analisis input output ANALISIS INPUT-OUTPUT
Perencanaan pembangunan wilayah yang selama ini dilakukan, masih bersifat parsial dan belum dapat mendeteksi bagaimana pengaruh investasi suatu sektor terhadap struktur perekonomian suatu wilayah. Hal ini yang menyebabkan kegagalan dalam pelaksanaan perencanaan, untuk itu diperlukan suatu model analisis yang dapat mengintegrasikan perencanaan perencanaan pembangunan suatu wilayah. Ada beberapa model pendekatan teori perencanaan pembangunan pembangunan wilayah, mulai dari teori basis ekonomi (economic base theory) sampai pendekatan yang lebih rumit yaitu teori pengganda perdagangan antar wilayah analisis input-output. Kesemua model pendekatan pada dasarnya memandang tata ruang sebagai satu kesatuan yang terintegrasi. Untuk keperluan perencanaan dan evaluasi hasil-hasil pembangunan yang bersifat menyeluruh baik skala nasional maupun skala yang lebih kecil (tingkat kabupaten), model pendekatan perencanaan pembangunan wilayah dengan Model Analisis Input-Output. Azis (1994), menyatakan bahwa keampuhan model Input-Output menyangkut kemampuannya untuk mengukur keterkaitan antar sektor. Analisis keterkaitan tidak hanya terbatas untuk nilai produksi, dengan memanfaatkan koefisien tenaga kerja maka dapat dihitung kemampuan suatu sektor untuk mengabsorbsi tenaga kerja (dampak langsung). Mengingat pertumbuhan sektor tersebut juga mendorong pertumbuhan sektor lain, maka pada gilirannya kemampuan mengabsorbsi tenaga kerja di sektor lain ikut bertambah. Dampak tidak langsung ini juga dapat dihitung melalui tabel input-output. Selanjutnya, model input-output dapat menunjukkan sektor mana yang seharusnya diprioritaskan, diprioritaskan, sehingga sektor ini dapat menarik sektor-sektor yang lain dan akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Di samping itu penggunaan tabel input-output mempunyai keunggulan analisis dalam perencanaan pembangunan secara simultan dan sangat menonjolkan hubungan dan keterkaitan antar sektor dalam perekonomian (BPS, 1995a). Dengan tabel input -output, dapat digunakan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan suatu sektor terhadap pertumbuhan ekonomi regional dan sektoral, misalnya analisis keterkaitan antar sektor (backward and forward linkage analysis), analisis dampak pengganda (multiplier effect analysis), yang sangat penting dalam perencanaan sektoral. Penyusunan model input-output ini harus memenuhi tiga asumsi, yaitu: (1) asumsi homogenitas (suatu sektor memproduksi suatu output tunggal dengan struktur input tunggal, dan tidak ada subtitusi otomatis antara berbagai
sektor), (2) asumsi proporsionalitas (dalam proses produksi hubungan antara input dengan output merupakan fungsi linear), (3) asumsi aditivitas (efek total pelaksanaan produksi di berbagai sektor dihasilkan oleh masing-masing sektor secara terpisah). Dengan adanya asumsi-asumsi tersebut, model input-output bersifat terbuka dan statis, artinya rasio inputoutput tetap konstan sepanjang periode analisis. Produsen tidak dapat menyesuaikan perubahan-perubahan inputnya atau mengubah proses produksi. Asumsi tersebut juga mengisyaratkan penolakan adanya pengaruh perubahan teknologi ataupun produktivitas. Walaupun mengandung keterbatasan, model input-output tetap merupakan alat analisis ekonomi yang lengkap dan komprehensif (BPS, 1995a). Penelitian ini memperkirakan peranan dan kontribusi dari sub-sektor perkebunan khususnya komoditas tembakau terhadap perekonomian
Kabupaten
Jember,
dengan
menggunakan
pendekatan
perencanaan
pembangunan wilayah. Pendekatan ini berusaha untuk menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi terhadap suatu wilayah dengan menekankan hubungan antara sektor-sektor yang terdapat dalam perekonomian suatu wilayah, dan kekuatan pendorong yang berasal dari suatu sektor ke sektor lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung.
