TUGAS MATA KULIAH AKUNTANSI MANAJEMEN
“ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) ”
DISUSUN OLEH : 043061211001
GISKA TETIANA
043061211002
RAHMI ZAHRA RAHMATILLAH
043061211004
NIDA RIFQIA
043061211005
RISA NAFILAH
043061211006
RESTU ANUGRAH UTAMA
043061211007
DINI KUSMIATI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya saya mampu menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah dengan judul “Analisis Break Even Point (BEP) ” disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Manajemen serta memberikan pengetahuan baru bagi penulis dan pembaca mengenai analisis break even point dalam akuntansi manajemen. Pada kesempatan ini saya juga mengucapkan terima kasih kepada para narasumber yang telah membantu pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat membawa manfaat khususnya bagi saya dan orang lain yang membaca makalah ini. Saya menyadari bahwa makalah ini saya susun, masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan dengan tujuan agar makalah ini selanjutnya akan menjadi lebih baik. Semoga bermanfaat.
Penulis
i
DAFTAR ISI Kata Pengantar………………………………………………………………i Daftar Isi………………………………………………………….....……….ii BAB I PENDAHULUAN……………..………….......……...……………..1 1.1
Latar Belakang……………………………………................……..…..1
1.2
Rumusan Masalah………………………….………………...........…….2
1.3
Tujuan Penulisan………………………………...…….............................3
BAB II PEMBAHASAN………………...…………………..….....................4 2.1
Pengertian Analisis Break Even Point.....................................................4
2.2
Tujuan Analisis Titik Impas/BEP.............................................................9
2.3
Manfaat analisis break even point.............................................................9
2.4
Kelebihan analisi BEP.............................................................................10
2.5
Kelemahan BEP.......................................................................................10
2.6
Asumsi Break Even Point........................................................................11
2.7
Break Even (Break Even Chart)..............................................................11
2.8
Margin Of Safety…………………………………………………….…13
2.9
Cara Perhitungan BEP………………………………………………….14
BAB III PENUTUP……………………….…...………………………......... 19 3.1
Kesimpulan………………………….……………………......................19
3.2
Daftar Pustaka……………………………………………………..........20 ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pada dasarnya setiap perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan kekayaan dari pemegang sahamnya.Pengukuran kinerja keuangan perusahaan diperlukan untuk menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan tersebut.Pengukuran kinerja keuangan berdasarkan laporan keuangan telah banyak dilakukan, yaitu dengan menggunakan rasio keuangan
diantaranya
rasio
likuiditas,
leverage,
aktivitas
maupun
rasio
profitabilitas.Pengukuran-pengukuran tersebut memiliki kelebihan pada setiap metodenya namun juga mempunyai kelemahan.Kelebihan pengukuran tersebut adalah kemudahan dalam perhitungannya selama data historis tersedia.Sedangkan kelemahannya adalah metode tersebut tidak dapat mengukur kinerja perusahaan secara akurat.Hal ini disebabkan karena data yang digunakan adalah data akuntansi yang tidak terlepas dari penafsiran/estimasi yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai macam distorsi sehingga kinerja keuangan perusahaan tidak terukur secara tepat dan akurat. Untuk mengatasi berbagai permasalahan yang timbul dalam pengukuran kinerja keuangan berdasarkan data akuntansi, maka timbullah pemikiran pengukuran kinerja keuangan berdasarkan nilai (value based). Pengukuran tersebut dapat dijadikan dasar bagi manajemen perusahaan dalam pengelolaan modalnya, rencana pembiayaan, wahana komunikasi dengan pemegang saham serta dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan insentif bagi karyawan (Amin Widjaya : 2001). Dengan value based sebagai alat pengukur kinerja perusahaan, manajemen dituntut untuk meningkatkan nilai perusahaan.
1
Pengukuran value added yang telah banyak dikemukakan dalam beberapa tulisan maupun penelitian adalah Economic Value Added (EVA). Paradigma pengukuran value added yang belum begitu banyak dikemukakan adalah Financial Value Added (FVA). Selain FVA, Net Value Added (NVA) juga merupakan pengukuran value added yang mengukur nilai tambah untuk pemegang saham melalui keputusan investasi perusahaan (Patel & Cherukuri). Kajian ini hanya akan memaparkan pengukuran value added dengan menggunakan Financial Value Added. Namun sebelumnya akan diuraikan pengukuran kinerja dengan menggunakan financial ratio dan pengukuran nilai tambah dengan menggunakan Economic Value Added sebagai dasar pembanding.
