13
LATAR BELAKANG
Jembatan merupakan sarana dan prasarana sistem jaringan transportasi darat yang mempunyai peranan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan menunjang pembangunan nasional di masa akan datang. Oleh karana itu perencanaan, pembangunan dan rehabilitasi serta fabrikasi konstruksi jembatan perlu diupayakan dengan efektif dan efisien, sehingga pembangunan jembatan dapat mencapai sasaran mutu jembatan yang direncanakan.
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah akan dibangun sebuah jembatan dengan panjang hingga 71 meter, menghubungkan desa Ujung Alang dengan desa Klaces Kecamatan Kampung Laut. Kampung Laut merupakan kecamatan yang keberadaannya sangat khas, Kampung Laut terpisah dari 23 kecamatan lain di daratan Kabupaten Cilacap. Kampung Laut berada di perairan Segara Anakan yang berada di antara daratan Cilacap sebelah barat dengan Pulau Nusakambangan. Pembangunan jembatan akan melengkapi rencana pembangunan Kawasan Laguna Segara Anakan sebagai Laboratorium Alam. Laguna Segara Anakan ditargetkan menjadi destinasi wisata baru yang diminati masyarakat. Dengan demikian, masyarakat Kampung Laut memiliki potensi pendapatan baru dari sektor pariwisata untuk mendongkrak perekonomian, yang selama ini baru mengandalkan sektor perikanan dan pertanian.
Kondisi tanah di Kampung Laut merupakan tanah sedimentasi yang labil dengan kedalaman tanah keras hingga 20 meter. Kondisi tersebut membuat pembangunan jembatan dengan teknologi konstruksi konvisional tidak bisa dilakukan. Dari hasil penelitian, rancang bangun yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian PUPR untuk memecahkan permasalahan tersebut, yiatu membangun jembatan dengan teknologi mengapung.
Jembatan apung merupakan jembatan yang terbuat dari baja ringan dengan sistem rangka baja, yang terdiri dari rangka bentang utama dan rangka bentang pendekat. Pelat lantai jembatan ini bermaterial klasifloor sebagai struktur atas. Sedangkan struktur bawah berupa pijakan jembatan dari beton foam, beton khusus yang dibuat berongga di bagian tengahnya atau lebih dikenal dengan ponton. Ponton ini memiliki tinggi 1,5 meter, lebar 4 meter dan panjang 8 meter terbuat dari beton khusus yang dibuat berongga di bagian tengahnya sehingga memungkinkan benda ini terapung stabil di atas permukaan air dan bisa menjadi pijakan jembatan yang kokoh. Ponton ini sendiri bersifat modular sehingga bisa dibongkar pasang sesuai kebutuh. Adapun tinggi jembatan dari permukaan laut mencapai 5 meter.
Metode pelaksanaan jembatan apung ini terdiri dari beberapa tahap metode seperti perakitan jembatan, fabrikasi ponton, instalasi jembatan di atas ponton, penarikan ponton dan rangka jembatan dan instalasi jembatan di titik pemasangan. Perakitan jembatan dan fabrikasi ponton saat ini telah selesai dilaksanakan, untuk itu perlu dilakukan analisis terkait instalasi jembatan di atas ponton, dengan menentukan titik posisi hook crane pada jembatan agar tidak terjadi konstrasi tegangan berlebih saat pengangkatan jembatan dengan menggunakan crane dan analisis penarikan jembatan yang terpasang di ponton untuk mengendalikan tegangan izin pada struktur jembatan dan stabilitas jembatan di atas air saat penarikan.
Gambar 1. Lokasi Proyek
Sumber : http//www.googlemaps.com
TUJUAN
Analisa struktur ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas daya dukung rangka baja dan cara perkuatan pada saat instalasi jembatan di atas ponton dan saat penarikan rangka jembatan serta ponton ke lokasi pembangunan.
