PEMBELAJARAN PERBANDINGAN SENILAI DAN BERBALIK NILAI MELALUI PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 SIGLI KABUPATEN PIDIE.
Oleh Mukhlis Hidayat, S. Pd1) ABSTRAK
Kesulitan siswa memahami materi perbandingan senilai dan berbalik nilai merupakan masala masalah h yang yang perlu perlu segera segera diatas diatasi. i. Salah Salah satu satu cara cara yang yang diangga dianggap p tepat tepat adalah adalah penera penerapan pan pembelajar pembelajaran an melalui melalui pemecahan pemecahan masalah. masalah. Pembelajar Pembelajaran an melalui melalui pemecahan pemecahan masalah masalah berusaha berusaha menca mencari ri bent bentuk uk pene penera rapa pan n pembe pembela laja jara ran n yang yang dapat dapat mema memaham hamka kan n sisw siswaa pada pada mate materi ri per perba band ndin inga gan n seni senila laii dan dan berb berbal alik ik nila nilai. i.Tu Tuju juan an utam utamaa pene peneli liti tian an ini ini adal adalah ah untu untuk k mende mendesk skri rips psik ikan an pemb pembel elaj ajar aran an kons konsep ep perba perbandi ndinga ngan n seni senila laii dan dan berba berbali lik k nila nilaii mela melalu luii pemecahan pemecahan masalah. masalah. Penelitian Penelitian ini menggunakan menggunakan pendekatan pendekatan kualitatif kualitatif dengan jenis jenis penelitian penelitian tindakan tindakan partisipan partisipan yang dilaksanakan dilaksanakan pada siswa siswa kelas VII SMP Negeri 2 Sigli. Sigli. Berdasarkan Berdasarkan penelitian ini, pembelajaran melalui pemecahan masalah dapat memahamkan siswa pada materi perbandinga perbandingan n senilai senilai dan berbalik berbalik nilai. nilai. Respon siswa terhadap terhadap pembelajaran pembelajaran perbandingan perbandingan senilai dan berbalik nilai melalui pemecahan masalah sangat positif. Siswa menyatakan senang mengikuti pembelajaran dan lebih mudah memahami materi pembelajaran. Kata Kunci : Pemecahan masalah, perbandingan senilai, perbandingan berbalik nilai.
1
) Dosen Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Unsyiah
COMPARATIVE LEARNING A VALUE AND VALUE TURN BY PROBLEM SOLVING FOR JUNIOR STUDENTS AT THE SEVENTH GRADE IN JUNIOR HIGH SCHOOL OF 2 SIGLI, SIGLI REGENCY
By Mukhlis Hidayat, S.Pd
1)
ABSTRACT
The diffulty faced by the students in understanding comparative material a value and value turn is a problem that must be solved soon. One of appropriate ways to be applied is learning by problem solving. Learning by problem solving is done to find the form of learning application that make students understand within within comparative material a value and value turn. The main aim of this research is to describe learning concept of comparison a value and value turn by problem solving. This research is used qualitative approach namely participant action research that held for students at the seventh grade at junior high school of 2. Based on this research learning by problem solving is able to make students understand within comparative material a value and value turn. Student’s response toward learning comparative material a value and value turn by problem solving is very positive. Students stated that they are very please to follow this learning as it is easy to understand learning material. Keyword: Problem solving, comparative a value, comparative value turn.
1
) Lecturer of Mathematic Education Department FKIP Unsyiah
PENDAHULUAN
Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya mempersiapkan atau membekali sumber daya manusia yang memiliki keahlian dan keterampilan sesuai dengan tuntutan pembangunan bangsa. Oleh karena itu, guru perlu menumbuhkembangkan kemampuan siswa untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di sekolah untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan yang nyata. Menurut Abdullah (1999/2000:36), dalam setiap kegiatan manusia pada hakikatnya selalu berhadapan dengan masalah, baik masalah yang besar maupun masalah yang kecil. Keberhasilan seseorang dalam kehidupannya banyak ditentukan oleh kemampuan memecahkan masalah yang dihadapinya. Salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. Lebih lanjut, pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika (Balitbang Depdiknas, 2003:4). National Council of Teachers of Mathematics
(NCTM)
(dalam
Lubienski,
2000:454)
menyatakan
bahwa
memusatkan