A. Analisis Pengganda (Multiplier Analysis)
Dalam tabel input-output, pengganda tidak hanya menjelaskan satu besaran pengganda saja tetapi juga dapat menjelaskan beberapa (sekelompok) besaran pengganda yang dinyatakan dalam matriks pengganda (multiplier matrix). Matriks pengganda dalam tabel input-output menjelaskan perubahan yang terjadi pada berbagai peubah endogen sebagai akibat perubahan pada satu atau beberapa peubah eksogen. Analisis pengganda dalam tabel input-output digunakan untuk menentukan tingkat ketergantungan dari beberapa sektor ekonomi. Suatu sektor dengan koefisien pengganda yang besar mencerminkan bahwa sektor tersebut mempunyai hubungan yang kuat dengan sektor lain. Selanjutnya, Nazara (1997) menyatakan bahwa ada 3 (tiga) variabel utama yang diperhatikan dalam analisis pengganda, yaitu; (1) pengganda ouput sektor-sektor produksi, (2) pengganda pendapatan rumah tangga (household income), dan (3) pengganda tenaga kerja (employment). Pengganda berdasarkan waktu dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu pengganda jangka pendek (jenis I) dan pengganda jangka panjang (jenis II). Pada pengganda jenis I, rumah tangga sebagai variabel yang bersifat exogenous, sedangkan pada pengganda jenis II rumah tangga bersifat endogenous.
Pengaruh pengganda permintaan akhir/output, menjelaskan jumlah kebutuhan input langsung dan tidak langsung dari semua sektor untuk menghasilkan atau unit tambahan sektor ke-i yang dipakai untuk menghasilkan satu-satuan output. Pengganda pendapatan merupakan koefisien yang mengindikasikan pengaruh pendapatan yang dapat ditimbulkan oleh suatu sektor permintaan akhir. Sedangkan pengganda tenaga kerja merupakan jumlah kebutuhan tenaga kerja untuk meningkatkan output per-unit permintaan akhir dari sektor tertentu. Bagi suatu wilayah, angka pengganda mempunyai arti yang sangat besar. Pengganda ini dapat dijadikan indikasi seberapa besar pengaruh suatu investasi yang dilakukan pada suatu sektor akan mempengaruhi perekonomian pada umumnya, melalui tenaga kerja, pendapatan, dan permintaan akhir/output. Dengan diketahuinya suatu angka pengganda, maka dapat diketahui pula besarnya pengaruh akibat pengembangan suatu sektor. Kabupaten Jember, dimana sub-sektor perkebunan mempunyai andil besar terhadap perekonomian wilayah tersebut. Untuk itu perlu mengetahui bagaimana pengaruh suatu komoditas apabila dikembangkan dengan menghitung pengganda yang ditimbulkan akibat investasi pada pengembangan komoditas tersebut. Dengan demikian, dampak dari pengembangan suatu komoditas pada suatu wilayah dapat di lihat dari besaran dari ke tiga pengganda tersebut.
