BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Depresi merupakan gangguan psikiatri yang banyak ditemukan, terjadi pada sekitar 14 juta orang dewasa di Amerika Serikat setiap tahunnya. Prevalensi depresi
di
Amerika
Serikat diperkirakan sebesar 16 % pada orang dewasa (21% wanita, 13% pria), atau lebih dari 32 juta orang. Gejala utama depresi
yaitu afek
depresif,
kehilangan
minat
dan
kegembiraan serta berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan
menurunnya
aktivitas. Sedangkan Gejala lainnya berupa konsentrasi dan perhatian
berkurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna, dan d an pandangan masa depan yang suram dan pesimistis, gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu dan nafsu makan terganggu.Ppdgj. Gejalagejala depresi adalah ad alah perasaan kesedihan yang yan g berlebihan, putus asa, dan keputusasaan, serta ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas seperti biasa, perubahan pola tidur dan nafsu nafsu makan, kehilangan energi, dan pikiran untuk bunuh diri. Antidepresan terbagi
menjadi beberapa
golongan, yaitu triciklic antidepressants
(TCA), selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI), (SSR I), serotonin/norepinephrine reuptake inhibitors (SNRI), atypical antidepressants, dan monoamine
oksidase inhibitors (MAOI).
Perbedaan jenis antidepresan membedakan efektivitas, keamanan keaman an dan efek samping oleh karena itu pemilihan antidepresan berdasarkan beberapa kriteria, antara lain, tolerabilitas, reaksi obat sebelumnya, kondisi medis yang menyertai, interaksi obat dan faktor harga yang sesuai dengan kemampuan pasien.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Anti Depresan
Antidepresan terutama digunakan untuk mengobati depresi, gangguan obsesifkompulsif, gangguan ansietas menyeluruh, men yeluruh, gangguan panik, gangguan gang guan fobik dan pada kasus tertentu, enuresis nokturnal (antidepresn trisiklik) dan bulimia nervosa (fluoxetine). Penggolongan obat antidepresan yaitu sebagai berikut :
Pengaruh
antidepressan
pada
neurotransmitter
biogenik
amin
memiliki
mekanisme yang berbeda pada setiap golongan golon gan antidepressan. Terapi jangka jangk a panjang dengan obat-obat tersebut telah membuktikan pengurangan reuptake norepinephrine atau serotonin atau keduanya, penurunan jumlah reseptor beta pascasinaptik, dan berkurangnya pembentukan cAMP. katzung
Gambar : skema kema diagr am kemungki nan tempat tempat kerj a obat anti depres depress san
2.2 ANTIDEPRESI TRISIKLIK/POLISIKLIK
Anti depresan d epresan trisiklik merupakan anti depresan generasi pertama untuk mengatasi pasien depresi. Belakangan ini kedudukan antidepresan trisiklik telah digeser oleh anti depresan baru karena ditolerir dengan lebih baik dan faktor keamanan. Pemberian antidepresan trisiklik secara oral diserap dengan baik dan level puncak dalam plasma dicapai setelah 2-6 jam, namun reaksi klinik optimum setelah 2-4 minggu pemberian.puskes Antidepresan trisiklik dan polisiklik p olisiklik menghambat ambilan neropinefrin dan serotonin
ke
neuron.
Terapi
jangka
panjang
menyebabkan
perubahan
dalam
reseptor-reseptor sistem saraf pusat tertentu. Obat penting dalam grup ini adalah imipramin, amitriptilin, desipramin, suatu derivat demetilasi imipramin, nortriplin, protriptilin dan doksepin. Amoksapin dan maprotilin disebut “generasi kedua” untuk membedakannya dengan den gan antidepresan trisilik yang lama. Obat generasi kedua ini
mempunyai
kerja
yang
sama
dengan
imipramin,
meskipun memperlihatkan
farmakokinetik yang sedikit berbeda. Semua antidepresan trisiklik (TCA) memiliki efek terapi te rapi yang sama dan pilihan tergantung pada toleransi efek samping dan lama kerja obat. Pasien yang tidak responsif dengan salah satu TCA dapat diberikan pilihan obat lain dalam golongan ini. 2.3 AMITRIPTYLINE Amitriptilin merupakan derivate dibenzosikloheptadin yang merupakan antidepresi trisiklik karena struktur kimianya. Golongan obat ini bekerja dengan menghambat ambilan kembali neurotransmitter di otak. Antidepresan trisiklik lebih baik dibanding senyawa penghambat penghambat monoamin monoamin oksidase dan menimbulkan menimbulkan efek samping yang lebih rendah. Efek samping tersebut antara lain adalah mulut kering, mata kabur, konstipasi, takikardia dan hipotensi.
