ANESTETIK LOKAL
Prokain Farmakodinamik: analgesic sistemik. Pada prokain SK dengan dosis 100-800 mg, terjadi analgesia
umum ringan yang derajatnya berbanding lurus dengan dosis. Efek maksimal berlangsung 10-20 menit, dan menghilang sesudah 60 menit. Farmakokinetik. Absorpsi berlangsung cepat dari tempat suntikan dan untuk memperlambat absorpsi
perlu ditambahkan vasokonstriktor. Sesudah diabsorpsi, prokain cepat dihidrolisis oleh esterase dalam plasma menjadi PABA dan dietilaminoetanol. PABA dieksresi dalam urin. Indikasi : digunakan secara suntikan untuk anestesi infiltrasi, blockade saraf, epidural, kaudal dan spinal.
Prokain secara IV digunakan untuk mengobati delayed serum sickness dan urtikaria, tapi hasilnya tidak sebaik penggunaan antihistamin Sediaan: prokain HCL merupakan Kristal putih yang mudah larut dalam air. Sediaan suntik Prokain HCL
terdapat dalam kadar 1-2% dengan atau tanpa epinefrin untuk anestesi infiltrasi dan blockade saraf dan 5-20% untuk anestesi spinal. Artikain Artikain merupakan golongan amida yang berdasarkan struktur cincin tiophen. Dijual di Amerika dalam konsentrasi 4% dengan 1 : 100,000 ephineprin, artikain menjadi lebih popular untuk aktivitas rutin dalam kedokteran gigi. Hidrolisisnya yang relative cepat dari rantai ester membantu mengurangi toksisitas dengan absorpsi yang lambat dari tempat injeksi. Sebaliknya, konsentrasi tinggi akan menekan injeksi intravascular yang berbahaya dan resiko kerusakan saraf pada area pertengahan injeksi. Penggunaan klinis: digunakan untuk mengendalikan rasa sakit. Artikain menyebabkan efek anestesi
sementara dan reversible (hilang sensasi) sensasi) selama prosedur. Dalam kedokteran gigi, artikain digunakan digunakan untuk infiltrasi dan anestesi blok. Artikain bekerja baik pada pasien yang mengalami hipokaelemic sensory overstimulation.
Kontra indikasi:
Alergi terhadap anestesi tipe amida
Alergi metabisulfite
LIDOKAIN
FARMAKODINAMIK Lidokain (Xilokain) adalah anestetik local yang kuat yang digunakan secara luas dengan pemberian topical dan suntikan. Anestesi terjadi lebih cepat, lebih kuat, lebih lama dan lebih ekstensif daripada yang ditimbulkan oleh prokain. Lidokain merupakan aminoetilamid. Pada larutan 0,5% toksisitasnya sama, tetapi pada larutan 2% lebih toksik daripada prokain. Larutan lidokain 0,5% digunakan untuk anesthesia infiltrasi, sedangkan larutan 1,0-2% untuk anesthesia blok dan topical. Anesthesia ini efektif bila digunakan tanpa vasokonstriktor, tetapi kecepatan absorbs dan toksisitasnya bertambah dan masa kerjanya lebih pendek. Lidokain merupakan obat terpilih bagi mereka yang hipersensitif terhadap prokain dan juga epinefrin. Lidokain dapat menimbulkan kantuk sediaan berupa larutan 0,5%-5% dengan atau tanpa epinefrin. (1:50.000 sampai 1: 200.000). FARMAKOKINETIK Lidokain mudah diserap dari tempat suntikan, dan dapat melewati sawar darah otak. Kadarnya dalam plasma fetus dapat mencapai 60% kadar dalam darah ibu. Di dalam hati, lidokain mengalami deakilasi oleh enzim oksidase fungsi ganda ( Mixed-Function Oxidases ) membentuk monoetilglisin monoetilglisin xilidid dan glisin xilidid. Kedua metabolit monoetilglisin xilidid maupun glisin xilidid ternyata m asih memiliki efek anestetik local. Pada manusia 75% dari xilidid akan disekresi bersama urin dalam membentuk metabolit akhir, 4 hidroksi-2-6 dimetil-anilin. EFEK SAMPING. Efek samping lidokain biasanya berkaitan dengan efeknya terhadap SSP, misalnya mengantuk, pusing, parestesia, gangguan mental, koma, dan seizures. Mungkin sekali metabolit lidokain yaitu monoetilglisin xilidid dan glisin xilidid ikut berperan dalam timbulnya efek samping ini. Lidokain dosis berlebihan dapat menyebabkan kematian akibat fibrilasi ventr ikel, atau oleh hentijantung INDIKASI
LIDOKAIN
FARMAKODINAMIK Lidokain (Xilokain) adalah anestetik local yang kuat yang digunakan secara luas dengan pemberian topical dan suntikan. Anestesi terjadi lebih cepat, lebih kuat, lebih lama dan lebih ekstensif daripada yang ditimbulkan oleh prokain. Lidokain merupakan aminoetilamid. Pada larutan 0,5% toksisitasnya sama, tetapi pada larutan 2% lebih toksik daripada prokain. Larutan lidokain 0,5% digunakan untuk anesthesia infiltrasi, sedangkan larutan 1,0-2% untuk anesthesia blok dan topical. Anesthesia ini efektif bila digunakan tanpa vasokonstriktor, tetapi kecepatan absorbs dan toksisitasnya bertambah dan masa kerjanya lebih pendek. Lidokain merupakan obat terpilih bagi mereka yang hipersensitif terhadap prokain dan juga epinefrin. Lidokain dapat menimbulkan kantuk sediaan berupa larutan 0,5%-5% dengan atau tanpa epinefrin. (1:50.000 sampai 1: 200.000). FARMAKOKINETIK Lidokain mudah diserap dari tempat suntikan, dan dapat melewati sawar darah otak. Kadarnya dalam plasma fetus dapat mencapai 60% kadar dalam darah ibu. Di dalam hati, lidokain mengalami deakilasi oleh enzim oksidase fungsi ganda ( Mixed-Function Oxidases ) membentuk monoetilglisin monoetilglisin xilidid dan glisin xilidid. Kedua metabolit monoetilglisin xilidid maupun glisin xilidid ternyata m asih memiliki efek anestetik local. Pada manusia 75% dari xilidid akan disekresi bersama urin dalam membentuk metabolit akhir, 4 hidroksi-2-6 dimetil-anilin. EFEK SAMPING. Efek samping lidokain biasanya berkaitan dengan efeknya terhadap SSP, misalnya mengantuk, pusing, parestesia, gangguan mental, koma, dan seizures. Mungkin sekali metabolit lidokain yaitu monoetilglisin xilidid dan glisin xilidid ikut berperan dalam timbulnya efek samping ini. Lidokain dosis berlebihan dapat menyebabkan kematian akibat fibrilasi ventr ikel, atau oleh hentijantung INDIKASI
Lidokain sering digunakan secara suntikan untuk anesthesia infiltrasi, blockade saraf, anesthesia epidural ataupun anesthesia selaput lender. Pada anesthesia infitrasi biasanya digunakan larutan 0,25% – 0,50% dengan atau tanpa adrenalin. Tanpa adrenalin dosis total tidak boleh melebihi 200mg dalam waktu 24 jam, dan dengan adrenalin tidak boleh melebihi 500 mg untuk jangka waktu yang yang sama. Dalam bidang kedokteran gigi, biasanya digunakan larutan 1 – 2 % dengan adrenalin; untuk anesthesia infiltrasi dengan mula kerja 5 menit dan masa ke rja kira-kira satu jam dibutuhkan dosis 0,5 – 1,0 ml. untuk blockade saraf digunakan 1 – 2 ml. Lidokain dapat pula digunakan untuk anesthesia permukaan. Untuk anesthesia rongga mulut, kerongkongan dan saluran cerna bagian atas digunakan larutan 1-4% dengan dosis maksimal 1 gram sehari dibagi dalam beberapa dosis. Pruritus di daerah anogenital atau rasa sakit yang menye rtai wasir dapat dihilangkan dengan supositoria atau bentuk salep dan krem 5 %. Untuk anesthesia sebelum dilakukan tindakan sistoskopi atau kateterisasi uretra digunakan lidokain gel 2 % dan selum dilakukan bronkoskopi atau pemasangan pipa endotrakeal biasanya digunakan semprotan dengan kadar 2-4%. Lidokain juga dapat menurunkan iritabilitas jantung, karena itu juga digunakan sebagai aritmia. NAROPIN (ROPIVAKAIN HCl) INJEKSI
Sifat-sifat naropin injeksiNaropin injeksi mengandung ropivakain HCl, yaitu obat anestetik lokal golongan amida. Naropin injeksi adalah larutan isotonik y ang steril, mengandung bahan campuran o bat (etantiomer) yang murni yaitu Natrium Klorida (NaCl) agar menjadi larutan isotonik dan aqua untuk injeksi. Natrium Hidroksida (NaOH) dan/ atau asam Hidroklorida (HCl) dapat ditambahkan untuk meyesuaikan pHnya (keasamannya). Naropi injeksi diberikan secara parentral.Nama kimia ropivakain HCl adalah molekul S-(-)-1-propil-2,6-pipekoloksilida hidroklorida monohidrat. Zat bat berupa bubuk kristal berwarn putih dengan rumus molekul C17H26N2O-R-HCl-H2O dan berat molekulnya 328,89. Struktur molekulnya adalah sebagai berikut:Pda suhu 250C, kelarutan ropivakain HCl dalam air adalah 53,8 mmg/mL dengan rasio distribusi antara n-oktanol dan fosfat bufer pada pH 7,4 adalah 14:1 dan pKanya 8,07 dalam larutan KCl 1 M. pKa ropivakain hampir sama denganbupivkain (8,1) dan mendekati pKa mepivakain (7,7) . akan tetapi kelarutan ropivakain dalam lemak (lipid) berada diantar kelarutan bupivakain dan mepivakain.Naropin injeksi tidak mengandung bahan pengawet dan te rsedia dalam bentuk sediaan dosis tunggal dengan konsentrasi masing-masing 2,0 mg/mL (o,2%), 5,0 m g/mL (0,5%),