B. Analisis Keterkaitan (Linkage Analysis)
Analisis keterkaitan digunakan untuk mengukur kaitan kegiatan ekonomi antar sektor dalam suatu wilayah. Ada 3 (tiga) cara untuk mengukur keterkaitan antar sektor, yaitu; (1) menghitung koefisien keterkaitan ke belakang (backward linkages effect), (2) menghitung koefisien keterkaitan ke depan (forward linkages effect), dan (3) menghitung jumlah transaksi tiap-tiap sektor baik menurut baris maupun kolom (Hulu, 1988). Koefisien keterkaitan ke belakang menunjukkan bahwa sektor yang memiliki nilai tinggi berarti sektor tersebut sangat penting kedudukannya terutama dalam menyediakan bahan masukan yang diperlukan oleh sektor-sektor terkait kepadanya. Koefisien keterkaitan ke belakang ini ada dua macam, yaitu; keterkaitan langsung ke belakang (direct backward linkages effect), dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang (total backward linkages effect). Koefisien keterkaitan ke depan menunjukkan bahwa sektor yang memiliki nilai tinggi dapat dinyatakan bahwa sektor tersebut sangat tergantung dengan sektor lain, sebagai peminta bahan masukan. Koefisien keterkaitan ke depan ini ada dua macam, yaitu; keterkaitan langsung ke depan (direct forward linkages effect), dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan (total forward linkages effect). Jumlah transaksi Input-Output tiaptiap sektor dapat digunakan untuk mengukur besarnya keterkaitan sebuah sektor kepada
sektor-sektor lainnya. Sektor yang memiliki transaksi yang banyak maka banyak sektor ekonomi yang terkait kepadanya. Ada dua jenis untuk menghitung jumlah transaksi, yaitu menurut baris dan kolom. Hasil jumlah baris menunjukkan banyaknya sektor yang terkait untuk menyediakan bahan masukan (input). Kemudian, hasil jumlah kolom menunjukkan sektor terkait kepada sektor tersebut dalam hubungan kegiatan memperoleh bahan masukan yang berasal dari keluaran sektor-sektor lain. Pengembangan suatu komoditas pasti akan terkait dengan sektor lain, baik keterkaitan ke belakang maupun ke depan. Dari tinjauan wilayah keterkaitan antar sektor ini sangat penting artinya, dengan melihat keterkaitan antar sektor maka akan dapat diidentifikasi adanya kebocoran wilayah. Pembangunan suatu wilayah melalui pengembangan komoditas tidak akan tercapai manakala dampak dari pengembangan wilayah tersebut tidak bisa ditangkap wilayah tersebut, artinya dampak yang ditimbulkan akibat investasi di suatu wilayah tidak dapat ditangkap oleh wilayah tersebut atau terjadi kebocoran wilayah.
B
Pengertian Tabel Input Output
Tabel Input Output (I-O) adalah suatu uraian statistik dalam bentuk matriks yang menggambarkan transaksi penggunaan barang dan jasa antar berbagai kegiatan ekonomi. Sebagai metode kuantitatif, Tabel I-O memberikan gambaran menyeluruh tentang: struktur perekonomian wilayah yang rnencakup outoput dan nilal tambah masing-masing sektor, struktur input antara berupa transaksi penggunaan barang dan jasa antar sektor sektor produksi, struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri (produksi Kabupaten Jember), maupun barang impor atau yang berasal dari kabupaten lain, struktur permintaan barang dan jasa, meliputi permintaan oleh berbagai sektor produksi di Kabupaten Jember dan permintaan untuk konsumsi, investasi dan ekspor keluar Kabupaten Jember. Dalam penyusunan Tabel Input-Output itu sendiri, bagi pengguna, akan memberikan gambaran tentang seberapa jauh konsistensi antar berbagai data yang digunakan. Oleh karena itu penghayatan tentang proses tersebut bermanfaat untuk menilai mutu keserasian data statistik dan kemungkinannya untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan dimasa yang akan datang.
2.3 Kerangka Umum Tabel Input Output
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang Tabel Input Output, berikut ini diperlihatkan-kerangka umumnya.
Tabel 1 Bentuk Umum Tabel Input Output Alokasi Output Sektor Input Akhir
Permintaan Antara
Per-mintaan
Penyediaan
Sektor Produksi Jumlah Permintaan Antara (-) Impor 1
j
Jumlah Output n.
