BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kebakaran merupakan kejadian yang tidak diinginkan bagi setiap orang
dan kecelakaan yang berakibat fatal.Kebakaran ini dapat mengakibatkan suatu
kerugian yang sangat besar baik kerugian materil maupun kerugian
immateriil. Sebagai contoh kerugian nyawa, harta, dan terhentinya proses
atau jalannya suatu produksi/aktivitas, jika tidak ditangani dengan segera,
maka akan berdampak bagi penghuninya.
Dengan adanya perkembangan dan kemajuan pembangunan yang semakin pesat,
resiko terjadinya kebakaran semakin meningkat.Penduduk semakin padat,
pembangunan gedung-gedung perkantoran, kawasan perumahan, industri yang
semakin berkembang sehingga menimbulkan kerawanan dan apabila terjadi
kebakaran membutuhkan penanganan secara khusus.
Salah satu penanganan dini pada saat terjadi awal proses kebakaran,
adalah menggunakan APAR. Berdasarkan PERMENAKERTRANS RI NO.04/MEN/1980
tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan APAR dan NFPA tahun 1998
tentang standart portable for fire extinguisher. Maka harus dilakukan
pemasangan APAR dengan menggunakan standar yang sesuai dengan kebutuhan
yang ada.
.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam praktikum ini adalah :
1. Bagaimana pengaplikasian teori pemadam kebakaran?
2. Bagaimana prosedur pemakaian APAR (Alat Pemadam Api Ringan) dan
dapat memadamkan kebakaran dengan alat tersebut ?
3. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini meliputi tujuan umum dan khusus, yaitu :
Tujuan umum : Mahasiswa diarapkan mampu mengaplikasikan teori
pemadam kebakaran.
Tujuan khusus : Mahasiswa mampu memahami tentang prosedur pemakaian
APAR (Alat Pemadam Api Ringan) dan dapat memadamkan
kebakaran dengan alat tersebut.
4. Ruang Lingkup
Praktikum Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran kali ini
dilaksanakan di dalam laboratorium SPPK. Dimana gedung tersebut terletak
pada kompleks kampus Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya. Praktikum
dilaksanakan pada hari Rabu, 29 Mei 2013 dengan bentuk simulasi.
BAB II
DASAR TEORI
1. TEORI API
Api merupakan suatu hal yang sangat umum diketahui oleh manusia sejak di
awal peradaban. Namun hingga saat ini definisi dari api masih sering
diperdebatkan. Terdapat beberapa definisi yang diberikan oleh para ahli.
Yang pertama yaitu api adalah proses oksidasi tanpa bantuan (self-
sustaining) yang cepat disertai dengan evolusi panas dan cahaya dalam
bermacam-macam intensitasnya. Dan juga dapat didefinisikan sebagai hasil
percampuran secara kimia dari panas, bahan bakar dan oksigen dalam proporsi
yang tepat.
Dari kedua definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa api hanya
dapat terjadi dimana terdapat bahan yang dapat terbakar (bahan bakar),
sumber penyalaan (panas atau energi panas) dan oksigen (bahan oksidator)
dari udara atau dari sumber lain. Bilamana ketiga unsur tersebut berada
dalam konsentrasi yang memenuhi syarat, maka timbulah reaksi oksidasi yang
dikenal sebagai proses pembakaran.
Sebagian panas akan diserap oleh bahan yang kemudian melepaskan uap dan gas
yang dapat menyala berganti-ganti bercampur dengan oksigen di udara. Nyala
ini akan terus berlangsung selama ketiga unsur itu ada dalam suatu
konsentrasi yang seimbang.
Jadi, untuk menimbulkan api awal diperlukan tiga unsur:
1. Bahan bakar (fuel)
2. Panas (heat)
3. Oksigen (CO2)
Bilamana suhu sudah mencapai titik penyalaan suatu bahan bakar, maka unsur
tersebut akan memproduksi api, yang tergabung membentuk segitiga yang kita
kenal dengan segitiga-api dan digambarkan seperti berikut ini:
Gambar 2.1 Teori Segitiga Api
Definisi api menurut Dr. Tuve – selain diketahui sebagai pembakaran –
berisikan tiga kata kunci; oksidasi, tanpa bantuan (self-sustaining) dan
cepat.
