PROSES DAN METODE PERANCANGAN ARSITEKTUR
BAB 1. PENDAHULUAN Menurut Antoniades dalam Poetic Of Architecture (1992), arsitek dalam setiap proses perancangan selalu memunculkan suatu idealis atau egonya kedalam karyannya. Hal ini didorong oleh keinginan untuk memunculkan eksistensi dan penghargaan masyarakat terhadap dirinya, dan hal inilah yang biasanya menjadikan suatu proses atau metode perancangan yang menyimpang atau kadang tidak memecahkan masalah dari kebutuhan pengguna / klien. Maka dari hal tersebut diatas, perlu dirumuskan suatu metode perancangan yang jelas dan kreatif, dimana pemecahan masalah desain menjadi acuan utama kedalam sebuah karya. Dalam suatu proses perancangan harus mencakupi seluruh aspek-aspek tidak hanya berfikir secara parsial. Dengan metode yang jelas dan terarah akan dapat menjawab segala masalah desain dengan baik dan kreativitas berfikir yang baik.
BAB 2. PROSES DAN METODE PERANCANGAN ARSITEKTUR Arsitektur adalah sebuah hasil pemikiran, sebuah karya seni, sebuah filosofi, sebuah jawaban dari permasalahan, dan hasil-hasil lainnya dari peradaban manusia yang berbentuk fisik yang selalu memiliki fungsi baik secara konotasi ataupun denotasi Konsep dari Vitruvius ; Venustas – Utilitas – Firmistas adalah terori dasar yang menyemangati para arsitek dalam proses perancangan, dimana ketiga unsur tersebut menjadi satu kesatuan yang dapat diibaratkan sebagai tritunggal. Dalam sejarah perkembangan manusia, metode perancangan dapat berubahubah menurut jamannya dan ataupun geografisnya. Tetapi pada intinya Keindahan – Fungsional – Kekuatan tetap menjadi satu teori atau dasar pemikiran yang
manaungi segala metode perancangan tersebut. Metode perancangan arsitektur barat atau pun timur selalu menangkat suatu komunikasi yang ingin disampaikan oleh arsiteknya, melalui petanda-petanda yang diselipkan dalam proses kreativitas perancangannya. Dalam tulisan ini akan dibahas beberapa metode perancangan yang dikaitkan dengan strategi desain menurut Antoniades dalam bukunya Poetic of Architecture. 2.1. Pengaruh Kreativitas Arsitektur Yang Tak Berwujud Dalam proses perancangan ada metode-metode yang dipengaruhi atau berdasarkan sesuatu yang tak berwujud, dalam hal ini dapat diartikan bahwa metode ini dilatarbelakangi oleh apa yang ada dalam kepala manusia atau norma-norma yang berlaku dalam suatu kolompok atau daerah. Menurut Alvar Alto “ Architecture is a synthetic phenomenon covering practically all fields of human activity” (Antoniades 1992). Arsitektur merupakan suatu fenomena yang mencakup seluruh kehidupan manusa, jadi untuk menjadi arsitek yang kreatif harus memiliki jiwa seni professional dalam berfikir, dimana kreatifitas dapat timbul dengan imajinasi yang tinggi dan luas. Inspirasi adalah Sesutu hal yang abstrak yang datang dari imajinasi pengetahuan terhadap seluruh aspek mulai dari seni, pengetahuan professional, material, struktur dan lain-lain. Alvar Alto pernah diminta untuk menerangkan kajianya terhadap Baker House (gambar 01), kemudian beliau hanya balik bertanya “ how they create the art?”, Alto tidak dapat menjelaskan tentang karyanya sendiri, dia hanya berkata filosofi dalam arsitektur adalah sesuatu yang tidak bias dijelaskan. Hal ini dapat kita mengerti bahwa memang suatu karya yang berasal dari imajinasi dan pengetahuan yang tinggi kadang bisa menghasilkan suatu karya yang spontan dan tidak dapat dijelaksan. Mengumpamakan suatu kajian terhadap suatu studi kasus dalam menjawab permasalahan perancangan adalah suatu metode berfikir yang dapat dibilang kasat mata dan tidak kasat mata, tergantung kepada objek kajian itu sendiri. Perumpamaan ini atau analogi adalah menciptakan suatu perbanding yang membayangkan objek yang ada dalam suatu teori, fikiran, atau filosofi kedalam
