IV. PENGUJIAN MUTU SERTA METODE ANALISIS YANG DIGUNAKAN 4.1 Struktur Molekul dan Dasar Analisis Zat Aktif
Struktur molekul Hyoscine N-Butylbromide:
Rumus Molekul: [7(S [7( S )-(1α, 2β 2β, 4β 4β, 5α 5α, 7β 7β)]-9-Butyl ‒7-(3‒hydroxy ‒1 ‒oxo ‒2 ‒ phenylpropoxy)-9‒methyl ‒3 ‒oxa ‒9 ‒azoniatricyclo[3.3.1.0 2,4]nonane bromide Rumus Senyawa: C21H30BrNO4 Berat Berat moleku molekull : 440.4 440.4 pH
: 5.5 – 6.5
Titik leleh
: 139°-141°
Peme Pemeri rian an
: serb serbuk uk puti putih h kris krista tall puti putih h atau atau hamp hampir ir puti putih h
Kela Kelaru ruta tan n
: laru larutt dala dalam m air air dan dan met metil ilen en klo klori rida da,, sedi sediki kitt laru larutt dala dalam m etan etanol ol anhidros (Clarke’s; BP 2009, Vol. I & II p 3070-3071)
Gugus fungsi yang terdapat pada Hyoscine N-Butylbromide antara lain: Benzen Hidroksil
R-OH
Karbonil
R-CO-R
4.2 Metode analisis yang diusulkan untuk pengujian mutu bahan baku (zat aktif dan eksipien), bahan ruahan, dan obat jadi serta masalah yang mungkin terjadi dalam metode analisis 4.2.1. Identifikasi Zat Aktif
Identifikasi (zat aktif) dapat dilakukan dengan berbagai metode, diantaranya adalah 1. Meto Metode de reak reaksi si warn warna a
Metode: Uji Liebermann Prinsip: Pereaksi:
Hasil: positif warna orange (Clarke’s) 2. Metode kromatografi cair
3. Metode IR, Spektrofotometri UV/Vis dan Polarimetri
4. Metode Titrasi Kolorimetri Pengendapan dengan penentuan titik akhir secara potensiometri
Prinsip: Anion halida dititrasi dengan pentiter ion perak(I) yang dihasilkan dari oksidasi anoda perak.
Kesimpulan: Metode utama: Alasan: Metode alternatif Alasan:
A. Kemurnian Zat Aktif
Susut pengeringan: maksimal 2.5%, ditentukan pada 0.5 g dengan mengeringkan di oven pada suhu 105°C Uji batas raksa: maksimum 0.1%, ditentukan pada 0.5 g (BP 2009 Vol. I & II, p 3071) B. Penetapan Kadar Zat Aktif
Mengandung tidak kurang dari 98% dan tidak lebih dari 101% (dried substance) •
Metode yang digunakan Prinsip Alasan pemilihan metode
•
Kesimpulan Metode utama, alasan Metode alternatif, alasan
4.2.2
Pemeriksaan Eksipien
Eksipien 1: Air Untuk Injeksi (Water for Injection/WFI)
Pemerian: cairan, jernih, tidak berwarna; tidak berbau Identifikasi: uji sterilitas (FI IV, hal. 112-113) Eksipien 2: Hydrobromic Acid Pemerian: Kelarutan: Identifikasi: Available online: http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/summary/summary.cgi?cid=260
Eksipien 3: Nitrogen Gas Pemerian: gas Identifikasi: the flame of a burning wood splinter is extinguished when inserted into a test tube filled with Nitrogen *belom sempet translet yg bener hehe* (USP 30‒NF25 p 1167)
4.3 Prosedur analisis bahan baku, bahan ruahan dan obat jadi 4.3.1. Bahan Baku Identifikasi -
4.3.2 Pengawasan dalam Proses IPC 1. Pemeriksaan pH (Asumsi alat dan sistem telah berfungsi dengan baik) Bilas elektrode dan sel beberapa kali dengan larutan uji, isi sel dengan sedikit larutan uji dan baca harga pH. Gunakan air bebas karbon dioksida P untuk pelarutan atau pengenceran larutan uji. Jika hanya diperlukan harga pH perkiraan dapat digunakan indikator dan kertas indikator ( FI IV <1071> hal 1039-1040) 2. Pemeriksaan bahan partikulat Catatan Siapkan contoh, alat kaca, pentutup dan perlengkapan lain yang diperlukan dalam lingkungan yang terlindung dengan menggunakan penyaring HEPA (udara partikulat efisiensi tinggi). Selama persiapan, gunakan pakaian bebas partikel dan sarung tangan bebas serbuk. Sebaiknya lemari pengujian diletakkan di ruang terpisah yang dialiri udara yang telah dilewatkan penyaring HEPA ( udara partikulat efissiensi tinggi), penyejuk ruangan serta trekondisi dan dijaga agar tekanan udara positif terhadap daerah sekitar.]
