AKUISISI DATA SEISMIK DASAR 8:44 AM seismik refleksi, Seismologi 1 comment Tujuan utama dari suatu survei seismik adalah melakukan pengukuran seismik untuk memperoleh rekaman yang berkualitas baik. Kualitas rekaman seismik dinilai dari perbandingan kandungan sinyal refleksi terhadap sinyal gangguan (S/N) dan keakuratan pengukuran waktu tempuh (travel time) gelombang seismik ketika menjalar dalam batuan. Eksplorasi seismik dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : Eksplorasi prospek dangkal dan eksplorasi dalam. Eksplorasi seismik dangkal (shallow seismic reflection) biasanya diaplikasikan untuk eksplorasi batubara dan bahan tambang lainnya. Sedangkan ekplorasi seismik dalam digunakan untuk eksplorasi daerah prospek hidrokarbon yaitu minyak dan gas. Masing-masing dari kegiatan tersebut menuntut resolusi dan akurasi yang berbeda dengan teknik lapangan yang berbeda pula. Untuk memperoleh hasil pengukuran data seismik refleksi yang baik diperlukan pengetahuan tentang system perekaman dan parameter lapangan yang baik pula. Parameter lapangan sangat ditentukan oleh kondisi lapangan yang ada. oleh karena itu diperlukan pengetahuan yang cukup untuk bisa memahami teknik pengukuran data seismik. PARAMETER AKUISISI DATA Sebelum melakukan akuisisi data, tentukan dahulu sasaran yang akan dicapai, problem-problem apa saja yang ada dan masalah-masalah yang mungkin akan muncul pada daerah survey. Paling tidak ada 8 problem yang harus dijawab, yaitu : 1. Kedalaman target 2. Kualitas refleksi yang terjadi pada batuan yang dilewatinya 3. Resolusi vertikal yang diinginkan 4. Kemiringan target yang tercuram 5. Ciri-ciri jebakan yang menjadi sasaran 6. Sumber Noise yang dominan 7. Problem logistik team 8. Apa ada spesial proses yang mungkin diperlukan Dari ke delapan problem tersebut jawabannya akan sangat menentukan nilai parameterparameter lapangan yang diperlukan. Terdapat 14 parameter pokok lapangan yang berpengaruh
pada kualitas data serta suksesnya suatu survey. Hal tersebut harus dipertimbangkan baik secara teknis maupun ekonomis. Ke 15 parameter itu adalah : 1. Offset terjauh (Far Offset) 2. Offset terdekat (Near Offset) 3. Group Interval 4. Ukuran sumber seismik (Charge size) 5. Kedalaman sumber (Charge depth) 6. Kelipatan liputan (Fold coverage) 7. Laju pencuplikan (Sampling rate) 8. Tapis potong rendah (Low cut filter) 9. frekuensi Geophone 10. Panjang perekeman (Record length) 11. Rangkaian geophone (Group Geophone) 12. Larikan bentang geophone (Geophone array) 13. Panjang lintasan 14. Arah lintasan 15. Spasi Antar Lintasan
OFFSET TERJAUH (FAR OFFSET)
Adalah jarak antara sumber seismik dengan geophone/receiver terjauh. Penentuan offset terjauh didasarkan atas pertimbangan kedalaman target terdalam yang ingin dicapai dengan baik pada perekaman
OFFSET TERDEKAT (NEAR OFFSET)
Adalah jarak antara sumber seismik dengan geophone/receiver terdekat. Penentuan offset terdekat didasarkan atas pertimbangan kedalaman target yang terdangkal yang masih dikendaki
GROUP INTERVAL
Adalah jarak antara satu kelompok geophone terhdap satu kelompok geophone berikutnya. Satu group geophone ini memberikan satu sinyal atau trace yang merupakan stack atau superposisi dari beberapa geophone yang ada dalam kelompok tersebut. Sususnan geophone didalam kelompok ini tertenu untuk meredam noise.
UKURAN SUMBER SEISMIK (CHARGE SIZE)
Ukuran sumber seismik (dynamit, tekanan pada air gun, water gun, dll) merupakan energi yang dilepaskan oleh sumber seismik. sumber yang terlalu kecil jelas tidak mampu mencapai target terdalam, sedangkan ukuran sumber yang terlalu besar dapat merusak event (data) dan sekaligus meningkatkan noise. Oleh karena itu diperlukan ukuran sumber yang optimal melalui test charge.
KEDALAMAN SUMBER (CHARGE DEPTH)
Sumber sebaikknya ditempatkan dibawah lapisan lapuk (weathering zone), sehingga energi sumber dapat dtransfer optimal masuk kedalam system lapisan medium dibawahnya. Untuk mengetahui ketebalan lapisan lapuk dapat diperoleh dari hasil survey seismik refraksi atau uphole survey.
KELIPATAN LIPUTAN (FOLD COVERAGE)
Fold Coverage adalah jumlah atau seringnya suatu titik di subsurface terekam oleh geophone dipermukaan. Semakin besar jumlah fold-nya, kualitas data akan semakin baik. Untuk mengetahui berapa kali titik tersebut akan terekam dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut ; Jika diketahui jarak trace (antara trace), jarak shot point SP (titik ledakan dynamit) dan jumlah trace (kanal) maka banyak liputannya adalah : Fold = (jumlah channel / 2) (jarak antar trace / Jarak titik tembak) NSP NSP adalah jumlah penembakan yang bergantung pada geometri penembakan yang dilakukan. Untuk split mspread dan off end maka NSP = 1, sedangkan untuk Double Off End NSP = 2. Besar kecilnya lingkup ganda akan berpengaruh pada :
mutu hasil rekaman
resolusi vertikal
besarnya filter pada ambient noise dan ground roll yang masih ada
besarnya biaya survei
LAJU PENCUPLIKAN (SAMPLING RATE)
Penentuan besar kecilnya sampling rate bergantung pada frekuensi maximum sinyal yang dapat direkam pada daerah survey tersebut. Akan tetapi pada kenyataannya, besarnya sampling rate dalam perekaman sangat bergantung pada kemampuan instrumentasi perekamannya itu sendiri, dan biasanya sudah ditentukan oleh pabrik pembuat instrument tersebut. Penentuan sampling rate ini akan memberikan batas frekuensi tertinggi yang terekam akibat adanya aliasing. Frekuensi aliasing ini akan terjadi jika frekuensi yang terekam itu lebih besar dari frekuensi nyquistnya. Besarnya frekuensi nyquist dapat dihitung dengan rumus : Frekuensi Nyquist = Fq = (1/2T) = 0,5 F sampling Dimana : T : besarnya sampling rate
HIGH CUT DAN LOW CUT FILTER
Penentuan filter ini kita lakukan pada instrumen yang kita gunakan. Pemilihan high cut filter dapat kita tentukan atas dasar sampling rate yang kita gunakan. Pemasangan high cut filter ini ditunjukan untuk anti alising filter dan besarnya high cut filter selalu diambil lebih kecil atau sama dengan frekuensi nyquistnya dan selalu lebih besar atau sama dengan frekuensi sinyal tertinggi. Pemilihan besarnya low cut filter ditunujukan untuk merendam noise yang lebih rendah dari frekuensi yang terdapat pada geophone. Hal ini digunakan jika noise tersebut terlalu besar pengaruhnya terhadap sinyal sehingga sulit untuk dihilangkan walaupun dengan melakukan pemilihan array geophone atau mungkin juga sulit dihilangkan dalam prosesing. Pemasangan filter ini dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain : Target kedalam, kerena akan mempengaruhi frekuensi yang dihasilkan
resolusi vertical
adanya noise
prosesing.
PANJANG PEREKAMAN (RECORD LENGTH)
Adalah lamanya merekam gelombang seismik yang ditentukan oleh kedalaman target . Apabila targetnya dalam maka diperlukan lama perekaman yang cukup agar gelombang yang masuk kedalam setelah terpantul kembali dapat merekam dipermukaan minimal 1 detik dari target, namun pada umumnya ± 2 kali kedalaman target (dalam waktu).