DATA TEKNIS JEMBATAN
Struktur jembatan apung memiliki klasifikasi konstruksi dan data material sebagai berikut:
Kegunaan : Pedestarian
Bentuk Struktur : Rangka Baja
Kelas Muatan : Jembatan Kelas C
Bentang Total : 71,104 meter
Bentang Rangka Utama : 32,950 meter
Bentang Pendekat : 18,880 meter
Lebar Jalan Jembatan : 2000 meter
Tinggi Jembatan : 7,323 meter
Jumlah Ponton : 2 Buah (Sisi Bentang Rangka Utama)
Struktur Atas
Bentang Rangka Utama : CC 100 x 100 x 1,4 (Baja Ringan G350)
CC 100 x 80 x 20/1 (Baja Ringan G350)
CC 100 x 100 x 1 (Baja Ringan G350)
CC 100 x 100 x 4 (Baja Ringan G350)
H- 100 x 100 x 6 x 8 (Baja Ringan A36)
HSS 60,5 3,9 (Baja Ringan A36)
Bentang Pendekat : CC 100 x 80 x 20/1 (Baja Ringan G350)
CC 100 x 100 x 1 (Baja Ringan G350)
Material Baja Ringan : G350
Material Baja : A36
Struktur Bawah
Ponton : 8 m x 4 m x 1,5 m
Dimensi Ponton : 8 m x 4 m x 1,5 m
Material Ponton : Foam Beton
Mutu Beton : -
Gambar 2. Tampak Isometrik
Gambar 3. Tampak Atas
Gambar 4. Tampak Samping
Gambar 5. Tampak Melintang
Gambar 6. Bentang Rangka Utama
Gambar 7. Bentang Rangka Pendekat
ANALISA STRUKTUR
Analisa struktur ini dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak MIDAS Civil Versi 2013 dengan memodelkan bentang rangka utama jembatan. Analisa dilakukan dengan menggunakan properti material dari spesifikasi material dilapangan. Analisa akan menggunakan beban mati dari berat sendiri sesuai properti material, sedangkan untuk geometri struktur mengacu pada gambar shop drawing yang sedang digunakan di lapangan.
Asumsi Yang Digunakan
Analisa struktur dapat dilakukan dengan mengambil beberapa asumsi berikut:
Dalam menganalisis pengangkatan (lifting) jembatan, tumpuan/reaksi perletakan di bawah dihilangkan dan titik rencana hook crane diasumsikan menjadi tumpuan dengan kondisi Sendi (Pin)
Untuk menganalisis penarikan jembatan, tumpuan/reaksi perletakan menggunakan sendi dan rol, kemudian diberikan displacement dengan arah sesuai kondisi di lapangan.
Untuk mengetahui perilakuk sturkur, yaitu dengan memberikan nilai displacement hingga menghasilkan tegangan maksimum yang terjadi melebihi tegangan yang diizinkan.
Analisis Instalasi Jembatan Ke Ponton
Metode Penyelesain analisa ini secara garis besar seperti mencari elemen baja yang memiliki momen terkecil untuk menentukan titik lokasi hook crane, memodelkan hook/tali ceiling crane dan analisis hasil tegangan maksimum yang terjadi serta mengamati kondisi struktur jembatan dengan memberikan nilai displacement hingga menghasilkan tegangan maksimum yang terjadi melebihi tegangan yang diizinkan. Berikut adalah tahapan dalam penyelesain ini (Gambar .8).
Gambar 8. Tahapan Analisis Instalasi Jembatan Ke atas Ponton
Urutan dan tahapan permodelan struktur rangka utama jembatan dimasukan sesuai dengan gambar shop drawing, spesifikasi material dan pembebanan sesuai dengan beban yang direncanakan. Setelah tahap permodelan selesai dilakukan analisis untuk mengetahui momen positif atau negatif yang terkecil, dalam menentukan momen terkecil analisis struktur rangka jembatan ini harus didasarkan atas pertimbangan pembebanan, beban yang bekerja saat pengangkatan berupa beban sendiri (dead load) jembatan, setelah didapat elemen frame yang mengalami momen terkecil kemudian menentukan titik rencana posisi hook crane.