7,5 mg/mL (0,75%), dan 10 m g/mL (1,0%). Gravitas (berat) larutan Naropin injeksi berkisar antara 1,002 o
sampai 1,005 pada suhu 24 C. Efek samping naropin injeksi
efek samping ropivakain mirip dengan efek samping anastetik lokal kelompok amida lainnya. Reaksi efek samping anastetik lokal kelompok amida terutama berkaitan dengan kadarnyan dalam plasma yang berlebihan, yang dapat terjadi apabila melebihi dosis, jarum suntik masuk ke dalam pembuluh darah tanpa sengaja atau jika metaolisme obat tersebut dalam tubuh lambat. Kejadian tentang efek sampingnya telah dilaporkan berdasarkan penelitian klinik yang telah dilakukan di amerika serikat dan negara-negara lainnya. Obat yang dijadikan acuan biasanya adalah bupivakain. Penelitian tersebut meggunakan bermacam-macam obat premedikasi, sedasi dan prosedur pembedahan. Sebanyak 3988 pasien diberikan naropin dengan konsentrasi sampai 1 % dalam percobaan klinik. Setiap pasien dihitung sekali untuk setiap jenis reaksi efek smaping yang dialaminya. Efek samping sistemik
Efek samping akut yang Paling sering dijumpai dan memerlukan penanganan yang cepat adalah efek sampingnya pada sistem saraf pusat (SSP) dan sistem kardiovaskuler. Reaksi efek samping samping ini pada umumnya tergantung pada dosis dan disebabkan oleh kadar obat dalam plasma yang tinggi yang bisa terjadi karena over dosis, absorbsi (penyerapan) obat terlalu cepat dari tempat suntikan, rendahnya toleransi pasien terhadap obat, atau apabila jarum suntik anastesi lokal masuk ke dalam pembuluh darah. Di samping toksisitas sistemiknya yang tergantung pada dosis, masuknya obat ke dalam subaraknoid secara tidak sengaja ketika melakukan blok epidural melalui lumbal (tulang punggung) , atau ketika melakukan blok saraf di dekat kolumna vertebra (khususnya di bagian kepala dan dibagian leher), dapat mengakibatkan depresi pernafasan dan apnea (sesak nafas) total atau apnea sesuai tingkat saraf spinal yang mengontrol pernafasan. Juga dapat terjadi hipotensi karena berkurangnya tonus (kekuatan) saraf simpati atau para lisis respirasi (kelumpuhan otot-otot pernafasan) serta hipoventilasi karena obat anastetik mencapai tingkatan saraf motorik di kepala. Keadaan ini dapat memicu henti jantung apabila tidak ditangani dengan segera. Faktor-faktor yang mempengaruhi mempengaruhi ikatan obat dengan protein plasma misanya asidosis, penyakit sistemik yang dapat mengubah produksi protein dalam tubuh, atau kompetensi dengan obat-obat lainnya untuk berikatan dengan protein, dapat menurunkan toleransi (daya terima terhadap obat) seorang pasien.
Pemberian naropin secara epidural pada
beberapa kasus seperti halnya pemberian obat-obat anastesi lainnya dapat meningkatkan suhu tubuh o
secara mendadak diatas 38,5 C. ini paling sering terjadi apabila dosis naropin diatas 16mg/jam. Effek Samping Pada Sistem Saraf
Efek samping ini ditandai dengan kegelisahan dan depresi. Ketegangan, kecemasan, pusing, telinga berdengung (tinitus), penguatan kabur, atau tremor (bergetar) dapat terjadi dan bahkan dapat menimbulkan komvulsi (kejang otot). Akan tetapi, kegelisahan dapat terjadi mendadak atau bisajuga tidak terjadi, dimana reaksi efek samping hanya berupa depresi. Depre si ini bisa berlanjut menjadi rasa kantuk dan akhirnya kesadaran pasien hilang dan terjadi henti nafas. Efek samping lainnya pada sistem saraf pusat adalah nausea (mual), muntah menggigil, dan konstriksi pupil (pupil mata m enyempit). Efek Samping pada Sistem Kardiovaskuler.
Dosis tinggi atau masuknya jarum suntik kedalam pembukuh darah dapat menyebabkan kadar obat dalam plasma meningkat sehingga mengakibatkan depresi otot jantung (jantung menjadi lemah), darah yang dipompa jantung berkurang, hambatan konduksi saraf pada jantung, hipotensi, bradikardi (denyut nadi kurang 60 kali/menit), aritmia ventrikular (denyut jantung tidak berirama), yaitu takikardi ventrikel (denyut jantung diatas 100 kali/ menit) dan vibrilasi atrium (jantung berdebar) dan bahkan henti jantung (oleh karena itu, perlu diperhatikan catatan peringatan, pencegahan, dan overdosis pada label obat). Effek Samping Alergi
Pada penggunaan naropin injeksi, jarang terjadi reaksi alergi tetapi bisa saja terjadi jika pasien terlalu sensitif terhadap obat anestesi lokal (perhatikan peringatan pada label obat). Reaksi efek samping alergi ditandai dengan gejala-gejala berupa urtikaria (kulit bengkak merah), pruritus (gatal-gatal), eritema (kulit merah-merah), udem angioneurotik (misalnya udem laring), takikardi, bersin-bersin, mual, muntah, pusing, sinkop (pingsan), keringatan, badan panas dan bahkan reaksi anapilaksis (termaksuk hipotensi berat). Sensistifitas silang antar obat anestesi lokal kelompok amida pernah terjadi. Bupivacain Injeksi bupivacain HCl merupkan solusi isotonik steril yang mengandung agen anastetik lokal dengan atau tanpa epinefrin 1:2000 dan diinjeksikan secara parenteral. Bupivacain PKA memiliki kemiripan dengan lidocain dan memiliki derajat slubilitas lipid yang lebih besar. Bupivacin dihungkan secar a kimia dan farmakologis dengan aastetik lokal amino acyl. Bupivacain merupakan homolog dari mepivacain dan secara kimiawi dihubungkan dengan lidocain. Ketiga anastetik ini mengandung rantai amida dan amino.
Berbeda dengan anastetik lokal tipe procain yang memiliki ikatan ester. Setiap 1 ml larutan isotonik steril mengandung bupivacain hidroklorida dan 0.005 mg epinefrin, dengan 0.5 mg sodium metabisulfite sebagai anti oksidan dan 0.2 mg asam sitrat sebagai stabilisasi. Prilokain
Adalah derivat yang mulai kerja dan kekuatannya dama dengan lidokain. Toksisitasnya lebih rendah daripada lidokain, karena efek vasodilatasinya lebih ringan sehingga resorpsinya juga lebih lambat dan perombakannya lebih cepat. Walaupun merupakan devirat toluidin, agen anestesi lokal tipe amida ini pada dasarnya mempunyai formula kimiawi dan farmakologi yang mirip dengan lignokain dan mepivakain.
Farmakodinamik Anestetik lokal golongan amida ini efek farmakologiknya mirip lidokain, tetapi mula kerja dan masa kerjanya lebih lama daripada lidokain. Prilokain umumnya dipasarkan dalam bentuk garam hidroklorida dengan nama dagang Citanest dan dapat digunakan untuk mendapat anestesi infiltrasi dan regional. Namun prilokain biasanya tidak dapat digunakan untuk mendapat efek anestesi topikal. Prilokain biasanya menimbulkan aksi yang lebih cepat daripada lignokain namun anastesi yang ditimbulkannya tidaklah terlalu dalam. Prilokain juga kurang mempunyai efek vasodilator bila dibanding dengan lignokain dan biasanya termetabolisme dengan lebih c epat. Obat ini kurang toksik dibandingkan dengan lignokain tetapi dosis total yang dipergunakan sebaiknya tidak lebih dari 400 mg. Karena pemakainan satu cartridge saja sudah cukup untuk mendapat efek anestesi infiltrasi atau regional yang diinginkan, dank arena setiap cartridge hanya mengandung 80 mg prilokain hidroklorida, maka resiko terjadinya metahaemoglobin pada penggunaan prilokain untuk praktek klinis tentunya sangat kecil. Penambahan felypressin (octapressin)dengan konsistensi 0,03 i.u/ml (=1:200.000) sebagai agen vasokonstriktor akan dapat meningkatakan baik kedalam maupun durasi anestesi. Larutan nestesi yang mengandung felypressin akan sangat bermanfaat bagi pasien yang menderita penyakit kardio-vaskular. Di bidang dermatologi, anestesi topikal yang sekarang sering digunakan adalah kombinasi antara lidokain ( 2,5% ) dan prilokain ( 2,5% ). Kombinasi 2 anestesi ini cukup disukai karena memberikan efek sinergis (saling menguatkan) dengan efek samping minimal. Selain itu, gabungan lidokain dan prilokain mampu berpenetrasi melalui kulit sekitar 1 jam untuk mendapatkan efek optimum sebagai anestesi topikal
Indikasi Merupakan anastesi lokal yang digunakan untuk anastesi dengan infiltrasi dan blok sar af.
