BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Belakang
Eksostosis merupakan penonjolan tulang yang dapat terjadi pada rahang baik pada mandibula maupun maup un pada maksila1. Penonjolan tulang (eksostosis) adalah suatu suatu pertumb pertumbuhan uhan benigna benigna jaringantulang yang keluar dari permukaan tulang. Etiologi Etiologi belum diketahui secara pasti tetapi beberapa ahli menduga terjadi karena adanya inflamasi pada tulang. Pembedahan diindikasikan pada eksostosis baik yang terjadi karena pertumbuhan yang berlebihan ataupun yang terjadi karena hasil resorbsi linggir yang menimbulkan gangguan pembuatan gigi tiruan2. Pato Patogen genesi esiss dari dari penon penonjol jolan an tulan tulang g ini masih masih diper diperdeb debatk atkan an,, dapat dapat dipengaruhi oleh faktor genetik misalnya umur dan jenis kelamin atau faktor lingk lingkung ungan an misal misalnya nyatr traum aumaa setel setelah ah penca pencabut butan an gigi gigi dan teka tekanan nan kunya kunyah h3. Penonjolan tulang berhubungan dengan meningkatnya umur dan jenis kelamin, hal ini bisa dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh ree !ainkitti"ong dkk (2###) menunjukkan pre"alensi penonjolan tulang tertinggi terjadi pada umur $# tahun dan pada kelompok umur yang lebih tua yaitu sebesar 21,%&. 'istribusi penonjolan tulang berdasarkan jenis kelamin didapat bahasanya lakilaki lebih banyak dibandingkan diban dingkan dengan den gan perempuan dengan perbandingan perban dingan 1,$$*12. +ementara itu dari penelitian yang dilakukan oleh iras dkk (2##$) dan +aair dkk (2##-) menunju menunjukkan kkan baha baha tidak tidak ada perbedaa perbedaan n pre"alen pre"alensi si penonjol penonjolan an tulang tulang yang signifikan antara lakilaki dan perempuan,/. Penon enonjo jola lan n
tula tulang ng umum umumny nyaa
lebi lebih h
bany banyak ak terj terjad adii
pada pada maksi aksila la
dibandingkan dengan mandibula dengan perbandingan /,1*12. Penonjolan tulang juga dapat terjadi setelah pencabutan gigi. Penonjolan ini harus dihilangkan untuk u ntuk persiapan pemakaian gigi tiruan. pabila tidak dihilangkan, akan mempengaruhi jaringan lunak, stabilitas gigi tiruan, retensi gigi tiruan, adaptasi gigi tiruan dan dapat mengganjal basis gigi tiruan sehingga harus dihilangkan dengan tindakan bedah. 0indakan bedah yang dilakukan untuk persiapan pemakaian gigi tiruan disebut bedah preprostetik. 0ingginya 0ingginya angka pencabutan gigi yang terjadi saat ini
1
dan meningka meningkatnya tnya penduduk penduduk berumur berumur lanjut, lanjut, meningka meningkatkan tkan kebutuha kebutuhan n akan bedah preprostetik yang salah satu tindakannya tindak annya adalah al"eolektomi al"e olektomi$. l"eole l"eolektom ktomii adalah adalah salah salah satu bedah bedah preprost preprostetik etik.. edah edah preprost preprosteti etik k merupak merupakan an tindakan tindakan bedah bedah minor minor yang bertujua bertujuan n memperb memperbaiki aiki keadaan keadaan tulang tulang al"eolar al"eolar rahang agar agar dapat dapat menjadi menjadi lebih baik untuk penempa penempatan tan gigi tiruan. tiruan. 0ujuan ujuan dilak dilakuka ukan n bedah bedah prepro preproste steti tik k adala adalah h untuk untuk menda mendapat patka kan n gigi gigi tiruan tiruan dengan retensi, stabilisasi, estetik dan fungsi yang lebih baik %. Pada kasuskasus tertentu, sebelum pembuatan pembuatan gigi tiruan perlu dilakukan dilakukan al"eolektomi agar plat gigi tiruan dapat menempel dengan kuat. 0idak semua pasien yang ingin memasang gigi tiruan perlu dilakukan al"eolektomi. leh karena karena itu, itu, perlu perlu diketahu diketahuii berbagai berbagai indikasi indikasi dan kontrai kontraindik ndikasi asi dilakuk dilakukanny annyaa al"eolek al"eolektom tomi. i. +elain +elain itu, itu, prosedur prosedur pembedah pembedahan an al"eolek al"eolektomi tomi merupak merupakan an hal penting yang perlu diketahui seorang dokter gigi. 'engan mengetahui prosedur pembedahan yang benar dapat menghindari berbagai komplikasi yangmungkin terjadi. edikasi yang diperlukan selama proses al"eolektomi juga penting untuk diketahui agar dapat menghindari kondisi kegaatdaruratan dan mempercepat penyembuhan luka bedah b edah4,-.
