1
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA AREA LINGKUNGAN KERJA
HIGIENE PERUSAHAAN KERJA (INDUSTRI)
Disusun Guna Melengkapi Tugas Komunitas III
Pembimbing Dwi Retnaningsih,S.Kep, Ns, M.Kes
Disusun oleh :
Nurul Aini 1107049
Nurul Lailatul M 1107051
Oki Hermawan 1107053
Prasita Dwi N.H 1107055
Risang Pandu S.A 1107057
Samsul Hadi 1107059
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul "Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Area Lingkungan Kerja"
Dalam penyusunan makalah ini,tidak luput dari berbagai kendala. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam pembuatan makalah ini tidak lain berkat bantuan serta bimbingan. Oleh karena itu,penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
Dwi Retnaningsih,S.Kep, Ns, M.Kes selaku pembimbingyang selalu memotivasi serta memberikan dukungan serta bimbingannya,
Semua teman – teman yang telah banyak mengeluarkan inspirasi.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini akan menambah pengetahuan bagi para pembaca. Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan serta masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,kami berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran demi terwujudnya kesempurnaan dalam penyusunan makalah.
Semarang, September 2014
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG 1
B. TUJUAN 1
BAB II KONSEP TEORI
DEFINISI KOMUNITAS 3
B. KEPERAWATAN KOMUNITAS 3
C. DEFINISI HIGIENE INDUSTRI 3
D. TUJUAN HIGIENE INDUSTRI 4
E. KEGIATAN HIGIENE PERUSAHAAN & KESEHATAN KERJA 4
F. MASALAH KESEHATAN KERJA YANG MENURUNKAN PRODUKTIVITAS KERJA 5
G. PENYAKIT AKIBAT KERJA 5
H. UPAYA PENCEGAHAN LINGKUNGAN KERJA BAIK 6
I. EVALUASI LINGKUNGAN KERJA 7
J. CARA MELINDUNGI MASYARAKAT SEKITAR INDUSTRI 9
K. PENGAWASAN UNTUK MENGGUNAKAN ALAT KERJA 10
L. USAHA KESEHATAN KERJA YANG BAIK 10
M. ILMU KESEHATAN KERJA 11
N. PENYAKIT AKIBAT KERJA 12
O. MENGETAHUI KESEHATAN & KESEHATAN KERJA (K3) 13
BAB III KASUS 15
BAB IV PENUTUP
KESIMPULAN 31
SARAN 31
DAFTAR PUTAKA 32
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kebersihan perusahaan kerja atau industri juga harus memiliki sistem sanitasi demi menjaga hiegien industri dan lingkungan di sekitar industri.Berdasarkan modal uang digunakan industri,dapat dikelompokkan menjadi industri dasar (industri besar), industri menengah (aneka industri), dan industri kecil. Industri kecil dengan tekhnologi sederhana atau tradisional dan dengan jumlah modal yang relatife terbatas merupakan industri yang banyak bergerak disektor informal. Hampir 80 % dari semua tenaga kerja di perlukan disektor ini (Depkes RI,1992).
Sejalan dengan semakan berkembangnya berbagai jenis industri serta majunya teknologi, penggunaan bahan dan produksi bahan kimia juga semakin meningkat.Bukan hanya sector industri, tetapi juga merambat ke sector lainnya. Kesehatan dan keselamatan kerja karyawan merupakan suatu hal yang sangat penting, baik perusahaan formal maupun informal. Perusahaan formal umumnya sudah mempunyai sistem kesehatan dan keselamatan kerja yang sudah baku,tetapi industri industri di sector informal masih banyak yang belum memeiliki dan belum mendapatkan pelayanan kesehatan yang di harapkan (Wahit;323;2009)
TUJUAN
Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan komunitas pada komunitas area lingkungan kerja.
Tujuan Khusus
Mampu menjelaskan definisi komunitas
Mampu menjelaskan keperawatan komunitas
Mampu menjelaskan higiene industri
Mampu menjelaskan tujuan higiene industri
Mampu menjelaskan kegiatan higiene perusahaan dan kesehatan kerja
Mampu menjelaskan masalah kesehatan kerja yang menurunkan produktivitas kerja
Mampu menjelaskan penyakit akibat kerja
Mampu menjelaskan upaya pencegahan lingkungan kerja menjadi baik
Mampu menjelaskan evaluasi lingkungan kerja
Mampu menjelaskan cara melindungi masyarakat sekitar industri dan umum
Mampu menjelaskan pengawasan untuk menggunakan alat kerja
Mampu menjelaskan usaha kesehatan kerja yang baik
Mampu menjelaskan ilmu kesehatan kerja
Mampu menjelaskan penyakit akibat kerja
Mampu menjelaskan kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
BAB II
KONSEP TEORI
KOMUNITAS
Menurut Sounders (1991), komunitas sebagai tempat atau kumpulan orang orang atau sistem sosial. Sedangkan menurut Koentjaraningrat (1990), komunitas sebagai suatu kesatuan hidup manusia yang menempati suatu wilayah nyata dan berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat, serta terikat oleh rasa identitas suatu komunitas (Wahit;2;2009).
KEPERAWATAN KOMUNITAS
Menurut Ruth B. Freeman (1981), adalah Kesatuan yang unik dari praktik keperawatan dan kesehatan masyarakat yang di tujukan pada pengembengan serta peningkatan kemampuan kesehatan, baik diri sendiri sebagai perorangan maupun secara kolektif sebagai keluarga,kelompok khusus atau masyarakat. Pelayanan tersebut mencakup spektrum pelayanan kesehatan untuk masyarakat (Wahit;2;2009).
Sedangkan menurut Depkes RI (1986), merupakan suatu upaya pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat dengan mengikut sertakan tim kesehatan lainnya dan masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat yang lebih tinggi (Wahit;2;2009).
HIGIENE INDUSTRI
Higiene adalah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia atau suatu upaya untuk mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan ( Soeripto;8;2008).
Higiene industri adalah sarana untuk membina dan mengembangkan tenaga kerja menjadi sumber daya manusia yang disiplin didikatif, penuh tanggung jawab, dan mampu bekerja secara produktif dan efisien ( Soeripto;8;2008).