RANGKAIAN GEOPHONE (GROUP GEOPHONE)
Adalah sekumpulan geophone yang disusun sedemikian rupa sehingga noise yang berupa gelombang horizontal (Ground roll, Air blas/air wave) dapat ditekan sekecil mungkin. Kemampuan merekam noise oleh susunan geophone tersebut bergantung pada jarak antar geophone, panjang gelombang noise, dan konfigurasi susunannya
PANJANG LINTASAN
Panjang lintasan ditentukan dengan mempertimbangkan luas sebaran/panjang target disubsurface terhadap panjangan lintasan survey di surface. Tentu saja panjang lintasan survey di permukaan akan lebih panjang dari panjang target yang dikehendaki Ujung lintasan survey hanya merekam sejauh ½ panjang kabel bentang
ARRAY GEOPHONE
Tujuan dari penentuan array geophone ini adalah untuk mendapatkan bentuk penyusunan geophone yang cocok yang berfungsi untuk meredam noise yang sebesar-besarnya, dan sebaliknya untuk mendapatkan sinyal yang sebesar-besarnya. Dengan kata lain untuk meningkatkan signal to ratio yang besar. Dalam penentuan array geophone, maka langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagi berikut. Menentukan panjang gelombang ground roll yang dominan dengan cara seperti yang telah dijelaskan diatas. Membuat kurva array geophone, dengan rumus yang digunakan adalah : Untuk wiegted array atau tapered array : dan besarnya atenuasi adalah : G (dB) = -20 log R dimana : R : respon array geophone G : besarnya atenuasi dalam decibel K : bilangan gelombang ground roll d ; jarak antar group geophone X : jarak antar geophone dalam satu group Y : jarak antara geophone pertama dengan geophone pertama group berikutnya
ARAH LINTASAN
Ditentukan berdasarkan informasi studi pendahuluan mengenai target, survey akan dilakukan pada arah memotong atau membujur atau smebarang terhadap orientasi target pada arah dip atau strike, up dip atau down dip GEOMETRI LAY OUT DAN STACKING CHART
Untuk dapat memroses data yang telah tersimpan dalam format demultipleks maka data dari masing-masing trace harus diberi lebel, sehingga memudahkan dalam proses pengelompokan trace. Proses dinamakan trace labeling. Secara definisi trace labeling berarti suatu proses pendefinisian identitas setiap trace yang berhubungan dengan shot pointnya, posisi permukaanm kumpulan CDP dan offsetnya terhadap shot point. Keempat variable tersebut sangant bergantung pada geometri penembakannya, sehingga variable tersebut harus didefinisikan dalam suatu system koordinat referensi sehingga setiap variable dapat digambarkan pada suatu system koordinat. Diagram yang menggambarkan model geometri penembakan/perekaman dalam suatu system koordinat ini disebut stacing chart atau stacking diagram. Setiap trace yang didefinisikan labelnya ini selanjutnya disimpan kedalam tape prosesing dengan format pengamatan tertentu untuk digunkan pada proses selanjutnya. Sebelum labeling dilakukan harus terlebih dahulu diketahui bentangan geometri penembakan , yaitu bagaimana hubungan satu sama lain dari posisi penerima dan shot point. Untuk itu perlu didefinisikan suatu system koordinat relatif dari suatu lintasan (line) seismic. Informasi-informasi yang diperlukan untuk diperoleh dari stacking chart yang dibut pada saat perekaman data. Bentangan dari geometri lay out dapat dipandang dalam 4 aspek yaitu: 1. Berdasarkan konfigurasi bentangan kabel 2. Arah gerak perekaman 3. Posisi relatif penerima terhadap titik tembak 4. Berdasarkan raypath. KONFIGURASI BENTANGAN KABEL Dalam perekaman data seismik ada beberapa macam bentangan diantaranya adalah: 1. OFF END SPREAD Pada jenis ini posisi titik tembak atau shot point (SP) berada pada salah satu ujung (kiri dan kanan) dari bentangan.Pada bentangan ini SP ditempatkan ditengan antara dua bentagan . 2. SPLIT SPREAD Bila jumlah trace sebelah kiri dan kanan sama, maka disebut Symitrical Split Spread. Bila tidak sama disebut Asymitrical Split Spread. 3. ALTERNATING SPREAD Pada model ini shot point berada pada kedua ujung bentangan dan penembakan dilakukan secara bergantian untuk setiap perubahan coverage
ARAH GERAK PEREKAMAN / PENEMBAKAN
Ditinjau dari arah gerak perekaman, maka geometri penembakan dapat dibedakan dalam dua jenis gerakan pushing cable (SP seolah-olah mendorong kabel) dan puiling cable (SP seolaholah menarik kabel). Pushing cable dan Pulling cable
POSISI RECEIVER TERHADAP TITIK TEMBAK
Dari hubungan antara posisi relatif receiver terhadap titik tembak (shot point) dalam suatu bentangan geophone, maka geometri penembakan dapat dibedakan atas dua jenis yaitu: Direct shot dan Reverse shot
GEOMETRI RAYPATH
Berdasarkan raypath (sinar gelombang) geometri penembakan dapat dibagi dalam 4 jenis yaitu: 1. Common Source Point (CSP) Yaitu sinyal direkam oleh setiap trece yang dating dari satu titik tembak yang sama. 2. Common Depth Point (CDP) Yaitu sinyal yang dipantulkan dari satu titik reflector direkam oleh sekelompok receiver yang berbeda. 3. Common Receiver Point (CRP) Yaitu satu trace merekam sinyal-sinyal dari setiap titik tembak yang ada. 4. Common Offset (CO) Yaitu sinyal setiap titik reflector masing-masing derekam oleh satu trace dengan offset yang sama. Dari proses geometri lay out akan diperoleh hasil berupa stacking chart yang sesuai dengan stacking chart yang dibuat saat perekaman data. Disamping itu juga dihasilkan posisi sot point receiver dalam system koordinat serta pengelompokan nomor shot dan receiver sesuai dengan CDP lengkap dengan fold dari masing-masing CDP. http://lingkarankata.blogspot.co.id/2014/12/akuisisi-data-seismik-dasar.html
Metode seismik refleksi merupakan metode geofisika yang umumnya dipakai untuk penyelidikan hidrokarbon. Biasanya metode seismik refleksi ini dipadukan dengan metode geofisika lainnya, misalnya metode grafitasi, magnetik, dan lain-lain. Namun metode seismik refleksi adalah yang paling mudah memberikan informasi paling akurat terhadap gambaran atau model geologi bawah permukaan dikarenakan data-data yang diperoleh labih akurat. Akuisisi data merupakan salah satu tahapan kegiatan seismik refleksi. Dasar teknik seismik dapat digambarkan sebagai berikut. Suatu sumber gelombang dibangkitkan di permukaan bumi. Karena material bumi bersifat elastik maka gelombang seismik yang terjadi akan dijalarkan ke dalam bumi dalam berbagai arah. Pada bidang batas antar lapisan, gelombang
ini sebagian dipantulkan dan sebagian lain dibiaskan untuk diteruskan ke permukaan bumi. Dipermukaan bumi gelombang tersebut diterima oleh serangkaian detektor (geophone) yang umumnya disusun membentuk garis lurus dengan sumber ledakan (profil line), kemudian dicatat/direkam oleh suatu alat seismogram. Dengan mengetahui waktu tempuh gelombang dan jarak antar geophone dan sumber ledakan, struktur lapisan geologi di bawah permukaan bumi dapat diperkirakan berdasarkan besar kecepatannya.
