ASUHAN KEPERAWATAN LBP (LOW BACK PAIN)
I. Tinjauan Teoritis Low Back Pain
A. Pengertian
Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri di daerah lumbasakral dan
sakroiliakal, nyeri pinggang bawah ini sering disertai penjalaran ketungkai
sampai kaki. (Harsono, 2000:265).
Herniasi diskus (carram) intervertebralis (HNP) merupakan penyebab utama
nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang (kambuh), mungkin
sebagai dampak trauma atau perubahan degeneratif yang berhubungan dengan
proses penuaan. (Doenges, Marylinn, 1999:320).
Nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan didaerah punggung bawah,
dapat merupakan nyeri local maupun radikuler atau keduanya, nyeri ini
terasa diantara sudut rusuk terbawah (torakal XII) dan lipat bokong bawah
yaitu didaerah lumbal dan lumbasakral dan sering disertai dengan penjalaran
nyeri kearah tungkai dan kaki.
Low back pain nyeri punggung bawah adalah salah satu nyeri yang paling
sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, juga merupakan persoalan
mayarakat karena sering mengakibatkan penderita tidak dapat bekerja dalam
kesehariannya.
Low back pain dapat berupa rasa kemeng atau sedikit pegal sampai nyeri
sekali, sakit ini dapat timbul secara mendadak ataupun secara perlahan-
lahan dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari. Rasa sakit dapat
dirasakan pada tubuh bagian belakang, dari tulang iga terakhir sampai
bagian bawah bokong dan juga dapat menjalar ketungkai. Sering kali
penderita cemas kalau LBPnya berasal dari penyakit ginjal atau kencing batu
anggapan itu tidaklah selalu benar.
Jika diperhatikan secara seksama keluhan LBP sangat bervariasi, kualitas
nyeri, intensitas serta penyebarannya sangat bervariasi, berbagai sikap
badan seperti berdiri, duduk atau berbaring sangat berpengaruh terhadap
timbulnya rasa nyeri.
B. Etiologi
Pembagian etiologi berdasarkan sistem anatomi :
a. LBP Viserogenik (organ abdomen)
Kelainan berasal dari ginjal, viscera pelvis, omentum minor, tumor
retroperitoneal, fibroid retrouteri
b. LBP Verkulogenik (pembuluh darah)
Aneurisme diabdomen, penyakit vaskuler perifes, insufiensi dari arteri
glutea superior
c. LBP Neuvogenik
Tumor-tumor letaknya ekstradural maupun intradural ekstra medullar sering
menyebabkan LBP oleh karena juga menekan radik.
d. LBP Spondilogenik
Berasal dari :
Tulang koluma spinalis (trauma, radang, tumor, metabolic dan
spondilolistesis)
Sendi-sendir sakroiliakan
Jaringan lunak (degenerasi diskus, aptur diskus, penjepitan akar
saraf akibat stenosis spinalis.
e. LBP Psikogenik
Dapat disebabkan oleh keadaan depresi, kecemasan maupun neurosis
Pembagian lain adalah berdasarkan etiologi :
a. LBP Traumatik
1) LBP pada unsur miofasial
2) LBP akibat trauma pada komponen keras susunan neuromuskuloskeletal
b. LBP akibat proses degeneratif yang mencakup
1) Spondilosis
2) HNP
3) Stenosis spinalis
4) Oesteoartritis
c. LBP akibat penyakit inflamasi yaitu
1) Artritis rematoid
2) Spondilitis angkilopoetika
3) Spondylitis
d. LBP akibat gangguan metabolisme, misalnya osteoporosis tulang
e. LBP akibat neoplasma
1) Tumor myelum
2) Retikulosis
f. LBP akibat kelainan congenital
g. LBP sebagai refered pain
h. LBP akibat gangguan sirkulatorik
i. LBP oleh karena psikoneurotik
C. Patofisiologi
Kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastic yang
tersusun atas banyak unit rigid (vertebrae) dan unit fleksible (discus
intervertebralis) yang diikat satu sama lain oleh komplek sendi faset,
berbagai ligament dan otot paravertebralis.
Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas
sementara disisi lain tetap dapat memberikan perlindungan yang maksimal
terhadap sumsum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap
goncangan vertical pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh membantu
menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan torak sangat penting
pada aktivitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan
struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah struktur, dan
peregangan berlebihan pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri
punggung.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia
bertambah tua. Pada orang muda diskus terutama tersusun atas fibrokartilago
dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang
padat dan tak teratur. Degenerasi diskus merupakan penyebab nyeri punggung
yang biasa diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1, menderita stress mekanis
paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus (herniasi
nucleus pulposus) atau kerusakan sendi faset dapat mengakibatkan penekanan
pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis yang mengakibatkan
nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut. Sekitar 12% orang dengan
nyeri punggung bawah menderita hernia nucleus pulposus ( Brunner &
Suddarth, 2002 : 2321 ).