Kontraindikasi Agen ini jangan digunakan untuk bayi, penderita metaharmoglobinemia, penderita penyakit hati, hipoksia, anemia, penyakit ginjal atau gagal jantung, atau penderita kelainan lain di mana masalah oksigenasi berdampak fatal, seperti pada wanita hamil. Prilokain juga jangan dipergunakan pada pasien yang mempunyai riwayat alergi terhadap agen anetesi tipe amida atau ale rgi paraben. Pasien
yang
diketahui
hipersensitif
terhadap
anastesi
golongan
amide,
anemia
dan
methaemoglobinemia kongenital atau dapatan.
Farmakokinetik Di dalam hati, zat ini dirombak menjadi o-toluidin dan metabolit lain. Ekskresinya melalui kemih (kurang dari 1%). Obat ini digunakan pada anestesia permukaan (4%) dan secara parenteral 1-1,5% dengan/tanpa adrenalin.
Efek Samping Efek sampingnya berupa methemoglobinemia dan sianosis, terutama pada dosis besar, yang disebabkan oleh metabolit o-toluidin. Dosis maksimum 400 mg sekali minum, dan 600 mg bersama vasokonstriktor. Prilokain juga menimbulkan kantuk seperti lidokain. Sifat toksik yang unik ialah prilokain dapat menimbulkan methemoglobinemia; hal ini disebabkan oleh kedua metabolit prilokain yaitu orto-toluidin dan nitroso- toluidin. Walaupun methemoglobinemia ini mudah diatasi dengan pemberian biru-metilen intravena dengan dosis 1-2 mg/kgBB larutan 1 % dalam waktu 5 menit; namun efek terapeutiknya hanya berlangsung sebentar, sebab biru metilen sudah mengalami bersihan, sebelum semua methemoglobin sempat diubah menjadi Hb. Salah satu produk pemecahan prilokain adalah ortotoluidin yang dapat m enimbulkan metahaemoglobin. Metahaemoglobin yang cukup besar hanya dapat terjadi bila dosis obat yang dipergunakan lebih dari 400 mg. metahaemoglobin 1 % terjadi pada penggunaan dosis 400 mg, dan biasanya diperlukan tingkatan metahaemoglobin lebih dari 20 % agar terjadi simtom seperti sianosis bibir dan membrane mukosa atau kadang-kadang depresi respirasi.
Sediaan Sediaan dalam bentuk injeksi ataupun gel.
Dosis Anestetik ini digunakan untuk berbagai macam anestesia disuntikan dengan sediaan berkadar 1,0; 2,0 dan 3,0%. Perhatian terhadap adanya reaksi toksik dengan menghindari injeksi intravaskular. Harus selalu berhati-hati sebelum dan selama injeksi berlangsung. Ketika dosis yang cukup besar diinjeksikan, diperlukan adanya tes dosis dengan 3-5 ml prilokain yang berisikan adrenalin. Kecelakaan ijeksi intravaskular dapat menimbulkan kenaikan denyut jantung sementara waktu. Dosis utama sebaiknya diinjeksi secara perlahan, yaitu 100-200 mg/menit. Jika gejala toksik terjadi, injeksi sebaiknya dihentikan secepatnya. Dosis maksimum untuk prilokain ini tidak lebih dari 400 mg. Lansia diberikan dalam dosis yang lebih rendah, dipertimbangakan juga status fisiknya. Pada anak-anak dibawah 6 bulan dosisnya dapat dihitung, dengan ketetapan 5mg/kg. Prilokain yang diberikan secara injeksi tidak dianjurkan pada anak-anak dibawah umur 6 bulan dan paraservikal blok dan pudendal blok pada pasien obstetrik. Di sini akan terjadi peningkatan resiko formasi methaemoglobin pada anak-anak dan bayi baru lahir.
Interaksi Berinteraksi dengan obat yang dapat mengakibatkan formasi methemoglobin seperti sulfonamide (cotrimoxaxole), antimalaria dan komponen nitric.
Anasthesi lokal dari bahan sintetik : Tetrakain (pontocain)
Merupakan suatu ester amino kerja panjang, secara signifikan lebih poten dan mempunyai durasi kerja lebih panjang daripada prokain . toksisitas sistemik tetrakain lebih tinggi kare na tetrakain dimetabolisme lebih lambat daripada anatetik lokal yang jenis ester lain yang umum digunakan. Obat ini banyak digunakan pada anastesi spinal ketika durasi kerja obat yang panjangdiperlukan. Tetrakain jarang digunakan pada blokade saraf perifer karena diperlukan dosis yang besar,onsetnya yang lambat dan berpotensi menimbulkan efek toksisitas.
Untuk pemakaian topikal pada mata digunakan larutan tetracaine 0,5%, untuk hidung dan tenggorokan larutan 2%. Bupivikain
Merupakan lokal anastesi yang digunakan untuk spinal, infiltrasi, epidural dan blok saraf. Bupivacaine (0.5%) dengan adrenaline (1:2,00,000) merupakan frekuensi terkecil yang digunakan dalam kedokteran gigi karena menyebabkan penetrasi yang parah pada tulang. Kerja farmakologis Bupivikain (marcaine , sensorcaine) merupakan anestetik lokal jenis amida. Durasi kerja bupivikain yang panjang serta kecenderungan untuk memblok sensorik lebih kuat daripada motorik menjadikan bupivicaine obat analgesik yang panjang selama periode persalinan dan pasca operasi. Toksisitas Bupivicaine lebih kardiotoksik daripada lidocaine pada dosis efektif yang sama. Secara klinis efek ini dimanifestasikan dengan aritmia ventrikular yang parah dan depresi miokardium setelah pemberian dosis tinggi. Jadi blokade oleh bupivicaine bersifat kumulatif dan lebih banyak daripada yang diperkirakan dari potensi anestetik totalnya. Larutan bupivicaine hidroklorida tersedia dalam konsentrasi 0,25% untuk anestesi infiltrasi dan 0,5% untuk suntikan paravertebral. Tanpa epineprin, dosis maksimum untuk anestesi infiltrasi sekitar 2 mg/kg BB.
Penggunaan klinis anasthesi lokal
1. Anasthesi Infiltrasi Merupakan injeksi anastesi lokal secara langsung ke jaringan tanpa memperhitungkan rangkaian saraf kutan. Anasthesi infiltrasi dapat bersifat superfisial karena hanya melibatkan kulit. Anastesi ini dapat melibatkan struktur yang lebih dalam termasuk organ intraabdominal , ketika bagian ini juga diinfiltrasi. Durasi
anastesi
infiltrasi
dapat
digandakan
dengan
penambahan
epinefrin
(5mikrogram/ml) ke dalam larutan injeksi. Tetapi larutan yang mengandung epinefrin tidak boleh diinjeksikan ke dalam jaringan yang disuplai oleh ujung arteri contoh jaringan tangan, kai, telinga, hidung dan penis karena vasokontriksi yang dihasilkan dapat menyebabkan nekrosis. Anastesi lokal yang biasa digunakan untuk anatesi infiltrasi adalah lidokain (0,5-1%), prokain (0,5-1%)ndan bupivikain (0,125-0,25%). Ketika digunakan tidak bersama epinefrin, hingga 4,5mg/kg lidokain, 7mg/kg prokain, atau 2mg/kg bupivikain, ketika ditambah epinefrin jumalah ini dapat ditingkatkan sepertiganya.
Kelebihan anastesi infiltrasi dan teknik anastesi regional yaitu dapat memberikan anastesi yang memuaskan tanpa menggannggu fungsi normal tubuh, namun kerugiannya adalah obat harus diberikan dalam jumlah besar dan menganastesi daerah yang relatif kecil.
2. Anastesi topikal
Anastesi membran mukosa hidung,mulut, tenggorokan, cabang trakeobronkial, esofagus dan saluran urogenital dapat diperoleh dari tetrakain (2%), lidokain (2-10%), dan kokain (1-4%) yang paling umum dipakai. Anastetik lokal cepat diabsorbsi ke dalam darah setelah aplikasi topikal pada membran mukosa atau kulit yang mengelupas. Oleh sebab itu, anastesi topikal juga memiliki resiko toksik sistemik.
3. Anastesi blok Bermacam-macam teknik digunakan untuk mempengaruhi konduksi saraf otonom maupun somatis dengan anastesi lokal. Hal ini bervariasi dari blokade pada saraf tunggal . cara ini dapat digunakan pada tindakan pembedahan maupun untuk tujuan diagnostik dan terapi.
4. Dental anastesi Total banyaknya lokal anastetik yang disuntikkan lebih sedikit (20-80 mg dari lidokain) daripada yang digunakan untuk tujuan lainnya. Lidokain 2% dengan adrenalin (1:80,000)merupakan standar lokal anastetik yang digunakan dalam kedokteran gigi yang diberikan pada jaringan lunak dan anastesi pulpal dan juga mengurangi perdarahan postekstraksi.
Anastesi lokal juga dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori berdasarkan struktur kimianya, antaralain : 1. Ikatan Ester , seperti . cocaine,procaine, tetracaine, benzocaine,chloroprocaine. 2. Ikatan amida seperti, lidocaine, bupivacaine, dibucaine,prilocaine, ropivacaine
LIDOKAIN
Lidokain merupakan obat anastesi golongan amida, selain sebagai obat anastesi lokal lidokain juga digunakan sebagai obat antiaritmia kelas IB karena mampu mencegah deplarisasi pada membran sel melalui penghambatan masuknya ion natrium pada kanal natrium.
