separuh (47,3%) Mahasiswa Program NR 8 yang memiliki penghargaan rendah dalam melanjutkan pendidikan Ners di Stikes Syedza Saintika Padang Tahun 2017. Hasil Penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Arum Setyaningsih (2012) tentang “ Faktor -faktor yang berhubungan dengan Motivasi perawat melanjutkan Pendidikan kejenjang Sarjana Keperawatan di RS Roemani Muhammadiyah Semarang” dengan hasil penelitiannya kurang dari separuh (34,4%) perawat memiliki penghargaan rendah dalam melanjutkan pendidikan. Faktor
lain
yang
mempengaruhi
motivasi
mahasiswa
dalam
melanjutkan pendidikan adalah penghargaan. Penghargaan yang diberikan atas suatu kinerja yang telah dicapai akan memberikan motivasi yang berlebih untuk seseorang mencapai sesuatu. Karena capaiannya akan membuahkan hasil yang diinginkan oleh orang tersebut. Dalam hal melanjutkan pendidikan setelah selesai pendidikan orang tersebut akan mendapatkan penghargaan, seperti kenaikan gaji atau tunjangan bahkan jenjang kariernya (Hasibuan, 2009).
77
Penghargaan, pengakuan, atau recognition atas suatu kinerja yang telah dicapai seseorang akan menjadi perangsang atau faktor yang kuat. Pengakuan
atas
suatu
kinerja
akan
memberikan
kepuasan
batin
(Sastrohadiwiryo (2002), dalam Wirawan, 2015). Penghargaan adalah insentif yang mengaitkan bayaran atas dasar untuk dapat meningkatkan produktifitas karyawan (Kompri, 2016). Dengan adanya pengakuan dan penghargaan atas suatu kinerja yang telah dicapai maka seseorang akan lebih termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan selalu berusaha untuk mengembangkan dirinya. Menurut Hasibuan (2009) komponen system penghargaan terdiri dari 1) kenaikan gaji, 2) bonus, 3) insentif, 4) promosi. Menurut Simamora (2004), penghargaan atau imbalan dibagi menjadi 2, yaitu: 3)
Penghargaan instrinsik (instrinsic reward), berupa: perasaan kompetensi diri, perasaan pencapaian dalam dirinya, tanggung jawab dan otonomi pribadi, perasaan pengakuan informal, status, dan kepuasan kerja.
4)
Penghargaan ekstrinsik (extrinsic reward ), berupa: gaji, tunjangan karyawan, sanjungan dan pengakuan, pengakuan formal, promosi jabatan, hubungan sosial, lingkungan kerja, pembayaran insentif.
Penghargaan yang rendah dalam melanjutkan pendidikan, hal ini bisa disebabkan karena ada beberapa responden yang belum bekerja, sehingga tidak ada perbedaan antara sebelum dan sesudah melanjutkan pendidikan. 78
Tujuan utama mereka dalam melanjutkan pendidikan adalah untuk menambah ilmu keperawatan dan mendapatkan gelar sarjana serta mudah mendapatkan pekerjaan setelah tamat perkuliahan ini. Dari analisa kuesioner no 6 juga terlihat lebih dari separuh (63,63%) responden menyatakan tidak ada perbedaan status pekerjaan setelah melanjutkan pendidikan. Faktor
lain
yang
menyebabkan
penghargaan
rendah
dalam
melanjutkan pendidikan juga bisa disebabkan karena responden memang betul-betul ingin mendalami ilmu Keperawatan
untuk menambah
wawasan responden itu sendiri dan aplikasinya dalam kehidupan seharihari, faktor penghargaan bukan tujuan utamanya. Responden juga menganggap pendidikan yang tinggi adalah sebuah aktualisasi dirin ya. Analisa peneliti terhadap hasil penelitian disimpulkan bahwa faktor Penghargaan itu tidak selalu menjadi tujuan utama seseorang dalam melanjutkan pendidikan. Walaupun seseorang akan lebih dihargai jika sudah mendapatkan gelar Sarjana dibandingkan dengan ahli Madya. Perawat yang sudah menyelesaikan pendidikan Nurse akan mendapatkan tunjangan dan insertif yang berbeda dibandingkan dengan perawat tamatan DIII
Keperawatan.
