ASESMEN KINERJA PRAKTIKUM PENEMUAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG KONSEP RANGKAIAN HAMBATAN LISTRIK DAN HUKUM KIRCHHOFF
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan IPA Pada Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Oleh: ERWIN 039302
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2005
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
Pembimbing I
Prof. Dr. Asmawi Zainul, M. Ed.
Pembimbing II
Dr. Eng. Agus Setiawan, M.Si.
Mengetahui, Ketua Program Studi Pendidikan IPA Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Prof. Dr. H. Achmad. A. Hinduan, M. Sc.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Asesmen Kinerja Praktikum Penemuan dan Hubungannya dengan Pemahaman Siswa Tentang Konsep Rangkaian Hambatan Listrik dan Hukum Kirchhoff” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Juli 2005 Yang membuat pernyataan,
Erwin
ASESMEN KINERJA PRAKTIKUM PENEMUAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG KONSEP RANGKAIAN HAMBATAN LISTRIK DAN HUKUM KIRCHHOFF (Erwin, NIM 039302)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara kinerja saat praktikum dengan pemahaman konsep siswa tentang konsep rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif korelasional. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas I salah satu SMA Negeri di Kabupaten OKU Timur, Sumatera Selatan yang berjumlah 40 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui tes, angket, dan observasi. Pengolahan data dilakukan dengan analisis korelasional sesuai dengan jenis data yang diolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja siswa saat praktikum mempunyai hubungan positif dengan pemahaman konsep siswa. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien korelasi Jaspen’s yang dikonversi ke dalam korelasi Pearson sebesar r = 0,67. Analisis hubungan kinerja dengan pemahaman menggunakan korelasi product momen memperoleh koefisien korelasi r = 0,59. Penerapan penilaian kinerja ternyata dapat mempengaruhi pemahaman konsep siswa sebesar 23,90 %. Kinerja siswa saat praktikum pada penelitian ini tergolong baik karena siswa secara rata-rata telah melakukan 79,17 % tugas (task) dari semua tugas yang diberikan. Siswa juga telah mampu memahami konsep sebesar 76,25 %. Tanggapan siswa terhadap konsep, praktikum, dan penilaian praktikum juga tergolong baik karena rata-rata siswa memperoleh skor 3,29 pada skala 4. Sebagai implikasi dari hasil penelitian ini, disarankan kepada guru untuk menerapkan penilaian kinerja agar hasil penilaian lebih adil dan menyeluruh. Guru hendaknya memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada siswa untuk menunjukkan kinerjanya melalui praktikum, sehingga siswa lebih terampil dan memiliki keterampilan hidup yang dapat diterapkan dalam kehidupannya setelah terjun ke masyarakat. Pembelajaran dengan metode praktikum juga mampu memotivasi siswa dan membuat mereka tidak terjebak untuk menghafal pelajaran.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas karunia-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis yang berjudul “Asesmen Kinerja Praktikum Penemuan dan Hubungannya dengan Pemahaman Siswa Tentang Konsep Rangkaian Hambatan Listrik dan Hukum Kirchhoff” ini merupakan salah satu bentuk penelitian deskriptif korelasional. Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan guna meraih gelar Magister Pendidikan pada Progran Studi Pendidikan IPA, konsentrasi
Pendidikan Fisika Sekolah
Lanjutan, Program
Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia. Penelitian ini melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar, yakni dalam kegiatan menyusun rangkaian hambatan listrik dan membaca hasil pengukuran. Melalui penelitian ini diharapkan siswa akan lebih terampil dalam merangkai hambatan listrik dan meningkatkan pemahaman konsep siswa tentang rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff. Penulis menyadari tulisan ini jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang membangun guna perbaikan selanjutnya penulis harapkan. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kemajuan pendidikan di Indonesia.
Bandung,
Penulis
Agustus 2005
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa dukungan dari berbagai pihak dan hanya mengandalkan kemampuan penulis semata yang serba terbatas, penelitian dan penulisan tesis ini tidak mungkin dapat terselesaikan. Karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1.
Bapak Prof. Dr. Asmawi Zainul, M.Ed., selaku pembimbing I sekaligus sebagai direktur Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, yang telah memberikan bimbingan dengan sepenuh hati, cepat, sabar, dan selalu memotivasi selama penyusunan proposal sampai pelaporan hasil penelitian.
2.
Bapak Dr. Agus Setiawan selaku pembimbing II, yang juga telah memberikan bimbingan dan motivasi dengan penuh perhatian dan ketelitian dari sejak penulisan proposal sampai selesai penulisan tesis ini.
3.
Bapak Prof. Dr. H. Djam’an Satori, M.A., sebagai Asisten Direktur I Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia yang telah memberikan kemudahan-kemudahan dalam urusan akademik, sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan cepat.
4.
Ibu Prof. Dr. Nuryani Rustaman, sebagai Asisten Direktur II Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia sekaligus sebagai dosen pada Program Studi Pendidikan IPA, yang telah banyak memberikan dorongan, bimbingan,
dan
bantuan
baik
selama
membimbing penulis menyelesaikan tesis ini.
perkuliahan
maupun
dalam
5.
Bapak Prof. Dr. H. Achmad A. Hinduan, M.Sc., selaku Ketua Program Studi Pendidikan IPA Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia yang tidak bosan-bosan membimbing, memotivasi, memberi masukan, dan arahan kepada penulis dari awal perkuliahan sampai selesai penyusunan tesis ini.
6.
Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan IPA di Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, yang telah memberikan bekal ilmu yang sangat bermanfaat bagi pengembangan wawasan penulis.
7.
Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ulu yang telah memberikan izin belajar kepada penulis di Program Studi Pendidikan IPA, konsentrasi Pendidikan Fisika ,Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
8.
Bapak Sumono, S.Pd. selaku Kepala SMA Negeri I Buay Madang OKU Timur, Sumatera Selatan, yang telah memberikan izin serta kesempatan untuk melaksanakan penelitian dan bantuan selama pelaksanaan penelitian.
9.
Teman-teman sejawat Guru SMAN Negeri 1 Buay Madang yang telah bersedia bekerja sama dan membantu melakukan observasi saat siswa praktikum .
10. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan IPA Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia yang telah memberikan sumbangan moril dan materil dalam penulisan tesis ini. 11. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan bantuan untuk penyelesaian tesis ini.
Penghargaan yang tak terhingga dan rasa hormat penulis sampaikan kepada Ibunda tercinta Masdalifah dan ayahanda tercinta Nasaruddin Pohan (alm), kakanda Relawati Pohan sekeluarga, Abanghanda Khondak Martua Pohan sekeluarga, Abanghanda Zakaria Pohan, abanghanda Irwan Pohan sekeluarga dan adinda Riyadi Pohan sekeluarga, atas motivasi serta doa yang tiada terputus dipanjatkan kepada Allah SWT untuk kesuksesan penulis. Demikian pula kepada Bapak Angkat saya H. Nurdin bin Masrudin sekeluarga dan Drs. Hamdi Akhsan, M.Si. sekeluarga yang memberikan dorongan dan dukungan sepenuhnya. Kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan semoga amal baik Bapak/Ibu/Saudara mendapat imbalan dari Allah SWT dan Allah senantiasa melimpahkan hidayah-Nya kepada kita semua.
Bandung, Agustus 2005
Penulis.
DAFTAR ISI ABSTRAK ..............................................................................................
i
KATA PENGANTAR ............................................................................
ii
DAFTAR ISI ...........................................................................................
vi
DAFTAR TABEL ...................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................
1
A. Latar Belakang ...................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................
5
C. Pembatasan Masalah ..........................................................................
6
D. Tujuan Penelitian. ..............................................................................
6
E. Manfaat Penelitian .............................................................................
7
F. Hipotesis ............................................................................................
7
G. Definisi Operasional ..........................................................................
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................
10
A. Asesmen Kinerja (Performance Assessment) ....................................
10
1. Pengertian Asesmen Kinerja..........................................................
10
2. Manfaat dan Kelebihan Asesmen Kinerja .....................................
11
3. Tugas-tugas Kinerja (task) dan Kriteria Penilaian (Rubrik) .........
13
B. Model Belajar Penemuan dan Penerapannya dalam Pembelajaran. ..........................................................................
19
C. Pembelajaran rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff di SMA ..............................................................................
22
D. Hasil Penelitian yang relevan.............................................................
25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................
28
A. Desain Penelitian ...............................................................................
28
B. Populasi dan Sampel ..........................................................................
30
C. Teknik Pengumpulan Data.................................................................
31
D. Analisis Data ......................................................................................
36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................
43
A. Hasil Penelitian .................................................................................
43
B. Pembahasan .......................................................................................
52
1.
Analisis Pemahaman, Kinerja, dan Tanggapan Siswa ...............
2.
Hubungan Antara Kinerja dengan Pemahaman Konsep
52
Siswa ...........................................................................................
55
3.
Perbedaan Kinerja Siswa Laki-laki dengan Siswa Perempuan...
60
4.
Hubungan Antara Tanggapan Siswa dengan Kinerja Siswa Saat Praktikum ................................................................
62
Perbedaan Tanggapan Siswa Terhadap Konsep Rangkaian Hambatan Listrik Dan Hukum Kirchhoff, Kegiatan Praktikum dan Penilaian Praktikum Antara Siswa Yang Pemahaman Konsepnya Baik, Sedang dan Kurang ......................................
66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................
72
A. Kesimpulan .......................................................................................
72
B. Saran .................................................................................................
74
C. Keterbatasan Penelitian .....................................................................
76
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
77
5.
LAMPIRAN-LAMPIRAN : A. MODEL BELAJAR PRAKTIKUM PENEMUAN ..........................
80
B. LEMBARAN KERJA SISWA (LKS) ...............................................
90
C. KISI-KISI...........................................................................................
101
D. INSTRUMEN ...................................................................................
115
E. ANALISIS UJI COBA INSTRUMEN .............................................
136
F. DATA HASIL PENELITIAN ..........................................................
168
G. UJI NORMALITAS DATA .............................................................
180
H. ANALISA DATA .............................................................................
185
I
186
BIODATA PENULIS .......................................................................
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Instrumen Untuk Mengamati Keterampilan Praktek .....................
17
3.1
Teknik Pengumpulan Data .............................................................
36
3.2
Skor tanggapan siswa terhadap konsep, kegiatan praktikum, dan penilaian praktikum ..................................................................
37
3.3
Pengkategorian Skor Siswa ............................................................
37
4.1
Hasil Perhitungan Skor Siswa ........................................................
44
4.2A Koefisien Korelasi Antara Tiap Variabel Secara Keseluruhan (Gabungan Laki-laki-Perempuan) ..................................................
45
4.2B Koefisien Korelasi Antara Tiap Variabel (per indikator) Secara Keseluruhan (Gabungan Laki-laki-Perempuan) ............................
45
4.3A Koefisien Korelasi Antara Tiap Variabel untuk Siswa Laki-laki ...
45
4.3B Koefisien Korelasi Antara Tiap Variabel untuk Siswa Laki-laki (per indikator) .................................................................................
45
4.4A Koefisien Korelasi Antara Tiap Variabel untuk Siswa Perempuan
46
4.4B Koefisien Korelasi Antara Tiap Variabel untuk Siswa Perempuan (per indikator) .................................................................................
46
4.5
Hasil Uji Normalitas Data Pemahaman, Kinerja, dan Tanggapan .
50
4.6
Analisis Varians Regresi untuk Uji Independensi dan Linieritas Y atas X(Kinerja – Pemahaman) ....................................................
58
Analisis Varians Regresi untuk Uji Independensi dan Linieritas Y atas X (Tanggapan – Kinerja) .....................................................
64
Analisis Varians Regresi untuk Uji Independensi dan Linieritas Y atas X (tanggapan – Pemahaman) ...............................................
69
4.7
4.8
E1
Rekapitulasi Skor Pemahaman Konsep Siswa Hasil Uji Coba .......
137
E2
Tabel Persiapan Menghitung Koefisien Validitas Butir Soal .........
138
E3
Rekapitulasi Validitas Butir Soal ...................................................
140
E4
Tabel Persiapan Menghitung Koefisien Reliabilitas Soal tes .........
141
E5
Rekapitulasi Hasil Analisis Soal dan Keputusan ............................
148
E6
Rekapitulasi Skor Tanggapan Siswa Terhadap Konsep, Kegiatan Praktikum, dan Penilaian Praktikum ..............................................
152
E7
Tabel Persiapan Menghitung Koefisien reliabilitas angket ............
153
E8
Rekapitulasi Skor Kinerja Siswa Tentang Hukum I Kirchhoff Hasil Uji Coba ................................................................................
158
Rekapitulasi Skor Kinerja Siswa Tentang Rangkaian Seri Hambatan Listrik Hasil Uji Coba .....................................................................
159
E9
E10 Rekapitulasi Skor Kinerja Siswa Tentang Rangkaian Paralel Hambatan Listrik Hasil Uji Coba ..................................................................... 160 E11 Rekapitulasi Skor Kinerja Siswa Tentang Hukum II Kirchhoff Hasil Uji Coba ................................................................................
161
E12 Rekapitulasi Skor Total Kinerja Siswa Hasil Uji Coba ..................
162
E13 Tabel Persiapan Menghitung Koefisien reliabilitas Lembar Observasi Kinerja Siswa ...................................................
163
F1
Rekapitulasi Skor Pemahaman Konsep Siswa ...............................
169
F2
Rekapitulasi Skor Kinerja Siswa Tentang Hukum I Kirchhoff ......
170
F3
Rekapitulasi Skor Kinerja Siswa Tentang Rangkaian Seri Hambatan ................................................................................
171
Rekapitulasi Skor Kinerja Siswa Tentang Rangkaian Paralel Hambatan ............................................................................
172
F5
Rekapitulasi Skor Kinerja Siswa Tentang Hukum II Kirchhoff......
173
F6
Rekapitulasi Skor Total Kinerja Siswa Hasil .................................
174
F4
F7
Data Skor Tanggapan Siswa ...........................................................
175
F8
Skor Tanggapan Terhadap Konsep, Praktikum, dan Penilaian Praktikum. ................................................................. Skor Pemahaman Siswa Laki-laki ..................................................
176 177
F10 Skor Pemahaman Siswa Perempuian ..............................................
177
F11 Skor Kinerja Siswa Laki-laki ..........................................................
177
F12 Skor Kinerja Siswa Perempuan ......................................................
177
F13 Skor Tanggapan Siswa Laki-laki ....................................................
178
F14 Skor Tanggapan Siswa Perempuan ................................................
178
F15 Skor Tanggapan Siswa Laki-laki Terhadap Konsep .......................
178
F16 Skor Tanggapan Siswa Perempuan Terhadap Konsep ...................
178
F17 Skor Tanggapan Siswa Laki-laki Terhadap Pelaksanaan Praktikum
179
F18 Skor Tanggapan Siswa Perempuan Terhadap Pelaksanaan Praktikum
179
F19 Skor Tanggapan Siswa Laki-laki Terhadap Penilaian Praktikum ..
179
F20 Skor Tanggapan Siswa Perempuan Terhadap Penilaian Praktikum
179
G1
Tabel Persiapan untuk Uji Normalitas Skor Pemahaman ...............
181
G2
Tabel Persiapan untuk Uji Normalitas Skor Tanggapan .................
182
G3
Tabel Persiapan untuk Uji Normalitas Skor Kinerja ......................
183
H1
Tabel Persiapan untuk Menghitung Simpangan Baku Sy Hubungan Kinerja dengan Pemahaman ..........................................
186
Tabel Persiapan untuk Menghitung Koefisien Korelasi Jaspen’s dan Pearson .....................................................................................
187
Tabel Persiapan untuk Menghitung Koefisien Korelasi Kinerja Dengan Pemahaman .......................................................................
188
H3.1 Tabel Persiapan untuk Menghitung a dan b (Kinerja – Pemahaman) ..................................................................
190
F9
H2
H3
H4
Tabel Persiapan untuk Menghitung Chi Kuadrat (Kinerja – Pemahaman). ..................................................................
Tabel Persiapan untuk Menghitung Koefisien Korelasi Kinerja denganTanggapan ........................................................................... H5.1 Tabel Persiapan untuk Menghitung a dan b (Kinerja – Tanggapan) ....................................................................
192
H5
H6
193 195
Tabel Persiapan untuk Menghitung Koefisien Korelasi tanggapan dengan Pemahaman .......................................................
197
H6.1 Tabel Persiapan untuk Menghitung a dan b (Tanggapan - Pemahaman) ..............................................................
199
H7
Tabel Persiapan untuk Menghitung Koefisien Korelasi Tanggapan Terhadap Konsep dengan Pemahaman Konsep ...........
201
Tabel Persiapan untuk Menghitung Koefisien Korelasi Tanggapan Terhadap Praktikum dengan Pemahaman Konsep .........................
203
Tabel Persiapan untuk Menghitung Koefisien Korelasi Tanggapan Terhadap Penilaian Praktikum dengan Pemahaman Konsep .........
205
H10 Tabel Persiapan untuk Menghitung Koefisien Korelasi Tanggapan Terhadap Konsep dengan Kinerja ..................................................
207
H11 Tabel Persiapan untuk Menghitung Koefisien Korelasi Tanggapan Terhadap Praktikum dengan Kinerja ..............................................
209
H12 Tabel Persiapan untuk Menghitung Koefisien Korelasi Tanggapan Terhadap Penilaian Praktikum dengan Kinerja .............................
211
H13 Tabel Persiapan untuk Menghitung Koefisien Korelasi Tanggapan Terhadap Konsep dengan Tanggapan Terhadap Praktikum ...........
213
H14 Tabel Persiapan untuk Menghitung Koefisien Korelasi Tanggapan Terhadap Konsep dengan Tanggapan Terhadap Penilaian Praktikum ........................................................................................
215
H15 Tabel Persiapan untuk Menghitung Koefisien Korelasi Tanggapan Terhadap Praktikum dengan Tanggapan Terhadap Penilaian Praktikum.........................................................................................
