Hentikan Obat Setelan! Tahun ini usia Dahlan akan 59. Badannya mulai terasa sering pegal linu. Katanya rasa sakit itu merupakan gejala asam urat atau rematik. " Penyakit orang tua," katanya. Ada obat yang saat ini sedang digemarinya. Dia menyebutnya " obat seteIan ". Merek
obat
itu
sebenarnya
"
Special
Kenapa
".
Penil
disebut
"obat
setelan"?
Kata
Dahlan,
karena
di
dalam satu bungkus terdapat satu setel ( satu paket ) obat obatan, yang terdiri dari enam tablet warna - warni. Dahlan percaya obat - obat itu berkhasiat, karena terbukti bisa menghilangkan rasa sakit yang dideritanya.
"PR"
mendapatkan obat tersebut. Diperoleh di sebuah warung di bilangan Katapang, Bandung. Harganya RP 500,00 per bungkus. Bungkusnya warna hijau tua, dengan sampul muka bergambar kerbau dan tulisan " Penil Special Asam Urat ". Ada bulatan putih di sudut kiri atas dengan tulisan "NEO" dan tulisan di sudut kanan atas "Obat Kuat." Di sampul belakang tertulis " Rheumatik / Pegal Linu ".
Di
bagian belakang bungkus itu tertulis bahwa obat tersebut berguna untuk mengobati rematik, encok, pegal linu, sakit pinggang, asam urat, sakit kencing, menambah nafsu makan, dan membuat buang air kencing menjadi lancar. Aturan makannya, satu atau dua bungkus sehari diminum sekaligus. Ada juga kode berupa huruf " PS " di dalam lingkaran dan nama produsen PT Cahaya Penil Farma Djakarta. Tidak ada alamat di mana perusahaan obat itu beroperasi.
Di bungkus obat itu
tercantum nomor registrasi D 6015834 dan Depkes RI No. TR. 8507904117. Di dalam satu bungkus itu terdapat enam butir tablet. Dua tablet berwarna merah serta empat tablet masing masing berwarna merah, kuning, hijau, dan merah muda. "Kalau sudah minum obat ini, rasanya badan lebih ringan dan enak makan," kata DahIan.
KELIHATANNYA ini nomor registrasi palsu," kata Siti Nuraniah, Kepala Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen, Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) di Bandung. Siti mengatakan hal itu, setelah dia memerhatikan nomor registrasi yang tercantum di bungkus " Penil " itu. Lalu dia menjelaskan, nomor registrasi asli yang dikeluarkan oleh POM atau departemen Kesehatan memiliki arti tertentu. Jumlah angkanya pun tidak sembarangan. Lalu Siti menghitung jumlah angka yang menjadi nomor registrasi "Penil." "Jumlahnya tidak sesuai," katanya, " Ini nomor palsu. " Siti menjelaskan, adalah hal yang tidak mungkin jika ada perusahaan pembuat obat yang teregistrasi mengeluarkan produk semacam " Penil " itu. Pasalnya, perusahaan obat dilarang mengombinasikan obat - obatan yang berbeda di dalam satu kemasan. Perusahaan obat bisa mengombinasikan beberapa unsur, tapi tetap dibuat dalam satu tablet, kaplet, atau kapsul. Itu pun harus secara tegas dijelaskan di bungkusnya, mengenai unsure - unsur apa yang terdapat di dalam obat itu, indikasi, kontraindikasi, dan aturan pemakaiannya. Ada juga yang diberi izin untuk meracik obat dengan cara menggabungkan beberapa jenis obat. Mereka adalhb para apoteker yang memang memiliki kemampuan untuk melakukan hal itu. Tapi tetap saja peracikan itu dilakukan sesuai prosedur dan atas permintaan dokter. Untuk obat - obatan yang dijual bebas, selain nomor registrasi dari BPOM, ada kode - kode tertentu lainnya yang tercantum di bungkus obat, seperti lingkaran berwarna biru, lingkaran berwarna hijau dan huruf "K" di dalam lingkaran, yang menunjukkan sejauh mana obat itu bisa dijual bebas di pasaran. "Obat setelan itu Jelas ilegal; karena isinya menggabungkan beberapa macam obat dan dari bungkusnya tidak sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan. Saya sendiri tidak yakin apakah tablet - tablet di dalamnya merupakan obat yang diproduksi secara legal atau ilegal," kata Siti. Menurut Siti, fenomena "obat setelan" sudah lama ada di tengah masyarakat dan mereknya bermacam - macam. Obat - obatan itu tidak diketahui diproduksi oleh perusahaan mana dan siapa yang bisa dimintai pertanggungjawabannya bila ternyata merugikan konsumen. Yang juga menjadi persoalan, banyak obat palsu itu menggunakan nomor
registrasi fiktif. Akibatnya, banyak orang yang terkecoh dan menyangka obat - obatan itu aman untuk digunakan. Upaya pemberantasan pun sudah dilakukan berkali - kali. Contohnya pada Desember 2006, ketika POM mengumumkan 93 merek obat tradisional yang dinyatakan palsu dan berbahaya. Tapi ibarat jamur, diberantas satu, malah muncul puluhan produk lain. "Ya itu, maling sering lebih pintar dari petugas. Diberantas di sini, muncul di sana," kata Siti. MENGGUNAKAN obat secara sembarangan sangat berbahaya bagi kesehatan. Seperti dikatakan ahli penyakit dalam, dr. Rudi Supriyadi S., M.D., obat - obatan itu bisa mengakibatkan gangguan pada lambung, ginjal, dan hati. "Pada lambung bisa terjadi peradangan. Obat itu juga bisa menjadi penyebab gagal ginjal, dan gangguan hati," katanya. Rudi sering menerima pasien yang sakit gara - gara mereka mengonsumsi obat setelan. Kata dia, orang yang sakit karena obat setelan memiliki ciriyang khas. Daerah di sekitar wajah terlihat bulat ( fullmoon face ), tapi di organ lain terlihat kecil. "Saya pernah lihat obat setelan yang warnanya hijau, oranye, putih, dan kuning. Kelihatannya obat setelan itu adalah kombinasi obat analgetik (pereda nyeri), vitamin B complex, dan steroid. Steroid itu yang menyebabkan penumpukan lemak di sekitar wajah dan tengkuk dan membuat otot mengecil," kata Rudi. Dijelaskannya, gejala fullmoon face akan terlihat jika seorang pasien telah mengonsumsi obat setelan selama satu bulan. Rudi mengimbau agar masyarakat tidak mudah percaya pada obat - obatan yang tidak jelas asal - usulnya. "Kalau sudah berusia tua, nyeri sendi, nyeri tulang, itu merupakan suatu gejala yang alamiah, karena fungsi - fungsi tubuh sudah mulai berkurang. Kalau mau diobati, periksakan dulu ke dokter atau ke puskesmas. Karena penyembuhannya belum tentu dengan obat. Bisa jadi cukup dengan latihan saja atau melalui fisioterapi," kata Rudi. (Zaky Yamani/"PRI..