1.2 Rumusan Rumusan Masalah Masalah
erdasarkan erdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka dapat ditarik suatu permasalahan yang dapat dilaporkan yaitu bagaimana cara penatalaksanaan al"eolektomi yang sesuai dengan standar operasional pekerjaan. 1.3 Tujuan ujuan 1.3.1 Tujuan ujuan Umum Umum
5ntuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan penatalaksanaan al"eolektomi yang sesuai dengan standar operasional pekerjaan. 1.3.2 Tujuan ujuan husus husus
0ujuan 0ujuan khusus dari laporan laporan kasus kasus ini adalah* adalah* untuk untuk mengetah mengetahui ui bagaimana
penatalaksanaan
dari
pasien
yang
akan
dilakukan
al"eolektomi al"eolektomi pada regio 3, 2,1, 2,1, 31, 32 yang akan dilakukan dilakukan oleh oleh mahasisa profesi fakultas kedokteran gigi 5ni"ersitas aiturrahmah Padang.
2
1.! Man"aat
anfaat laporan kasus ini adalah laporan kasus ini diharapkan dapat memberi informasi yang bermanfaat mengenai penatalaksanaan al"eolektomi yang sesuai dengan standar operasional pekerjaan.
BAB II TIN#AUAN PU$TAA
3
2.1 Al%e&lekt&m'
l"eolektomi adalah suatu tindakan pembuangan sebagian prosesus al"eolaris yang tajam atau menonjol untuk mempersiapkan bentuk yang dapat memberikan dukungan yang baik bagi gigi tiruan-. +etelah pencabutan gigi, sangat penting dilakukan pembentukan kembali prosesus al"eolaris untuk mempersiapkan tempat bagi gigi tiruan yang akan dibuat. pabila tidak dilakukan, akan menghasilkan puncak lingir yang tidak beraturan, undercut dan penonjolan tulang. pabila tidak dihilangkan sebelum pemakaian gigi tiruan, akan menimbulkan kerusakan pada jaringan lunak dan stabilitas retensi gigi tiruan$. l"eolektomi
adalah
suatu
tindakan
bedah
yang
radikal
untuk
mereduksi6mengambil prosesus al"eolaris sehingga bisa dilakukan aposisi mukosa, yaitu suatu prosedur yang dilakukan untuk mempersiapkan linggir. 0indakan pengurangan dan perbaikan tulang al"eolar yang menonjol atau tidak teratur serta menghilangkan undercut yang dapat mengganggu pemasangan gigi tiruan dilakukan dengan prinsip mempertahankan tulang yang tersisa semaksimal mungkin. +eringkali seorang dokter gigi menemukan sejumlah masalah dalam pembuatan gigi tiruan yang nyaman alaupun kondisi tersebut dapat diperbaiki dengan prosedur bedah minor. Penonjolan tulang atau tidak teratur dapat menyebabkan gigi tiruan tidak stabil yang dapat mempengaruhi kondisi tulang dan jaringan lunak dibaahnya%.