D. Manifestasi Klinis
Secara praktis manifestasi klinis diambil dari pembagian berdasarkan
sistem anatomi :
a. LBP Viscerogenik
Tipe ini sering nyerinya tidak bertambah berat dengan adanya aktivitas
maupun istirahat. Umumnya disertai gejala spesifik dari organ viseralnya.
Lebih sering disebabkan oleh faktor ginekologik, kadang-kadang didapatkan
spasme otot paravertebralis dan perubahan sudut ferguson pada pemeriksaan
radiologik, nyeri ini disebut juga nyeri pinggang akibat referred pain.
b. LBP vaskulogenik
Tahap dini nyerinya hanya sakit pinggang saja yang dirasakan, nyeri
bersifat nyeri punggung dalam, nyeri sering menjalar kebokong, belakang
paha, dan kedua tungkai, nyeri sering menjalar kebokong, belakang paha, dan
kedua tungkai. Nyeri tidak timbul karena adanya stress spesifik pada
kolumna vertebralis (membungkuk, batuk dan lain-lain). Diagnosa ditegakkan
apabila ditemukan benjolan yang berpulpasi.
c. LBP Neurogenik
Nyeri sangat hebat, bersifat menetap, sedikit berkurang pada saat bediri
tenang, terutama dirasakan pada saat malam hari. Nyeri dapat dibangkitkan
dengan aktivitas, dan rasa nyeri berkurang saat penderita berbaring, sering
didapat kompresi akar saraf, ditemukan juga spasme otot paravertebralis.
d. LBP Spondilogenik
Yang sering ditemukan adalah :
HNP : Nyeri disertai iskialgia, dirasakan
sebagai nyeri pinggang, menjalar kebokong, paha belakang tumit sampai
telapan kaki.
Miofasial : Nyeri akibat trauma pada otot fasia
atau ligamen, keluhan berupa nyeri daerah pinggang, kurang dapat
dilokasikan dengan tepat, timbul mendadak waktu melakukan gerakan yang
melampau batas kemampuan ototnya.
Keganasan : Tumor ganas pada daerah vertebrae dapat
bersifat primer atau sekunder. Pada foto rontgen terlihat adanya destruksi,
pemeriksaan laboratorium terlihat adanya peningkatan alkalifostase.
Osteoporotik : Terjadi pada lansia terutama wanita,
nyeri bersifat pegal atau nyeri radikuler karena adanya fraktur kompresi
sebagai komplikasi osterporosis tulang belakang.
e. LBP Psikogenik
Keluhan nyeri hebat tidak seimbang dengan kelainan organik yang ditemukan,
penderita memilih suatu mekanisme pembelaan terhadap ancaman rasa amannya
dengan menghindarkan diri bila tidak melakukan hal tertentu. Keadaan ini
akan menyebabkan otot-otot dalam keadaan tegang sehingga meningkatkan
spasme otot dan timbul rasa nyeri.
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan fisik :
a. Observasi : amati cara berjalan penderita pada waktu masuk ruang
periksa, juga cara duduk yang disukainya. Bila pincang, diseret, kaku
(merupakan indikasi untuk pemeriksaan neurologis). Amati juga apakah
perilaku penderita konsisten dengan keluhan nyerinya (kemungkinan kelebihan
psikiatrik).
b. Inspeksi : untuk kolumna vertebralis (thoroko-lumbal dan
lumbopsakral) berikut deformitasnya, serta gerakan tulang belakang, seperti
fleksi kedepan, ekstensi kebelakang, fleksi kelateral kanan dan kiri.
c. Nyeri yang timbul hampir pada semua pergerakan daerah lumbal
sehingga penderita berjalan sangat hati-hati (kemungkinan infeksi,
inflamasi, tumor dan fraktur)
d. Palpasi : apakah terdapat nyeri tekan pada tulang belakang atau
pada otot-otot disamping tulang belakang? Apakah tekanan dari diantara dua
prosessus spinosus menimbulkan rasa nyeri (spurling sign)
e. Perkusi : perhatikan apakah timbul nyeri jika processus spinosus
diketok
Pemeriksaan neurology pada tungkai
a. Sensibilitas (dermatome), motorik (kekuatan), tonus otot, reflek,
tropik.
b. Test provokasi (sensorik)
Laseque
Kering
Bragard dan sicard
Patrick (lesi coxae)
Kontra Patrik (Lesi Sakroiliakal)
c. Adakah gangguan miksi dan defekasi
d. Adakah tanda-tanda lesi upper motor neuron (UMN) dan lower motor
neuron (LMN)
Pemeriksaan Diagnostik
a. Fungsi lumbal : Mengetahui warna cairan
serebrospinal (jernih air, kekuningan/xantokram, keruh), adanya kesan
sumbatan/hambatan aliran cairan serebrospinal secara total atau parsial,
jumlah sel, kadar protein, NaCl dan glukosa.
b. Foto rontgen : Mengidentifikasi adanya fraktur
korpus vertebra, arkus atau prosesus spinosus, juga adanya dislokasi
vertebra, spionfilolistesis, bamboo spine destruksi vertebra, HNP
c.