CARA AKUISISI DATA Dalam survey seismik refraksi pada umumnya dilakukan prosedur sebagai Berikut : 1. Menyusun konfigurasi peralatan (sesuai kondisi lapangan), pada umumnya geophone dan sumber gelombang dipasang dalam satu garis lurus (line seismic). Jarak pisah antara geophone adalah jarak horizontal dan ditentukan oleh kondisi lapangan. 2. Penempatan sumber gelombang dilakukan untuk mendapatkan sumber imformasi struktur bawah permukaan bumi secara detail. Sumber gelombang yang berada di tengah spread (satu rangkaian geophone) diharapkan dapat mendeteksi lapisan paling atas, dan sumber gelombang yang berada di luar spread diharapkan dapat mendeteksi lapisan paling bawah yang dapat dicapai (lapisan bed rock). 3. Data yang diperoleh dari survey seismik refraksi adalah waktu tempuh jalar gelombang dari sumber ke tiap geophone yang disebut travel time. Hal yang perlu diperhatikan pada saat pengukuran di lapangan adalah nois yang sifatnya mengganggu. Ada beberapa hal penyebab nois antara lain adalah angin, pohon, aliran sungai (parit), benda-benda lain yang bergerak dekat dengan geophone (orang berjalan, sepeda motor, dan sebagainya). Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, nois ini harus ditekan sekecil mungkin.
Ada dua macam nois yang dapat dibedakan, 1. Nois yang timbul sesaat kemudian lenyap Nois ini diakibatkan oleh orang berjalan, motor/mobil, dan sebagainya. Untuk menghindari nois semacam ini, pada saat sumber gelombang (source) ditimbulkan, diusahakan agar tidak ada sesuatu yang bergerak disekitar geophone. 2. Nois yang timbul terus menerus Nois ini biasanya ditimbulkan oleh angin, pohon (bergoyang), aliran air sungai, dan sebagainya. Untuk menghindari keadaan semacam ini sebaiknya setiap kali mengadakan pengukuran seismik, diadakan terlebih dahulu “nois tes”. Jika nois yang timbul cukup kecil dibanding dengan sinyal yang dihasilkan maka pengukuran dapat dilaksanakan. Tetapi jika nois cukup besar dibanding sinyal, pengukuran perlu ditunda beberapa saat sampai nois menjadi kecil. Untuk menghindari nois, signal yang masuk dapat ditumpuk (di-stack) beberapa kali, sehingga data yang diperoleh lebih baik dan jelas. Dilakukan demikian karena dengan stacking, sinyal dijumlahkan sedang nois ditiadakan (nois bersifat random dan acak). Sebelum melakukan pengukuran ditentukan terlebih dahulu garis lintasan pengukuran, lintasan pengukuran diusahakan datar dan mewakili daerah seismik penelitian atau dengan kata lain penempatan lintasan penelitian didasarkan pada pertimbangan teknis dan kaitannya dengan usaha untuk mendapatkan gambaran keadaan bawah permukaan yang memadai. Secara umum kegiatan akuisisi data seismik adalah dimulai dengan membuat sumber getar buatan, seperti vibroseis atau dinamit, kemudian mendeteksi dan merekamnya ke suatu alat penerima, seperti geophone atau hidrophone. Getaran hasil ledakan akan menembus ke dalam permukaan bumi dimana sebagian dari sinyal tersebut akan diteruskan dan sebagian akan dipantulkan kembali oleh reflektor. Sinyal yang dipantulkan kembali tersebut akan direkam oleh alat perekam di permukaan. Sedangkan sinyal yang menembus permukaan bumi akan dipantulkan kembali oleh bidang refleksi yang kedua snyalnya akan diterima kembali oleh alat
perekam dan seterusnya hingga ke a;at perekam yang terakhir. Alat perekam akan menghasilkan data berupa trace seismik. Akuisisi data seismik laut 2D dilakukan untuk memetakan struktur geologi di bawah laut dengan menggunakan peralatan yang cukup rumit seperti: streamer, air gun, perlengkapan navigasi dll. Dalam praktiknya akuisisi seismic marin terdiri atas beberapa komponen: kapal utama, gun, streamer, GPS, kapal perintis dan kapal pengawal dan kadang-kadang perlengkapan gravity (ditempatkan di dalam kapal) dan magnetik yang biasanya ditempatkan 240 meter di belakang kapal utama (3 meter di dalam air)
Didalam kapal utama terdapat beberapa departemen: departemen perekaman (recording), navigasi, seismic processing, teknisi peralatan, ahli komputer, departemen yang bertanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan kerja, departemen lingkungan, dokter, juru masak, dan kadang-kadang di lengkapi dengan departemen survey gravity dan magnetik, dll. Jumlah orang yang terlibat dalam keseluruhan operasi berjumlah sekitar 40 orang. Untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan, selama operasi ini disertai pula dua buah kapal perintis (chase boat) yakni sekitar 2 mil di depan kapal utama. Selain bertanggung jawab membersihkan lintasan yang akan dilewati (membersihkan rumpon, perangkap ikan, dll) , kapal perintis bertugas untuk menghalau kapal-kapal yang dapat menghalagi operasi ini. Selain itu di belakang streamer, terdapat juga sebuah kapal pengawal. Operasi akuisisi data seismik memakan waktu dari mulai beberapa minggu sampai beberapa bulan, tergantung pada 'kesehatan' perangkat yang digunakan, musim, arus laut, dll. Mengingat mahalnya operasi data akuisisi (mencapai 150 ribu dollar per hari, dalam operasi 3D bisa mencapai 250 ribu dollar per hari!) maka Quality Control dari operasi ini harus betul-betul diperhatikan, seperti apakah semua hidrophon bekerja dengan baik, apakah air gun memiliki tekanan yang cukup, apakah streamer dan air gun berada pada kedalaman yang dikehendaki, apakah feather tidak terlalu besar, dll.
http://rahmatds.blogspot.co.id/2009/11/eksplorasi-geofisika.html
Penjalaran Gelombang Seismik Untuk memahami penjalaran gelombang seismik pada bawah permukaan diperlukan beberapa asumsi sebagai berikut : 1. Panjang gelombang seismik yang digunakan jauh lebih kecil dibandingkan dengan ketebalan lapisan batuan. Dengan kondisi seperti ini memungkinkan setiap lapisan batuan akan terdeteksi. 2. Gelombang seismik dipandang sebagai Snellius, Prinsip Huygens dan Prinsip Fermat.
sinar
yang
memenuhi
Hukum
Hukum Snellius : Hukum Snellius menyatakan bahwa jika cahaya datang dari medium yang kurang rapat menuju medium yang lebih rapat dibiaskan mendekati garis normal. Sebaliknya cahaya yang datang dari medium yang lebih rapat menuju medium yang kurang rapat dibiaskan menjauhi garis normal.
Prinsif Huygens:Prinsip Huygens menyatakan bahwa setiap titik-titik pengganggu yang berada didepan muka gelombang utama akan menjadi sumber bagi terbentuknya deretan gelombang yang baru. Jumlah energi total deretan gelombang baru tersebut sama dengan energi utama.
Prinsip Fermat: Prinsip Fermat menyatakan bahwa jika sebuah gelombang merambat dari satu titik ke titik yang lain maka gelombang tersebut akan memilih jejak yang tercepat.
3. Medium gelombang
bumi dianggap berlapis-lapis dan setiap lapisan menjalarkan seismik dengan kecepatan yang berbeda-beda.
