BAB I TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65 dan 75 tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat drastic dan ahli demografi memperhitungkan peningkatan populasi lansia sehat terus menigkat sampai abad selanjutnya (Potter & Perry, 2005). Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluar ga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali ser ingkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat (Ismayadi, 2004). Menurut Constantinidies menua
(menjadi
tua)
adalah
suatu
proses
menghilangnya secara perlahan – perlahan – lahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti diri dan mempertahankan fungsi formalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Menurut organisasi dunia (WHO) lanjut usia meliputi usia pertengahan (middleage) adalah kelompok usia 45-59 tahun, Usia lanjut (elderly) adalah kelompok usia 60-74 tahun, Usia lanjut (old) adalah kelompok usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia diatas 90 tahun. Asuhan keperawatan lansia mengahadapi tantangan khusus karena perbedaan fisiologis, kognitif, dan kesehatan psikososial. Lansia bervariasi pada
1
tingkat kemampuan fungsional. Mayoritas merupakan anggota komunitas yang aktif, terlibat, dan produktif. Hanya sedikit yang telah kehilangan kemampuan untuk merawat diri sendiri, bingung atau merusak diri, dan tidak mampu mebuat keputusan yang berkaitan dengan kebutuhan mereka.
a) Kebutuhan Hidup Orang Lanjut Usia
Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup orang lanjut usia antara lain kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perumahan yang sehat dan kondisi rumah yang tentram dan aman, kebutuhan-kebutuhan sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang dalam segala usia, sehingga mereka mempunyai banyak teman yang dapat diajak berkomunikasi, membagi pengalaman,
memberikan
pengarahan
untuk
kehidupan
yang baik.
Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar dapat mandiri. Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow menyatakan bahwa kebutuhan
manusia
meliputi
(1)
Kebutuhan
fisik
( physiological ( physiological
needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan, sandang, papan, seks dan sebagainya. (2) Kebutuhan ketentraman ( safety needs) adalah kebutuhan akan rasa keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian dan sebagainya (3) Kebutuhan sosial ( social needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban, organisasi profesi, kesenian, olah raga, kesamaan hobby dan sebagainya (4) Kebutuhan harga diri (esteem ( esteem needs) adalah kebutuhan akan harga diri untuk diakui akan keberadaannya, dan (5) Kebutuhan aktualisasi diri ( self ( self actualization needs) adalah kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir berdasar pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam kehidupan. Sejak awal kehidupan sampai berusia lanjut setiap orang memiliki kebutuhan psikologis dasar (Setiati,2000).Kebutuhan tersebut diantaranya orang lanjut usia
2
membutuhkan rasa nyaman bagi dirinya sendiri, serta rasa nyaman terhadap lingkungan yang ada. Tingkat pemenuhan kebutuhan tersebut tergantung pada diri orang lanjut usia, keluarga dan lingkungannya . Jika kebutuhan kebutuhan tersebut tidak terpenuhi akan timbul masalah-masalah dalam kehidupan orang lanjut usia yang akan menurunkan kemandiriannya (Ismayadi, 2004).
b) Teori – teori Proses Menua
Sebenarnya secara individual 1. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda 2. Masing – masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda 3. Tidak ada satu faktorpun ditemukan untuk mencegah proses menua
Ada beberapa teori tentang proses penuaan, antara lain: 1. Teori Genetic Clock Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu . Setiap spesies mempunyai di dalam nukleinya suatu jam genetik yang telah di putar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak berputar.. Jadi menurut konsep ini jika jam ini berhenti, kita akan mati meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit terminal. Konsep “ genetic clock” didukung oleh kenyatan bahwa ini cara menerangkan mengapa pada beberapa spesies terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang nyata. 2. Teori Mutasi Genetik (somatic mutatie theori ) Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul – molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. 3. Teori “ pemakaian dan rusak “ Kelebihan usaha dan stres menyebabkan se – sel tubuh lelah terbakar.