1.2 Rumusan Masalah a. Apa Pengertian Analisis Break Even Point ( BEP ) ? b. Apa Tujuan Analisis Titik Inpas / Break Even Point ? c. Bagaimana Cara Menentukan Titik Beak Even ? d. Apa Manfaat Analisis BEP ? e. Apa saja Asumsi Dasar dalam Analisis BEP ? f. Bagaimana Cara Perhitungan BEP ? g. Apa Kelemahan BEP ?
2
1.3 Tujuan Penulisan a. Untuk Mengetahui Pengertian Analisis BEP b. Untuk Mengetahui Tujuan Analisis Titik Inpas/BEP c. Untuk Mengetahui Cara Menentukan Titik Break Even d. Untuk Mengetahui Manfaat Analisis BEP e. Untuk Mengetahui Asumsi Dasar dalam Analisis BEP f. Untuk Mengetahui Cara Perhitungan BEP g. Untuk Mengetahui Kelemahan BEP
3
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Analisis Break Even Point (BEP) Menurut S. Munawir , Titik break even point atau titik pulang pokok dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi ( total penghasilan = total biaya) Menurut Abdullah , Analisis Break even point disebut juga Cost volume profit analysis Arti penting analisis break even point bagi manajer perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan adalah sebagai berikut: •
Guna menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi agar perusahaan tidak mengalami kerugian
•
Penetapan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan laba tertentu
•
Penetapan seberapa jauhkah menurunnya penjualan bisa ditolerir agar perusahaan tidak menderita rugi
Menurut PS. Djarwanto ,Break even point adalah suatu keadaan impas yaitu apabila telah disusun perhitungan laba dan rugi suatu periode tertentu, perusahaan tersebut tidak mendapat keuntungan dan sebaliknya tidak menderita kerugiaan. Menurut Harahap ,Break even point berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi ini dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan. Total biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan biaya total penjualan sehingga tidak ada laba atau rugi
4
Break even point adalah suatu keadaan dimana pada tingkat penjualan tertentu perusahaan tidak memperoleh untung, atau menderita rugi. Salah satu keuntungan mengetahui BEP ini untuk perencanaan keuntungan dan Pengamanan Perusahaan. Impas menunjukkan keadaan di mana jumlah penjualan = jumlah biaya untuk memperoleh hasil tersebut. Laba akan diperoleh jika produksi dan penjualannya melampaui titik impas. Cara ini digunakan jika perusahaan hanya menghasilkan satu macam barang atau beberapa macam barang dengan bauran penjualan yang konstan. Analisa break even adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan. Analisis break even point digunakan untuk mengetahui tingkat volume penjualan sebelum perusahaan mengalami untung dan mengalami rugi. Perencanaan penjualan adalah ramalan unit dan nilai uang penjualan suatu perusahaan untuk periode di masa yang akan datang yang didasarkan pada tren penjualan terakhir (Brigham dan Houston, 2001:117). Perencanaan penjualan yang telah direncanakan oleh perusahaan dapat digunakan untuk menentukkan laba yang diinginkan. Analisis break even point sering pula disebut “Cost – Profit – Volume analysis (C.P.V. analysis). Sebelum memproduksi suatu produk, perusahaan terlebih dulu merencanakan seberapa besar laba yang diinginkan. Ketika menjalankan usaha maka tentunya akan mengeluarkan biaya produksi, maka dengan analisis titik impas dapat diketahui pada waktu dan tingkat harga berapa penjualan yang dilakukan tidak menjadikan usaha tersebut rugi dan mampu menetapkan penjualan dengan harga yang bersaing pula tanpa melupakan laba yang diinginkan. Hal tersebut dikarenakan biaya produksi sangat berpengaruh terhadap harga jual dan begitu pula sebaliknya, sehingga dengan penentuan titik impas tersebut dapat diketahui jumlah barang dan harga yang pada penjualan.