pembelajaran matematika pada pemecahan masalah dapat membantu siswa dalam mempelajari konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan utama di dalam berbagai konteks yang dapat memberikan motivasi. Hal ini senada dengan pendapat Hudojo (1979:161) bahwa mengajar siswa untuk menyelesaikan masalah memungkinkan siswa menjadi lebih analitis dalam mengambil keputusan di dalam kehidupannya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa masih banyak siswa SMP yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep perbandingan senilai dan berbalik nilai. Kesulitan seperti ini juga dialami oleh siswa SMP Negeri 2 Sigli Kabupaten Pidie Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Temuan peneliti menunjukkan bahwa pembelajaran matematika di SMP Negeri 2 Sigli masih tergolong konvensional, yaitu guru dalam mengajarkan materi perbandingan senilai dan berbalik nilai mengikuti alur memberi informasi melalui ceramah, latihan soal, dan
pemberian tugas. Menurut Schoenfeld (dalam Yuwono, 2001:6), pembelajaran konvensional mengakibatkan siswa hanya bekerja secara prosedural dan memahami matematika tanpa penalaran. Kesulitan siswa dalam memahami konsep perbandingan senilai dan berbalik nilai merupakan masalah bagi guru dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu perlu upaya untuk mengatasi masalah tersebut dengan menerapkan metode atau strategi pembelajaran yang sesuai. Salah satu strategi pembelajaran yang dianggap sesuai untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menerapkan pembelajaran melalui pemecahan masalah terhadap pokok bahasan perbandingan senilai dan berbalik nilai. Menurut Bayer (dalam Sa’dijah, 2000:61), pembelajaran pemecahan masalah matematika dapat meningkatkan sikap logis dan kritis. Pemecahan masalah menurut Gagne (dalam Dahar, 1988) adalah tingkat belajar yang tertinggi. Abidin (1989:5) menyatakan bahwa pemecahan masalah dapat membentuk sikap yang positif pada diri siswa untuk dapat mengambil keputusan yang tepat dalam situasi tertentu. Dalam pembelajaran melalui pemecahan masalah, pembelajaran diawali dengan penyajian suatu masalah (As’ari,1992:19). Selanjutnya masalah tersebut dipecahkan dengan menggunakan langkah-langkah
pemecahan masalah. Menurut Sutawidjaja (1998:10), dalam pembelajaran
melalui pemecahan masalah materi dikemas dalam bentuk masalah, kemudian melalui diskusi antara guru dan siswa serta diskusi antar siswa, masalah itu dipecahkan dengan menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah. Dalam menerapkan pembelajaran pemecahan masalah pada materi perbandingan senilai, siswa diberikan masalah, misalnya sebagai berikut. Anita dan Ibu pergi ke toko buku. Kemudian Anita melihat tulisan 1 pensil harganya Rp500,00. Jika Anita ingin membeli 2 pensil, berapa uang yang harus dikeluarkan Anita? Selanjutnya jika Anita mempunyai uang Rp1500.00, berapa banyak pensil diperoleh Anita?
Untuk menyelesaikan masalah di atas, siswa diarahkan untuk mencari harga 2 pensil, dan berapa banyak pensil bila uang Anita Rp1500,00. Kemudian siswa diarahkan membuat hubungan antara banyak pensil dengan harga pensil. Selanjutnya siswa diarahkan untuk membuat perbandingan banyak pensil dengan harga pensil. Sehingga pada akhirnya diharapkan siswa dapat menemukan sendiri pengertian perbandingan senilai. Dalam menerapkan pembelajaran pemecahan masalah pada materi perbandingan berbalik nilai, siswa diberikan masalah, misalnya sebagai berikut. Lia ingin mengadakan ulang tahun yang ke-14. Ibu Lia menyediakan 12 kue donat yang akan dibagikan kepada teman Lia yang diundang. Bila Lia mengundang 2 orang teman, berapa kue donat yang diperoleh masing-masing teman? Berapa banyak teman yang diundang Lia, bila masing-masing teman memperoleh kue donat sebanyak 4 buah? Bila Lia mengundang 4 orang teman, berapa kue donat yang diperoleh masing-masing teman? Untuk menyelesaikan masalah di atas, siswa diarahkan untuk mencari banyaknya kue donat yang diperoleh teman, bila Lia mengundang 2 teman. Kemudian siswa diarahkan membuat hubungan antara banyak teman yang diundang dengan banyak kue yang diperoleh. Selanjutnya siswa diarahkan untuk membuat perbandingan banyak teman yang diundang dengan banyak kue donat yang diperoleh.
Sehingga pada akhirnya diharapkan siswa dapat menemukan sendiri
pengertian perbandingan berbalik nilai. Tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah untuk mendeskripsikan pembelajaran konsep perbandingan senilai dan berbalik nilai melalui pemecahan masalah pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Sigli serta untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran konsep perbandingan senilai dan berbalik nilai melalui pemecahan masalah. Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat: untuk guru, sebagai alternatif pembelajaran untuk kepentingan kualitas pembelajaran matematika khususnya perbandingan senilai dan berbalik nilai pada siswa kelas VIII SMP. Untuk siswa, membangun pemahaman
tentang perbandingan senilai dan berbalik nilai, serta sebagai pengalaman praktis bagi peneliti dilapangan.