217
H16 Tabel Persiapan untuk Menghitung Chi Kuadrat (Perrbedaan Tanggapan terhadap konsep antara Siswa yang Pemahaman Konsepnya Baik, Sedang, dan Kurang) ..........................................
219
H8
H9
H17 Tabel Persiapan untuk Menghitung Chi Kuadrat (Perrbedaan Tanggapan terhadap Praktikum antara Siswa yang Pemahaman Konsepnya Baik, Sedang, dan Kurang) ..........................................
220
H18 Tabel Persiapan untuk Menghitung Chi Kuadrat (Perrbedaan Tanggapan terhadap Penilaian Praktikum antara Siswa yang Pemahaman Konsepnya Baik, Sedang, dan Kurang) .....................
221
H19 Tabel Persiapan untuk Menghitung Koefisien Kolmogorov-Smirnov (Perbedaan Kinerja siswa Laki-laki dengan Perempuan) ...............
222
H20 Tabel Persiapan untuk Menghitung harga thitung (Perbedaan Kinerja siswa Laki-laki dengan Perempuan) ...............
223
H21 Tabel Persiapan untuk Menghitung Koefisien Korelasi Kinerja dengan Pemahaman Konsep Siswa Laki-laki..................................
224
H22 Tabel Persiapan untuk Menghitung Koefisien Korelasi Kinerja dengan Tanggapan Siswa Laki-laki ................................................
225
H23 Tabel Persiapan untuk Menghitung Koefisien Korelasi Tanggapan dengan Pemahaman Konsep Siswa Laki-laki ..............
226
H24 Tabel Persiapan untuk Menghitung Koefisien Korelasi Tanggapan Terhadap Konsep dengan Pemahaman Konsep Siswa Laki-laki ................................................................................
227
H25 Tabel Persiapan untuk Menghitung Koefisien Korelasi Tanggapan Terhadap Praktikum dengan Pemahaman Konsep Siswa Laki-laki ...............................................................................
228
H26 Tabel Persiapan untuk Menghitung Koefisien Korelasi Tanggapan Terhadap Penilaian Praktikum dengan Pemahaman Konsep Siswa Laki-laki ..................................................................
229
H27 Tabel Persiapan untuk Menghitung Koefisien Korelasi Tanggapan Terhadap Konsep dengan Kinerja Siswa Laki-laki .....
230
H28 Tabel Persiapan untuk Menghitung Koefisien Korelasi Tanggapan Terhadap Praktikum dengan Kinerja Siswa Laki-laki .. .............................................................................
231
H29 Tabel Persiapan untuk Menghitung Koefisien Korelasi Tanggapan Terhadap Penilaian Praktikum dengan Kinerja Siswa Laki-laki ...............................................................................
232
H30 Tabel Persiapan untuk Menghitung Koefisien Korelasi Tanggapan Siswa Laki-laki Terhadap Konsep dengan Tanggapan Siswa Laki-laki Terhadap Praktikum ...........................
233
H31 Tabel Persiapan untuk Menghitung Koefisien Korelasi Tanggapan Siswa Laki-laki Terhadap Konsep dengan Tanggapan Siswa Laki-laki TerhadapPenilaian Praktikum.............
234
H.32 Tabel Persiapan untuk Menghitung Koefisien Korelasi TanggapanSiswa Laki-laki Terhadap Praktikum dengan Tanggapan Siswa Laki-laki Terhadap Penilaian Praktikum ...........
235
H33 Tabel Persiapan untuk Menghitung Koefisien Korelasi Kinerja dengan Pemahaman Konsep Siswa Perempuan .................
236
H34 Tabel Persiapan untuk Menghitung Koefisien Korelasi Kinerja Dengan Tanggapan Siswa Perempuan.............................................
237
H35 Tabel Persiapan untuk Menghitung Koefisien Korelasi Tanggapan dengan Pemahaman Konsep Siswa Perempuan............
239
H36 Tabel Persiapan untuk Menghitung Koefisien Korelasi Tanggapan Terhadap Konsep dengan Pemahaman Konsep Siswa Perempuan................................................................
240
H37 Tabel Persiapan untuk Menghitung Koefisien Korelasi Tanggapan Terhadap Praktikum dengan Pemahaman Konsep Siswa Perempuan................................................................
241
H38 Tabel Persiapan untuk Menghitung Koefisien Korelasi Tanggapan Terhadap Penilaian Praktikum dengan Pemahaman Konsep Siswa Perempuan ...........................................
242
H39 Tabel Persiapan untuk Menghitung Koefisien Korelasi Tanggapan Terhadap Konsep dengan Kinerja Siswa Perempuan.............................................................................
243
H40 Tabel Persiapan untuk Menghitung Koefisien Korelasi Tanggapan Terhadap Praktikum dengan Kinerja Siswa Perempuan.............................................................................
244
H41 Tabel Persiapan untuk Menghitung Koefisien Korelasi Tanggapan Terhadap Penilaian Praktikum dengan Kinerja Siswa Perempuan................................................................
245
H42 Tabel Persiapan untuk Menghitung Koefisien Korelasi Tanggapan Siswa Perempuan Terhadap Konsep dengan Tanggapan Siswa Perempuan Terhadap Praktikum .......................
246
H43 Tabel Persiapan untuk Menghitung Koefisien Korelasi Tanggapan Siswa Perempuan Terhadap Konsep dengan Tanggapan Siswa Perempuan TerhadapPenilaian Praktikum .........
247
H44 Tabel Persiapan untuk Menghitung Koefisien Korelasi Tanggapan Siswa Perempuan Terhadap Praktikum dengan Tanggapan Siswa Perempuan Terhadap Penilaian Praktikum .......
248
DAFTAR GAMBAR
Gambar
3.1
Desain Hubungan antara Variabel Penelitian ................................
29
4.1
Diagram Prosentase Siswa yang Pemahamannya Baik, Sedang, dan Kurang.......................................................................................
47
Diagram Prosentase Siswa yang Kinerjanya Baik, Sedang, dan Kurang ............................................................................................
48
Diagram Prosentase Siswa yang Tanggapannya Baik, Sedang, dan Kurang ............................................................................................
49
Diagram Prosentase Siswa yang Tanggapannya Terhadap konsep Baik, Sedang, dan Kurang ..............................................................
51
Diagram Prosentase Siswa yang Tanggapannya Terhadap Praktikum Baik, Sedang, dan Kurang ............................................
51
Diagram Prosentase Siswa yang Tanggapannya Terhadap Penilaian Praktikum Baik, Sedang, dan Kurang .............................
52
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Lembaga
pendidikan
persekolahan
seharusnya
memberikan
bekal
keterampilan hidup (life skill) bagi siswanya, sesuai dengan tujuan pendidikan yang tercantum dalam undang-undang sistem pendidikan nasional tahun 2004. Selain itu, pendidikan juga harus mampu meningkatkan berbagai aspek perubahan tingkah laku, baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Sekurangkurangnya melalui pendidikan yang ditempuhnya, warga negara memiliki keterampilan hidup (life skill) yang dapat dimanfaatkannya setelah selesai menempuh pendidikan pada suatu jenjang pendidikan. Hal ini sesuai dengan salah satu kompetensi dari lulusan SMA/MA yaitu mampu mengalihgunakan kemampuan akademik dan keterampilan hidup di masyarakat lokal maupun global (Puskur-Balitbang Depdiknas, 2001). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pusat Kurikulum (Puskur) Depdiknas (dalam Sudrajat H., 2002), selama tahun pelajaran 2001/2002, 88,4 % siswa lulusan SLTA tidak melanjutkan ke perguruan tinggi dan 34,4 % siswa lulusan SLTP tidak melanjutkan ke SLTA. Melihat kenyataan ini, seyogyanya pendidikan yang mereka peroleh dibangku SMP atau SMA dapat mereka gunakan dalam kehidupannya setelah terjun ke masyarakat, sehingga pendidikan dapat berperan mengubah “manusia-beban” menjadi “manusia-produktif” dan pada akhirnya mereka mampu menghidupi diri sendiri dan keluarganya.
1
2
Disamping itu, bagi siswa yang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi pendidikan seharusnya memberikan bekal pengetahuan dan dasar kinerja yang akan mereka butuhkan pada saat menempuh pendidikan pada jenjang yang akan ditempuhnya. Fisika sebagai salah satu bagian dari bahan ajar IPA di sekolah memiliki berbagai bahan kajian yang menarik untuk dipelajari, dipahami, dikembangkan, dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun pada kenyataannya pendidikan fisika selama ini kurang bermanfaat bagi siswa yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi. Hal ini disebabkan pembelajaran fisika umumnya dilakukan dengan metode konvensional (ceramah). Akibatnya, siswa hanya menghapal konsep sehingga mereka tidak mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Sesuai dengan kurikulum 2004, penyampaian bahan kajian materi pelajaran fisika pada umumnya tidak dapat terlepas dari kegiatan praktikum. Kegiatan praktikum dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap penguasaan konsep, karena ada keterkaitan antara teori dan praktikum. Prinsipprinsip yang dikemukakan dalam teori akan dikaji dalam praktikum, demikian pula sebaliknya pengalaman-pengalaman yang diperoleh dalam praktikum dicari dasar-dasarnya dalam teori dan prinsip-prinsip (Sutarno, 1995). Praktikum dapat memberikan penguatan terhadap penguasaan konsep, dan teori yang disampaikan dalam pembelajaran dapat diuji dengan praktikum, sehingga siswa lebih memahami konsep yang disampaikan. Menurut Rustaman (2002), terdapat beberapa alasan dilakukannya kegiatan praktikum, yaitu: pertama, praktikum
3
membangkitkan motivasi belajar sains. Kedua, praktikum mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar melaksanakan eksperimen. Ketiga, praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah, dan keempat, praktikum menunjang pemahaman materi pelajaran. Agar pembelajaran fisika lebih bermakna, pembelajarannya harus banyak didukung oleh praktikum, tetapi praktikum yang tidak disertai oleh penilaian ternyata juga kurang mendorong siswa melakukannya dengan sungguh-sungguh. Oleh sebab itu perlu dilakukan penilaian terhadap kinerja siswa pada saat praktikum, hal ini sesuai dengan hasil penelitian Mahmudah (2000) bahwa penerapan penilaian kinerja dapat memotivasi siswa untuk melakukan kegiatan lebih sungguh-sungguh, dapat melatih siswa lebih mandiri, jujur, dan bertanggungjawab. Untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran, diperlukan adanya suatu penilaian yang menyangkut segala aspek kegiatan belajar mengajar, yakni aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor. Hal ini berarti untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa tidak cukup hanya menggunakan tes tertulis (paper and pencil test) saja. Sesuai dengan tujuan evaluasi bidang pendidikan yaitu untuk meningkatkan kinerja individu atau lembaga (Dirjen Dikdasmen, 2004), maka evaluasi hasil belajar yang dalam pelaksanaannya didahului dengan asesmen harus mampu mendorong siswa untuk belajar lebih baik. Menurut Estu (1999) pelaksanaan penilaian hasil belajar IPA tidak cukup hanya diungkap dengan tes objektif dan essai, karena kedua tes tersebut belum
4
dapat mengungkap hasil belajar IPA dari segi proses. Untuk mengungkapnya diperlukan alat penilaian berupa tes kinerja siswa. Penilaian kinerja yang lebih dikenal dengan asesmen kinerja dapat memperlihatkan kemampuan siswa dalam melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya dalam situasi yang sesungguhnya (Airasian, 1994). Mitchell (dalam Airasian, 1994)
mengemukakan
bahwa
membedakan
antara
kemampuan
dalam
menggambarkan bagaimana keterampilan tersebut ditampilkan dan kemampuan dalam mengaktualisasikan keterampilan tersebut merupakan hal yang sangat penting dalam penilaian di kelas. Stiggins (1994) menegaskan bahwa asesmen kinerja (performance assessment) merupakan salah satu alternatif penilaian yang difokuskan pada dua aktivitas pokok, yaitu observasi proses saat berlangsungnya unjuk keterampilan dan evaluasi hasil cipta produk. Konsep rangkaian hambatan/komponen listrik dan hukum Kirchhoff, merupakan salah satu materi fisika yang banyak digunakan masyarakat, karena hampir semua elemen masyarakat menggunakan rangkaian dan hukum ini pada pemasangan listrik di rumahnya. Namun demikian banyak siswa lulusan SMA yang tidak memahaminya, meskipun mereka telah mempelajarinya sewaktu belajar di SMA. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya praktikum yang mereka lakukan selama duduk di bangku SMA, bahkan banyak yang sama sekali tidak pernah melakukan praktikum, padahal pada saat pelaksanaan praktikum selain mereka melakukan unjuk kerja, guru juga dapat menanamkan konsep materinya kepada siswa.
5
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis bermaksud melakukan penelitian yang berkaitan dengan kinerja dalam pembelajaran dan hubungannya dengan pemahaman konsep siswa terhadap konsep rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimana hubungan antara asesmen kinerja praktikum penemuan dengan pemahaman siswa tentang konsep rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff?” Rumusan masalah di atas dirinci ke dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian, sebagai berikut: 1. Bagaimana hubungan antara kinerja pada praktikum rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff dengan pemahaman konsep siswa tentang konsep tersebut? 2. Apakah ada perbedaan kinerja siswa laki-laki dengan siswa perempuan pada praktikum rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff? 3. Bagaimana hubungan antara tanggapan siswa terhadap konsep rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff, kegiatan praktikum, dan penilaian kegiatan praktikum dengan kinerja siswa saat praktikum? 4. Adakah perbedaan yang signifikan tanggapan siswa terhadap konsep rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff, kegiatan praktikum, dan
6
penilaian kegiatan praktikum antara kelompok siswa yang pemahaman konsepnya baik, sedang, dan kurang?
C. Pembatasan Masalah Untuk menghindari terjadinya perluasan masalah yang tidak terarah, maka perlu dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut: 1. Asesmen kinerja pada penelitian ini dilakukan sendiri oleh peneliti dan dibantu oleh observer lain yang dianggap mampu oleh peneliti. 2. Bahan kajian fisika yang akan dibahas adalah konsep rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff. 3. Praktikum yang dilakukan adalah menyusun rangkaian listrik, membaca hasil pengukuran, melihat perbedan antara susunan seri dan susunan paralel hambatan listrik, dan merumuskan Hukum I dan II Kirchhoff.
D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menjelaskan bagaimana hubungan antara kinerja dalam praktikum dengan pemahaman siswa tentang konsep rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff. 2. Menjelaskan perbedaan antara kinerja siswa laki-laki dengan siswa perempuan pada praktikum rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff.
7
3. Menjelaskan hubungan antara tanggapan siswa terhadap konsep rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff, kegiatan praktikum, dan penilaian kegiatan praktikum dengan kinerja siswa saat praktikum 4. Menjelaskan ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan tanggapan siswa terhadap konsep rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff, kegiatan praktikum, dan penilaian kegiatan praktikum antara kelompok siswa yang pemahaman konsepnya baik, sedang, dan kurang.
E. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain adalah: 1. Memotivasi guru atau calon guru dalam mengembangkan asesmen kinerja. 2. Memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar terutama kegiatan praktikum, karena aktivitas dan kreativitasnya dihargai berdasarkan kriteria penilaian yang telah disepakati bersama guru. 3. Memberikan masukan kepada guru untuk menerapkan asesmen kinerja siswa dalam rangka meningkatkan cara penilaian terhadap hasil belajar siswanya.
F. Hipotesis Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penilaian terhadap kinerja dapat memotivasi siswa (Mahmudah, 2000). Semakin tinggi motivasi siswa, mereka akan lebih sungguhsungguh memahami apa yang sedang dipelajarinya. Hipotesis nol penelitian ini adalah:
8
“Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asesmen kinerja pada praktikum dengan pemahaman siswa tentang rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff ” Hasil penelitian tentang kreatifitas menunjukkan bahwa semua orang tanpa memandang usia dan suku bangsa adalah orang-orang kreatif sampai batas-batas tertentu. (Amien,1987). Disamping itu, menurut Phopam (1995) tugas kinerja yang diberikan tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin atau status sosial, budaya maupun ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian dan pendapat Phopam tersebut dirumuskan hopotesis nol sebagai berikut: “Tidak terdapat perbedaan kinerja yang signifikan antara siswa laki-laki dengan siswa perempuan” Tanggapan seseorang terhadap sesuatu mencerminkan bagaimana orang tersebut menyikapi hal itu. Seseorang yang menanggapi sesuatu dengan baik cendrung senang dan sungguh-sungguh melakukannya. Berdasarkan kenyataan tersebut dirumuskan hopotesis nol sebagai berikut: “Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tanggapan siswa terhadap konsep, pelaksanaan praktikum, dan pelaksanaan penilaian praktikum dengan kinerja siswa”. “Tidak terdapat perbedaan tanggapan yang signifikan terhadap konsep, pelaksanaan praktikum, dan pelaksanaan penilaian praktikum antara kelompok siswa yang pemahaman konsepnya baik, sedang, dan kurang”.
9
G. Definisi Operasional 1. Asesmen kinerja pada penelitian ini adalah penilaian (asesmen) terhadap keterampilan psikomotor yang muncul selama kegiatan praktikum berlangsung, diukur menggunakan lembar observasi berupa daftar cek dan skala penilaian (rating scale), yang disusun khusus untuk tujuan penelitian ini. 2. Tanggapan siswa adalah persepsi siswa tentang pelajaran konsep rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff, kegiatan praktikum, dan penilaian kegiatan praktikum, yang dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan lembar angket, yang disusun khusus untuk tujuan penelitian ini. 3. Kegiatan Praktikum penemuan adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam laboratorium dengan cara siswa dituntun menemukan sendiri konsep-konsep yang sedang dipelajari. Praktikum yang dilakukan adalah menyusun rangkaian listrik, membaca hasil pengukuran, melihat perbedan antara susunan seri dan susunan paralel hambatan listrik, dan merumuskan Hukum I dan II Kirchhoff. Instrumen penelitian dikonstruksi khusus untuk penelitian ini. 4. Pemahaman siswa adalah penguasaan ranah kognitif setelah selesai proses pembelajaran. Dalam penelitian ini pemahaman didasarkan pada skor total yang diperoleh siswa, diukur dengan menggunakan tes objektif dengan 5 pilihan, yang dikonstruksi khusus untuk penelitian ini.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Asesmen Kinerja (Performance Assessment) 1.