Input Antara
Sektor Produksi
…
…
…
Xij
Xin
…
…
J
… Xij
…
…
…
…
n
Xni
… Xnj
…
…
X1i
…
…
…
Fi
Fj
Fj
…
…
…
Xi …
1
…
…
Xnn
Xn
Fn
Jumlah input Antara
Xi
Xj
X1j
X1n
X1
F1
F1
F1
… Fn
Xn
Xn
Xij
F
F
Xi
Input Primer (Nilai Tambah Bruto) Jumlah Input
Xi
Xj
Vi
Vj
Vn
Xn
Sumber: Biro Pusat Statistik, 1995. Pada garis horizontal atau baris, isian-isian angkanya memperlihatkan alokasi penggunaan barang dan jasa yang tersedia sebagian untuk memenuhi permintaan antara (intermediate demand) sebagian lagi dipakai untuk memenuhi permintaan akhir (final demand) yang terdiri dari konsumsi, investasi dan ekspor. Isian angka menurut garis vertikal atau kolom, menunjukkan struktur pemakaian input antara dan input primer (nilai tambah bruto) yang disediakan oleh sektor-sektor lain untuk pelaksanaan kegiatan produksi. Tabel Input Output secara keseluruhan dibagi dalam tiga bagian, dan disebut sebagai kuadran I, II, dan III. Kuadran terdiri dari kotak-kotak (sel-sel) yang berisi angka-angka transaksi antara yaitu barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Sel adalah tempat pertemuan antara baris dan kolom dalam kerangka Tabel Input Output. Isian sepanjang baris pada kuadran I mempelihatkan alokasi penyediaan suatu sektor yang
digunakan oleh sektor lain dan disebut permintaan antara. Isian menurut kolom menunjukkan pemakaian barang dan jasa oleh suatu sektor yang berasal dari sector-sektor lain dan disebut dengan input antara. Transaksi antara ini dinyatakan dengan simbol Xij dalam Tabel 2.1, dan menunjukkan jumlah komoditas i yang dipakai oleh sektor j. Kuadran ini merupakan kuadran input, yaitu perbandingan antara masing-masing input antara dengan output yang mempergunakannya. Demikian juga yang lebih penting lagi adalah matriks kebalikan dari koefisien input tersebut, sangat berguna bagi berbagai analisis dengan analisis dengan menggunakan tabel Input Output. Kuadran II berisi angka-angka transaksi permintaan akhir yang berasal baik dari output berbagai sektor produksi maupun impor yang dirinci dalam berbagal jenis penggunaan. Dengan kata lain mencatat transakasi menurut sektor sesuai dengan komponen pengeluaran dalam Produk Domestik Bruto (PDB) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Kuadran III berisi penggunaan input primer atau nilai tambah (value added) yang terdiri dari: upah dan gaji, surplus usaha, pajak tak langsung neto dan penyusutan. Penjumlahan seluruh nilai tambah ini akan menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto, yang merupakan penjumlahan semua produksi barang dan jasa akhir (netto) di wilayah domestik yang bersangkutan. Selanjutnya PDRB ini akan sama dengan seluruh permintaan akhir
dikurangi
impor
barang
dan
jasa
dari
kuadran
II.
Dari kerangka tabel Input Output yang disajikan, akan diperoleh persamaanpersamaan berikut. Jika dibaca menurut baris, maka : Jumlah permintaan = Permintaan Antara + Permintaan akhir Jumlah permintaan = (1) = Penjumlahan ke samping (horizontal) output sektor i yang teralokasikan penggunaannya ke sektor-sektor j =1, 2, …, n F1
= Permintaan akhir terhadap output penyediaan sektor I.
Jumlah penyediaan = Jumlah Output + Inpor Jumlahpermintaan = Xi + Mi (2) Xi
= Output sektor i Mi
= Impor sektor i Apabila (1) dan (2) ditulis dalam bentuk
persamaan, maka dapat ditulis sebagai berikut: Xi + Mi = (3) Sedangkan jumlah penyediaan = jumlah permintaan, maka Xi + Mi = (4) Kalau dibaca menurut kolom , diperoleh persamaan berikut : Jumlah input =jumlah input antara + input primer (nilai tambah bruto) Xi = output sektor i = Xi = input sektor I (5) =
penjumlahan vertikal seluruh input antara untuk proses produksi sektor i Vi
= nilai
tambah bruto sektor j Untuk menjelaskan hubungan antara persamaan ini dengan pendapatan regional, kita jumlahkan tiap baris yang dinyatakan dengan persamaan (1) sebagai berikut :
(6) Dengan cara yang sama kita jumlahkan persamaan (5) untuk seluruh kolom: (7) Dalam Tabel I-O jumlah Input = jumlah output (8) selanjutnya dari persamaan (6) dan (7) diperoleh (9)
atau,
Jumlah
Permintaan
–
jumlah
Impor
=
Jumlah
Nilai
Tambah
Perlu dicatat, bahwa persamaan antara jumlah output dan jumlah input berlaku bagi setiap sektor, tapi persamaan antara nilai tambah dan permintaan akhir dikurangi impor tidak berlaku bagi setiap sector, melainkan jumlah keseluruhan sector. Persamaan (3) dapat disusun kembali menjadi persamaan aljabar sebagai berikut : a11 X1 + a12X2 + ………………. + a1nXn + Y1 = X1 a21 X2 + a22X2 + ………………. + a2nXn + Y2 = X2 .