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, karena peneliti ingin memperoleh data yang mendalam secara alami tentang pembelajaran perbandingan senilai dan berbalik nilai melalui pemecahan masalah. Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan partisipan. Sebab penelitian ini ditujukan sebagai alternatif pembelajaran perbandingan senilai dan berbalik nilai yang selama ini besifat individual dan kompetitif. Jenis penelitian tindakan partisipan ini diambil karena peneliti berpartisipasi langsung dalam penelitian mulai awal sampai akhir. Peneliti bertindak sebagai peren-cana, perancang, pelaksana, pengumpul data, penganalisis data, dan pelapor penelitian. Selain itu, rancangan penelitian ini diambil karena masalah yang diangkat terjadi dalam situasi nyata, yaitu kurang maksimalnya pembelajaran individual dan kompetitif dalam membangun pemahaman siswa, khususnya siswa SLTP Negeri 2 Sigli. Kehadiran peneliti di lapangan mutlak diperlukan, yaitu sebagai instrumen kunci. Peran peneliti adalah sebagai partisipan penuh, dan pewawancara. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII semester genap pada SMP Negeri 2 Sigli Kabupaten Pidie Provinsi Nanggro Aceh Darussalam (NAD). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah (1) skor tes siswa, yaitu yang mencakup tes awal dan tes akhir, (2) hasil observasi selama pembelajaran ber-langsung, (3) hasil wawancara terhadap subjek wawancara, (4) hasil catatan lapangan, dan (5) angket siswa. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII. SMP Negeri 2 Sigli tahun ajaran 2005/2006 yang langsung dijadikan sebagai subjek penelitian. Sedangkan siswa yang diambil
sebagai subjek wawancara dalam penelitian ini untuk diwawancarai adalah 4 siswa dengan pertimbangan agar memudahkan fokus perhatian dan pengamatan sehingga mencapai refleksi mendalam. Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan model alir ( flow model ) Milles dan Huberman (1992:18) yang meliputi tahap (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) penarikan kesimpulan serta verifikasi. Untuk menjamin keabsahan data digunakan teknik kriteria derajat kepercayaan. Derajat kepercayaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan memilih 3 cara yang dikembangkan oleh Moleong (2002: 175), yaitu (1) ketekunan pengamatan, (2) triangulasi, dan (3) pemeriksaan sejawat.
HASIL PENELITIAN Tabel 1. Skor Hasil Tes Awal Siswa No
Nama
Jenis Kelamin
Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
AH FH RD RS SF AL SZ AF IW MP CI DP JN MK MR. RA SM WH AH AQ IM MF RF RZ MM MK
L P P P L P L L P L P P L L L L L L L L L L L P L L
90 90 90 88 88 85,5 84,5 84 82,5 78 75 73 70 70 68,5 68 65,5 65 64,5 64 64 64 62,5 62 60 60
27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
MD MW MR MS IM HM AR WS MM RT MI RD TD RZ ZW RL RM
L L L L L P P P L P L L L P P P P
58,5 56 55 63 50,5 45 50 50 43,8 45 45 45 45 43,5 42 40 40
Skor rata-rata dari 43 orang siswa yang mengikuti tes awal adalah 62,56. Hasil tes ini menunjukkan secara umum siswa telah dapat memahami materi prasyarat dengan baik. Sehingga peneliti menganggap bahwa siswa sudah siap mengikuti pembelajaran perbandingan senilai dan berbalik nilai. Namun demikian ada beberapa siswa yang belum mampu menjawab soal tes awal tersebut. Beberapa di antaranya, melakukan kesalahan. Kesalahan menjawab soal tes awal tersebut baru mereka sadari setelah tes awal, pada saat peneliti membahas soal-soal tersebut. Hal itu terlihat dari ekspresi
wajah mereka yang sedikit kesal karena kesalahan tersebut
seharusnya tidak terjadi.
Tabel 2. Skor Hasil Tes Akhir Tindakan I
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nama Abdul Halim Firdatul Husna Risna Diana Riska Sundari Saifullah Al Fadhil Ayu Lisa Syairazi Zulhar Ahmad Faisal Ikhawana M. Pranoga Cut Intan Annisa Putri Darnita Putri
Jenis Kelamin L P P P L P L L P L P P
Skor 95,5 95,5 92,5 94 94 90 90 87,5 75 85 82,5 88,5
yang
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
Jumadi Nur Muzakir M. Rival Rizki Asman Sabrar Malasi Wahyu Hidayat Arief Hidayat Al Qausar Herman M. Fajri Rahmat Fadhil Rahma Zalena Muakmal M. Kafrawi M.Daniel Marwan Maisurina Musatdir Iqbal Mahlil Ida Mulianti Amalia Rusdi Wahsuni Musri Mahfud Rahmattulllah M. Isa Rahmadani Tomi Desrian Putra Rita Zahara Zahrawati Ruzalia Rahmawati
L L L L L L L L L L L P L L L L L L L P P P L P L L L P P P P
70,5 85 70,5 80 76,5 65,5 76 73,5 64 78 73 55 70,5 73,5 70,5 60 70 78 60 70 68 68 80 68 55 60 55 60 60 40 45
Berdasarkan hasil tes yang telah dilaksanakan yang diikuti oleh 43 siswa diperoleh data sebagai berikut: total skor yang diperoleh siswa adalah 3098,5 sehingga skor rata-rata kelas adalah 72,05. Dengan demikian sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan yaitu suatu tindakan dikatakan berhasil apabila nilai rata-rata kelas ≥ 65 (dalam skala 100) maka kriteria yang ditetapkan telah tercapai. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama kegiatan pembelajaran tampak bahwa siswa sangat senang dalam belajar. Siswa sangat senang bekerja dalam kelompok. Mereka sangat aktif bekerja dalam kelompok masing-masing dan aktif dalam melakukan diskusi.