2.4 GUGUS KIMIA
2.4 FARMAKOKINETIK
Efek jangka pendek obat trisiklik dan tetrasiklik adalah untuk menurunkan ambilan kembali norepinefrin dan serotonin dan menghambat reseptor asetilkolin muskarinik dan histamin. Trisiklik dan tetrasiklik adalah bervariasi dalam hal efek farmakodinamiknya. Amoxapine, nortriptyline, desipramine, dan maprotiline memiliki aktivitas antikolinergik yang paling kecil; doxepine memiliki aktivitas antihistaminergik yang paling besar; clomipramine adalah trisiklik dan tetrasiklik yang paling selektif
serotonin dan seringkali dimasukkan dengan inhibitor ambilan kembali spesifik serotonin (SSRI) seperti fluoxetine (Prozac). Pemberian jangka panjang obat risiklik dan tetrasiklik menyebabkan penurunan jumlah reseptor adrenergik-β adrenergik-β dan, kemungkinan, penurunan yang serupaa dalam dalam jumlah reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2). 2.5 FARMAKODINAMIK FARMAKODINAMIK
Amitriptilin bekerja dengan cara menghambat ambilan kembali (reuptake) neuron transmitter seperti norepinefrin dan serotonin di ujung saraf pada sistem saraf pusat. Berdasarkan struktur kimianya, obat antidepresi golongan trisiklik pada gugus metilnya terdapat perbedaan potensi dan selektivitas selektivitas hambatan hambatan ambilan kembali berbagai neurotransmitter. neurotransmitter. Amin sekunder yang menghambat ambilan kembali norepinefrin dan amin tertier menghambat ambilan kembali serotonin pada sinap neuron.
Gambar Gambar mekanisme mekanisme kerja obat obat amitr ipti li n
1. Menghambat uptake neurotransmiter: TCA menghambat ambilan norepinefrin dan
serotonin
neuron masuk ke terminal saraf prasinaptik. Dengan menghambat jalan utama
pengeluaran pengeluaran neurotransmiter, neurotransmiter, TCA akan meningkatkan meningkatkan konsentrasi monoamin dalam celah sinaptik, menimbulkan efek antidepresan. Teori ini dibantah karena beberapa pengamatan seperti potensi TCA menghambat ambilan neurotransmiter n eurotransmiter sering tidak sesuai se suai dengan efek antidepresi
yang dilihat di d i klinik.
Selanjutnya, penghambatan pen ghambatan ambilan neurotransmiter neurotrans miter
terjadi segera se gera setelah pemberian obat ob at sedangkan efek antidepresan TCA memerlukan beberapa
waktu
setelah
pengobatan
terus menerus.
Hal
ini
menunjukkan menunjukkan
ambilan
neurotransmiter neurotransmit er yang menurun menur un hanyalah satu peristiwa awal yang tidak ada hubungan dengan efek antidepresan. Diperkirakan Di perkirakan bahwa densitas reseptor r eseptor monoamin monoami n dalam otak dapat berubah beru bah setelah 2-4 minggu penggunaan pen ggunaan obat ob at dan mungkin penting p enting dalam mulainya kerja obat. 2. Penghambatan reseptor: TCA juga menghambat reseptor serotonik, adrenergik, histamin
dan muskarinik. TCA meningkatkan pikiran, memperbaiki kewaspadaan mental,meningkatkan aktivitas fisik dan
mengurangi
angka
kesakitan
depresi
utama sampai 5O-70% pasien. Peningkatan
perbaikan alam pikiran lambat, memerlukan memerlukan 2
minggu atau lebih. Obat-obat ini tidak
menyebabkan stimulasi sti mulasi SSP atau peningkatan pikiran pi kiran
pada orang normal. n ormal. Toleransi Tol eransi
terhadap sifat sif at antikolinergik antikolin ergik TCA berkembang berkemban g dalam waktu singkat. Beberapa Beb erapa toleransi toleran si terhadap efek autonom TCA juga terjadi. Ketergantungan fisik dan psikologik telah dilaporkan. Obat dapat digunakan untuk memperpanjang pengobatan depresi tanpa kehilangan efektivitas. 2.7 INDIKASI
Antidepresan
trisiklik
efektif
mengobati
depresi d epresi
mayor
yang
erat. erat . Beberapa
gangguan panik juga responsif dengan TCA. Indikasi TCA yaitu untuk depresi berat termasuk depresi psikotik kombinasi dengan pemberian pemberian antipsikotik, depresi melankolik dan beberapa jenis ansietas. ansietas.