4. Pada bidang batas antar lapisan, gelombang seismik menjalar dengan kecepatan gelombang pada lapisan di bawahnya.
5. Semakin bertambahnya kedalaman lapisan batuan, maka semakin kompak lapisan batuannya, sehingga kecepatan gelombang pun semakin bertambah seiring dengan bertambahnya kedalaman.
http://seismik-indonesia.blogspot.co.id/2015/04/penjalaran-gelombang-seismik.html
Teori Seismik (Penurunan Persamaan Kecepatan Gelombang-P & Gelombang-S)? Desember 11, 2008 in All about seismic
Gelombang seismik adalah strain dinamik atau strain elastik yang berubah terhadap waktu yang merambat melalui material elastik seperti batuan sebagai tanggapan terhadap suatu gangguan dinamik. Gelombang seismik atau gelombang elastik terdiri atas dua jenis, yaitu gelombang tubuh (body wave) dan gelombang permukaan (surface wave). Metode seismik memanfaatkan penjalaran gelombang seismik ke dalam bumi. Yang menjadi objek perhatian utama pada rekaman gelombang seismik dalam metode ini ialah body wave. Gelombang ini merupakan gelombang yang energinya ditransfer melalui medium di dalam bumi. Sedangkan pada surface wave transfer energinya pada permukaan bebas, tidak terjadi penetrasi ke dalam medium bumi dan hanya merambat di permukaan bumi saja. Body wave dibagi menjadi dua macam, yaitu: P-wave atau gelombang-P/gelombang primer. Gelombang ini adalah gelombang longitudinal dimana arah pergerakan partikel akan searah dengan arah rambat gelombang. S-wave atau gelombang-S/gelombang sekunder. Gelombang ini adalah gelombang transversal dimana arah pergerakan partikel akan tegak lurus dengan arah rambat gelombang. Kecepatan gelombang-P lebih besar daripada gelombang-S (jika merambat dalam medium yang sama). Gelombang-P merupakan gelombang yang pertama kali sampai dan terdeteksi oleh receiver (hydrophone atau geophone). Sedangkan gelombang-S kadang tidak terdeteksi oleh receiver untuk jarak yang dekat dengan sumber. Pertanyaannya adalah: “Bagaimana penurunan persamaan kecepatan gelombang-P & gelombang-S ??” Highly recomended sebelumnya untuk membaca postingan Teori Seismik (Elastisitas Medium)?) Siap untuk lanjut?? Oke silahkan!!
Penurunan persamaan diawali dengan tinjauan terhadap sebuah benda (medium) homogen berbentuk kubus yang dikenakan oleh sebuah gaya tertentu. Tekanan yang mengenai benda tersebut jika ditinjau pada salah satu permukaannya mempunyai komponenkomponen sebagaiberikut: (b.1). Komponen2 tekanan di atas disebut gaya tiap unit volume benda pada bidang x yang berarah pada sumbu x, y, z. Untuk permukaan bidang lainnya, hubungan variabel gaya tiap satuan volumenya analog dengan bidang x. Total gaya pada sumbu x yang terjadi pada benda kubus adalah: (b.2) Sedangkan menurut Newton, gaya adalah perkalian antara massa dan percepatannya, F = ma. Bila dikaitkan dengan densitas benda ρ= mv, maka: (b.3) Dengan menggunakan definisi gaya tersebut, maka persamaan (b.2) menjadi: (b.4) Hubungan ini disebut persamaan gerak yang searah sumbu x. Dengan cara yang sama, dapat diperoleh persamaan gerak pada arah lainnya. Selanjutnya perhatikan kembali persamaan (a.1), (a.2), (a.4), (a.5) dan (a.6) *lihat postingan sebelumnya*. Menggunakan persamaan-persamaan tersebut persamaan (b.4) dapat diturunkan menjadi: (b.5) Dengan cara yang sama, persamaan (b.4) dapat diterapkan pada sumbu y dan z, yaitu: (b.6) dan (b.7) Gelombang merambat pada suatu media ke segala arah. Secara tiga dimensi arah perambatan gelombang dinyatakan dengan sumbu x, y, z. Untuk menentukan persamaan gelombang ini, diferensiasi persamaan (b.5; b.6 dan b.7) masing-masing terhadap x, y dan z sehingga untuk persamaan (b.5) diperoleh: (b.8) Persamaan (b.8) merupakan persamaan gelombang longitudinal. Dari persamaan gelombang tersebut diperoleh kecepatan gelombang longitudinal atau dikenal dengan kecepatan gelombang-P yaitut: (b.9) Untuk menurunkan persamaan gelombang transversal, maka persamaan (b.6) diturunkan terhadap z dan persamaan (b.7) diturunkan terhadap y. Hasil turunan persamaan (b.6) dikurangi hasil turunan persamaan (b.7) menghasilkan: (b.10) Dengan menggunakan definisi pada persamaan (a.3), hubungan ini (dalam arah x) dituliskan menjadi: (b.11) Untuk arah penjalaran y dan z diturunkan dengan cara yang sama, sehingga diperoleh hubungan: (b.12) & (b.13) Persamaan (b.11), (b.12) dan (b.13) menyatakan persamaan gelombang transversal. Dari persamaan gelombang tersebut diperoleh kecepatan gelombang transversal atau dikenal dengan kecepatan gelombang-S yaitu: (b,14) Berdasarkan pola-pola dari persamaan (b.8), (b.11), (b.12) dan (b.13), kita dapat menarik suatu konklusi bahwa persamaan tersebut berlaku umum. Hubungan ini disebut persamaan gelombang skalar, secara umum dituliskan dengan: (b.15). Dengan v menyatakan kecepatan tetap dan ψ menyatakan fungsi gelombang pada posisi x, y, z dan waktu t tertentu, atau dituliskan ψ(x,y,z,t). Reference: Ramalis, T.R. (2001). Gelombang dan Optik. Common Textbook pada Jurdik.Fisika FPMIPA UPI. Telford, W.M., Geldart, L.P dan Sheriff, R.E. (1990). Applied Geophysics. Second Edition. Cambridge University Press. (Gambar) Applied Geophysics – Waves and rays – I.pdf
All about seismic
https://asyafe.wordpress.com/2008/12/11/teori-seismik-penurunan-persamaan-kecepatangelombang-p-gelombang-s/
Sama seperti tsunami gempa memiliki gelombang juga yang disebut Gelombang P atau primer dan Gelombang S atau Sekunder. Kedua gelombang ini diakibatkan pelepasan energi dari lempeng tektonik yang salih bergeser atau patah. Mau tau perbedaannya? simak berikut, Gelombang P Gelombang P atau Primer adalah gelombang pertama dengan kecepatan 6-7 km/detik gelombang ini adalah yang tercepat & terlemah. gelombang ini dirasakan dari kecil atau sedang tapi terkadang gelombang ini akan dirasakan sangat kuat apabila gempanya bermagnitudo besar, contohnya di video ini. Skip ke menit 3:10 dalam Video diatas tepatnya dimenit 3:11 dibawahnya terdapat seismograf, gelombang P terdapat pada lonjakan garis pertama. bila kita lihat videonya guncangannya sangat luar biasa walaupun itu baru gelombang Paling lemah. Kejadian itu dikarenakan energi yang dilepaskan gempa itu sangat besar dan di Menit 3:11 itu mungkin berada di Bandara Sendai yang terkena Tsunami saat gempa jepang 2011. Sendai adalah kota besar yang paling dekat dengan Epicenter hanya sekitar 130 Kilometer dan daerah itu terkena Skala mercalli 8 yang artinya berat. berarti kalau gelombang P itu mengguncang jakarta dengan kekuatan yang sama pasti kerusakan di jakarta akan sangat parah dan di daerah bantaran Kali Ciliwang akan terkena longsor, Wallahua'lam. Gelombang S Gelombang S atau Sejunder adalah gemlombang kedua yang memiliki kekuatan yang besar dan bisa mengakibatkan guncangan besar. Penyebab Guncangan ini sangat besar adalah gempa ini membawa 75% kekuatan gempa dan kecepatan gempa ini adalah 3-4 KM/detik inilah gelombang terlambat. Bila kita lihat dari video di atas gelombang S berada padan Lonjakan garis kedua. bila kita lihat guncangannya itu sangat besar mampu mengoyok-ngoyok meja, lampu gantung dan foto. gelombang inilah yang membuat bangunan runtuh atau rusak. Gelombang ini bisa mengakibatkan gedung berayun, tiang listrik roboh, mati listrik, dan retakan di tanah. Bila Jakarta kena guncangan ini dengan kekuatan yang sama apa jadinya ya?. Saat sebelum Gelombang S datang kuatannya melemah sebenarnya itula saat-saat yang paling baik untuk menyelamatkan diri sebelum Gelombang S datang. Demikian dan Terima Kasih. Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu http://dhimas298.blogspot.co.id/2013/04/gelombang-p-s.html