Pengertian Asesmen Kinerja Asesmen kinerja merupakan penilaian yang mengharuskan peserta didik
untuk mempertunjukkan kinerja, bukan menjawab atau memilih jawaban yang tersedia (Zainul, 2001). Dalam kegiatan praktikum selain dapat mengukur aspek psikomotor, guru juga dapat mengukur aspek afektif peserta didik. Sedangkan dalam penilaian yang bersifat paper and pencil test guru dapat mengukur aspek kognitif siswa. Dengan demikian cukup baik, jika ingin mengukur hasil belajar siswa secara keseluruhan (aspek afektif, kognitif dan psikomotor) digunakan asesmen kinerja saat siswa melakukan unjuk kerja untuk menilai afektif dan psikomotornya dan menggunakan paper and pencil test untuk mengukur pemahaman konsepnya. Menurut Stiggins (1994), performance assessment adalah suatu bentuk tes dimana siswa diminta untuk melakukan aktivitas khusus dibawah pengawasan penguji (guru), yang akan mengobservasi penampilannya dan membuat keputusan tentang kualitas hasil belajar yang ditunjukkannya. Sejalan dengan pendapat Stiggins tersebut, Airasian (1994) berpendapat bahwa penilaian yang mampu membuat
siswa
memberikan
mendemonstrasikan
atau
sebuah
jawaban
mempertunjukkan
keterampilan/kinerja disebut asesmen kinerja.
10
atau segala
suatu
hasil,
yang
pengetahuan
dan
11
2.
Manfaat dan Kelebihan Asesmen Kinerja Asesmen kinerja memberikan kesempatan kepada siswa dalam berbagai
tugas dan situasi, untuk memperlihatkan kemampuan keterampilan yang berkaitan dengan tugas atau kegiatan yang harus dikerjakan. Artinya, asesmen kinerja mengarah pada keterampilan proses siswa yang merangsang kemampuan baik psikomotor, afektif, maupun kognitif. Dengan demikian melalui asesmen kinerja guru dapat menilai siswa tidak hanya dari segi kognitif saja yang membuat penilaian tidak fair dan tidak adil. Manfaat
asesmen
kinerja
menurut
Airasian
(1994)
yakni
mengindikasikan bagaimana para siswa menggunakan informasi, untuk memperlihatkan kegiatan-kegiatan/aktivitas-aktivitas dan menghasilkan sesuatu dalam situasi yang menggambarkan kehidupan sebenarnya. Manfaat lain adalah bahwa sekali asesmen kinerja dikembangkan, maka instrumen tersebut dapat digunakan terus-menerus. Sementara itu, keunggulan asesmen kinerja sebagaimana diungkapkan Stiggins (1994) adalah bahwa penggunaan asesmen kinerja di dalam kelas membuat guru lebih percaya diri dan menyukai kualitas asesmen kinerja. Selain itu berdasarkan hasil penelitian Estu (1992) asesmen kinerja lebih fair, lebih adil, dan dapat meningkatkan motivasi siswa untuk terlibat secara langsung aktif dalam proses pembelajaran. Lebih jauh lagi Reichel (1994) mengemukakan bahwa asesmen kinerja berguna bagi guru untuk memandang asesmen sebagai bagian dari proses belajar mengajar, bukan sekedar nilai akhir, membangun atau membentuk kriteria-kriteria untuk memastikan evaluasi yang dibuat tidak menjadi
12
bias, menentukan berbagai keterampilan dan kualitas yang diharapkan dapat membentuk karakter siswa, lebih menitikberatkan pada kunci konseptual dan keterampilan pemecahan masalah daripada mengungkapkan fakta-fakta ingatan siswa, melibatkan siswa dalam evaluasi kerja mereka sendiri. Menurut Stiggins (1994) ada beberapa alasan mengapa asesmen kinerja perlu dilakukan, yaitu: a. Memberi peluang yang lebih banyak kepada guru untuk mengenali siswa secara lebih utuh, sebab pada kenyataannya tidak semua siswa yang kurang berhasil dalam tes objektif atau essay secara otomatis bisa dikatakan tidak terampil atau tidak kreatif. Dengan demikian penilaian kinerja siswa melengkapi cara penilaian lainnya. b. Dapat melihat kemampuan siswa selama proses pembelajaran tanpa harus menunggu hingga proses tersebut berakhir. Asesmen kinerja membantu guru memudahkan mengamati dan menilai siswa dalam belajar sesuatu, dengan demikian akan didapat informasi mengenai bagaimana siswa berintegrasi dengan lingkungannya selama proses belajar mengajar. c. Adanya kemampuan siswa yang sulit diketahui/dideteksi hanya dengan melihat hasil akhir pekerjaan mereka, atau hanya melalui tes tertulis, yaitu segi keterampilan dan kreatifitas. Segi keterampilan dan kreatifitas ini dimunculkan dengan cara menugaskan siswa untuk memperagakan keterampilan yang dikuasainya dan membuat suatu karya. Terdapat beberapa target yang akan dicapai melalui asesmen kinerja yakni: (1) Knowledge atau pengetahuan. (2) Reasoning yang berarti penalaran atau
13
aplikasi pengetahuan dalam konteks pemecahan masalah. (3) Skill yaitu kecakapan siswa dalam bertanya, keterampilan berkomunikasi, karya seni, visual dan lain-lain. (4) Pruduct yaitu kemampuan berbagai macam kreasi karya cipta. (5) Affect yaitu menggambarkan tentang tingkah laku, minat, nilai, motivasi dan konsep diri. (Hidayat dan Maryani, 1998). Asesmen kinerja memiliki cakupan aspek yang luas, berbagai aspek kegiatan yang dilakukan dapat dinilai dengan menggunakan asesmen kinerja. Namun demikian, penilaian yang baik akan selalu mengikuti suatu proses atau langkah yang teratur, demikian juga asesmen kinerja. Menurut Stiggins (1994) penilaian yang baik akan mengikuti hal-hal sebagai berikut: Berawal dari sasaran pencapaian yang tepat Mempunyai maksud yang jelas Tergantung pada metode penilaian yang layak Penyampelan penampilan yang tepat Mengawasi semua sumber yang relevan dari interferensi eksternal.
3.
Tugas-tugas Kinerja (Task) dan Kriteria Penilaian (Rubrik) Pemberian tugas (task) merupakan syarat penting untuk dapat
dilakukannya penilaian terhadap penampilan atau unjuk kerja siswa. Dengan kata lain, penilaian unjuk kerja tidak dapat dilakukan tanpa adanya tugas yang nyata (Tucker, dalam Marzano, 1993). Dalam bukunya yang berjudul Student-Centered Classroom Assessment, Stiggins (1994) menyatakan bahwa dalam penilaian kinerja siswa, guru menghendaki respon yang “authentic” atau yang asli, berupa aktivitas yang dapat diamati. Tugas yang diberikan bisa dalam bentuk lisan atau
14
tertulis, jenis tugasnya disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Tugas asesmen kinerja dapat berhubungan dengan pengalaman hidup seseorang, menghendaki pendemonstrasian kompetensi dan katerampilan. Ide asesmen kinerja dapat berasal dari teks, kurikulum, kejadian masa kini, literatur, seni, referensi, bahkan realita. (Wangsatorntanakhun, 2004). Dalam beberapa literatur, tugas yang diberikan kepada siswa untuk menilai kinerja disebut dengan task. Aspek yang dinilai dalam kinerja meliputi: 1) aspek prosedur, keterampilan, atau teknis, 2) produk atau hasil. Jika prosedur dinilai, berarti si penguji mencoba menentukan seberapa terampil orang yang bersangkutan menampilkan prosedur yang diinginkan, sedangkan penilaian produk menekankan kualitas hasil akhir. Berdasarkan kedua aspek yang akan dinilai tersebut, dapat disimpulkan bahwa guru tidak dapat menilai kinerja siswa tanpa adanya tugastugas, begitu juga guru tidak akan dapat menilai tingkat prestasi siswa tanpa tugas-tugas yang nyata. Menurut Wangsatorntanakhun (2004) setelah tugas-tugas kinerja siswa dibuat, maka selanjutnya adalah membuat kriteria penilaian (rubrik). Hal ini bertujuan untuk menghubungkan kurikulum dengan tugas-tugas asesmen. Agar desain kriteria penilaian efektif harus dipertimbangkan siapa yang akan menggunakannya, harus jelas standar yang akan dicapai. Kriteria penilaian kinerja (rubrik) hendaknya telah ditentukan secara jelas sebelum siswa mulai mengerjakan tugas. Untuk memudahkan pelaksanaan penilaian terhadap kinerja, harus dirancang tugas-tugas yang akan dikerjakan siswa. Tahap-tahap pengembangan tugas diawali dengan mengidentifikasi tujuan,
15
menetapkan tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa, mengembangkan kriteria penilaian dan merencanakan prosedur penskoran (rubrik). Menentukan kriteria penilaian (rubrik) perlu dilakukan karena mempunyai kegunaan untuk menentukan validitas dan keadilan. Menurut Zainul (2001) kriteria penilaian dalam penilaian kinerja merupakan alat atau pedoman penilaian hasil kinerja siswa. Kritaria penilaian dapat membantu guru untuk menentukan tingkat ketercapaian kinerja yang diharapkan. Phopam (1995) mengemukakan tujuh kriteria penilaian yang digunakan sebagai pertimbangan untuk memilih tugas kinerja siswa, yaitu: 1. Keumuman (generalizability), maksudnya bahwa antara tugas yang diberikan sebanding dengan kemampuan siswa. 2. Keaslian (authenticity), maksudnya tugas yang diberikan sesuai dengan apa yang ditemukan siswa di dunia nyata. 3. Berfokus ganda (multiple focus), maksudnya dapat dinilai dari berbagai segi, tidak semata-mata dari satu segi saja. 4. Keadilan (fairness), maksudnya tugas yang diberikan tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin atau status sosial, budaya maupun ekonomi. 5. Bisa tidaknya diajarkan (teachability), maksudnya perlu dipertimbangkan tingkat kesukaran tugas, jika terlalu sukar maka tidak tepat untuk diberikan kepada siswa. 6. Kepraktisan (feasibility), maksudnya keterjangkauan untuk dilaksanakan oleh siswa berkaitan dengan biaya, ruangan, waktu dan peralatan.
16
7. Bisa tidaknya diskor (scorability), maksudnya tugas yang diberikan harus dapat diskor. Stiggins (1994) menganjurkan agar dalam asesmen kinerja siswa dilibatkan dalam hal: 1. Perencanaan kriteria penilaian pada awal pembelajaran 2. Memeriksa kriteria yang terpenuhi dan yang belum terpenuhi 3. Membuat display kriteria penilaian 4. Pengembangan latihan kerja 5. Membandingkan kinerja yang kontras, misalnya yang berkualitas tinggi dan yang berkualitas rendah 6. Mentransformasikan kriteria penilaian ke dalam checklist, rating scale atau pencatatan lainnya 7. Menilai kinerja sendiri dan siswa lain. Lebih lanjut stiggins (1994) mengemukakan beberapa ciri kriteria yang baik, yaitu: 1. Mencerminkan seluruh komponen penting dari suatu kinerja 2. Sesuai dengan konteks dan kondisi-kondisi suatu kinerja 3. Mewakili dimensi kinerja sehingga memungkinkan para penilai untuk menggunakan atau menerapkan serangkaian tugas serupa secara konsisten 4. Disesuaikan dengan kondisi peserta uji 5. Dapat dipahami dan mudah digunakan 6. Dapat menghubungkan hasil penilaian secara langsung ke dalam proses pengambilan keputusan instruksional
17
7. Sebagai sarana untuk mendemonstrasikan dan mengkomunikasikan perkembangan siswa dari waktu ke waktu. Kriteria penilaian kinerja (rubrik) dijadikan sebagai pedoman dalam pemberian skor terhadap hasil kerja siswa. Ada tiga kategori asesmen kinerja menurut Reichel (1994) yaitu baik, jika pekerjaan seorang siswa memenuhi semua kriteria kinerja, sedang, jika pekerjaan siswa memenuhi semua kriteria kecuali satu, kurang, jika pekerjaannya memenuhi semua kriteria kecuali dua. Selain itu Reichel (1994) juga mengemukakan bahwa pemberian skor dari nilai relatif pada sebuah pekerjaan merupakan bagian dari sistem manapun, guru tetap perlu menetapkan/menaksir keberhasilan belajar siswa. Instrumen yang digunakan mengukur keterampilan menurut Arikunto (2001) biasanya menggunakan matrik. Misalnya instrumen untuk mengamati keterampilan praktek memasak (skala 5) adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Instrumen Untuk Mengamati Keterampilan Praktek Nama: ............... No 1. 2 3 4 5 6 7
Kelas:............................ Keterampilan
1
Skor 2 3 4
5
Terampil menyiapkan alat Tekun dalam bekerja Menggunakan waktu sangat efektif Mampu bekerjasama Memperhatikan keselamatan kerja Memperhatikan kebersihan Hasil masakan enak Sejalan dengan yang dikemukakan Arikunto, kriteria penilaian menurut
Simangunsong (1982) dapat juga dalam bentuk huruf yakni A = Baik, B = Cukup, C = Sedang dan D = Kurang. Penyusunan rating scale (skala penilaian) harus
18
memperhatikan
aspek-aspek
yang
menjadi
bahan
penilaian,
hendaknya
mempunyai arti edukatif, dapat diamati langsung, batas penilaian ditentukan dengan jelas. Kategori penskoran lain adalah kategori yang dikemukakan Popham (1995), ia menyebutkan ada lima kategori kriteria penilaian yakni: kategori rendah jika siswa tidak melaksanakan tugas, tidak melengkapi ramburambu/kriteria atau tidak menunjukkan aktivitas yang menyeluruh. Kategori kurang jika hasil tidak memenuhi kriteria, tidak menyelesaikan apa yang ditanyakan, berisi kesalahan-kesalahan atau kualitasnya rendah daripada yang lain. Kategori cukup jika hasil atau asesmen memenuhi beberapa kriteria dan tidak berisi kesalahan besar atau kesalahan yang berarti. Kategori baik jika hasil atau asesmen secara kokoh atau lengkap memenuhi kriteria, dan kategori baik sekali jika semua kriteria ditemui, hasil atau asesmen lengkap memenuhi kriteria dan mempunyai keistimewaan. Sedangkan menurut Rustaman (1994), penilaian dilakukan dengan tiga kategori yaitu: baik, sedang, dan kurang, dengan konversi nilai 3 untuk kategori baik, 2 untuk kategori sedang dan 1 untuk kategori kurang. Untuk memudahkan penelitian ini, penulis cendrung menggunakan asesmen kinerja dengan kriteria penilaian sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Mahmudah (2000) dan Irawan (2002) yang menggunakan kriteria penilaian dari Rustaman dan Reichel.
19
B. Model Belajar Penemuan dan Penerapannya dalam Pembelajaran Fakta yang kita temui di lapangan menunjukkan bahwa, pembelajaran fisika di sekolah menengah maupun di perguruan tinggi masih menggunakan metode pembelajaran yang bersifat informatif. Menurut Amien (1987), metode pembelajaran seperti ini tidak mendukung pengembangan keterampilan berpikir siswa, karena guru mengajarkan fakta-fakta, rumus-rumus, hukum-hukum, dan siswa menghafalkannya. Oleh karena itu para pakar pendidikan mulai mencari model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal sesuai dengan karakteristik IPA. Para pakar pendidikan menyarankan untuk beralih dari pembelajaran yang berpusat pada guru ke penggunaan model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Salah satu model pembelajaran kognitif dari Bruner (1968) adalah belajar penemuan. Model ini menitikberatkan pada keaktifan siswa dalam proses belajar. Penemuan merupakan suatu proses mental dimana siswa terlibat langsung dalam menggunakan proses mentalnya, untuk menemukan suatu konsep atau prinsip (Dahar, 1996). Sesuai dengan yang dikemukakan Dahar, Amien (1987) juga menyatakan bahwa penemuan adalah suatu proses mental dimana anak atau individu mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip. Dari kedua pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa penemuan terjadi apabila siswa terlibat dalam menggunakan proses mentalnya, untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip. Proses mental yang dilakukan siswa diantaranya: mengamati, mengolonggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, menarik kesimpulan dan sebagainya.