Menurut Wahit (2009), definisi higiene meliputi :
Higiene perusahaan, merupakan spesialisali dalam ilmu higiene beserta pratiknya dengan mengadakan penilaian pada faktor penyebab penyakit dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang hasilnya digunakan untuk koreksi lingkungan perusahaan, dengan menitik beratkan pada pencegahan agar pekerjaan dan masyarakat terhindar dari bahaya akibat kerja.
Kesehatan kerja meupakan bidang khusus ilmu kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat dan sekitar perusahaan agar memperoleh derajat kesehatan setinggi tingginya, baik fisik, mental, maupun sosial.
Higiene perusahaan dan kesehatan kerja adalah bagian dari usaha kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada masyarakat pekerja, masyarakat sekitar perusahaan, dan masyarakat umum yang menjadi konsumen dari hasil produki perusahaan
TUJUAN HIGIENE INDUSTRI
Higiene dan kesehatan kerja digunakan sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan dan kesejahteraan tenaga kerja yang setinggi-tingginya serta sebagai alat untuk meningkatkan produksi yang berlandaskan pada meningkatkan efisiensi dan daya produktivitas faktor manusia dalam produksi (Wahit;324;2009)
KEGIATAN HIGIENE PERUSAHAAN DAN KESEHATAN KERJA
Kegiatan higiene yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka menciptakan kesehatan lingkungan kerja adalah sebagai berikut :
Pencegahan dan pemberantasan penyakit dan kecelakaan akibat kerja
Maintenance and increasing kesehatan tenaga kerja
Care, effiecieny, increasing dan productivity balance tenaga kerja
Pemberantasan kelelahan tenaga kerja
Meningkatkan semangat dalam bekerja
Perlindungan masyarakat kerja dari bahaya pencemaran
Perlindungan masyarakat luas
Pemeliharaan dan meningkatan higiene sanitasi perusahaan
(Wahit;324;2009)
MASALAH KESEHATAN KERJA YANG MENURUNKASN PRODUKTIVITAS KERJA
Penyakit umum pada pekerja antara lain kusta, TB paru, penyakit jantung, kanker, kecacatan dan lain-lain
Penyakit yang timbul akibat kerja, misalnya pneumoconiosis dan dermatosis. Pneumoconiosis adalah penyakit yang diakibatkan oleh asbes, dengan gejala seperti batuk, sesak nafas, nyeri dada, dan sianosis. Pengobatan cukup sulit dan hanya bersifat mengurangikeluhan, seperti jika infeksi diberi antibiotic, gizi ditingkatkan, juga jika kanker diberi obat sitostatika. Upaya prefentif : skrining, promosi kesehatan, penggunaan alat pelindung masker, kaca mata, subsitusi untuk menyaring debu seperti cerobong asap, water spray, dan exhauste.
Gizi buruk. Gizi buruk saat ini telah bermunculan hampir disemua kabupaten, hal ini disebabkan :
Kurangnya pengetahuan masyarakat akan kebutuhan gizi bagi anggota keluarga
Ketidakmampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan gizi bagi anggotaq keluarga
Pola hidup yang salah
Stok bahan makanan yang tidak ada.
(Wahit;324;2009)
PENYAKIT AKIBAT KERJA
Penyebab penyakit akibat kerja, antara lain sebagai berikut :
Faktor fisik meliputi :
Kebisingan
Suhu
Kelembapan udara
Kecepatan angin
Getaran
Radiasi
Tekanan udara
Faktor kimia meliputi :
Gas
Uap debu
Fume
Kabut
Asap
Faktor biologis meliputi :
Bakteri
Virus
Jamur
Cacing
Faktor fisiologis meliputi :
Sikap dan cara kerja
Jam kerja
Istirahat
Shift kerja
Lembur
Faktor mental meliputi :
Suasana kerja
Hubungan antara pekerjaan
Pengusaha
(Wahit;324;2009)
UPAYA PENCEGAHAN LINGKUNGAN KERJA MENJADI BAIK
Upaya yang dilakukan agar higiene lingkungan kerja menjadi baik adalah sebagai berikut :
Subsitusi, yaitu mengganti bahan yang berbahaya dengan yang kurang atau tidak berbahaya
Isolasi, mengisolasi proses-proses berbahaya dari perusahaan
Ventilasi umum, mengalihkan udara sebanyak hitungan ruan kerja
Ventilasi keluar setempat, menghisap udara dari suatu ruang kerjaagar bahan-bahan yang berbahaya dihisap dan dialihkan keluar
Alat pelindung perorangan, misalnya masker, kacamata, sarung tangan, sepatu, topi, penutup telinga, dan pakaian pelindung
Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja dan berkala
Informasi sebelum bekerja
Pendidikan tentang kesehatan kerja dan keselamatan kerja
(Wahit;325;2009).
EVALUASI LINGKUNGAN KERJA
Evaluasi lingkungan kerja ditujukan pada faktor fisik dan kimia.Faktor fisikmeliputi kebisingan, suhu, dan lainnya. Kebisingan dalam perusahaan disebablan oleh suara-suara yang dihasilkan oleh proses produksi, terutama mesin dan perkakas kerja. Bunyi yang dapat didengar oleh manusia memiliki rentang frekuensi 16-20.000 Hz, tiap bunyi memiliki intensitisitas yang dinyatakan dalam dB. Bunyi yang membahayakan adalah bunyi dengan intensitas diatas 80 dB. Alat untuk mengukur kebisingan adalah sound level meter, mikrofon, dan sound analyzer. Kebisingan yang ditimbulkan oleh suara mesin jika melenihi NAB dapat mengganggu pendengaran bahkan berefek pada ketulian. Nilai ambang batas (NAB) adalah kadar yang pekerja sanggup menghadapi dengan tidak menunjukan penyakit atau kelainan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu 8 jam sehari dan 40 jam seminggu. Sedangkan MAC (maximum allowable concentration) atau KTD (kadar tertinggi diperkenankan) adalah nilai tertinggi kadar zat, yang pekerja tidak menderita penyakit atau gangguan kesehatan oleh karenanya. Sementara itu, suhu udara diukur dengan thermometer. Comfort zone sangat penting untuk diperhatiakan, suhu nyaman berkisar 19-24˚C. pada suhu 31˚C orang dapat bekerja penuh tanpa keluahan, dan pada suhu 100˚C dapat bekerja selama beberapa menit saja. Penerangan diukur dengan luksmeter. Bekerja sedikitnya membutuhkan penerangan 1.000 liks (Wahit,2009).