Hasil observasi dua
orang pengamat terhadap pelaksanaan pembelajaran juga
menunjukkan bahwa pembelajaran sudah berlangsung dengan baik. Hasil observasi sangat memuaskan karena sebagian besar indikator memperoleh nilai maksimal yaitu 5. Hasil observasi 2 pengamat terhadap kegiatan peneliti dan kegiatan siswa dapat dilihat pada tabel .3 dan tabel 4 berikut.
Tabel 3. Hasil Observasi Pengamat terhadap Kegiatan Peneliti Tindakan I Tahap
Awal
Inti
Akhir
Indikator
1. Melakukan aktivitas rutin seharihari 2. Menyampaikan indikator pencapaian hasil belajar. 3. Menentukan materi dan pen-tingnya materi. 4. Memotivasi siswa. 5. Membangkitkan pengetahuan prasyarat siswa. 6. Membentuk kelompok. 7. Menjelaskan kerja dan tanggungjawab kelompok. 8. Menyediakan sarana yang di butuhkan. 1. Meminta siswa memahami LKS. 2. Meminta masing-masing ke-lompok bekerja sesuai dengan LKS untuk memecahkan masalah sehingga dapat menemukan pengertian perbandingan senilai. 3. Membimbing dan mengarahkan kelompok dalam memecahkan masalah sehingga dapat menemu-kan penegertian perbandingan senilai. 4. Meminta kelompok menyiapkan laporan hasil kerjanya. 5. Meminta kelompok melaporkan hasil kerjanya. 6. Membantu kelancaran kegiatan diskusi. 1. Merespon kegiatan diskusi. 2. Melakukan evaluasi. 3. Mengakhiri pembelajaran
Pengamat I Nilai Deskriptor 4 a,c,d 5 semua
Pengamat II Nilai Deskriptor 4 a,c,d 5 semua
5
semua
5
semua
5 5 5
semua semua semua
5 5 4
semua semua a,b,c
5
semua
5
semua
5
semua
5
semua
5 5
Semua Semua
5 5
Semua Semua
5
Semua
5
Semua
4
a,b,c
5
Semua
5
semua
5
Semua
5
semua
5
Semua
5 4 4
Semua a,c,d a,b,d
5 5 5
Semua Semua Semua
Berdasarkan data observasi kedua pengamat terhadap kegiatan peneliti pada tabel 3 di atas, nilai total yang diperoleh pengamat I adalah 81 sedangkan pengamat II adalah 83 dari nilai maksimum 85. Dengan demikian, prosentase nilai rata-rata yang diperoleh dari dua pengamat adalah 96, 5%. Berarti taraf keberhasilan kegiatan peneliti berdasarkan observasi kedua pengamat termasuk dalam kategori sangat baik.
Tabel 4. Hasil Observasi Pengamat terhadap Kegiatan Siswa Tindakan I Tahap
I Awal
Inti
Akhir
Indikator
II 1.
Melakukan aktivitas keseharian. 2. Memperhatikan indikator pen-capaian hasil belajar. 3. Memperhatikan penjelasan materi. 4. Keterlibatan dalam pembangkitan pengetahuan prasyarat. 5. Keterlibatan dalam pembentukan kelompok. 6. Memahami tugas. 1. Memahami LKS 2. Keterlibatan dalam kelompok untuk memecahkan masalah sehingga dapat menemukan pengertian perbandingan senilai. 3. Memanfaatkan sarana yang tersedia. 4. Menyiapkan laporan. 5. Melaporkan hasil kerja kelom-pok. 6. Menanggapi laporan 1. Menanggapi evaluasi. 2. Mengakhiri pembelajaran
Pengamat I Nilai Deskriptor III IV 5 Semua
Pengamat II Nilai Deskriptor V VI 4 a,c,d
5
semua
4
a,b,d
5
semua
5
semua
4
a,b,c
5
semua
5
semua
5
semua
5
semua
4
a,b,c
5 5
Semua Semua
5 5
Semua Semua
5
Semua
5
Semua
5
Semua
5
Semua
4 5 4 5
a,c,d semua a,b,c semua
5 5 5 4
Semua Semua Semua a,c,d
Berdasarkan data observasi kedua pengamat pada tabel 4, nilai total yang diperoleh dari pengamat I adalah 67 sedangkan dari pengamat II adalah 68 dari nilai maksimum 70. Dengan demikian, prosentase nilai rata-rata yang diperoleh dari dua pengamat adalah 94%. Berarti taraf keberhasilan kegiatan siswa berdasarkan observasi kedua pengamat termasuk dalam kategori sangat baik. Berdasarkan hasil analisis data observasi aktivitas siswa, dapat disimpulkan bahwa kegiatan aktivitas siswa dalam tindakan I sudah sangat baik dan sesuai yang direncanakan. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh keterangan bahwa semua subyek senang dengan mengikuti pembelajaran melalui pemecahan masalah.dalam kelompok. Mereka juga senang mengikuti pembelajaran perbandingan
berbalik nilai melalui pemecahan masalah. Serta
pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif untuk menemukan sendiri pengertian perbandingan senilai. Subyek wawancara juga menyatakan tidak mengalami kesulitan dalam memahami materi perbandingan berbalik nilai pada saat mengikuti pembelajaran. Serta siswa senang jika materi lain juga diajarkan dengan pembelajaran melalui pemecahan masalah.