20
Cara belajar penemuan menurut Riedesel (dalam Supriadi, 2000) menekankan pada pencarian hubungan antara bentuk atau pola untuk memahami struktur dari masalah yang timbul. Belajar penemuan penting dalam pembelajaran fisika karena proses pembelajaran ini selalu melibatkan siswa dalam diskusi, memungkinkan siswa dapat bekerjasama dalam memecahkan suatu masalah. Pembelajaran dengan model penemuan harus meliputi pengalaman-pengalaman belajar
untuk
menjamin
siswa
dapat
mengembangkan
proses-proses
penemuannya. Pengetahuan yang diperoleh melalui penemuan menunjukkan beberapa kebaikan. Pertama, pengetahuan itu bertahan lama atau lama dapat diingat, bila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara lain. Kedua, hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik daripada hasil belajar lainnya. Ketiga, secara menyeluruh hasil belajar penemuan dapat meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir secara bebas (Dahar, 1996). Selanjutnya menurut Keegen (1995) belajar penemuan dapat mendorong siswa untuk meningkatkan konsep dan mempunyai efek yang positif untuk belajar dan mengembangkan pengetahuan. Macam-macam pembelajaran dengan model penemuan (discovery) menurut Amien (1987), diantaranya adalah: 1) guided discovery, 2) modified discovery, dan 3) free discovery. Metode penemuan yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis modified discovery, dimana guru memberikan problem atau masalah kepada siswa, kemudian siswa memecahkan masalah melalui pengamatan, eksplorasi dan atau melalui prosedur penelitian untuk memperoleh
21
jawaban. Metode ini dipilih peneliti agar dapat memadukan berbagai cara dalam pembelajaran,
karena
kemampuan
siswa
pada
populasi
penelian
yang
direncanakan peneliti tergolong rendah, dan sangat jarang melakukan praktikum khususnya pelajaran fisika. Pada metode pembelajaran penemuan ini bimbingan dan pengawasan guru masih tetap diperlukan, namun campur tangan dan intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi. Dalam hal ini tugas guru adalah memberikan masalah pada siswa untuk dipecahkan oleh siswa sendiri, menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka pemecahan masalah. Guru mengarahkan pelajaran pada penemuan dan pemecahan masalah, untuk meningkatkan keterampilan inetelektual siswa yang menjadi indikator dari belajar penemuan. Tahap-tahap penggunaan model belajar penemuan dalam pembelajaran menurut Amien (1987) dapat diuraikan sebagai berikut: a. Tahap pertama adalah diskusi. Pada tahap ini guru memberikan pertanyaan kepada siswa untuk didiskusikan secara bersama-sama sebelum lembaran kerja siswa diberikan kepada siswa. Tahap ini dimaksudkan untuk mengungkap konsep awal siswa tentang materi yang akan dipelajari. b. Tahap kedua adalah proses. Pada tahap ini siswa mengadakan kegiatan laboratorium sesuai dengan petunjuk yang terdapat dalam lembar kerja siswa guna membuktikan sekaligus menemukan konsep yang sesuai dengan konsep yang benar. c. Tahap ketiga merupakan tahap pemecahan masalah. Setelah mengadakan kegiatan laboratorium siswa diminta untuk membandingkan hasil diskusi
22
sebelum kegiatan laboratorium dengan hasil setelah laboratorium sesuai dengan lembaran kerja siswa hingga menemukan konsep yang benar tentang masalah yang ingin dipecahkan.
C. Pembelajaran Rangkaian Hambatan Listrik dan Hukum Kirchhoff di SMA Menurut Kurikulum 2004 standar kompetensi pada subkonsep listrik dinamis yang diajarkan pada siswa SMA adalah menerapkan konsep kelistrikan (baik statis maupun dinamis) dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan berbagai produk teknologi. Standar kompetensi tersebut diuraikan ke dalam beberapa kompetensi dasar sebagai berikut: 1. Merangkai alat ukur listrik, menggunakannya secara baik dan benar dalam rangkaian listrik. 2. Memformulasikan
persamaan-persamaan
listrik
ke
dalam
bentuk
persamaan. 3. Mengidentifikasi penerapan listrik AC dan DC dalam kehidupan seharihari. 4. Menerapkan konsep gaya listrik, medan listrik dan hukum Gauss pada suatu distribusi muatan. 5. Memformulasikan konsep potensial listrik dan energi potensial listrik serta keterkaitannya. 6. Memformulasikan prinsip kerja kapasitor dan mengaplikasikannya.
23
7. Menerapkan induksi magnetik dan gaya magnetik pada beberapa produk teknologi. 8. Memformulasikan konsep induksi Faraday dan arus bolak-balik, keterkaitannya serta aplikasinya. (Depdiknas, 2003) Karena luasnya konsep kelistrikan tersebut maka penelitian ini dibatasi pada kompetensi dasar tentang merangkai alat ukur listrik, menggunakannya secara baik dan benar dalam rangkaian. Kompetensi dasar ini diuraikan lagi ke dalam beberapa indikator sebagai berikut: 1. Menjelaskan cara membaca dan memasang alat ukur kuat arus dan alat ukur tegangan: a.
dengan cara unjuk kerja
b.
dengan cara membuat sketsa rangkaian.
2. Siswa dapat menentukan besar kuat arus pada rangkaian tertutup bercabang 3. Merumuskan hukum I Kirchhoff 4. Menganalisis hasil pengukuran serta melakukan diskusi kelompok untuk menyimpulkan hasilnya sesuai dengan ketelitian alat ukur. 5. Dapat merangkai hambatan/komponen listrik secara seri. 6. Dapat menghitung besarnya hambatan pengganti susunan seri. 7. Dapat merangkai hambatan/komponen listrik secara paralel. 8. Dapat menghitung besarnya hambatan pengganti susunan paralel
24
9. Merencanakan dan mengukur kuat arus dan tegangan tiap resistor pada rangkaian seri-paralel yang terdiri dari power supplay, tiga buah resistor dan alat ukur Ampermeter dan Voltmeter. 10. Merumuskan hukum II Kirchhoff 11. Menyimpulkan bahwa besar tegangan antara dua titik adalah tetap tidak bergantung pada lintasan yang dilalui. 12. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok dalam diskusi pleno. (Ditdikmenum, 2003) Pembelajaran tentang rangakain hambatan listrik dan hukum Kirchhoff merupakan bagian dari pelajaran tentang listrik dinamis. Pelajaran ini dimulai dengan pengenalan tentang jenis dan fungsi alat ukur listrik, dilanjutkan dengan pembelajaran tentang cara membaca dan memasang alat ukur kuat arus dan alat ukur tegangan. Pembelajaran berikutnya membicarakan tentang hukum Ohm, faktor-faktor yang mempengaruhi besar hambatan suatu penghantar, kemudian mempelajari hukum I Kirchhoff, rangakaian seri dan paralel hambatan listrik serta hukum II Kirchhoff. Bagian yang akan dipelajari berikutnya pada pelajaran listrik dinamis ini adalah energi dan daya listrik. Menurut kurikulum 2004, pembelajan listrik dinamis dilakukan dengan metode eksperimen untuk memberikan keterampilan hidup (life skill) kepada siswa. Khusus pada penelitian ini, pembelajaran rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff dilakukan dengan metode praktikum penemuan. Pembelajaran diawali dengan diskusi tentang materi yang akan dipraktikumkan, diskusi ini bertujuan untuk merangsang siswa membuat hipotesa mengenai masalah yang
25
diajukan oleh guru. Setelah diskusi selesai dilanjutkan dengan praktikum yang merupakan upaya untuk menguji hipotesa siswa. Siswa kemudian diminta berdiskusi kembali untuk membandingkan hasil praktikum dengan hipotesa siswa sebelumnya serta menarik kesimpulan dari hasil diskusi tersebut.
D. Hasil Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian yang terdahulu yang berkenaan dengan variabelvariabel dalam penelitian ini telah banyak dilakukan, diantaranya adalah: penelitian yang dilakukan Setiyabudhi (1991) tentang kemampuan berfikir formal dalam menguasai konsep-konsep fisika bidang arus listrik searah pada siswa jurusan elektronika STM Pembangunan Bandung, penelitian ini menyimpulkan bahwa mutu pendidikan STM rendah, antara lain disebabkan kurangnya peserta didik dalam penguasaan pelajaran IPA, tampak dalam rendahnya kemampuan berfikir formal dalam menguasai konsep fisika arus listrik searah. Salah satu cara melatih siswa untuk berfikir formal dilakukan melalui kegiatan praktikum, seperti yang dilakukan oleh Hamid (1995) dalam penelitiannya tentang pengembangan penguasaan konsep-konsep fisika teknik bangunan pada tahap kemampuan berfikir formal, menemukan bahwa model belajar penemuan melibatkan proses dan hasil. Dalam proses keterlibatan siswa terhadap kegiatan proses belajar mengajar sangat berperan, siswa melakukan kegiatan mental melalui tukar pendapat, diskusi, membaca dan mencoba sendiri, agar
siswa
dapat
belajar
dan
menemukan
setiap
permasalahan
yang
ditransformasikan gurunya. Situasi kegiatan belajar mengajar berpindah dari teacher dominated learning menjadi situasi student dominated learning.
26
Selanjutnya dari penelitian Surtiana (2002) tentang upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep rangkaian listrik arus searah melalui kegiatan laboratorium, diperoleh bahwa terdapat perbedaan pemahaman konsep siswa yang signifikan sebelum pembelajaran dan sesudah pembelajaran. Penelitian yang dilakukan oleh Haratua (1999) menyimpulkan bahwa penerapan model belajar generatif dalam pembelajaran rangkaian listrik arus searah, dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dan dapat membantu kemampuan memecahkan masalah. Informasi lain dari penelitian ini adalah dengan menggunakan model belajar generatif dapat meningkatkan minat belajar siswa. Penilaian terhadap hasil belajar siswa menjadi tidak adil jika penilaian hanya dilakukan melalui tes, hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Estu (1995). Ia menemukan bahwa penilaian yang hanya dilakukan dengan tes menurut orang tua dan siswa merugikan karena selain cendrung menimbulkan kecemasan dari sebagian besar (85%) siswa, juga kurang adil khususnya bagi siswa yang mempunyai daya hafal rendah. Selain itu cara tersebut membatasi kreatifitas anak, karena tes menuntut anak untuk menghafal tanpa melakukan aktifitas berfikir yang lebih tinggi. Orangtua dan siswa mengharapkan agar kinerja siswa dalam mengerjakan tugas-tugas juga dinilai. Dengan pemberian tugas selain siswa lebih aktif, juga tidak mudah lupa terhadap yang dipelajari. Penelitian yang dilakukan oleh Mahmudah (2000) dalam bidang studi Biologi tentang penerapan penilaian kinerja pada pembelajaran subkonsep jaringan hewan, memperoleh kesimpulan bahwa penerapan penilaian kinerja dapat
27
memotivasi siswa untuk melakukan kegiatan lebih sungguh-sungguh, dapat melatih siswa lebih mandiri, jujur, dan bertanggungjawab. Berdasarkan hasil penelitiannya, Mahmudah juga menyarankan bahwa perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kaitan antara penerapan penilaian kinerja dengan motivasi belajar siswa, agar diketahui dengan jelas manfaat penilaian kinerja ini. Disamping itu hasil penelitian Rahman (2003) tentang penerapan belajar penemuan dengan kegiatan laboratorium listrik dinamis, menyimpulkan bahwa model belajar penemuan dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada semua konsep yang dikembangkan, dapat meningkatkan minat belajar siswa khususnya pada konsep Listrik Dinamis, dan dapat meningkatkan konsep siswa dalam setiap kelompok kemampuan, namun tidak dapat membedakan kelompok tinggi dan sedang. Selain kesimpulan yang dikemukakan di atas, Rahman (2003) juga menyebutkan bahwa terdapat kelemahan dalam model pembelajaran ini yaitu: pertama, memerlukan waktu yang relatif lama dibandingkan model pembelajaran lainnya, kedua, perlu persiapan matang dan pengadaan alat untuk praktikum, ketiga, perlu ketekunan dan keterampilan siswa dalam melakukan praktek, dan yang keempat, pada pembelajaran model penemuan, walaupun melibatkan siswa dalam kegiatan laboratorium tetapi penilaian psikomotorik siswa sering dilupakan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara variabel-variabel
penelitian.
Variabel-variabel
yang
dimaksudkan
adalah
pemahaman konsep siswa, kinerja siswa saat praktikum dan tanggapan siswa. Tanggapan siswa masih dirinci ke dalam tiga indikator yaitu tanggapan terhadap konsep, tanggapan terhadap pelaksanaan praktikum, dan tanggapan terhadap pelaksanaan penilaian praktikum. Dalam penelitian ini akan dianalisis hubungan antara kinerja siswa dengan pemahaman konsep siswa, hubungan tanggapan siswa dengan kinerja siswa saat praktikum, perbedaan kinerja siswa laki-laki dengan siswa perempuan dan perbedaan tanggapan terhadap konsep, praktikum dan penilaian praktikum antara siswa yang pemahaman konsepnya baik, sedang dan kurang. Disamping itu akan dilakukan penghitungan korelasi dan uji signifikansi antara tiap-tiap variabel. Untuk memperoleh gambaran tentang hubungan kinerja saat kegiatan praktikum dengan pemahaman siswa tentang konsep rangkaian listrik dan hukum Kirchhoff, maka dilakukan asesmen kinerja pada saat siswa melakukan unjuk kerja, kemudian melakukan tes pemahaman terhadap konsep yang sedang dipelajari setelah selesai dilakukan asesmen kinerja. Sedangkan untuk memperoleh data tentang tanggapan siswa, peneliti menyebarkan angket tanggapan siswa terhadap konsep, pelaksanaan praktikum, dan penilaian praktikum.
28
29
Desain hubungan kinerja, pemahaman, dan tanggapan digambarkan seperti gambar 3.1 di bawah ini.
Kinerja
Tanggapan
Pemahaman
Gambar 3.1 Desain Hubungan antara Variabel Penelitian
Selain melihat hubungan antara kinerja dengan pemahaman, tanggapan dengan kinerja, dan tanggapan dengan pemahaman, dalam penelitian ini juga akan dilihat perbedaan kinerja antara siswa laki-laki dengan kinerja siswa perempuan, apakah kinerja siswa laki-laki berbeda secara signifikan dengan dengan kinerja siswa perempuan. Disamping itu perbedaan tanggapan antara siswa yang pemahaman konsepnya baik, sedang dan kurang juga akan dianalisis untuk melihat apakah siswa yang pemahaman konsepmnya baik memiliki tanggapan yang baik dan siswa yang pemahaman konsepnya kurang tanggapannya juga kurang. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional. Metode ini digunakan untuk melihat hubungan antara kinerja siswa pada kegiatan praktikum tentang konsep rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff dengan pemahaman siswa terhadap konsep tersebut. Kinerja siswa yang dimaksud pada penelitian ini adalah keterampilan psikomotorik, dihubungkan dengan kemampuan kognitif atau pemahaman konsep siswa. Untuk
30
mengukur kinerja atau keterampilan psikomotor siswa selama kegiatan praktikum berlangsung, penilaian berpedoman pada rubrik penilaian kinerja siswa yang berisi skala bertingkat (rating scale). Kemampuan kognitif/pemahaman konsep siswa diukur dengan menggunakan tes objektif (pilihan ganda) dengan 5 pilihan. Metode deskriptif korelasional juga digunakan untuk melihat gambaran tentang hubungan antara tanggapan siswa terhadap konsep, kegiatan praktikum, dan penilaian kegiatan praktikum dengan kinerja siswa saat praktikum. Disamping itu digunakan analisis komparatif untuk melihat perbedaan kinerja antara siswa laki-laki dengan siswa perempuan. Untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan tanggapan siswa terhadap konsep rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff, kegiatan praktikum, dan penilaian kegiatan praktikum antara kelompok siswa yang pemahaman konsepnya baik dengan siswa yang pemahaman konsepnya kurang, juga digunakan uji komparatif.
B. Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah siswa kelas I SMA di Kabupaten OKU Timur, Sumatera Selatan. SMA di Kabupaten OKU Timur umumnya berada di wilayah-wilayah kecamatan yang siswanya umumnya berasal dari desa-desa sekitarnya. Metode pembelajaran yang digunakan di sekolah umumnya metode konvensional (ceramah). Metode praktikum sangat jarang dilakukan bahkan banyak sekolah yang sama sekali tidak pernah melakukan praktikum. Dengan demikian pelaksanaan asesmen kinerja juga jarang bahkan tidak pernah dilakukan. Pada umumnya kemampuan siswa SMA di kabupaten ini tergolong sedang, hal ini
31
ditandai dengan nilai rata-rata UAN siswa yang tergolong sedang yaitu 3,85 (data peringkat SMU/SMA, Diknas Sumsel, 2002). Sampel penelitian diambil dari populasi yang karakteristiknya dapat mewakili karakteristik populasi seperti yang telah dijelaskan di atas. Salah satu SMA Negeri yang terletak di Kecamatan Buay Madang merupakan SMA yang memiliki karakteristik yang hampir sama dengan karakteristik populasi. Sekolah ini berada dikecamatan yang siswanya berasal dari desa-desa sekitarnya, metode pembelajaran yang digunakan disekolah ini umumnya metode ceramah, jarang melakukan praktikum, dan kemampuan siswanya tergolong sedang. Selain sekolah ini memiliki karakteristik yang mirip dengan karakteristik populasi, untuk menghemat waktu dan biaya maka sekolah ini peneliti pilih sebagai sampel. Siswa kelas I SMA ini terdiri dari empat kelas ( 1.1 sampai dengan 1.4). Dari keempat kelas ini dipilih secara random satu kelas untuk menjadi kelompok sampel. Kelompok sampel yang terpilih kemudian dikelompokkan menjadi beberapa kelompok praktikum yang terdiri dari 4 siswa setiap kelompok praktikum. Karena banyaknya sampel yang terlibat dalam penelitian ini, yaitu satu kelas maka peneliti bekerja sama dengan guru-guru fisika dan orang yang dianggap mampu membantu mengases siswa saat melakukan unjuk kerja (praktikum), untuk diminta bantuannya turut sebagai observer, sehingga setiap dua kelompok akan diobservasi oleh seorang observer.
C. Teknik Pengumpulan Data Kegiatan yang diamati pada penelitian ini adalah kinerja siswa pada saat kegiatan praktikum berlangsung. Kegiatan praktikum yang dimaksud adalah
32
menyusun rangkaian hambatan listrik, membaca hasil pengukuran, melihat perbedan antara susunan seri dan susunan paralel hambatan listrik, dan merumuskan Hukum I dan II Kirchhoff. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah:
1.