2.2 Tujuan Al%e&lekt&m'
0ujuan al"eolektomi adalah1# * 1. embuang ridge al"eolus yang tajam dan menonjol. 2. embuang
tulang
interseptal
yang
sakit
seaktu
dilakukan
gingi"ektomy. 3. 5ntuk membuat kontur tulang yang memudahkan pasien dalam melaksanakan pengendalian plak yang efektif. . 5ntuk membentuk kontur tulang yang sesuai dengan kontur jaringan gingi"al setelah penyembuhan.
4
/. 5ntuk memudahkan penutupan luka primer. $. 5ntuk membuka mahkota klinis tambahan agar dapat dilakukan restorasi yang sesuai.
2.3 In('kas' (an &ntra'n('kas' Al%e&lekt&m')*11 2.3.1 In('kas' Al%e&lekt&m'
a. Pada intra oral tampak tonjolan tulang tajam pada prosesus al"eolarissetelah pencabutan gigi. b. danya tonjolan pada prosesus al"eolaris yang terasa sakit apabila ditekan akibat proses pencabutan gigi. c. !aringan hipertopi. d. 7ondisikondisi patologi. 2.3.2 &ntra'n('kas' Al%e&lekt&m'
a. 0ulang kortikal yang tipis. b. Pasien dengan penyakit sistemik. c. Periostitis. d. Periodontitis, merupakan penyakit periodontal yang parah, yang mengakibatkan kehilangan tulang.
2.! $+arat , $+arat +ang D'-enuh' -a(a T'n(akan Al%e&lekt&m' 11 1. Pengambilan tulang tidak boleh terlalu banyak dan sedapat mungkin
mempertahankan tulang kortikal, sebab bila tulang kortikal terlalu banyak diambil dapat mempercepat terjadinya resorbsi tulang al"eolar tersebut. 2. agian tulang pendukung gigi tiruan cukup banyak yang tinggal. 3. 7ondisi umum pasien baik.
2. Pr'ns'- Be(ah11
+eorang yang akan melakukan tindakan bedah mulut harus mempunyai pengetahuan dasar, terutama mengenai anatomi, fisiologi, patologi, farmakologi dan sebagainya. Prinsip untuk dapat melakukan pekerjaan dengan sebaikbaiknya yang terpenting yaitu*
5
1.
'iagnosa yang tepat 0anpa mengetahui diagnosa yang tepat, kita tidak akan dapat melakukan terapi yang baik, alaupun ada berbagai macam cara pengobatan tetapi diagnosa yang tepat hanya satu.
2.
8encana peraatan +etiap
rencana
peraatan
disusun
sedemikian
rupa
dengan
mempertimbangkan keadaan lokal, kesehatan umum dan sosial ekonomi dari pasien. 8encana peraatan tidak terlepas dari pada peraatan pasca bedah. 'ari hasil pemeriksaan akan keluar empat macam hasil rencana peraatan yang akan dilakukan yaitu9 a. bser"asi (diamati selanjutnya). b. Peraatan konser"atif (diraat secara konser"atif dengan pengobatan saja). c. Pembedahan (diambil tindakan operasi). d. 7onsultasi (dikirim ke sejaat yang lebih ahli untuk ditindak lebih lanjut). 3. Peraatan secara pembedahan Pada tindakan operasi harus diikuti syaratsyarat sebagai berikut * a. sepsis b. Atraumatic-surgery c. emenuhi tata kerja yang teratur. . Peraatan pasca bedah Peraatan pasca bedah atau peraatan sesudah operasi yang baik akan mencegah terjadinya komplikasi sesudah operasi.