Bahan kimia juga dapat menjadi faktor penyebab penyakit akibat kerja. Sifat dan derajat racunbahan kimia dalam industri bergantung pada :
Sifat fisik bahan kimia tersebut .
Gas, bentuk wujud zat yang tidak punya bangun sendiri
Uap, bentuk gas dari zat-zat (yang dalam keadaan bisa berbentuk zat padat/cair)
Debu, partikel-partikel zat padat (disebabkan kekuatan alami atau mekanik)
Kabut, titik cairan halus dalam udara terjadi dari kondensasi bentuk uap atau dari pemecahan zat cair menjadi tingkat dispresi, misalnya "foaming"
Uap ( fume), partikel-partikel zat padat terjadi karena kondensasi dari bentuk gas (penguapan banda padat yang dipijarkan dan biuasanya disertai oksidasi kimiawi, sehingga terbentuk zat seperti ZnO, PbO, dan lainnya
Awan, partikel cair sebagai hasil kondensasi dari fase gas
Asap, pada umumnya partikel-partikel zat karbon yang ukurannya <0,5 mikron, akibat pembakaran tak sempurna bahan yang mengandung karbon. Uap, asap dan debu tergolong zat padat, sedangkan awan dan kabut tergolong zat cair
Sifat-sifat kimiawi
Sifat kimiawi meliputi : jenis persenyawaan, besar molekul, konsentrasi, derajat kelarutan, dan jenis pelarut
Port d'entree
Seperti memalui alat pernafasan, pencernaan, dan kulit
Faktor pada tenaga kerja sendiri
Seperti usia, idiosinkrasi, habituasi, toleransi terhadap zat, dan derajat kesehatan tubuh
Menurut Wahit (2009), berbagai cara untuk mengevaluasi lingkungan kerja adalah sebagai berikut :
Subjektif, oleh indra manusia pada zat tertentu, misalnya amoniak, sulfur, dan lain-lain
Mengunakan hewan percobaan, seperti kelinci, burung kenari, tikus, dank era. Misalnya CO dengan kadar 0,25% dapat diketahui secara kasar dan bahayanya dalam waktu 3 menit burung kenari akan pingsan, sedangkan pada tikus akan terjadi disorientasi
Mengunakan alat detector dan indicator, khusus digunakan untuk uap dan gas. Contoh indicator sederhana akibat reaksi kimia adalah perubahan warna, seperti iodium menjadi warna biru dengan zat pati. Detector adalah alat khusus yang dibuat untuk menentukan baha-bahan diudara, baik kualitatif maupun kuantitatif, dengan cara menhisap dan melakukan udara tempat kerja pada reagen yang da dalam tabung detector
Pengambilan sampel dan pemeriksaan laboratorium
(Wahit;324;2009)
CARA MELINDUNGI MASYARAKAT SEKITAR INDUSTRI DAN UMUM
Masyarakat sekitas industri harus terhindar dari bahaya udara yang keluar dari suatu perusahaan yang mengandung bahan-bahan sangat berbahaya. Udara yang mengandung gas dan uap terdapat dua cara yaitu :
Pembakaran, membakar bahan-bahan tersebut, bila perlu digunakan katalisator agar terjadi pembakaran sempurna
Mencuci, (schrubbing method) dengan mengalirkan udara kotor dari pabrik.
(Wahit;325;2009)
PENGAWASAN UNTUK MENGUNAKAN ALAT KERJA
Pengawasan yang dilakukan dalam menggunakan alat kerja serta penyediaan alat-alat kesehatan untuk mendukung keamana penggunaan alat kerja dilakukan melalui cara-cara dibawah ini.
Pekerja harus dilatih dan dididik untuk memahami bahaya yang ada, cara menghindarinya, dan cara menggunakan alat-alat keselamatan
Sarung tangan, kacamata dan pakaian pelindung harus digunakan saat bekerja
Air untuk mandi dan cuci mata harus cukup tersedia, terutama untuk membersihkan bahaya korosif
Pakaian pelindungn yang digunakan hrus dicuci tiap hari
Unit operasi yang tidak memungkinkan ventilasi keluar memerlukan masker yang dialiri udara atau masker gas. Masker tersebut digunakan untuk keperluan darurat, yaitu jika bahan-bahan yang sangat bahaya sedang diolah
Pekerja yang mengolah bahan diwajibkan mencuci tangan sebersih-bersihnya sebelum merokok, minum atau makan
Pekerja wajib melapor untuk diperiksa pada saat kejadian kecelakaan pertama
(Wahit;327;2009)
USAHA KESEHATAN KERJA YANG BAIK
Usaha kesehatan kerja yang baik dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut ini :
Pekerja yang bekerja pada unit berbahaya diperiksa kesehatanya secara berkala setiap 6 sampai 1 tahun sekali. Caranya dalah dengan melalukan skrining yang disesuaikan dengan jenis / bahan industri yang digunakan. Misalnya pada industri yang menggunakan bahan nitrogliserin yang berfungsi sebagai vasodilator pada pasien penyakit jantung. Bila pekerja bekerja terus-menerus ditempat tersebut, maka jantungnya juga dapat mengalami vasodilatasi dan menderita keluhan yang sama dengan penderita jantung. Tim medis harus berhati-hati dalam mendiagnosis dan harus dapat membedakan anatara penyakit jantung dan penyakit akibat kerja. Selain itu, pemeriksaan khusus juga harus dilakukan pada orang-orang tertentu misalnya pada wanita, anak-anak, orang lanjut atau sudah permah kena kasus
Alat-alat atau bahan-bahan harus diperiksa tiap minggu atau bulan untuk menilai bahaya yang mungkin timbul
Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja pada calon pegawai baru untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit pernafasaan menahun, ginjal dan lainnya
(Wahit;327;2009)
M. ILMU KESEHATAN KERJA (OCCUPATIONAL HELATH)
Tujuan utama ilmu kesehatan kerja adalah untuk meningkatkan produktivitas kerja, yang meliputi : pencegahan penyakit, pencegahan kelelahan kerja, dan lainnya. Terdapat tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam pencegahan dan pengobatan untuk pemenuhan kebutuhan kesehatan industri
Hubungan antara pekerjaan dan kesehatannya ( relationship of work to helath)
Efek dari pekerjaan terhadap pekerjaannya ( effects of work up on the worker), efek meningkatnya kebutuhan dasar, dan efek meningkatnya kebutuhan hidup pekerja
Masalah kesehatan pada pekerjaan ( health problem at work)
Tugas keperawatan yang dapat dilakukan oleh perwata industri antara lain sebagai berikut :
Kesehatan lingkungaan kerja ( higiene of work's environment) misalnya, lingkungan kerja yang bagaimana yang sesuai dengan pekerjaanya
Kesehatan pekerja ( occupational health), terutama penyakit akibat kerja dengan tujuan untuk mencegah, mendiagnosis dan merehabilitasi penyakit akibat kerja
Keselamatan kerja ( safety work)
Tujuan dari keperawatan industri adalah kesehatan pekerja, keselamatan pekerja, kesejahteraan pekerja, sehingga tujuan utama dalam keperawatan industri dapat terwujud, yaitu status kesehatan kerja tinggi dan produktivitas tinggi. Para pekerja merupakan orang yang berada dalam keadaan resiko atau berbahaya.