Aktivitas atau kinerja siswa Untuk mengungkap dan mengumpulkan data skor kinerja siswa selama
kegiatan praktikum berlangsung berpedoman pada lembar observasi dan rubrik penilaian kinerja, didalamnya terdapat daftar cek dan skala penilaian (rating scale). Kriteria pemberian skor kinerja siswa adalah sebagai berikut: a. Siswa mendapat skor 3, jika menampilkan dan melakukan tugas yang ada dalam lembar observasi dengan cara yang baik dan benar tanpa melakukan kesalahan. b. Siswa mendapat skor 2, jika menampilkan atau melakukan tugas yang ada dalam lembar observasi dan melakukan kesalahan yang tidak besar. c. Siswa mendapat skor 1, jika menampilkan dan melakukan tugas yang ada dalam lembar observasi dengan banyak melakukan kesalahan-kesalahan. Kinerja yang dinilai pada penelitian ini meliputi: menyiapkan alat, ketepatan merangkai alat, cara membaca skala alat ukur, mencatat hasil pengukuran, memeriksa kebenaran data, ketepatan penggunaan waktu., dan menyimpan alat kembali. Ada 10 tugas (task) yang harus dikerjakan oleh siswa, observer tinggal memberi tanda cek (√) pada lembar observasi dan rubrik tentang kualitas tugas yang dilakukan oleh siswa.
33
Lembar observasi dan rubrik yang digunakan dalam penelitian ini telah divalidasi dengan meminta pertimbangan (judgement) dari ahli sebanyak tiga orang (lampiran E21 sampai E23). Kemudian lembar observasi dan rubrik juga telah diujicobakan untuk melihat reliabilitasnya, setelah dihitung dengan metode pembelahan ganjil-genap diperoleh koefisien reliabilitas rubrik sebesar 0,82 (perhitungan reliabilitas lembar observasi/rubrik terdapat pada lampiran E20). Menurut Arikunto (2001) koefisien reliabilitas ini tergolong sangat baik sehingga rubrik ini layak untuk digunakan sebagai instrumen terhadap kinerja siswa pada penelitian ini. Lembar observasi dan Rubrik terdapat pada lampiran D3. Dalam penelitian ini observasi kinerja siswa tidak hanya dilakukan sendiri oleh peneliti tetapi bersama observer lain yang diminta bantuannya oleh peneliti, oleh karena itu sebelum dilakukan observasi sebenarnya peneliti bersama observer lain telah melakukan ujicoba menggunakan lembar observasi dan rubrik ini, sehingga semua observer mempunyai kriteria yang sama dalam memberikan skor kinerja siswa.
2.
Tanggapan Siswa Untuk mengumpulkan data berupa skor tanggapan siswa mengenai
konsep, kegiatan praktikum, dan penilaian kegiatan praktikum digunakan lembar angket yang mengacu kepada skala likert. Angket tersebut dibagikan kepada siswa setiap satu siswa satu angket setelah asesmen kinerja selesai dilakukan. Angket skala sikap yang digunakan meskipun merujuk kepada skala Likert, namun sedikit dimodifikasi yakni pernyataan yang “tidak memiliki pendapat” pada skala Likert diberi angka 0, pada skala sikap yang digunakan pada penelitian ini dihilangkan.
34
Hal ini dimaksudkan untuk melatih siswa memiliki suatu sikap terhadap pilihan yang ada, tanpa ada keragu-raguan. Angket yang digunakan dalam penelitian ini berisi 35 pernyataan, 10 pernyataan tentang tanggapan siswa terhadap konsep, 15 pernyataan tentang tanggapan siswa terhadap pelaksanaan praktikum dan 10 pernyataan tentang tanggapan siswa terhadap pelaksanaan penilaian praktikum. Siswa memberikan tanda cek (√) pada kolom sesuai dengan posisinya terhadap pernyataan yang diberikan. Angket yang digunakan pada penelitian ini telah divalidasi dengan cara meminta pertimbangan (judgement) para ahli sebanyak 3 orang (lembar judgement terdapat pada lampiran E12 sampai E14). Kemudian untuk menjamin ketetapan (keajegan), angket telah diujicobakan dan dihitung koefisien reliabilitasnya dengan metode pembelahan ganjil-genap, koefisien reliabilitas angket diperoleh 0,844 (perhitungan koefisien reliabilitas angket terdapat pada lampiran E11). Harga koefisien ini menurut Arikunto (2001) tergolong sangat baik, sehingga angket tersebut layak untuk digunakan dalam penelitian ini. Lembar angket terdapat pada lampiran D2.
3.
Pemahaman Konsep Pemahaman konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kemampuan siswa untuk menjelaskan/menerangkan konsep dan prinsip tentang rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff. Kemampuan menjelaskan konsep dan prinsip mencakup penguasaan tentang konsep dan prinsip dasar rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff serta keterkaitannya dengan
35
konsep dan prinsip dalam bidang lainnya, termasuk juga kemampuan menerapkan konsep dan prinsip itu dalam berbagai situasi. Untuk mengumpulkan data berupa skor pemahaman konsep siswa digunakan tes objektif 5 pilihan. Tes diberikan setelah asesmen kinerja dilakukan. Tes ini dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak informasi yang diterima dan dipahami siswa, sesudah dilakukan penilaian kinerja siswa saat berlangsung pembelajaran metode praktikum penemuan. Soal tes yang digunakan dalam penelitian ini berisi 26 soal yang sebelumnya telah diujicobakan untuk melihat reliabilitas, validitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal (soal tes terdapat pada lampiran D1). Berdasarkan hasil ujicoba tersebut dilakukan penghitungan koefisien reliabilitas tes dengan menggunakan metode pembelahan ganjil-genap, diperoleh koefisien reliabilitas tes sebesar 0,89 (perhitungan reliabilitas tes terdapat pada lampiran E4). Harga koefisien reliabilitas ini menurut kriteria Arikunto (2001) tergolong sangat baik sehingga bisa dipakai untuk penelitian ini. Untuk menguji validitas soal dilakukan dengan meminta pertimbangan (judgement) ahli sebanyak 3 orang (lampiran E7 sampai E9). Disamping itu juga dilakukan penghitungan korelasi antara skor tiap butir soal dengan skor total untuk memperoleh harga koefisien validitas, koefisien validitas soal diperoleh antara 0,36 sampai 0,61 (lampiran E1), menurut kriteria Arikunto (2001), semua koefisien ini tergolong baik sehingga dapat digunakan dalam penelitian ini. Uji tingkat kesukaran dan daya pembeda juga dilakukan terhadap tes guna melihat apakah konstruksi soal tes tersebut baik atau tidak. Menurut Arikunto (2001) konstruksi soal yang baik adalah apabila
36
naskah soal terdiri dari beberapa soal mudah dan sukar dan lebih banyak terdapat soal yang tingkat kesukarannya sedang. Sedangkan daya pembeda soal yang baik menurut Arikunto (2001) jika koefisien daya pembeda soal antara 0,3 sampai 0,7. Berdasarkan hasil perhitungan tingkat kesukaran (lampiran E1) soal yang dikategorikan mudah sebanyak 5 soal (19,23%), soal sukar 4 soal (15,38%) dan soal kategori sedang 17 soal (65,38%). Koefisien daya pembeda soal antara 0,36 sampai 0,73. Hasil perhitungan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda terdapat pada lampiran E. Untuk memperjelas teknik pengumpulan data yang dilakukan, berikut ini disajikan dalam tabel 3.1 di bawah ini: Tabel 3.1 Teknik Pengumpulan Data No 1
Jenis Data Tanggapan siswa terhadap
Sumber Data Siswa
Teknik Keterangan Pengumpulan Data Angket Lembar
konsep, kegiatan praktikum
Angket
dan penilaian praktikum. 2
Aktivitas siswa selama
Siswa
Observasi
Siswa
Tes Objektif
Rubrik
kegiatan asesmen kinerja berlangsung 3
Pemahaman konsep siswa
Lembar tes
sesudah kegiatan asesmen
Objektif 5
kinerja berlangsung
Pilihan
D. Analisis Data Dalam penelitian ini diperoleh tiga jenis data yaitu data yang berasal dari angket, lembar observasi dan hasil tes objektif yang akan diolah, dianalisis dan dinilai. Masing-masing data tersebut diolah sebagai berikut:
37
1) Data tanggapan siswa yang diperoleh pada penelitian ini adalah berupa skor. Sebagaimana dijelaskan pada teknik pengumpulan data, angket yang digunakan pada penelitian ini mengacu kepada skala Likert. Pada angket ini terdapat 2 jenis pernyataan yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif. Tiap jenis pernyataan tersebut diberi skor sesuai dengan jenis pernyataannya. Pada pernyataan positif skor yang diberikan mulai dari 4 sampai 1. sedangkan pada penyataan negatif pemberian skor adalah sebaliknya yaitu mulai dari 1 sampai 4. Setiap jawaban siswa dihitung sehingga diperoleh jumlah skor total keseluruhan jawaban. Dalam tabel 3.2, ditampilkan cara pemberian skor terhadap pernyataan positif dan negatif. Tabel 3.2 Skor tanggapan siswa terhadap konsep, kegiatan praktikum, dan penilaian praktikum
Positif (skor)
Sangat Setuju 4
Negatif (skor)
1
Pernyataan
3
Tidak setuju 2
Sangat tidak setuju 1
2
3
4
Setuju
Kemudian data skor tanggapan siswa diuji normalitasnya, selanjutnya dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu: baik, sedang dan rendah/kurang.
Pengkategorian
atas
baik,
sedang,
dan
kurang
berdasarkan tabel 3.3 berikut: Tabel 3.3 Pengkategorian Skor Siswa Kategori
Baik
Sedang
Kurang
Skor
skor ≥ X + SD
X – SD < skor < X + SD
skor ≤ X – SD
(Arikunto,2001)
38
dengan X adalah rata-rata skor tanggapan siswa dan SD adalah standar deviasi skor tanggapan siswa 2) Data dari lembar observasi yang didasarkan pada rubrik penilaian kinerja diolah hingga didapat skor total. Siswa mendapat skor dari kinerja yang dilakukannnya. Diberi skor 3 apabila siswa melakukan semua tugas dan tidak melakukan kesalahan, diberi skor 2 apabila siswa melakukan tugas dengan sedikit kesalahan tetapi tidak melakukan kesalahan besar, dan diberi skor 1 apabila siswa menampilkan dan melakukan tugas dengan banyak melakukan kesalahan-kesalahan besar. Data skor kinerja siswa diuji normalitasnya kemudian dikategorikan menjadi kategori baik, sedang, dan rendah seperti skor tanggapan siswa. Pengategorian tetap berpedoman pada rumus Arikunto (2001) seperti pada tabel 3.3 di atas. 3) Data yang diperoleh dari hasil tes objektif diskor total, kemudian skor tersebut dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi, dicari nilai ratarata, standar deviasi kemudian diuji normalitasnya dengan uji Lilliefors. Skor hasil tes objektif siswa ini juga dikategorikan kedalam kategori baik, sedang, dan rendah, dengan memasukkannya ke dalam rumus Arikunto (2001) seperti pada tabel 3.3 di atas. Setelah mengetahui informasi jumlah siswa yang termasuk pada kategori tinggi, sedang, dan rendah kemudian dicari persentase jumlah siswa yang tergolong dalam ketiga kategori itu.
39
Pengolahan data kemudian dilanjutkan dengan mencari hubungan antar variabel. Teknik yang digunakan adalah sebagai berikut:
1.
Hubungan antara kinerja dengan pemahaman Skor penilaian kinerja dikorelasikan dengan skor hasil tes objektif dengan
menggunakan uji korelasi, untuk mengkorelasikan kedua variabel ini digunakan korelasi
Jaspen’s
(M),
korelasi
ini
digunakan
karena
peneliti
ingin
mengkorelasikan data kinerja yang berbentuk data ordinal dengan data pemahaman siswa yang berbentuk data interval. Korelasi Jaspen’s yang digunakan adalah sesuai dengan persamaan yang dikemukakan oleh Hasan (2004) yaitu:
M
(Yi )(O b Oa ) (O b - Oa ) 2 (Sy ) P
keterangan: M = Koefisien korelasi Jaspen’s Yi = Rata-rata untuk setiap kelompok tingkat P = Proporsi setiap sampel dengan keseluruhan sampel Ob = Nilai Ordinat sesuai dengan nilai P ( dalam tabel Deviat dan Ordinat) Oa = Nilai ordinat yang ada di atas setiap ordinat pada Ob Sy = Simpangan baku Y Untuk menguji signifikan atau tidaknya kedua variabel skor kinerja dengan skor pemahaman siswa pada taraf nyata α, maka koefisien korelasi Jaspen’s harus diubah terlebih dahulu menjadi nilai Pearson (r) (Hasan, 2004) dengan cara:
(O - Oa ) 2 r M b , dengan df = N – 2 P
40
Keterangan : N = jumlah sampel Dengan kriteria : Terima Ho apabila r < rα;df Tolak Ho apabila r ≥ rα;df
2.
Perbedaan kinerja siswa laki-laki dengan perempuan Untuk melihat ada atau tidanya perbedaan kinerja antara siswa laki-laki
dengan perempuan digunakan uji Kolmogorov-Smirnov (Hasan, 2004), yaitu uji yang digunakan untuk menganalisis perbandingan antara dua sampel yang independen dari data ordinal, selain itu juga dilakukan uji t test. Persamaan Kolmogorov-Smirnov adalah:
D( 0, 05) 1,36
n1 n2 n1 n2
D( 0,10 ) 1,22
n1 n2 n1 n2
D( 0, 01) 1,63
n1 n2 n1 n2
D( 0, 025) 1,48
n1 n2 n1 n2
D( 0, 001) 1,95
n1 n2 n1 n2
D( 0, 005) 1,73
n1 n2 n1 n2
Keterangan; D(α) = harga koefisien uji Kolmogorov-Smirnov pada taraf nyata α. n1 = jumlah sampel kelompok 1 n2 = jumlah sampel kelompok 2 Untuk menghitung Do (D hitung) adalah selisih mutlak antara proporsi kumulatif kelompok 1 dengan proporsi kumulatif kelompok 2. Kriteria penerimaan/penolakan hipotesis pada taraf nyata α:
41
Terima Ho apabila Do ≤ D(α) Tolak Ho apabila Do > D(α)
3.
Hubungan antara tanggapan siswa dengan kinerja pada saat praktikum Skor penilaian kinerja yang telah diuji normalitasnya kemudian
dikorelasikan dengan skor tanggapan siswa terhadap subkonsep rangkaian listrik seri-paralel dan hukum Kirchhoff, kegiatan praktikum dan penilaian praktikum dengan menggunakan uji independen kontingensi chi kuadrat (χ2), persamaannya adalah: B
K
i j
j 1
2 (Oij Eij ) 2 / Eij
(Sudjana, 1996)
dengan Eij = (nio x noj) / n kerterangan: nio = jumlah baris ke i pada tabel kontingensi B x K noj = jumlah kolom ke j pada tabel kontingensi.B x K derajat kebebasan dk = (B-1)(K-1) dengan kriteria penerimaan/penolakan Hipotesis adalah: terima Ho jika χ2(1 – α){(B – 1)(K – 1)} > χ2hitung tolak Ho jika χ2(1 – α){(B – 1)(K – 1)} ≤ χ2hitung
42
4.
Perbedaan tanggapan siswa terhadap konsep rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff, kegiatan praktikum, dan penilaian kegiatan praktikum antara kelompok siswa yang pemahaman konsepnya baik, sedang, dan kurang.
Untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan tanggapan siswa terhadap konsep rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff, kegiatan praktikum, dan penilaian kegiatan praktikum, antara kelompok siswa yang pemahaman konsepnya baik, sedang dan kurang, digunakan analisis statistik independen kontingensi chi kuadrat (χ2), seperti persamaan yang digunakan untuk menguji hipotesis yang ketiga. Disamping analisis yang telah dikemukakan di atas, akan dianalisis juga hubungan antara tiap-tiap variabel untuk mengetahui seberapa besar korelasi antara tiap variabel-variabel tersebut. Variabel-variabel yang dimaksud adalah pemahaman, kinerja, tanggapan. Namun tanggapan masih terbagi menjadi tiga indikator yaitu: tanggapan terhadap konsep, tanggapan terhadap pelaksanaan praktikum dan tanggapan terhadap pelaksanaan penilaian praktikum.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Data penelitian ini terdiri dari tiga jenis data yang berasal dari tiga jenis instrumen penjaring data. Instrumen yang digunakan terdiri dari: lembar observasi yang berisi daftar cek dan skala penilaian, angket yang berisi tanggapan siswa terhadap konsep, kegiatan praktikum, dan penilaian praktikum, dan tes objektif dengan lima pilihan sebagai penjaring informasi mengenai pemahaman siswa tentang konsep rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff setelah pelaksanaan asesmen kinerja dilakukan. Pengolahan skor pemahaman, kinerja, dan tanggapan siswa terdapat pada lampiran F. Tabel 4.1 berikut merupakan rangkuman data tersebut.