Sekarang
penanggung jawab ruangan
ini
Akreditasi
terkadang
menuntut
atau program pendidkannya harus Sarjana
Keperawatan.
79
4. Faktor Dukungan Keluarga
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa kurang dari separuh (41,8%) Mahasiswa Program NR 8 yang memiliki dukungan keluarga yang tidak mendukung dalam melanjutkan pendidikan Ners di Stikes Syedza Saintika Padang Tahun 2017. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Riko Tri Putra (2015) tentang “Analilis Faktor Motivasi Mahasiswa Program B 2014 dan 2015 dalam melanjutkan pendidikan S1 Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Andalas “ diperoleh lebih dari separuh (50,4%) memiliki dukungan keluarga kurang baik dalam melanjutkan pendidikan. Keluarga merupakan unit terkecil didalam masyarakat, dari seseorang lahir keluargalah yang pertama yang memperkenalkan pendidikan kepada seseorang tersebut. Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena
hubungan
darah,
hubungan
perkawinan
atau
pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Friedman, 2010 dalam Fatmawati, 2012). Dukungan kelurga menurut Friedman dalam Fatmawati (2012) adalah sikap, tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa
dukungan
informasional,
dukungan
penilaian,
dukungan
instrumental dan dukungan emosional. Sedangkan Suparyanto (2012) juga mengatakan bahwa dukungan keluarga yaitu informasi verbal, sasaran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikanoleh orang-orang
80
yang akrab dengan subjek didalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau pengaruh pada tingkah laku penerimaannya. Dukungan biasanya diterima dari lingkungan sosial yaitu orang-orang yang dekat, termasuk didalamnya adalah anggota keluarga, orang tua, masyarakat dan teman (Marliyah, 2004 dalam Fatmawati, 2012). Status seseorang sudah menikah atau belum menikah tentu akan mempengaruhi motivasinya untuk memutuskan dalam melanjutkan studi pendidikan atau tidak. Menurut Purwanto (2010) masa belum menikah peran diri sendiri menjadi fokus yang paling berarti dalam menentukan tindakan dan keinginan yang akan dicapai dan sebaliknya status responden yang sudah menikah penuh dengan pertimbangan dan dukungan orang yang terdekat yaitu istri atau suami untuk menentukan keputusan yang akan diambil, ditambah lagi dengan pertimbangan tanggung jawab sebagai istri untuk suami dan tanggung jawab suami untuk istri serta tanggung jawab terhadap kehidupan anak-anak. Hal ini menjadi pertimbangan yang sangat berarti dalam keinginan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.. Dukungan keluarga yang tidak mendukung dalam melanjutkan pendidikan ini bisa saja disebabkan karena faktor lokasi kampus yang jauh dari tempat tinggal responden, karena sebagian besar responden berasal dari luar kota dan luar provinsi. Faktor lain yang menyebabkan dukungan keluarga yang tidak mendukung adalah keadaan lingkungan dalam keluarga seperti: anak- anak ataupun urusan dalam rumah tangga itu
81
sendiri, faktor ekonomi keluarga , suasana rumah, hubungan antar anggota keluarga dan latar belakang kebudayaan keluarga sendiri. Analisa peneliti terhadap hasil penelitian disimpulkan bahwa responden dalam melanjutkan pendidikan perlu dukungan keluarga karena dukungan keluarga akan meningkatkan motivasinya dalam melanjutkan pendidikan. Keluarga berperan dalam membantu memecahkan masalahmasalah yang dihadapi responden, memberikan masukan-masukan dan juga memberikan semangat untuk mencapai tujuan. Hubungan antar anggota keluarga juga diharapkan harmonis dan komunikasi antar anggota keluarga juga terjalin dengan baik. B. Analisa Bivariat 1. Hubungan Faktor Minat Dengan Motivasi Mahasiswa Program NR 8 Dalam Melanjutkan Pendidikan Ners di Stikes Syedza Saintika Padang Tahun 2017