3
4. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut “ teori akumulasi dari produk sisa”. 5. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan. 6. Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi. 7. Reaksi dari kekebalan sendiri ( auto immunne theori) Didalam metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga tubuh menjadi lemah dan sakit. 8. “ Teori imonologi saw virus” Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh. 9. Teori stres menua akibat terjadi hilangnya sel – sel yang bisa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kesetabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah terpakai. 10. Teori radikal bebas Radikal bebas dapat dibentuk dialam bebas, tidak stabil radikal bebas ( kelompok atom ) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan – bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel – sel tidak dapat regenerasi. 11. Teori rantai silang Sel – sel yang tua dan usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi. 12. Theori program Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah yang membelah setelah sel- sel mati.
4
c) Perubahan – perubahan yang terjadi pada Lanjut Usia
Perubahan – perubahan fisik 1. Sel a. Lebih sedikit jumlahnya b. Berkurangnya
jumlah
cairan
tubuh
dan
kurangnya
cairan
intramuskuler c. Menurunnya porposi protein di otak, otot,ginjal, darah dan hati d. Terganggunya mekanisme perbaikan sel e. Otak menjadi atropis beratnya berkurang 5-10% 2. Sistem pernafasan a. Cepat menurunnya persarafan b. Lambannya dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya dengan stres. c. Mengecilnya saraf panca indra: berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan rasa,. Lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin. d. Kurangnya sensitif pada sentuhan 3. Sistem Pendengaran a. Prebiakusis ( gangguan dalam pendengaran ), hilangnya kemampuan atau daya pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi dan atau nada – nada tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata, 50% terjadi pada usia diatas 65 tahun. b. Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis c. Terjadinya
pengumpulan
serumen
dapat
mengeras
karena
meningkanya kreatin d. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa atau stres 4. Sistem penglihatan a. Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
5
b. Kornea lebih berbentuk sferis atau bola, lensa lebih suram atau kekeruhan pada lensa menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan c. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan menjadi lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap d. Hilangnya
daya
akomodasi,
menurunya
lapang
pandang,
menurunnya membedakan warna biru atau hijau 5. Sistem kardiovaskuler a. Elastisitas dinding vaskuler menurun,katup jantung menebal dan menjadi kaku. b. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, menyebabkan kontraksi dan volumenya. c. Kehilangan elestisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk, atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan pusing mendadak). d. Tekanan darah meningkat diakibatkan meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer, sistolik normal kurang lebih 170 mmHg, diastolik normal kurang lebih 90 mmHg 6. Sistem pengaturan temperatur tubuh Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai termostat, yaitu menetapkan suhu teratur, kemunduran terjadi akibat berbagai faktor yang mempengaruhinya yang sering ditemui antara lain: a. Temperatur tubuh menurun atau hipotermi secara fisiologis kurang lebih 35 derajat celcius ini akibat metabolisme menurun. b. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot
6
7. Sistem Respirasi a. Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktifitas silia b. Paru – paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman bernafas menurun. c. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang d. Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, karbodioksida pada arteri tidak berganti e. Kemampuan untuk batuk berkurang f. Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia. 8. Sistem gastrointestinal a. Kehilangan gigi penyebab utama adanya periondontal disease b. Indra pengecap menurun dan esofagus melebar c. Lambung : rasa lapar menurun asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurun d. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi e. Liver : makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah f. Menciutnya ovari dan uterus g. Atropi payudara h. Pada laki – laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur – angsur. i.
Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun
j.
Selaput lendir menurun
9. Sistem Genitourinaria Ginjal: mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50% fungsi tubulus berkurang. a. Vesika urinaria : otot – otot menjadi lemah, kapasitas menurun sampai 200ml, atau dapat menyebabkan buang air kecil meningkat,
7
vasikaurinaria
susah
dikosongkan
sehingga
mengakibatkan
meningkatnya retensi urin. b. Pembesaran prostat kurang lebih 75 % dialami oleh pria diatas 65 % tahun c. Atrofi vulva 10. Sistem Endokrin a. Produksi dari hampir semua hormon menurun. b. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah. c. Pitutari: pertumbuhan hormon ada terapi lebih rendah dan hanya didalam pembuluh darah,berkurangnya produksi dari ACT,TSH,FSH dan LH. d. Menurunnya aktifitas tiroid menurunnya BMR dan daya pertukaran zat e. Menurunnya produksi aldosteron f. Menurunnya
sekresi
hormon
kelamin,
misalnya
progesteron,
estrogen dan testosteron 11. Sistem kulit a. Kulit keriput atau mengkerut b. Permukaan kulit kasar dan bersisik c. Menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun. d. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu. e. Rambut dan hidung dan telinga menebal. f. Berkurangnya elastisitas kulit akibat dari menurunnya cairan dan vaskularitas g. Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara berlebihan, kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya. h. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
8
12. Sistem muskoloskeletal a. Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh b. Kiposis, pinggang lutut dan jari – jari pergelangan terbatas geraknya. c. Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek. d. Persendian membesar dan kaku e. Tendon mengerut dan mengalami sklerosis f.