Struktur kimia lidokain. Anne : 2012 Pemakaian lidokain di klinik antara lain sebagai: anestesi lokal,terapi aritmia ventrikuler, mengur angi fasikulasi suksinilkolin dan untukmengurangi gejolak kardiovaskuler serta menekan batuk pada tindakan laringoskopi dan intubasi endotrakhea. Dosis yang diberikan pada terapi aritmia ventrikuler (takikardiventrikel) adalah 1-1,5 mg/kgBB bolus
intravena
kemudian
diikuti
infus
1-4mg/kgBB/menit. Cara
ini
biasanya
menghasilkan kadar dalam plasma 2-6mg/L, bila tidak diikuti dengan infus, kadar dalam plasma akan menurundalam 30 menit setelah dosis bolus. Hal ini memerlukan bolus lanjutan, 5mg/kgBB. Untuk mengurangi gejolak kardiovaskuler pada tindakan laringoskopi biasanya diberikan dosis 1-2 mg/kgBB bolus intravena sebelum tindakan.
Efek ini sebagian disebabkan oleh efek analgesik danefek anestesi lokal dari lidokain .Sebagai obat anestesi lokal lidokain dapat diberikan dosis 3-4mg/kgBB, bila ditambahkan adrenalin dosis maksimal mencapai 6mg/kgBB. Lidokain menyebabkan
penurunan
tekanan
intracranial
(tergantung dosis) yang disebab
kanoleh efek sekunder peningkatan resistensi vaskuler otak dan penurunan aliran darah otak. Lidocaine dapat
dibuat
dalam
dua
langkah
oleh reaksi
2,6-xylidine dengan klorida
chloroacetyl , diikuti oleh reaksi dengan dietilamina:
Mekanisme Kerja
Setelah disuntikkan, obat dengan cepat akan dihidrolisis dalam jaringan tubuh pada pH 7,4 menghasilkan basa bebas (B) dan kationbermuatan positif (BH). Proporsi basa bebas dan kation bermuatan positif tergantung pada pKa larutan anestetik lokal dan pH jaringan. Hubungan kedua faktor tersebut dinyatakan dengan rumus: pH = pKalog (BH/B) yang dikenal sebagai persamaan Henderson Hasselbach. Anestetik lokal dengan pKa tinggi cenderung mempunyai mula kerja yang lambat. Jaringan dalam suasana asam (jaringan inflamasi) akanmenghambat kerja anestetik lokal sehingga
mula
kerja
menjadilebih lama. Hal tersebut karena suasana asam akan menghambat bebas yang diperlukan untuk menimbulkan efek anestesi.
obat terbentuknya
asam
Dari
kedua
bentuk
di
atas
yaitu
B
dan
BH,
bentuk
yang
berperan dalam menimbulkan efek blok anestesi masih banyak dipertanyakan. Dikatakan baik basa bebas (B) maupun kationnya (BH) ikut berperan dalam proses blok anesteri. Bentuk basa bebas (B) penting
untuk
penetrasi
optimal melalui selubung saraf, dan kation
(BH) akan berikatan dengan reseptor pada sel membran. Cara kerja anestetik lokal secara molekular (teori ikatan reseptor spesifik) adalah sebagai berikut : molekul anestetik lokal mencegah konduksi
saraf dengan cara berikatan
dengan reseptor spesifik pada celah natrium. Seperti diketahui bahwa untuk konduksi impuls saraf diperlukan ion natrium untuk menghasilkan potensial aksi saraf.
Indikasi
Lidokain sering digunakan
secara suntikan untuk
anesthesia
infiltrasi,
blockade
saraf,
anesthesia epidural ataupun anesthesia selaput lender. Pada anesthesia infitrasi biasanya digunakan larutan0,25% – 0,50% dengan atau tanpa adrenalin. Tanpa adrenalin dosistotal tidak boleh melebihi 200mg dalam waktu 24 jam, dan dengan adrenalin tidak boleh melebihi 500 mg untuk jangka waktu yang sama. Dalam
bidang
kedokteran
gigi,
biasanya
digunakan
larutan
1
–
2%dengan adrenalin; untuk anesthesia infiltrasi dengan mula kerja 5menit dan masa kerja kirakira satu jam dibutuhkan dosis 0,5 – 1,0 ml.untuk blockade saraf digunakan 1 – 2 ml.
Lidokain dapat pula digunakan
untuk
anesthesia
permukaan
.Untuk anesthesia rongga mulut, kerongkongan dan saluran cerna bagian atas digunakan larutan 1-4% dengan dosis maksimal 1 gram sehari dibagi dalam beberapa dosis. Pruritus di daerah anogenital ataurasa sakit yang menyertai wasir dapat dihilangkan dengan supositoria atau bentuk salep dan krem 5 %. Untuk anesthesia sebelum dilakukan tindakan sistoskopi atau kateterisasi uretra digunakan lidokain gel 2 % dan selum dilakukan bronkoskopi atau pemasangan pipa endotrakeal biasanya digunakan semprotan dengan kadar 2-4%. Lidokain juga dapat menurunkan iritabilitas jantung, karena itu juga digunakan sebagai aritmia.
Kontra Indikasi
Kontraindikasi obat Inflamasilocal dan atau sepsis, septicemia,
tirotoksikosis, ekstremitas
hipersensitif terhadap anestesi lokal tipeamida.
Cara Pemakaian
Lidocaine, biasanya dalam bentuk hidroklorida lidocaine,tersedia
dalam
berbagai
bentuk termasuk: 1.Anestesi lokal Injected (kadang dikombinasikandengan epinephrine untuk mengurangi perdarahan) 2.Dermal patch (kadang dikombinasikan denganprilocaine) 3.Injeksi intravena (kadang dikombinasikandengan epinephrine untuk mengurangi perdarahan) 4.Intravena infuse
5.Pembangkitan berangsur-angsur semprot /hidung (dikombinasikan dengan fenilefrin) 6.Gel oral (sering disebut sebagai "lidocainekental" atau disingkat "visc lidocaine" atau "visc lidokain hcl" dalamfarmakologi; digunakan sebagai gel tumbuh gigi) 7.Oral cair 8. Topikal gel (seperti gel lidah buaya yang mencakup lidokain) 9.Topical cair 10.Topikal patch (patch lidokain 5% dipasarkansebagai "Lidoderm" di AS (sejak 1999) dan "Versatis" di Inggris(sejak 2007 oleh Grünenthal)) 11.Semprot aerosol Topical 12.Dihirup melalui nebulizer
Efek Samping
Efek samping lidokain biasanya berkaitan dengan efeknya terhadap SSP, misalnya mengantuk , pusing , parestesia , gangguan mental, koma, dan seizures. Mungkin sekali metabolit lidokain yaitumonoetilglisin xilidid dan glisin xilidid ikut berperan dalam timbulnyaefek samping ini.Lidokain dosis berlebihan dapat menyebabkan kematian akibatfibrilasi ventrikel, atau oleh henti jantung.
Farmakokinetik
Lidokain hanya efektif bila diberikan intravena. Pada pemberian peroral kadar lidokain dalam plasma
sangat
kecil
dan
dicapai
dalamwaktu yang lama. Pada pemberian intravena kadar puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 3-5 menit dan waktu paruh 30-120 menit. Lidokain hampir semuanya di metabolisme di hati menjadi monoethylglynexylidide melalui proses dealkylation, kemudian diikuti dengan hidrolisis menjadi xylidide. Xylidide diekskresi dalam urin sekitar 75% dalam bentukhydroxy -2,6- dimethylaniline. Indikasi
utama
pemakaian
lidokain
selain
sebagai
anestesilokal
jugadipakai untuk mencegah takikardi ventrikel dan mencegah fibrilasisetelah infark miokard ak ut. Lidokain tidak efektif pada aritmiasupraventrikuler kecuali yang berhubungan dengan sindroma wolf parkinson white atau karena keracunan obat digitalis. Pada
manusia
75%
darixilididakan
disekresi
bersama
urin
dalam
membentuk
metabolit akhir, 4hidroksi-2-6 dimetil-anilin.
Farmakodinamik
Sebagai obat antiaritmia kelas IB (penyekat kanal natrium)
lidokain
dapat menempati
reseptornya pada protein kanal sewaktu teraktivasi (fase 0) atau inaktivasi (fase 2), karena pada kedua fase iniafinitas lidokain terhadap reseptornya tinggi sedangkan pada faseistirahat afinitasnya rendah.
Bila resptornya ditempati maka ion Na+ tidak dapat masuk ke dalam sel. Lidokain menempatireseptornya dan terlepas selama siklus perubahan konformasi kanal Na+. Kanal sel normal yang dihambat lidokain selama siklus aktivasi-inaktivasi akan cepat terlepas dari reseptornya pada dalam fase istirahat. Lidokainmeninggikan
nilai
ambang
fibrilasi
ventrikel
pada
serabut
purkinje.Lidokain
meninggikan konduksi ion K+ transmembran tetapi tidak mempengaruhi potensial istirahat. Lidokain bekerja padapenghambatan transmisi (salah satu rangkaian proses nyeri) yaituproses penyaluran impuls nyeri melalui serabut A delta dan serabut C tak bermielin dari perifer ke medula spinalis.
MEVIPAKAIN
Merupakan anastesi local derivate amida dari xylidide
Mekanisme kerja
Bekerja langsung pada sel saraf dan menghambat kemmapuan sel saraf mentransmisikan impuls melalui aksonnya.
Farmakodinamik
Kecepatan timbulnya efek, durasi aksi, potensi, dan toksisitasnya mirip dengan lidokain. Tetapi dapat menimbulkan vasokontriksi lebih ringan dari lidokain. Dan menghambat implus saraf sehingga terjadi depresi pada SSP.
Farmakokinetik
Absopsi
: Pada tempat yang disuntik
Onset
: Blok Epidural: 7-15 min (larutan 2%). Gigi anastesi : 0,5-2 menit di rahang atas, 1-4 menit di rahang bawah
Durasi
: Blok Epidural: 115-150 min (larutan 2%). Caudal blok: 105-170 min (larutan 1-2%). Gigi anestesi: 10-17 menit (0,7-1 mL larutan 3%). Jaringan lunak anestesi: 60-100 menit.