Hasil penelitian berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dari responden dengan motivasi yang memiliki motivasi rendah
lebih banyak
ditemukan pada responden yang memiliki minat rendah sebanyak 20 orang (87,0%) dibandingkan dengan minat yang tinggi sebanyak 2 orang (13,0%) dalam melanjutkan pendidikan jenjang Ners di Stikes Syedza Saintika Padang tahun 2017 sedangkan untuk uji statistic didapatkan nilai p = 0,000 artinya ada hubungan yang bermakna antara motivasi dengan mi nat. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Reny Yatnasari Silaban, dkk (2016)
tentang
“
Hubungan
Motivasi
Mahasiswa
Program
Sarjana
82
Keperawatan Dengan Minat Melanjutkan Studi Profesi Ners Di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sam Ratulangi Manado Tahun 2016”dengan hasil penelitian p=0,000 (P<0,005) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara motivasi mahasiswa dengan minat melanjutkan studi profesi Ners di Program Studi Ilmu Keperawatan UNSRAT. Motivasi belajar mahasiswa dapat tumbuh dari dalam diri individu (internal) dan dari luar diri individu (eksternal). Dimana faktor internal yaitu: cita-cita, kemampuan individu, kondisi individu, harapan, persepsi dan minat. Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal / aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri (Slameto , 2013). Sedangkan menurut Syah (2001) minat adalah kecenderungan dan kegairahan tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah suatu sumber yang dimiliki oleh seseorang yang dapat dijadikan sumber motivasi untuk melakukan sesuatu yang diinginkannya. Motivasi rendah dengan minat yang rendah dalam melanjutkan pendidikan ini bisa disebabkan karena faktor umur / usia, bila dilihat dari usiannya memang sebanyak 25 orang (45,5%) memiliki usia > 30 tahun. Faktor lain juga disebabkan karena tuntutan pekerjaan atau penghargaan, hal ini terlihat dari analisa kuesioner no 10 didapatkan hasil lebih dari separuh
83
(56,35%) responden menyatakan melanjutkan pendidikan agar memperoleh penghargaan tinggi dari orang lain. Faktor-faktor yang lain menyebabkan motivasi rendah dengan minat rendah
dalam melanjutkan pendidikan adalah
karena
faktor psikologis,
faktor jasmaniah seseorang, faktor kelelahan dan dukungan keluarga. Motivasi rendah dengan minat rendah ini dapat terlihat dari adanya mahasiswa yang menunjukkan perilaku saat mengikuti perkuliahan yaitu bercerita di kelas walaupun dosen menerangkan. Seseorang bisa menjadi malas melakukan sesuatu ketika minat yang kurang, sehingga hanya sekedar mengikuti perkuliahan dan ilmu yang didapatkanpun kurang. Analisa peneliti terhadap hasil penelitian disimpulkan bahwa minat mahasiswa dalam melanjutkan pendidikan tentu sangat beragam, kondisi ini bisa saja disebabkan oleh kompleksitas faktor yang mempengaruhi minat tersebut dalam melanjutkan pendidikan, baik bersumber dari dalam diri maupun pengaruh dari luar dirinya. Minat seseorang akan mempengaruhi motivasi seseorang dalam melanjutkan pendidikan, minat yang rendah menyebabkan motivasi yang rendah dan minat yang tinggi menyebabkan motivasi yang tinggi juga karena keduanya saling berhubungan.