(Wahit;327;2009).
PENYAKT AKIBAT KERJA
Penyakit akibat kerja adalah penyakit/gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh pekerjaannya atau diperoleh pada masa/waktu melakukan pekerjaan (pada masyarakat umum biasanya tidak terkena)
Penyebab penyakit akibat kerja antara lain :
Faktor fisik : kebisingan, suhu, kelembapan udara, kecepatan angin, getaran, radiasi, tekanan udara
Faktor kimia : gas, uap debu, fume, mist dan asap
Faktor biologis : bakteri, virus, jamur dan cacing
Faktor fisiologis : sikap dan cara kerja, jam kerja, istirahat, shift, lembur
Faktor mental psikologis : suasana kerja, hubungan anatara pekerja, dan pengusaha
Persoalan dalam mendiagnosis penyakit akibat kerja adalah gambarannya hampr sama dengan penyakit umum, inkubasi lama, sarana bantu diagnosis kurang, dan kurangnya petugas kesehatan. Upaya untuk memantau kesehatan pekerja anatar lain :
Pemeriksa melalui skrining ( sebelum dipekerjakan)
Menjalankan program hidup sehat dengan cara anti rokok, olahraga, menurunkan stress, makan makanan yang sehat, dan menurunkan berat badab ( bagi yang overweight)
Investigasi adanya bahaya yang ditunjukan pada kasus CHD, yang meningkatkan pada kelompok-kelompok tertentu, riwayat chest pain, penemuan infark baru atau pembuntuan koroner , dan hubungan paparan kerja dengan faktor predisposisi laim ( usia, seks, dan cuaca)
(Wahit;328;2009)
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Mangkunegara (2002) menyatakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industri .
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan satu upaya pelindungan yang diajukan kepada semua potensi yang dapat menimbulkan bahaya. Hal tersebut bertujuan agar tenaga kerja dan orang lain yang ada di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat serta semua sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien (Suma'mur, 2006).
Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Maka menurut Mangkunegara (2002) tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya
selektif mungkin.
Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
atau kondisi kerja.
Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja
Menurut Wahit (2009), upaya yang dilakukan untuk menjaga kesejahteraan pekerja adalah dengan cara menerapkan managemen K3 dengan mencari dan mengungkapkan kelemahan operasional yang memungkinkan terjadinya kecelakaan
Pada mesin : seperti peralatan dan bahan (keadaan mesin yang rusak, licin, longgar, kasar, dan tajam); kondisi pengaman mesin (kegiatan dengan kecepatan berbahaya, tidak memanfaatkan perlengkapan, bekerja pada peralatan yang bergerak/berbahaya); kondisi alat-alat kerja; dan konsisi bahan
Karyawan, yang meliputi : kondisi mental dan fisik, kebiasaan kerja ( baik dan aman), penggunaan APD
Tata cara kerja, yang meliputi : prosedur kerja yang benar, protap untuk kegiatan yang berulang, dan kebiasaan bekerja menurut petunjuk manual. Pencegahan kecelakaan kerja dengan memperhatikan pada aspek manusia dan aspek peralatan. Aspek manusia (tenaga kerja) harus memenuhi beberapa syarat, yaitu terampil sesuai jenis pekerjaannya
BAB III
KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA KESEHATAN KERJA
DENGAN APLIKASI KASUS DI KOMUNITAS PEKERJA
DI RUANGAN SEKTOR A7 DI PERUSAHAAN ROKOK
PT. " NOJORONO" DI KABUPATEN KUDUS JAWA TENGAH
Sekelompok mahasiswa keperawatan melakukan kegiatan praktik keperawatan komunitas untuk kesehatan kerja di komunitas pekerja di perusahaan rokok PT. NOJORONO di kabupaten kudus jawa tengah selama 1 Bulan mulai dari tanggal 10 November 2012 sampai 10 Desember 2012. Kami melakukan kegiatan pengkajian selama 8 hari (mulai tanggal 11-19 november) kepada para pekerja di ruangan sektor A7 yang berjumlah 100 orang, berdasarkan data dari HRD perusahaan ini di dapat data umum sebagai berikut:
No.