2.8 CARA PEMBERIAN
Pemberian TCA dimulai dengan dosis rendah yang ditingkatkan secara bertahap setelah 7-10 hari tidak ada reaksi. Bila setelah 2 minggu masih tidak ada reaksi, dosis boleh ditingkatkan lagi. Reaksi klinik mungkin terlambat dan dicapai setelah 4 minggu pemberian. Pada usia lanjut dan pasien dengan gagal ginjal dan hepar, berikan
dalam dosis
kecil dan titrasi titr asi
yang lebih lebi h bertahap untuk unt uk
meminimalkan toksisitas. Penghentian obat secara mendadak dapat menyebabkan fenomena rebound pada efek samping kolinergik, kolinergik, oleh karena itu
turunkan dosis secara bertahap sebanyak 25-50 mg
setiap 3-7 hari. puskes
Tabel: Tabel: Gambaran Gambaran obat obat anti depre depres san tr isikl ik
PENGATURAN DOSIS :
Dalam pengaturan dosis perludipertimbangkan. Onset efek Primer : sekitar 2-4 minggu.Onset efek sekunder : sekitar 12-24 jam.Waktu paruh : 12 – 12 – 48 48 jam (pemberian 12 x/hari.
Ada 5 proses dalam pengaturan dosis : 1. .Initiating Dosage (test dose) untuk mencapai dosis anjuran selamaMinggu I.
Misalnya, Amitriptyline 25 mg/hari 1 dan 250 mg/h = hari 3 dan 4100 mg/h = hari 5 dan hari 6 . 2. Titrating Dosage (optimal dose) mulai dosis anjuran sampai mencapaidosis
efektif dosis optimal.
Misalnya Amitriptyline 150 mg/hari 7 s/d14 (minggu II). Minggu III : 200 mg/h minggu IV : 300 mg/h3. 3. Stabilizing Dosage (stabilization dose) dosis optimal yangdipertahankan selama
2-3 bulan. Misalnya Amitriptyline 300 mg/h dosisoptimal selama 2-3 bulan diturunkan sampai dosis pemeliharaan. 4.
Maintaining Dosage (maintainance dose) selama 3-6 bulan. Biasanya dosis
pemeliharaan ½ dosis optimal. Misalnya, Amitriptyline 150 mg/h selama 3-6 bulan 5.
Tapering Dosage (tapering dose) selama 1 bulan. Kebalikan dariproses “
initating dosage Misalnya, Amitriptyline 150 mg/h100 mg/h (1minggu)75 mg/h (1 minggu), 75 mg/h 50 mg/h (1 minggu), 50 mg//h25 mg/h (1 minggu)
Dengan demikian obat anti-depresi dapat diberhentikan total. Kalau kemudian Sindrom Depresi kambuh lagi, proses dimulai lagi dari awal dan seterusnya.Pada dosis pemeliharaan dianjurkan dosis tunggal pada malam hari (singledose one hour before sleeping ) untuk golongan Trisiklik dan Tetrasiklik. Untuk golongan SSRI diberikan dosis tunggal pada pagi hari setelah sarapan
Lama Pemberian : Pemberian Obat Anti-Depresi dapat dilakukan dalam jangka panjang oleh karena “addiction potential”nya sangat minimal.
Perhatian khusus :
Kegagalan terapi obat anti-depresi pada umumnya disebabkan :
Kepatuhan pasien menggunakan obat (compliance), yang dapat hilangoleh karena adanya efek samping, perlu diberikan edukasi dan informasi
Pengaturan dosis obat belum adekuat
Tidak cukup lama mempertahankan dosis optimal
Dalam menilai efek obat terpengaruh oleh persepsi pasien yang tendensinegatif, Sehingga penilaian menjadi “bias”
2.9 INTERAKSI OBAT
2.10 EFEK SAMPING
1. Efek antimuskarinik : Penghambatan Penghambat an reseptor res eptor asetilkolin as etilkolin menyebabkan penglihatan kabur ,xerostomi (mulut kering), retensi urine, konstipasi dan memperberat glaukoma dan epilepsi. 2. Kardiovaskular: Peningkatan
aktivitas
katekolamin
menyebabkan
stimulasi iantung
berlebihan yang dapat membahayakan membahayakan jika takar lajak dari salah satu obat dimakan. Perlambatan konduksi atrioventrikular di antara pasien tua yang depresi perlu mendapat Perhatian. 3. Hipotensi
ortostatik :
TCA
menghambat
reseptor a-adrenergik a-adrenergi k
sehingga terjadi
hipotensi ortostatik dan takikardia yang refleks. Pada praktik klinik, masalah ini sangat penting terutama terutama untuk untuk orang tua. 4. Sedasi: Sedasi dapat menonjol,terutama meno njol,terutama selama s elama beberapa minggu ming gu Pertama Pengobatan. 5. Perhatian: Antidepresan
trisiklik
harus
digunakan
berhati-hati
pada pasien mania
depresi, karena dapat menutupi tingkah maniak. Pemberian pada pasien usia lanjut dan penderita kondisi medis lain khususnya penderita jantung juga harus berhati-hati. Usia lanjut sangat sensitif terhadap ter hadap efek samping s amping berkaitan berkait an dengan interaksi interaks i TCA dengan reseptor kolinergik dan d an alpha adrenergik adrener gik sehingga menyebabkan menyebab kan pasien jatuh j atuh dan patah tulang.Antidepresan tulang.Antidepresan trisiklik mempunyai mempunyai indeks terapi yang sempit sehingga berbahaya bila mengalami mengalami overdosis;puskes overdosis;puskes dan juara. misalnya 5-6 kali
dosis
maksimal harian h arian imipramin dapat letal. letal . Pasien depresi yang ingin ingi n bunuh bunu h diri harus diberikan obat secara terbatas dan perlu dimonitor.