Tabel 5. Hasil Skor Tes Akhir Tindakan II No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Nama Siswa Abdul Halim Firdatul Husna Risna Diana Riska Sundari Saifullah Al Fadhil Ayu Lisa Syairazi Zulhar Ahmad Faisal Ikhawana M. Pranoga Cut Intan Annisa Putri Darnita Putri Jumadi Nur Muzakir M. Rival Rizki Asman Sabrar Malasi Wahyu Hidayat Arief Hidayat Al Qausar Herman M. Fajri Rahmat Fadhil Rahma Zalena Muakmal M. Kafrawi M.Daniel Marwan Maisurina Musatdir Iqbal Mahlil Ida Mulianti Amalia Rusdi Wahsuni Musri Mahfud Rahmattulllah M. Isa Rahmadani Tomi Desrian Putra
Jenis Kelamin L P P P L P L L P L P P L L L L L L L L L L L P L L L L L L L P P P L P L L L
Skor 95,5 100 100 98 100 93,5 95,5 90 85 85 82,5 88 70,5 85 70,5 85 87 67,5 85 80 65 78 73 65 76,5 78,5 70,5 67 75 78 66,5 75 72 70 80 70 68 72 65
40 41 42 43
Rita Zahara Zahrawati Ruzalia Rahmawati
P P P P
70 68 65 55
Berdasarkan hasil tes yang telah dilaksanakan yang diikuti oleh 43 siswa diperoleh data sebagai berikut: total skor yang diperoleh siswa adalah 3366,5 sehingga skor rata-rata kelas adalah 78,29 Dengan demikian sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan yaitu suatu tendakan dikatakan berhasil apabila nilai rata-rata kelas ≥ 65 (dalam skala 100) maka kriteria yang tetapkan telah tercapai.
Tabel 6. Hasil Observasi Pengamat terhadap Kegiatan Peneliti Tahap Awal
Indikator
1. Melakukan aktivitas rutin sehari-hari 2. Menyampaikan indikator pencapaian hasil 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Inti
Akhir
belajar. Menentukan materi dan pentingnya materi. Memotivasi siswa. Memotivasi siswa. Membangkitkan pengetahuan prasyarat siswa. Membentuk kelompok. Menjelaskan kerja dan tanggungjawab kelompok. Menyediakan sarana yang di-butuhkan. 1. Meminta siswa memahami LKS 2. Meminta masing-masing kelompok bekerja sesuai dengan LKS untuk memecahkan masalah sehingga dapat menemukan pengertian perbandingan senilai. 3. Membimbing dan mengarahkan kelompok dalam memecahkan masalah sehingga dapat menemu-kan penegertian perbandingan senilai. 4. Meminta kelompok menyiapkan laporan hasil kerjanya. 5. Meminta kelompok melaporkan hasil kerjanya. 6. Membantu kelancaran kegiatan diskusi. 1. Merespon kegiatan diskusi 2. Melakukan evaluasi 3. Mengakhiri pembelajaran
Pengamat I Nilai Deskriptor 5 Semua 5 semua
Pengamat II Nilai Deskriptor 5 Semua 5 semua
5 5
semua semua
5 5
semua semua
5 5
semua semua
5 4
semua a,b,c
5 5
semua semua
5 5
semua semua
5
semua
5
semua
5 5
Semua Semua
5 5
Semua Semua
5
Semua
5
Semua
4
a,b,c
5
Semua
5
semua
5
Semua
5
semua
5
Semua
5 4 4
Semua a,c,d a,b,d
5 5 5
Semua Semua Semua
Berdasarkan data observasi kedua pengamat pada tabel 6, nilai total yang diperoleh pengamat I adalah 82 sedangkan
pengamat II adalah 83 dari nilai maksimum 85. Dengan
demikian, Prosentase nilai rata-rata yang diperoleh dari dua pengamat adalah 96,5%. Berarti taraf keberhasilan kegiatan peneliti berdasarkan observasi kedua pengamat termasuk dalam kategori sangat baik
Tabel 7. Hasil Observasi Pengamat terhadap Kegiatan Siswa Tahap
Indikator
1. Melakukan aktivitas keseharian. 2. Memperhatikan indikator pencapaian hasil belajar. 3. Memperhatikan penjelasan materi. 4. Keterlibatan dalam pembangkitan pengetahuan prasyarat. 5. Keterlibatan dalam pembentukan kelompok. 6. Memahami tugas. 1. Memahami LKS 2. Keterlibatan dalam kelompok untuk memecahkan masalah sehingga dapat menemukan pengertian perbandingan senilai. 3. Memanfaatkan sarana yang tersedia. 4. Menyiapkan laporan. 5. Melaporkan hasil kerja kelompok. 6. Menanggapi laporan 1. Menanggapi evaluasi 2. Mengakhiri pembelajaran
Awal
Inti
Akhir
Pengamat I Nilai Deskriptor 5 semua 5 semua
Pengamat II Nilai Deskriptor 5 semua 4 a,b,d
5 5
semua semua
5 5
semua semua
5
semua
5
semua
5
semua
5
semua
5 5
semua semua
5 5
semua semua
5 5 5 5 4 5
Semua Semua Semua Semua a,b,c semua
5 5 5 5 5 4
semua semua semua semua semua a,c,d
Berdasarkan data observasi kedua pengamat pada tabel 7, nilai total yang diperoleh dari pengamat I adalah 69 sedangkan dari pengamat 2 adalah adalah 68 dari nilai maksimal 70. Dengan demikian, prosentase rata-rata yang diperoleh dari dua pengamat adalah 97,8 %. Berarti taraf keberhasilan kegiatan siswa berdasarkan observasi kedua pengamat ternasuk dalam kategori sangat baik.