43
43
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Skor Siswa N
Tertinggi
X
Terendah
SD
Tot
Lk
Pr
Tot
Lk
Pr
Tot
Lk
Pr
Tot
Lk
Pr
Tot
Lk
Pr
Pemahaman
40
19
21
19,83
19,63
20,00
26
25
26
12
12
14
3,92
4,34
3,70
Kinerja
40
19
21
95,00
97,74
93,38
112
111
112
69
81
69
9,75
9,20
10,73
Tanggapan Total
40
19
21
115,18
115,11
115,00
135
135
128
99
103
99
8,67
9,83
8,22
40
19
21
32,00
31,11
31,91
37
37
37
24
24
25
3,49
3,64
3,52
40
19
21
51,28
51,79
50,81
59
59
57
43
43
43
4,17
4,73
3,75
40
19
21
31,90
31,47
32,29
40
40
37
26
26
27
2,90
3,42
2,65
1. Tanggapan thd. konsep 2. Tanggapan thd. praktikum 3. Tanggapan thd. penilaian praktikum
45
Selanjutnya berikut ini dalam tabel 4.2A sampai 4.2B ditampilkan hasil perhitungan koefisien korelasi antara tiap variabel. Penjelasan tentang tabel ini terdapat pada bagian B tentang pembahasan. Tabel 4.2A Koefisien Korelasi Antara Tiap Variabel Secara Keseluruhan (Gabungan Laki-laki dan Perempuan) P P K T
K 0,59
0,59 0,52
T 0,52 0,44
0,44
Tabel 4.2B Koefisien Korelasi Antara Tiap Variabel Secara Keseluruhan (Gabungan Laki-laki dan Perempuan) P P K Tk Tp Tpen
K 0,59
0,59 0,46 0,52 0,45
0,35 0,40 0,37
Tk 0,46 0,35 0,50 0,46
Tp 0,52 0,40 0,50
Tpen 0,45 0,37 0,46 0,65
0,651
Tabel 4.3A Koefisien Korelasi Antara Tiap Variabel untuk Siswa Laki-laki P P K T
K 0,68
0,68 0,53
T 0,53 0,47
0,47
Tabel 4.3B Koefisien Korelasi Antara Tiap Variabel untuk Siswa Laki-laki P P K Tk Tp Tpen
0,68 0,47 0,49 0,47
K 0,68 0,51 0,46 0,47
Tk 0,47 0,51 0,54 0,68
Tp 0,49 0,46 0,54 0,75
Tpen 0,47 0,47 0,68 0,75
46
Tabel 4.4A Koefisien Korelasi Antara Tiap Variabel untuk Siswa Perempuan P P K T
K 0,57
0,57 0,63
T 0,63 0,57
0,57
Tabel 4.4B Koefisien Korelasi Antara Tiap Variabel untuk Siswa Perempuan P P K Tk Tp Tpen
0,57 0,45 0,56 0,45
K 0,57 0,44 0,61 0,45
Tk 0,45 0,44 0,60 0,63
Tp 0,56 0,61 0,60
Tpen 0,45 0,45 0,63 0,64
0,64
Keterangan: P = Pemahaman K = Kinerja Tk = Tanggapan Terhadap Konsep Tp = Tanggapan Terhadap Pelaksanaan Praktikum Tpen = Tanggapan Terhadap Pelaksanaan Penilaian Praktikum
Berdasarkan skor yang diperoleh siswa tentang pemahaman konsep, kinerja saat praktikum, dan tanggapan terhadap konsep, pelaksanaan praktikum dan pelaksanaan penilaian praktikum, siswa dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu kelompok baik, sedang, dan kurang. Hasil perhitungan berdasarkan tabel 3.3, siswa yang pemahamnnya tergolong baik adalah siswa yang memiliki skor lebih besar dari 23,74 berjumlah 8 siswa (20 %), yang tergolong sedang dengan skor antara 15,91 sampai 23,74 sebanyak 25 siswa (62 %) dan yang tergolong kurang dengan skor lebih kecil dari
47
5,91 berjumlah 7 siswa (18 %). Hasil prosentase tersebut dapat dilihat dalam diagram pie sebagai berikut:
18%
20%
Baik Sedang Kurang
62%
Gambar 4.1 Diagram Prosentase Siswa yang Pemahamannya Baik, Sedang, dan Kurang Skor
pemahaman
konsep
siswa
yang
telah
diperoleh
dengan
menggunakan tes objektif dengan lima pilihan (lampiran F1) selanjutnya diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Lilliefors. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa data skor pemahaman konsep siswa berdistribusi normal dimana diperoleh Lo = 0,1088 sedangkan L untuk taraf signifikansi 5% adalah 0,1401. Berdasarkan kriteria pengujian, data berdistribusi normal jika Lo < L. Karena hasil perhitungan menunjukkan Lo < L berarti data berdistribusi normal. Uji normalitas data skor pemahaman siswa dapat dilihat pada lampiran G1. Selanjutnya data skor kinerja siswa diambil melalui lembar observasi yang disertai dengan skala penilaian. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran F1 sampai F6. Data kinerja siswa ini dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok siswa yang kinerjanya baik, kelompok siswa yang kinerjanya sedang,
48
dan kelompok siswa yang kinerjanya kurang. Hasil perhitungan berdasarkan tabel 3.3 diperoleh bahwa siswa yang kinerjanya saat praktikum tergolong baik adalah siswa dengan skor lebih besar dari 104,75. Siswa yang memperoleh skor tersebut berjumlah 7 siswa (18 %), yang tergolong kelompok sedang dengan skor antara 85,25 sampai 104,75 sebanyak 27 siswa (67 %) dan yang tergolong kelompok kurang dengan skor kurang dari 85,25 sebanyak 6 siswa (15 %). Hasil prosentase tersebut disajikan dalam diagram pie sebagai berikut:
15%
18%
67%
Baik Sedang Kurang
Gambar 4.2 Diagram Prosentase Siswa yang Kinerjanya Baik, Sedang, dan Kurang
Data skor kinerja siswa seterusnya diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Lilliefors. Dari hasil uji tersebut diketahui ternyata data skor kinerja siswa berdistribusi normal, karena Lo diperoleh sebesar 0,1081 sedangkan L untuk taraf signifikansi 5% adalah 0,1401. Terlihat bahwa Lo < L sehingga berdasarkan kriteria pengujian dapat disimpulkan bahwa data skor kinerja siswa berdistribusi normal. Uji normalitas data kinerja siswa dapat dilihat pada lampiran G2.
49
Selain data pemahaman konsep dan data kinerja siswa, dalam penelitian ini juga diambil data tanggapan siswa terhadap konsep, pelaksanaan praktikum dan pelaksanaan penilaian praktikum yang dijaring melalui lembar angket yang disebar pada semua sampel penelitian. Data yang diperoleh dijumlahkan secara total, kemudian dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu baik, sedang, dan kurang.
Hasil perhitungan berdasarkan tabel 3.3, siswa yang tanggapannya
tergolong baik adalah siswa yang memiliki skor lebih besar dari 123,83 berjumlah 8 siswa (20 %), tergolong sedang dengan skor antara 106,52 sampai 123,83 sebanyak 26 siswa (65 %), dan yang tergolong kurang dengan jumlah skor kurang dari 106,52 sebanyak 6 siswa (15 %). Hasil prosentase tersebut dapat dilihat dalam diagram pie sebagai berikut:
15%
20%
65%
Baik Sedang Kurang
Gambar 4.3 Diagram Prosentase Siswa yang Tanggapannya Baik, Sedang, dan Kurang
Data skor tanggapan siswa seterusnya diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Lilliefors. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa data tanggapan siswa berdistribusi normal, karena diperoleh Lo =0,0679 sedangkan L untuk taraf signifikansi 5% adalah 0,1401, dapat dilihat bahwa Lo < L, sehingga berdasarkan
50
kriteria pengujian dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal. Uji normalitas data tanggapan siswa dapat dilihat pada lampiran G3. Tabel 4.5 menampilkan hasil perhitungan uji normalitas data pemahaman, data kinerja, dan data tanggapan siswa. Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data Pemahaman, Kinerja, dan Tanggapan No. Data
N
Lo
L 0,05
Keterangan
1
Pemahaman
40
0,1088
0,1401 Lo < L , data berdistribusi normal
2
Kinerja
40
0,0679
0,1401 Lo < L , data berdistribusi normal
3
Tanggapan
40
0,1081
0,1401 Lo < L , data berdistribusi normal
Skor tanggapan siswa selain dikelompokkan berdasarkan tingkatan baik, sedang, dan kurang, masih terbagi dalam tiga indikator yaitu: tanggapan terhadap konsep, tanggapan terhadap pelaksanaan praktikum, dan tanggapan terhadap pelaksanaan penilaian praktikum. Berdasarkan indikator ini skor siswa juga dikelompokkan menjadi kelompok baik, sedang, dan kurang. Siswa yang tanggapannya terhadap konsep rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff tergolong baik dengan skor lebih besar dari 35,49 sebanyak 10 siswa (25 %), yang tergolong kelompok sedang dengan skor antara 28,51 sampai 35,49 sebanyak 24 siswa (60 %) dan yang tergolong kelompok kurang dengan skor kurang dari 28,51 sebanyak 6 siswa (15 %). Hasil prosentase tersebut dapat dilihat dalam diagram pie sebagai berikut:
51
15%
25%
Baik Sedang Kurang
60%
Gambar 4.4 Diagram Prosentase Siswa yang Tanggapannya Terhadap Konsep Baik, Sedang, dan Kurang
Siswa yang tanggapannya terhadap pelaksanaan praktikum konsep rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff tergolong baik dengan skor lebih besar dari 55,44 sebanyak 7 siswa (18 %), yang tergolong kelompok sedang dengan skor antara 47,11 sampai 55,44 sebanyak 27 siswa (67 %) dan yang tergolong kelompok kurang dengan skor kurang dari 47,11 ada sebanyak 6 siswa (15 %). Hasil prosentase tersebut dapat dilihat dalam gambar diagram pie sebagai berikut:
15%
18%
67%
Gambar 4.5 Diagram Prosentase Siswa yang Tanggapannya Terhadap Praktikum Baik, Sedang, dan Kurang
Baik Sedang Kurang
52
Siswa yang tanggapannya terhadap pelaksanaan penilaian praktikum tentang konsep rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff tergolong baik dengan skor lebih besar dari 34,89 sebanyak 6 siswa (15 %), yang tergolong sedang dengan skor antara 28,91 sampai 34,89 sebanyak 27 siswa (67 %) dan yang tergolong kurang dengan skor kurang dari 28,91 ada sebanyak 7 siswa (18 %). Hasil prosentase tersebut dapat dilihat dalam gambar diagram pie sebagai berikut:
15%
18%
67%
Baik Sedang Kurang
Gambar 4.6 Diagram Prosentase Siswa yang Tanggapannya Terhadap Penilaian Praktikum Baik, Sedang, dan Kurang
B.
Pembahasan
1. Analisis Pemahaman, Kinerja, dan Tanggapan Siswa Dari tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa skor rata-rata pemahaman siswa adalah 19,83, berarti siswa dapat memahami konsep rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff rata-rata 76,25 %. Skor tertinggi yang diperoleh siswa 26, skor terendah 12 dengan standar deviasi 3,92. Skor ideal tes pemahaman adalah 26 jika semua soal dapat dijawab dengan benar. Berdasarkan data yang telah
53
diuraikan di atas terlihat bahwa pemahaman konsep siswa cukup baik setelah dilakukan pembelajaran konsep rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff dengan metode praktikum penemuan yang disertai dengan penilaian kinerja siswa saat berlangsungnya praktikum. Disamping itu, dalam tabel 4.1 juga dapat dilihat bahwa skor rata-rata kinerja siswa sebesar 95 dengan skor tertinggi 112, skor terendah 69 dan standar deviasi 9,75. Skor ideal kinerja siswa jika melakukan semua tugas (task) dengan benar adalah 120. Dengan demikian berarti siswa telah melakukan tugas (task) rata-rata 79,17 % dari semua tugas yang diberikan. Kinerja siswa selama pelaksanaan praktikum ternyata cukup baik secara rata-rata karena hampir semua siswa baik yang termasuk kategori baik, sedang, maupun kurang telah melakukan tugas lebih dari 57,50 % (skor terendah) dari semua tugas yang diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa cukup antusias melakukan praktikum tentang konsep rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff. Rata-rata skor tanggapan siswa terhadap konsep, pelaksanaan praktikum dan pelaksanaan penilaian praktikum secara total adalah 115,18. Bila dikonversikan ke skala 4 maka rata-rata tanggapan siswa tersebut adalah 3,29. Artinya, rata-rata tanggapan siswa terhadap konsep rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff, pelaksanaan praktikum, dan pelaksanaan penilaian praktikum tergolong baik. Namun dari ketiga indikator tersebut skor tanggapan siswa rata-rata yang paling tinggi adalah skor tanggapan terhadap pelaksanaan praktikum yaitu 51,28. Bila dikonversikan ke skala 4 rata-ratanya adalah 3,42,
54
artinya secara umum tanggapan siswa terhadap pelaksanaan praktikum sangat baik. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa penilaian praktikum dapat memotivasi siswa saat melakukan praktikum. Terbukti sebanyak 19 siswa (47,50 %) memilih sangat setuju pada angket nomor 29 yang menyatakan bahwa penilaian saat praktikum memotivasi untuk bekerja, sedangkan selebihnya 21 siswa (52,50 %) memilih setuju dan tidak ada satu orang siswa pun yang memilih tidak setuju atau sangat tidak setuju. Kenyataan ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Megayanti (2003) dan Mahmudah (2000) bahwa penilaian saat praktikum dapat memotivasi siswa bekerja. Selanjutnya siswa juga merasa penilaian terhadap hasil belajar akan menjadi adil dan fair jika dilakukan penilaian kinerja saat praktikum, terbukti sebanyak 10 siswa (25 %) sangat setuju, 26 siswa (65 %) setuju, dan hanya 4 siswa (10 %) menyatakan tidak setuju dengan pernyataan nomor 28 pada angket, hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Estu (1995) yang menemukan sebesar 85 % sampel penelitiannya (34 siswa) merasa penilaian hasil belajar menjadi lebih adil dan fair dengan dilakukannya penilaian kinerja. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Keegen (1995), Haratua (1999), dan Rahman (2003) yang menemukan bahwa penerapan belajar penemuan dan generatif dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa. Hal ini terbukti 17 siswa (42,5 %) memilih sangat setuju selebihnya 23 siswa (57,5 %) memilih setuju pernyataan nomor 11 pada angket.
55
Skor pemahaman, kinerja, dan tanggapan siswa juga diolah berdasarkan jenis kelamin siswa. Rata-rata skor pemahaman siswa laki-laki sebagaimana terdapat pada tabel 4.1 di atas adalah 19,63, dengan skor tertinggi 25 dan skor terendah 12. Standar deviasi skor pemahaman siswa laki-laki adalah 4,34. Skor rata-rata kinerja siswa laki-laki sebesar 97,74 dengan skor tertinggi 111 dan skor terendah 81 serta memiliki standar deviasi 9,20. Skor rata-rata tanggapan total siswa laki-laki sebesar 115,11 dengan skor tanggapan tertinggi 135 dan skor terendah 103 serta standar deviasi 9,83. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.2 di atas. Skor rata-rata pemahaman siswa perempuan adalah 20 dengan skor tertinggi 26, skor terendah 14, dan standar deviasi 3,70. Skor rata-rata kinerja siswa perempuan 93,38 dengan skor tertinggi 112, skor terendah 69, dan standar deviasi 10,73. Skor rata-rata tanggapan total siswa perempuan sebesar 115 dengan skor tertinggi 128 dan skor terendah 99 serta standar deviasi 8,22. Data skor pemahaman, kinerja, dan tanggapan siswa laki-laki dan siswa perempuan secara umum menunjukkan adanya kesamaan kemampuan antara siswa laki-laki dan siswa perempuan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata skor yang diperoleh baik siswa laki-laki maupun perempuan yang hampir sama.
2. Hubungan Antara Kinerja dengan Pemahaman Konsep Siswa Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.1 terlihat bahwa pemahaman siswa tentang konsep rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff cukup baik. Hal ini tergambar dari rata-rata skor yang diperoleh oleh siswa. Kinerja siswa juga cukup baik saat praktikum tentang rangkaian hambatan
56
listrik dan hukum Kirchhoff yang juga tergambar dari rata-rata skor kinerja siswa saat praktikum. Sesuai dengan yang diuraikan dalam bab I, hipotesis pertama yang diajukan pada penelitian ini adalah “tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kinerja siswa dengan pemahaman konsep siswa”. Dalam hal ini pemahaman konsep siswa merupakan variabel terikat, sedangkan kinerja siswa saat praktikum merupakan variabel bebas. Pengujian terhadap hipotesis penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menggunakan uji Jaspen’s dan uji korelasi regresi linier. Pengujian hipotesis dengan menggunakan uji Jaspen’s dilakukan dengan terlebih dahulu mengolah data skor kinerja siswa ke dalam kelompok baik, sedang dan kurang, sedangkan data pemahaman konsep siswa tetap dalam bentuk data interval. Hasil perhitungan dengan menggunakan uji Jaspen’s diperoleh harga koefisien korelasi Jaspen’s M = 0,78, koefisien korelasi Jaspen’s sebesar ini menurut Hasan (2004) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara kinerja siswa saat praktikum dengan pemahaman konsep siswa tentang konsep rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff. Harga koefisien korelasi Jaspen’s tersebut di atas kemudian diuji signifikansinya dengan terlebih dahulu mengubahnya menjadi nilai Pearson (r), setelah itu nilai r tersebut dibandingkan dengan nilai r pada tabel sesuai dengan taraf signifikansi yang diinginkan yaitu 5 % (0,05). Diperoleh bahwa nilai rhitumg = 0,674, sedangkan rtabel untuk taraf signifikansi 0,05 dan derajat kebebasan (dk) N –2 = 40 –2 =38 adalah 0,294. Dari hasil perhitungan ini terlihat bahwa rhitumg >
57
rtabel, sehingga hipotesis nol ditolak, berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kinerja siswa saat praktikum dengan pemahaman konsep siswa tentang konsep rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff pada taraf signifikansi 0,05. Pengujian kedua terhadap hubungan antara kinerja dengan pemahaman dilakukan dengan uji korelasi regresi linier. Hubungan fungsional kedua variabel tersebut dinyatakan dalam persamaan regresi Y atas X (Ŷ = a + bX). Berdasarkan perhitungan regresi Y atas X (lampiran H2) persamaan regresi linier Ŷ = -2,91 + 0,24 X. Penafsiran dari persamaan regresi itu memberikan indikasi bahwa akan terjadi perubahan pada Y sebesar 0,24 satuan setiap penambahan sebesar satu satuan pada variabel X atau dengan kata lain setiap peningkatan X sebesar 100 %, maka Y akan meningkat sebesar 24 %. Selanjutnya
untuk
memastikan
bahwa
kedua
variabel
memiliki
ketergantungan satu sama lain, maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap independensi dan linieritas persamaan yang dilakukan dengan uji statistik F. Tabel 4.6 berikut adalah hasil perhitungan analisis variansi untuk mengetahui independensi dan linieritas.