"Oksidasi" adalah suatu reaksi kimia dimana dua bahan bakar (oksidator
dan reduktor) bersampur membentuk suatu produk yang kurang efektif daripada
bahan-bahan itu sendiri.Pembakaran adalah sejenis reaksi oksidasi tertentu
dimana oksigen merupakan bahan oksidator, dan bahan bakar adalah
reduktor.Umumnya bahan reduktor atau bahan bakar adalah bahan-bahan yang
mengandung unsur karbon dan hidrogen.
Teori segitiga api tersebut dikembangkan menjadi tetrahedron api. Ini
disarakan bahwa dalam reaksi pembakaran tersebut terbentuk zat-zat radikal
yang menyebabkan reaksi berantai.
Gambar 2.2 Teori Tetrahedron Api
2. TEKNIK PEMADAMAN API
Empat elemen dalam tetrahedron apiharus ada agar api untuk dapat
terjadi. Unsur-unsur itu adalah panas, bahan bakar, oksigen dan rantai
reaksi kimia. Meskipun tidak semua orang umumnya mengeetahui tentangproses
pembakaran, namun secara umum dapat diterima bahwa api adalah reaksi kimia.
Reaksi ini bergantung pada bahan oksidasi yang cepat, atau menyatu dengan
oksigen sangat cepat sehingga menghasilkan panas dan api.
Dari konsep tersebut maka pemadaman api dapat dilakukan dengan empat
cara, yaitu:
1. Dengan menghilangkan panas
Dalam rangka untuk menghilangkan panas, hal yang dapat dilakukan adalah
dengan menggunakan material yang menyerap panas ataubertindak sebagai
penukar panas.Air bukanlah satu-satunya agen yang digunakan untuk
mencapai hal ini, tetapiyang paling umum.
2. Dengan menghilangkan bahan bakar
Dalam banyak keadaan, tidak mudah untuk mencoba menghilangkan bahan
bakar dari api. Ketika berhadapan dengan cairan yang mudah terbakar,
katup dapat dimatikan dan bejana penyimpanandipompa ke daerah yang aman
untuk membantu menghilangkan pasokan bahan bakar dariapi. Gas yang
mudah terbakar akanbenar-benar padam dengan mematikan pasokan bahan
bakar.
3. Dengan menghilangkan oksigen
Oksigen seperti yang ada di atmosfer kita (21%) sudah cukup untuk
mendukung pembakaran di sebagian besar situasi kebakaran.Penghapusan
udara atau oksigen dapat dicapai dengan memisahkannya darisumber bahan
bakar atau dengan menggusur dengan gas inert. Salah satu contohnya
adalah dengan menggunakan busa di cairan api yang mudah terbakar,
selimut basah, atau menutup ketat wajan api. Agen seperti CO2,
nitrogen, dan uap yang digunakan untuk menggantikan oksigen.
4. Menginterupsi terjadinya rantai reaksi kimia
Pemadam kebakaran modern menggunakan material kimia seperti kimia
kering dan halons, yang telah terbuktiefektif untuk memadamkan berbagai
kebakaran.Meskipun bahan tersebut tidak menghilangkan panas, bahan
bakar, atau oksigen. Bubuk kimia kering dan halon diperkirakan
menangguhkan atau berikatan dengan zat radikal bebas yang dihasilkan
dalam proses pembakaran dan dengan demikian mencegah mereka dalam
melanjutkan reaksi kimia berantai.
3. TEORI APAR
APAR menurut PERMEN No. 4 Tahun 1980 adalah alat yang ringan serta mudah
dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran
Jenis Alat Pemadam Api Ringan:
1. Air
Sifat air dalam memadamkan kebakaran adalah secara fisik mengambil
panas (cooling) dan sangat tepat untuk memadamkan bahan padat (kelas
A).
2. Busa
Busa digunakan untuk memadamkan kebakaran kelas A dan B
Busa memadamkan api melalui kombinasi tiga aksi pemadaman yaitu
menutupi, melemahkan dan mendinginkan.