2.) Pr'ns'- Pem/uatan 0la-
7esalahan yang umum terjadi adalah tidak memadainya jalan masuk karena kurang besarnya flap. leh karena itu prinsipprinsip mendesain flap merupakan salah satu masalah penting dan perlu diperhatikan dengan baik. 'engan jalan masuk yang adekuat, pemisahan atau pemotongan terkontrol dari gigi akan dapat dilakukan dengan rute yang pasti tanpa halangan. 7eterampilan dalam melakukan pembedahan gigi dicapai melalui pengalaman klinik yang lama.
6
eberapa pengalaman terbaik diperoleh melalui kemampuan memecahkan masalah dengan pemikiran dan perencanaaan yang hatihati1#. entuk dari flap sangat mempengaruhi dalam keberhasilan pembedahan, dimana ada 3 macam bentuk flap yang dapat dibuat dan flap yang akan dibuat tergantung dari daerah operasi dan besar lesi yang akan diambil. 3 macam bentuk flap tersebut yaitu11* a. +emiluner b. 0rapesium c. +egitiga
lap +emiluner
lap 0rapesium
lap +egitiga :ambar 1. acammacam bentuk flap(+umber * !ames, 8. 2#1/.Principles of more comple; e;odontia. Journal Oral and Maxillofacial surgary )
7etiga bentuk ini dibuat tergantung dari pada daerah operasi dan besar bagian yang akan diambil. pabila tepi gingi"a dari pada gigi termasuk dalam daerah flap, maka harus diinsisi dan tidak boleh diangkat begitu saja. 5ntuk melepaskan flap harus dengan gerakan yang halus. Pekerjaan yang tidak rapi akan menimbulkan trauma dan akan menyebabkan penyembuhan yang lama dan tidak sempurna, dengan cara bekerja yang atraumatik akan dapat mempertahankan aliran darah dari flap, sehingga flap akan terhindar dari terjadinya nekrose11.
7
a.
Penyembuhan dari flap tidak tergantung dari besarnya tetapi tergantung daricara bagaimana membuka flap dan bagaimana kita bekerja.
b.
Pada aktu melakukan insisi serta pada aktu pembukaan flap, harus diperhatikan jangan sampai merusak ner"us, karena dapat menyebabkan terjadinya rasa kebas, biru serta paralise.
c.
=nsisi pada jaringan lunak, misalnya mukosa pipi, lidah, palatum mole, atau dasar mulut tidak boleh tegak lurus dan dalam
+yarat dalam pembuatan desain flap adalah1# * a.
asis lebih besar dibandingkan tepi bebasnya (insisi tambahan harus serong).
:ambar 2. . =nsisi serong tambahan yang desainnya kurang tepat sehingga mempunyai basis apikal yang sempit. . =nsisi serong tambahan yang dilakukan dengan benar, sehingga diperoleh basis yang lebih lebar untuk meningkatkan suplay darah ke flap (+umber* Pederson, 1--$)
b.
empertahankan suplai darah (insisi sejajar dengan pembuluh darah untuk memberikan "askularisasi).
c.
d.
e.
Persyarafan 'esain diusahakan menghindari saraf yang terletak didalam terutama ner"us mentalis.
f.
Pendukung 0empatkan tepi sedemikian rupa sehingga terletak di atas tulang (lebih kurang 3 mm dari tepi tulang yang rusak).
g.
5kuran
8
5kuran flap seharusnya lebih besar dan jangan terlalu kecil serta diperluas terlalu berlebihan. h.
7etebalan 5ntuk flap periostal, periostum diambil secara menyeluruh jangan sampai terkoyak dan pada aktu mengangkat flap jangan sampai tersobek.