84
2. Hubungan Faktor Penghargaan Dengan Motivasi Mahasiswa Program NR 8 Dalam Melanjutkan Pendidikan Ners di Stikes Syedza Saintika Padang Tahun 2017
Hasil penelitian berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dari responden dengan motivasi yang memiliki motivasi rendah
lebih banyak
ditemukan pada responden yang memiliki penghargaan rendah sebanyak 15 orang (57,7%) dibandingkan dengan penghargaan yang tinggi sebanyak 7 orang (24,1%) dalam melanjutkan pendidikan Ners di Stikes Syedza Saintika Padang tahun 2017, sedangkan untuk uji statistic didapatkan nilai p = 0,024 (p< 0,05) artinya ada hubungan yang bermakna antara motivasi dengan penghargaan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Febria Novita (2017) tentang “Faktor -faktor yang berhubungan dengan motivasi perawat untuk melanjutkan Pendidikan kejenjang Sarjana Keperawatan dan Ners di Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Padang” dengan hasil penelitiann ya”, dengan hasil p = 0,027, artinya ada hubungan yang bermakna antara faktor penghargaan dengan motivasi dalam melanjutkan pendidikan. Penghargaan yang tinggi mempengaruhi motivasi responden dalam melanjutkan pendidikannya. Dalam teori Herzberg dijelaskan ada dua faktor yang mendorong karyawan termotivasi yaitu faktor intrinsik yaitu daya dorong yang timbul dari dalam diri masing-masing orang, dan faktor ekstrinsik yaitu daya dorong yang datang dari luar diri seseorang, terutama dari organisasi tempatnya bekerja. Adanya pengakuan dan penghargaan atas
85
suatu kinerja yang telah dicapai maka seseorang akan lebih termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan selalu berusaha untuk mengembangkan dirinya. Menurut Hasibuan (2009) komponen system penghargaan terdiri dari 1) kenaikan gaji, 2) bonus, 3) insentif, 4) promosi. Kehidupan pribadi dan dukungan keluarga juga menjadi faktor pendukung lainnya dimana seseorang yang sedang berkeluarga tentu saja akan berfikir dua kali apabila harus meninggalkan keluarganya walaupun untuk keperluan pengembangan dirinya (Wirawan, 2016). Motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi karena tertarik untuk mencapai karir yang lebih baik, lebih dihargai dengan pendidikan yang lebih tinggi, menjadi perawat yang professional, memperoleh peningkatan golongan dan kenaikan pangkat, mendapatkan imbalan gaji yang lebih baik, serta dapat mengambil keputusan yang tepat dalam segala situasi berdasarkan ilmu pengetahuan dalam melaksanakan praktek keperawatan (Sunaryo, 2006). Motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi karena dipengaruhi oleh keinginan yang bermacam-macam, beberapa keinginan yang umum dinyatakan yaitu gaji atau upah yang baik, penghargaan, pekerjaan yang berarti, sikap teman kerja yang baik, kesempatan untuk maju, kondisi kerja yang aman, nyaman, dan menarik, mendapatkan pimpinan yang adil dan bijaksana. Gaji atau upah yang baik, bisa dipakai untuk memuaskan kebutuhan fisiologis, sosial maupun egoistis.
86
Sebagian besar perawat menginginkan gaji yang tinggi dari pekerjaannya setelah melanjutkan pendidikan. Motivasi rendah dengan penghargaan rendah dalam melanjutkan pendidikan ini bisa disebabkan karena faktor dukungan keluarga. keluar ga. Dukungan keluarga yang mendorong seseorang dalam melanjutkan pendidikan. Sebagian responden juga
beranggapan melanjutkan pendidikan tidak
mempengaruhi status pekerjaanya ini terlihat dari analisa kuesioner no 6 yang mendapatkan hasil lebih dari separuh (63,63%) menyatakan tidak ada perubahan status pekerjaan setelah melanjutkan pendidikan. Dari beberapa responden ada yang belum bekerja, responden melanjutkan pendidkan adalah karena dorongan dari orangtuanya untuk melanjutkan pendidikan S1 Keperawatan agar mudah mendapatkan pekerjaan. Peneliti beranggapan bahwa faktor penghargaan bukanlah hal yang utama untuk seseorang dalam melanjutkan pendidikan walaupun dengan adanya penghargaan yang tinggi dapat mempengaruhi motivasi responden dalam melanjutkan pendidikannya. Penghargaan itu seperti dalam bentuk kenaikan gaji, bonus, insentif, bahkan promosi serta tanggung jawab lebih sebagai bentuk penghargaan yang diberikan pada perawat yang sudah melanjutkan
pendidikannya.