Atropi serabut otot, sehingga gerak menjadi lambat, otot kram dan tremor.
B. TUGAS PERKEMBANGAN LANSIA
Peck mengonseptualisasikan tiga tugas yang berisi pengaruh dari hasil konflik antara perbedaan integritas dan keputusasaan.
Perbedaan ego versus preokupasi peran kerja. Tugas ini membutuhkan pergeseran sistem nilai seseorang, yang memungkinkan lansia untuk mengevaluasi ulang mendefinisikan kembali pekerjaan mereka. Penilaian ulang ini mengrahkan lansia untuk mengganti peran yang sudah hilang dengan peran dan aktivitas baru. Selanjutnya, lansia mampu menemukan cara-cara baru memandang diri mereka sendiri sebagai orangtua dan okupasi.
Body transcendence versus preokupasi tubuh. Sebagian besar lansia mengalami beberapa penurunan fisik. Untuk beberapa orang, kesenangan dan kenyamanan berarti kesejahteraan fisik. Orang-orang tersebut mungkin mengalami kesulitan terbesar dalam mengabaiakan status fisik mereka. Orang lain memiliki kemampuan untuk terlibat dalam kesenangan psikologi dan aktivitas sosial sekalipun mereka mengalami perubahan dan ketidaknyamanan fisik. Peck mengemukakan bahwa dalam sistem nilai mereka, ”sumber -sumber kesenangan sosial dan mental dan rasa menghormati diri sendiri mengabaikan kenyamanan fisik semata.”
Transendensi ego versus preokupasi ego. Peck mengemukakan bahwa cara paling konstruktif untuk hidup di tahun-tahun terakhir dapat didefinisikan dengan : ”hidup secara dermawan dan tidak egois yang
9
merupakan prospek dari kematian personal-the night of the ego, yang bisa disebut-paras dan perasaan kurang penting dibanding pengetahuan yang telah diperoleh seseorang untuk masa depan yang lebih luas dan lebih panjang daripada yang dapat dicakup oleh ego seseorang.” manusia menyelesaikan hal ini melalui warisan mereka, anak-anak mereka, kontribusi mereka pada masyarakat, dan persahabatan mereka. Mereka ”ingin membuat hidup lebih aman, lebih bermakna, atau lebih bahagia bagi orang-orang yang meneruskan hidup setelah kematian.” Untuk mengklarifikasi, ”individu yang panjang umur cenderung lebih khawatir tentang apa yang mereka lakukan daripada tentang siapa mereka sebenarnya, mereka hidup di luar diri mereka sendiri daripada kepribadian mereka sendiri secara egosentris.(Stanley & Beare, 2006).
C. PERMASALAHAN YANG TIMBUL PADA LANSIA
Berikut ini kita bicarakan masalah kesehatan lansia. 1. Permasalah Umum a. Besarnya jumlah penduduk lansia dan tingginya prosentase kenaikan lansia memerlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan dan pembinaan kesehatan bagi lanjut usia. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2000 akan meningkat menjadi 209.535.49. jiwa dan jumlah lansianya 15.262.199., berarti 7.28% (Anwar,1994 ). Menurut Kinsilla dan Taeuber ( 1993) peningkatan penduduk lansia dalam waktu 1990-2000 sebesar 41% dan merupakan yang tertinggi didunia ( Darmojo, 1999:1). b. Jumlah lansia miskin makin banyak c. Nilai perkerabatan melemah, tatanan masyarakat makin individualistik d. Rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga profesional yang melayani lansia e. Terbatasnya sarana dan fasilitas pelayanan bagi lansia f.