bentuk lain dengan menarik benang merahnya. Proses perumpamaan (metaphor) atau analogi ini bias dimunculkan dari banyak aspek, mulai dari kajian sejarah, social, budaya, ekonomi dan perilaku manusia lainnya. Arata Isozaki adalah salah seorang arsitek yang menggunakan metode ini dalam perancangan karyanya, yaitu Fujimi Country Club Resort (gambar 02). Dalam karyanya ini dia membuat perumpamaan dari pertanyaanya “Mengapa golf di Jepang?” tujuan dari di Oita, di pulau asalnya dari Kyushu , dengan membentuk atap silinder yang menjadi tanda tanya raksasa. Paradox adalah pandangan yang berlawanan dari asumsi yang telah ada tetapi dapat menimbulkan asumsi baru lain yang mungkin akan dibenarkan kemudian, paradox ini sering dipakai oleh kritikal arsitektur untuk mengkaji dan memberi kaidah lain terhadapa karya yang di kritiknya. Paradox ini akan menjadi satu metoda baru yang sangat baik untuk meningkatkan kreativitas. Metafisik adalh berkaitan dengan renungan pada sesuatu yang diluar fisik, mencari rahasi dibalik fenomena dan logika, lebih cenderung kepada konsep Ketuhanan. Metoda perancangan Transformasi berkembang dengan mengaikatkan arsitektur kepada apapun sebagai pemicu ide yang diterjemahkan kedalam perupaan bentuk. Perupaan bentuk ini dapat terinspirasi dari objek nyata seperti lukisan, patung, lingkungan biologi dll, dapat pula dari objek yang tidak nyata tetapi dapat ditarik suatu benang merah. Contoh arsitektur yang mengambil metoda ini adalah Wyoming American Heritage (gambar 03). Dalam
perancangan
arsitektur
dikenal
juga
aspek-aspek
yang
mempengaruhi dari kehidupan seperti mitos, perayaan ritual, pengaruh agama, Bahasa, dan hal lainnya yang berasal dari keaslian pandangan dan budaya. Contoh arsitektur yang dipengaruhi metode ini adalah Taj Mahal (gambar 04) Puisi dan sastra sangat memberi inspirasi dan pembelajaran terhapad proses perancangan dan kreativitas idea. Dari metode ini arsitek dapat mengambil inspirasi secara langsung atau secara gabungan terhadap suatu karya sastra. Sastra ini dikaji mulai sebagai suatu struktur, irama, suasana, nuansa, emoasi dan sebagaianya. Jika diibaratkan puisi dan sastra ini, para asitek harus memiliki palet yang berisi premis-
premis kalimat yang akan mengangkat irama, emosi dan kedalaman suatu karya sastra kedalam bentuk visual yang nyata. 2.1. Pengaruh Kreativitas Arsitektur Yang Berwujud Perjalanan arsitektur yang terus berkembang menjadi suatu satu ilmu yang khusus tidak pernah terlepas dari berbagai kajian ilmu lain yang saling mendukung. Sejarah manusia dan perkembangan budayanya yang mungkin kadang berputar membentuk suatu siklus tertentu menjadikan pola perancangan arsitektur pun terpengaruhi. Dalam suatu metoda perancangan arsitektur dipengaruhi oleh karya – karya sebelumnya yang telah ada yang menjadi acuan utama atau pun sebagai pendamping. Precedent adalah salah satu studi dalam perancangan arsitektur dimana dalam proses perancangan digagasi atau dipengaruhi oleh suatu artefak arsitektur yang telah ada dan menjadi suatu karya yang fenomenal. Studi ini mengkaji bentuk – bentuk bangunan lama dari berbagai aspek tipologi, dimana hasil dari studi dapt diterapkan secara langsung persisi sama atau melalui proses