2. Penjah'tan 2..1 Pr'ns'-,Pr'ns'- #ah'tan
7esalahan umum pada penjahitan adalah menempatkan terlalu banyak jahitan dan pengikatan yang terlalu kencang. !ahitan adalah benda asing karena itu makin sedikit jahitan makin kecil trauma dan makin sedikit reaksi jaringan. !ahitan yang diikat terlalu kencang akan menghalangi suplai darah dan mengurangi drainase. Penempatan jahitan intra oral, lebih baik hasilnya kalau berpegang pada aturan berikut* secara umum jahitan dimulai dari posterior ke anterior (dari jauh ke dekat), dari jaringan yang tidak melekat ke jaringan yang cekat, apabila memungkinkan tepat menempel tulang1#. 2..2 #arum (an Benang #ah't12
!arum jahit tersedia dalam beragam bentuk, diameter, dan ukuran. +ecara umum, jarum jahit terdiri atas tiga bagian, yaitu needle point , needle body, dan swaged (press-fit) end . Needle point berbentuk tajam dan berfungsi untuk penetrasi kedalam jaringan. Body merupakan bagian tengah dari jarum jahit.+edangkan swaged (press-fit) end merupakan
bagian tempat menempelnya
digunakan
untuk
menutup
luka
insisi
benang.
!arum
jahit
pada
mukosa
dan
biasanyaberbentuk round atau triangular. !arum jahit biasanya terbuat dari besi tahan karat ( stainless steel ) yang kuat dan fleksibel.
9
:ambar 3. natomi !arum !ahit ( +umber* Pratidina, . <. 2#1/.)
ahan material benang jahit dapat diklasifikasikan menurut jenis material menjadi dua, yaitu absorbable dan non-absorbable. erdasarkan jumlah benang, juga dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu monofilament dan multifilament . +elain itu dapat pula diklasifikasikan berdasarkan asalnya, yaitu alami dan sintetik. enang absorbable adalah jenis benang yang dapat dicerna oleh en>im atau dapat dihidrolisis oleh tubuh. enang jenis absorbable dapat dibagi atas alami dan sintetik. !enis benang absorbable yang terbuat dari bahan alami adalah catgut collagen cargille membrane !angaroo tendon dan fascia lata. !enis benang absorbable yang terbuat dari bahan sintetik adalah polyglicolic acid (dexon) polyglactic acid ("icryl ) polydioxanone (P'+) dan polytrimet#lylene carbonate(maxon). enang jahit jenis absorbable yang paling sering digunakan dalam bidang kedokteran gigi adalah catgut yang dimodifikasi dengan cara perendaman dalam larutan garam asam kromat karena memiliki aktu penyerapan yang lebih lama dan daya reakti"itas jaringan yang lebih rendah bila dibandingkan dengan catgut yang penjahitan luka memiliki teknik yang beragam, seperti simple interrupteduture simple continuous suture loc!ing continuous suture "ertical mattress suture#ori$ontal mattress suture subcuticular suture dan figure-of-eig#t suture. eskipun demikian, teknikteknik penjahitan luka tersebut haruslah memenuhi prinsipprinsip umum penjahitan luka seperti dibaah ini* a. Penetrasi jarum jahit ke dalam jaringan harus perpendikular terhadap permukaan jaringan.
10
b. Penjahitan luka sebaiknya dilakukan dengan jarak dan kedalaman yang sama pada kedua sisi daerah insisi, biasanya tidak lebih dari 23 mm dari tepi luka. +edangkan jarak antara jahitan yang satu dengan yang lainnya berkisar 3 mm. c. !ahitan jangan terlalu longgar maupun terlalu ketat. d. Penyimpulan benang jangan diletakkan tepat diatas garis insisi.
11
BAB III LAPRAN A$U$
3.1 Data Pas'en
a.
?ama
* aarnis
b.
!enis 7elamin * Perempuan
c.
5mur
* /$ 0ahun
d.
?o 8
* #3-3
e.
lamat
* 7ampung @aniago
3.2 asus
Pasien anita, /$ tahun datang ke 8+:P 5ni"ersitas aiturrahmah Padang dengan keluhan ingin membuat gigi tiruan penuh pada rahang atas dan rahang baah. 'ari pemeriksaan subjektif didapatkan baha pasien tidak ada kelainan penyakit sistemik dan tidak ada riayat alergi obat. 7eadaan umum* tekanan darah 12#64# mm
12
Eksostosis regio 3, 2, 1, 31, 32, dan 33.