Gunakan bejana yang tahan tekanan sampai 100 psi dengan pipa tahan tekanan yang tidak melepas partikel dan pipa semprot yang dipegang tangan serta dilengkapi dengan penyaring untuk menyaring air pembersih dan pembuatan contoh. Gunakan penyaring rata atau halus berpori ukuran 5,0 µm atau kurang. Untuk tujuan pembakuan dan penyiapan contoh, gunakan wadah kaca yang diperkeras dan tidak melepaskan partikel, dengan lubang-lubang sekecil mungkin untuk mengurangi pengotoran yang timbul karena tidak hati-hati. Jika menggunakan penutup, pilih yang tidak melepas partikel seperti politef. Pencucian alat kaca dan penutup Cuci alat-alat kaca, penutup dan perlengkapan lain yang diperlukan dengan meredam dan menyikatnya dalam larutan deterjik nonionik yang hangat, kemudian bilas dengan air ledeng hangat yang mengalir, lanjutkan pembilasan dengan mengalirkan air yang telah disaring. Pelarut organik dapat digunakan untuk memudahkan pencucian. Akhirnya bilas dengan air bertekanan yang telah disaring menggunakan pipa semprot yang dilengkapi dengan penyaring akhir atau dengan menggunakan alat lain yang sesuai. Uji kontrol partikulat Lakukan uji ini untuk menetapkan bahwa lingkungan sesuai untuk melakukan analisis dan bahwa alat kaca telah benar-benar bersih serta untuk meyakinkan bahwa air yang digunakan untuk analisis bebas partikel. Gunakan air yang telah disaring dan alat kaca yang telah dibersihkan untuk mengambil 5 contoh air secara berurutan, masing-masing 5 ml. Balikkan tiap contoh 20 kali. Udarakan dengan ultrasonikasi selama 30 detik atau dengan membiarkan selama 2 menit. Aduk setiap contoh air secara mekanik pada kecepatan yang cukup untuk menimbulkan pusaran lemah selama analisis. Jika 5 partikel berukuran 25 µm atau 25 partikel berukuran 10 µm atau ukuranlebih besar teramati dalam seluruh 25 ml contoh air, maka ini menunjukkan bahwa lingkungan tidak sesuai untuk analisis, atau air yang sudah disaring dan alat kaca tidak dipersiapkan dengan baik. Ulangi langkah persiapan sampai lingkungan kerja, air dan alat kaca sesuai untuk melakukan uji ini. Kalibrasi Kalibrasi alat dengan 3 baku, masing-masing terdiri dari bola polistiren dengan satu ukuran sama lebih kurang 10µm, 20 µm dan 30 µm dalam pembawa berupa air. Bila menggunakan baku pembanding partikulat, perlu mengurangi penggumpalan partikel dan memastikan kemurnian partikel. Bila diinginkan, tersedia metode yang sesuai untuk memeriksa bola-bola komersial. Tetapkan akurasi penghitungan dan ukuran dari alat penghitung cemaran partikel dalam cairan dengan menggunakan bahan partikulat berbentuk bola dengan ukuran hampir sama yang terdispersi untuk mengkalibrasi alat
penghitung partikel otomatik. Larutan uji Siapkan contoh dengan urutan sebagai berikut: Lepaskan penutup luar, pita segel dan semua etiket kertas lepas, cuci bagian luar wadah seperti cara yang tertera pada Pencucian alat kaca dan penutup dan keringkan dalam aliran udara bebas partikel. Keluarkan isi wadah seperti dilakukan pada penggunaan biasa atau sesuai aturan pada etiket kecuali pada wadah dengan pentutup yang dapat dibuka, contoh dapat diambil dengan membuka tutup dan menuangkan isi wadah ke dalam wadah lain yang bersih. Penetapan (FI IV hal 984) A. Sediaan Cair (1) Campur isi wadah dengan membolak-balikkan 25 kali dalamwaktu 10 detik. [ Catatan Karena volume beberapa sediaan begitu kecil, diperlukan pengocokan yang lebih kuat untuk mensuspensikan partikel denga sempurna.] (2) Buka dan kumpulkan isi dari tidak kurang 10 wadah hingga memperoleh volume tidak kurang dari 20 ml dalam wadah bersih. (3) Udarakan dengan ultrasonikasi selama 30 detik atau diamkan selama 2 menit (4) Aduk perlahan-lahan memutar dengan tangan atau secara mekanik, hati-hai jangan sampai masuk gelembung udara atau cemaran lain. Aduk terus menerus selama melakukan analisis. (5) Ambil 3 bagian berturut-turut, tiap bagian tidak kurang dari 5 ml. Buang contoh pengambilan pertama