1. a. Gelombang primer ( P-waves ) Gelombang primer adalah salah satu dari dua jenis gelombang seismic, sering juga disebut gelombangtanah (dinamakan demikian karena merambat didalam tanah), adalah gelombang yang
ditimbulkan oleh gempa bumi dan terekam oleh seismometer. Merupakan gelombang seismik yang memiliki kecepatan paling tinggi ( 6-7 km per sekon ) dibandingkan gelombang-gelombang seismic lainnya dan pertama kali tiba pada setiap stasiun pengukuran seismik, di mana jenis gelombang berikutnyayang datang dinamakan S-waves atau gelombang sekunder. Hal ini berarti bahwa partikel-partikelyang berada di dalam tanah ( tubuh dari bumi ) memiliki vibrasi-vibrasi sepanjang atau sejajar dengan arah perambatan energi dari gelombang yang merambat tersebut. di mana k adalah modulus inkompresibilitas ? adalah modulus geser; dan ? adalah kerapatan bahan di mana gelombang yang dimaksud merambat Umumnya, variasi kerapatan tidaklah terlalu besar, dengan demikian kecepatan gelombang hampir sepenuhnya bergantung pada nilai k dan ?. b. Gelombang Sekunder ( S-waves ) Gelombang Sekunder adalah gelomgang transversal yang arah gerakannya tegak lurus dengan arah perambatan gelombang. Gelombang seismik ini merambat di sela-sela bebatuan dengan kecepatan 3,5 km/detik dan bergantung pada medium yang dilaluinya. Hanya dapat menjalar pada batuan yany padat dan pergerakannya naik turun ( up and down ). Baik gelombang-P atau gelombang-S dapat membantu ahli seismologi untuk mencari letak hiposenter ( kedalaman ) dan episenter ( posisi ) gempa. Kecepatan dari gelombang-P lebih besar daripada gelombang-S ( jika merambat dalam medium yang sama ). http://geofisika-45.blogspot.co.id/2011/04/seismologi.html
Metode seismik refraksi GELOMBANG SEISMIK
Gelombang seismik adalah gelombangelastik yang merambat dalam bumi. Bumi sebagai medium gelombang
terdiri dari beberapa lapisan batuan yang antar satu lapisan dengan lapisan lainnya mempunyai sifat fisis yang berbeda. Ketidak-kontinuan sifat medium ini menyebabkan gelombang seismik yang merambatkan sebagian energinya dan akan dipantulkan serta sebagian energi lainnya akan diteruskan ke medium di bawahnya. Suatu sumber energi dapat menimbulkan bermacam–macam gelombang, masing–masingmerambat dengan cara yang berbeda.Gelombang seismik dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu: a.
Gelombang badan (body waves) yang terdiridari gelombang longitudinal (gelombang P) dan gelombang transversal (gelombang S).Gelombang ini merambat ke seluruh lapisanbumi. b. Gelombang permukaan (surface waves) yangterdiri dari gelombang Love, gelombang Raleygh dan gelombang Stoneley.Gelombang ini hanya merambat pada beberapa lapisan bumi, sehingga pada survei seismik refleksi (survei seismic dalam) gelombang ini tidak digunakan. (Telford,dkk, 1976)
2.
SEISMIK REFRAKSI Metode seismik refraksi (seismik bias) merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk menentukan struktur geologi bawah permukaan. Metode seismik bias menghasilkan data yang bila digunakan bersama-sama dengan data geologi dan perhitungan dengan konsep fisika dapat menampilkan informasi tentang struktur bawah permukaan dan distribusi tipe batuan. Metode seismic refraksi merupakan metode yang umum digunakan dalam bidang geoteknik seperti perencanaan pendirian bangunan, gedung, pabrik, bendungan, jalan raya, landasan bandaradan sebagaimya.(Sismanto, 1999) Asumsi dasar yang harus dipenuhi untuk penelitian perlapisan dangkal adalah:
a)
Medium bumi dianggap berlapis-lapis dan setiap lapisan menjalarkan gelombang seismik dengan kecepatan yang berbedabeda.
b)
Semakin bertambah kedalamannya, batuan lapisan akan semakin kompak.
c)
Panjang gelombang seismik lebih kecil daripada ketebalan lapisan bumi.
d)
Perambatan gelombang seismik dapat dipandang sebagai sinar, sehingga mematuhi hukum – hukum dasar lintasan sinar.
e)
Pada bidang batas antar lapisan, gelombang seismik merambat dengan kecepatan pada lapisan dibawahnya.
f)
Kecepatan gelombang bertambah dengan bertambahnya kedalaman.
Masalah utama dalam pekerjaan geofisika adalah membuat atau melakukan interpretasi hasil dari survei menjadi data bawah permukaan yang akurat. Data-data waktu dan jarak darikurva travel time diterjemahkan menjadi suatu penampang geofisika, dan akhirnya dijadikan menjadi penampang geologi. Secara umum metode interpretasi seismik refraksi dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama, yaitu intercept time, delay time method dan wave frontmethod (Tjetjep, 1995).
3.
METODE INTERCEPT TIME
Metode Intercept Time adalah metode T-X (waktu terhadap jarak) yang merupakan metode yang paling sederhana dan hasilnya cukup kasar, seperti yang digambarkan pada gambar(1). Dengan z1 adalah kedalaman pada lapisan 1,adalah sudut antara garis gelombang datang dengan garis normal serta dapat diartikan
sudut antara garis gelombang bias dengan garis normal dan variabel x adalah jarak antara titik tembak (A) dengan geophone (D).
Berdasarkan hukum Snellius bahwa pada sudut kritis berlaku Bila dinotasikan waktu perambatan gelombang bias dari titik tembak A ke titik penerima P dengan TAP, waktu perambatan dari B ke P dengan TBP dan waktu perambatan dari A ke B dengan TAB. T’AP ditunjukkan oleh persamaan:
pers 1 dan 2 Pada pers T'ap adalah linier terhadap x, jika diambil x sebagai absis dan T’AP sebagai ordinat dan diplot titik-titik yang bersesuaian, maka garis lurus tersebut merupakan suatu short (bentuk baru yang lebih pendek) dari kurva travel time yang dikandung oleh titik-titik yang berhubungan Nilai T’AP dengan mudah dapat dihitung dari pers (2), dan kecepatan v2 pada lapisan bawah diperoleh dari kemiringan (slope) garis lurus. T’AP yang diperoleh dari pers (1) merupakan suatu besaran yang menunjukkan kecepatan pada lapisan bawah (velocitytravel-time). Dengan cara yang sama, dapat diperoleh :
pers(3)
Bila jarak ke titik penerima adalah x, dengan mengambil titik B sebagai titik asal (referensi), maka diperoleh :
pers(4)
dengan kedalaman lapisan pada titik A (hA) dan pada titik B (hB).
Dalam pers (4), v1 dapat diperoleh dari kurva travel-time dari gelombang langsung dekat titik tembak. TAP, TBP, dan TAB diperoleh dengan cara observasi. Tetapi cos i tidak dapat dicari, karena v2 biasanya tidak diketahui. Jika harga v2 dapat diketahui, kedalaman hp dan titik penerima P dapat diperoleh dari :
pers(5)
Harga dari T’AP atau T’BP yang berhubungan dengan TAP atau TBP dapat dibaca dari ektensi (memperpanjang) kurva T’AP atau T’BP. Jadi harga kadalaman hp dapat dihitung dari pers (6) dan (7).
pers(6),dan pers(7). http://radargeofisika.blogspot.co.id/2014/09/seismik-refraksi.html
Secara umum dalam suatu langkah eksplorasi hidrokarbon, urutan penggunaan metode seismik adalah sebagai berikut : 1. Pengambilan data seismik ( Seismic Data Acquisition ) 2. Pengolahan data seismic ( Seismic Data Processing ) 3. Interpretasi data Seismik ( Seismic Data Interpretation ) 1. AKUISISI DATA SEISMIK Tujuan utama dari suatu survei seismik adalah melakukan pengukuran seismik untuk memperoleh rekaman yang berkualitas baik. Kualitas rekaman seismik dinilai dari perbandingan kandungan sinyal refleksi terhadap sinyal gangguan (S/N) dan keakuratan pengukuran waktu tempuh (travel time) gelombang seismik ketika menjalar dalam batuan.