Distribusi
: Protein plasma 60-85% terikat.
Metabolisme : Mengalami N-demethylation dan hidroksilasi aromatik dalam hati. Ekskresi
: Diekskresikan dalam urin sebagai metabolit dan obat tidak berubah (5-10%). Sejumlah kecil diekskresikan melalui feses dan melalui paru-paru.
Indikasi
Infiltrasi lokal , blockade saraf, dan anastesi spinal
Kontraindikasi
Penyakit katup jantung, Porfiria. , penyakit hati , alergi terhadap anastesi pada tipe amida.
Efek samping
Gelisah, kegembiraan, gugup, paraesthesias, pusing, tinnitus, penglihatan kabur, mual, muntah, otot berkedut, tremor, kejang, mati rasa pada lidah dan daerah perioral, mengantuk, kegagalan pernapasan, koma, hipotensi.Berpotensi fatal yaitu depresi, miokard, bradikardia, aritmia jantung, serangan jantung.
Interaksi Obat
Administrasi solusi mepivakain mengandung epinefrin atau norepinefrin untuk pasien yang menerima MAOIs atau TCA dapat menyebabkan hipertensi berat dan antiaritmia (risiko depresi miokard).
Kegunaan di Kedokteran Gigi
Untuk anastesi pencabutan gigi dan pembedahan oral.
Sediaan
Konsentrasi 2% dengan levonordefrin dan 3% solution tanpa vasokonstriktor.
Dosis Dewasa
: Hingga 400 mg. Ulangi jika perlu dengan interval lebih 1,5 jam. Maximal 1 g dalam 24 jam.
Anak
: kurang dari 3 tahun 5-6 mg / kg dengan solusi <2%.
Lansia
: Dosis mungkin perlu dikurangi.
PRILOKAIN HIDROKLORIDA Definisi
Prilokain merupakan derivat toluidin dengan tipe amida, pada dasarnya mempunyai formula kimiawi dan farmakologi yang mirip dengan lidokain dan mepivakain.
Farmakokinetik
Di dalam hati, zat ini dirombak menjadi o-toluidin dan metabolit lain. Ekskresinya melalui kemih (kurang dari 1%). Obat ini digunakan pada anestesia permukaan (4%) dan secara parenteral 1-1,5% dengan/tanpa adrenalin. Onsetanestesi gigi : 2min. Onset blok saraf alveolaris inferior: 3min. Durasianestesigigi : 10-15min(pulpanalgesia), 1-2jam(anestesi jaringan lunak). Blok saraf alveolaris inferior : 2,5jam(anestesi jaringan lunak).
Farmakodinamik
Anesteti lokal golongan amida ini efek farmakologinya mirip lidokain, tetapi onset kerja dan masa kerjanya (durasi) lebih lama daripada lidokain. Prilokain umumnya dipasarkan dalam bentuk garam hidroklorida dengan nama dagang Citanest dan dapat digunakan untuk mendapat anestesi infiltrasi dan regional. Namun prilokain biasanya tidak dapat digunakan untuk mendapat efek anestesi topikal. Prilokain biasanya menimbulkan aksi yang lebih cepat daripada lidokain namun anestesi yang ditimbulkannya tidaklah terlalu dalam. Prilokain juga kurang mempunyai efek vasodilator bila dibanding dengan lidokain dan biasanya termetabolisme dengan lebih cepat. Obat ini kurang toksik dibandingkan dengan lidokain tetapi dosis total yang dipergunakan sebaiknya tidak lebih dari 400 mg. Karena pemakainan satu cartridge saja sudah cukup untuk mendapat efek anestesi infiltrasi atau regional yang diinginkan, dan arena setiap cartridge hanya mengandung 80 mg prilokain hidroklorida, maka resiko terjadinya metahaemoglobin pada penggunaan prilokain untuk praktek klinis tentunya sangat kecil. Penambahan felypressin (octapressin) dengan konsistensi 0,03 i.u/ml (1:200.000) sebagai agen vasokonstriktor akan dapat meningkatakan baik kedalam maupun durasi anestesi. Larutan anestesi yang mengandung felypressin akan sangat bermanfaat bagi pasien yang menderita penyakit kardio-vaskular.
Indikasi dalam Bidang Kedokteran Gigi
Merupakan anestesi lokal yang digunakan untuk anestesi dengan infiltrasi gigi dan blok saraf gigi.
Kontraindikasi
Agen ini jangan digunakan untuk bayi, penderita metahaemoglobinemia kongenital atau idiopatik, penderita penyakit hati, hipoksia, anemia, penyakit ginjal atau gagal jantung, atau penderita kelainan lain di mana masalah oksigenasi berdampak fatal, seperti pada wanita hamil. Prilokain juga jangan dipergunakan pada pasien yang mempunyai riwayat alergi terhadap agen anetesi tipe amida atau alergi paraben. Bagi pasien yang sedang dalam masa menyusui, tingkatinjeksitidak boleh terlalucepat. Menghindari injeksiintravaskularsengaja. Hindaripenggunaan jangka panjang. Lansia, anakanak, lemah, epilepsi, gangguan fungsi respirasi ataukonduksi jantung, syok, gangguan hati, blokepidural
atautulang
denganpenyakitserebrospinal,
belakang,tidak syok
bolehdigunakan
kardiogenikatauhipovolemik,
status
untukpasien koagulasiberubah,
infeksipiogenikpada kulitataupadadekat lokasiinjeksi. Janganmenyuntikkanke dalam jaringan yang meradang atauterinfeksiatau kulit/mukosa rusak. Janganmenyuntikkanke dalamtelinga tengah.
Efek Samping
Efek samping yang ditimbulkan dari prilokain adalah methemoglobinaemia dan sianosis, terutama pada dosis besar, yang disebabkan oleh metabolit o-toluidin. Prilokain juga menimbulkan kantuk seperti lidokain. Methemoglobinemia disebabkan oleh kedua metabolit prilokain yaitu orto-toluidin dan nitroso-toluidin. Walaupun methemoglobinemia ini mudah diatasi dengan pemberian metylen-blue intravena dengan dosis 1-2 mg/kgBB larutan 1 % dalam waktu 5 menit, namun efek terapeutiknya hanya berlangsung sebentar, sebelum semua
methemoglobin sempat diubah menjadi Hb. Methaemoglobin yang cukup besar hanya dapat terjadi bila dosis obat yang dipergunakan lebih dari 400 mg. Methaemoglobin 1 % terjadi pada penggunaan dosis 400 mg, dan biasanya diperlukan tingkatan methaemoglobin lebih dari 20 % agar terjadi simtom seperti sianosis bibir dan membran mukosa atau kadang-kadang depresi respirasi. Efek samping lain yaitu gelisah, kegembiraan, gugup, paraesthesias, pusing, tinnitus, penglihatan kabur, mual, muntah, ototberkedut, tremor, kejang, hipotensi, bradikardia, aritmia, dan serangan jantung.
Interaksi Obat
Berinteraksi dengan obat yang dapat mengakibatkan formasi methemoglobin seperti sulfonamide (cotrimoxaxole), antimalaria dan senyawa nitrat tertentu.
Dosis dan Sediaan
Injeksi : infiltrasi gigi dan blok saraf gigi Dewasa :40-80mg(1-2ml)sebagai solusi4%tanpafelypressinatau30-150mg(1-5ml)sebagai
solusi3%denganfelypressin0,03IU/ml.Max:400mgjikadigunakan
sendiridan
300mgjika
digunakandenganfelypressin. Anak<10tahun
:40mg(1ml)sebagaisolusi4%tanpafelypressinatau30-60mg(1-
2ml)sebagaisolusi3%denganfelypressin0,03unit/ml.
Perhatian terhadap adanya reaksi toksik dengan menghindari injeksi intravaskular. Harus selalu berhati-hati sebelum dan selama injeksi berlangsung. Ketika dosis yang cukup besar diinjeksikan, diperlukan adanya tes dosis dengan 3-5 ml prilokain yang berisikan adrenalin. Kecelakaan ijeksi intravaskular dapat menimbulkan kenaikan denyut jantung sementara waktu. Dosis utama sebaiknya diinjeksi secara perlahan, yaitu 100-200 mg/menit. Jika gejala toksik terjadi, injeksi sebaiknya dihentikan secepatnya. Lansia diberikan dalam dosis yang lebih rendah, dipertimbangakan juga status fisiknya. Pada anak-anak dibawah 6 bulan dosisnya dapat dihitung, dengan ketetapan 5mg/kg. Prilokain yang diberikan secara injeksi tidak dianjurkan pada anak-anak dibawah umur 6 bulan dan paraservikal blok dan pudendal blok pada pasien obstetrik. Di sini akan terjadi peningkatan resiko formasi methaemoglobin pada anak-anak dan bayi baru lahir.
Topikal/cutaneous : anestesi lokal
Dewasa:Campuraneutecticdariprilokainbase2,5% dan lidocainebase2,5%digunakan sebagaikrimdi bawahpermukaanoklusif(kecuali untukmenghilangkankutil kelamin).