58
Tabel 4.6 Analisis Varians Regresi untuk Uji Independensi dan Linieritas Y atas X(Kinerja-Pemahaman) Sumber variasi
dk
JK
KT
Regresi (a)
1
15721,23
15721,23
Regresi (b I a)
1
217,73
217,73
Residu
38
396,05
10,42
Tuna cocok
23
279,71
12,16
Kekeliruan
15
116,34
Fhitung
Ftabel
20,89
4,10
1,57
2,30
7,76
Hasil perhitungan dalam tabel 4.6 menunjukkan bahwa Fhitung sebesar 20,89 dan Ftabel dengan taraf signifikansi 0,05 dan dk (1,38) menunjukkan nilai 4,10, sehingga Fhitung > Ftabel. Berdasarkan kriteria pengujian (lampiran H2), kenyataan ini menunjukkan bahwa kinerja siswa saat praktikum dengan pemahaman konsep siswa tentang rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff tidak bebas statistik. Dengan kata lain pemahaman memiliki ketergantungan dengan kinerja pada hasil penelitian. Dengan demikian dapat diramalkan bahwa setiap peningkatan kinerja siswa saat praktikum akan berakibat terhadap peningkatan pemahaman konsep siswa tentang konsep rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff. Untuk menguji hubungan antara kinerja siswa saat praktikum dengan pemahaman konsep siswa tentang konsep rangkaian hambatan listrik apakah bersifat linier atau non linier dilakukan uji statistik F tuna cocok. Berdasarkan hasil perhitungan yang terangkum dalam tabel 4.6 di atas diperoleh Fhitung sebesar 1,57, sedangkan Ftabel untuk taraf signifikansi 0,05 dan dk (23,15) menunjukkan
59
nilai 2,30. Ternyata Fhitung < Ftabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa berdasarkan kriteria pengujian bentuk persamaan regresi tersebut berpola linier. Persamaan regresi Ŷ = -2,91 + 0,24X dapat dipertanggungjawabkan bagi peramalan penelitian. Untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel kinerja siswa saat praktikum (X) dengan variabel pemahaman konsep siswa (Y) digunakan analisis korelasi sederhana. Dari hasil perhitungan (lampiran H2) diperoleh rxy = 0,59 dengan koefisien determinasi 0,592 x 100% = 34,81%. Berdasarkan koefisien determinasi
ini
dapat
diketahui
bahwa
kinerja
siswa
saat
praktikum
mempengaruhi pemahaman konsep siswa sebesar 34,81 % dan sisanya 65,19 % disebabkan oleh faktor lain. Koefisien korelasi anta kinerja dengan pemahaman sebesar
0,59
menurut
Arikunto
(2001),
menunjukkan
hubungan
yang
moderat/sedang. Hubungan yang moderat ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Megayanti (2003) yang meneliti tentang hubungan kinerja dengan peningkatan pemahaman konsep siswa tentang subkonsep protozoa yang memperoleh koefisien korelasi sebesar 0,62 (sedang/moderat). Untuk mengetahui keberartian hubungan kedua variabel tersebut digunakan uji signifikansi dengan menggunakan rumus z test. Hasil perhitungan z test diperoleh zhitung = 4,18, sedangkan ztabel untuk taraf signifikansi 0,05 adalah 1,96. Nampak bahwa zhitung tidak terletak antara - ztabel dengan ztabel. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis nol (Ho) ditolak. Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara kinerja siswa saat praktikum dengan pemahaman siswa tentang
60
konsep rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff pada taraf signifikansi 0,05. Koefisien korelasi kinerja siswa dengan pemahaman konsep siswa yang diuji dengan uji Jaspen’s setelah dikonversikan ke dalam nilai Pearson diperoleh r = 0,68, sedangkan koefisien korelasi product moment diperoleh r = 0,59. Kedua harga koefisien korelasi ini memiliki perbedaan sebesar 0,09, perbedaan ini terjadi karena pada uji Jaspen’s skor kinerja siswa dikelompokkan menjadi hanya tiga kelompok data yaitu baik, sedang, dan kurang. Sehingga banyak informasi yang tereduksi. Koefisien korelasi product moment lebih baik daripada koefisien korelasi hasil uji Jaspen’s, karena data yang diolah dengan korelasi product moment adalah skor mentah yang informasinya lebih akurat daripada skor yang sudah dikelompokkan.
3. Perbedaan Kinerja Siswa Laki-laki dengan Siswa Perempuan Bagian ini merupakan upaya untuk menguji hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini dengan jenis kelamin sebagai variabel bebas (X) dan kinerja saat praktikum sebagai variabel terikat (Y). Dihipotesiskan bahwa “tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja siswa laki-laki dengan kinerja siswa perempuan saat praktikum tentang konsep rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff”. Pengujian terhadap hipotesis ini dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan menggunakan uji perbedaan rata-rata t test. Pada pengujian dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov skor kinerja siswa laki-laki dan siswa perempuan terlebih dahulu diolah menjadi kelompok
61
baik, sedang, dan kurang. Lalu dihitung jumlah siswa laki-laki dan perempuan yang kinerjanya baik, sedang, dan kurang, setelah itu baru dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov dengan menghitung Dhitung dan membandingkannya dengan Dtabel. Hasil perhitungan (lampiran H18) diperoleh harga Dhitung sebesar 0,03, sedangkan Dtabel dengan taraf signifikansi 0,05 dan n = 40 adalah 0,43. Dari kedua harga D tersebut dapat dilihat bahwa Dhitung < Dtabel, kenyataan ini menunjukkan bahwa hipotesis nol (Ho) diterima, artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja siswa laki-laki dengan kinerja siswa perempuan tentang konsep rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff pada taraf signifikansi 0,05. Pengujian yang kedua dilakukan dengan uji perbedaan rata-rata t test terhadap kinerja siswa laki-laki dengan siswa perempuan. Skor rata-rata kinerja laki-laki diperoleh 96,79 dan skor rata-rata kinerja siswa perempuan 93,38. Kedua skor rata-rata ini diuji apakah berbeda secara signifikan atau tidak dengan menggunakan t test. Hasil perhitungan (Lampiran H19) memperoleh harga t hitung sebesar 1,09, sedangkan ttabel untuk taraf signifikansi 0,05 dan derajat kebebasan dk = 38 adalah 2,021. Dari kedua harga t tersebut dapat dilihat bahwa t hitung tidak terletak antara - ttabel dengan ttabel, dengan demikian hipotesis nol (Ho) yang diajukan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja siswa laki-laki dengan kinerja siswa perempuan saat praktikum tentang konsep rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff diterima. Artinya kinerja siswa laki-laki dan kinerja siswa perempuan saat praktikum tentang rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff tidak berbeda secara signifikan.
62
Tidak adanya perbedaan kinerja siswa laki-laki dengan kinerja siswa perempuan secara signifikan, dibuktikan dengan pengujian baik dengan uji Kolmogorov-Smirnov maupun uji perbedaan rata-rata t test. Hasil pengujian yang dilakukan dengan uji perbedaan rata-rata t test lebih baik dan lebih terpercaya daripada yang dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov, karena data skor yang digunakan dengan uji perbedaan rata-rata t test adalah data skor mentah sehingga tidak ada data yang tereduksi, sedangkan data skor yang digunakan pada uji Kolmogorov-Smirnov adalah data yang sudah dikelompokkan, dengan demikian banyak informasi skor yang tereduksi.
4.
Hubungan Antara Tanggapan Siswa dengan Kinerja Siswa Saat Praktikum Bagian ini merupakan upaya untuk menguji hipotesis ketiga yang diajukan
dalam penelitian ini dengan tanggapan siswa sebagai variabel bebas (X) dan kinerja siswa saat praktikum sebagai variabel terikat (Y). Hipotesis ketiga ini diuji menggunakan dua cara pengujian yaitu dengan uji kontingensi dan uji korelasi regresi linier sederhana. Hipotesis nol yang diajukan adalah “tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tanggapan siswa dengan kinerja siswa saat praktikum tentang konsep rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff”. Pada uji kontingensi kedua skor variabel terlebih dahulu diolah menjadi tiga kelompok data yaitu kelompok yang tanggapannya baik, sedang, dan kurang serta kelompok yang kinerjanya baik, sedang, dan kurang. Setelah itu baru dilakukan uji kontingensi untuk melihat hubungan antara kedua variabel
63
dimaksud. Berdasarkan hasil perhitungan (lampiran H3) diperoleh bahwa besarnya chi kuadrat hitung (χ2hitung) adalah 13,69 sedangkan chi kuadrat tabel (χ2tabel) untuk taraf signifikansi 0,05 dan derajat kebebasan dk = 4 adalah 9,488. Dari kedua harga chi kuadrat tersebut dapat dilihat bahwa χ2hitung > χ2tabel, dengan demikian hipotesis nol ditolak. Hal ini berarti terdapat hubungan yang nyata antara tanggapan siswa dengan kinerja siswa saat praktikum pada taraf signifikansi 0,05. Pengujian yang kedua terhadap hipotesis yang ketiga tentang ada atau tidaknya hubungan yang signifikan antara tanggapan siswa dengan kinerja siswa saat praktikum tentang konsep rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff, dilakukan dengan uji korelasi regresi linier sederhana. Hubungan fungsional kedua variabel tersebut dinyatakan dalam persamaan regresi Y atas X (Ŷ = a + bX). Berdasarkan perhitungan (lampiran H4) regresi Y atas X diperoleh konstanta a = 38,37 dan koefisien arah regresi b = 0,49 atau dalam persamaan regresi linier Ŷ = 38,37 + 0,49 X. Penafsiran dari persamaan regresi itu memberikan indikasi bahwa akan terjadi peningkatan atau penurunan pada variabel Y sebesar 0,49 satuan setiap terjadi peningkatan atau penurunan sebesar satu satuan pada variabel X atau dengan kata lain setiap peningkatan X sebesar 100 %, maka Y akan meningkat sebesar 49,2 %. Selanjutnya untuk memastikan apakah kedua variabel memiliki saling ketergantungan satu sama lain atau kedua variabel saling bebas statistik (independen), maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap independensi dan linieritas persamaan yang dilakukan dengan uji statistik F. Tabel 4.7 berikut ini
64
adalah hasil perhitungan analisis variansi untuk mengetahui independensi dan linieritas dimaksud: Tabel 4.7 Analisis Varians Regresi untuk Uji Independensi dan Linieritas Y atas X (Tanggapan – Kinerja) Sumber variasi
dk
JK
KT
Regresi (a)
1
361000
361000
Regresi (b I a)
1
724,22
724,22
Residu
38
3081,78
81,09
Tuna cocok
21
1620,19
77,15
Kekeliruan
17
1461,59
85,98
Fhitung
Ftabel
8,93
4,10
0,89
2,22
Berdasarkan hasil perhitungan dalam tabel di atas menunjukkan bahwa Fhitung sebesar 8,93 dan Ftabel dengan taraf signifikansi 0,05 dan dk (1,38) menunjukkan nilai 4,10. Dapat dilihat bahwa Fhitung > Ftabel. Berdasarkan kriteria pengujian (lampiran H4), kenyataan ini menunjukkan bahwa tanggapan siswa dengan kinerja siswa saat praktikum tentang rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff tidak bebas statistik. Dengan kata lain tanggapan siswa memiliki ketergantungan dengan kinerja siswa saat praktikum pada hasil penelitian. Dengan demikian dapat diramalkan bahwa setiap peningkatan tanggapan siswa akan berakibat terhadap peningkatan kinerja siswa saat praktikum tentang konsep rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff. Pengujian terhadap hubungan antara variabel tanggapan siswa dengan variabel kinerja siswa saat praktikum tentang konsep rangkaian hambatan listrik apakah bersifat linier atau non linier dilakukan uji statistik F tuna cocok.
65
Berdasarkan hasil perhitungan yang terangkum dalam tabel 4.7 di atas diperoleh Fhitung sebesar 0,89, sedangkan Ftabel untuk taraf signifikansi 0,05 dan dk (21,17) menunjukkan nilai 2,22. Berdasarkan kriteria pengujian (lampiran H4), kenyataan atas perhitungan ini yaitu Fhitung < Ftabel, menunjukkan bahwa bentuk persamaan regresi tersebut berpola linier. Sehingga persamaan regresi Ŷ = 38,37 + 0,49 X dapat dipertanggungjawabkan bagi peramalan penelitian. Untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel tanggapan siswa (X) dengan variabel kinerja siswa saat praktikum (Y) digunakan analisis korelasi sederhana. Dari hasil perhitungan (lampiran H4) diperoleh rxy = 0,44 dengan koefisien determinasi 0,442 x 100% = 19,36 %. Berdasarkan koefisien determinasi ini dapat diketahui bahwa tanggapan siswa mempengaruhi kinerja siswa saat praktikum sebesar 19,36 % dan sisanya 80,64 % disebabkan oleh faktor lain. Untuk menguji keberartian hubungan kedua variabel tersebut digunakan perhitungan uji signifikansi dengan menggunakan rumus z test. Hasil perhitungan z test diperoleh zhitung = 2,84, sedangkan ztabel untuk taraf signifikansi 0,05 adalah 1,96. Nampak bahwa zhitung tidak terletak antara - ztabel dengan ztabel, hal ini menunjukkan bahwa hipotesis nol (Ho) ditolak, berarti terdapat hubungan yang signifikan antara tanggapan siswa dengan kinerja siswa saat praktikum tentang konsep rangkaian listrik dan hukum Kirchhoff pada taraf signifikansi = 0,05. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan dengan dua cara di atas, ternyata kedua hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tanggapan siswa dengan kinerja siswa saat praktikum. Namun demikian pengujian yang menggunakan uji korelasi product
66
moment lebih baik dan lebih dipercaya karena data yang digunakan pada pengujian ini adalah skor mentah sehingga tidak ada informasi yang tereduksi. Sedangkan pengujian dengan uji kontingensi menggunakan data skor yang sudah dikelompokkan sehingga banyak informasi yang sudah tereduksi.
5.
Perbedaan Tanggapan Siswa Terhadap Konsep Rangkaian Hambatan Listrik dan Hukum Kirchhoff, Kegiatan Praktikum dan Penilaian Praktikum Antara Siswa yang Pemahaman Konsepnya Baik, Sedang dan Kurang Hipotesis yang keempat pada penelitian ini mengajukan bahwa “tidak
terdapat perbedaan yang signifikan tanggapan siswa terhadap konsep rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff, kegiatan praktikum dan penilaian praktikum antara siswa yang pemahaman konsepnya baik, sedang dan kurang”. Pengujian terhadap hipotesis ini akan dilakukan satu persatu sehingga menjadi tiga pengujian. Pertama, perbedaan tanggapan siswa terhadap konsep rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff antara siswa yang pemahaman konsepnya baik, sedang dan kurang. Kedua, perbedaan tanggapan siswa terhadap pelaksanaan praktikum antara siswa yang pemahaman konsepnya baik, sedang, dan kurang. Ketiga, perbedaan tanggapan siswa terhadap pelaksanaan penilaian praktikum antara siswa yang pemahaman konsepnya baik, sedang, dan kurang. Pengujian terhadap ketiga tanggapan ini dilakukan dengan uji kontingensi chi kuadrat χ2. Hasil uji chi kuadrat tentang perbedaan tanggapan siswa terhadap konsep antara siswa yang pemahaman konsepnya baik, sedang, dan kurang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan tanggapan siswa terhadap konsep
67
antara siswa yang pemahaman konsepnya baik, sedang, dan kurang. Kesimpulan ini di peroleh berdasarkan hasil perhitungan (lampiran H15), dimana diperoleh bahwa harga χ2hitung = 14,65, sedangkan χ2tabel pada taraf signifikansi 0,05 dan dk = 4 adalah 9,49. Dengan membandingkan kedua harga χ2 tersebut diperoleh bahwa χ2hitung > χ2tabel, dengan demikian hipotesis nol yang diajukan bahwa tidak terdapat perbedaan tanggapan siswa terhadap konsep yang signifikan antara siswa yang pemahaman konsepnya baik, sedang, dan kurang ditolak pada taraf nyata 0,05. Hipotesis selanjutnya yaitu tidak terdapat perbedaan tanggapan siswa terhadap pelaksanaan praktikum yang signifikan antara siswa yang pemahaman konsepnya baik, sedang, dan kurang juga ditolak berdasarkan perhitungan (lampiran H16) bahwa χ2hitung diperoleh sebesar 15,74, sedangkan χ2tabel pada taraf signifikansi 0,05 dan dk = 4 adalah 9,488. dapat dilihat bahwa χ2hitung > χ2tabel. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tanggapan siswa terhadap pelaksanaan praktikum yang signifikan antara siswa yang pemahaman konsepnya baik, sedang, dan kurang pada taraf signifikansi 0,05. Kemudian hasil penghitungan χ2 pada pengujian hipotesis tidak terdapat perbedaan tanggapan siswa terhadap pelaksanaan penilaian praktikum yang signifikan antara siswa yang pemahaman konsepnya baik, sedang, dan kurang diperoleh harga χ2hitung = 11,15, sedangkan χ2tabel pada taraf signifikansi 0,05 dan dk = 4 adalah 9,488. dengan demikian χ2hitung > χ2tabel, sehingga hipotesis nol tersebut ditolak (lampiran H17). Artinya terdapat perbedaan tanggapan siswa terhadap pelaksanaan penilaian praktikum yang signifikan antara siswa yang pemahaman konsepnya baik, sedang dan kurang pada taraf signifikansi 0,05.