Gambar 9. Model Struktur Bentang Rangka Utama Jembatan
Gambar 10. Diagram Momen Max/Min Akibat Berat Sendiri
Gambar 10. Rencana Titik Hook Crane
Setelah menentukan titik rencana posisi hook crane, analisis besarnya tegangan maksimum yang terjadi akibat beban yang bekerja saat pengangkatan yaitu menggunkan berat sendiri (dead load) dan dalam menganalisis pengangkatan (lifting) jembatan, tumpuan/reaksi perletakan di bawah dihilangkan dan titik rencana hook crane diasumsikan menjadi tumpuan dengan kondisi sendi. Untuk mensimulasikan sesuai dengan kondisi lapangan, hook/tali ceiling crane di modelkan dengan material tali menggunakan wire rope diameter 22 mm dan berjenis ordinary lay grade-G 150 kg/mm2. Adapun analisisnya sebagai berikut:
Rencana Titik Hook 1
Hasil Tegangan Maksimum akibat berat sendiri saat pengangkatan (Lifting) dengan posisi hook crane di buhul 11, 12, 33, 63, 84, 85, 110 dan 113sebesar 68,55 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Setelah mengetahui tegangan maksimum yang terjadi kemudian mengamati perilaku struktur, yaitu dengan memberikan displacement pada jarak hingga menghasilkan tegangan maksimum yang terjadi melebihi tegangan maksimum yang diizinkan. Adapun perubahan perilaku struktur yang terjadi sebagai berikut:
Displacement 10 mm
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement pada titik hook crane sebesar 58,55 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Displacement 100 mm
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement pada titik hook crane sebesar 68,55 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Displacement 1000 mm
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement pada titik hook crane sebesar 106,80 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Displacement 3000 mm
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement pada titik hook crane sebesar 320,41 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Displacement 4000 mm
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement pada titik hook crane sebesar 427,22 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. Not Ok.
Dari hasil pengamatan perilaku struktur akibat displacement perubahan tegangan maksimum yang terjadi pada struktur rangka jembatan, hanya mampu menahan displacement sejauh 3000 mm dengan besarnya tegangan yang dihasilkan sebesar 320,41 N/mm2. Pada rencana titik hook crane 1 ini, memiliki panjang radius tali sebesar 8470 mm.
Rencana Titik Hook 2
Hasil Tegangan Maksimum akibat berat sendiri saat pengangkatan (Lifting) dengan posisi hook crane di buhul 13, 14, 33, 63, 86, 87, 110 dan 113sebesar 92,31 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Setelah mengetahui tegangan maksimum yang terjadi kemudian mengamati perilaku struktur, yaitu dengan memberikan displacement pada jarak 10 mm, 100 mm dan 500 mm. Adapun perubahan perilaku struktur yang terjadi sebagai berikut:
Displacement 10 mm
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement pada titik hook crane sebesar 92,31 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Displacement 100 mm
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement pada titik hook crane sebesar 792,31N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Displacement 1000 mm
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement pada titik hook crane sebesar 76,91 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Displacement 5000 mm
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement pada titik hook crane sebesar 336,08 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Displacement 6000 mm
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement pada titik hook crane sebesar 403,29 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. Not Ok.
Dari hasil pengamatan perilaku struktur akibat displacement perubahan tegangan maksimum yang terjadi pada struktur rangka jembatan, hanya mampu menahan displacement sejauh 5000 mm dengan besarnya tegangan yang dihasilkan sebesar 336,98 N/mm2. Pada rencana titik hook crane 2 ini, memiliki panjang radius tali sebesar 5377 mm.
Keadaan Rangka Jembatan di Lapangan tanggal 26 Juni 2016
Gambar 11. Kndisi Jembatan Tanggal 26 Juni 2016
Kondisi jembataan saat itu, elemen baja gelagar memanjang yang berfungsi sebagai dudukan pelat belum dipasang, untuk itu perlu adanya analisis perilaku struktur saat pengangakatan dengan kondisi tersebut. Dari hasil analisis akibat berat sendiri tegangan maksimum yang terjadi sebesar 51,96 N/mm2 dan tegangan izin 350 N/mm2 artinya cukup aman untuk dilakukan.
Hasil Tegangan Maksimum akibat berat sendiri saat pengangkatan (Lifting) dengan posisi hook crane di buhul 13, 14, 33, 63, 86, 87, 110 dan 113sebesar 51,96 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Setelah mengetahui tegangan maksimum yang terjadi kemudian mengamati perilaku struktur, yaitu dengan memberikan displacement pada jarak hingga menghasilkan tegangan maksimum yang terjadi melampaui tegangan maksimum yang diizinkan. Adapun perubahan perilaku struktur yang terjadi sebagai berikut:
Displacement 4000 mm
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement pada titik hook crane sebesar 285,48 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Displacement 4500 mm
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement pada titik hook crane sebesar 321,16 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK
Displacement 5000 mm
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement pada titik hook crane sebesar 356,84 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK
Dari hasil pengamatan perilaku struktur akibat displacement perubahan tegangan maksimum yang terjadi pada struktur rangka jembatan tanpa adanya elemen gelagar memanjang (balok lantai), hanya mampu menahan displacement sejauh 4500 mm dengan besarnya tegangan yang dihasilkan sebesar 321,16 N/mm2.