Menutupi yaitu membuat selimut busa di atas bahan yang
terbakar, sehingga kontak dengan oksigen (udara) terputus
Melemahkan yaitu mencegah penguapan cairan yang mudah
terbakar
Mendinginkan yaitu menyerap kalori cairan yang mudah terbakar
sehingga suhunya turun
3. Serbuk kimia kering
Ammonium hydro phosphat dapat digunakan untuk memadamkan kebakaran
golongan A, B dan C
Natrium bikarbonat dapat dipergunakan untuk memadamkan kebakaran
golongan B dan C
Kalsium bikarbonat dapat dipergunakan untuk memadamkan kebakaran
golongan B dan C
4. Karbon dioksida (CO2)
Media pemadam api CO2 berupa fase cair bertekanan tinggi
Prinsip kerja CO2 ialah reaksi dengan O2 sehingga konsentrasinya
berkurang dari 21% menjadi sama atau lebih kecil dari 14%. Hal ini
disebut pemadaman dengan cara menutup.
Media pemadam api CO2 tidak beracun tetapi dapat membuat orang
pingsan atau meninggal karena kekurangan oksigen
Kelemahan CO2 ialah tidak dapat mencegah terjadinya kebakaran
kembali setelah api padam (reignitasi) karena CO2 tidak dapat
mengikat O2 secara terus-menerus tetapi dapat mengikat O2 sebanding
dengan jumlah CO2 yang tersedia sedang suplai oksigen di sekitar
tempat kebakaran terus berlangsung.
5. Halon
Gas halon bila terkena panas api kebakaran pada suhu sekitar 485oC
akan mengalami proses penguraian
Zat-zat yang dihasilkan dari proses penguraian tersebut akan
mengikat unsur hidrogen dan oksigen (O2) dari udara. Karena sifat
zat baru tersebut beracun maka cukup membahayakan terhadap manusia.
Pada saat tejadi kebakaran, apabila digunakan halon untuk memadamkan
api maka seluruh penghuni harus meninggalkan ruangan kecuali bagi
yang sudah mengetahui betul cara penggunaannya
Jenis gas halon yang dapat digunakan sebagai alat pemadam adalah
halon 1301 (BTM) dan halon 1211 (BCF)
Halon 1301 (BTM – CBrF3) dengan konsentrasi 4% digunakan untuk
pencegahan kebakaran terhadap alat-alat elektronik.
Tipe Konstruksi Alat Pemadam Api Ringan :
1. Tipe Tabung Bertekanan Tetap (Stored Pressure Type) ialah suatu alat
pemadam kebakaran yang bahan pemadamannya didorong keluar oleh gas
kering tanpa bahan kimia aktif/udara kering yang disimpan bersama
dengan tepung pemadamannya dalam keadaan bertekanan. Umumnya jenis
tabung ini digunakan untuk APAR dengan isi Busa, Air,dan DC
2. Tipe Tabung Gas (Gas Cartridge Type)ialah suatu alat pemadam kebakaran
yang bahan pemadamannya di dorong keluar oleh gas bertekanan yang
dilepas dari tabung gas. Umumnya jenis tabung ini digunakan untuk APAR
dengan isi Busa, Air, DC, CO2
Lokasi Penempatan Alat Pemadam Api Ringan :
1. Jarak jangkauan maksimum antar APAR adalah 15 m
2. Penempatan APAR di luar ruangan dengan menggunakan box penyimpanan.
3. Tinggi pemasangan maksimum APAR adalah 1,2 m dari dasar lantai, kecuali
CO2 dan Dry Chemical dapat ditempatkan lebih rendah dengan syarat >15cm
4. Memberi penandaan pada APAR dengan tinggi 125 cm dari dasar lantai
tepat di atas APAR.
5. APAR dipasang ditempat yang mudah dilihat, dijangkau, dan mudah untuk
digunakan.