Faktor
penghargaan
yang
rendah
bisa
menyebabkan motivasi yang rendah begitupun sebaliknya karena keduanya saling berhubungan.
87
3. Hubungan Faktor Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Mahasiswa Program NR 8 Dalam Melanjutkan Pendidikan Ners di Stikes Syedza Saintika Padang Tahun 2017
Dari tabel 4. 7 dapat dilihat bahwa dari responden dengan motivasi yang memiliki motivasi rendah lebih banyak ditemukan pada pada responden yang memiliki dukungan keluarga yang tidak mendukung sebanyak 17 orang (73,9%) dibandingkan dengan dukungan keluarga yang mendukung sebanyak 5 orang (15,6%) dalam melanjutkan pendidikan Ners di Stikes Syedza Saintika Padang tahun 2017 sedangkan untuk uji statistic didapatkan nilai p = 0,000 (p< 0,05) artinya ada hubungan yang bermakna antara motivasi dengan dukungan keluarga. Penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Isa Mohamad Sukriyant, dkk (2014) tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan Motivasi Perawat D3 Untuk Melanjutkan Pendidikan Ke Jenjang S1Keperawatan di Rawat Inap RSUD Dr. M. Dunda Kabupaten Gerontalo Tahun 2014” 2014 ” dengan hasil penelitian p = 0,000 artinya ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan motivasi perawat dalam melanjutkan pendidikan. Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Friedman 2010).
88
Dukungan kelurga menurut Friedman dalam Fatmawati (2012) adalah sikap, tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional. Sedangkan Suparyanto (2012) juga mengatakan bahwa dukungan keluarga yaitu informasi verbal, sasaran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikanoleh orang-orang yang akrab dengan subjek didalam lingkungan sosialnya atauyang berupa kehadiran dan hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau pengaruh pada tingkah laku penerimaannya. Dukungan biasanya diterima dari lingkungan sosial yaitu orang-orang yang dekat, termasuk didalamnya adalah anggota keluarga, orang tua, masyarakat dan teman (Marliyah, 2004 dalam Fatmawati, 2012). Status seseorang sudah menikah atau belum menikah tentu akan mempengaruhi motivasinya untuk memutuskan dalam melanjutkan studi pendidikan atau tidak. Menurut Purwanto (2010) masa belum menikah peran diri sendiri menjadi fokus yang paling berarti dalam menentukan tindakan dan keinginan yang akan dicapai dan sebaliknya status responden yang sudah menikah penuh dengan pertimbangan dan dukungan orang yang terdekat yaitu istri atau suami untuk menentukan keputusan yang akan diambil, ditambah lagi dengan pertimbangan tanggung jawab sebagai istri untuk suami dan tanggung jawab suami untuk istri serta tanggung jawab terhadap kehidupan anak-anak. Hal ini menjadi pertimbangan yang sangat berarti dalam keinginan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
89
Motivasi rendah dalam melanjutkan pendidikan ditemukan
pada
responden yang memiliki dukungan keluarga yang tidak mendukung hal ini bisa saja disebabkan oleh faktor keluarga itu sendiri seperti keadaan ekonomi keluarga, suasana rumah, hubungan antar anggota keluarga, anak-anak dengan siapa ditinggalkan saat mengikuti perkuliahan karena jarak kampus yang jauh dari tempat tinggal. Faktor lain bisa disebabkan oleh individu itu sendiri seperti tuntutan zaman dalam melanjutkan pendidikan, tuntutan dilapangan pekerjaan ataupun faktor penghargaan sehingga responden melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tingi. Ini terlihat dari analisa kuesioner no 2 diketahui bahwa lebih dari (63,63%) separuh responden melanjutkan pendidikan karena akan dihargai di instansi tempat bekerja, sehingga karena alasan itulah mereka melanjutkan
pendidikan.