:ambar . Pemeriksaan =ntraoral (+umber* 'okumentasi Pribadi)
3.3 Renana Pera4atan
1.
+iapkan alat dan bahan yang telah disterilkan lat* a. lat standar b.
13
d. 0ampon, kasa, kapas e. lkohol 2.
'udukkan pasien didental unit, kemudian operator menjelaskan kepada pasien tentang prosedur peraatan yang akan dilakukan secara singkat serta membimbing pasien dalam mengisi informed consent.
3.
Pasien dipasangkan celemek kemudian lakukan asepsis baik kepada operator maupun pasien. a. perator encuci tangan, membuka perhiasan dan aksesoris tangan yang digunakan, memakai masker, dan handscond. b. Pasien sepsis ekstra oral dengan menggunakan alkohol yang dioles melingkari bibir dilakukan searah dengan jarum jam, serta menggunakan larutan antiseptik (po"idone iodine) di daerah kerja pada intra oral.
.
Posisikan pasien setinggi siku operator, dan pasien berbaring dengan sudut 3#C dari bidang hori>ontal, serta operator berada di depan kanan pasien.
/.
Bakukan infiltrasi anastesi dengan bahan anastesi yang dideponir sebanyak #,/ cc, tunggu /1# menit kemudian lakukan pengecekan anastesi dengan menggunakan sonde apakah anastesi sudah berjalan atau belum (mati rasa).
$.
Bakukan bleeding point dengan titik pada daerah yang akan dilakukan insisidengan menggunakan sonde lurus.
%.
7emudian
dilanjutkan
dengan
melakukan
insisi
flap
dengan
bentuktrapesium menggunakan blade no 1/, insisi dilakukan pada regio 3, 2, 1, 31, 32, dan 33. +udutsudut dari insisi dibulatkan dengan insisi hori>ontal dibuat pada bidang oklusal dari prosesus al"eolaris atau sedikit lebih ke lingual. +aat melakukan insisi blade dipegang dengan posisi pen grasp.
14
:ambar /. Posisi pen grasp ( +umber* 0jiptono7 0oeti 8, dkk. 2##%)
4.
uka perlekatan flap dengan menggunakan raspatorium dan dilakukan identifikasi penonjolan tulang yang runcing yang akan diambil.
-.
!epit mukosa yang telah dilepas dengan menggunakan pinset anatomis agar lapangan kerja terlihat jelas.
1#. uang penonjolan tulang yang runcing tersebut dengan bur (round bur) atau dengan knabel tang atau juga bisa digunakan chisel dan mallet. 11. 8aba bagian tulang yang masih tajam kemudian dihaluskan dengan menggunakan bone file, setelah dihaluskan lakukan irigasi dengan larutan ?a@l #,- &. 12. 7embalikan flap seperti semula kemudian dilakukan suturing dengan jenis interrupted suture dengan simpul surgical !not , kelebihan benang harus dibuang dengan menggunakan gunting steril.
:ambar $. %nterrupted suture (+umber* Pratidina, . <. 2#1/)
15
:ambar %. &urgical !not (+umber* Pratidina, . <. 2#1/)
13. =nstruksi pasca bedah dan medikasi kemudian pasien dipulangkan dan diberi obat berupa antiinflamasi, antibiotik, dan "itamin.
=ntruksi pasca bedah* a.
=stirahat yang cukup. =stirahat yang cukup dapat membantu mempercepat proses penyembuhan luka.
b.
5ntuk sementara pasien dianjurkan untuk tidak makanmakanan yang keras.
c.
Pasien harus memakan makanan yang lunak dan lembut terutama pada hari pertama pascapencabutan. Pasien juga dianjurkan baru boleh makan beberapa jam setelah pencabutan gigi agar tidak mengganggunya jendalan darah dan jangan mengunyah pada sisi yang baru dicabut.
d.
anyak meminum air putih untuk mencegah dehidrasi.