.
.
BAB III KESIMPULAN
Sindrom depresi disebabkan oleh defisiensi relatif salah satu atau beberap a “aminergik neurotransmitter” (noreadrenaline, serotonin, dopamine) pada sinaps neuron di susunan saraf pusat (khususnya pada sistem limbik). Mekanisme obat antidepresi adalah menghambat re-uptake aminergik neurotransmitter dan menghambat penghancuran oleh enzim monoamine oxidase sehingga terjadi peningkatan jumlah aminergic neurotransmitter pada sinaps neuron di susunan saraf pusat. Efek samping samping obat antidepresi dapat berupa sedasi, efek kolinergik, efek anti-adrenergik alfa dan efek neurotoksis. Antidepresan trisiklik dan polisiklik menghambat ambilan neropinefrin dan serotonin ke neuron. Terapi jangka panjang menyebabkan men yebabkan perubahan p erubahan dalam reseptor-reseptor sistem saraf pusat tertentu. Obat penting dalam grup ini adalah imipramin, amitriptilin, desipramin,suatu derivat demetilasi imipramin, nortriplin, protriptilin dan doksepin. Amitriptilin merupakan derivate dibenzosikloheptadin yang merupakan antidepresi trisiklik karena struktur kimianya. Golongan obat ini bekerja dengan menghambat ambilan kembali neurotransmitter di otak.Sediaan tablet 25 mg dan larutan injeksi 100 mg/100 ml. Efek samping antara lain adalah efek sedative, mulut kering, mata kabur, konstipasi, takikardia dan hipotensi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Richard F, Michelle C, and Luigi C. Antidepressants;
in Lippincott's Illustrated
Reviews: Pharmacology. Harvey AR and Champe PC. 4th Edition. Philadelphia Lippincott Williams & Wilkins. 2009. p. 142-50. 2. Kaplan, Harold I, Benjamin J. Sadock dan Jack J ack A. Grebb. Gangguan Delusional. Dalam: synopsis psikiatri. Jilid satu. Jakarta: Binapura Aksara; 2010. hal. 833-53. 3. Gunawan SG, Setabudy R, Nafrialdi, dan Elysabeth. Farmakologi dan terapi. Edisi kelima. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. 2007. hal. 171-7 4. Departemen Kesehatan Ditjen Bina Pelayanan Medik Direktorat Bina Pelayanan Pela yanan kesehatan Jiwa. Buku pedoman pelayana kesehatan jiwa di fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan Ditjen Bina Pelayanan Medik Direktorat Bina Pelayanan kesehatan Jiwa.2006. hal. 59-64. 5. Elvira SdD dan Hadisukanto G. Buku Buku ajar psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. 2010. hal. 356-60. 6. Puri BK, Laking PJ, dan Treasaden IH. Buku ajar psikiatri. Edisi ke-dua. Jakarta: EGC. 2011. hal. 37 7. Maslim R. Panduan praktis penggunaan pen ggunaan klinis obat psikotropik. Jakarta. Jak arta. 2007. Hal.22-8. 8. Maslim R. Buku saku diagnosis diagnosis gangguan jiwa. Jakarta: Nuh jaya. jaya. 2003. hal.64. 9. Hollister LE. Obat antidepresan. a ntidepresan. Dalam: Farmakologi dasar dan klinik. kli nik. Katzung BG. Edisi ke-enam.1998. Jakarta: EGC. hal. 467-77.