Dimana
seseorang
akan
termotivasi
untuk
mengembangkan dirinya jika ada atau memperoleh penghargaan, baik berupa pujian, imbalan, gaji, insentif maupun promosi jabatan. Dan ini terlihat dari analisa kuesioner no 10 didapatkan hasil lebih dari separuh (56,35%) responden
menyatakan
melanjutkan
pendidikan
agar
memperoleh
penghargaan tinggi dari orang lain. Analisa peneliti terhadap hasil penelitian ini adalah dukungan keluarga sangat
berpengaruh
terhadap
seseorang
yang
ingin
melanjutkan
pendidikannya, setiap orang setidaknya sangat memerlukan dukungan dan motivasi dari orang-orang terdekatnya apalagi menuntut ilmu itu merupakan suatu kewajiban karena perawat adalah sektor pelayanan jasa yang
90
melakukan asuhan keperawatan secara Biopsikososialkultural kepada kliennya. Ilmu pengetahuan sangat cepat berkembang dan mengalami perubahan dengan adanya penelitian-penelitian terbaru. Faktor dukungan keluarga sangat mempengaruhi motivasi seseorang dan saling berhubungan satu sama lain.
91
BAB VI PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang “ Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Motivasi Mahasiswa Program NR 8 Dalam Melanjutkan Pendidikan Ners di Stikes Syedza Saintika Padang ”, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Kurang dari separuh (40,0 %) Mahasiswa Program NR 8 yang memiliki motivasi rendah dalam melanjutkan melanjutkan pendidikan Ners di Stikes Syedza Saintika Padang Tahun 2017. 2. Kurang dari separuh (41,8 %) Mahasiswa Program NR 8 yang memiliki minat rendah dalam melanjutkan melanjutkan pendidikan Ners di Stikes Syedza Saintika Padang Tahun 2017. 3. Kurang dari separuh (47,3%) Mahasiswa Program NR 8 yang memiliki penghargaan
rendah dalam
melanjutkan pendidikan Ners di Stikes
Syedza Saintika Padang Tahun 2017. 4. Kurang dari separuh (41,8%) Mahasiswa Program NR 8 yang memiliki dukungan keluarga yang tidak mendukung
dalam
melanjutkan
pendidikan Ners di Stikes Syedza Saintika Padang Tahun 2017. 5. Ada hubungan yang bermakna antara minat dengan motivasi mahasiswa dalam Melanjutkan Pendidikan Ners Di Stikes Syedza Saintika Padang Tahun 2017,dengan nilai p = 0,000
92
6. Ada hubungan yang bermakna antara penghargaan dengan motivasi mahasiswa dalam Melanjutkan Pendidikan Ners Di Stikes Syedza Saintika Padang Tahun 2017,dengan nilai p = 0,024 7. Ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan motivasi mahasiswa dalam Melanjutkan Pendidikan Ners Di Stikes Syedza Saintika Padang Tahun 2017,dengan nilai p = 0,000 B. SARAN
1. Bagi peneliti a.
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam melakukan suatu penelitian khususnya tentang motivasi mahasiswa perawat dalam melanjutkan pendidikan Ners.
b.
Penelitian ini dapat meningkatkan cara pandang dan pola pikir peneliti dalam melakukan suatu penelitian khususnya tentang motivasi mahasiswa dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang Sarjana Keperawatan dan profesi Ners.
2. Bagi instansi pendidikan Bagi institusi pendidikan yaitu dapat dijadikan bahan perbandingan bagi peneliti selanjutnya dan dikembangkan dimasa yang akan datang. 3. Bagi Mahasiswa a.
Diharapkan kepada mahasiswa keperawatan dengan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan gambaran motivasi mahasiswa dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang Sarjana Keperawatan dan profesi Ners.
93