Titik Hook Yang Dipilih
Dari hasil analisa rencana posisi hook diatas, dengan mempertimbangkan besaran luasan gerak crane dengan dimodelkan dengan displacement arah x-y, sehingga rencana titik hook crane dipilih pada rencana posisi hook crane ke-2 yaitu displacement maksimum 5 meter dan mempertimbangkan radius tali wire rope dengan maksimum 8 meter maka dipilih rencana titik posisi hook crane yang ke-2, yaitu radius panjang tali sebesar 5,37 m. Adapun posisi tali wire rope dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 12. Tampak Memanjang Rencana Titik Hook Crane
Analisis Penarikan Ponton dan Rangka Jembatan
Metode Penyelesain analisa ini secara garis besar seperti, memodelkan struktur jembatan sesuai kodisi lapangan saat penarikan dengan beberapa kondisi seperti pada Gambar 12. dan analisis hasil tegangan maksimum yang terjadi. Berikut adalah tahapan dalam penyelesain ini (Gambar .13).
Gambar 12. Kondisi Rangka Jembatan Saat Penarikan
Gambar 13. Tahapan Analisis Penarikan Rangka Jembatan dan Ponton
Tahapan analisis penarikan rangka jembatan dan ponton dimulai dengan tahap permodelan dengan software, seperti halnya tahap analisis instalasi rangka jembatan keatas ponton. Setelah tahap permodelan selesai dilakukan, mengasumsikan semua kondisi yang akan terjadi dilapangan seperti Gambar 12. Kondisi tersebut diasumsikan sebagai displacement arah Dx Dy dan Dz, kemudian mengamati perubahan tegangan maksimum setiap kenaikan nilai displacement hingga mendapat tegangan maksimum yang terjadi melebihi tegangan yang diizinkan. Sehingga mengetahui kondisi struktur yang mampu kuat dan stabil saat penarikan dengan mengontrol displacement maksimum yang diizinkan. Pengamatan tersebut dilakukan dengan meninjau pengamatan sebelum perkuatan, pengamatan setelah perkuatan ke-1 dan pengamatan setelah perkuatan ke-2. Adapun pengamatannya sebagai berikut:
Pengamatan Sebelum Pekuatan
Kondisi 1
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 10 mm dengan kondisi 1 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 111,86 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 25 mm dengan kondisi 1 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 282,19 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 30 mm dengan kondisi 1 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 338,96 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 50 mm dengan kondisi 1 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 566,07 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. Not Ok.
Kondisi 2
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 10 mm dengan kondisi 2 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 160,01 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 25 mm dengan kondisi 2 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 224,91 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 30 mm dengan kondisi 2 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 379,61 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. Not OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 50 mm dengan kondisi 2 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 519,04 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. Not Ok.
Kondisi 3
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 10 mm dengan kondisi 3 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 106,11 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 50 mm dengan kondisi 3 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 324,91 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 60 mm dengan kondisi 3 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 379,61 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. Not Ok.
Kondisi 4
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 10 mm dengan kondisi 4 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 55,05 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 50 mm dengan kondisi 4 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 282,19 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 60 mm dengan kondisi 4 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 338,96 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 65 mm dengan kondisi 4 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 357,35 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. Not OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 75 mm dengan kondisi 4 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 424,13 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. Not Ok.
Kondisi 5
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 10 mm dengan kondisi 5 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 55,08 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 50 mm dengan kondisi 5 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 282,19 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 60 mm dengan kondisi 5 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 338,96 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 65 mm dengan kondisi 5 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 367,35 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. Not Ok.
Kondisi 6
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 10 mm dengan kondisi 6 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 106,11 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 50 mm dengan kondisi 6 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 324,91 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 60 mm dengan kondisi 6 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 379,61 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. Not Ok.