Karakteristik
Frekuensi/ jumlah
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
40 orang
60 orang
Jenis pekerjaan
Pengelintingan
Pengepakan
Pengawas
55 orang
35 orang
10 orang
Usia
25-35 tahun
36-46 tahun
47-57 tahun
58-60 tahun
35 orang
40 orang
20 orang
5 orang
Tingkat pendidikan
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
30 orang
45 orang
25 orang
Lama bekerja
5-10 tahun
11-15 tahun
16-20 tahun
21-25 tahun
> 25 tahun
15 orang
35 orang
30 orang
15 orang
orang
PENGKAJIAN
Data Inti
Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
Perusahaan rokok PT. NOJORONO berada di wilayah kabupaten kudus jawa tengah dengan luas bangunan pabrik keseluruhan sebesar 1 Ha. Pabrik ini berada di tepi jalan raya yang merupakan akses utama di kota kudus. Terdiri dari beberapa ruangan sektor yang didalamnya terdapat berbagai macam pekerjaan industri yang berhubungan dengan tembakau dan rokok diantaranya adalah bagian penyortiran tembakau, penyimpanan tembakau, produksi tembakau, pelintingan rokok, pengepakan rokok, ruang laboratorium uji tembakau, dll. Ruangan sektor A7 merupakan salah satu ruangan di perusahan rokok PT. NOJORONO yang terbagi menjadi beberapa bagian tugas didalamnya yaitu bagian pelintingan, pengepakan rokok dan pengawasan. Jumlah pekerja di ruangan sektor A7 sebanyak 100 orang (perincian berdasarkan karakteristik umum ada di tabel yang tersedia di awal) sebagaian besar bekerja adalah orang jawa 85 orang (85%) dan berasal dari madura sebanyak 15 orang (15%).
Status kesehatan komunitas
Dari pengkajian (anamnesa) dan kuisioner yang dilakukan mahasiswa langsung kepada para pekerja diruangan sektor A7 didapatkan hasil:
Keluhan yang dirasakan saat ini oleh komunitas
68 orang pekerja (68%) menegeluhkan sering batuk-batuk
15 orang (15%) pekerja mengeluhkan sering pusing
Sisanya 17 orang (17%) tidak ada keluhan
Tanda-tanda vital*
TD:
< 110/70 mmHg : 5 orang (5%)
110/70mmHg-130/90mmHg : 75 orang (75%)
>130/90 mmHg : 20 orang (20%)
Nadi:
60-80x/menit : 90 orang (90%)
80-100x/menit : 10 orang (10%)
RR:
16-24x/menit : 90 orang (90%)
>24x/ menit : 10 orang (10%)
Suhu tubuh:
36,5°C-37°C : 100 orang (100%)
Kejadian penyakit (dalam satu tahun terakhir) *
ISPA : 20 orang/ kasus (20%)
PPOK : 5 orang (5%)
Diare : 5 orang (5%)
Batuk : 35 orang (35%)
Demam : 15 orang (15%)
Sisanya tidak ada laporan keluhan penyakit 20 orang (20%)
Ket: (*) : data dari klinik perusahaan pada tanggal 12 November 2012
Riwayat penyakit komunitas
Data diambil dari 68 orang pekerja (68%) yang mengeluhkan sering batuk-batuk, kami melakukan pengkajian dengan memberikan kuisioner kepada 68 pekerja tersebut, dengan hasil:
No.
Karakteristik
Frekuensi
Presentase %
1.
Menderita batuk berdahak minimal 30 kali setahun, sekurang-kurangnya 2 tahun beruntun
20 orang
29,4%
2.
Mempunyai riwayat merokok
40 orang
58,8%
3.
Terpajan langsung dengan bahan produk
68 orang
100%
4.
Mempunyai keluarga dengan riwayat bronkitis dan emsifema
6 orang
8,82%
5.
Sering mengalami sesak nafas saat aktivitas sedang (jalan cepat, naik tangga)
10 orang
6,8%
6.
Pernah merasa sesak atau nafas sulit bahkan pada saaat istirahat
5 orang
7,35%
7.
Pernah merasa sesak nafas menetap dan makin lama makin berat
5 orang
7,35%
8.
Saat Batuk selalu berdahak dan beriak
45 orang
66,1%
9.
Pernah memeriksakan ke dokter atau tempat pelayanan kesehatan baik umum maupun yang ada di perusahaan dan positif dinyatakan penderita PPOK (bronkhitis kronis, emfisema)
5 orang
7,35%
10.
Pernah merasa dada terasa berat saat bernafas
20 orang
29,4%
Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi komunitas
Para pekerja mendapat istirahat makan siang dari peusahaan, makan siang rutin dilaksanakan tiap pukul 13.00 WIB di kantin pabrik.
Pola pemenuhan cairan dan elektrolit
Selama bekerja kebutuhan cairan pekerja didapat dari minuman yang dibawa oleh para pekerja dari rumah.
Pola istirahat tidur
Para pekerja mengatakan bahwa istirahat tidur mereka biasanya dilakukan pada malam hari saat pulang bekerja karena waktu bekerja mereka adalah 9 jam mulai pukul 8 pagi-5 sore.
Pola eliminasi
Saat dilakukan anamnesa kepeada para pekerja Sebanyak 35 orang dari 55 orang (63,6%) pekerja bagian pelintingan rokok mengatakan pernah sakit "anyang-anyangan", hal ini ternyata disebabkan oleh 20 orang (57,1%) kurang sering minum air putih saat bekerja, 15 orang (42,8%) menahan BAK karena jarak kamar mandi dengan ruang pelintingan agak jauh. Sedangkan pada bagian penegepakan sebanyak 15 orang dari 35 orang pekerja (42,8%) mengeluhkan sakit "anyang-anyangan" hal ini disebabkan karena 10 orang (66,6%) kurang sering minum air putih saat bekerja, 5 orang (33,3%) menahan BAK karena jarak kamar mandi dengan ruangan agak jauh.