5
Analisis break even sering digunakan dalam hal yang lain misalnya dalam analisis laporan keuangan. Dalam analisis laporan keuangan kita dapat menggunakan rumus ini untuk mengetahui: •
Hubungan antara penjualan, biaya, dan laba
•
Struktur biaya tetap dan variable
•
Kemampuan perusahaan memberikan margin untuk menutupi biaya tetap
•
Kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan batas dimana perusahaan tidak mengalami laba dan rugi
Selanjutnya, dengan adanya analisis titik impas tersebut akan sangat membantu manajer dalam perencanaan keuangan, penjualan dan produksi, sehingga manajer dapat mengambil keputusan untuk meminimalkan kerugian, memaksimalkan keuntungan, dan melakukan prediksi keuntungan yang diharapkan melalui penentuan •
harga jual persatuan,
•
produksi minimal,
•
pendesainan produk, dan lainnya
Dalam penentuan titik impas perlu diketahui terlebih dulu hal-hal dibawah ini agar titik impas dapat ditentukan dengan tepat, yaitu: •
Tingkat laba yang ingin dicapai dalam suatu periode
•
Kapasitas produksi yang tersedia, atau yang mungkin dapat ditingkatkan
•
Besarnya biaya yang harus dikeluarkan, mencakup biaya tetap maupun biaya variable.
Analisa BEP juga dapat digunakan oleh pihak manajemen perusahaan dlam berbagai pengambilan keputusan dalam berbagai pengambilan keputusan, antara lain mengenai; •
Jumlah minimal produk yang harus terjual agar perusahaan tidak mengalami kerugian
•
Jumlah penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian
•
Besarnya penyimpanan penjualan berupa penurunan volume yang terjual agar perusahaan tidak menderita kerugian.
6
•
Untuk mengetahui efek perubahan harga jual, biaya maupun volume penjualan terhadap laba yang diper
Teknik break even poin analysis atau cost volume profit analysis sering digunakan dalam menganalisis keuangan perusahaan. Model ini mencoba mencari dan menganalisis aspek hubungan antara besarnya investasi dan besarnya volume rupiah yang diperlukan untuk mencapai tingkat laba tertentu. Dalam perusahaan peranan penjualan sudah jelas yaitu sebagai “generating income” yaitu sumber pembentukan laba. Kita menginginkan agar penjualan dapat menutupi biaya total yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variable. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh volume kegiatan. Beroperasi atau tidak, biaya ini harus dikeluarkan, misalnya biaya penyusutan, biaya sewa, biaya gaji, dan lain lain. Sebaliknya semakin banyak volume kegiatan atau produksi semakin rendah biaya per unit, biaya variable adalah biaya yang jumlahnya tergantung pada volume kegiatan.Jika ada kegiatan pasti ada biaya variable ini. Semakin banyak volume kegiatan maka semakin banyak biaya variable. Namun biaya per unit relatife sama. Misalnya biaya bahan, gaji tenaga kerja langsung, komisi penjualan, dll. Pengetahuan terhadap biaya ini sangat penting dalam melakukan analisis break even. Salah satu aspek yang penting dalam analisa break even bahwa adanya perubahan dalam satu faktor atau lebih yang mempengaruhi analisa, dapat diadakan penilaian atau evaluasi. Aspek ini sangat penting bagi manajemen dalam proses penyusunan atau perencanaan budget, karena hal ini akan memungkinkan diadakan “testing” untuk menentukan akibat adanya perubahan berbagai faktor atau mempertimbangkan berbagai alternatif. Faktor – faktor yang dapat berubah dalam hubungannya dengan analisa break even antara lain biaya tetap, biaya variabel, harga jual maupun komposisi penjualan (sales mix). Perubahan salah satu faktor penentu break even atau faktor yang mengakibatkan perubahan tingkat break even, mungkin tidak mempengaruhi atau tidak mengakibatkan perubahan pada faktor – faktor yang lain, misalnya perubahan hanya terjadi pada jumlah biaya tetap sedangkan biaya variabel, harga jual, maupun volume penjualan tetap, tetapi kemungkinan bisa terjadi perubahan dalam salah satu faktor akan mengakibatkan perubahan pada faktor yang lain, misalnya perubahan 7
harga jual bisa berakibat perubahan volume penjualan dan sebagainya. Perubahan – perubahan tersebut dapat secara langsung dimasukkan dalam rumus perhitungan break even sehingga diperoleh tingkat break even yang baru, maupun digambarkan dalam grafik break even : •
Perubahan Biaya Tetap Perubahan jumlah biaya tetap akan mengakibatkan perubahan jumlah biaya secara keseluruhan pada berbagai tingkat penjualan akan berubah, dengan perubahan jumlah biaya maka besarnya penjualan pada tingkat break even akan berubah pula.