6. Lemari atau peti (box) dapat dikunci dengan syarat bagian depannya
diberi kaca aman (safety glass) dengan tebal maximum 2 mm.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Peralatan dan Bahan
Alat :
1. Tong tempat pembakaran
2. APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
Bahan :
1. Bensin
2. Korek api
2. Rangkaian Praktek
1. Water Extinguishers
Gambar 3.1 Water (Soda-Acid) Extinguishers
Sumber : Modul Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Gambar 3.2 Cartridge-Operated Water Extinguishers
Sumber : Modul Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Gambar 3.3Using the Cartridge-Operated Water Extinguishers
Sumber : Modul Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Gambar 3.4 Storage-Pressure Water Extinguishers
Sumber : Modul Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
2. Foam Extinguishers
Gambar 3.5Operating a Foam Extinguishers on a Flammable Liquid
Fire
Sumber : Modul Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
3. Carbon Dioxide (CO2) Extinguishers
Gambar 3.6Operating a Carbon Dioxide Extinguishers
Sumber : Modul Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
4. Dry Power Extinguishers
Gambar 3.7Dry Power Extinguishers
Sumber : Modul Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Gambar 3.8Procedure for Operating Dry Power Extinguishers
Sumber : Modul Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
5. Halon Extinguishers
Gambar 3.9 Operating of Halon Extinguishers
Sumber : Modul Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
6. Purple-K Extinguishers
Gambar 3.10Operating of The PKP Extinguishers
Sumber : Modul Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
3. Prosedur Kerja Pemadaman Kebakaran
Prosedur kerja dalam praktikum ini adalah :
Water Extinguishers dan Foam Extinguishers Cadridge Type :
1. Ambil APAR (Alat Pemadam Api Ringan) dari tempatnya dengan
tangan kanan memegang bagian bawah APAR (Alat Pemadam Api
Ringan).
2. Balik APAR agar tercampur antara bahan pendorong dan media
pemadam
3. Tarik pin/putus segel pengaman pada pin operating lever
4. Beriri pada jarak 30-40 feet dari api
5. Coba keandalan APAR sebelum di arahkan ke sasaran
6. Letakkan APAR dengan keadaan terbalik pada lantai
7. Arahkan ke bawah/dasar api
8. Semprotkan dari sisi ke sisi/ kibaskan media pemadam api pada
dasar nyala api sehingga oxygen tidak dapat ikut reaksi
Lihat Gambar 3.2, Gambar 3.3, dan Gambar 3.5
Strored-Pressure Water Extinguisher, Carbon Dioxide Extinguisher,
Dry Powder Extinguisher, Halon/Pasca Halon Extinguisher dan Purple-
K Extinguisher
1. Ambil APAR dari tempatnya
2. Berdiri pada jarak 2-2,5 m dari api
3. Tarik pin.putus segel pengaman pada pin operating lever
4. Coba keandalan APAR sebelum di arahkan ke sasaran
5. Arahkan ke bawah/dasar api
6. Semprotkan dari sisi ke sisi/kibaskan media pemadam api pada
dasar nyala api sehingga oxygen tidak ikut bereaksi
Lihat Gambar 3.6, Gambar 3.8, Gambar 3.9, dan Gambar 3.10
4. Sistematika/flowchart Praktikum
Gambar 3.11 Sistematika praktikum
TUGAS PENDAHULUAN
1. Sebutkan media pemadaman kebakaran jenis APAR beserta penjelasan masing-
masing jenis.
Jawab :
1. Air
Sifat air dalam memadamkan kebakaran adalah secara fisik mengambil
panas (cooling) dan sangat tepat untuk memadamkan bahan padat (kelas
A).
2. Busa
Busa digunakan untuk memadamkan kebakaran kelas A dan B
Busa memadamkan api melalui kombinasi tiga aksi pemadaman yaitu
menutupi, melemahkan dan mendinginkan.
Menutupi yaitu membuat selimut busa di atas bahan yang
terbakar, sehingga kontak dengan oksigen (udara) terputus
Melemahkan yaitu mencegah penguapan cairan yang mudah
terbakar
Mendinginkan yaitu menyerap kalori cairan yang mudah terbakar
sehingga suhunya turun
3. Serbuk kimia kering
Ammonium hydro phosphat dapat digunakan untuk memadamkan kebakaran
golongan A, B dan C
Natrium bikarbonat dapat dipergunakan untuk memadamkan kebakaran
golongan B dan C
Kalsium bikarbonat dapat dipergunakan untuk memadamkan kebakaran
golongan B dan C
4. Karbon dioksida (CO2)
Media pemadam api CO2 berupa fase cair bertekanan tinggi
Prinsip kerja CO2 ialah reaksi dengan O2 sehingga konsentrasinya
berkurang dari 21% menjadi sama atau lebih kecil dari 14%. Hal ini
disebut pemadaman dengan cara menutup.
Media pemadam api CO2 tidak beracun tetapi dapat membuat orang
pingsan atau meninggal karena kekurangan oksigen
Kelemahan CO2 ialah tidak dapat mencegah terjadinya kebakaran
kembali setelah api padam (reignitasi) karena CO2 tidak dapat
mengikat O2 secara terus-menerus tetapi dapat mengikat O2 sebanding
dengan jumlah CO2 yang tersedia sedang suplai oksigen di sekitar
tempat kebakaran terus berlangsung.