"(ENMG)"
Electroneuromiografi : Melihat adanya fibrilasi, serta dapat pula
dihitung kecepatan hantar saraf dan letensi distal.
d. Sken tomografi : Dapat melihat gambar vetebra dan
jaringan disekitarnya termasuk diskus intervertebralis
(Harsono, 2000:281)
F. Penatalaksanaan Medis
a. Tirah baring :
Tempat tidur dengan alat yang keras dan rata untuk mengendorkan otot yang
spasme, sehingga terjadi relaksasi otot maksimal. Dibawah lutut diganjal
batal untuk mengurangi hiperlordosis lumbal, lama tirah baring tidak lebih
dari 1 minggu.
b. Medika mentosa :
Menggunakan obat tunggal atau kombinasi dengan dosis semiminimal mungkin,
dapat diberikan analgetik non-steroid, muscle relaxant, tranguilizer, anti
depresan atau kadang-kadang obat blokade neuratik.
c. Fisioterapi :
Dalam bentuk terapi panas, stimulasi listrik perifer, traksi pinggul,
terapi latihan dan ortesa (kovset)
d. Psikoterapi :
Diberikan pada penderita yang pada pemeriksaan didapat peranan
psikopatologi dalam timbulnya persepsi nyeri, pemberian psikoterapi dapat
digabungkan dengan relaksasi, hyprosis maupun biofeedback training.
e. Akupuntur :
Kemungkinan bekerja dengan cara pembentukan zat neurohumoral sebagai
neurotras mitter dan bekerja sebagai activator serat intibitor desenden
yang kemudian menutup gerbang nyeri.
f. Terapi operatic :
Dikerjakan apabila tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang nyata,
atau kasus fraktur yang langsung mengakibatkan defisit neurologik, ataupun
adanya gangguan spinger
g. Latihan :
Latihan perlu dilakukan dengan hati-hati dan terarah agar tidak memperburuk
keadaan, dapat dimulai pada hari ke 2 dan ke 3 kecuali jika penyebabnya
adalah herniasi diskus.
II. Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan Low Back Pain
A. Pengkajian
a. Aktivitas dan istirahat
Gejala : riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda
berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama, membutuhkan papan/matras waktu
tidur, penurunan rentang gerak dari ekstrimiter pada salah satu bagian
tubuh, tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
Tanda : Atropi otot pada bagian tubuh yang terkena, gangguan
dalam berjalan.
b. Eliminasi
Gejala : Konstribusi, mengalami kesulitan dalam defekasi,
adanya inkontenensia/retensi urine
c. Integritas Ego
Gejala : Ketakutan akan timbulnya paralysis, ansietas
masalah pekerjaan, finansial keluarga.
Tanda : Tampak cemas, defresi, menghindar dari
keluarga/orang terdekat
d. Neurosensori
Gejala : Kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
Tanda : Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot,
hipotania, nyeri tekan/spasme pavavertebralis, penurunan persesi nyeri
(sensori)
e. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin
memburuk dengan adanya batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat
defekasi, mengangkat kaki, atau fleksi pada leher, nyeri yang tidak ada
hentinya atau adanya episode nyeri yang lebih berat secara interminten;
nyeri menjalar ke kaki, bokong (lumbal) atau bahu/lengan; kaku pada leher
(servikal). Terdengar adanya suara "krek" saat nyeri baru timbul/saat
trauma atau merasa "punggung patah", keterbatasan untuk
mobilisasi/membungkuk kedepan
Tanda : Sikap: dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang
terkena, perubahan cara berjalan: berjalan dengan terpincang-pincang,
pinggang terangkat pada bagian tubuh yang terkena, nyeri pada palpasi.
f. KeamananÂ
Gejala : Adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi
g. Penyuluhan dan pembelajaran
Gejala : Gaya hidup ; monoton atau
hiperaktif
Pertimbangan : DRG menunjukan rata-rata
perawatan:10,8 hari
Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan batuan transportasi,
perawatan diri dan penyelesaian tugas-tugas.
B. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan :
Trauma jaringan dan reflek spasme otot
Inflamasi
Kompresi saraf
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan
Nyeri dan ketidaknyamanan
Spasme otot
Terapi testriktif
Kerusanan neuromuskular
c. Ansietas/koping individu tak efektif berhubungan dengan
Krisis situasi
Atasi/ubah status kesehatan, status sosioekonomik, peran fungsi
Gangguan berulang dengan nyeri terus menerus
Ketidakadekuatan metode koping
d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, pragnosis,
dan tindakan berhubungan dengan :
Kesalahan informasi/kurang pengetahuan
Kesalahan interpretasi informasi kurang mengungat
Tidak mengenal sumber-sumber informasi
Prioritas keperawatan
1. Menurunkan stress pada spinal, spasme otot, dan nyeri
2. Meningkatkan berfungsi dengan optimal
3. Memberi dukungan pada pasien/keluarga/orang terdekat dalam proses
rehabilitasi
4. Memberikan informasi yang berhubungan dengan penyakit/prignosis dan
kebutuhan pengobatannya.
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosis I
a. Kaji adanya keluhan nyeri, catat lokasi, lamanya serangan, faktor
pencetus yang memperberat, minta pasien untuk menetapkan pada skala 0–10
b. Pertahankan tirah baring selama fase akut, peletakan pasien pada
posisi semi fowler dengan tulang spinal, pinggang dan lutut dalam keadaan
fleksi, posisi telentang dengan atau tanpa meninggikan kepala 10-30 derajat
atau pada posisi lateral
c. Gunakan logirdi (papan) selama melakukan perubahan posisi
d. Bantu pemasangan Brace/korset
e. Batas aktivitas selama sesuai kebutuhan
f. Letakkan semua kebutuhan, termasuk bel panggil dalam batas yang
mudah dijangkau/diraih oleh pasien.
Diagnosis II
a. Berikan tindakan pengamanan sesuai indikasi dengan situasi
spesifik
b. Catat respon-respon emosi/perilaku pada imobilisasi berikan
aktivitas yang disesuaikan dengan klien
c. Ikuti aktivitas/prosedur dengan periode istirahat, anjurkan pasien
untuk tetap berperan serta dalam aktivitas sehari-hari
d. Berikan/bantu pasien untuk melakukan latihan rentang gerak pasif
dan aktif
e. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas ambulasi progresif
f. Demonstrasikan penggunaan alat penolong seperti alat bantu jalan,
tongkat
Diagnosis III
a. Kaji tingkat ansietas klien, tentukan bagaimana pasien menangani
masalahnya di masa yang lalu dan bagaimana pasien melakukan koping dengan
masalah sekarang.
b. Berikan informasi yang akurat dan jawab dengan jujur
c. Berikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan masalahnya
d. Kaji adanya masalah sekunder yang mungkin merintangi keinginan
untuk sembuh dan mungkin menghalangi proses penyembuhan
e. Catat perilaku dari orang terdekat/keluarga yang meningkat "peran
sakit" pasien.
Diagnosis IV
a. Jelaskan kembali proses penyakit dan prognisis serta pembatasan
kegiatan
b. Berikan infomasi tentang berbagai hal dan instruksikan pasien untuk
melakukan perubahan "mekanika tubuh" tanpa bantuan dan juga melakukan
latihan
c. Diskusikan mengenai pengobatan dan juga efek sampingnya, seperti
halnya beberapa obat yang menyebabkan kantuk yang sangat berat (analgetik,
relaksasi otot)
d. Diskusikan mengenai kebutuhan diet
e. Hindari pemakaian pemanas dalam waktu yang lama
f. Lihat kembali pemakaian kakolar leher yang lunak
D. Evaluasi
Diagnosa I
a. Menghilangkan nyeri hilang/terkontrol
b. Mengungkapkan metode yang memberikan penghilangan
c. Mendemontrasikan penggunaaan intervensi (misalnya keterampilan
relaksasi) untuk menghilangkan nyeri.
Diagnosa II
a. Mengungkapkan pemahaman tentang situasi/faktor resiko dan aturan
pengobatan individual
b. Mendemontrasikan teknik/perilaku yang mungkin
c. Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh
yang sakit dan/atau kompensasi
Diagnosa III
a. Tampak rileks dan melaporkan anisetas berkurang pada tingkat dapat
diatasi
b. Mengidentifikasi ketidakefektifan perilaku koping dan
konsekuensinya
c. Mengkaji situasi terbaru dengan akurat
d. Mendemonstrasikan keterampilan pemecahan masalah
e. Mengembangkan rencana untuk perubahan gaya hidup yang perlu
Diagnosis IV
a. Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi, prognosis dan tindakan
b. Melakukan kembali perubahan gaya hidup
c. Berpartisipasi dalam aturan tindakan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth., 1984. Medical Surgical Nursing. Philadelphia: JB
Lippincot Company.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.
Jakarta: EGC.
Doenges, M.E, dan Moorhouse M.F,Geissler A.C. 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.
Harsono. 1996. Buku Ajar Neurologi Klinis. Edisi 1. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.