transformasi. Contoh bangunan yang menggunakan metode preseden berdasrkan sejarah The North Carolina Capiotl yang mengadaptasi dari Villa Ratonda (gambar 05). Mimesis atau peniruan merupakan metoda perancangan yang mengambil bentuk keseluruhan terhadap wujud alam raya. Peniruan ini dapat berupa pengambilan hakikat dari bentuk dan fungsi ataupun melalui wujud penampang bentuk secara keseluruhan. Peniruan terhadap wujud alam raya ini bias berupa peniruan terhadap mahluk hidup, benda mati, atau hasi dari keduanya. Contoh karya arsitek yang memakai metoda ini adalah L. Halles Lotus Canopy di Paris (gambar 06). Garis dan bentuk – bentuk simetris merupakan suatu keindahan yang sederhana namun juga dapat menjadi rumit. Kaidah ini menjadi suatu yang memunculkan ide-ide kreatif dalam proses perancangan arsitektur. Perpaduan garis yang sederhana atau perpaduan, pengulangan, komposisi bentuk geometris yang rumit menjadi estetika tersendir dalam arsitektur. Kaidah ini banyak diterapkan dalam perancangan arsitektur yang bergaya modern, tetapi telah tumbuh juga dalam
perancangan arsitektur kuno seperti pada teori golden section yang diterapkan pada Parthenon (gambar 07). Keberadaan material yang mendukung suatu bangunan karya arsitektur dapat diibaratkan sebagai daging, tulang, dan kulit suatu bangunan. Keberadaan material baik secara geografis dan teknologi menjadi dasar pemikiran dalam perancangan arsitektur, dimana material tersebut akan menjadi suatu kekhasan suatu lingkungan ataupun suatu era / peradaban. Seperti bangunan modern yang berkembang pada masa revolusi industry dimana banyak ditemukan material baru, karya arsitektur sangat terpengaruhi olehnya. Hal ini terlihat pada bangunan karya – karya dari Le Corbusier (gambar 08). Keadaan alam seperti tercantum dalam salah satu akar dari pohon arsitektur merupakan hal dasar yang menjadi pertimbangan perancangan dalam menyajikan suatu bangunan yang berwawasan lingkungan. Genius loci, kearifan lokal akan menyelaraskan suatu bangunan menjadi kesatuan terhadap iklim, budaya, dan kehidupan masyarakat dimana bangunan tersebut berada. Setiap karya arsitektur dapat dipengaruhi oleh trend dan jaman tetapi tetap harus sesuai dengan lingkunganya seperti halnya pada bangunan Wisma Darmala yang sangat memperhatikan iklim tropis dimana bangunan tersebut berada tetap tetap menghasilkan gaya yang sesuai pada jamanya (gambar 09).
BAB 3. KESIMPULAN Dalam perancangan arsitektur banyak sekali metoda-metoda yang menjadi acuan para arsitek untuk diterapkan kedalam karyanya. Metoda perancangan ini dapat timbul dari mana saja, dari apa saja. Antoniades menerangkan bahwa arsitektur yang berwawasan atau berpendidikan akan lebih dapat mengembangkan kreativitas dalam strategi perancanganya, sehingga dapat menjawab semua permasalahan arsitektur dengan baik melalui metoda-metoda yang diambil dari sesuatu yang terlihat dan tidak terlihat, sesuatu yang fisik dan non fisik, sesuatu yang tertata dan tidak tertata.
LAMPIRAN GAMBAR
Gambar 01. Baker House
Gambar 04. Taj Mahal
Gambar 07. Parthenon
Gambar 02. Fujimi CCR
Gambar 05. Ratonda
Gambar 08. Le Corbusier
Gambar 03. Wyoming AH
Gambar 06. Le Halle
Gambar 09. W. Darmala
Gambar diambil dari www.google.com, diakses pada Maret 2015
DAFTAR PUSTAKA Antoniades, C. (1992), Poetic Of Architecture Theory Of Design, Van Nostrand Reinhold, New York. Biefield, B. (2013), Basic Architectural Design, Birkhauser, Germany. Sumardjo, J.(2010), Estetika Paradox, Sunan Ambu Press, STSI Bandung, Bandung.