4.3.3 Pengawasan Obat Jadi Evaluasi Fisik 1. Penetapan volume injeksi dalam wadah Pilih 3 wadah atau lebih bila volume lebih dari 3 ml dan kurang dari 10 ml. Ambil isi tiap wadah dengan alat suntik hipodermik kering berukuran tidak lebih dari 3 kali volume yang akan diukur dan dilengkapi dengan jarum suntik nomor 21, panjang tidak kurang dari 2,5 cm. Keluarkan gelembung udara dari dalam jarum dan alat suntik dan pindahkan isi dalam alat suntik, tanpa mengosongkan bagian jarum, kedalam gelas ukur kering volume tertentu yang telah dibakukan sehingga volume yang diukur memenuhi sekurang-kurangnya 40% volume dari kapasitas tertera (garisgaris penunjuk volume gelas ukur menunjuk volume yang ditampung, bukan yang dituang).
Volume tidak kurang dari volume yang tertera pada wadah bil a diuji satu persatu, atau bila wadah volume 1 ml dan 2 ml, tidak kurang dari jumlah volume wadah yang
tertera pada etiket bila isi digabung Volume tertera dalam penandaan (ml)
Kelebihan volume yang dianjurkan
0,5
Untuk (ml) 0,10
1,0 2,0 5,0 10,0 20,0 30,0 50,0 atau lebih
0,10 0,15 0,30 0,50 0,60 0,80 2%
cairan
encer Untuk (ml) 0,12
cairan
kental
0,15 0,25 0,50 0,70 0,90 1,20 3%
( FI IV <1131> hal 1044)
2. Pemeriksaan bahan partikulat Mengacu pada Bab IV 4.3.2.2 3. Penetapan pH Mengacu pada Bab IV 4.3.2.1 4. Uji kebocoran Pada pembuatan secara kecil-kecilan hal ini dapat dilakukan dengan mata tetapi dalam jumlah besar hal ini tidak mungkin bisa dikerjakan. a. Wadah-wadah takaran tunggal yang masih panas, setelah selesai disterilkan dimasukkan kedalam larutan biru metilena 0,1%. Jika ada wadah-wadah yang bocor maka larutan biru metilena akan masuk kedalamnya karena perbedaan tekanan diluar dan di dalam wadah tersebut. Tentu saja cara ini tidak dapat dipakai untuk larutanlarutan yang sudah berwarna. b. Wadah-wadah takaran tunggal disterilkan terbalik yaitu dengan ujungnya dibawah. Ini juga digunakan pada pembuatan dalam skala kecil. Jika ada kebocoran maka larutan ini dari dalam wadah akan keluar, dan wadah menjadi kosong. c. Wadah-wadah yang tidak dapat disterilkan, kebocorannya harus diperiksa dengan
memasukkan wadah-wadah tersebut dalam eksikator, yang kemudian divakumkan. Jika ada kebocoran larutan akan diserap keluar. Harus dijaga agar jangan sampai larutan yang telah keluar, diisap kembali jika vakum dihilangkan (Goeswin Agoes, Larutan Parenteral hal 191-192)
5. Uji kejernihan dan warna
Wadah-wadah kemasan akhir diperiksa satu persatu dengan menyinari wadah dari samping dengan latar belakang sehelai papan yang separuhnya di cat bewarna hitam dan separuh lagi dicat berwarna putih. Latar belakang hitam dipakai untuk menyelidiki kotoran yang bewarna muda, sedangkan berlata r putih untuk kotorankotoran berwarna gelap. Penafsiran: memenuhi syarat jika tidak ditemukan kotoran dalam larutan (Goeswin Agoes, Larutan Parenteral hal 201-202)
6. Uji kejernihan Mengacu pada Bab IV 7. Keseragaman sediaan