Berdasarkan hasil analisis data observasi terhadap kegiatan guru dan siswa, dapat disimpulkan bahwa kegaiatn guru dalam mengajar dan kegiatan siswa dalam belajar sudah sangat baik dan sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh keterangan bahwa semua subyek senang dengan mengikuti pembelajaran melalui pemecahan masalah.dalam kelompok. Mereka juga senang mengikuti pembelajaran perbandingan senilai melalui pemecahan masalah. Serta pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif untuk menemukan sendiri pengertian perbandingan berbalik nilai. Subjek wawancara juga menyatakan tidak mengalami kesulitan dalam memahami materi perbandingan senilai pada saat mengikuti pembelajaran. Serta siswa senang jika materi lain juga diajarkan dengan pembelajaran melalui pemecahan masalah. Pemahaman siswa terhadap materi perbandingan berbalik nilai sudah cukup baik, hal ini tampak bahwa semua subjek wawancara mampu menjelaskan kembali apa yang telah dikerjakan pada saat pembelajaran, mengisi LKS, maupun tes akhir tindakan. Berikut ini petikan wawancara dengan subyek wawancara.
Tabel 8. Hasil Angket Respon Siswa No Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Sifat pernyataan Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positf Positif Positif Positif
STS 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
TS 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
S 20 10 23 14 8 25 21 11 33 20 20 20 22 14
SS 23 33 20 29 35 18 22 32 10 23 23 23 21 29
Jumlah 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43
Berdasarkan hasil angket dapat disimpulkan bahwa siswa senang mengikuti pembelajaran materi perbandingan senilai dan berbalik nilia melalui pemecahan masalah. Siswa juga merasa mudah memahami dengan bentuk pembelajaran ini. Hasil angket ini memperkuat hasil wawancara yang hanya dilakukan terhadap subjek wawancara.
PEMBAHASAN
Pelaksanaan pembelajaran perbandingan senilai dan berbalik nilia melalui pemecahan masalah terbagi pada tiga tahap, yaitu tahap awal, tahap inti, dan tahap akhir. Dari ketiga tahap pembelajaran mencakup di dalamnya pemberian masalah, pemahaman terhadap masalah, dan penyelesaian masalah sehingga siswa mampu mengkonstruk pengetahuannya sendiri sampai akhirnya siswa dapat memahami konsep perbandingan senilai dan berbalik nilia. Masing-masing tahap dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada tahap awal guru terlebih dahulu memperhatikan kesiapan siswa untuk mengikuti pelajaran. Kesiapan siswa perlu diperhatikan karena siswa yang lebih siap akan lebih mudah untuk menerima pelajaran. Salah satu kesiapan
yang sangat perlu diperhatikan adalah
mengingatkan kembali kemampuan terhadap materi prasyarat. Materi prasyarat meliputi, pecahan senilai dan pengertian perbandingan. Mengingatkan kembali materi prasyarat, akan memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran yang diberikan. Pengetahuan prasyarat sebagai pengetahuan awal sangat perlu dimiliki siswa, agar siswa tidak mengalami kesulitan belajar. Hal ini didukung pendapat Bendal dan Galili (1993: 169) bahwa jika guru tidak memperhatikan pengatahuan prasyarat siswa, maka siswa akan mengalami kesulitan belajar pada tahap berikutnya. Sejalan dengan hal tersebut Crawford (2001:5) menjelaskan bahwa pengetahuan prasyarat siswa dapat berfungsi sebagai landasan yang dapat dijadikan dasar untuk membangun pengetahuan baru.