Adanya dampak pembangunan yang merugikan seperti urbanisasi dan popuilasi pada kehidupan dan penghidupan lansia.
10
2. Permasalahan Khusus a. Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia Perubahan normal ( alami ) tidak dihindari cepat dan lambatnya perubahan dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, sosial, ekonomi dan medik. Perubahan akan terlihat pada jaringan organ tubuh seperti: kulit menjadi kering dan keriput, rambut beruban dan rontok, penglihatan menurun sebagian dan menyeluruh, pendengaran juga berkurang, daya penciuman berkurang,tinggi badan menyusut karena proses ostoporosis yang berakibat badan bungkuk, tulang keropos masanya berkurang, kekuatan berkurang dan mudah patah, elastisitas jaringan paru berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi pengurangan fungsi organ di dalam perut, dinding pembuluh darah menebal dan terjadi peningkatan tekanan darah, otot bekerja tidak efisien, terjadi penurunan fungsi organ reproduksi terutama ditemukan pada wanita, otak menyusut dan reaksi menjadi lambat terutama pada pria dan sexsualitas tidak selalu menurun b. Terjadi perubahan abnormal pada fisik lansia Perubahan fisik pada lansia dapat diperbaiki dan dapat dihilangkan melalui nasehat atau tindakan medik. Perubahan yang terjadi misalnya: katarak, kelainan sendi, kelainan prostat dan inkotenensia
D. SIKAP PERAWAT TERHADAP LANSIA
Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari dan memberikan pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi di berbagai tatanan dan membantu orang lanjut usia tersebut untuk mencapai dan mempertahankan fungsi yang optimal. Perawat gerontologi mengaplikasikan dan ahli dalam memberikan pelayanan kesehatan utama pada lanjut usia dank keluarganya dalam berbagai tatanan pelayanan. Peran lanjut perawat tersebut independen dan kolaburasi dengan tenaga kesehatan profesional. Lingkup praktek keperawatan gerontologi adalah memberikan asuhan keperawatan, malaksanakan advokasi dan bekerja untuk memaksimalkan
11
kemampuan atau kemandirian lanjut usia, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan, mencegah dan meminimalkan kecacatan dan menunjang proses kematian yang bermartabat. Perawat gerontologi dalam prakteknya menggunakan managemen kasus, pendidikan, konsultasi , penelitian dan administrasi. Penting bagi perawat untuk mengkaji sikapnya pada penuaan karena sikap tersebut mempengaruhi asuhan keperawatan. Untuk memberi asuhan yang efektif, perawat harus menciptakan sikap positif terhadap lansia. Sikap negatif dapat mengakibatkan penurunan rasa nyaman, adekuat, dan kesejahteraan klien. Lebih jauh lagi, sikap tersebut dapat menyebabkan penurunan kualitas asuhan. Klien dalam fasilitas perawatan jangka panjang memberi tantangan khusus bagi perawat. Klien ini sering kali memandang diri sendiri sebagai pecundang, dan mungkin masyarakat juga memandang mereka seperti itu. Perawat dapat meningkatkan kemandirian dan harga diri klien yang merasa bahwa hidup tidak lagi berharga. Perawat harus menjelaskan sikap pribadi dan nilai tentang lansia untuk memberikan perawatan paling efektif. Usia, pendidikan, pengalaman kerja, dan lembaga pekerjaan seorang perawat mempengaruhi stereotip. Pengalaman pribadi dengan lansia sebagai anggota keluarga dapat juga mempengaruhi sikap. Karena lansia menjadi lebih lazim dalam pelayanan kesehatan, maka penting sekali bagi perawat untuk mengembangkan pendekatan asuhan yang positif bagi klien lansia.
Pendekatan perawatan lanjut usia a. Pendekatan fisik Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu :
- Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain.
- Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami kelumpuhan atau sakit. b. Pendekatan psikis Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai
12
supporter, interpreter terhadap sega a sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. c. Pendekatan sosial Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya perawatan dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul bersama dengan sesama klien lanjut usia untuk menciptakan sosialisasi mereka.