16
e.
Pasien harus selalu menjaga kebersihan mulutnya. :igi harus disikat rutin, serta kumurkumur menggunakan air saline hangat (
1 2
sendok teh garam dilarutkan dalam gelas air panas). f.
Pasien tidak boleh merokok.
1. +etelah 1 minggu apabila tidak ada inflamasi, jahitan dibuka. 1/. Pembukaan
jahitan
dilakukan
tepat
diatas
mukosa
dengan
menggunakan gunting benang, bertujuan agar bakteri dan sisa makanan yang lengket pada benang tidak masuk ke dalam mukosa saat melakukan penarikan benang.
17
BAB I5 MPLIA$I
+etelah dilakukan tindakan prosedur bedah biasanya akan muncul keluhan. +alah satu keluhan yang mungkin terjadi adalah rasa ketidaknyamanan. 8asa ini dapat terjadi sebagai akibat adanya rasa sakit yang dialami pasein. 5ntuk menghilangkan rasa ketidaknyaman ini dapat diberikan obat penghilang rasa sakit. 7omplikasi pasca bedah kadangkadang tidak dapat dihindari, dapat terjadi oleh beberapa sebab tanpa memandang operator, keterampilan operator maupun kesempurnaan persiapan. 7omplikasi yang terjadi ber"ariasi demikian juga akibat yang ditimbulkan13. da beberapa komplikasi yang dapat terjadi, yaitu sebagai berikut13* a.
Baserasi mukosa (sobekan pada mukosa) 'apat terjadi karena ginggi"a terjepit pada saat tindakan, mukosa sudut mulut luka karena terlalu lebar membuka mulut. Penanganan*
operator harus bekerja
secara baik dan
benar
serta
memperhatikan halhal yang yang dapat menyebabkan komplikasi tersebut.
:ambar 4. Baserasi mukosa (+umber * :uest. 2#13. 'omplex ip aceration . tolaryngology and acial Plastic +urgary).
18
b.
Besi pada ner"us ?er"us dapat terluka pada anastesi lokal karena memakai jarum yang tumpul dan bisa juga terjadi bila aktu penyuntikkan ada sisa alkohol yang masuk kejaringan dan sampai ke ner"us sehingga dapat menyebabkan terjadi nekrose dan parastesi. Penanganan* anastesi lokal harus memakai jarum yanag tajam serta operator memperhatikan alat dan daerah tempat dilakukan injeksi.
c.
Pendarahan iasanya terjadi karena saat tindakan pembedahan dilakukan banyak atau besarnya pembuluh darah yang terkena. Penanganan9 i.
+ecara tekanan 'engan menggunakan kain kasa atau tampon.
ii.
+ecara biologis ila pemakaian tampon padat atau kasa tidak bisa menghentikan pendarahan maka dapat dipakai obatobatan seperti adrenalin.
iii.
Pengikatan atau penjahitan ila pendarahan disebabkan karena terputusnya pembuluh darah yang besar, maka pembuluh darah tersebut diikat dengan menggunakan cat gut atau benang absorbel dan bila pendarahan disebabkan karena terbukanya jahitan operasi maka kita melakukan penjahitan kembali.
i".
d.
Edema Edema merupakan
kelanjutan normal dari setiap pencabutan atau
pembedahan gigi, serta merupakan reaksi normal dari jaringan terhadap cidera. Edema adalah reaksi indi"idual yaitu trauma yang besarnya sama, tidak terlalu mengakibatkan derajat pembengkakan yang sama baik pada pasein yang sama atau berbagai pasien. 5sahausaha yang bisa mengontrol udema adalah termal (panas), fisik (penekanan), dan obatobatan. bat yang
19
sering digunakan adalah jenis steroid yang diberikan secara prenatal, oral atau topical sebagai pembalut tulang al"eolar. e.