.
.
.
.
.
.
.
.
.
an1 X1 + an2Xn + ………………. + annXn + Yn = Xn , atau bentuk matriks; AX + Y = X
Y= X – AX
Y = I – A X
(10)
dinama; I - A merupakan matriks Leontief. Dari persamaan dapat diubah menjadi; X = I - A-1 Y X I
= vektor output = matriks identitas (identity matrix)
A
= matriks koefisien input antara
F
= vektor permintaan akhir
M
= vektor-impor
Selanjutnya, I - A-1 merupakan matriks kebalikan Leontief atau disebut juga koefisien arah, yang berperan penting dalam analisis pembangunan suatu wilayah. Koefisien arah tersebut menunjukkan keterkaitan antara tingkat permintaan akhir dengan output yang dihasilkan oleh suatu perekonomian. Persamaan (10) menunjukan bahwa output (X) merupakan fungsi dari permintaan akhir (F) dan impor (M), dengan koefisien arahnya (I-A)1. Sel aij pada matriks A tidaak dibedakan apakah input yang dipakai berasal dari Kabupaten Jember atau dari luar kabupaten termasuk impor luar negeri. Apabila transaksi barang dan jasa dapat dibedakan asalnya, maka dapat disusun atau dihitung koefisien khusus untuk input yang berasal dari produk Kabupaten Jember saja (disebut produk domestik). Selanjutnya
matriks koefisien input domestik dinotasikan dengan Ad. Apabila Ad dimasukan dalam persamaan (10), maka bentuk persamaan menjadi;
X = (t – Ad)-1 Fd
(11)
Ad
= matriks koefisien input domestik
Fd
= permintaan akhir untuk hioduk domestik
Persamaan matriks yang terakhir ini lebih baik dibandingkan dengan persamaan sebetumnya, sebab impor (M) diperlakukan sebagai variabel luar (exogenous), sehingga perkiraan output dapat diperkirakan lebih mudah tanpa memperkirakan terlebih dahulu peranan impor. Persamaan (11) lebih lanjut dijadikan sebagai kerangka dasar dalam membuat model-model input output. Contoh kasus: Seperti pada kasus pertumbuhan ekonomi di NTT pada triwulan 1 tahun 2008, mencatat bahwa ketika memasuki awal tahun 2008 ekspansi kinerja perekonomian NTT lebih rendah dibandingkan awal tahun 2007 hal ini dilihat dari permintaan, investasi, dan eksporimpornya sehingga hal ini menunjukan tingginya tingkat depedensi Provinsi NTT terhadap daerah lain dalam memenuhi kebutuhan konsumsinya. Jika melihat struktur PDRB Provinsi NTT secara sektoral, kondisinya relatif belum berubah. Sektor pertanian masih menjadi sektor unggulan ( prime mover ) dalam menggerakkan perekonomian, secara lebih khusus subsektor tanaman pangan. Namun dalam sektor inipun masih tergolong berkembang secara lambat, karena masih bergantungnya pada curah hujan, tingkat fertilitas lahan yang umumnya masih tergolong marginal, serta kemampuan SDM (khususnya petani) belum banyak berkembang. Kemudian sektor jasa dan perdagangan sebagai sektor sekunder dan tersier, mengalami perkembangan yang relatif lebih baik dibandingkan sektor pertanian. Pertumbuhan dua sektor ini relatif lebih tinggi dalam dua periode akhir 2007-2008. Hal ini dapat terlihat dari tren share PDRB sektor jasa dan perdagangan yang meningkat karena tingkat konsumsi masyarakat yang relatif tinggi. Dari sisi pendanaan sektor jasa dan perdagangan memiliki kemampuan yang tidak sebanding (padat modal) dengan kapasitas sektor pertanian yang merupakan usaha padat karya. Pergerakkan struktur perekonomian NTT relatif berkesinambungan dengan komposisi sisi ketenagakerjaannya. Perkembangan sektor pertanian yang belum optimal, tercermin dari kemampuannya yang relatif menurun dalam melakukan penyerapan tenaga kerja. Sedangkan