Eksplorasi seismik dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : Eksplorasi prospek dangkal dan eksplorasi dalam. Eksplorasi seismik dangkal (shallow seismic reflection) biasanya diaplikasikan untuk eksplorasi batubara dan bahan tambang lainnya. Sedangkan ekplorasi seismik dalam digunakan untuk eksplorasi daerah prospek hidrokarbon yaitu minyak dan gas. Masing-masing dari kegiatan tersebut menuntut resolusi dan akurasi yang berbeda dengan teknik lapangan yang berbeda pula. Untuk memperoleh hasil pengukuran data seismik refleksi yang baik diperlukan pengetahuan tentang system perekaman dan parameter lapangan yang baik pula. Parameter lapangan sangat ditentukan oleh kondisi lapangan yang ada. oleh karena itu diperlukan pengetahuan yang cukup untuk bisa memahami teknik pengukuran data seismik. PARAMETER AKUISISI DATA Sebelum melakukan akuisisi data, tentukan dahulu sasaran yang akan dicapai, problem-problem apa saja yang ada dan masalah-masalah yang mungkin akan muncul pada daerah survey. Paling tidak ada 8 problem yang harus dijawab, yaitu : 1. Kedalaman target 2. Kualitas refleksi yang terjadi pada batuan yang dilewatinya 3. Resolusi vertikal yang diinginkan 4. Kemiringan target yang tercuram 5. Ciri-ciri jebakan yang menjadi sasaran 6. Sumber Noise yang dominan 7. Problem logistik team 8. Apa ada spesial proses yang mungkin diperlukan
Dari ke delapan problem tersebut jawabannya akan sangat menentukan nilai parameterparameter lapangan yang diperlukan. Terdapat 14 parameter pokok lapangan yang berpengaruh pada kualitas data serta suksesnya suatu survey. Hal tersebut harus dipertimbangkan baik secara teknis maupun ekonomis. Ke 15 parameter itu adalah : 1. Offset terjauh (Far Offset) 2. Offset terdekat (Near Offset) 3. Group Interval 4. Ukuran sumber seismik (Charge size)
5. Kedalaman sumber (Charge depth) 6. Kelipatan liputan (Fold coverage) 7. Laju pencuplikan (Sampling rate) 8. Tapis potong rendah (Low cut filter) 9. frekuensi Geophone 10.Panjang perekeman (Record length) 11.Rangkaian geophone (Group Geophone) 12.Larikan bentang geophone (Geophone array) 13.Panjang lintasan 14.Arah lintasan 15.Spasi Antar Lintasan
OFFSET TERJAUH (FAR OFFSET)
Adalah jarak antara sumber seismik dengan geophone/receiver terjauh. Penentuan offset terjauh didasarkan atas pertimbangan kedalaman target terdalam yang ingin dicapai dengan baik pada perekaman (gambar 1.1)
OFFSET TERDEKAT (NEAR OFFSET)
Adalah jarak antara sumber seismik dengan geophone/receiver terdekat. Penentuan offset terdekat didasarkan atas pertimbangan kedalaman target yang terdangkal yang masih dikendaki (gambar 1.1)
Gambar .1.1. Jarak trace terdekat dan terjauh
GROUP INTERVAL
Adalah jarak antara satu kelompok geophone terhdap satu kelompok geophone berikutnya. Satu group geophone ini memberikan satu sinyal atau trace yang merupakan stack atau superposisi dari beberapa geophone yang ada dalam kelompok tersebut. Sususnan geophone didalam kelompok ini tertenu untuk meredam noise.
UKURAN SUMBER SEISMIK (CHARGE SIZE)
Ukuran sumber seismik (dynamit, tekanan pada air gun, water gun, dll) merupakan energi yang dilepaskan oleh sumber seismik. sumber yang terlalu kecil jelas tidak mampu mencapai target terdalam, sedangkan ukuran sumber yang terlalu besar dapat merusak event (data) dan sekaligus meningkatkan noise. Oleh karena itu diperlukan ukuran sumber yang optimal melalui test charge.
KEDALAMAN SUMBER (CHARGE DEPTH)
Sumber sebaikknya ditempatkan dibawah lapisan lapuk (weathering zone), sehingga energi sumber dapat dtransfer optimal masuk kedalam system lapisan medium dibawahnya. Untuk mengetahui ketebalan lapisan lapuk dapat diperoleh dari hasil survey seismik refraksi atau uphole survey.
KELIPATAN LIPUTAN (FOLD COVERAGE)
Fold Coverage adalah jumlah atau seringnya suatu titik di subsurface terekam oleh geophone dipermukaan. Semakin besar jumlah fold-nya, kualitas data akan semakin baik. Seperti contoh gambar 1.2. Gambar .1.2. Perbedaan kualitas data oleh fold yang berbeda ( 6 fold dan 12 fold) Untuk mengetahui berapa kali titik tersebut akan terekam dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut ; Jika diketahui jarak trace (antara trace), jarak shot point SP (titik ledakan dynamit) dan jumlah trace (kanal) maka banyak liputannya adalah : Fold = (jumlah channel / 2) (jarak antar trace / Jarak titik tembak) NSP NSP adalah jumlah penembakan yang bergantung pada geometri penembakan yang dilakukan. Untuk split mspread dan off end maka NSP = 1, sedangkan untuk Double Off End NSP = 2. Besar kecilnya lingkup ganda akan berpengaruh pada :
mutu hasil rekaman
resolusi vertikal
besarnya filter pada ambient noise dan ground roll yang masih ada
besarnya biaya survei
LAJU PENCUPLIKAN (SAMPLING RATE)
Penentuan besar kecilnya sampling rate bergantung pada frekuensi maximum sinyal yang dapat direkam pada daerah survey tersebut. Akan tetapi pada kenyataannya, besarnya sampling rate dalam perekaman sangat bergantung pada kemampuan instrumentasi perekamannya itu sendiri, dan biasanya sudah ditentukan oleh pabrik pembuat instrument tersebut. Penentuan sampling rate ini akan memberikan batas frekuensi tertinggi yang terekam akibat adanya aliasing. Frekuensi aliasing ini akan terjadi jika frekuensi yang terekam itu lebih besar dari frekuensi nyquistnya. Besarnya frekuensi nyquist dapat dihitung dengan rumus : Frekuensi Nyquist = Fq = (1/2T) = 0,5 F sampling Dimana : T : besarnya sampling rate Sebagai contoh, jika kita ambil sampling ratenya sebesar 4 ms, maka besarnya frekuensi sampling adalah (1000/4) s-1 atau 250 Hz, dan besarnya sampling rate adalah 125 Hz. Hal diatas memilki arti fisis, jika besarnya frekuensi gelombang yang terekam memiliki frekuensi lebih besar dari 125 Hz, maka frekuensi tersebut akan menjadi seolah-olah mempunyai frekuensi yang lebih rendah dari frekuensi sebenarnya. Ini yang disebut frekuensi aliasing.
HIGH CUT DAN LOW CUT FILTER
Penentuan filter ini kita lakukan pada instrumen yang kita gunakan. Pemilihan high cut filter dapat kita tentukan atas dasar sampling rate yang kita gunakan. Pemasangan high cut filter ini ditunjukan untuk anti alising filter dan besarnya high cut filter selalu diambil lebih kecil atau sama dengan frekuensi nyquistnya dan selalu lebih besar atau sama dengan frekuensi sinyal tertinggi. Pemilihan besarnya low cut filter ditunujukan untuk merendam noise yang lebih rendah dari frekuensi yang terdapat pada geophone. Hal ini digunakan jika noise tersebut terlalu besar pengaruhnya terhadap sinyal sehingga sulit untuk dihilangkan walaupun dengan melakukan pemilihan array geophone atau mungkin juga sulit dihilangkan dalam prosesing. Pemasangan filter ini dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain : Target kedalam, kerena akan mempengaruhi frekuensi yang dihasilkan
resolusi vertical
adanya noise
prosesing.