•
Kenaikan Biaya Variabel Dengan adanya kenaikan biaya variabel maka jumlah biaya juga akan berubah begitu pula besarnya penjualan pada tingkat break even juga akan berubah. Manajemen perusahaan dalam usahanya untuk meningkatkan penghasilan (penjualan) yang akhirnya diharapkan untuk menaikkan keuntungan dapat dilakukan dengan menaikkan harga jual. Tetapi harus diperhatikan dan perlu diadakan penelitian pasar akibat adanya kenaikan harga jual tersebut, sebab dengan adanya kenaikan harga jual dapat mengakibatkan penurunan volume penjualan yang akhirnya juga mengakibatkan perubahan besarnya break even.
•
Perubahan Komposisi Penjualan Analisa break even atau analisa biaya, volume dan laba yang diuraikan di muka selalu diterapkan untuk satu macam barang atau dengan anggapan bahwa perusahaan hanya memproduksi dan menjual satu macam barang atau secara total. Apabila perusahaan memproduksi atau menjual lebih dari satu macam barang, maka analisa break even dapat pula diterapkan untuk seluruh barang yang diproduksi atau dijual oleh perusahaan tersebut. Untuk maksud tersebut maka komposisi (perbandingan) antara barang – barang tersebut harus tetap sama baik dalam komposisi produksinya maupun penjualannya (product-mix dan sales-mix). Break even dalam keseluruhan atau total tidak berarti bahwa masing – masing produk harus dalam keadaan break even. Kemungkinan terjadi suatu macam produk menderita rugi sedang produk yang lain memperoleh keuntungan, 8
atau kemungkinan masing – masing produk tidak memperoleh laba ataupun menderita rugi. Apabila komposisinya berubah maka break evennya secara total akan berubah pula.
2.2
Tujuan Analisis Titik Impas / BEP
Penggunaan analisis BEP memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu : 1. Mendesain spesifikasi produk 2. Menentukan harga jual persatuan 3. Menentukan jumlah produksi atau penjualan minimal agar tidak mengalami kerugian 4. Memaksimalkan jumlah produksi 5. Merencanakan laba yang diinginkan
2.3
Manfaat analisis break even point
Disamping memiliki tujuan dan mampu memberikan manfaat yang cukup banyak bagi pemimpin perusahaan, yaitu : •
Sebagai dasar untuk merencanakan kegiatan operasional dalam usaha mencapai laba tertentu. Jadi dapat digunakan untuk perencanaan laba atau ”profit planning”
•
Sebagai dasar untuk mengendalikan kegiatan yang sedang berjalan, yaitu untuk alat pencocokan antara realisasi dengan angka – angka dalam perhitungan break even atau dalam chart break even atau sebagai alat pengendalian atau ”controlling”.
•
Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan harga jual, yaitu setelah diketahui hasil – hasil perhitungannya menurut analisa break even dan laba yang ditargetkan.
•
Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan dengan terlebih dulu melihat berapakah titik break even-nya.
•
Mengetahui jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
•
Mengetahui jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh tingkat keuntungan tertentu. 9
•
Mengetahui seberapa jauh berkurangnya penjualan.
•
Mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya, dan volume penjualan terhadap keuntungan.
BEP juga dapat digunakan dengan dalam tiga cara terpisah, namun ketiganya saling berhubungan, yaitu untuk: •
Menganalisa program otomatisasi dimana suatu perusahaan akan beroperasi secara lebih mekanis dan otomatis dan mengganti biaya variabel dan biaya tetap.
•
Menelaah impak dari perluasan tingkat operasi secara umum
•
Untuk membuat keputusan tentang produk baru yang harus dicapai jika perusahaan menginginkan BEP dalam suatu proyek yang diusulkan.