Pola aktivitas gerak
Saat dilakukan anamnesa kepada para pekerja sebanyak 55 orang dari 55 orang (100%) jumlah pekerja pelintingan rokok mengeluhkan sering merasa pegal di daerah leher dan punggungnya. Saat dilakukan observasi secara langsung ternyata sebanyak 30 orang (54,5%) pekerja duduk dengan posisi duduk yang salah/ terlalu membungkuk, 25 orang (43,5%) tidak menggerak-gerakkan badannya untuk merelaksasi tubuhnya/ berada dalam posisi duduk yang sama dalam waktu yang lama. Sedangkan dibagian pengepakan dari 35 orang pekerja 25 orang (71,4%) mengeluhkan sering merasa pegal di daerah leher dan punggungnya 10 orang (28,6%) tidak ada keluhan. Penyebabnya 15 orang (60%) duduk dengan posisi duduk yang salah, 10 orang (40%) tidak menggerak-gerakkan badannya untuk merelaksasi tubuhnya atau berada dalam posisi duduk yang sama dalam waktu yang lama. Untuk bagaian pengawasan tidak ada keluhan.
Pola pemenuhan kebersihan diri
Saat dilakukan observasi didapatkan data sebanyak 25 orang dari 35 orang pekerja dibagian pengepakan (71,4%) tidak mencuci tangan setelah bekerja sisanya 10 orang (28,6%) mencuci tangan tapi dengan prosedur yang kurang benar, sedangkan sebanyak 40 orang dari 55 orang pekerja dibagian pelintingan (72,7%) tidak mencuci tangan setelah bekerja, sisanya 15 orang (27,3%) mencuci tangan tapi dengan prosedur yang kurang benar.
Status psikososial
Antar kelompok pekerja tidak pernah mengalami pertengkaran atau perselisihan karena mereka menganggap semua pekerja saling bersaudara karena sudah bekerja bersama dalam waktu yang lama, antar pekerja saling membantu dan memberikan dukungan bila ada masalah.
Status pertumbuhan dan perkembangan
Pola pemanfaatan fasilitas kesehatan
Berdasarkan data dari klinik perusahaan semua pekerja mendapatkan asuransi kesehatan, dan bisa periksa atau berobat secara gratis di klinik tersebut tetapi data klinik perusahaan menunjukkan:
No.
Karakteristik
Frekuensi
Presentase (%)
1.
Pekerja yang memeriksakan kesehatan secara rutin ke klinik
25 orang
25%
2.
Pekerja yang memeriksakan kesehatannya saat sakit saja
35 orang
35%
3.
Pekerja yang tidak pernah/ belum pernah datang ke klinik untuk memeriksakan kesehatannya
40 orang
40%
Pola pencegahan terhadap penyakit dan perawatan kesehatan
Setelah dilakukan pengkajian melalui observasi langsung kepada 100 pekerja di ruangan sektor A7 didapatkan hasil:
No.
Karakteristik
Jenis pekerjaan
Ferekuensi
Presentase(%)
1.
Tidak menggunakan masker saat bekerja
Pelintingan
Pengepakan
pengawasan
55 orang
35 orang
10 orang
100%
100%
100%
2.
Tidak menggunakan sarung tangan saat bekerja
Pelintingan
Pengepakan
Pengawasan
55 orang
35 orang
10 orang
100%
100%
100%
Pola peri
lHasil tidak sehat dalam komunitas
Saat dilakukan observasi didapatkan data sebanyak 25 orang dari 35 orang pekerja dibagian pengepakan (71,4%) tidak mencuci tangan setelah bekerja sisanya 10 orang (28,6%) mencuci tangan tapi dengan prosedur yang kurang benar, sedangkan sebanyak 40 orang dari 55 orang pekerja dibagian pelintingan (72,7%) tidak mencuci tangan setelah bekerja, sisanya 15 orang (27,3%) mencuci tangan tapi dengan prosedur yang kurang benar.
DATA LINGKUNGAN FISIK
Luas bangunan pabrik rokok ini seluas 1 Ha terdiri dari ruangan sektor A1-A7 (A1-A4: gudang tembakau, A5: laboratorium, A6: penyortiran A7: pelintingan, pengepakan rokok), kantin, masjid, klinik, garasi untuk angkutan perusahaan, aula perusahaan, tempat penyaringan limbah pabrik. Sedangkan untuk ruangan sektor A7 sendiri memiliki luas bangunan 100x50 meter bentuk bangunan berupa ruangan luas yang lapang dengan meja-meja tempat pelintingan, pengepakan dan terdapat 2 kamar mandi di dalamnya. Jenis bangunannya permanen atap bangunan berupa genting sintesis dengan dinding terbuat dari tembok dengan lantai dari semen/ plesteran, ventilasi di ruangan ini berasal dari jendela –jendela kecil di atas tembok yang berjumlah masing-masing 10 buah di kiri dan kanan sisi bangunan total 20 buah, penerangan ruangan berasal dari pintu ruangan besar yang di buka saat jam kerja bila menjelang sore terdapat lampu neon yang memberikan pencahayaan diruangan ini. Kebersihan di dalam ruangan cukup rapi dan bersih. Kondisi kamar mandi bersih tetapi jumlahnya sangat terbatas dan jaraknya cukup jauh dari tempat pengolahan.
Pembuangan limbah perusahaan di olah dengan melakukan penyaringan zat-zat berbahaya dengn alat penyaring yang berada di ruang penyaringan limbah di sebelah ruangan sektor A7 (di belakang pabrik) dan sisanya di buang disungai besar yang ada di kota kudus.
PELAYANAN KESEHATAN DAN SOSIAL
Di perusahaan PT. NODJORONO terdapat sebuah klinik kesehatan yang disediakan untuk seluruh pekerja dan pegawai diperusahaan ini. Sumber daya yang ada di klinik ini adalah terdapat 1 orang dokter umum, 2 perawat dan 3 petugas nonmedis, fasilitas alat yang dimiliki klinik ini terdiri dari 2 kamar tidur, obat-obatan yang cukup lengkap dan memiliki 1 ambulance. Sistem rujukan di perusahaan ini bekerja sama dengan RSUD kabupaten kudus. Selain itu di perusahaan ini memiliki 1 kantin yang berisi barang-barang keperluan sehari-hari para pekerja dan pegawai lokasi mini market ini di bagian depan pabrik disamping klinik.
EKONOMI
Rata-rata penghasilan pekerja di ruangan sektor 7 untuk bagian pelintingan dan pengepakan sekitar 1-1,5 juta rupiah sedangkan untuk bagian pengawas sekitar 1,5-2 juta rupiah.