l"eolitis (dry socket)1# ry soc!et merupakan osteitis setempat yang mengenai seluruh atau sebagian tulang yang padat yang membatasi soket gigi, yaitu lamina dura. Etiologinya tidak jelas tetapi ada beberapa faktor predisposisi. 7erusakan bekuan darah ini dapat disebabkan oleh trauma pada saat pencabutan (dengan komplikasi), kurangnya irigasi saat dokter gigi melakukan tindakan juga dapat menyebabkan dry soc!et . 7omplikasi yang paling sering, paling menakutkan dan paling sakit sesudah pencabutan adalah dry socket atau al"eolitis. iasanya di mulai dari hari ke 3 sampai ke /. 7eluhan utama yang dirasakan adalah rasa sakit yang sangat hebat sesudah operasai. Pemeriksaan terlihat tulang al"eolaris yang terbuka, terselimuti kotoran dan dikelilingi berbagai tingkatan peradangan dari ginggi"a. Penatalaksanaan * agian yang mengalami dry socket diirigasi dengan larutan saline yang hangat, dan diperiksa. Palpasi dengan menggunakan aplikator kapas dapat membantu dalam menentukan sensiti"itas.
:ambar -. 'ry socket
f.
=nfeksi1# 'isebabkan karena potensi penyebaran dari infeksi bakterium. Pencabutan dan pembedahan yang mengalami infeksi akut yaitu perikoronitis atau abses.
20
Penatalaksanaannya adalah dengan memberikan obat antibiotik seperti penisilin.
BAB 5 PENUTUP
'emikian laporan kasus ini dibuat, diharapkan laporan kasus ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan banyak mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang pembedahan dalam pencabutan gigi khususnya pada penanganan kasus pembedahan pada al"eolektomi, apabila ada kesalahan mohon dimaafkan.
21
DA0TAR PU$TAA
1.
ragiskos '. 2##%. Oral &urgery. Derlag erlin
2.
asa +, 5ckan +, 7isnisci 8. 2#1#. *reprost#etic and Oral &oft +issue &urgery. 5nited 7ingdom* ileyblackell * 32123.
3.
7urt>man :, +il"erstein B<. 2##$. A +ec#ni,ue for &urgical Mandibular xostosis emo"al . @ompendium */2#/.
.
Furan , 'airi G?. 2##$. 0orus palatinus and torus mandibularis inedentulous patients. J of 'ontemporary ental *ractice %(2)* 1.
/.
+aair , +hayyab <. 2##-. Pre"alence and clinical characteristics of tori andja e;ostoses in a teaching hospital in !ordan. J &audi Med * 1//%1/$2.
$.
ragiskos '. 2##%. Oral surgery, 1st ed.
%.
:hosh. 2##$. Preprost#etic Oral and maxillofacial &urgery in onoff B. Manual of Oral and Maxillofacial &urgery. +t. Bouis osby.
4.
+tarshak ,0.!. 1-%1. *rost#etic Oral surgery. +t.Bouis. osby.
-.
ditya, :. 1---. Al"eoloplasty &ebagai +inda!an Beda# *reprosteti! , agian =lmu Penyakit :igi dan ulut, akultas 7edokteran 5ni"ersitas 0risakti.
1#. Pederson, :. .1--$. Bu!u &urgery ).!akarta. E:@ * %/-.
A/ar
*ra!tis
Beda#
Mulut
(Oral
11. 0jiptono7 0oeti 8, dkk. 2##%. %lmu Beda# Mulut disi !e ua. @ahaya +ukma ?elti * 2#$2#4. 12. Pratidina, . <. 2#1/. +ing!at *engeta#uan tentang *en/a#itan u!a pada Ma#asiswa 0epaniteraan 0lini! di epartemen Beda# Mulut 102 3&3 *eriode 4-56 O!tober 7869.. +kripsi. 7: 5+5. edan. 13. =smardianita, E. 2#13. !sodonsia.akultas 7edokteran :igi 5ni"ersitas aiturrahmah. Padang.
22