tenaga kerja sektor sekunder dan tersier dengan dukungan dana yang lebih kuat mampu meningkatkan penyerapan tenaga kerja dengan lebih cepat. Dengan kondisi tersebut, peran pemerintah daerah untuk mendorong kinerja sektor ekonomi unggulan di masing-masing daerah menjadi salah satu kunci keberhasilan yang utama. Dalam mengambil keputusan terhadap pengembangan suatu sektor ekonomi di suatu wilayah tertentu, akan lebih efektif dan efisien jika didasari oleh pertimbangan mengenai hubungan atau keterkaitan seluruh sektor ekonomi dalam menggerakkan perekonomian secara menyeluruh. Sehingga dengan demikian dapat dilihat bagaimana multiplier effect yang dihasilkan oleh suatu sektor terhadap sektor lainnya. Untuk menganalisa pergerakkan tersebut dapat dilakukan dengan bantuan tabel Input – Output (IO) dari setiap daerah, dalam hal ini Provinsi NTT. Dengan melakukan analisis tabel input – output, dapat dilihat keterkaitan antar sektor ekonomi dalam suatu wilayah tertentu secara komprehensif. Analisis input – output didasarkan pada situasi perekonomian yang nyata bukan dengan pendekatan teori semata. Untuk menggambarkan ilustrasi diatas dapat dilihat pada tabel berikut.
Dari tabel diatas, kita asumsikan bahwa perekonomian suatu wilayah hanya memiliki dua sektor produksi, yaitu sektor 1 dan sektor 2. khusus untuk contoh ini, terdapat empat komponen pada permintaan akhir, yaitu : konsumsi rumah tangga (C), investasi (I), pengeluaran pemerintah (G), dan ekspor (E). Kemudian terdapat dua faktor produksi, yaitu labour dengan balas jasa upah (L) dan capital dengan balas jasa sewa (N). Selanjutnya, sektor-sektor produksi maupun pengguna akhir juga dapat membeli barang dari luar negeri dalam bentuk impor (M). Kesimpulan secara umum, bahwa jumlah total input akan sama dengan total outputnya. Sedangkan untuk komponen matrix yang paling kecil (z12) dapat diterjemahkan sebagai output sektor produksi 1 yang digunakan oleh sektor produksi 2 (sebagai input). Variabel terakhir secara langsung menunjukkan
hubungan antar sektor produksi. Secara umum, karena sifatnya linier, maka dapat dituliskan dalam bentuk persamaan matematis : X1 + X2 + L + N + M = X
(1)
X1 + X2 + C + I + G + E = X (2) Dari substitusi persamaan (1) dan (2) didapatkan L + N = C + I + G + E – M (3) Persamaan (3) diatas, sesuai teori makro ekonomi merupakan komponen pembentukan pertumbuhan ekonomi melalui pendekatan PDRB sisi permintaan. Maka s ecara tidak langsung kita bisa menghitung pertumbuhan ekonoi suatu wilayah dengan menggunakan tools tabel inputoutput. Selanjutnya untuk mengetahui sektor yang memiliki hubungan paling kuat terhadap suatu sektor lainnya, dapat dilakukan dengan melakukan perhitungan secara aljabar tabel input output. Yang dimaksud hubungan adalah tingkat multiplier effect yang mampu dihasilkan oleh suatu sektor terhadap sektor lainnya. Namun untuk mempermudah perhitungan dapat dilakukan operasi matematis dengan menggunakan kaidah matriks. Secara sederhana total output yang dihasilkan oleh setiap sektor produksi merupakan penjumlahan antara total permintaan ( final demand ) dan proporsinya untuk memenuhi kebutuhan sektor produksi lainnya. Secara matematis