KEAMANAN DAN TRANSPORTASI
Sistem keamanan perusahaan cukup baik dengan adanya satpam di setiap sektor ruangan dan juga adanya CCTV di tiap ruang produksi. Untuk penanggulangan kebakaran terdapat alat pemadam kebakaran manual di setiap ruangan produksi dan perusahaan ini juga memiliki 1 unit mobil pemadam kebakaran milik perusahaan selain itu perusahaan juga bekerjasama dengan dinas pemadam kebakaran kota untuk menanggulangi jika terjadi masalah kebakaran. Penanggualangan polusi dengan dipasang alat blower untuk ventilasi agar tidak terjadi polusi di dalam pabrik.
POLITIK DAN KEAMANAN
Perusahaan rokok PT. NODJORONO merupakan perusahaan milik swasta yang dimiliki oleh Tn. HK.
SISTEM KOMUNIKASI
Sarana komunikasi yang digunakan oleh pekerja di ruangan sektor A7 sebagaian besar menggunakan alat komunikasi telfon genggam (HP) sebagai alat komunikasi antara pekerj, keluarga dan masyarakatnya. Sednagkan sistem komunikasi dalam perusahaan menggunakan telfon yang ada disetiap ruangan sektor dan apabila ada informasi atau pengumuman dari perusahaan akan disiarkan melalui pengeras suara yang ada di setiap ruangan di perusahaan ini. Bahasa yang digunakan untuk komunikasi antar pekerja sehari-hari di ruangan sektor A7 mayoritas dengan menggunakan bahasa jawa dan sebagaian kecil menggunakan bahasa madura.
PENDIDIKAN
Data yang didapat dari HRD perusahaan rokok PT. NODJORONO didapatkan data tingkat pendidikan pekerja di ruangan sektor A7 adalah sebagai berikut:
Tingkat pendidikan
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
30 orang
45 orang
25 orang
Saat dilakukan pengkajian dengan kuisioner tentang pengetahuan pekerja terhadap pentingnya penggunaan standart keselamatan kerja di perusahaan rokok terhadap kesehatan pekerja, di dapatkan data:
70 orang (70%) dari pekerja tidak mengetahui
30 orang (30%) dari pekerja mengetahui
REKREASI
Berdasarkan data yang didapat dari perusahaan, Hari libur untuk pegawai dan pekerja diperusahaan ini adalah tiap hari minggu, di setiap hari jum'at pagi biasanya diadakan senam aerobik bersama oleh perusahaan yang dilakukan di lapangan olah raga yang ada di belakang perusahaan.
Di akhir tahun biasanya juga diadakan rekreasi bersama yang di fasilitasi oleh perusahaan yang juga dilakukan secara giliran atau gantian di tiap ruangan sektor/ bagian produksi dalam perusahaan ini.
ANALISA DATA
NO.
DATA
ETIOLOGI
PROBLEM
1.
DS:
Pekerja mengatakan mengeluhkan sering batuk-batuk.
Pekerja mengatakan tidak terlalu memeperhatikan pentingnya penggunaan masker dan sarung tangan
DO:
68 orang pekerja (68%) dari 100 pekerja di ruangan sektor A7 menegeluhkan sering batuk-batuk dengan perincian:
68 orang (100%) dari 68 orang pekerja yang sering batuk terpajan langsung dengan bahan produk (tembakau).
20 orang (29,4%)dari 68 pekerja yang sering batuk mengalami batuk menahun sekurang-kurangnya selama 2 tahun.
45 orang (66,1%) dari 68 pekeja yang sering batuk saat batuk selalu berdahak dan beriak.
5 orang (7,35%) dari 68 pekerja yang sering batuk positif didiagnosa PPOK
20 orang (29,4%) dari 68 pekerja yang sering batuk merasa dada berat saat bernafas.
Riwayat penyakit pekerja ruangan sektor A7 dalam satu tahun terakhir; ISPA: 20 orang/ kasus (20%), PPOK: 5 orang (5%), batuk 35 orang (35%).
Pekerja yang tidak menggunakan masker dan sarung tangan di ruangan sektor A7 sebanyak 100 orang dari 100 orang pekerja (100%).
70 orang (70%) dari 100 pekerja diruangan sektor A7 tidak mengetahui pentingnya K3 bagi kesehatan dan keselamatan mereka
Hanya 30 orang (30%) dari 100 pekerja diruangan sektor A7 tidak mengetahui pentingnya K3 bagi kesehatan dan keselamatan mereka
Kurang pengetahuan pekerja tentang pentingnya K3 bagi kesehatan dan keselamatan pekerja
Resiko terjadinya peningkatan penyakit akibat partikel tembakau (PPOK,ISPA) pada pekerja perusahaan rokok di ruangan sektor A7 PT. NOJORONO kudus jawa tengah
2.
DS:
Pekerja mengatakan jarang melakukan cuci tangan setelah melakukan pekerjaannya atau sebelum makan karena keterbatasan kamar mandi dan fasilitas yang kurang mendukung (tidak ada sabun cuci tangan di kamar mandi).
DO:
25 orang (71,4%) dari 35 orang pekerja dibagian pengepakan di ruangan sektor A7 tidak mencuci tangan setelah bekerja.
10 orang (28,6%)dari 35 orang pekerja dibagian pengepakan di ruangan sektor A7 mencuci tangan tapi dengan prosedur yang kurang benar.
40 orang(72,7%) dari 55 orang pekerja dibagian pelintingan di ruangan sektor A7 tidak mencuci tangan setelah bekerja.
15 orang (27,3%)dari 55 orang pekerja dibagian pelintingan di ruangan sektor A7 mencuci tangan tapi dengan prosedur yang kurang benar.
Ketidakadekuatan hygine perorangan pada pekerja
Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada pekerja perusahaan rokok di ruangan sektor A7 PT. NOJORONO kudus jawa tengah
3.
DS:
Pekerja mengatakan sering mengalami pegal di daerah punggung dan leher.