Selanjutnya, guru menyampaikan indikator pencapaian hasil belajar yang hendak dicapai. Hal ini dimaksudkan agar siswa mengetahui mengapa mereka belajar dan apa yang
akan
dipelajari, sehingga siswa akan terarah dan terpusat perhatiannya dalam belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Dahar (1988: 144) yang menyatakan bahwa memberitahukan tujuan pembelajaran dapat membantu siswa untuk mengaktifkan motivasi dan memusatkan perhatian terhadap aspek-aspek yang relevan tentang pelajaran. Kemudian dilanjutkan dengan memberikan penjelasan tentang tanggung jawab setiap kelompok dan memberikan media yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas kelompok. Memasuki tahap inti pembelajaran materi perbandingan senilai dan berbalik nilai melalui pemecahan masalah, siswa mulai bekerja dalam kelompoknya masing-masing. Materi disajikan dalam bentuk masalah yang harus dipecahkan oleh siswa untuk menemukan pengertian pernbandingan senilai dan berbalik nilai. Materi yang disajikan dalam bentuk masalah dalam penelitian ini ternyata mampu memotivasi siswa untuk dapat memecahkannya. Siswa menyatakan senang dalam mengikuti pembelajaran karena materi berupa masalah sehari-hari. Matematika yang disajikan guru kepada siswa hendaknya berupa masalah agar dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk mempelajari pelajaran tersebut (Hudoyo 1 979:161). Masalah yang disajikan dalam penelitian adalah masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang disajikan dalam bentuk soal cerita dan mengarahkan pada ditemukannya konsep perbandingn senilai dan berbalik nilai. Hal ini didukung oleh Baroody (1993: 31) bahwa pembelajaran melalui pemecahan masalah diawali dengan penyajian masalahmasalah yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Kegiatan menyelesaikan masalah melalui bimbingan yang dianggap perlu, pada akhirnya siswa dapat menemukan pengertian perbandingan senilai dan berbalik nilai. Dengan demikian, siswa membentuk dan menemukan pengetahuan secara aktif dengan bimbingan guru. Hal ini
didukung oleh Clements & Battista (2001) bahwa pengetahuan hendaknya dan ditemukan sendiri oleh siswa secara aktif. Keberhasilan siswa untuk menemukan sendiri konsep perbandingan senilai dan berbalik nilai tidak hanya dibantu oleh penggunaan media pembelajaran semata, akan tetapi juga dipengaruhi oleh masalah yang diberikan. Masalah yang diberikan sangat dekat dengan kehidupan siswa sehingga siswa tertantang untuk menyelesaikannya. Keberhasilan belajar siswa juga dipengaruhi oleh kerjasama mereka dalam kelompok. Dengan belajar kelompok, siswa dapat saling membantu dan bertukar pendapat untuk menyelesaikan masalah. Peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilisator dan motivator. Guru membantu siswa saat mengalami kesulitan baik dalam bekerja maupun dalam memahami masalah. Tidak jarang guru duduk semeja dengan kelomp untuk melihat lebih dekat kegiatan kelompok dan memebrikan bimbingan jika diperlukan. Guru tidak bertindak sebagai pemberi ilmu kepada siswa tetapi siswa sendirilah yang menemukan ilmu itu melalui bimbingan guru. Hal ini didukung Hudoyo (1988:6) bahwa peran guru sebagai pemberi ilmu sudah saatnya berubah menjadi fasilisator dan motivator sehingga siswa dapat mengkonstruk pengetahuannya sendiri. Pada akhir tahap inti, yaitu saat diskusi antar kelompok ternyata pendapat yang berbeda dalam membuat kesimpulan dapat memotivasi siswa untuk bertanya dan memberi tangggapan. Siswa saling mengajukan simpulan mereka yang berbeda dan selanjutnya mendiskusikan di depan kelas dengan bimbingan guru. Pada tahap akhir yang merupakan bagian penutup pembelajaran, guru mengadakan evaluasi melalui tanya jawab lisan untuk mengecek kembali pemahaman siswa. Guru perlu memastikan bahwa semua siswa dapat memahami materi yang baru dipelajari. Sebagai penutup, atas arahan dan bimbingan guru siswa menuliskan hasil diskusinya sebagai simpulan akhir
pembelajaran. Menurut Degeng (1997:28) membuat rangkuman atau kesimpulan dari apa yang telah dipelajari perlu dilakukan untuk mempertahankan retensi.
KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Pembelajaran melalui pemecahan masalah dapat
memahamkan siswa pada materi
perbandingan senilai dan berbalik nilai. Siswa menyatakan lebih mudah memahami dan mengingat materi karena mereka menemukan sendiri materi tersebut daripada hanya dijelaskan oleh guru. Siswa menyatakan senang dalam aktivitas pemecahan masalah karena dapat mengetahui aplikasi matematika dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan setting belajar kelompok dapat menimbulkan rasa senang pada siswa. Dengan belajar kelompok, siswa berdiskusi, bertukar pendapat, dan saling membantu sehingga dapat memecahkan masalah dengan cepat. Respon siswa terhadap pembelajaran materi perbandingan senilai dan berbalik nilai melalui pemecahan masalah sangat positif. Siswa menyatakan senang mengikuti pembelajaran perbandingan senilai dan berbalik nilai melalui pemecahan masalah dan menyatakan lebih mudah memahami materi pembelajaran.