PANJANG PEREKAMAN (RECORD LENGTH)
Adalah lamanya merekam gelombang seismik yang ditentukan oleh kedalaman target . Apabila targetnya dalam maka diperlukan lama perekaman yang cukup agar gelombang yang masuk kedalam setelah terpantul kembali dapat merekam dipermukaan minimal 1 detik dari target, namun pada umumnya ± 2 kali kedalaman target (dalam waktu).
RANGKAIAN GEOPHONE (GROUP GEOPHONE)
Adalah sekumpulan geophone yang disusun sedemikian rupa sehingga noise yang berupa gelombang horizontal (Ground roll, Air blas/air wave) dapat ditekan sekecil mungkin. Kemampuan merekam noise oleh susunan geophone tersebut bergantung pada jarak antar geophone, panjang gelombang noise, dan konfigurasi susunannya
PANJANG LINTASAN
Panjang lintasan ditentukan dengan mempertimbangkan luas sebaran/panjang target di subsurface terhadap panjangan lintasan survey di surface. Tentu saja panjang lintasan survey di permukaan akan lebih panjang dari panjang target yang dikehendaki (gambar.1.3.) Gambar 1.3. Ujung lintasan survey hanya merekam sejauh ½ panjang kabel bentang
ARRAY GEOPHONE
Tujuan dari penentuan array geophone ini adalah untuk mendapatkan bentuk penyusunan geophone yang cocok yang berfungsi untuk meredam noise yang sebesar-besarnya, dan sebaliknya untuk mendapatkan sinyal yang sebesar-besarnya. Dengan kata lain untuk meningkatkan signal to ratio yang besar. Dalam penentuan array geophone, maka langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagi berikut. Menentukan panjang gelombang ground roll yang dominan dengan cara seperti yang telah dijelaskan diatas. Membuat kurva array geophone, dengan rumus yang digunakan adalah : Untuk wiegted array atau tapered array : dan besarnya atenuasi adalah : G (dB) = -20 log R dimana :
R : respon array geophone
G : besarnya atenuasi dalam decibel K : bilangan gelombang ground roll d ; jarak antar group geophone X : jarak antar geophone dalam satu group Y : jarak antara geophone pertama dengan geophone pertama group berikutnya
ARAH LINTASAN
Ditentukan berdasarkan informasi studi pendahuluan mengenai target, survey akan dilakukan pada arah memotong atau membujur atau smebarang terhadap orientasi target pada arah dip atau strike, up dip atau down dip GEOMETRI LAY OUT DAN STACKING CHART Untuk dapat memroses data yang telah tersimpan dalam format demultipleks maka data dari masing-masing trace harus diberi lebel, sehingga memudahkan dalam proses pengelompokan trace. Proses dinamakan trace labeling. Secara definisi trace labeling berarti suatu proses pendefinisian identitas setiap trace yang berhubungan dengan shot pointnya, posisi permukaanm kumpulan CDP dan offsetnya terhadap shot point. Keempat variable tersebut sangant bergantung pada geometri penembakannya, sehingga variable tersebut harus didefinisikan dalam suatu system koordinat referensi sehingga setiap variable dapat digambarkan pada suatu system koordinat. Diagram yang menggambarkan model geometri penembakan/perekaman dalam suatu system koordinat ini disebut stacing chart atau stacking diagram. Setiap trace yang didefinisikan labelnya ini selanjutnya disimpan kedalam tape prosesing dengan format pengamatan tertentu untuk digunkan pada proses selanjutnya. Sebelum labeling dilakukan harus terlebih dahulu diketahui bentangan geometri penembakan , yaitu bagaimana hubungan satu sama lain dari posisi penerima dan shot point. Untuk itu perlu didefinisikan suatu system koordinat relatif dari suatu lintasan (line) seismic. Informasi-informasi yang diperlukan untuk diperoleh dari stacking chart yang dibut pada saat perekaman data. Bentangan dari geometri lay out dapat dipandang dalam 4 aspek yaitu: 1. Berdasarkan konfigurasi bentangan kabel 2. Arah gerak perekaman
3. Posisi relatif penerima terhadap titik tembak 4. Berdasarkan raypath.
KONFIGURASI BENTANGAN KABEL Dalam perekaman data seismik ada beberapa macam bentangan diantaranya adalah: 1. OFF END SPREAD Pada jenis ini posisi titik tembak atau shot point (SP) berada pada salah satu ujung (kiri dan kanan) dari bentangan.Pada bentangan ini SP ditempatkan ditengan antara dua bentagan . 2. SPLIT SPREAD Bila jumlah trace sebelah kiri dan kanan sama, maka disebut Symitrical Split Spread. Bila tidak sama disebut Asymitrical Split Spread. 3. ALTERNATING SPREAD Pada model ini shot point berada pada kedua ujung bentangan dan penembakan dilakukan secara bergantian untuk setiap perubahan coverage
ARAH GERAK PEREKAMAN / PENEMBAKAN
Ditinjau dari arah gerak perekaman, maka geometri penembakan dapat dibedakan dalam dua jenis gerakan pushing cable (SP seolah-olah mendorong kabel) dan puiling cable (SP seolaholah menarik kabel). Pushing cable dan Pulling cable
POSISI RECEIVER TERHADAP TITIK TEMBAK
Dari hubungan antara posisi relatif receiver terhadap titik tembak (shot point) dalam suatu bentangan geophone, maka geometri penembakan dapat dibedakan atas dua jenis yaitu: Direct shot dan Reverse shot
GEOMETRI RAYPATH
Berdasarkan raypath (sinar gelombang) geometri penembakan dapat dibagi dalam 4 jenis yaitu: 1. Common Source Point (CSP) Yaitu sinyal direkam oleh setiap trece yang dating dari satu titik tembak yang sama. 2. Common Depth Point (CDP) Yaitu sinyal yang dipantulkan dari satu titik reflector direkam oleh sekelompok receiver yang berbeda. 3. Common Receiver Point (CRP) Yaitu satu trace merekam sinyal-sinyal dari setiap titik tembak yang ada. 4. Common Offset (CO) Yaitu sinyal setiap titik reflector masing-masing derekam oleh satu trace dengan offset yang sama.
Dari proses geometri lay out akan diperoleh ghasil berupa stacking chart yang sesuai dengan stacking chart yang dibuat saat perekaman data. Disamping itu juga dihasilkan posisi sot point receiver dalam system koordinat serta pengelompokan nomor shot dan receiver sesuai dengan CDP lengkap dengan fold dari masing-masing CDP. PEMPROSESAN DATA SEISMIK Pada dasarnya tahapan pengolahan data seismik yang dilakukan di perusahaan pengolahan data adalah sama. Perbedaan yang terjadi disebabkan adanya perbedaaan kemampuan software yang digunakan dalam pemrosesan data. Salah satu contoh diagram alir yang digunakan pada salah satu perusahaan pemrosesan data seismic adalah sebagai berikut.
FIELD TAPE DAN OBSERVER REPORT
Pada saat pengambilan data (akuisisi data) seismic, data yang didapat disimpan didalam pita magnetic dengan format tertentu. Pita magnetic yang memuat data lapangan ini yang disebut field tape. Observer report adalah laporan yang dibuat pada saat akuisis data dilapangan sebagai bahan acuan untuk pengolahan data selanjutnya. Observer report ini memuat parameter-parameter antara lain: 1. Daerah penelitian 2. Lintasan shot point 3. Geometri penembakan yang digunakan 4. Kompensasi nomor trace yang mati 5. Offset, jarak penembakan dan group interval yang digunakan
MULTIPLEX DAN DEMULTIPLEX
Multiplex adalah format data pada field tape yang tersusun berdasarkan urutan waktu perekaman (pencuplikan) dari gabungan beberapa geophone. Sedangkan Demultiplex adalah format data pada field tape yang disusun berdasarkan urutan trace, dimana data disusun berdasarkan nomor sample untuk tiap tracenya. Pada pemrosesan data, format data haruslah berformat demultiplex, sehingga data lapangan yang berformat multiplex harus diubah menjadi demultiplex. Proses ini disebut demultiplexing.