13
BAB II PROSES KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian multidimensional meliputi kesehatan mental dan fisik, fungsi tubuh, dan situasi social. Pengkajian yang difokuskan pada pengkajian unutk etiologi fisiologis, psikologis, dan lingkungan dari kondisi gangguan mental pada lanjut usia yag dirawat (Kushariyadi, 2010). Menurut Anderson E dan McFarlene, dalam model asuhan keperawatan pengkajian secara umum meliputi inti komunitas yaitu penduduk serta delapan subsistem yang mempengaruhinya. Inti komunitas, perlu dikaji tentang pendidikan, pekerjaan, agama, keyakinan/nilai yang dianut serta data-data tentang subsistem sebagai berikut :
1. Data inti
a. Demografi, Karekteristik Umur Dan Sex, Vital Statistik Data demograf kelompok atau komunitas yang terdiri : jumlah penduduk lansia dalam wilayah, umur, pendidikan, jenis kelamin, vital stastistik, pekerjaan, agama, nilai – nilai, keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas yang dapat dicontohkan sebagai berikut : Jumlah penduduk
: 987 jiwa
a) Laki – laki
: 523 jiwa
b) Perempuan
: 464 jiwa
b. Pendidikan penduduk
: Para penduduk mayoritas berpendidikan
hingga lulus SLTA dan beberapa diantaranya perguruan tinggi. c. Suku Bangsa d. Status perkawinan
: Suku Jawa : Menikah dan kebanyakan penduduk di
komunitas tersebut adalah janda (lansia) karena kebanyakan pasangannya meninggal.
14
e. Nilai dan kepercayaan
: Nilai dan norma para masyarakat masih
mengenal nilai kesopanan, gotong royong dan kerukunan antar warganya. Hal ini dapat dilihat dari adanya kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang masih terus berjalan. Seperti: kerja bakti, arisan, dan takziyah. f. Agama
:
Mayoritas
beragama
Islam
dan
beberapa diantaranya beragama nasrani
2. Data subsistem
a. Lingkungan fisik 1) Kualitas udara Keadaan udara di daerah tempat tinggal lansia beriklim sejuk atau panas, apakah terdapat polusi udara yang dapat mengganggu pernafasan warga atau tidak. 2) Kualitas air Sumber air yang digunakan warga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, keadaan saluran air disekitar rumah. 3) Tingkat kebisingannya Adanya sumber suara / bising yang dapat mengganggu keadaan lansia, contohnya seperti pabrik. 4) Jarak antar rumah/ kepadatan Jarak antar rumah satu dengan yang lainnya, apakah saling berdempetan. b. Pendidikan Riwayat pendidikan, pendidikan terakhir dan juga apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan warga. c. Keamanan dan transportasi Keadaan penjagaan lingkungan sekitar seperti adanya siskamling, satpam atau polisi. Apakah dari keamaan tersebut menimbulkan stress
15
atau tidak. Sarana transportasi yang digunakan warga untuk mobilisasi sehari menggunakan kendaraan umum atau kendaraan pribadi. d. Politik dan pemerintahan Kebijakan yang ada didaerah tersebut apakah cukup menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapat pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan. e. Pelayanan social dan kesehatan Tersedianya tempat pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan) untuk melakukan deteksi dini gangguan atau merawat atau memantau apabila gangguan sudah terjadi serta karakteristik pemakaian fasilitas pelayanan kesehatan. f.
Komunikasi Sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di komunitas tersebut untuk saling berkomunikasi antar warga atau untuk mendapatkan informasi dari luar misalnya televisi, radio, koran, atau leaflet yang diberikan kepada komunitas.
g. Ekonomi Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan, masih bekerja atau tidak, bagaimana dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. h. Rekreasi Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah biayanya terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan komunitas untuk mengurangi stress.