Petugas klinik perusahaan mengatakan telah ada program senam aerobic tiap jum'at pagi tetapi antusias pekerja untuk mengikuti kurang bahkan digunakan sebagai ajang datang terlambat untuk bekerja
DO:
55 orang dari 55 orang (100%) jumlah pekerja dibagian pelintingan rokok di ruangan sektor A7 mengeluhkan sering merasa pegal di daerah leher dan punggungnya.
30 orang (54,5%) dari 55 orang pekerja dibagian pelintingan rokok di ruangan sektor A7 duduk dengan posisi duduk yang salah/ terlalu membungkuk.
25 orang (43,5%) dari 55 orang pekerja dibagian pelintingan rokok di ruangan sektor A7 tidak menggerak-gerakkan badannya untuk merelaksasi tubuhnya/ berada dalam posisi duduk yang sama dalam waktu yang lama.
Pekerja yang mengikuti senam aerobic pagi pada hari jum'at (19 november 2012) di ruangan sektor A7 sebanyak 60 orang (60%) dari jumlah seluruh pekerja di ruangan sektor A7
Posisi tubuh saat bekerja yang salah pada pekerja
Resiko cidera pada pekerja perusahaan rokok di ruangan sektor A7 PT. NOJORONO kudus jawa tengah
PENAMPISAN MASALAH
Dari hasil analisa data, didapatkan data yang kemudian dilakukan penapisan masalah untuk menentukan perioritas masalah, adapun penapisan masalah tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
No.
Masalah Kesehatan
KRITERIA
Score
Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
1.
Resiko terjadinya peningkatan penyakit akibat partikel tembakau (PPOK,ISPA) pada pekerja perusahaan rokok di ruangan sektor A7 PT. NOJORONO kudus jawa tengah berhubungan dengan Kurang pengetahuan dan kesadaran pekerja tentang pentingnya K3 bagi kesehatan dan keselamatan pekerja
5
5
5
5
4
3
4
3
34
Keterangan kriteria:
Sesuai dg peran perawat komunitas
Resiko terjadi/jumlah yang beresiko
Resiko parah
Potensi utk pend.kesehatan
Interest utk komunitas
Kemungkinan diatasi
Relevan dg program
Tersedianya sumber daya
Keterangan Pembobotan:
1. Sangat rendah
2. Rendah
3. Cukup
4. Tinggi
5. Sangat tinggi
2.
Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada pekerja perusahaan rokok di ruangan sektor A7 PT. NOJORONO kudus jawa tengah berhubungan dengan Ketidakadekuatan hygine perorangan pada pekerja
5
4
4
5
4
4
4
3
33
3.
Resiko cidera kerja pada pekerja perusahaan rokok di ruangan sektor A7 PT. NOJORONO kudus jawa tengah berhubungan dengan Posisi tubuh saat bekerja yang salah pada pekerja
4
5
3
4
4
4
3
4
31
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan scoring di atas, maka prioritas diagnosa keperawatan komunitas pada pekerja perusahaan rokok di ruangan sektor A7 PT. NOJORONO adalah sebagai berikut:
No.
Diagnosa Keperawatan
Score
1.
Resiko terjadinya peningkatan penyakit akibat partikel tembakau (PPOK,ISPA) pada pekerja perusahaan rokok di ruangan sektor A7 PT. NOJORONO kudus jawa tengah berhubungan dengan Kurang pengetahuan pekerja dan kesadaran tentang pentingnya K3 bagi kesehatan dan keselamatan pekerja.
34
2.
Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada pekerja perusahaan rokok di ruangan sektor A7 PT. NOJORONO kudus jawa tengah berhubungan dengan Ketidakadekuatan hygine perorangan pada pekerja.
33
3.
Resiko cidera kerja pada pekerja perusahaan rokok di ruangan sektor A7 PT. NOJORONO kudus jawa tengah berhubungan dengan Posisi tubuh saat bekerja yang salah pada pekerja.
31
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Kesehatan kerja merupakan bidang khusus ilmu kesehatan yang di tujukan kepada masyarakat pekerja dan sekitar perusahaan agar memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental, maupun sosial. Kegunaannya untuk mencapai derajat keaehatan dan kesejahteraan tenaga kerja serta meningkatkan produksi yang berlandeaskan pada meningkatkan efisiensi dan daya produktivitas faktor manusia dalam produksi. Tugas keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat industri meliputi kesehatan lingkungan kerja, kesehatan pekerjadan keselamatan kerja.
SARAN
Bagi Pekerja
Mereka akan lebih memahami dan mau berperilaku sehat dan baik di dalam tempat kerja maupun diluar tempat kerja. Kepuasan kerja akan meningkat ketika mereka menyadari bahwa perusahaan peduli dengan kesehatan mereka. Pada akhirnya pekerja sehat tentu akan lebih optimal dalam produktivitas kerja.
Bagi Perusahaan
Perusahaan yang menyelenggarakan program PKDTK (Promosi Kesehatan Dalam Tempat Kerja) tentu lebih memperlihatkan kepada karyawannya bahwa mereka peduli terhadap kesehatan pekerja. Hal ini dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Pekerja yang puas dengan iklim kerja mereka tentu akan lebih loyal kepada perusahaan. Dengan demikian,angka turn over pekerja akan semakin rendah. Akibatnya biaya untuk proses rekruitmen dan pelatihan karyawan baru,akan berkurang. Pekerja sehat tentu akan lebih produktif yang akan meningkatkan produktivitas perusahaan pada akhirnya. Selain itu pekerja sehat juga akan mengurangi biaya kompensasi perusahaan untuk mengobati karyawan yang sakit. Lebih jauh lagi,perusahaan juga dapat memperoleh citra positif baik dari masyarakat,pemerintah maupun para mitra pebisnis mereka.
DAFTAR PUSTAKA
http//www.academia.edu/62111163/askep_komunitas_kesehatan_kerja. Diakses pada 15 September 2014, jam 11.30 WIB
Mubarok,Wahit Iqbal,dkk. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas. Jakarta : Salemba Medika
Soeripto. 2008. Hiegiene Industri. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga : aplikasi dalam praktik. Jakarta : EGC
UNIMED-NonDegree-22832-babII_fero_2.pdf-Adobe Reader. Diakses pada 16 September 2014, jam 13.00 WIB