Evaluasi Kimia 1. Identifikasi Hyoscine N-Butylbromide (metode kromatografi cair) Larutan 1: gunakan injeksi yang dicairkan, jika perlu, dengan 0.001 M HCl yang mengandung 1.0% w/v Hyoscine Butylbromide Larutan 2: mengandung 0.0010% w/v hyoscine hyrdrobromide BPCRS dalam 0.001 M HCl Larutan 3: tambahkan 10 µl larutan (1) ke dalam 10 ml larutan (2) Prosedur kromatografi menggunakan: a. Kolom Stainless Steel (25 cm x 4.6 mm) packed dengan octysilyl silica gel for chromatography (10 µm) (Lichrosorb 10µ C8 dibolehkan) b. Larutan dari 2 g sodium dodecyl sulphate di dalam campuran 370 ml 0.001 M HCl dan 680 ml metanol sebagai fase gerak dengan flow rate-nya 2 ml per menit, dan c. Panjang gelombang deteksi: 210 nm Injeksikan 20 µl larutan (3). Uji tidak valid kecuali faktor resolusi diantara puncak korespon terhadap hyoscine dan butylhyoscine paling sedikit 5 Injeksikan 20 µl larutan (1) dan (2). Luas puncak yang didapat dari larutan (1) yang korespon terhadap hyoscine dalam kromatogram tidak lebih besar dari luas puncak prinsipal yang dihasilkan dari larutan (2) (0.1%) (BP 2009 Vol.III, p 9088-9089 *kayanya klo 2012 jg sama deh isinya, yg ini di sediaan injeksinya hyoscine ) 2. Penetapan kadar dengan metode Kromatografi Cair Larutan 1: cairkan injeksi hingga didapat kandungan 0.04% w/v Hyoscine Butylbromide dengan 0.001 M HCl
Larutan 2: mengandung 0.04% w/v hyoscine butylbromide BPCRS dalam 0.001 M HCl Prosedur kromatografi sama kaya yg nomer 1 nya ini Hitung kadar C21H30BrNO4 menggunakan declared content of C 21H30BrNO4 dalam hyoscine butylbromide BPCRS (BP 2009 Vol. III, p 9089) Evaluasi Biologi 1. Uji sterilitas - inokulasi langsung ke dalam media uji - teknik penyaringan membran •
Penafsiran hasil:
- tahap pertama: Pada interval waktu tertentu dan pada akhir periode inkubasi, amati isi semua wadah akan adanya pertumbuhan mikroba. Jika tidak terjadi pertumbuhan, maka bahan uji memenuhi syarat. Jika ditemukan pertumbuhan mikroba tetapi peninjauan dalam pemantauan fasilitas pengujian sterilitas, bahan yang digunakan, prosedur pengujian dan kontrol negatif menunjukan tidak memadai atau teknik aseptik yang salah digunakan dalam pengujian, tahap pertama dinyatakan tidak absah dan dapat diulang. Jika pertumbuhan mikroba teramati tetapi tidak terbukti uji tahap pertama tidak absah, lakukan tahap ke dua. - tahap kedua: Jumlah spesimen uji yang diseleksi minimum dua kali jumlah Tahap pertama. Volume minimum tiap spesimen yang diuji dan media dan periode inkubasi sama sepeti yang tertera pada Tahap pertama. Jika tidak ditemukan pertumbuhan mikroba, bahan yang diuji memenuhi syarat. Jika ditemukan pertumbuhan, hasil yang diperoleh membuktikan bahwa bahan uji tidak memenuhi syarat. Jika dapat dibuktikan bahwauji pada Tahap kedua tidak absah karena kesalahan atau teknik aseptik yang tidak memadai, maka Tahap kedua dapat diulang. 2. Uji endotoksin bakteri Ada di (FI IV <201>, hlm. 905-907) 3. Uji efektivitas pengawet antimikroba Jika wadah sediaan dapat ditembus secara aseptik menggunakan jarum suntik melalui sumbat karet, lakukan pengujian pada 5 wadah asli sediaan. Jika wadah sediaan tidak dapat ditembus secara aseptik, pindahkan 20 ml sampel ke dalam