ARTIKAIN HIDROKLORIDA
Articaine hidrocloride adalah anestesi lokal, dengan susunan (propylamino)-propionamido]-2-tiofena-asam
karboksilat,
hidroklorida
kimia 4-metil-3[2metil
ester
dan
merupakan campuran rasemat. Articaine memiliki berat molekul 320.84 dengan rumus formula C13H20N2O3S. HCL. Articaine memiliki koefisien partisi di n-octanol/soerensen buffer (Ph: 7,35) dari 17 dan pKa 7,8. epinefrin Bitartrate, garam (-) -1 - (3,4-Dihydroxyphenyl)-2-
metilamino-etanol (+) tartrat (1:1) garam, adalah vasokonstriktor yang ditambahkan ke dalam articaine HCl dalam konsentrasi 1:100.000 atau 1:200.000 sebagai basa bebas. Memiliki berat molekul 333.3. Articadent ™ berisi articaine HCl (40 mg / mL), epinefrin sebagai bitartrate (1:100.000 atau 1:200.000), natrium klorida (1,6 mg / mL), dan natrium metabisulfit (0,5 mg / mL). Produk ini diformulasikan dengan kelebihan 15% dari epinefrin. PH ini disesuaikan dengan natrium hidroksida.
Farmakokinetik 1) Penyerapan : setelah injeksi gigi melalui rute submukosa, articaine yang terdiri dari
1:200,000 epinephrine, articaine mencapai konsentrasi darah puncak sekitar 25 menit setelah injeksi dosis tunggal dan 48 menit setelah tiga dosis. Puncak plasma dicapai setelah 68 dan dosis 204 mg masing-masing 385 dan 900ng / mL. setelah pemberian melalui rute administrasi intraoral dari dosis maksimum 476 mg, articaine mencapai konsentrasi darah puncak 2037 dan 2.145 ng/Ml untuk larutan articaine yang mengandung 1:100,000 dan 1:200.000 epinefrin, masing-masing, sekitar 22 menit pascadosis. 2) Distribusi: Sekitar 60 sampai 80% dari articaine HCl terikat pada serum albumin manusia dan γ-globulin pada 37 ° C in vitro. 3) Metabolisme: Articaine HCl dengan cepat dimetabolisme oleh plasma carboxyesterase pada metabolisme primer, asam articainic, yang tidak aktif. Penelitian secara in vitro menunjukkan bahwa isoenzyme microsome P450 pada manusia memetabolisme sekitar 5% sampai 10% dari articaine yang tersedia dengan konversi kuantitatif menjadi asam articainic.
4) Ekskresi: Pada dosis 476 mg articaine, eliminasi waktu paruh adalah 43,8 menit dan 44,4 menit untuk
articaine liquid yang
mengandung 1:100.000 dan 1:200.000epinefrin.
Articaine diekskresikan terutama melalui urin dengan 53 - 57% dari dosis yang diberikan dan dieliminasi dalam 24 jam pertama setelah rute administrasi melalui submukosa. Asam Articainic adalah metabolit utama dalam urin.sisanya berupa asam glukuronat articainic, juga diekskresikan dalam urin. hanya 2% Articaine daridosis total yang diekskresikan dalam urin.
Farmakodinamik
Mekanisme tindakan: Articaine HCl merupakan anestesi lokal golongan amida. Generasi Anestesi lokal blok dan konduksi impuls saraf,meningkatkan ambang batas untuk eksitasi listrik di saraf, dengan memperlambat penyebaran impuls saraf, dan dengan mengurangi laju kenaikan tindakanpotensial. Secara umum, perkembangan anestesi berhubungan dengan kecepatan diameter, mielinasi dan kecepatan konduksi serabut saraf yang terkena. Secara klinis, urutan hilangnyafungsi saraf adalah sebagai berikut: (1) nyeri, (2) temperatur, (3) sentuhan, (4) proprioception, dan (5) otot rangka. Epinefrin adalah vasokonstriktor yang ditambahkan ke articaine HCl untuk memperlambat penyerapan ke dalam sirkulasi umum dan dengan demikian memperpanjang pemeliharaan konsentrasi jaringan aktif. Permulaan anestesi, administrasi berikut ™ Articadent telah terbukti berada dalam 1 sampai 9 menit injeksi. Anestesi lengkap berlangsung sekitar 1 jamuntuk infiltrasi dan sampai kira-kira 2 jam untuk blok saraf.Administrasi articaine HCl dengan epinephrine menghasilkan 3 sampai 5 kali lipat peningkatan konsentrasi epinefrin plasma dibandingkan dengan baseline, namun, pada orang dewasa yang sehat itutidak
tampak berhubungan dengan ditandai peningkatan tekanan darah atau denyut jantung, kecuali dalam kasus injeksi intravaskuler disengaja.
Indikasi
™ Articadent diindikasikan untuk anestesi lokal, infiltratif, atau konduktif dalam prosedur gigi baik sederhana dan kompleks. ™ Articadent 4% dengan epinephrine 1:100.000 lebih sering digunakan selama prosedur operasi atau bedah saat visualisasi peningkatan bidang bedah yang diinginkan.
Kontra Indikasi
Articadent merupakan kontraindikasi pada pasien yang diketahui memiliki
riwayat
hipersensitivitas terhadap anestesi lokal golongan amida, atau pada pasien yang diketahui hipersensitif terhadapnatrium metabisulfit.
Efek Samping
Reaksi terhadap articaine merupakan karakteristik yang terkait dengan anestesi lokal golongan amida lainnya. Reaksi negatif terhadap kelompok obat ini mungkin juga hasil dari kadar plasma yang berlebihan (yang mungkin disebabkan oleh overdosis, injeksi intravaskuler yang tidak
disengaja,
atau
degradasi
metabolik),
teknik
injeksi,
volume
injeksi,
atau
hipersensitivitas. Efek samping pemakain articaine yaitu edema pada wajah, sakit kepala, infeksi, nyeri, gangguan system pencernaan (gingivitis), gangguan system saraf (paresthesia).
Dosis
informasi umum pemberian dosis Tabel 1 merangkum volume yang disarankan dan konsentrasi Septocaine ® (articane HCL dan injeksi epinefrin) untuk berbagai jenis prosedur anestesi. Dosis yang disarankan dalam tabel ini adalah untuk orang dewasa sehat normal, administrasi melalui infiltrasi submukosa atau blok saraf. Tabel 1: Dosis yang direkomendasikan Prosedur
Injeksi Septocaine®
Volume (ml)
Jumlah
dosis
articaine
HCL (mg) Infiltrasi
0,5-2,5
20-100
Blok saraf
0,5-3,4
20-136
Bedah mulut
1,0-5,1
40-204
Dosis yang direkomendasikan hanya berfungsi sebagai panduan untuk jumlah anestesi diperlukan untuk kebanyakan prosedur rutin. Volume aktual yang akan digunakan tergantung pada sejumlah faktor seperti jenis dan tingkat prosedur pembedahan, kedalaman anestesi, tingkat relaksasi otot, dan kondisi pasien. Dalam semua kasus, dosis terkecil yang akan menghasilkan hasil yang diinginkan harus diberikan. Permulaan anestesi dan durasi anestesi adalah sebanding dengan volume dan konsentrasi (yaitu, dosis total) dari anestesi lokal yang digunakan. Perhatian harus dilakukan ketika menggunakan volume besar karena kejadian efek samping mungkin berhubungan dengan dosis.
Untuk prosedur gigi yang paling rutin, Septocaine ® (articane hcl dan injeksi epinefrin) yang mengandung epinefrin 1:200.000 sering digunakan. Namun, ketika hemostasis atau visualisasi peningkatan bidang bedah diperlukan, Septocaine ® (articane hcl dan injeksi epinefrin) yang mengandung epinefrin 1:100.000 dapat digunakan. Maksimum Dosis yang Direkomendasikan: 1) Dewasa: Untuk orang dewasa sehat normal, dosis maksimum articaine HCl melalui infiltrasi submukosa atau blok saraf tidak boleh melebihi 7 mg / kg (0,175 mL / kg). 2) Pasien Pediatric usia 4 sampai 16 tahun: Jumlah articaine HCl di usia anak 4 sampai 16 tahun yang akan disuntikkan harus ditentukan oleh usia dan berat badan anak dan besarnya operasi. Dosis maksimum articaine 4% HCl tidak boleh melebihi 7 mg / kg (0,175 mL / kg).
Keamanan dan efektivitas Septocaine ® (articane hcl dan injeksi
epinefrin) pada pasien anak di bawah usia 4 tahun belum ditetapkan.
BUPIVAKAIN
Bupivakain adalah anestesi lokal golongan amida yang menghambat generasi dan konduksi impuls saraf. Bupivakain umumnya dipasarkan dengan berbagai nama dagang, termasuk Marcain, Marcaine, Sensorcaine (Astra Zeneca) dan Vivacaine (Septodont). Strukturnya mirip dengan lidokain, kecuali gugus yang mengandung amina dan butyl piperidin. Bupivakain merupakan anestesi lokal yang mempunyai masa kerja yang panjang, dengan efek blockade terhadap sensorik lebih besar daripada motorik. Karena efek ini bupivakain lebih popular digunakan untuk memperpanjang analgesia selama persalinan dan masa pembedahan. Selain itu, bupivakain digunakan untuk anastesi epidural dan subdural. Suatu penelitian
menunjukkan bahwa bupivakain dapat mengurangi dosis penggunaan morfin dalam mengontrol nyeri pada pasca pembedahan Caesar.
Gambar. Bupivakain Hipoklorida
Farmakokinetik
Pada bupivakain injeksi epidural dan bersifat lipofilik, 95% terikat protein plasma, bupivacaine dari ruang subarachnoid absorbsinya relatif lambat, yaitu 0,4 mg/ml pada setiap 100 mg yang diinjeksikan sehingga konsentrasi maksimal di plasma sulit dicapai. Setelah disuntikkan di ruang subarachnoid dosis maksimal (20 mg) akan menghasilkan konsentrasi plasma < 0,1 mg/ml (Anonim,1999). Absorpsi dari anestetik lokal bervariasi yang dipengaruhi oleh fungsitempat injeksi, dosis, penambahan obat vasokonstriktor, dan kerja dari obatspesifik. Penambahan vasokonstriktor ke larutan anestetik lokal mengurangi rasiopenyerapan
agen
pada
beberapa
tata
laksana.