2.4
Kelebihan analisis BEP : 1. Alat perencanaan untuk hasilkan laba 2. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan. 3. Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan 4. Mengganti system laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti
2.5
kelemahan analisis BEP : •
Perlu asumsi, terutama mengenai hubungan antara biaya dengan pendapatan
•
Bersifat statis, artinya analisis ini hanya digunakan pada titik tertentu, bukan pada suatu periode tertentu.
•
Tidak digunakan untuk mengambil keputusan akhir, analisis BEP hanya baik digunakan jika ada penentuan kegiatan lanjutan yang dapat dilakukan.
•
Tidak menyediakan pengujian aliran kas yang baik, artinya jika aliran kas telah ditentukan melebihi aliran kas yang harus dikeluarkan, proyek dapat diterima danhal-hal lainnya dianggap sama.
10
•
Kurang memperhatikan resiko-resiko yang terjadi selama masa penjualan,misalnya kenaikan harga bahan baku.
2.6
Asumsi Break Event Point Komponen yang berperan pada BEP yaitu biaya, biaya yang dimaksud adalah biaya
variabel dan biaya tetap, dimana pada prakteknya untuk memisahkan atau menentukan suatu biaya itu biaya variabel atau tetap bukanlah pekerjaan yang mudah dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produksi jadi kalau tidak produksi maka tidak ada biaya ini. Asumsi dasar dalam analisa break event, antara lain : a. Biaya dapat diklasifikasikan kedalam komponen biaya variabel dan biaya tetap. b. Total biaya variabel berubah secara proporsional dengan volume produksi atau penjualan, sedangkan total biaya variabel per unit tetap konstan. c. Total biaya tetap tidak mengalami perubahan, meskipun ada perubahan volume produksi atau penjualan, sedangkan biaya tetap per unit akan berubah karena adanya perubahan volume kegiatan. d. Harga jual per unit tidak akan berubah selama periode melakukan analisa. e. Perusahaan hanya membuat dan menjual satu jenis produk. Jika membuat dan menjual lebih dari satu jenis produk, maka perbandingan penghasilan f. Penjualan antara masing-masing produk (disebut sebagai Sales Mix) akan tetap konstan. g. Kapasitas produksi pabrik relatif konstan. h. Harga faktor produksi relatif konstan. i. Efisiensi produksi tidak berubah. j. Perubahan pada persediaan awal dan akhir jumlahnya tidak berarti. k. Volume merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi biaya.
2.7
Break Even (Break Even Chart) Dalam penentuan titik break even dapat pula dilakukan dengan grafik atau bagan, dengan
grafik break even manajemen akan dapat mengetahui hubungan antara biaya, penjualan (volume penjualan) dan laba. Disamping itu dengan grafik break even manajemen dapat mengetahui besarnya biaya yang tergolong biaya tetap dan biaya variabel dan dengan grafik break even pula 11
manajemen akan dapat mengetahui tingkat – tingkat penjualan yang masih menimbulkan kerugian dan tingkat – tingkat penjualan yang sudah menimbulkan laba atau besarnya rugi atau laba pada suatu tingkat penjualan tertentu. Secara grafis titik break even ditentukan oleh persilangan antara garis total revenue dan garis total cost.