masing-masing 5 tabung bakteriologik tertutup, berukuran sesuai dan steril. Inokulasi masing-masing wadah atau tabung dengan salah satu mikroba baku, menggunakan perbandingan 0,10 ml inokula setara dengan 20 ml sediaan, dan campur. Mikroba uji dengan jumlah yang sesuai harus ditambahkan sedemikian rupa hingga jumlah mikroba di dalam sediaan uji segera setelah inokulasi adalah antara 100.000 dan 1.000.000 per ml. Tetapkan jumlah mikroba viabel di dalam tiap suspensi inokula, dan hitung angka awal mikroba tiap ml sediaan yang diuji dengan metode lempeng. Inkubasi wadah atau tabung yang telah diinokulasi pada suhu 20-25º. Amati wadah atau tabung pada hari ke-7, 14, 21, dan 28 setelah inokulasi. Cata tiap perubahan yang terlihat dan tetapkan jumlah mikroba viabel pada selang waktu tersebut dengan metode lempeng. Dengan menggunakan bilangan teoritis mikroba pada awal pengujian, hitung perubahan kadar dalam persen tiap mikroba selama pengujian. Penafsiran hasil suatu pengawet dinyatakan efektif dalam contoh yang diuji jika: a. Jumlah bakteri viabel pada hari ke-14 berkurang hingga tidak > 0,1 % dari jumlah awal. b. Jumlah kapang atau khamir viabel selama 14 hari adalah tetap atau kurang dari jumlah awal. c. Jumlah tiap mikroba uji selama hari tersisa dari 28 hari pengujian adalah tetap atau < bilangan yang disebut pada a dan b. <61> (FI IV, hal. 854-855)
4. Uji pirogen Lakukan pengujian dalam ruang terpisah yang khusus untuk uji pirogen dan dengan kondisi lingkungan ynag sama dengan ruang pemeliharaan, bebas dari keributan yang menyebabkan kegelisahan. Kelinci tidak diberi makan selama waktu pengujian. Apabila pengujian menggunakan termistor, masukkan kelinci ke dalam kotak penyekap sedemikian rupa sehingga kelinci tertahan dengan letak leher yang longgar sehingga dapat duduk dengan bebas. Tidak lebih dari 30 menit sebelum penyuntikan larutan uji, tentukan ”suhu awal” masing-masing kelinci yang merupakan dasar untuk menentukan kenaikan suhu. Beda suhu tiap kelinci tidak boleh lebih dari 1 o dan suhu awal setiap kelinci tidak boleh > 39,8 o. Kecuali dinyatakan lain pada masing-masing monografi, suntikan 10 ml per kg bobot badan, melalui vena tepi telinga 3 ekor kelinci dan penyuntikan dilakukan dalam waktu 10 menit. Larutan uji berupa sediaan yang bila perlu dikonstitusi seperti
yang tertera pada etiket maupun bahan uji yang diperlakukan seperti yang tertera pada masing-masing monografi dan disuntikan dengan dosis seperti yang tertera. Untuk uji pirogen alat atau perangkat injeksi, gunakan sebagai larutan uji hasil cucian atau bilasan dari permukaan alat yang berhubungan langsung dengan sediaan parenteral, tempat penyuntikan atau jaringan tubuh pasien. Semua larutan harus bebas dari kontaminasi. Hangatkan larutan pada suhu 37±2º sebelum penyuntikan. Rekam suhu berturut-turut antara jam ke-1 dan ke-3 setelah penyuntikan dengan selang waktu 30 menit. Penafsiran hasil Setiap penurunan suhu dianggap nol. Sediaan memenuhi syarat
apabila tak seekor kelinci pun menunjukan kenaikan suhu 0,5º atau lebih lanjutkan pengujian dengan mengunakan 5 ekor kelinci. Jika tidak lebih dari 3 ekor dari 8 ekor kelinci masing-masing menunjukan kenaikan suhu 0,5º atau lebih dan jumlah kenaikan suhu maksimum 8 ekor kelinci dan tidak > 3,3º sediaan dinyatakan memenuhi syarat bebas pirogen <231> (FI IV, hal. 908-909) 5. Uji kandungan antimikroba Antimikrobanya: Nitrogen Gas sebagai antioksidan, metodenya DPPH *yg ini gatau dimasukin apa nggak* 4.4 Pengujian stabilitas obat jadi
DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan: Jakarta. United States Pharmacopeial Convention Inc, 2007, The US Pharmacopeia National Formulary, USP 30-NF 25, 30th ed., US Pharmacopeial Convention Inc, Rockville,
p.1167 The Department of Health, 2009, British Pharmacopoeia 2009 Volume I & II, The Department of Health, London. (p. 3070-3071) The Department of Health, 2009, British Pharmacopoeia 2009 Volume III, The Department of Health, London. (p. 9088-9089) Goeswin agoes, 1967, Larutan Parenteral , penerbit, kota, hal…