Epinefrin
akan
secara
signifikanmengurangi kadar puncak dalam darah dari prilokain, bupivakain, dan etidokainyang tercapai setelah blokade saraf perifer, tetapi memiliki pengaruh yang kecilpada penyerapan obat ini setelah pemberian anestesi epidural lumbar.Rasio dan derajat penyerapan vaskuler bermacam-macam di antara agen.Bupivakain diserap lebih
cepat daripada etidokain. Lebih rendahnya kadar puncakdalam darah etidokain dari bupivakain mungkin berhubungan dengan kelarutanlemak yang lebih besar dan masukan oleh lemak perifer dari etidokain. Waktuparuh alfa dan beta dari bupivakain jauh lebih panjang daripada etidokain, yangditandai dengan lebih lambatnya redistribusi jaringan dan metabolisme daribupivakain. Bupivakain dimetabolisme sangat lambat. Terdapat variasi dalamkecepatan metabolik hepatik dari tiap-tiap senyawa amida, perkiraan tingkatannyaadalah: prilokain (tercepat) > etidokain > lidokain > mepivakain > ropivakain >bupivakain (terlamban). Bupivacaine dimetabolisme oleh hepar menjadi 2,6 pipecolylxylidine serta derivetnya, hanya 6% yang diekskresikan melalui urin dalam bentuk yang tak berubah (Aninom, 1999). Bupivacaine dapat menembus plasenta. Karena ikatan protein pada fetus kurang dibandingkan ibu, maka konsentrasi total plasma akan lebih tinggi pada ibu
Farmakodinamik
Bupivakain memiliki mula kerja lambat yaitu 15 menit. Sebuah perbandingan campuran kimia homolog menunjukan hubungan antara struktur, sifat fisikokimia dan aktivitas anestesi. Dalam obat-obat seri amida, bupivakain berbeda dari mepivakain dengan penambahan sebuah golongan butil ke molekul amina akhir yang membuat bupivakain lebih lipofilik dan lebihbanyak ikatan protein daripada mepivakain. Obat dengan potensi yang tinggi dan durasi kerja yang lama adalah tetrakain, bupivakain, dan etidokain. Bupivakain memiliki mula kerja anestesi yang cukup lambat
Bupivacaine adalah agent anastesi local yang sering digunakan,sering digunakan untuk injeksi spinal pada tulang belakang untuk anatesi total bagian pinggul kebawah. Bupivacaine bekerja dengan cara berikatan secara intaselular dengan natrium dan memblok influk natrium kedalam inti sel sehingga mencegah terjadinya depolarisasi. Dikarenakan serabut saraf yang menghantarkan rasa nyeri mempunyai serabut yang lebih tipis dan tidak memiliki selubung myelin maka bupivakain dapat berdifusi dengan cepat ke dalam serabut saraf nyeridibandingkan dengan serabut saraf penghantar rasa proprioseptif yang mempunyai selubung mie li n da n uk ur an se ra bu t sar af le bi h tebal.
Bupivakain
mempunyai
durasi
kerja
obat
yang
lebi h
lama
dibandingkan dengan obat anastesi lokal yang lain.
Mekanisme kerja Bupivakain mengikat bagian saluran intraseluler natrium dan memblok masuknya natrium kedalam sel saraf, sehingga mencegah depolarisasi. 6-8 jam Durasi tindakan dipengaruhi oleh konsentrasi volume suntikan bupivacaine yang digunakan
Indikasi Bupivakain digunakan untuk anestesi local termasuk infiltrasi, block saraf, epidural, dan anestesiintratekal. Bupivakain sering diberikan melalui injeksi epidural sebelum melakukan arthroplasty panggul total. Juga sering diinejksikan ke luka pembedahan untuk emngurangi nyeri hingga 20 jam setelah operasi. Terkadang bupivakain
dikombinasikan dengan epinefrin untuk memperlama durasi, serta dengan fentanil atau glukosa untuk analgesia epidural. Bupivakain sering digunakan untuk anastesi lokal/regional untuk prosedur pembedahan oral/gigi, prosedur diagnostik dan terapi, dan prosedur obstretik.
Kontra indikasi Pada pasien dengan alergi terhadap obat golongan amino-amida dan anestesi regional IV (IVRA) karena potensi risiko untuk kegagalan tourniket dan adanya absorpsi sistemik dari obat tersebut. Efek samping Dibandingkan dengan anestesi lokal lainnya, bupivakain dapat mengakibatkan kardiotoksik. Akan tetapi, efek samping akan menjadi jarang bila diberikan dengan benar. Kebanyakan efek samping berhubungan dengan cara pemberian atau efek farmakologis dari anestesi. Tetapi reaksi alergi jarang terjadi. Bupivakain dapat mengganggu konsentrasi plasma darah yang diakibatkan karena efeknya yang mempengaruhi CNS dan kardiovaskular. Bupivakain dapat mengakibatkan be bera pa kem at ia n ketika pasien diberikan anestesi epidural dengan mendadak.Selain itu, pada jantung dapat menekan konduksi jantung dan rangsangan, yang dapat menyebabkan blok atrioventrikular, aritmia ventrikel dan henti jantung, dan dapat menyebabkan kematian. Efek pada SSP mungkin termasuk eksitasi SSP dan efek lainnya, seperti kecemasan, gelisah, penglihatan kabur, kesulitan bernapas, pusing, mengantuk, detak jantung tidak teratur (palpitasi), mual, muntah, kejang
(konvulsi), ruam kulit, gatal-gatal (gatal-gatal), pembengkakan pada wajah atau mulut, dan tremor.
Peringatan 1) Tidak disarankan untuk blok paraservikal obstetric karena dapat menyebabkan bradikardia atau kematian janin. 2) Tidak direkomdasikan untuk ibu menyusui karena masuk kedalam air susu ibu.
3) Jangan gunakan larutan suntikan yang mengandung pengawet untuk memblok epidural dan kaudal.
4) Gunakan hati-hati pada pasien dengan gagal hati. 5) Tidak direkomendasikan digunakan untuk anak usia<12 tahun. 6) Larutan anestesi spinal sebaiknya tidak digunakan untuk anak <18 tahun.
7) Gunakan dengan hati-hati untuk anestesi regional IV. Kadar plasma yang tinggi dapat terjadi setelah pelepasan torniket dan menimbulkan kematian. 8) Konsentrasi di atas 0,5% berkaitan dengan reaksi toksik dan henti jantung refrakter. 9) Akses IV penting selama blok regional mayor 10) Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan hipovolemia, aggal jantung kongestif berat, dan syok. 11) Jika suatu relaksan otot ditambahkan pada larutan anestesi lokal untuk blockade regional IV, lakukan pemantauan terhadap hipoventilasi pada saat pelepasan manset.
Interaksi obat Obat-obatan penyekat-beta dan simetidin meyebabkan kejang, depresi pernapasan dan sirkulasi timbul pada kadar plasma yang tinggi. Benzodiazepine, barbiturate, dan anestesi volatile dapat meningkatkan ambang kejang. Lama anestesi lokal diperpanjang oleh obatobatan vasokonstriktor (ex: epinefrin), agonis alfa-2 (klonidin), dan narkotik (fentanil). Penggunaan kloroprokain epidural dapat mengantagonsiir efek bupivakain epidural. Penggunaan etanol dapat meningkatkan depresi SSP
Reaksi alergi Pada bupivakain, jarang terjadi reaksi alergi. Reaksi alergi lebih sering terjadi pada obat golongan ester.
Dosis dan sediaan
Bentuk sediaan yang beredar di masyarakat adalah Injeksi poliampul 20 ml 0,5%, ampul 5 ml.Secara kimia dan farmakologis mirip lidokain. Toksisitas setaraf dengan tetrakain. Untuk infiltrasi dan blok saraf perifer dipakai larutan 0,25-0,75%. Dosis maksimal 200mg. Duration 3-8 jam. Konsentrasi efektif minimal 0,125%. Mula kerja lebih lambat dibanding lidokain. Setelah suntikan kaudal, epidural atau infiltrasi, kadar plasma puncak dicapai dalam 45 menit. Kemudian menurun perlahan-lahan dalam 3-8 jam.
Dosis bervariasi bergantung pada prosedur, dalamnya anastesi, perfusi jaringan, lamanya anastesi, dan kondisi pasien serta ada/tidaknya epinefrin dalam larutan suntikan. Dosis dewasa dan anak> 12 tahun: anastesi lokal infiltrasi 0,25% maksimum 175 mg, blok saraf perifer: 5 ml larutan 0,25 - 0,5 %; maksimum 400 mg/hari. Blok kaudal (tanpa pengawet) : 15-30 mL larutan 0,25-0,5%. Blok saraf simpatik 20-50mL larutan 0,25%
Anestesi Lokal Max: 2 mg / kg atau 175 mg / dosis, 400 mg/24h; Info: onset 2-10min, puncak 3045min,durasi 3-6h, beberapa konsentrasi pengawet-bebas; conc semua. tersedia w / epinefrin1:200.000
Anastesi Regional Max: 2 mg / kg atau 175 mg / dosis, 400 mg/24h; Info: untuk blok saraf perifer dan simpatik dan blok epidural; onset 2-10min, puncak 30-45min, durasi 3-6h, beberapa konsentrasi pengawet bebas; conc semua. tersedia w / epinefrin 1:200.000
Anestesi Spinal Info: onset <1min, 15min puncak, durasi 3-6h. tersedia w / epinefrin 1:200. 0,5% volum antara 2-4 ml iso atau hiperbarik
BENZOKAIN
Benzokain adalah anestesi golongan ester yang merupakan derivat dari Prokain. Karena kelarutan dalam airnya sangat rendah, Benzokain semata-mata digunakan sebagai anastetik permukaan.