Saran-Saran
Kepada guru matematika SMP hendaknya mengajarkan materi perbandingan senilai dan berbalik nilai melalui pemecahan masalah. Dalam menerapkan pembelajaran melalui pemecahan masalah hendaknya mengatur waktu sebaik mungkin. Alokasi waktu untuk kegiatan sekitar 10 menit, untuk kegiatan ini sekitar 70 menit, dan untuk kegiatan akhir sekitar 10 menit. Kepada guru matematika SMP yang menerapkan pembelajaran melalui pemecahan masalah hendaknya
menggunakan setting belajar kelompok. Serta epada peneliti lain diharapkan melakukan penelitian serupa di lokasi yang lain sehingga dapat memperkuat atau bahkan menyanggah hasil penelitian ini.
DAFTAR RUJUKAN
Abdullah, S. 1999/2000. Memecahkan Masalah dalam Matematika. Jurnal Gentengkali. III (1): 36-39. As’ari, A.R. 1992. Kegiatan Pemecahan Masalah dalam Pengajaran Matematika Masalah. eksakta.XXI (60): 13-22. Baroody, A.T 1993. Problem Solving, Reasoning, and Communicating, K-8; Helping Children Think Mathematycally. New York: MacMillan Publishing Company. Bell, F.H. 1978. Teaching Learning Mathematics: In Secondary Shooles. Lowa: Wn. C. Brown Company Publishers. Bogdan, R.C. & Buklen, S.K.1998. Qualitative Research in Education: An Introduction to Theory and Methods. Third Edition. Boston: Allyn and Bacon. Dahar, R.W. 1988. Teori-Teori Belajar . Jakarta: Depdikbud. Depdiknas, 2003. Kurikulum 2004 Matematika SMP. Jakarta: Depdiknas. Grouws, D.A. 1992. Handbook of Research on Mathematics Teaching and Learning . New York: NCTM. Hopkins, D. 1985. A Teacher’s Guide to Classroom Research. England : Open University Press. Hudojo, H.1979. Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanaannya di Depan Kelas. Surabaya: Usaha Nasional. Hudojo, H.1988. Strategi Belajar Mengajar Matematika, Malang , IKIP Malang. Hudojo, H. 2005. Representasi Belajar Berbasis Masalah. Makalah disajikan pada Konferensi Nasional Matematika XI Kongres Himpunan Matematika. Universitas Negeri Malang: Malang 22 – 25 Juli. Hudojo, H. 1998. Pembelajaran Matematika Menurut Pandangan Kontruktivistik . Makalah disajikan pada Seminar Nasional “Upaya-Upaya Meningkatkan Peran Pendidikan Matematika dalam Era Globalisasi”. Program Pasca Sarjana IKIP Malang, Malang: 4 April.
Johar, Rahmah. 1997. Penerapan Model Belajar Perubahan Konseptual dengan CLS pada Topik Perbandingan dikelas II SMP Khadijah Surabaya. Tesis tidak dipublikasikan. PPS IKIP Surabaya. Miles, M.B & Huberman, A.M. 1992. Analisis Data Kualitatif . Terjemahan oleh Tjejep Rohendi Rohidi. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Moloeng, L.J. 2001. Metode Penelitian Kualitatif . Principles and Standards for School Mathematics. Bandung. Remaja Rosda Karya. Nasution, S. 1986. Didaktik Azas-Azas Mengajar . Bandung: Jenmars. National Council of Teachers of Mathematics. 2000: Principles and Standards for School Mathematics, Standards 2000, Reston, VA: NCTM. Nur, M dan Wikandari, P.R. 2000. Pengajaran Bersifat Kepada Siswa dan Pendekatan Kontruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Pathuddin, 2002. Pemecahan Masalah dalam Matematika. Kreatif, Jurnal Pendidikan dan Seni, 5(3):59-72. Polya, G. 1957. How to Solve It . New York: Doubleday Polya, G. 1981. Mathematics Discovery: An Understanding, Learning, and Teaching Problem Solving . New York: John Wiley & Sons, Inc. Priatna, N. 2000. Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Pemecahan Masalah Pada Siswa SLTP . Proseding Seminar Nasional. Surabaya:FMIPA ITS. Sa’dijah, C. 2000. Upaya Mengembangkan Sikap Kritis Siswa melalui Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematik a. MIPA, Jurnal Matematika Ilmu Pengetahuan Alam dan Pengajaran. 29(1): 60-74. Skemp, R. 1987. The Psychology of Learning Mathematics. Hillsdale, New Jersey: Lawrence Erlbaum Assosiates. Publisher. Sudjimat, D.A. 2000. Pengembangan Pemecahan Masalah dalam Mata Pelajaran Matematika Sekolah Dasar, Suatu Studi Eksplorasi. PPS. Universitas Negeri Malang. Suherman, E. Dkk, 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer Common Textbook . Bandung: JICA_FMIPA Universitas Pendidikan Bandung. Tumurung, K. 2000. Pembelajaran melalui Problem Solving untuk Menumbuhkan dan Meningkatkan Pemahaman Konsep Pengurangan Bagi Siswa Sekolah Dasar Kelas I. Tesis tidak diterbitkan. Malang: PPS Universitas Negeri Malang. Yuwono, I. 2001. Pembelajaran Matematika Secara Membumi. Malang: FMIPA Depdiknas Universitas Negeri Malang.