Grafik BEP
12
2.8
Margin Of Safety Margin of safety dalam hubungannya dengan analisis break
even yaitu untuk
menentukan seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian. Apabila hasil penjualan pada tingkat break even dihubungkan dengan penjualan yang dibudgetkan atau pada tingkat penjualan tertentu, maka akan diperoleh informasi tentang seberapa jauh volume penjualan boleh turun sehingga perusahaan tidak menderita rugi. Hubungan atau selisih antara penjualan yang dibudget atau tingkat penjualan tertentu dengan penjualan pada tingkat break even merupakan tingkat keamanan (margin of safety) bagi perusahaan dalam melakukan penurunan penjualan. Informasi tentang margin of safety ini dapat dinyatakan dalam ratio antara penjualan menurut budget dengan volume penjualan pada tingkat break even, atau dalam ratio dari selisih antara penjualan yang dibudgetkan dan penjualan pada tingkat break even dengan penjualan yang dibudgetkan itu sendiri, atau dengan rumus : M/S = (Budget sales – BEP)/ Budget sales Budget Sales adalah jumlah penjualan yang telah ditargetkan. Contoh Soal 1. Misal suatu perusahaan yang memproduksi televisi, mempunyai data biaya dan pendapatan sebagai berikut: Biaya tetap perusahaan, pertahun Rp. 1.000.000.000,Biaya Produksi, untuk tiap unit televisi Rp. 500.000,Harga Jual, untuk tiap unit televisi Rp. 1.000.000,Misal x unit utk mencapai breakeven 1.000.000 (x) = 1.000.000.000 + 500.000 (x) 500.000 (x) = 1.000.000.000,x = 2000 Berarti perusahaan akan mencapai BEP setelah menjual sebanyak 2000 unit televisi
13
2.9
Cara Perhitungan BEP
1. Rumus BEP Nilai (Rp) : FC BEP = 1 – VC P Keterangan : FC
: Biaya Tetap
P
: Harga jual per unit
VC
: Biaya Variabel per unit
2. Rumus BEP Unit : FC BEP = P – VC Keterangan : FC
: Biaya Tetap
P
: Harga jual per unit
VC
: Biaya Variabel per unit
Contoh Soal : Produksi dan penjualan
= 100.000 unit
Biaya yang dikeluarkan: Biaya variabel
= Rp. 40.000.000
Biaya tetap
= Rp. 24.000.000
Harga penjualan per satuan Rp. 1.000
14
Jawab :
Pengarauh Pajak Pada BEP : Contoh soal : Laba sebelum pajak (100%) Pajak (40%)
= Rp. 24.000.000 = Rp. 9.600.000
Laba Bersih (60%)
= Rp. 14.400.000
Laba bersih
= laba sebelum pajak – pajak
Pajak
= laba sebelum pajak x rate pajak
Laba bersih
= laba sebelum pajak – (laba sebelum pajak x rate pajak)
Laba bersih
= laba sebelum pajak (1 – rate pajak)
Laba sebelum pajak
= laba bersih : (1 – rate pajak)
Contoh Soal : PT AYO MAJU memproduksi dan menjual tas. Kapasitas per tahun 10.000 unit. Biaya tetap per tahun Rp. 30 juta. Harga jual tas per unit Rp. 10.000. Laba bersih setelah pajak 20% jika terjual sesuai kapasitas Rp. 24 juta Pertanyaan: hitunglah BEP dalam unit dan rupiah
15
Jawab :
BEP Produk Jamak Dalam rupiah
Dalam unit
16
Contoh Soal :
Jawab:
17
18
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan Break even point adalah suatu keadaan dimana pada tingkat penjualan tertentu
perusahaan tidak memperoleh untung, atau menderita rugi. Salah satu keuntungan mengetahui BEP ini untuk perencanaan keuntungan dan Pengamanan Perusahaan. Suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan. Impas menunjukkan keadaan di mana jumlah penjualan = jumlah biaya untuk memperoleh hasil tersebut. Laba akan diperoleh jika produksi dan penjualannya melampaui titik impas. Cara ini digunakan jika perusahaan hanya menghasilkan satu macam barang atau beberapa macam barang dengan bauran penjualan yang konstan. Dalam penentuan titik break even dapat pula dilakukan dengan grafik atau bagan, dengan grafik break even manajemen akan dapat mengetahui hubungan antara biaya, penjualan (volume penjualan) dan laba. Disamping itu dengan grafik break even manajemen dapat mengetahui besarnya biaya yang tergolong biaya tetap dan biaya variabel dan dengan grafik break even pula manajemen akan dapat mengetahui tingkat – tingkat penjualan yang masih menimbulkan kerugian dan tingkat – tingkat penjualan yang sudah menimbulkan laba atau besarnya rugi atau laba pada suatu tingkat penjualan tertentu. Secara grafis titik break even ditentukan oleh persilangan antara garis total revenue dan garis total cost.
19
DAFTAR PUSTAKA
akuntan-si.blogspot.com fitrikusumawaty.blogspot.com wizii.blogspot.com sulistyo-widodo.blogspot.com https://sites.google.com
20