dapat dituliskan sebagai berikut : Xi = A Xi + F (4) Dimana Xi : adalah total output sektor i A : matriks proporsi output sektor produksi i yang digunakan sektor industri lainnya F : final demand Variabel matriks A sering disebut pula sebagai koefisien input langsung ( direct input coeffisient ) yang dapat pula diterjemahkan sebagai aij diterjemahkan sebagai jumlah input yang
digunakan untuk memproduksi satu unit output sektor j yang berasal dari sektor i . Untuk mengetahui tingkat multiplier effect suatu sektor, dari persamaan (4) : (I – A) Xi = F Xi = F / (I – A) (5) Dimana I merupakan matriks identitas Didapatkan persamaan (5), matriks (I – A)
-1
merupakan multipler effect suatu sektor
produksi terhadap sektor yang lain, atau biasa disebut matriks pengganda. Dengan menjumlahkan
seluruh entitas dalam matriks pengganda suatu sektor akan diketahui multiplier effectnya terhadap sektor-sektor yang lain. Dengan cara perhitungan diatas, dilakukanlah penghitungan analisis keterkaitan antar sektor untuk Provinsi NTT (sumber data : IO 2005 Hasil Ekstrak Data Bappenas). Analisa keterkaitan dapat dilihat secara bacward linkage atapun forward linkage. Backward linkage merupakan keterkaitan sektor produksi hilir terhadap sektor-sektor hulunya. Jadi perubahan permintaan ( final demand ) pada sektor produkdi hilir akan membuat sektor-sektor produksi hulunya ikut terpengaruh. Sedangkan untuk forward linkage kondisinya berkebalikan. Dari hasil perhitungan, untuk Provinsi NTT sektor produksi yang memiliki backward linkage cukup dominan adalah sektor industri (1,837), jasa (1,746) dan perbankan (1,869).
Sedangkan untuk sektor produksi yang memiliki forward linkage relatif dominan adalah sektor industri (2,123), jasa (2,462) dan komunikasi (2,552). Dengan demikian, bisa kita lihat tingkat hubungan sektor-sektor produksi atau ekonomi terhadap sektor lain. Sektor pertanian sebagai prime mover perekonomian NTT justru memiliki keterkaitan yang lebih kecil, meskipun dari struktur PDRB kontribusinya sangat dominan. Bisa kita simpulkan bahwa sektor industri dan sektor jasa memiliki peran yang penting dalam memberikan multiplier effect terhadap kinerja perekonomian NTT. Untuk meningkatkan efektivitas dan efiensi,
pemerintah daerah perlu memperhatikan fenomena diatas dalam menentukan arah kebijakannya, agar fokus pemerintah dalam mengembangkan komoditi-komoditi unggulan memberikan dampak yang optimal terhadap perekonomian NTT secara keseluruhan. Pengembangan sektor pertanian sebagian sektor primer dan sektor yang melakukan penyerapan tenaga kerja paling dominan pada dasarnya memang perlu. Namun, melihat tingkat keterkaitan antar sektor yang lebih didominasi oleh sektor industri dan jasa. Pemerintah hendaknya
perlu
mengembangkan
sektor
pertanian
ke
arah
industri
(agroindustri).
Pengembangan agro industri akan memacu sektor pertanian untuk bekerja lebih optimal, selain tingkat penyerapan tenaga kerja akan meningkat signifikan baik dari sektor pertanian maupun industri yang notabene memiliki kapasitas relatif tinggi untuk menyerap. Dalam jangka panjang, dengan meningkatnya ketersediaan lapangan kerja maka tingkat kesejahteraan masyarakat NTT ke depan akan cenderung lebih baik.