B. ANALISIS DATA 1. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan mengandung komponen utama yaitu : a. Problem (masalah) Problem merupakan kesenjangan atau pe nyi mpa nga n dar i keada an no rm al ya ng seha rus nya ter ja d i
16
b. Etiologi (penyebab) Menunjukkan penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat memberikan arah terhadap intervensi keperawatan, yang meliputi :
Perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Lingkungan fisik, biologis, psikologis dan sosial
Interaksi perilaku dan lingkungan
Sign atau siymptom (tanda atau gejala )
Informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa
Serangkaian petunjuk timbulnya masalah
Perumusan diagnosis keperawatan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu : 1. Dengan rumus PE S Rumus DK
:
DK = P + E + S
: Diagnosis Keperawatan
P
: Problem atau masalah
E
: Etiologi
S
: Siymptom atau gejala
2. Dengan rumus PE Rumus DK
DK = P + E
: Diagnosis Keperawatan
P
: Problem atau masalah
E
: Etiologi
Jadi menegakkan diagnosis keperawatan minimal harus mengandung 2 komponen tersebut diatas, disamping mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : a. Kemampuan masyarakat untuk menanggulangi masalah. b. Sumber daya yang tersedia dari masyarakat c. Partisipasi dan peran serta masyarakat.
17
Contoh diagnosis keperawatan komunitas lansia : 1. Resiko terjadi penurunan derajat kesehatan pada usia lanjut
di desa X sehubungan dengan :
Tidak adanya pembinaan pada usia lanjut
Tidak adanya wadah pada usia lanjut untuk meningkatkan kesehatan usila
Kurangnya informasi tentang kesehatan usia l anjut yang dimanifestasikan dengan jumlah usia lanjut : 200 orang, pe nya ki t ya ng di de ri ta us ia lan jut : reu ma tik : 52 ,8 %, hipertensi : 32,42 % , katarak : 7 %, diabetes mellitus : 5,2 %, dan lain-lain : 3,29 dan usia lanjut yang memeriksakan kesehatannya tidak teratur : 45,4 %.
2. Resiko terjadi peningkatan angka kesakitan pada lansia di
desa X berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat dalam memelihara kesehatan lansia, yang ditandai dengan
Jumlah lanjut usia: 51 orang.
Lansia yang mengalami keluhan penyakit: 70,59 %
Jenis penyakit yang derita lansia: asma : 5,88 %, TB Paru : 3,92 %, hipertensi, 27,45 %, DM : 3,92 %, reumatik : 31,37 %, katarak: 1,95 % dan lain – lain 25,49%
Upaya lansia untuk mencegah penyakit : Non medis : 13,88 % dan diobati sendiri 8,33%.
Lansia yang tidak mengisi waktu luang dengan kegiatan tertentu: 23,5 %
Belum adanya posyandu lansia.
18
2. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan tindakan
keperawatan
keperawatan
adalah
yang
akan
penyusunan
rencana
dilaksanakan
untuk
mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pa sien . (P us di kl at DJ J Ke pe rawa tan) . Perencanaan disusun
asuhan
berdasarkan
keperawatan diagnosa
kesehatan
keperawatan
masyarakat yang
telah
ditetapkan dan rencana keperawatan yang disusun harus mencakup : 1) Perumusan tujuan (jangka panjang dan tujuan jangka pe nd ek /cri teria ha sil ) 2) Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan (dijabarkan dalam POA) 3) Indikator hasil untuk menilai pencapaian tujuan tindakan
3. Perumusan Tujuan
Dalam merumuskan tujuan harus memenuhi kriteria s ebagai be ri ku t 1) Berfokus pada masyarakat 2) Jelas dan singkat 3) Dapat diukur dan diobservasi 4) Realistik 5) Ada target waktu 6) Melibatkan peran serta masyarakat.
4. Rencana Tindakan Keperawatan
Langkah-langkah dalam perencanaan perawatan kesehatan masyarakat 1) Identifikasi alternatif tindakan keperawatan 2) Tetapkan tehnik dan prosedur yang akan digunakan.
19
3) Melibatkan peran serta m asyarakat dalam menyusun pe rencan aa n mel al ui ke gi ata n : mus ya warah ma sya raka t desa atau lokakarya mini. 4) Pertimbangkan sumber da ya masyarakat dan fasilitas yang tersedia 5) Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi kebutuhan yang sangat dirasakan masyarakat. 6) Mengarah kepada tujuan yang akan dicapai 7) Tindakan harus bersifat realistic 8) Disusun secara berurutan.
20