68
Secara keseluruhan dari pengujian ketiga hipotesis tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa yang tanggapannya baik terhadap konsep, pelaksanaan praktikum, dan penilaian praktikum, maka pemahaman konsepnya juga akan baik tentang rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff. Analisis lebih lanjut terhadap perbedaan tanggapan antara siswa yang pemahamannya baik, sedang, dan kurang adalah menggunakan analisis korelasional regresi sederhana. Analisis ini dilakukan karena pengujian dengan uji kontingensi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tanggapan antara siswa yang pemahaman konsepnya baik, sedang, dan kurang, untuk melihat apakah perbedaan tanggapan itu secara keseluruhan mempunyai hubungan yang linier dengan pemahaman konsep, maka dilakukan uji regresi linier sederhana. Berdasarkan analisis ini hubungan fungsional kedua variabel tersebut dinyatakan dalam persamaan regresi Y atas X (Ŷ = a + bX). Berdasarkan perhitungan (lampiran H5) regresi Y atas X diperoleh konstanta a = -7,35 dan koefisien arah regresi b = 0,24 atau dalam persamaan regresi linier Ŷ = -7,35 + 0,24 X. Penafsiran dari persamaan regresi itu memberikan indikasi bahwa akan terjadi peningkatan atau penurunan pada variabel Y sebesar 0,24 satuan setiap terjadi peningkatan atau penurunan sebesar satu satuan pada variabel X atau dengan kata lain setiap peningkatan X sebesar 100 %, maka Y akan meningkat sebesar 23,60%. Selanjutnya untuk memastikan apakah kedua variabel memiliki saling ketergantungan satu sama lain atau kedua variabel saling bebas statistik (independen), maka dilakukan pemeriksaan terhadap independensi dan linieritas persamaan yang dilakukan dengan uji statistik F. Tabel 4.8 berikut ini adalah
69
hasil perhitungan analisis variansi untuk mengetahui independensi dan linieritas dimaksud: Tabel 4.8 Analisis Varians Regresi untuk Uji Independensi dan Linieritas Y atas X (Tanggapan – kinerja) Sumber variasi
dk
JK
KT
Regresi (a)
1
15721,23
15721,23
Regresi (b I a)
1
260,85
260,85
Residu
38
352,93
9,29
Tuna cocok
21
120,68
5,75
Kekeliruan
17
232,25
13,66
Fhitung
Ftabel
28,09
4,10
0,42
2,22
Berdasarkan hasil perhitungan dalam tabel di atas menunjukkan bahwa Fhitung sebesar 28,09 dan Ftabel dengan taraf signifikansi 0,05 dan dk (1,38) menunjukkan nilai 4,10, dapat dilihat bahwa Fhitung > Ftabel. Berdasarkan kriteria pengujian (lampiran H5), kenyataan ini menunjukkan bahwa tanggapan siswa dengan pemahaman konsep siswa tentang rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff
tidak bebas statistik. Dengan kata lain variabel tanggapan siswa
memiliki ketergantungan dengan variabel pemahaman konsep siswa pada hasil penelitian. Dengan demikian dapat diramalkan bahwa setiap peningkatan tanggapan siswa akan menyebabkan peningkatan pemahaman siswa tentang konsep rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff. Pengujian terhadap hubungan antara variabel tanggapan siswa dengan variabel pemahaman konsep siswa tentang konsep rangkaian hambatan listrik apakah bersifat linier atau non linier dilakukan uji statistik F tuna cocok.
70
Berdasarkan hasil perhitungan yang terangkum dalam tabel 4.8 di atas diperoleh Fhitung sebesar 0,42, sedangkan Ftabel untuk taraf signifikansi 0,05 dan dk (21,17) menunjukkan nilai 2,22. Kenyataan atas perhitungan ini yaitu Fhitung < Ftabel, berdasarkan kriteria pengujian menunjukkan bahwa bentuk persamaan regresi tersebut berpola linier. Sehingga persamaan regresi Ŷ = -7,35+ 0,24 X dapat dipertanggungjawabkan bagi peramalan penelitian. Untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel tanggapan siswa (X) dengan variabel pemahaman konsep siswa (Y) digunakan analisis korelasi sederhana. Dari hasil perhitungan diperoleh rxy = 0,52 dengan koefisien determinasi 0,522 x 100% = 27,14 %. Berdasarkan koefisien determinasi ini dapat diketahui bahwa tanggapan siswa mempengaruhi pemahaman konsep siswa tentang rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff sebesar 27,14 % dan sisanya 72,86 % disebabkan oleh faktor lain. Untuk menguji keberartian hubungan kedua variabel tersebut digunakan uji signifikansi dengan menggunakan rumus z test. Hasil perhitungan z test diperoleh zhitung = 3,51, sedangkan ztabel untuk taraf signifikansi 0,05 adalah 1,96. Nampak bahwa zhitung tidak terletak antara - ztabel dengan ztabel, hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tanggapan siswa dengan pemahaman konsep siswa tentang konsep rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff pada taraf signifikansi = 0,05. Untuk melihat lebih jauh tentang hubungan antar tiap variabel, lebih lanjut dilakukan analisis tentang hubungan masing-masing variabel (lampiran H1 sampai H14 dan H20 sampai H43). Dari hasil perhitungan korelasi antara tiap-tiap
71
variabel diperoleh hubungan yang sedang (moderat) antara tiap-tiap variabel. Besar koefisien korelasi antara tiap variabel berkisar antara 0,35 sampai 0,75. Melalui uji signifikansi korelasi, semua koefisien korelasi menunjukkan bahwa antara tiap variabel mempunyai hubungan yang signifikan pada taraf signifikansi 0,05. Selengkapnya koefisien korelasi tiap variabel dapat dilihat pada tabel 4.2A – 4.4B.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan hasil pembahasan pada bab IV, dapat disimpulkan bahwa: 1.
Terdapat korelasi yang positif antara kinerja siswa dengan pemahaman konsep siswa pada taraf nyata 0,05. Koefisien korelasinya r = 0,59, koefisien korelasi ini menunjukkan bahwa antara kinerja dengan pemahaman memiliki korelasi positif yang sedang/moderat. Berdasarkan koefisien determinasinya diketahui bahwa kinerja mempengaruhi pemahaman siswa sebesar 35,5 %.
2.
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja siswa laki-laki dengan kinerja siswa perempuan pada taraf nyata 0,05 pada pembelajaran tentang konsep rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff.
3.
Hubungan antara tanggapan siswa dengan kinerja siswa memiliki korelasi yang signifikan pada taraf nyata 0,05. Koefisien korelasinya r = 0,44, koefisien korelasi ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif yang sedang/moderat antara tanggapan dengan kinerja siswa. Berdasarkan koefisien determinasinya diketahui bahwa tanggapan mempengaruhi kinerja siswa sebesar 19,36 %.
4.
Tanggapan siswa terhadap konsep, pelaksanaan praktikum, maupun pelaksanaan penilaian praktikum antara siswa yang pemahamannya baik, sedang, dan kurang menunjukkan perbedaan yang signifikan pada taraf nyata 0,05. Artinya siswa yang pemahaman konsepnya baik, tanggapannya terhadap
72
73
konsep, praktikum, dan penilaian praktikum berbeda dengan siswa yang pemahaman konsepnya sedang maupun kurang. Perbedaan ini ternyata menunjukkan hubungan yang linier antara tanggapan dengan pemahaman. Analisis korelasi menunjukkan bahwa hubungan keduanya termasuk korelasi sedang/moderat. Berdasarkan koefisien determinasinya diketahui bahwa tanggapan mempengaruhi pemahaman siswa sebesar 27,14 %. 5.
Secara umum antara ketiga variabel pemahaman, kinerja, dan tanggapan memiliki korelasi yang sedang/moderat.
6.
Penelitian ini berbeda dengan anggapan umum bahwa orang yang kinerjanya baik adalah orang yang paham terlebih dahulu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa akan baik jika kinerjanya sudah baik terlebih dahulu. Kinerja siswa saat praktikum memiliki hubungan yang signifikan dengan
pemahaman konsep siswa. Tanggapan siswa memiliki hubungan yang signifikan dengan kinerja dan pemahaman konsep siswa. Adanya saling hubungan ini mengisyaratkan bahwa jika kinerja siswa baik maka pemahaman konsepnya akan baik pula, jika tanggapan siswa baik maka kinerja dan pemahaman konsepnya juga akan baik. Oleh karena itu dalam pembelajaran, guru hendaknya tidak terpaku pada sistem penilaian konvensional yaitu paper and pencil test, tetapi perlu adanya inovasi penilaian dengan melaksanakan asesmen kinerja siswa saat praktikum. Asesmen kinerja tidak hanya sekedar memiliki ketergantungan yang positif dengan pemahaman konsep siswa, tetapi asesmen kinerja dapat juga memotivasi siswa untuk bekerja lebih sungguh-sungguh. Berdasarkan hasil
74
penelitian ini asesmen kinerja sangat penting dilakukan terutama dalam pembelajaran fisika yang menggunakan metode praktikum. Disamping itu perlu adanya usaha untuk menghilangkan anggapan siswa bahwa fisika merupakan pelajaran yang sulit dan tidak disukai, menjadi pelajaran yang mudah dan disenangi, sehingga tanggapan mereka terhadap pelajaran fisika menjadi baik. Jika tanggapan siswa baik maka kinerja dan pemahaman konsep siswa juga menjadi baik. Salah satu usaha yang dapat dilakukan guru adalah dengan menggunakan metode pembelajaran praktikum dan mengases kinerja siswa saat praktikum tersebut berlangsung.
B. Saran 1.
Untuk Sekolah Sekolah hendaknya lebih memperhatikan kelengkapan laboratorium. Peralatan laboratorium yang lengkap akan menunjang kegiatan praktikum yang baik. Dengan demikian siswa akan lebih terlatih, mampu, dan terampil dalam menggunakan alat. Kemampuan dan keterampilan berhubungan dengan kinerja siswa dan kinerja siswa akan lebih banyak muncul pada saat kegiatan praktikum, sehingga lebih mudah untuk dinilai.
2.
Untuk Guru Kepada guru disarankan beberapa hal yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penerapan asesmen kinerja, sebagai berikut: a.
Pembelajaran konsep rangkaian hambatan listrik dan hukum Kirchhoff sebaiknya menggunakan metode eksperimen, sehingga siswa dapat unjuk kerja yang merupakan salah satu keterampilan hidup yang dapat
75
digunakannya setelah tamat. Disamping itu Guru hendaknya lebih sering mengajak atau menyertakan siswa dalam kegiatan praktikum pada konsep-konsep yang memerlukan praktikum sehingga siswa tidak asing dengan kegiatan dan peralatan praktikum. b.
Guru hendaknya menggunakan alternatif penilaian yang tidak hanya mengukur kemampuan kognitif saja. Asesmen kinerja merupakan alternatif penilaian yang dapat mengukur kinerja, dengan asesmen kinerja penilaian akan lebih fair, valid, dan dapat dipertanggungjawabkan, karena penilaian tidak dititikberatkan pada aspek kognitif saja.
c.
Dalam penggunaan asesmen kinerja guru harus cerdik dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai untuk digunakan, agar hasil asesmen kinerja menjadi baik.
d.
Guru harus menyusun deskriptor-deskriptor asesmen dalam lembar observasi dan rubrik dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang ingin dinilai dan disesuaikan dengan kemampuan siswa, sehingga hasil asesmen benar-benar menggambarkan kemampuan siswa.
3.
Untuk Siswa Dalam mempelajari fisika siswa hendaknya tidak terjebak dengan hapalan-hapalan saja. Siswa harus mampu unjuk kerja dengan baik, karena hal tersebut merupakan salah satu cara meningkatkan pemahaman konsep.
4.
Untuk Peneliti Lain Asesmen kinerja ini diterapkan pada konsep fisika yang lain dan hasilnya dihubungkan dengan faktor-faktor lain seperti latar belakang siswa,
76
interaksi siswa dalam kelas, kondisi ekonomi siswa, tempat tinggal siswa, dan seberapa besar faktor-faktor itu memberikan kontribusi terhadap kinerja dan pemahaman konsep siswa. 5. Untuk Perguruan Tinggi Tes seleksi masuk perguruan tinggi hendaknya tidak hanya menyangkut pemahaman konsep saja tetapi juga menyangkut kinerja siswa yang soalnya bisa dimodifikasi sebagai soal kinerja yang dijawab secara tertulis., sehingga guru-guru di SLTA terpacu untuk melakukan asesmen kinerja.
C. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini masih memiliki keterbatasan-keterbatasan antara lain: 1. Observer yang mengases kinerja siswa jumlahnya masih kurang, seharusnya sekurang-kurangnya satu kelompok praktikum diases seorang observer. Dalam penelitian ini satu observer mengases dua kelompok. 2. Subjektivitas observer dimungkinkan masih akan terjadi, walaupun telah diminimalisir
dengan
cara
melakukan
asesmen
bersama
untuk
menyamakan kriteria pemberian skor terhadap kinerja siswa. 3. Sampel penelitian yang cukup terbatas hanya 40 siswa, dengan jumlah sampel yang lebih banyak secara statistik hasil penelitian akan semakin baik. 4. Kelompok sampel hanya berasal dari sekolah yang tergolong sedang, sedangkan sekolah yang tergolong baik dan kurang tidak diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
Airasian, P.W. (1994). Classroom Assessment. International Edition. New York: Mc.Graw Hill. Amien, M. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan Metode “Discovery dan Inquairy”. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Arikunto, S. (1996). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bhinneka Cipta. Arikunto, S. (2001). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: PT Bumi Aksara. Bruner, J.S. (1968). Toward a Theory of Instruction. New York: W.W. Norton & Company. Inc. Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga. Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Standar Kompetensi Mata Pelajaran Fisika Sekolah Menengah Atas dan Aliyah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. (2003). Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Fisika. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. (2003). Pedoman Umum Pengembangan Sistem Penilaian Hasil Belajar Berbasis Kompetensi Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. (2004). Sistem Penilaian Kurikulum 2004. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Estu, S. (1999). Penerapam Penilaian Kinerja Siswa dalam Pembelajaran IPA SD Kelas V. Tesis: PPs. UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Hamid, S. (1995).Pengembangan Penguasaan Konsep-Konsep Fisika Teknik Bangunan pada Tahap Kemampuan Berfikir Formal. (Studi Kasus Pengembangan Prosaes Belajar Mengajar Berdasarkan Kondisi yang Ada Melalui Model Belajar Penemuan pada Siswa Jurusan Bangunan STM Negeri Bandung. Tesis: PPs. UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
77
78
Haratua,
T.M.S. (1999). Penerapan Model Belajar Generatif dalam Pembelajaran Rangkaian Listrik Arus Searah. Tesis PPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Hidayat, E. M dan Maryani. (1998). Alternatif Penilaian Hasil Belajar. IKIP Bandung. Makalah Disampaiakan pada Seminar Nasional Pendidikan Biologi FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan. Irawan, R. (2002). Asesmen Kinerja Siswa dalam Praktikum Mikroorganisme Kolam. Skripsi: FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Iskandar, T. (2000). Penerapan Penilaian Kinerja (Performance Assessment) dalam Kegiatan Laboratorium Pada Konsep Reproduksi Tumbuhan Biji di Madrasah Aliyah. Tesis PPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Keegen, K. (1995). “Pysichological And Physiological Mechanisms By Which Discovery and Didactic Methods Work”. Journal school science and mathematics. 95 (1), 3 – 10. Mahmudah, S. (2000). Penerapan Penilaian Kinerja (Performance Assessment) Pada Pembelajaran Subkonsep Jaringan Hewan (Penelitian Tindakan Kelas di MAN Yokyakarta). Tesis: PPs. UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Marzano, at. al. (1994). Assessing Student Outcomes. Virginia: Association for Supervision Curriculum Development Alexandria. Megayanti, E. (2003). Hasil Asesmen Kinerja Siswa pada Praktikum dan Hubungannya dengan Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa pada Sub Konsep Protozoa. Skripsi UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Popham, W.J. (1995). Classroom Assessment: What Teachers Need to Know. Mass: Allyn-Bacon. Pusat Kurikulum. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Pusat Kurikulum - Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Dasar dan Menengah. Pusat Kurikulum. (2002). Kurikulum dan Hasil Belajar. Jakarta: Pusat Kurikulum - Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Dasar dan Menengah. Rahman, M.H.I. (2003). Penerapan Model Penemuan dengan Kegiatan Laboratorium Listrik Dinamis. Tesis PPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
79
Reichel, A.G. (1994). “Performance Assessment: Five Practical Approach”. Journal Science & Children, 32 (2), 21-25. Rustaman. (2000). Asesmen Keterampilan Proses. Diktat Kuliah Program Studi Pendidikan IPA PPs UPI Bandung. Setiyabudhi. (1991). Kemampuan Berfikir Formal dalam Menguasai KonsepKonsep Fisika Bidang Arus Listrik Searah pada Siswa Jurusan Elektronika STM Pembangunan Bandung. Tesis: PPs. UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Simangunsong, B.R. (1982) Teknik dan Prosedur Penilaian. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan . IKIP Bandung: Tidak diterbitkan. Subekti, R dan Harry Firman. (1986). Evaluasi Hasil Belajar dan Pengajaran Remedial. Jakarta: Karunika. Sudjana. (1992). Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Sudrajat H. (2002). Usaha menerjemahkan Nilai-Nilai Keterampilan Hidup (Life Skill) ke dalam Kehidupan siswa. Makalah disampaiakan dalam rangka SEKTRUM 2002 HIMAFI FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan. Stiggins, R.J. (1994). Student-Centered Classroom Assessment. New York: Macmillan College Publishing Company. Supriyadi, K. (2000). Penggunaan Metode Penemuan dalam Pembelajaran Matematika. Tesis PPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Surtiana, Y. (2002). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Rangkaian Listrik Arus Searah Melalui Kegiatan Laboratorium. Tesis PPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Wangsatorntanakhun, J.A. (2004). Designing Performance Assessments: Challenges for the Three-Story Intellect [online]. Tersedia: http://www.geocities.com/parthens/8658 [ 21 pebruari 2004]. Zainul, A. (2001). Alternative Assessment. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.