Kondisi 7
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 10 mm dengan kondisi 7 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 54,82 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 50 mm dengan kondisi 7 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 162,87 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 75 mm dengan kondisi 7 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 261,09 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 100 mm dengan kondisi 7 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 359,32 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. Not Ok.
Kondisi 8
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 10 mm dengan kondisi 8 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 54,07 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 50 mm dengan kondisi 8 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 79,01 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 100 mm dengan kondisi 8 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 162,87 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Kondisi 9
Pada kondisi 9 memodelkan ketahanan stabilitas pada jembatan saat penarikan, dengan memberikan displacement ke arah z, seperti Gambar 14, 15 dan 16.
Gambar 14. Nilai Displacement yang diberikan untuk Stabilitas
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement dengan nilai yang diberikan pada Gambar 14. dengan kondisi 9 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 99,00 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Gambar 15. Nilai Displacement yang diberikan untuk Stabilitas
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement dengan nilai yang diberikan pada Gambar 15. dengan kondisi 9 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 298,91 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Gambar 16. Nilai Displacement yang diberikan untuk Stabilitas
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement dengan nilai yang diberikan pada Gambar 16. dengan kondisi 9 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 499,90 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. Not Ok.
Dari analisis struktur jembatan sebelum perkuatan dapat disimpulkan bahwa, kondisi 2 hanya mampu menahan displacement sebesar 25 mm, adapun lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel. 1.
Tabel 1. Hasil Analisis Rangka Jembatan Sebelum Perkuatan
Pengamatan Perkuatan ke-1
Gambar 17. Rencana Perkuatan ke-1
Dalam hal ini, perkuatan menggunakan material bambu dengan dimensi 80 mm tebal 8 mm dan memiliki modulus elasitas 20 kN/mm2, kekuatan tarik 29,4 N/mm2, kekuatan tekan 7,85 N/mm2, kekuatan geser 2,45 N/mm2, kekuatan lentur 9,80 N/mm2 dan berat jenis bambu 700 kg/m3. Adapun pengamtan perilaku struktur setelah perkuatan sebagai berikut:
Kondisi 1
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 10 mm dengan kondisi 1 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 111,59N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 30 mm dengan kondisi 1 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 336,21 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 50 mm dengan kondisi 1 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 560,82 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. Not Ok.
Kondisi 2
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 10 mm dengan kondisi 2 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 163,19 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 25 mm dengan kondisi 2 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 320,19 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 30 mm dengan kondisi 2 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 372,52 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Kondisi 3
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 10 mm dengan kondisi 3 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 110,86 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 30 mm dengan kondisi 3 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 215,52 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 50 mm dengan kondisi 3 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 215,52 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 60 mm dengan kondisi 3 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 372,52 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. Not Ok.
Kondisi 4
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 10 mm dengan kondisi 4 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 58,55 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 30 mm dengan kondisi 4 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 167,75 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 60 mm dengan kondisi 4 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 336,21 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 65 mm dengan kondisi 4 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 364,28 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Kondisi 5
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 10 mm dengan kondisi 5 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 59,22 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 30 mm dengan kondisi 5 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 167,75 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 60 mm dengan kondisi 5 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 336,21 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 65 mm dengan kondisi 5 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 364,28 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. Not Ok.
Kondisi 6
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 10 mm dengan kondisi 6 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 110,86 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 30 mm dengan kondisi 6 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 215,52 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 50 mm dengan kondisi 6 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 323,50 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 60 mm dengan kondisi 6 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 375,82 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Kondisi 7
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 10 mm dengan kondisi 7 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 48,69 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 30 mm dengan kondisi 7 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 92,27 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 50 mm dengan kondisi 7 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 156,82 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 75 mm dengan kondisi 7 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 253,86 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 100 mm dengan kondisi 7 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 350,90 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. Not Ok.
Kondisi 8
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 10 mm dengan kondisi 8 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 35,99 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 30 mm dengan kondisi 8 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 60,58 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 50 mm dengan kondisi 8 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 76,30 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 75 mm dengan kondisi 8 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 116,24 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 100 mm dengan kondisi 8 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 156,82 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Kondisi 9
Pada kondisi 9 memodelkan ketahanan stabilitas pada jembatan saat penarikan, dengan memberikan displacement ke arah z, seperti Gambar 18, 19 dan 20.