Indikasi
Dapat diberikan pada permukaan kulit yang terkena trauma, adanya inflamasi, atau pada permukaan yang nyeri akibat wasir. Secara oral dapat diberikan untuk mematikan rasa akibat kerusakan di mukosa.
Kontra Indikasi
Penderita yang hipersensitif, memiliki penyakit jantung blok lengkap, dan rendah plasma kolinesterase.
Farmakokinetik
Absorpsi
: Cenderung berada di tempat aplikasi dan tidak langsung diserap dalam sirkulasi sistemik karena kurang baik larut dalam cairan.
Distribusi
: Jaringan yang diberi anastesi
Metabolisme : Hati Ekskresi
: Ginjal dalam bentuk akhir berupa urin
Farmakodinamik
Benzokain akan larut dalam membran dan memblok akson dan ujung saraf sehingga terjadinya depresi pada sistem saraf pusat akibat terhambatnya impuls.
Efek Samping
Setelah absorpsi akan terjadinya pembentukan Methemoglobin (terutama pada anak kecil).
Interaksi Obat
Apabila diberikan dengan Prokain atau Tetrakain akan menyebabkan reaksi alergi. Selain itu, alkohol dapat menghambat kerjanya obat.
Sediaan dan Dosis
Mukosa gel patch (36mg/panjang 2cm dan lebar 1cm)
Suppositoria (250-500mg)
Salep anti-wasir (2%)
Bedak tabur (5-20%)
Larutan (20%)
Pasta (20%)
TETRAKAIN
Tetrakain adalah derivat asam para-aminobenzoat dan merupakan anestesi local golongan ester. Pada pemberian intravena, zat ini 10 kali lebih aktif dan lebih toksik daripada prokain. Obat ini digunakan untuk segala macam anestesia, untuk pemakaian topikal pada mata digunakan larutan tetrakain 0.5%, untuk hidung dan tenggorok larutan 2%. Tetrakain memerlukan dosis yang besar dan mula kerjanya lambat, dimetabolisme lambat sehingga berpotensi toksik. Namun bila diperlukan masa kerja yang panjang anestesia spinal, digunakan tetrakain. Farmakokinetik
Absorbsi : diabsorbsi cepat dari saluran nafas Metabolisme : hidrolisisdi Hati Ekskresi : Urin Durasi : 0.5% eyedrop: 15 min.Topikal mukosa: 30 min. Anestesi spinal: 1,5-3 jam. Onset : 0.5% eyedrop: 25 detik. Topikalmukosa: 5-10 min.
Farmakodinamik
Tetrakain bertindak dengan mencegah generasi dan transmisi impuls di sepanjang serabut saraf dan pada ujung saraf, depolarisasi dan pertukaran ion terhambat mencegah konduksiimpuls
saraf
dengan
cara
mengurangi
permeabilitas
natrium
dan
meningkatkan ambang potensial aksi. Secara umum, hilangnya rasa nyeri terjadi sebelum hilangnya fungsi sensorik, otonom dan motor.
Efek Samping
Eritema ringan, edema ringan atau gatal-gatal, melepuh pada kulit, sensasi terbakar. Berlebihan dosis hasil aplikasi topikal dalam konsentrasi darah tinggi yang awalnya dapat menghasilkan efek stimulasi SSP (misalnya cemas, gelisah, kejang, diikuti oleh depresi SSP (misalnya mengantuk, pingsan dan pernapasan penangkapan). Jangka panjang eyedrop penggunaan penyebab keratitis yang parah, kornea permanen kekeruh an dan jaringan parut
Interaksi Obat
Dengan alcuronium chloride, atracurium besilate, cisatracurium besilate, memberikan efek aditif. Dengan dienestrol, diethylstilbestrol, stilboestrol, peningkatan
konsentrasi
serum.
Penambahanvasokonstriktor
dapat
dapat terjadi
epinefrin
akan
mengurangi penyerapan sistemik,dan meningkatkan lama kerja obat
Indikasi
Sering digunakan untuk anestesi spinal, sedangkan penggunaan topikal biasanya pada mata dan nasofaring.
Kontraindikasi
Hipersensitivitas
terhadap
tetrakain
(p-aminobenzoic
acid
atau
turunannya),
permukaan meradang dan trauma, inflamasi okuler.
Penggunaan dalam Kedokteran Gigi
Sudah sangat jarang digunakan lagi dalam praktik kedokteran gigi.
Dosis
anestesia spinal : dosis total 10-20mg mata : 1-2 tetes larutan 0,5% laring, trakea, kerongkongan : dosis total 20mg
Sediaan
Larutan (obat tetes mata), spray, gel, krim, dan tablet hisap.
Kokain Hidroklorida
Kokain merupakan anestesi pertama yang digunakan dibidang kedokteran gigi. Karakter farmakologi dari kokain unik diantara anestesi lokal lainn ya,, dimana obat menghalangi
pengambilan katekolamine oleh saraf terminal adrenergik. Kokain dapat menyebabkan penyempitan vaskular, dan manifestasi lain dari aktifitas sistem nervus simpatik. Kokain juga merupakan stimulan SSP yang kuat dan merupakan obat yang populer disalahgunakan. Kokain tidak memiliki tempat untuk kegiatan kedokteran gigi secara rutin.
Farmakokinetik
Kokain diabsorbsi dari segala tempat termasuk lendir. Pemberian secara oral tidak efektif karena sebagian besar di dalam usus mengalami hidrolisis. Sebagian besar kokain detoksikasi di hati dan sebagian kecil di eksresi bersama urin.
Farmakodinamik
Efek kokain yang paling penting yaitu menghambat hantaran saraf apabila dikenakan secara lokal. Efek sintetiknya yang paling mencolok yaitu rangsangan SSP. Pada manusia zat ini membuat banyak bicara, gelisa dan euphoria, ada petunjuk bahwa kekuatan mental bertambah dan kapasitas kerja otot meningkat; hal ini mungkin di sebabkan oleh berkurangnya rasa leleah. Adiksi dan toleransi terhadap evek ini terjadi pada pemakaian kokain berulang. Efek perangsagan ini sebenarnya berdasarkan depresi neuron penghambat. Efek kokain pada batang otak menyebabkan peningkatan frekuensi napas, sedangkan dalam pernapasan tidak di pengaruhi pusat vasomotor dan pusat munta mungkin juga terangsang. Perasaan ini juga di susul dengan depresi yang mula-mula terjadi pada pusat yang lebih tinggi, dan ini mungkin sudah
terjadi sementara bagian sumbuh serebrospinal yang lebih rendah masih dalam stadium perangsangan.
Efek Samping
Efek samping anestesi local adalah akibat dari efek depresi terhadap SSP dan efek kardiodepresifnya (menekan fungsi jantung) dengan gejala penghambatan pernafasan dan sirkulasi darah. Anestesi local dapat pula mengakibatkan reaksi hip ersensitasi, yang seringkali berupa axantema, urticaria, dan bronchospasme alergis sampai adakalanya shock anafilaksis yang dapat mematikan. Yang terkenal dalam hal ini adalah zat-zat dari tipe-ester prokain dan tetrrakain, yang karena itu tidak digunakan lagi dalam sediaan local. Reaksi hipersensitivitas tersebut diakibatkan oleh PABA (para-amino-benzoic acid), yang terbentuk melalui hidrolisa. PABA ini dapat meniadakan efek antibaktri dari sulfoamida, yang berdasarkan antagonism persaingan dengan PABA. Oleh karena itu, terapi dengan sulfa tidak boleh dikombinasi dengan penggunaan ester-ester tersebut. Efek buruk, yang dapat timbul denga penyalagunaan kokain dapat berupa sembelit, perasaan gugup yang sangat, kerusakan pada urat saraf, konvulasi, halusinasi, tidak bias tidur, dan prilaku ganas, pada dosis tinggi akan mengakibatkn ketakutan yang amat sangat, desturasi dari selaput lendir hidung dan tengorok, kehilangan berat badan sampai ambruknya jasmania total.
Interaksi Obat
Daya kerja stimulasinya terhadap SSP (cortex), di ujung-ujung saraf dengan jalan merintai zat-zat transporyang berfungsi mengangkut kembali dopamine ke sel-sel produksinya. Hal ini disebabkan adanya persaingan dengan ion-ion kalsium yang berada berdekatan dengan saluran-saluran natrium di membran sel saraf. Pada waktu bersamaan, akibat turunnya laju depolarisasi, ambang kepekaan terhadap rangsangan listrik lambat laun meningkat, sehingga akhirnya terjadi kehilangan rasa setempat secara reversible. Pengunaan terlalu sering dengan konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan necorasis(mati jaringan) akibat vasokontraksi setempat.
Indikasi
Pengunaanya hanya untuk anastesia permukaan pada pembedahan di hidung, tenggorok, telinga, atau mata. Pengunaanya sebagai tetes mata sudah di tinggalkan berhubung resiko akan cacat kornea dan sifat midirasinya. Untuk pen gunaan sistemis, kokain terlalu toksis karena dapat menimbulkan angina pectoris dan infrak otot jantung. Pengunaan terlalu sering dengan konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan necorasis(mati jaringan) akibat vasokontraksi setempat.
Kontra Indikasi
Tidak dapat di gunakan pada kehamilan, kokain dapat meningkatkan resiko obortus dan cacat pada janin terutama pada saluran urinya.
Bentuk Sediaan Obat