5. Halon
Gas halon bila terkena panas api kebakaran pada suhu sekitar 485oC
akan mengalami proses penguraian
Zat-zat yang dihasilkan dari proses penguraian tersebut akan
mengikat unsur hidrogen dan oksigen (O2) dari udara. Karena sifat
zat baru tersebut beracun maka cukup membahayakan terhadap manusia.
Pada saat tejadi kebakaran, apabila digunakan halon untuk memadamkan
api maka seluruh penghuni harus meninggalkan ruangan kecuali bagi
yang sudah mengetahui betul cara penggunaannya
Jenis gas halon yang dapat digunakan sebagai alat pemadam adalah
halon 1301 (BTM) dan halon 1211 (BCF)
Halon 1301 (BTM – CBrF3) dengan konsentrasi 4% digunakan untuk
pencegahan kebakaran terhadap alat-alat elektronik.
2. Sebutkan dan jelaskan tipe APAR beserta cara kerjanya dari masing-masing
tipe yang ada
Jawab :
1. Tipe Tabung Bertekanan Tetap (Stored Pressure Type) ialah suatu alat
pemadam kebakaran yang bahan pemadamannya didorong keluar oleh gas
kering tanpa bahan kimia aktif/udara kering yang disimpan bersama
dengan tepung pemadamannya dalam keadaan bertekanan. Digunakan untuk
APAR dengan isi Busa, Air, DC
2. Tipe Tabung Gas (Gas Cartridge Type)ialah suatu alat pemadam kebakaran
yang bahan pemadamannya di dorong keluar oleh gas bertekanan yang
dilepas dari tabung gas. Digunakan untuk APAR dengan isi Busa, Air,
DC, CO2
DAFTAR PUSTAKA
Materi ajar SPPK, Mei Rohma Dhani, 2012
Modul SPPK PPNS 2013
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
1. Beberapa hal yang harus diperhatikan saat akan menggunakan APAR
Alat Pelindung Diri (APD)
Sebelum melakukan praktek, pemeriksaan APD harus dilakukan dengan
benar untuk meminimalkan adanya kecelakaan kerja. APD yang digunakan
berupa: helm, seragam (cattle-pack), safety shoes, dan masker.
Pemeriksaan APAR
Pemeriksaan tanggal kelayakan zat pada APAR harus dilakukan untuk
mengetahui sudah kadaluarsa atau belum. Kemudian periksa tekanan yang
ditunjukkan pada Pressure Gauge. Setelah kedua langkah tersebut sudah
memenuhi syarat untuk layak digunakan kemudian buka Safety Pin agar
tuas bisa digunakan. Terakhir, perhatikan posisi memegang tuas dan
corong pada APAR harus benar.
Posisi Tangan dan Tubuh
Pada saat kita akan memadamkan api, perhatikan juga posisi tangan dan
tubuh. Posisi tubuh harus tegak, dan kaki memasang kuda-kuda. Jaga
jarak antar posisi berdiri dan area kebakaran, agar tidak terkena api
apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Posisi tangan harus
lurus, jangan sampai Hose melengkung. Posisi tangan kanan memegang
tuas serta tangan kiri memegang corong. Lalu arahkan pada titik
sumber nyala api. Apabila pemadaman dilakukan oleh dua orang,
diharapkan untuk melakukan secara serentak. Pemadam pertama bertugas
untuk membuka dan menutup kran APAR yang berisi zat CO2, pemadam
kedua bertugas untuk memegang corong lalu memberi kode pada pemadam
pertama untuk membuka kran APAR hingga api padam dan untuk mematikan
kran saat api sudah berhasil dipadamkan.
Arah Angin
Pemadaman harus dilakukan searah dengan angin, agar pemadam tidak
berpotensi terkena lidah api.