Gambar 18. Nilai Displacement yang diberikan untuk Stabilitas
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement dengan nilai yang diberikan pada Gambar 18. dengan kondisi 9 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 101,85 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Gambar 19. Nilai Displacement yang diberikan untuk Stabilitas
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement dengan nilai yang diberikan pada Gambar 19. dengan kondisi 9 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 298,96 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Gambar 20. Nilai Displacement yang diberikan untuk Stabilitas
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement dengan nilai yang diberikan pada Gambar 20. dengan kondisi 9 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 499,08 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. Not Ok.
Pengamatan Perkuatan ke-2
Gambar 21. Rencana perkuatan ke-2
Kondisi 1
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 10 mm dengan kondisi 1 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 112,53 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 25 mm dengan kondisi 1 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 283,75 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 30 mm dengan kondisi 1 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 340,82 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 50 mm dengan kondisi 1 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 569,11 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Kondisi 2
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 10 mm dengan kondisi 2 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 162,11N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 25 mm dengan kondisi 2 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 321,55 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 30 mm dengan kondisi 2 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 374,70 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. Not Ok.
Kondisi 3
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 10 mm dengan kondisi 3 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 108,97 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 25 mm dengan kondisi 3 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 188,69 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 30 mm dengan kondisi 3 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 215,26 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 50 mm dengan kondisi 3 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 321,85 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 60 mm dengan kondisi 3 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 374,70 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. Not Ok.
Kondisi 4
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 10 mm dengan kondisi 4 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 55,84 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 30 mm dengan kondisi 4 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 169,61 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 50 mm dengan kondisi 4 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 283,75 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 60 mm dengan kondisi 4 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 340,82 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 65 mm dengan kondisi 4 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 369,35 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. Not Ok.
Kondisi 5
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 10 mm dengan kondisi 5 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 57,36 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 25 mm dengan kondisi 5 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 141,07 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 30 mm dengan kondisi 5 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 169,61 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 50 mm dengan kondisi 5 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 283,75 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 60 mm dengan kondisi 5 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 305,82 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 65 mm dengan kondisi 5 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 369,36 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Kondisi 6
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 10 mm dengan kondisi 6 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 108,97N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 30 mm dengan kondisi 6 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 215,26 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 50 mm dengan kondisi 6 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 321,55 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 60 mm dengan kondisi 6 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 374,70 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Kondisi 7
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 10 mm dengan kondisi 7 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 58,88 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 30 mm dengan kondisi 7 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 90,97 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 50 mm dengan kondisi 7 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 158,64 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 75 mm dengan kondisi 7 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 253,01 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 100 mm dengan kondisi 7 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 350,82N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Kondisi 8
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 10 mm dengan kondisi 8 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 35,47 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 30 mm dengan kondisi 8 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 60,40 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 50 mm dengan kondisi 8 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 77,81 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement sebesar 100 mm dengan kondisi 8 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 158,64 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Kondisi 9
Pada kondisi 9 memodelkan ketahanan stabilitas pada jembatan saat penarikan, dengan memberikan displacement ke arah z, seperti Gambar 22, 23 dan 24.
Gambar 18. Nilai Displacement yang diberikan untuk Stabilitas
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement dengan nilai yang diberikan pada Gambar 22. dengan kondisi 9 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 104,70 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Gambar 23. Nilai Displacement yang diberikan untuk Stabilitas
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement dengan nilai yang diberikan pada Gambar 23. dengan kondisi 9 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 299,38 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. OK.
Gambar 24. Nilai Displacement yang diberikan untuk Stabilitas
Hasil Tegangan Maksimum akibat displacement dengan nilai yang diberikan pada Gambar 24. dengan kondisi 9 pada titik tumpuan/reaksi perletakan jembatan, yaitu 498,00 N/mm2 sedangkan Nilai tegangan yang diizinkan sebesar 350 N/mm2. Not Ok.
Pemilihan Alternatif Perkuatan
Adapun untuk analisis pemilihan alternatif perkuatan dapat dilihat pada Tabel. 2 dibawah ini:
Tabel .2 Pemilihan Alternatif Perkuatan
Dengan mempertimbangkan kondisi-kondisi yang terjadi sehingga dapat disimpulkan alternatif perkuatan 1 lebih cocok dibanding alternatif perkuatan ke-2.
Alternatif Perkuatan Yang Di pilih