FIELD GEOMETRI
Yang dimaksud field geometri pada pemrosesan data seismic adalah pendefinisian geometri penembakan dengan acuan observer report yang ada. Hasil output dari field geometri ini berupa stacking chart yang sesuai dengan geometri penembakan yang dilakukan pada saat akuisisi data.
LABELLING
Labelling adalah proses pendefinisian identitas trace-trace yang berhubungan dengan point, posisi di permukaanm offset dan niomor CMP (Common Mid Point) pada data hasil demultiplexing. Hasilnya kemudian disimpan dalam tape processing yang akan digunakan untuk pemrosesan selanjutnya.
EDITING DAN MUTING
Pada saat akuisisi data dilapangan kadang terjadi trouble pada receiver sehingga receiver tersebut tidak dapat menangkap sinyal reflector gelombang seismic. Sedangkan trace tersebut telah didefinisikan menurut geometrinya, sehingga disini data perlu diedit. Proses ini disebut editing, yaitu proses yang bertujuan menghilangkan trace-trace yang ‘mati’. Pengeditan data dilakukan berdasarkan observer report yang memberikan informasi adanya konpensasi adanya trace yang mati, adanya loading maupun pengamatan dari display row recordnya. Muting adalah proses pembuangan data atau pemotongan data yang rusak pada bagian-bagian trace. Ada tiga jenis muting yang sering dilakukan dalam pemrosesan data seismic yaitu: Eksternal muting, Internal muting dan Surgical muting.
CDP GATHER
CDP atau Common Depth Point adalah posisi titik-titik reflector yang sama. CDP Gather adalah proses pengumpulan titik-titik reflector yang sama dibawah permukaan yang mempunyai offset yang berbeda. Tujuan proses untuk mengubah pengelompokan trace-trace yang terkumpul berdasarkan CSP menjadi pengelompokan berdasarkan CDP-nya. Pengelompokan ini sangat bergantung dari geometri penembakan yang dilakukan.
INITIAL GATHER
Initial Gather adalah proses pengumpulan data berdasarkan CDP-nya. Data yang berasal dari shot point dan channel tertentu dikumpulkan sesuai dengan CDP-nya, sehingga data rekaman tersusun berdasarkan CDP-nya.
AMPLITUDO GAIN RECOVERY
Intensitas gelombang atau energi gelombang seismic pada saat menjalar melalui medium bawah permukaan akan mengalami penurunan energi akibat adanya spherical divergence dan absorbsi bantuan non elastis, sehingga amplitudo akan melemah. Amplitudo gain recovery atau sering disebut sebagai gain saja adalah proses penguatan amplitudo sehingga setiap titik seolah-
olah dating sejumlah energi yang sama. Penguatan (gain)ini dilakukan sesuai penurunan energi dan biasanya dilakukan secara outomatis sehingga sering disebut sebagai Aoutomatic Gain Recovery.
KOREKSI STATIK
Koreksi statik adalah koreksi yang dilakukan terhadap data seismic akibat adanya pengaruh lapisan lapuk dan adanya elevasi posisi shot point dan reveiver (efek topografi). Lapisan lapuk akan menyebabkan obsorbsi yang besar terhadap energi gelombang seismic sehingga menyebabkan terjadinya variasi kecepatan pada lapisan lapuk. Adanya efek topografi menyebabkan posisi shot point dan receiver tidak terletak pada posisi yang sama sehingga menyebabkan terjadinya delay time pada saat perekaman. Untuk itu perlu dilakukan koreksi topograi dengan cara menempatkan posisi shot dan receiver pada datum yang sama, biasanya digunakan mean sea level sebagai datum.
DEKONVOLUSI
Dekonvolusi adalah proses konvolusi antara wavelet sumber input dengan seismic tracenya. Proses ini merupakan penerapan inverse filter,dimana bumi ‘dianggap’ sebagai low pass filter yang mengubah sinyal impulsive sumber menjadi wavelet yang panjangnya sampai 100 ms. Akibatnya gelombang seismic tidak dapat membedakan peristiwa dua refleksi yang berdekatan, dengan kata lain resolusi vertical menjadi berkurang. Untuk menghilangkan efek ini dilakukan dekonvolusi.
STACKING
Stacking merupakan proses penjumlahan (penggabungan) trace-trace yang bertujuan untuk memperbesar s / n. pada proses ini sinyal yang kohern akan saling menguatkan dan noise yang inkohern akan saling menghilangkan. Sain itu proses stacing juga akan menghilangkan noise yang bersifat ramdom. Stacking dapat dilakukan berdasarkan Common Depth Point (CDP), Common Offset (CO), Common Source Point (CSP) maupun Common Receiver Point (CRP) berdasarkan tujuan dari stack itu sendiri. Biasanya proses stack dilakukan berdasarkan CDP-nya. Pada pemrosesan data seismic proses stacking dilakukan tiga kali stacking yaitu Initial Stack, Residual Stack dan Final Stack. Masing-masing proses tersebut pada dasrnya adalah sama, hanya tingkat kualitas data distack yang berbeda sesuai dengan tingkat pemrosesan.
ANALISA KECEPATAN
Analisa kecepatan adlaah proses pemilihan kecepatan yang sesuai (terbaik) yang akan digunakan untuk pemrosesan selanjutnya. Proses ini sangat penting dilakukan dan merupakan salah satu quality control hasil prosesing akhir, dan biasanya dilakukan bersama dengan stacking velocity. Pada group trace dari suatu titik reflector, sinyal yang dihasilkan akan mengikuti bentuk hiperbola dengan persamaan:
ANALISA SISA STATIK (RESIDUAL STATIC CORRECTIONS)
Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan efek static yang ditinggalkan pada saat koreksi static dilakukan. Artinya pada saat koreksi static masih meninggalkan kesalahan, yaitu kesalahan penentuan kecepatan pada lapisan lapuk karena adanya variasi keceatan pada lapisan lapuk, adanya kesalahan penentuan ketebalan lapisan lapuk karena adanya variasi ketebalan dibawah masing-masing receiver dan shot point dan kesalahan static lainnya.
KOREKSI DINAMIK ( NORMAL MOVE OUT CORRECTIONS)
Koreksi dinamis ini dilakukan untuk mengatenuasi efek perubahan jarak offset setiap pasangan shot point dan trace ketika semua signal dari satu titik reflector (CDP) yang direkam oleh sekumpulan trace dikumpulkan (proses CDP gather). Koreksi ini menghilangkan pengaruh offset sehingga seolah-olah gelombang pantul dating dari arah vertical (normal incidence) Delay time terhadap offset nol dari suatu reflector horizontal disebut Normal Move out. Secara matematika besarnya koreksi ini merupakan selisih antara arrival time pada offset sejauh x dengan arrival time pada trace dengan offset x = 0. Jadi koreksi ini bergantung pada dua variable yiatu offset dan kecepatan lapisan.
MIGRASI
Proses migrasi dilakukan karena pada perhitungan koreksi dinamik yang diterapkan pada setiap trace belum sepenuhnya menunjukan letak titik refleksi yang sebenarnya. Dengan kata lain migrasi adalah proses meletakan titk refleksi ke posisi waktu pantul yang sebenarnya berdasarkan lintasan gelombangnya. Selain itu migrasi juga bertujuan menghilangkan efek difraksi yang terjadi akibat adanya struktur geologi seperti patahan dan perlipatan.
https://qurniawulansari.wordpress.com/2013/11/15/