2. Dokumentasi
APAR Serbuk Kimia Kering
"No."Gambar "Penjelasan "
"1. " "Hal pertama yang harus "
" "Gambar 4.1 Tabel APAR "dilakukan adalah memeriksa"
" "(Sumber: Data Penulis, "tanggal kelayakan zat pada"
" "2013) "APAR, sudah kadaluarsa "
" " "atau belum. "
" " "Kedua, periksa tekanan "
" " "yang ditunjukkan pada "
" " "Pressure Gauge. "
"2. " "Ketiga, setelah kedua "
" "Gambar 4.2 Cara membuka "langkah tersebut sudah "
" "pin pengaman "memenuhi syarat untuk "
" "(Sumber: Data Penulis, "layak digunakan kemudian "
" "2013) "buka Safety Pin agar tuas "
" " "bisa digunakan "
"3. " "Apabila ketiga cara "
" "Gambar 4.3 Posisi memegang"tersebut sudah dilakukan, "
" "APAR "perhatiakan posisi "
" "(Sumber: Data Penulis, "memegang tuas dan corong "
" "2013) "pada APAR harus benar. "
" " "Posisi tangan harus tegak "
" " "dan Hose tidak bole "
" " "melengkung. Tangan kanan "
" " "memegang tuas dan tangan "
" " "kiri memegang corong APAR."
"4. " "Hal yang terakir dilakuakn"
" "Gambar 4.4 Posisi "adalah posisi Hose tidak "
" "Memadamkan api "bole melengkung, agara zat"
" "(Sumber: Data Penulis, "bisa keluar dengan lancar "
" "2013) "lalu tangan kiring "
" " "memegang corong agar "
" " "menghadap titik sumber "
" " "api.Posisi kaki kuda-kuda."
" " "Lalu tangan Kanan menekan "
" " "tuas hingga serbuk keluar "
" " "sampai api padam kemudian "
" " "lepaskan tuas. "
5. APAR CO2
"No."Gambar "Penjelasan "
"1. " "APAR yang digunakan "
" "Gambar 4.5 Tabung CO2 "pada percobaan kedua "
" "(Sumber: Data Penulis, 2013) "adalah CO2. Dilakukan "
" " "oleh dua orang pemadam"
" " "kebakaran. "
"2. " "Pemadam pertama "
" "Gambar 4.6 Cara membuka dan "bertugas untuk membuka"
" "menutup kran "dan menutup kran APAR "
" "(Sumber: Data Penulis, 2013) "yang berisi zat CO2 "
"3. " "Pemadam kedua bertugas"
" "Gambar 4.7 Posisi memadamkan "untuk memegang corong "
" "api "lalu memberi kode pada"
" "(Sumber: Data Penulis, 2013) "pemadam pertama untuk "
" " "membuka kran APAR. "
" " "Arahkan corong pada "
" " "sumber api agar api "
" " "cepat padam. "
"4. " "Pemadaman dilakukan "
" "Gambar 4.8 Memadamkan api "hingga api benar-benar"
" "(Sumber: Data Penulis, 2013) "padam. "
"5. " "Pemberian kode "
" "Gambar 4.9 Pemberian kode pada"dilakuakn oleh pemadam"
" "pemadam pertama "kedua untuk memberikan"
" "(Sumber: Data Penulis, 2013) "tanda pada pemadam "
" " "pertama yang bertugas "
" " "untuk membuka dan "
" " "menutup kran APAR. "
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Pada saat melakukan praktikum, gunakan APD secara lengkap untuk
meminimalkan kecelakaan.
Jangan lupa untuk mmeriksa keadaan APAR, tabel pada tabung,
tekanan, dan pin pengaman.
Pada saat melakukan proses pemadaman, posisi tangan harus kuat
dan mengarahkan Hose APAR kea rah yang benar. Jangan mengambil
posisi melawan arah angin. Posisi kaki juga kuda-kuda agar dapat
berdiri kokoh selama pemadaman berlangsung.
1. Saran
Pelaksanaan praktikum berjalan dengan lancar dan sesaui dengan
prosedur yang ada. Namun lokasi simulasi yang berada di antara Gedung
Studio Gambar dan Gedung Boiler kurang tepat, karena asap yang
ditimbulkan akibat pemadaman serta zat kimia yang dikeluarkan oleh
APAR dapat mengganggu aktivitas belajar mahasiswa yang ada di dalam
kelas.
-----------------------
SELESAI
Kesimpulan
Hasil Analisa
Dokumentasi & Analisa
Eksperimen Praktikum APAR
Persiapan Alat dan Bahan
Buku
Internet
Tugas Akhir
Studi Literatur
Perumusan Masalah
MULAI